BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pelabuhan Gorontalo telah dibangun sejak tahun 1980 merupakan
pelabuhan terbesar di provinsi Gorontalo yang terbuka untuk perdagangan luar negeri, secara geografis terletak pada 00 - 29o - 56” Lintang utara dan 123o - 03 16” Bujur timur di muara sungai Bone kota Gorontalo memiki luas ± 12 hektar. Secara administrasi terletak diwilayah ibukota provinsi yakni kota Gorontalo kecamatan Dumbo Raya, kelurahan Talumolo dan jarak dari pusat pemerintahan 2 km. Alur masuk pelabuhan yaitu panjang 1.02 mil, lebar 300 meter persegi,
kedalaman 40 - 90 meter dan kolam pelabuhan dengan luas 12.000 meter persegi, kedalaman minimal 40 meter persegi dan maksimal 90 meter persegi. Adapun batas-batas wilayah sebagai berikut : 1.
Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Talumolo
2.
Sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Leato Selatan
3.
Sebelah timur berbatasan dengan perairan Teluk Tomini
4.
Sebelah barat berbatasan dengan kelurahan Leato Utara Berdasarkan UU No. 17 tahun 2009 tentang status Pelabuhan Gorontalo
yakni beroperasi dan dikembangkan. Pelabuhan Gorontalo sangat dekat dengan berbagai pusat kegiatan perekonomian, perdagangan, jasa dan lain–lain, sehingga memungkinkan adanya kunjungan kapal, barang dan jasa serta arus penumpang antar pulau melalui Gorontalo, Mengingat pusat kegiatan tersebut di kota Gorontalo. Adapun arus penumpang tiga tahun terakhir yakni 97.381 tahun 2009, 107.495 tahun 2010 dan 114.154 tahun 2011. 34 7
4.2
Hasil Penelitian Adapun hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian ini antara lain :
A.
Distribusi Sarana Air Bersih Distribusi sarana air bersih dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut ini. Tabel 4.2.1 Distribusi Sarana Air Bersih di Pelabuhan Kota Gorontalo Tahun 2012 No.
Sarana Air Bersih
Jumblah Komponen Yang Di Nilai
%
1.
Memenuhi Syarat
8
100
2.
Tidak Memenuhi Syarat
0
0
8
100
Jumlah Sumber : data primer
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan sarana sanitasi air bersih di Pelabuhan kota Gorontalo 100% memenuhi syarat. B.
Distribusi Sarana Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Distribusi sarana Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) pada
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.2.2 Distribusi Sarana Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) di Pelabuhan kota Gorontalo Tahun 2012 No. 1. 2.
Sarana Saluran Pembungan Air Limbah Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Jumlah
Sumber : Data primer
Jumblah Komponen Yang Di Nilai 1 4 5
% 20 80 100
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) di Pelabuhan kota Gorontalo 20% memenuhi syarat dan 80% tidak memenuhi syarat. C.
Distribusi Sarana Kamar mandi/WC Distribusi sarana kamar mandi/WC pada penelitian ini dapat dilihat pada
tabel berikut ini. Tabel 4.2.3 Distribusi Sarana Kamar mandi/WC di Pelabuhan kota Gorontalo Tahun 2012 No.
Sarana Kamar Mandi/WC
Jumblah Komponen Yang Di Nilai
%
1.
Memenuhi Syarat
7
77,78
2.
Tidak Memenuhi Syarat
2
22,22
9
100
Jumblah Sumber : Data primer
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan sarana kamar mandi/WC di Pelabuhan kota Gorontalo 77,78% memenuhi syarat dan 22,22% tidak memenuhi syarat. D.
Distribusi Sarana Tempat Sampah Distribusi sarana tempat sampah pada penelitian ini dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 4.2.4 Distribusi Sarana Tempat Sampah di Pelabuhan kota Gorontalo Tahun 2012 No.
Sarana Tempat Sampah
Jumblah Komponen Yang Di Nilai
%
1.
Memenuhi Syarat
6
46,15
2.
Tidak Memenuhi Syarat
7
53,85
13
100
Jumblah Sumber : Data primer
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan sarana tempat sampah di Pelabuhan kota Gorontalo 46,15% memenuhi syarat dan 53,85% tidak memenuhi syarat. 1.1
Pembahasan
1.1.1 Sarana Air Bersih Hasil penelitian mengenai sarana air bersih di Pelabuhan kota Gorontalo tahun 2012 menunjukkan bahwa 100% memenuhi syarat. Sarana sanitasi penyediaan air bersih di Pelabuhan kota Gorontalo terlindung dari sumber pencemaran karena pemasangan hydran sesuai standar yang dianjurkan yakni setinggi 45 cm dari pelataran dermaga, keadaannya selalu bersih serta pipa-pipa yang dipakai untuk menghubungkan hydran dengan kapal selalu bersih dan tidak bocor, terutama bagian dalamnya. jarak sumber air dengan septic tank tidak kurang dari 10 meter sehingga kuman patogen yang dapat mencemari air bersih tidak terjadi. Secara fisik kualitas air yakni tidak berasa, tidak berbau dan tidak berwarna karena setiap 6 bulan sekali pengujian air bersih dilaksanakan oleh KKP Gorontalo. Pengawasan sarana sanitasi air bersih di Pelabuhan Gorontalo dilaksanakan mulai dari sumber sampai pada penerima langsung ke tangki-tangki kapal.
Hasil evaluasi oleh kementerian kesehatan republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP dan PL) terhadap pengawasan sarana air bersih ditinjau dari tingkat pencemarannya, baik tingkat pencemaran tinggi maupun rendah yang dilakukan di pelabuhan, bandara dan Pos Lintas Batas Darat (PLBD) selama tahun 2008 berjumlah 7.648 lokasi, dari hasil pemeriksaan didapat 7.090 lokasi (92,7%) memiliki
tingkat
pencemaran
rendah
dan
558
lokasi
(7,3%)
tingkat
pencemarannya tinggi. (Profil dan evaluasi kegiatan KKP tahun 2007 sampai dengan 2009). Sarana sanitasi air bersih merupakan salah satu komponen yang harus diperhatikan demi memberikan rasa aman dan nyaman terhadap pengguna jasa pelabuhan. Untuk mewujudkan pelabuhan sehat memerlukan komitmen semua pemangku kepentingan di pelabuhan dan merupakan kerja sinergi bersama. ada lima aspek sebuah pelabuhan dikatakan sehat, antara lain aspek kesehatan pelabuhan, kesehatan lingkungan, kesehatan masyarakat di wilayah kerja sekitar pelabuhan, bagian dari pelaksanaan International Health Regulation (IHR 2005), dan bagian dari Gerakan Nasional Bersih Negeriku (Tjandra Yoga Aditama, 2012). Secara umum sarana sanitasi air bersih di Pelabuhan kota Gorontalo memenuhi syarat kesehatan hal ini disebabkan karena sarana yang ada selalu dalam pengawasan KKP Gorontalo, mulai dari sumber (PDAM) sampai pada tahap pemakaian konsumen sehingga dampak yang di timbulkan (penyakit) dapat
diminimalisir sekecil mungkin. Hal ini memberikan rasa aman dan nyaman terhadap pengunjung maupun petugas pelabuhan. 1.1.2 Sarana Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Hasil penelitian mengenai sarana Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) di Pelabuhan kota Gorontalo tahun 2012 menunjukkan bahwa 20% memenuhi syarat dan 80% tidak memenuhi syarat. Di Pelabuhan kota Gorontalo tidak
tersedia
saluran
pembuangan
khusus
air
limbah
karena
pihak
penanggungjawab pelabuhan belum benar-benar memahami dan melihat langsung dampak yang ditimbulkan. tetapi air limbah berjalan lancar disebabkan karena air limbah yang dihasilkan langsung dilepas kelaut serta volumenya masih kurang, namun hal ini di khawatirkan dapat mencemari tanah, lingkungan pelabuhan dan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap bagi pengelolah dan pengunjung pelabuhan. Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu, cair atau padat (Ensiklopedia, 2012). Air limbah di Pelabuhan kota Gorontalo kedepannya dikhawatirkan dapat menimbulkan kontaminasi dan pencemaran pada air permukaan dan badan-badan air yang digunakan oleh manusia, mengganggu kehidupan dalam air (mematikan hewan dan tumbuhan air), menimbulkan bau serta menghasilkan lumpur yang dapat mengakibatkan pendangkalan air sehingga terjadi penyumbatan yang dapat menimbulkan banjir.
Air limbah yang dihasilkan di Pelabuhan kota Gorontalo harusnya sebelum dilepas kepembuangan akhir menjalani pengolahan terlebih dahulu dengan tujuan untuk mencegah pencemaran pada sumber air, menghindari pencemaran tanah permukaan dan menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit dan vektor penyakit. Metode yang dapat digunakan untuk mengolah air limbah di Pelabuhan kota Gorontalo yakni pengenceran (disposal by dilution), sumur resapan (seepage pint), septic tank dan sistem riool (sewage). Sarana Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) di Pelabuhan kota Gorontalo belum memenuhi syarat kesehatan, hal ini tentunya dapat menimbulkan dampak yang begitu besar terhadap manusia, hewan dan lingkungan sehingga dapat merusak ekosistem di pelabuhan itu sendiri. Dampak yang ditimbulkan antara lain pencemaran pada sumber air, pencemaran tanah permukaan dan menjadi tempat berkembangbiaknya bibit dan vektor penyakit. Dampak air limbah di Pelabuhan kota Gorontalo belum memberikan pengaruh yang besar pada lingkungan karena volume aktivitas yang ada masih minim. Di harapkan kepada pihak pengelolah maupun instansi terkait memperhatikan sarana Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL), mengingat di Pelabuhan kota Gorontalo terbuka untuk perdagangan luar negeri (ekspor/impor). 4.3.3 Sarana Kamar Mandi/WC Hasil penelitian sarana kamar mandi/WC di Pelabuhan kota Gorontalo tahun 2012 menunjukkan bahwa 77,78% memenuhi syarat dan 22,22% tidak memenuhi syarat. Sebagian sarana kamar mandi/WC yang tidak memenuhi syarat kesehatan tersebut berisiko menimbulkan masalah kesehatan antara lain dapat
dijadikan tempat perindukan dan peristirahatan nyamuk serta merupakan sumber penularan penyakit perut dan hepatitis A. Sedangkan sarana yang memenuhi syarat kesehatan disebabkan oleh pihak penanggungjawab pelabuhan yakni Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Gorontalo selalu memperhatikan sarana penunjang yang ada dengan dilaksanakannya program jumat bersih sesara rutin. Di Pelabuhan kota Gorontalo hanya terdapat 1 (satu) buah Kamar mandi/WC sedangkan jumlah pengunjung untuk setiap keluar-masuknya kapal ± berjumlah 700 pengunjung untuk hari normalnya dan akan meningkat bila waktunya arus mudik ± berjumlah 1500 pengunjung dalam hal ini jika dinilai dari segi kuantitas kamar mandi/WC belum memadai karena 1 (satu) buah kamar mandi/WC digunakan minimal untuk 100 Pengunjung atau minimal 2 (dua) buah kamar mandi/WC (Budiman,Chandra 2007). Pembuangan tinja secara layak merupakan kebutuhan kesehatan yang diutamakan karena pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat pula mengakibatkan kontaminasi pada air tanah atau menjadi sumber infeksi dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan. Penyakit yang ditimbulakan tergolong water borne desease akan mudah berjangkit dan penyebab terjadinya pencemaran lingkungan. Sementara itu penyakit-penyakit yang dapat terjadi antara lain tifoid, paratifoid, disentri, diare, kolera, penyakit cacing, hepatitis viral dan beberapa penyakit infeksi gastrointestinal lain serta infeksi parasit lainnya. Secara umum sarana kamar mandi/WC memenuhi syarat kesehatan, hal tersebut dapat menunjang program ”Pelabuhan Sehat” yang di canangkan pemerintah pusat dalam hal ini kementerian kesehatan dengan tujuan menghindari
terjadinya Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau kedaruratan kesehatan masyarakat internasional. 4.3.4 Sarana Sanitasi Tempat Sampah Hasil penelitian sanitasi tempat sampah di Pelabuhan kota Gorontalo tahun 2012 menunjukkan bahwa 20% memenuhi syarat dan 80% tidak memenuhi syarat. Sarana sanitasi tempat sampah di Pelabuhan kota Gorontalo tidak memenuhi syarat kesehatan, hal ini dikhawatirkan menjadi tempat perindukan vektor penyebar
penyakit. Salah satu vektor penyebar penyakit yakni lalat,
karena kita ketahui bahwa lalat dapat membawah bermacam-macam kuman penyakit seperti tifus abdominalis, kolera, disentri, skarlatina dan difteri. Disamping itu lalat kemungkinan juga membawah telur cacing parasit usus dan virus penyakit-penyakit yang berbahaya. Untuk itu perlu penanganan sistem pengelolaan sampah di pelabuhan yang diarahkan untuk meningkatkan pelayanan kebersihan pelabuhan sebagaimana dinyatakan dalam International Health Regulations (IHR), 2005 pada buku pedoman teknis pengendalian risiko kesehatan lingkungan di pelabuhan/bandara/pos lintas batas dalam rangka karantina kesehatan yakni ”Pengawasan dilakukan mulai dari sumber, pengumpulan/pemilahan, pengangkutan, penampungan sementara, pembuangan akhir/pemusnahan” (IHR annex 4). Sasaran yang hendak dicapai dalam sistem pengelolaan sampah adalah peningkatan pengelolaan sampah dengan adanya perencanaan peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan sampah, peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan sampah dan menciptakan pelabuhan yang bersih, nyaman dan sehat. Penanganan
sampah di Pelabuhan kota Gorontalo seharusnya selalu diperhatikan oleh instansi berwenang di wilayah tersebut antara lain pihak kesyahbandaran dan otoritas Pelabuhan Gorontalo selaku penanggungjawab komando dan KKP selaku penanggungjawab teknis jika terjadi kedaruratan kesehatan masyarakat global atau public health emergency of international concern (PHEIC) serta stake holder lainnya. Pengawasan sarana sanitasi tempat sampah salah satu komponen penilaian pada TTU yang merupakan kegiatan rutin yang harus dilakukan oleh KKP Gorontalo sebagaimana yang dilakukan oleh KKP lainnya di Indonesia yakni tahun 2008 pemeriksaan terbanyak dilaksanakan oleh KKP Tanjing Priok yaitu sebanyak 1.276 lokasi, KKP Mataram yaitu 1.143 lokasi dan KKP Tembilahan yaitu 1.090 lokasi. (Profil dan Evaluasi kegiatan KKP 2007-2009). Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi terjadinya risiko penularan penyakit melalui TTU yang memilki hygiene sanitasi yang tidak baik disamping itu meningkatkan aspek estetika, kemanan dan kenyamanan bagi masyarakat yang berada dilingkungan tersebut. Kegiatan tersebut belum maksimal dilakukan di KKP Gorontalo karena adanya keterbatasan Tenaga yang ada, mengingat besarnya lokasi cakupan yang ada serta prioritas masalah yang ada dilingkungan Pelabuhan kota Gorontalo.