BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai cara atasan memimpin dan kinerja bawahan yang meliputi hasil penelitian data, hasil pembahasan penelitian yang berupa hasil uji hipotesis dan uji asumsi. 4.1 Hasil Pengolahan Data 4.1.1 Gambaran Umum responden Responden
dalam
penelitian
ini
adalah
para
pimpinan
setingkat
manajer/supervisor PT. PAS yang berjumlah 40 responden. Pada bab ini akan dijelaskan tentang usia, jenis kelamin dan jumlah bawahan responden yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.
Tabel 4.1 Data Responden Berdsarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frequency Percent Valid
Valid Percent
Cumulative Percent
Laki-laki
29
72.5
72.5
72.5
Perempuan
11
27.5
27.5
100.0
Total
40
100.0
100.0
Sumber : Pengolahan Data SPSS 17.0
Dari tabel diatas diketahui bahwa jumlah responden laki-laki lebih banyak yaitu 29 orang (72.5%) sedangkan responden perempuan sebanyak 11 (27.5%). Data responden berdasarkan usia dan jumlah bawahan secara lebih spesifik dapat dilihat pada gambar 4.1 dan gambar 4.2.
1
Sumber : Pengolahan Data SPSS 17.00 Gambar 4.1 Data Responden Berdasarkan Jumlah Bawahan
Berdasarkan data dari 40 responden didapatkan gambaran jumlah bawahan banyak berjumlah dua orang. Sedangkan untuk usia responden paling banyak adalah usia 43 tahun.
Sumber : Pengolahan Data SPSS 17.00 Gambar 4.2 Data Responden Berdasarkan Usia
2
4.1.2 Uji Beda Mean Berdasarkan penelitian ini dapat dilihat skor mean seluruh responden pada variabel cara atasan memimpin dan kinerja bawahan. Berikut adalah tabel : Tabel 4.2 Nilai Mean Descriptive Statistics N
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
Cara Atasan Memimpin
40
114
169
143.25
13.876
Kinerja Bawahan
40
70
90
82.25
5.633
Valid N (listwise)
40
Sumber : Pengolahan Data SPSS 17.0
Dari tabel diatas, dapat dilihat nilai mean dan standar deviasi dari cara atasan memimpin dan kinerja bawahan yaitu 143.25 dengan standar deviasi 13.876 dan 82.25 dengan standar deviasi 5.633, juga didapatkan nilai maksimum dari 40 item untuk cara atasan memimpin sebesar 169 dan untuk kinerja bawahan sebesar 90.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 4.2.1
Uji Normalitas Data Variabel Kinerja Metode uji normalitas yang digunakan adalah melihat dari tabel
kolmogorov-smirnov yang dihitung dengan bantuan software SPSS (Statistical Package for Social Science) 17.0. Dalam mendeteksi normalitas data, dilakukan pendekatan Kolmogorov-Smirnov yang dihitung dengan bantuan peranti lunak SPSS.
3
Tabel 4.3 Hasil Uji Kolomogrov-Smirnov 1 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kinerja (PA) N
40 a,,b
Normal Parameters
Most Extreme Differences
Mean
82.25
Std. Deviation
5.633
Absolute
.120
Positive
.084
Negative
-.120
Kolmogorov-Smirnov Z
.758
Asymp. Sig. (2-tailed)
.614
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Output Pengolahan Data SPSS 17.0 Nilai signifikan (p)>0.05 menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal, sedangkan nilai signifikan (p)<0.05 menunjukkan data tidak terdistribusi secara normal. Oleh karena nilai signifikan (p) = 0.614>0.05, maka dapat dikatakan penyebaran data variabel kinerja berdistribusi normal. Hal ini juga didukung dengan gambar Q-Q Plot seperti pada Gambar 4.3.
Sumber : Output Pengolahan Data SPSS 17.0 Gambar 4.3 Q-Q Plot Kinerja (PA)
4
4.2.1.1 Uji Normalitas Data Variabel Cara Atasan Memimpin Sama halnya variabel kinerja, pada variabel cara atasan memimpin dilakukan juga uji normalitas data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Berikut adalah gambaran hasil uji Kolmogorov-Smirnov alat ukur cara atasan memimpin : Tabel 4.4 Hasil Uji Kolomogrov-Smirnov 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Cara Atasan Memimpin N
40 Normal Parameters
a,,b
Most Extreme Differences
Mean
143.25
Std. Deviation
13.876
Absolute
.201
Positive
.197
Negative
-.201
Kolmogorov-Smirnov Z
1.274
Asymp. Sig. (2-tailed)
.078
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Output Pengolahan Data SPSS 17.0
Nilai signifikan (p)>0.05 menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal, sedangkan nilai signifikan (p)<0.05 menunjukkan data tidak terdistribusi secara normal. Oleh karena nilai signifikan (p) = 0.078>0.05, maka dapat dikatakan penyebaran data untuk alat ukur cara atasan memimpin berdistribusi normal. Hal ini juga didukung dari gambar penyebaran data Q-Q Plot pada gambar 4.4.
5
Sumber : Output Pengolahan Data SPSS 17.0 Gambar 4.4 Q-Q Plot Cara Atasan memimpin
4.2.2
Uji Linearitas Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara variabel
bersifat linier. Uji ini biasanya dijadikan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear. Berikut gambaran uji linearitas pada penelitian ini :
Sumber : Pengolahan Data SPSS 17.0 Gambar 4.5 Hasil Uji Linearitas
6
Garis linear regression terlihat dari kiri bawah menuju kanan atas, hal ini membuktikan bahwa antara cara atasan memimpin dengan kinerja bawahan mempunyai hubungan yang linier walaupun kecil karena garis linearnya hampir sejajar dengan nilai R2 linear = 0.003 < 0,05. Dengan demikian data variabel layak untuk dianalisis secara statistik.
4.2.3
Uji Hipotesis Untuk mengetahui hipotesis diterima atau ditolak, dilakukan uji hipotesis
korelasional. Uji korelasional ini menggunakan uji analisis Pearson melalui software Statistical Product Service Solution (SPSS) versi 17.00, hal ini dikarenakan data yang ada adalah data interval. Di bawah ini terdapat hipotesis penelitian yang akan diuji, dan tabel nilai klasifikasi korelasi yang digunakan untuk melihat kuat tidaknya hubungan dari kedua variable penelitian. Berikut adalah uji korelasi hipotesis utama secara keseluruhan, untuk korelasi hipotesis per dimensi akan dijelaskan setelahnya.
Tabel 4.5 Uji Hipotesis Utama (secara variabel)
Descriptive Statistics Mean TOTALitem PAmean
Std. Deviation
N
136.80
10.415
40
82.25
5.633
40
Sumber : Pengolahan Data SPSS 17.0
7
Correlations TOTALitem TOTALitem
Pearson Correlation
PAmean 1
.660**
Sig. (2-tailed)
.000
N PAmean
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
40
40
**
1
.660
.000
N
40
40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber : Pengolahan Data SPSS 17.0
Berdasarkan hasil dari tabel 4.5 mengenai uji hipotesis utama secara variabel diketahui pearson correlation = 0,660 dan sig. (p) 0,000, dimana p < 0,01, dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi, ada hubungan positif dan signifikan antara cara atasan memimpin dengan kinerja bawahan. Dibawah ini terdapat tabel klasifikasi nilai korelasi untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai korelasi antar variabel. Tabel 4.6 Koefisien Korelasi r
Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,19
Sangat rendah
0,20 – 0,39
Rendah
0,40 – 0,59
Sedang
0,60 – 0,79
Tinggi
0,80 – 1,00
Sangat tinggi
Sumber : Diolah Oleh Peneliti berdasarkan Nisfiannoor (2009) Selanjutnya terdapat peluang kesalahan alpha ini diberi lambang huruf p (probability of Alpha Error). Besar peluang kesalahan (tertulis “sig” pada output program SPSS) dapat dilihat pada taraf signifikansi, sebagai berikut :
8
Tabel 4.7 Taraf Signifikansi dan Tingkatannya
Taraf Signifikansi
Tingkat Signifikansi
Jika sig (p) < 0,01
Sangat signifikan (signifikan yang kuat)
Jika sig (p) < 0,05
Signifikan
Jika sig (p) > 0,05
Tidak signifikan
Sumber : Data Olahan Peneliti berdasarkan Nisfiannoor (2009)
Berikut merupakan beberapa hasil dari uji hipotesis korelasi Pearson per dimensi dari data yang telah diolah oleh peneliti :
Tabel 4.8 Nilai Korelasi Pearson Modeling The Way - Kinerja Bawahan
Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
PA
82.25
5.633
40
M
28.28
3.226
40
Correlations PA PA
Pearson Correlation
M 1
Sig. (2-tailed)
.005
N M
.439**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
40
40
.439**
1
.005
N
40
40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil uji korelasi, besar korelasi antara kinerja bawahan dan cara atasan memimpin adalah 0,439 dengan 9
signifikansi 0,005. Pengujian dilakukan dengan pengujian dua ekor (two-tailed) dengan jumlah 40 kasus.Bila r semakin mendekati angka 1, maka hal tersebut menunjukan adanya hubungan yang sangat kuat. Sehingga dapat disimpulkan ada hubungan dengan tingkat Sedang dan Signifikan antara Modeling The Way dan Kinerja Bawahan. Tabel 4.9 Nilai Korelasi Pearson Inspiring a Shared Vision - Kinerja Bawahan
PA PA
I
Pearson Correlation
.484**
1
Sig. (2-tailed)
.002
N I
Pearson Correlation
40
40
.484**
1
Sig. (2-tailed)
.002
N
40
40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Descriptive Statistics
Mean
Std. Deviation
N
PA
82.25
5.633
40
I
25.80
2.747
40
Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil uji korelasi, besar korelasi antara kinerja bawahan dan cara atasan memimpin adalah 0,484 dengan signifikansi 0,002. Pengujian dilakukan dengan pengujian dua ekor (two-tailed) dengan jumlah 40 kasus.Bila r semakin mendekati angka 1, maka hal tersebut menunjukan adanya hubungan yang sangat kuat.
10
Sehingga dapat disimpulkan ada hubungan dengan tingkat Sedang dan Signifikan antara Inspiring a Shared Vision dan Kinerja Bawahan.
Tabel 4.10 Nilai Korelasi Pearson Challenge the Process - Kinerja Bawahan
Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil uji korelasi, besar korelasi antara kinerja bawahan dan cara atasan memimpin adalah 0,403 dengan signifikansi 0,010. Pengujian dilakukan dengan pengujian dua ekor (two-tailed) dengan jumlah 40 kasus.Bila r semakin mendekati angka 1, maka hal tersebut menunjukan adanya hubungan yang sangat kuat. Sehingga dapat disimpulkan ada hubungan dengan tingkat Sedang dan Signifikan antara Challenge the Process dan Kinerja Bawahan.
11
Tabel 4.11 Nilai Korelasi Pearson Enable Others to Act - Kinerja Bawahan
Descriptive Statistics
Mean
Std. Deviation
N
PA
82.25
5.633
40
E
26.88
2.700
40
Correlations PA PA
E
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed)
.019
N E
*
.370
40
40
*
1
Pearson Correlation
.370
Sig. (2-tailed)
.019
N
40
40
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil uji korelasi, besar korelasi antara kinerja bawahan dan cara atasan memimpin adalah 0,370 dengan signifikansi 0,019. Pengujian dilakukan dengan pengujian dua ekor (two-tailed) dengan jumlah 40 kasus.Bila r semakin mendekati angka 1, maka hal tersebut menunjukan adanya hubungan yang sangat kuat. Sehingga dapat disimpulkan ada hubungan dengan tingkat Rendah dan Signifikan antara Enable Others to Act dan Kinerja Bawahan.
12
Tabel 4.12 Nilai Korelasi Pearson Encourange the Heart - Kinerja Bawahan Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
PA
82.25
5.633
40
ENCOUR
28.90
3.433
40
Correlations PA PA
Pearson Correlation
ENCOUR 1
Sig. (2-tailed)
.001
N ENCOUR
**
.509
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
40
40
**
1
.509
.001
N
40
40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil uji korelasi, besar korelasi antara kinerja bawahan dan cara atasan memimpin adalah 0,509 dengan signifikansi 0,001. Pengujian dilakukan dengan pengujian dua ekor (two-tailed) dengan jumlah 40 kasus.Bila r semakin mendekati angka 1, maka hal tersebut menunjukan adanya hubungan yang sangat kuat. Sehingga dapat disimpulkan ada hubungan dengan tingkat Sedang dan Signifikan antara Encourange the Heart dan Kinerja Bawahan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa diantara kelima hipotesis memiliki korelasi dan signifikan, dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima.
4.2.4
Analisis One Way ANOVA Analisis dengan menggunakan One Way ANOVA ini merupakan metode
analisis statistika yang tergolong analisis komparatif (perbandingan) antara lebih
13
dari dua rata-rata. Tujuan digunakannya uji ini untuk memperkuat uji-uji asumsi yang sebelumnya dan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil dapat mewakili populasi (representatif). Berikut penjelasannya pada tabel 4.11. Tabel 4.13 Analisis Perbedaan dengan menggunakan One Way ANOVA Descriptives
95% Confidence Interval for Mean N
Mean
Std. Deviation Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximum
1
2
83.50
2.121
1.500
64.44
102.56
82
85
2
4
80.75
7.089
3.544
69.47
92.03
71
86
3
7
81.29
6.473
2.447
75.30
87.27
70
90
4
12
81.50
6.098
1.760
77.63
85.37
70
89
5
15
83.53
5.153
1.330
80.68
86.39
71
90
Total
40
82.25
5.633
.891
80.45
84.05
70
90
Test of Homogeneity of Variances PA Levene Statistic
df1
df2
.536
4
Sig. 35
.710
ANOVA PA Sum of Squares Between Groups
df
Mean Square
50.088
4
12.522
Within Groups
1187.412
35
33.926
Total
1237.500
39
F
Sig. .369
.829
Sumber : Pengolahan Data SPSS 17.0
Diketahui F = 0,369 dan p = 0,829 > 0,05, hal ini menandakan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Jadi, tidak ada perbedaan kinerja bawahan antara karyawan yang memiliki atasan dengan cara atasan memimpin tipe 1, 2, 3, 4, 5 14
(Challenging the process, Inspiring the vision, Enabling Others to Act, Modelling The Way, dan Encouranging the Heart). Hasil dari analisis ANOVA menunjukan tidak ada perbedaan, jadi tidak dilakukan post hoc. Dengan hasil yang sama-sama signifikan antara uji asumsi, uji hipotesis dan uji ANOVA sebagai tambahan, hal ini memperkuat bahwa dalam penelitian ini memang memiliki korelasi antara variabel yang ingin diteliti (H0 ditolak, H1 diterima) dan sampel yang sudah ada dianggap sudah cukup untuk mewakili dari populasi responden penelitian.
15