BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dari setiap tahapan penelitian yang telah dilakukan, terdapat dua jenis data yang diperoleh dalam penelitian, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Datakuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes kemampuan komunikasi matematis siswa di kelas kontrol dan eksperimen, sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil observasi dan angket siswa.
A. Analisis Data Kuantitatif Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa melalui pembelajaran dengan menggunakan teknik Probing-Prompting.Terdapat dua kelas yang digunakan dalam penelitian ini. Salah satu kelas berperan sebagai kelas eksperimen yang memperoleh
perlakuan
berupa
pembelajaran
dengan
teknikprobing-
prompting, sedangkan kelas lainnya berperan sebagai kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Data kuantitatif yang diperoleh dari kedua kelas tersebut dianalisis dan diolah dengan teknik pengolahan data yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan software SPSS versi18.0 for window. Analisis data akan diuraikan sebagai berikut.
48
1.
Kemampuan Awal Komunikasi Matematis Siswa Kemampuan awal komunikasi matematis siswa ini diperoleh dari hasil pretes kedua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. tujuan diberikannya pretespada masing-masing kelas ini adalah untuk mengetahui apakah kedua kelas memiliki kemampuan komunikasi matematis yang relatif sama atau berbeda. Setelah dilakukan pengolahan data hasil pretes, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol, diperoleh skor terendah, skor tertinggi, rata-rata (mean), varians, dan standar deviasi. Berikut disajikan analisis deskriptif dan data hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebut disajikan pada tabel dibawah ini. Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Data Pretes Kelas
Mean
Std Deviasi
Eksperimen Kontrol
12.44 10.44
3.793 4.310
Ket: SMI=36
Berdasarkan data pada tabel 4.1 diketahui bahwa pada kelas eksperimen skor terendahnya 5, skor tertingginya 20, rata-rata 12,44, dan standar deviasi 3,793. Sedangkan pada kelas kontrol skor terendahnya 4, skor tertingginya 24, rata-rata 10,44, dan standar deviasi 4,310.Tabel statistik deskriptif data pretes disajikan secara lengkap dalam Lampiran D. Dengan deskripsi data tersebut, dapat dilihat bahwa rata-rata skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda. Akan tetapi
49
untuk melihat apakah perbedaan tersebut cukup signifikan atau tidak maka dilakukan uji statistik, dengan langkah-langkah berikut:
a.
Uji Normalitas Setelah mengetahui gambaran statistik deskriptif skor pretes dari masing-masing kelas, langkah selanjutnya adalah melakukan uji normalitas terhadap skor pretes siswa di kedua kelas tersebut. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel-sampel yang diambil berdistribusi normal atau tidak. Perumusan hipotesis pengujian normalitas skor pretes adalah sebagai berikut: H0: Data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1: Data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji ShapiroWilk dengan taraf signifikansi 5%. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut: 1) H0 diterima, apabila nilai sig. (signifikansi) lebih besar atu sama dengan 0,05. 2) H0 ditolak, apabila nilai sig. (signifikansi) kurang dari 0,05. Hasil dari analisis uji normalitas Shapiro-Wilk disajikan dalam tabel 4.2.
50
Tabel 4.2 Hasil Test of Normality Data Pretes Shapiro-Wilk Kelas Eksperimen Kontrol
Signifikansi 0.728 0.036
Berdasarkan Tabel 4.2 diperoleh nilai signifikasi untuk uji normalitas Shapiro-Wilk data pretes siswa kelas eksperimen 0,728 dan data pretes siswa kelas kontrol 0,036. Nilai signifikansi untuk kelas eksperimen lebih dari 0,05 sehingga H0 diterima, artinya populasi berdistribusi normal, sedangkan nilai signifikansi untuk kelas kontrol kurang dari 0,05 sehingga H0 ditolak , artinya populasi berdistribusi tidak normal. Output dari analisis uji normalitas Shapiro-Wilk disajikan secara lengkap dalam Lampiran D. Berdasarkan uji normalitas Shapiro-Wilk dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu sampel tidak berdistribusi normal. Selanjutnya karena salah satu sampel tidak berdistribusi normal, maka tidak dilakukan pengujian homogenitas varians, tetapi langsung dilakukan uji kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan uji statistik non parametrikMann-Whitney.
b. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Uji kesamaan rata-rata dengan Mann-Whitney dilakukan untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi matematis siswa
51
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sama atau tidak. Perumusan hipotesis uji kesamaan dua rata-rata skor pretes adalah sebagai berikut: ܪ : ߤଵ = ߤଶ ܪ : ߤଵ ≠ ߤଶ Keterangan: ߤଵ = rata-rata kemampuan awal komunikasi matematis siswa kelas eksperimen ߤଶ = rata-rata kemampuan awal komunikasi matematis siswa kelas kontrol Dengan taraf signifikansi 5%, kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut: 1) H0 diterima, apabila nilai sig. ≥ 0,05 2) H0 ditolak, apabila nilai sig. < 0,05 Berikut tabel hasil ujiMann-Whitney skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tabel 4.3 Hasil Uji Mann-Whitney U Data Pretes Nilai Mann-Whitney U
347.500
Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed)
875.500 -2.216 0.027
Dari Tabel 4.3 terlihat bahwa nilai signifikansi yang diperoleh
sebesar
0,027.
Nilai
tersebut
kurang
dari
0,05,
52
berdasarkan kriteria pengujian diatas, H0 ditolak. Hal ini menunjukan
bahwa
rata-rata
kemampuan
awal
komunikasi
matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah berbeda. Hasil uji Mann-Whitney disajikan secara lengkap dalam Lampiran D.
2.
Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Dalam penelitian ini yang akan dilihat adalah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa, sehingga untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol dan mengingat kemampuan komunikasi matematis awalyang berbeda, maka data yang diolah adalah data skor indeks gain siswa. Berikut statistik deskriptif data indeks gain kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat dalam Tabel 4.4. Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Data Indeks Gain Kelas
Mean
Std Deviasi
Eksperimen Kontrol
0.5972 0.4463
0.17445 0.23705
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa rata-rata indeks gain kelas eksperimen adalah 0,5972 dengan standar deviasi 0,17445, sedangkan rata-rata indeks gain kelas kontrol adalah 0,4463 dengan standar deviasi 0,23705. Tabel deskriptif indeks gain secara lengkap disajikan dalam Lampiran D. Degan deskripsi data diatas dapat dilihat bahwa rata-rata indeks gain kelas eksperimen kelas kontrol berbeda. Untuk melihat apakah
53
perbedaan tersebut cukup signifikan atau tidak maka dilakukan uji statistik sebagai berikut.
a.
Uji Normalitas Indeks Gain Setelah diketahui gambaran statistik deskriptif data indeks gain dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol, selanjutnya akan dilakukan uji normalitas terhadap data indeks gain kedua kelas tersebut. Perumusan hipotesis yang digunkan pada uji normalitas adalah sebagai berikut: H0: Data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1: Data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Digunakan uji Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi 5%. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut: 1) H0 diterima, apabila nilai sig. ≥ 0,05 2) H0 ditolak, apabila nilai sig. < 0,05 Hasil dari analisis uji normalitas Shapiro-Wilk disajikan dalam tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Test of Normality Data Indeks Gain Shapiro-Wilk Kelas Eksperimen Kontrol
Signifikansi 0.019 0.017
54
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas diperoleh nilai signifikansi untuk uji normalitas Shapiro-Wilk data indeks gain siswa kelas eksperimen 0,019 dan siswa kelas kontrol 0,017. Nilai signifikansi untuk kelas eksperimen kurang dari 0,05 sehingga H0 ditolak, artinya skor indeks gain kelas eksperimen berasal dari populasi berdistribusi tidak normal, begitu juga nilai signifikansi untuk kelas kontrol kurang dari 0,05 sehingga H0 ditolak, artinya skor indeks gain kelas kontrol berasal dari populasi berdistribusi tidak normal. Output dari analisis uji normalitas Shapiro-Wilk disajikan secara lengkap dalam Lampiran D. Berdasarkan uji normalitas Shapiro-Wilk dapat diambil kesimpulan bahwa kedua sampel tidak berdistribusi normal. Selanjutnya karena kedua sampel tidak berdistribusi normal, maka tidak dilakukan pengujian homogenitas varians, tetapi langsung dilakukan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji statistik non parametrikMann-Whitney.
b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Indeks Gain Uji perbedaan dua rata-rata indeks gaindengan MannWhitney digunakan untuk menguji apakan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen lebih baik atau tidak lebih baik dari kelas kontrol. hipotesis dalam pengujian ini adaah sebagai berikut:
55
ܪ : ߤଵ = ߤଶ ܪଵ : ߤଵ > ߤଶ Keterangan: ߤଵ = rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen ߤଶ =rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas kontrol Dengan taraf signifikansi 5%, kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut: ଵ
1) H0 diterima, apabila nilai sig. ≥ 0,05 ଶ
ଵ
2) H0 ditolak, apabila nilai sig. < 0,05 ଶ
Berikut tabel hasil ujiMann-Whitney skor indeks gain kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel 4.6 Hasil Uji Mann-Whitney U Data Indeks Gain Nilai Mann-Whitney U
293.500
Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed)
821.500 -2.935 0.003
Dari Tabel 4.6 diketahui nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0,003, karena yang digunakan adalah uji satu pihak maka digunakan nilai signifikansi 0,0015, nilai tersebut kurang dari 0,05,
56
sehingga dengan kriteria pengujian diatas H0 ditolak. Hasil uji MannWhitney disajikan secara lengkap dalam Lampiran D. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan teknik Probing-Prompting lebih baik secara signifikan daripada peningkatan kemampuan komunikasi matematis dengan model pembelajaran konvensional.
B. Analisis Data Kualitatif Data kualitatif dalam penelitian ini didapat dari angket dan lembar observasi. Berikut ini disajikan hasil analisis data angket dan observasi.
1.
Analisis Data Angket Angket diberikan kepada siswa di kelas eksperimen pada saat pertemuan terakhir. Pemberian angket ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan teknik Probing-Prompting. Angket ini terdiri dari 30 peryataan yang memuat pernyataan positif dan negatif. Dalam setiap pernyataan terdapat empat pilihan yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju). Pengolahan data angket ini dilakukan dengan menggunakan skala Likert. Adapun analisisnya adalah sebagai berikut.
57
a.
Respon Siswa terhadap Pelajaran Matematika Respon
siswa
terhadap
pelajaran
matematika
ini
diungkapkan melalui empat buah pernyataan. Pernyataan ini terdiri dari dua pernyataan positif yaitu nomor 1 dan 2, serta dua pernyataan negatif yaitu nomor 3 dan 10. Hasil analisis pernyataanpernyataan tersebut disajikan dalam Tabel 4.7. Tabel 4.7 Respon Siswa terhadap Pelajaran Matematika Sikap siswa terhadap pelajaran matematika Aspek Indikator
Sifat
No
Menunjukan minat terhadap
Positif
pelajaran matematika
Negatif
1 3 10
Menunjukan manfaat pelajaran Positif 2 matematika Rata-rata Skor Aspek
RatarataSkor Item 4,13 2,63 3,78 4,69 3,8075
Berdasarkan Tabel 4.7 dari empat pernyataan yang diajukan terdapat satu pernyataan yang rata-ratanya kurang dari 3 yaitu pernyataan nomor 3. Pernyataan nomor 3 merupakan pernyataan negatif yang menyatakan bahwa pelajaran matematika sulit dimengerti. Artinya, kebanyakan siswa menyukai pelajaran matematika, sebagian besar dari siswa juga tidak malas untuk belajar matematika, dan seluruh siswa juga setuju bahwa matematika bermanfaat bagi masa depan mereka, namun sebagian besar dari siswa (62,5%) masih menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dimengerti.
58
Meskipun demikian rata-rata dari keempat pernyataan yang mewakili respon siswa terhadap pelajaran matematika lebih dari 3 yaitu 3,8075. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa respon siswa terhadap pelajaran matematika adalah positif. Hasil perhitungan mengenai respon siswa terhadap pelajaran matematika selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran F. b. Respon Siswa terhadap Pembelajaran Matematika dengan Teknik Probing-prompting Terdapat dua puluh satu pernyataan yang menunjukan respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan teknik Probing-Prompting. Dua belas pernyataan bersifat positif, yaitu nomor 6, 8, 12, 14, 15, 16, 18, 20, 21, 22, 23, dan 26, serta 9 pernyataan negatif , yaitu nomor 4, 11, 13, 17,19, 24, 27, 28 dan 30. Berikut ini disajikan hasil analisis dari angket siswa sesuai indikatornya dalam Tabel 4.8, 4.9, dan 4.10.
Tabel 4.8 Minat Siswa terhadap Pembelajaran Matematika dengan teknik Probing-prompting Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika Aspek dengan teknik Probing-Prompting RataIndikator Sifat No rataSkor Item 16 3,53 Minat siswa terhadap Positif 20 3,34 pembelajaran matematika dengan teknik Probing22 4,13 Prompting Negatif 4 3,03 Rata-rata Skor Indikator
3,5075
59
Berdasarkan tabel 4.8 diatas diketahui bahwa minat siswa terhadap pembelajaran matematika dengan teknik ProbingPromptingcukup baik. Hal ini ditunjukan dengan rata-rata setiap pernyataan yang diatas 3, baik untuk pernyataan positif maupun untuk pernyataannegatif. Hasil di atas menunjukan bahwa pembelajaran dengan teknik Probing-Promptingmembuat siswarajin belajar, selain itu pembelajaran dengan teknik Probing-Promptingjuga merupakan sesuatu yang berbeda dengan pembelajaran yang mereka biasa lakukan, sehingga mereka tidak jenuh. Rata-rata untuk minat siswa terhadap pembelajaran matematika dengan teknik ProbingPromptingadalah 3,5075, nilai ini lebih dari 3. Jadi dapat disimpulkan bahwa minat siswa terhadap pembelajaran matematika dengan teknik Probing-Promptingmendapatkan respon positif. Tabel 4.9 Manfaat yang diperoleh dari pembelajaran matematika dengan teknik probing-prompting Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika Aspek dengan teknik Probing-Prompting RataIndikator Sifat No rataSkor Item 8 4,00 Manfaat yang diperoleh dari 12 3,88 pembelajaran matematika 14 4,09 Positif dengan teknik Probing15 4,09 Prompting
21 23
3,84 3,97
60
Negatif
27
2,75
Rata-rata Skor Indikator 3,8028 Tabel4.9 memperlihatkan sikap siswa terhadap manfaat yang
diperoleh
dari
pembelajaran
matematika
dengan
teknikProbing-Prompting.Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata di atas 3 untuk setiap pernyataan positif, dan nilai rata-rata di bawah 3 untuk pernyataan negatif. Namun, rata-rata untuk semua pernyataan di atas 3, yaitu 3,802. Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap siswa terhadap manfaat yang diperoleh dari pembelajaran dengan teknik Probing-Promptingadalah positif. Tabel 4.10 Respon Siswa selama Pembelajaran Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika Aspek dengan teknik Probing-Prompting RataIndikator Sifat No rataSkor Item 6 3,81 positif 18 3,63 Respon siswa selama 28 2,84 pembelajaran matematika dengan teknik ProbingPrompting
Negatif
11 13 17 19
3,56 3,75 3,03 3,63
24 28 30
2,91 3,81 2,75
Rata-rata Skor Indikator
3,372
61
Dari Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa respon siswa selama pembelajaran dengan teknik Probing-Prompting cukup baik. Ratarata indikatornya adalah 3,372, artinya respon siswa cukup positif.
Tabel 4.11 Respon Siswa terhadap Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Probing-prompting Rata-rata Skor
Indikator Minat siswa terhadap pembelajaran matematika dengan teknik Probing-Prompting
3,5075
Manfaat yang diperoleh dari pembelajaran matematika dengan teknik Probing-Prompting
3,8028
Respon siswa selama pembelajaran matematika dengan teknik Probing-Prompting
3,372
Rata-rata Tabel
4.11
menunjukan
respon
siswa
3,5606 terhadap
pembelajaran dengan teknik Probing-Promptinguntuk setiap indikatornya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa rata-rata untuk setiap indikator mempunyai nilai di atas 3. Hal tersebut sudah menunjukan bahwa respon siswa positif terhadap pembelajaran matematika dengan teknik Probing-Prompting. Hal tersebut diperkuat dengan rata-rata untuk semua indikator adalah 3,5606. Jadi dapat disimpulkan bahwa respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan teknik Probing-Prompting positif. c.
Respon Siswa terhadap Peran Guru
62
Respon siswa terhadap peran guru diungkapkan dengan lima pernyataan yang terdiri dari tiga pernyataan positif yaitu nomor 5, 25, dan 29, serta dua pernyataan negatif yaitu nomor 7 dan 9. Hasil analisis dari pernyataan tersebut disajikan dalam Tabel 4.10. Tabel 4.10 Respon Siswa terhadap Peran Guru Aspek
Sikap siswa terhadapperan guru Indikator
Sifat
No
positif
5 25 29
RatarataSkor Item 4,63 4,16 4,44
Negatif
7 9
3,25 2,13
Peran guru dalam proses pembelajaran matematika dengan teknikProbingPrompting
Rata-rata Skor Indikator 3,84 Berdasarkan Tabel 4.9 dapat disimpulkan bahwa respon siswa terhadap peran guru tergolong baik dengan rata rata 3,84, walaupun ada satu pernyataan yang rata-ratanya hanya 2,13. Secara keseluruhan persentase dan penafsiran data angket secara lengkap disajikan dalam Lampiran F.
2.
Analisis Lembar Observasi Kegiatan observasi yang dilakukan bertujuan untuk mengamati aktifitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung.Data hasil observasi diperoleh dari lembar oservasi yang diisi oleh observer pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Secara umum kegiatan proses
63
pembelajaran dengan teknik Probing-Promptingberjalan dengan baik. Lembar hasil observasi disertakan dalam lampiran. Aktivitas gru dan siswa dapat rerlihat dari gambar dibawah ini.
Gambar 4.1 Aktivitas Guru dan siswa dalam proses Pembelajaran Adapun penjelasan hasil observasi guru dan siswa adalah sebagai berikut. a.
Observasi Aktivitas Guru Berdasarkan hasil pengamatan pada lembar observasi ketika pembelajaran berlangsung, secara umun guru telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Pada pertemuan pertama,setiap tahapan pembelajaran dilakukan dengan baik, namun masih terdapat kekurangan dalam hal pengelolaan waktu. Hal ini dikarenakan banyaknya LKS yang harus dikerjakan oleh siswa, sehingga pada tahap penutup guru terburu-buru dalam menyampaikan hasil
64
pembelajaran dan kesimpulan.Pada pertemuan kedua, guru sudah menjalankan
tugasnya
dengan
cukup
baik.Pada
pertemuan
ketiga,tahapan pembelajaran sudah dilakukan dengan baik, namun menurut catatan observer, guru kurang bisa mengkondisikan siswa karena banyaknya siswa yang bertanya, sehingga kelas cenderung berisik. Pertemuan keempat dan kelima sudah tidak ditemukan masalah lagi, baik pada pengelolaan waktu maupun pengelolaan kelas. Secara keselurukan dapat disimpulkan bahwa aktifitas guru selama pembelajaran sudah baik.
b. Observasi Aktivitas Siswa Aktifitas siswa yang diamati disini adalah ketika siswa mampu mengikuti tahapan-tahapan teknik Probing-Promptingyang dilakukan oleh guru, seperti siswa menjawab pertanyaan, siswa mengajukan pertayaan, dan siswa memberikan pendapat.Pada pertemuan pertama, siswa belum terbiasa dengan pembelajaran dengan teknik Probing-Prompting. Hal ini terlihat dari siswa yang belum
berani
mengeluarkan
pendapatnya
dan
mengajukan
pertanyaan. Pada pertemuan kedua, masalah yang dialami pada pertemuan pertama sudah berkurang, namun masih ada beberapa siswa yang malu-malu untuk mengeluarkan pendapatnya. Pertemuan
65
ketiga, keempat, dan kelima siswa sepertinya sudah terbiasa dengan teknik Probing-Prompting, sehingga kelas lebih ramai karena banyaknya siswa yang mengajukan pertanyaan.
C. Pembahasan Berdasarkan hasil pengolahan data diatas diperoleh hasil analisis data pretes dengan menggunakan uji Shapiro-wilk bahwa kelas eksperimen berdistribusi normal sedangkan kelas kontrol tidak berdistribusi normal. Karena salah satu kelas tidak berdistribusi normal maka tidak dilakukan uji homogenitas, melainkan uji non parametrikMann-whitney dengan taraf signifikansi 5%. Nilai signifikansi yang diperoleh dari uji Mann-whitney adalah 0,027, karena nilai ini kurang dari 0,05 maka H0 ditolak. Artinya kemampuan awal komunikasi matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda. Setelah analisis data pretes dilakukan, selanjutnya analisis data indeks gain. Data indeks gain ini diolah dan dianalisis untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa antara siswa yang pembelajarannya menggunakan teknik Probing-Prompting dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional. hasil uji normalitas data indeks gain dengan Shapiro-wilk pada kelas eksperimen adalah 0,019dan pada kelas kontrol adalah 0,017 yang artinya tidak berdistribusi normal. Karena kedua kelas tidak berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji non parametrikMann-Whitney pada data
66
indeks gain dengan taraf signifikansi 5%. Nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0,0015. Nilai tersebut kurang dari 0,05, maka berdasarkan kriteria pengujian hipotesis H0 ditolak. Artinya, Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan teknik ProbingPromptinglebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hal diperkirakan karena pada kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan teknik ProbingPrompting siswa mengalami tahapan mengkontruksi sebuah konsep dan siswa juga terbiasa dengan mengungkapkan ide dan pendapatnya dari pertanyaan yang diberikan. Sehingga siswa dapat menyampaikan idenya tersebut dalam bentuk tulisan. Walaupun demikian teknik Probing-Promptingini masih terdapat kekurangan, diantaranya belum dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa secara maksimal. Hal ini terlihat dari rata-rata skor indeks gain pada kelas eksperimen yang tergolong dalam kriteria sedang, yaitu 0,60. Selain hasil analisis data di atas, ada pula data kualitatif yang berupa angket dan lembar observasi yang diberikan pada siswa kelas eksperimen. Pada umumnya siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran matematika dengan teknik Probing-Prompting, hal ini dapat dilihat dari hasil analisis angket secara keseluruhan dengan rata-rata 3,61.
67
Namun demikaan, masih terdapat beberapa penyataan yang rataratanya dibawah tiga, misalnya pernyataan nomor 3, yang menyatakan bahwa pelajaran matematika sulit dimengerti. Kemudian pernyataan nomor 27 yang menyatakan bahwa siswa malu mengungkapkan pendapatnya. Beberapa pernyataan lain seperti nomor 34, 38, dan 30 memperoleh skor di bawah tiga. Kemungkinan hal tersebut terjadi karena belum terbiasanya siswa berpendapat, mengajukan pertanyaan, dan menjawab pertanyaan. Pada dasarnya pembelajaran matematika dengan teknik ProbingPrompting berjalan dengan baik meskipun masih ada beberapa siswa yang kesulitan dalam pembelajaran karena tidak terbiasa dengan menjawab ataupun memberikan pertanyaan.