BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian, deskripsi pembelajaran dan pembahasannya. Dalam penelitian ini digunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen 1 sebagai kelas yang mendapatkan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran CPS dan kelas eksperimen 2 sebagai kelas yang mendapatkan pembelajaran PBL. Proses penelitian dilakukan selama kurang lebih 3 minggu, dimulai pada tanggal 19 September 2011 dan berakhir pada tanggal 03 Oktober 2011. Sebelum dilaksanakan pembelajaran, terlebih dahulu kedua kelas diberikan pretes untuk melihat kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan. Setelah seluruh sub pokok bahasan selesai, kedua kelas diberi postes untuk melihat kemampuan siswa setelah diberikan perlakuan. Data yang diperoleh dari penelitian ini terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yang digunakan untuk mengukur peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis diperoleh dari hasil pretes, postes, dan indeks gain siswa pada kelas eksperimen 1 (CPS) dan kelas eksperimen 2 (PBL), sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil angket siswa, observasi, dan jurnal harian. Data kuantitatif digunakan untuk melihat bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran CPS dan
49
50
PBL. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan software Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 16.0 for Windows.
4.1 Analisis Data Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis 4.1.1.
Deskripsi Data Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pretes dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki oleh
siswa kelas CPS dan kelas PBL sama atau berbeda. Data skor pretes diperoleh dari hasil tes awal sebelum model pembelajaran diterapkan. Setelah dilakukan pengolahan data hasil pretes, baik kelas CPS maupun kelas PBL, diperoleh skor terendah, skor tertinggi, jumlah skor (sum), skor ratarata (mean), deviasi standar, dan varians. Berikut ini disajikan hasil perhitungan statistik deskriptif data hasil pretes kelas CPS dan kelas PBL tersebut, disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Data Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Minimum
N
Maximum
Sum
Mean
Std. Deviation
variance
Pretes CPS
40
5.00
35.00
832.00
20.80
7.71
59.45
Pretes PBL
40
5.00
22.00
519.00
12.98
4.47
20.03
Valid N (listwise)
40
Skor Maksimal Ideal : 100 Berdasarkan data pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata skor kelas CPS dan kelas PBL masing-masing adalah 20,80 dan 12,98. Varians kelas CPS dan kelas PBL masing-masing adalah 59,45 dan 20,03. Deviasi standar kelas CPS dan PBL masing-masing adalah 7,71 dan 4,47.
51
Gambaran mengenai rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis kedua kelas sebelum pembelajaran dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.
Gambar 4.1 Histogram Skor Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas CPS
Gambar 4.2 Histogram Skor Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas PBL
Berdasarkan Gambar 4.1 terlihat grafik kurva lebih berat ke kanan, kurva halusnya yang di sebelah kiri lebih panjang daripada yang di sebelah kanan,
52
kemungkinan tidak normal, dan datanya lebih menyebar, hal ini dapat dilihat dari variansnya. Sedangkan berdasarkan Gambar 4.2 terlihat grafik kurva berada di tengah, kemungkinan normal, data lebih banyak berada di sekitar rata-ratanya hal ini dapat dilihat dari variansnya (sebaran datanya). Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa rata-rata skor pretes yang diperoleh siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan awal kedua kelas sebelum diberi perlakuan adalah berbeda. Akan tetapi data perbandingan nilai rata-rata ini belum cukup untuk menggambarkan signifkasi perbandingan kemampuan pemecahan masalah matematis antara kelas CPS dan kelas PBL. Maka dari itu, untuk mengetahui perbedaan rata-rata tes awal kemampuan pemecahan masalah matematis antara kedua kelompok sampel dilakukan analisis statistik uji perbedaan dua rata-rata. Sebelum melaksanakan analisis statistik uji perbedaan rata-rata dua pihak, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas varians.
4.1.2. Uji Normalitas Data Pretes Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel-sampel yang diambil dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Jika data yang diperoleh berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas varians, sedangkan jika data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji statistika nonparametrik. Rumusan hipotesis yang digunakan pada uji normalitas data pretes sebagai berikut:
53
H0 : Skor pretes sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. H1 : Skor pretes sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal. Dengan
menggunakan
taraf
signifikansi
(ߙ = 0,05), kriteria
0,05
pengujiannya sebagai berikut: 1. Jika signifikansi (Sig.) lebih dari 0,05, maka H0 diterima. 2. Jika signifikansi (Sig.) kurang dari 0,05, maka H0 ditolak. Untuk sampel berukuran lebih dari 30, Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi α = 5%. Hasil dari analisis uji normalitas Shapiro-Wilk dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
Shapiro-Wilk Statistic
Df
Sig.
Pretes CPS
.926
40
.012
Pretes PBL
.966
40
.260
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan data pada Tabel 4.2
tersebut diperoleh bahwa untuk uji
Shapiro-Wilk data pretes siswa kelas CPS memiliki nilai signifikansi 0.012 dan data pretes siswa kelas PBL memiliki nilai signifikansi 0.260. Nilai signifikansi untuk kelas CPS kurang dari 0.05 sehingga H0 ditolak, artinya skor pretes kelas CPS berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal, sedangkan nilai signifikansi untuk kelas PBL lebih dari 0.05 sehingga H0 diterima, artinya skor pretes kelas PBL berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
54
Dalam hal ini tidak dilakukan uji homogenitas varians dan pengujian yang dilakukan selanjutnya adalah uji perbedaaan dua rata-ratanya menggunakan uji statistika nonparametrik, yaitu uji Mann-Whitney.
4.1.3. Uji Mann-Whitney Skor Pretes Untuk menguji apakah kemampuan awal pemecahan masalah matematis siswa kelas CPS dan kelas PBL sama atau tidak, digunakan uji statistik α nonparametrik dengan uji Mann-Whitney. Hipotesis dalam pengujian ini adalah sebagai berikut: H0 : Tidak terdapat perbedaan kemampuan awal pemecahan masalah matematis siswa antara kelas PBL dan kelas CPS. H1 : Terdapat perbedaan kemampuan awal pemecahan masalah matematis siswa antara kelas PBL dan kelas CPS. Dengan
menggunakan
taraf
signifikansi
0,05
ሺߙ = 0,05), kriteria
pengujiannya sebagai berikut: 1.
Jika nilai signifikansi (Sig.) lebih dari 0,05 maka H0 diterima.
2.
Jika nilai signifikansi (Sig.) kurang dari 0,05 maka H0 ditolak. Tabel 4.3 berikut menyajikan hasil uji statistik α nonparametrik dengan uji
Mann-Whitney (U) skor pretes kelas CPS dan kelas PBL.
55
Tabel 4.3 Uji Mann-Whitney (U) Data Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Ranks KELAS NILAI
Mean Rank
N
Sum of Ranks
CPS
40
52.12
2085.00
PBL
40
28.88
1155.00
Total
80
a
Test Statistics
NILAI Mann-Whitney U
335.000
Wilcoxon W
1.155E3
Z
-4.499
Asymp. Sig. (2-tailed)
.000
a. Grouping Variable: KELAS
Kriteria pengambilan keputusan untuk pengujian tersebut sebagai berikut: 1. Terima H0 jika nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05 . 2. Tolak H0 jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 . Dilihat dari Tabel Mann-Whitney terlihat bahwa nilai signifikansi sebesar 0.000 dan nilai tersebut kurang dari 0.05. Berdasarkan kriteria pengujian di atas, H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan awal pemecahan masalah matematis siswa kelas CPS dan kelas PBL adalah berbeda. Hasil lengkap dari uji statistik data pretes kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 dapat dilihat di Lampiran E.1.
56
4.2 Analisis Data Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis 4.2.1. Deskripsi Data Indeks Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Secara Umum Untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas CPS
dan kelas PBL setelah dilakukan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran CPS dan PBL dapat dilihat dari data gains. Sebelum dianalisis, data gains diubah dahulu kedalam bentuk indeks gains. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada kelas CPS dan PBL dapat dilihat dari nilai rata-rata indeks gains pada kedua kelas tersebut. Data mengenai hasil indeks gains untuk kelas CPS dan kelas PBL tersaji pada Lampiran D.1 dan Lampiran D.2. Hasil analisis deskriptif data indeks gains kelas CPS dan kelas PBLdapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut: Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Data Indeks Gains Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa N
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
CPS
40
.16667
.75000 .4379119
.14574034
PBL
40
.05556
.63158 .4336161
.10991501
Valid N (listwise)
40
Berdasarkan Tabel 4.4 terlihat bahwa rata-rata indeks gains yang diperoleh siswa kelas eksperimen sebesar 0,44 artinya kelas CPS mempunyai peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis yang tergolong sedang, dan rata-rata indeks gains siswa kelas PBL sebesar 0,43 artinya kelas PBL juga mempunyai
57
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis yang tergolong sedang. Berdasarkan indeks gains, hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas CPS dan kelas PBL tergolong sedang. Namun, nilai rata-rata indeks gains kelas CPS lebih tinggi daripada nilai rata-rata indeks gain kelas PBL. Dengan demikian dapat disimpulkan kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas CPS lebih tinggi daripada siswa kelas PBL. Sama halnya dengan pengolahan data hasil tes awal, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas terhadap data indeks gains pada masing-masing kelas CPS dan kelas PBL untuk mengetahui jenis uji statistik yang digunakan. Gambaran mengenai data skor indeks gains kelas eksperimen 1 (kelas CPS) dan kelas eksperimen 2 (kelas PBL) dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4.
Gambar 4.3 Histogram Skor Indeks Gains Kelas CPS
58
Gambar 4.4 Histogram Skor Indeks Gains Kelas PBL
Berdasarkan Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 terlihat bahwa kedua kurva berada di tengah, data lebih banyak berada sekitar rata-ratanya, namun Gambar 4.4 kurva halusnya yang di sebelah kiri terlihat sedikit lebih panjang daripada yang disebelah kanan. Kemungkinan indeks gains untuk kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal, hal ini dapat dilihat dari variansnya (sebaran datanya).
4.2.2. Uji Normalitas Data Indeks Gains Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Perumusan hipotesis untuk uji normalitas dalam penelitian ini sebagai berikut: H0 : Skor indeks gains berasal dari populasi yang berdistribusi normal. H1 : Skor indeks gains berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.
59
Untuk mengetahui uji normalitas skor indeks gains ini dilakukan dengan menggunakan statistik uji Shapiro-Wilk dengan taraf signifikasi α = 5%. Kriteria pengujian hipotesisnya sebagai berikut: 1) Jika nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05 maka H0 diterima. 2) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak. Output dari analisis uji normalitas Shapiro-Wilk disajikan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Indeks Gains Kelas CPS dan Kelas PBL Shapiro-Wilk Statistic
Df
Sig.
CPS
.965
40
.251
PBL
.907
40
.003
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan data pada Tabel 4.5
tersebut diperoleh bahwa untuk uji
Shapiro-Wilk data indeks gains siswa kelas CPS memiliki nilai signifikansi 0,251 dan data indeks gains siswa kelas PBL memiliki nilai signifikansi 0,003. Nilai signifikansi untuk kelas CPS, yaitu 0,251 lebih besar dari 0,05 sehingga H0 diterima, artinya data indeks gains kelas eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Nilai signifikansi untuk kelas PBL, yaitu 0,003 lebih kecil dari 0,05 sehingga H0 ditolak, artinya data indeks gains kelas PBL berasal dari populasi berdistribusi tidak normal. Berdasarkan uji normalitas Shapiro-Wilk dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu skor indeks gains berdistribusi tidak normal. Selanjutnya, karena salah
60
satu skor indeks gains berdistribusi tidak normal, maka langsung diuji kesamaan dua rata-ratanya menggunakan uji statistik α nonparametrik yaitu uji MannWhitney.
4.2.3. Uji Mann-Whitney Indeks Gain Kelas CPS dan Kelas PBL Dalam hal ini digunakan uji statistik α nonparametrik, yaitu uji MannWhitney untuk menguji apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas CPS lebih baik atau tidak lebih baik dari kelas PBL. Rumusan hipotesis yang digunakan pada pengujian perbedaan dua ratarata indeks gains sebagai berikut: H0 : Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran CPS sama dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran PBL. H1 : Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran CPS tidak sama dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran PBL. Dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 (ߙ = 0,05 ), kriteria pengujiannya sebagai berikut: 1. Terima H0 jika nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05 . 2. Tolak H0 jika nilai signifikansi kurang dari 0,05. Tabel 4.6 berikut menyajikan hasil uji statistik α nonparametrik dengan uji Mann-Whitney(U) untuk skor indeks gains kelas CPS dan kelas PBL.
61
Tabel 4.6 Uji Mann-Whitney (U) Data Indeks Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa a
Test Statistics
Indeksgain Mann-Whitney U
783.000
Wilcoxon W
1.603E3
Z
-.164
Asymp. Sig. (2-tailed)
.870
a. Grouping Variable: kelas
Dari Tabel 4.6 terlihat bahwa nilai Sig. (2-tailed) = 0,870. artinya H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis
siswa
yang
pembelajarannya
menggunakan
model
pembelajaran CPS sama dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran PBL. Dengan demikian kedua model tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
4.3 Analisis Data Angket Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen non tes berupa angket. Angket pada penelitian ini diberikan kepada siswa di akhir pembelajaran setelah tes dilaksanakan. Tujuan diberikannya angket skala sikap ini terbagi kedalam dua aspek, yaitu mengetahui sikap siswa terhadap model pembelajaran CPS atau PBL dan sikap siswa terhadap soal-soal kemampuan pemecahan masalah matematis. Untuk kelas eksperimen 1 mendapat angket CPS dan untuk kelas eksperimen 2 mendapat angket PBL. Angket yang diberikan kepada dua
62
kelas eksperimen terdiri dari 20 nomor yang terdiri dari 10
nomor berupa
pernyataan positif dan 10 nomor berupa pernyataan negatif. Angket diberikan kepada siswa kelas CPS dan PBL setelah postes yaitu setelah semua pembelajaran berlangsung. Jumlah angket yang akan dianalisis sebanyak 40 angket dan analisis data angket menggunakan skala Likert. Berikut merupakan penjabaran analisis angket sikap siswa terhadap model pembelajaran CPS atau PBL dan sikap siswa terhadap soal-soal kemampuan pemecahan masalah matematis. 4.3.1 Hasil Analisis Angket Siswa Kelas CPS dan PBL Butir pernyataan pada angket yang mengindikasikan sikap siswa terhadap pembelajaran dengan model CPS dan PBL adalah butir soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, dan 14. Pernyataan nomor 1, 3, 4, 7, 8, 10, dan 13 menunjukkan pernyataan positif, sedangkan pernyataan nomor 2, 5, 6, 9, 11, 12, dan 14 menunjukkan pernyataan negatif. Jumlah butir pernyataan positif maupun negatif adalah sama yaitu 7 nomor pernyataan. Sedangkan butir pernyataan pada angket yang mengindikasikan sikap siswa terhadap soal-soal kemampuan pemecahan masalah matematis adalah butir soal nomor 15-20. Pernyataan nomor 15, 17, dan 19 menunjukkan pernyataan positif, sedangkan pernyataan nomor 16, 18, dan 20 menunjukan pernyataan negatif. Jumlah butir pernyataan positif maupun negatif adalah sama yaitu 3 nomor pernyataan. Untuk mendapatkan jawaban yang konsekuen dari responden maka jawaban ragu-ragu/netral tidak dimasukan kedalam angket. Untuk pernyataaan
63
positif, responden yang menjawab SS diberi skor 5, jika memilih S diberi skor 4, jika menjawab TS diberi skor 2, dan jika menjawab STS diberi skor 1. Sedangkan untuk negatif, responden yang menjawab SS diberi skor 1, jika memilih S diberi skor 2, jika menjawab TS diberi skor 4, dan jika menjawab STS diberi skor 5. Jawaban angket siswa mengenai sikapnya terhadap pembelajaran dengan model CPS disajikan dalam Tabel 4.7. Untuk angket siswa ini dibagi kedalam 3 indikator, yaitu menunjukkan minat terhadap pembelajaran dengan menggunakan model CPS, menunjukkan manfaat model pembelajaran CPS dalam pembelajaran matematika, dan menunjukkan minat terhadap soal-soal pemecahan masalah matematis yang diberikan. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat di lampiran D.5.1. Tabel 4.7 Skor Angket Siswa dan Kategori Sikap Siswa terhadap Pembelajaran dengan Model CPS No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Sampel C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 C13 C14 C15 C16 C17
Skor Rata-rata 4,35 4,30 4,10 4,00 3,90 4,30 3,90 4,00 4,85 3,95 4,15 4,35 3,95 4,05 3,80 4,00 4,15
Kategori Sikap Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif
64
Lanjutan No. 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Sampel C18 C19 C20 C21 C22 C23 C24 C25 C26 C27 C28 C29 C30 C31 C32 C33 C34 C35 C36 C37 C38 C39 C40 Rata-rata Keseluruhan
Skor Rata-rata 4,00 4,55 3,95 4,00 4,00 4,05 4,35 4,05 4,55 4,00 4,10 3,95 4,05 4,15 4,00 4,15 4,20 4,05 4,50 4,00 4,00 4,25 4,10 4,13
Kategori Sikap Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif
Berdasarkan Tabel 4.7 diperoleh rata-rata skor sikap siswa terhadap model pembelajaran CPS sebesar 4,13 > 3 yang artinya bahwa siswa bersikap positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model CPS. Untuk melihat minat siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model CPS dapat dilihat pada Tabel 4.8.
65
Tabel 4.8 Minat Siswa terhadap Pembelajaran dengan Menggunakan Model CPS No.
Pernyataan
Skor Rata-rata
Kategori sikap
1
Saya senang dengan pembelajaran CPS
3,98
Positif
2
Pembelajaran CPS membuat saya jenuh di kelas Rata-rata Keseluruhan
4,03
Positif
4,01
Positif
Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh rata-rata skor sikap siswa yang menunjukkan minat terhadap pembelajaran dengan menggunakan model CPS sebesar 4,01 > 3 yang artinya bahwa siswa bersikap positif terhadap indikator tersebut. Sedangkan untuk indikator yang menunjukkan manfaat model pembelajaran CPS dalam pembelajaran matematika dapat dilihat pada tabel 4.9. Tabel 4.9 Manfaat Model Pembelajaran CPS dalam Pembelajaran Matematika No.
Pernyataan
Skor Rata-rata
Kategori sikap
1
Saya senang berdiskusi dengan temanteman dalam belajar Pembelajaran CPS membuat saya tertarik dan tertantang mengerjakan soal matematika Pembelajaran CPS membuat saya tidak percaya diri dan tidak kreatif untuk mengungkapkan ide Pembelajaran CPS membuat saya tidak tertarik dan tidak tertantang untuk mengungkapkan ide Dengan pembelajaran CPS saya merasa belajar matematika dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari Pembelajaran CPS memacu saya untuk belajar lebih giat lagi Saya lebih suka belajar mandiri daripada belajar berkelompok Pembelajaran CPS membuat saya tertarik dan tertantang untuk mengungkapkan ide
4,28
Positif
4,20
Positif
4,08
Positif
4,15
Positif
4,13
Positif
4,23
Positif
4,15
Positif
4,08
Positif
2
3
4
5
6 7 8
66
Lanjutan No. 9
10 11
12
Pernyataan
Skor Rata-rata
Kategori sikap
Mempelajari matematika tidak ada manfaatnya ada manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari Pembelajaran CPS membuat saya malas belajar Pembelajaran CPS membuat saya percaya diri dan kreatif untuk mengungkapkan ide Pembelajaran CPS membuat saya malas mengerjakan soal yang terdapat dalam LKS Rata-rata Keseluruhan
4,28
Positif
4,20
Positif
4,08
Positif
4,15
Positif
4,17
Positif
Berdasarkan Tabel 4.9, rata-rata skor sikap siswa terhadap manfaat model pembelajaran CPS dalam pembelajaran matematika sebesar 4,17 > 3 yang artinya bahwa siswa bersikap positif terhadap manfaat pembelajaran dengan model CPS. Untuk sikap siswa terhadap soal-soal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dapat dilihat pada Tabel 4.10. Tabel 4.10 Sikap Siswa terhadap Soal-soal Pemecahan Masalah Matematis Kelas CPS No.
Pernyataan
Skor Rata-rata
Kategori sikap
1
Soal-soal yang diberikan membuat kemampuan pemecahan masalah matematis saya meningkat Soal yang diberikan terlalu mudah untuk saya Soal yang diberikan membuat saya berpikir untuk menemukan solusinya Soal yang diberikan membosankan
4,10
Positif
4,10
Positif
4,15
Positif
4,10
Positif
Saya tertantang untuk menyelesaikan soal yang diberikan Soal-soal yang diberikan membuat saya 6 tidak bisa menjawab dengan spontan Rata-rata Keseluruhan
4,10
Positif
3,50
Positif
4,01
Positif
2 3 4 5
67
Berdasarkan Tabel 4.10 diperoleh rata-rata skor sikap siswa terhadap soalsoal kemampuan pemecahan masalah matematis kelas CPS sebesar 4,10 > 3 yang artinya bahwa siswa bersikap positif terhadap soal-soal yang diberikan. Jawaban angket siswa mengenai sikapnya terhadap pembelajaran dengan model PBL disajikan dalam Tabel 4.11. Untuk angket siswa ini dibagi kedalam 3 indikator, yaitu menunjukkan minat terhadap pembelajaran dengan menggunakan model PBL, menunjukkan manfaat model pembelajaran PBL dalam pembelajaran matematika, dan menunjukkan minat terhadap soal-soal pemecahan masalah matematis yang diberikan. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat di lampiran D.5.2. Tabel 4.11 Skor Angket Siswa dan Kategori Sikap Siswa terhadap Pembelajaran dengan Model PBL No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Sampel C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 C13 C14 C15 C16 C17 C18 C19 C20
Skor Rata-rata 4,10 4,20 4,25 4,10 4,25 4,15 4,05 4,35 4,15 4,20 4,00 4,05 4,05 4,00 4,10 4,05 4,10 4,10 4,00 4,15
Kategori Sikap Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif
68
Lanjutan No. 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Sampel C21 C22 C23 C24 C25 C26 C27 C28 C29 C30 C31 C32 C33 C34 C35 C36 C37 C38 C39 C40 Rata-rata Keseluruhan
Skor Rata-rata 4,00 4,05 4,20 4,20 4,15 4,65 4,05 4,05 4,00 4,20 4,35 4,05 4,00 4,25 4,05 4,10 4,25 4,10 4,05 4,10 4,13
Kategori Sikap Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif
Berdasarkan Tabel 4.11 diperoleh rata-rata skor sikap siswa terhadap model pembelajaran PBL sebesar 4,13 > 3 yang artinya bahwa siswa bersikap positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model PBL. Untuk melihat minat siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model PBL dapat dilihat pada Tabel 4.12. Tabel 4.12 Minat Siswa terhadap Pembelajaran dengan Menggunakan Model PBL No.
Pernyataan
Skor Rata-rata
Kategori sikap
1
Saya senang dengan pembelajaran PBL
3,98
Positif
2
Pembelajaran PBL membuat saya jenuh di kelas Rata-rata Keseluruhan
4,28
Positif
4,13
Positif
69
Berdasarkan Tabel 4.12 diperoleh rata-rata skor sikap siswa yang menunjukkan minat terhadap pembelajaran dengan menggunakan model PBL sebesar 4,13 > 3 yang artinya bahwa siswa bersikap positif terhadap indikator tersebut. Sedangkan untuk indikator yang menunjukkan manfaat model pembelajaran PBL dalam pembelajaran matematika dapat dilihat pada tabel 4.13. Tabel 4.13 Manfaat Model Pembelajaran PBL dalam Pembelajaran Matematika No.
Pernyataan
Skor Rata-rata
Kategori sikap
1
Saya senang berdiskusi dengan temanteman dalam belajar Pembelajaran PBL membuat saya tertarik dan tertantang mengerjakan soal matematika Pembelajaran PBL membuat saya tidak percaya diri dan tidak kreatif untuk mengungkapkan ide Pembelajaran PBL membuat saya tidak tertarik dan tidak tertantang untuk mengungkapkan ide Dengan pembelajaran PBL saya merasa belajar matematika dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari Pembelajaran PBL memacu saya untuk belajar lebih giat lagi Saya lebih suka belajar mandiri daripada belajar berkelompok Pembelajaran PBL membuat saya tertarik dan tertantang untuk mengungkapkan ide Mempelajari matematika tidak ada manfaatnya ada manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari Pembelajaran PBL membuat saya malas belajar Pembelajaran PBL membuat saya percaya diri dan kreatif untuk mengungkapkan ide Pembelajaran PBL membuat saya malas mengerjakan soal yang terdapat dalam LKS Rata-rata Keseluruhan
4,48
Positif
4,05
Positif
4,13
Positif
4,08
Positif
4,05
Positif
4,13
Positif
4,05
Positif
4,03
Positif
4,38
Positif
4,18
Positif
4,10
Positif
4,01
Positif
4,14
Positif
2
3
4
5
6 7 8 9
10 11 12
70
Berdasarkan Tabel 4.13, rata-rata skor sikap siswa terhadap manfaat model pembelajaran PBL dalam pembelajaran matematika sebesar 4,14 > 3 yang artinya bahwa siswa bersikap positif terhadap manfaat pembelajaran dengan model PBL. Untuk sikap siswa terhadap soal-soal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dapat dilihat pada Tabel 4.14. Tabel 4.14 Sikap Siswa terhadap Soal-soal Pemecahan Masalah Matematis Kelas PBL No.
Pernyataan
Skor Rata-rata
Kategori sikap
1
Soal-soal yang diberikan membuat kemampuan pemecahan masalah matematis saya meningkat Soal yang diberikan terlalu mudah untuk saya Soal yang diberikan membuat saya berpikir untuk menemukan solusinya Soal yang diberikan membosankan
4,08
Positif
4,18
Positif
4,13
Positif
4,13
Positif
Saya tertantang untuk menyelesaikan soal yang diberikan Soal-soal yang diberikan membuat saya 6 tidak bisa menjawab dengan spontan Rata-rata Keseluruhan
4,13
Positif
3,93
Positif
4,01
Positif
2 3 4 5
Berdasarkan Tabel 4.14 diperoleh rata-rata skor sikap siswa terhadap soalsoal kemampuan pemecahan masalah matematis kelas PBL sebesar 4,10 > 3 yang artinya bahwa siswa bersikap positif terhadap soal-soal yang diberikan.
4.4 Analisis Data Observasi Lembar observasi ini terdiri dari dua jenis, yaitu lembar observasi terhadap aktivitas guru dan lembar observasi terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran. Pada saat penelitian, penulis dibantu oleh observer yaitu satu orang guru
71
matematika SMA Negeri 1 Margahayu yang mengajar di kelas yang menjadi kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2. Observasi dilakukan pada setiap pertemuan. Observasi ini bertujuan untuk
memberikan
data
kualitatif
mengenai
pelaksanaan
pembelajaran
matematika dengan penerapan model CPS dan PBL setelah pembelajaran. Secara umum, pelaksanaan pembelajaran berlangsung secara sistematis sesuai dengan tahapan-tahapan pada pembelajaran matematika dengan penerapan model CPS dan PBL. Berikut ini diuraikan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran, baik terhadap aktivitas guru maupun siswa. a.
Hasil observasi terhadap aktivitas guru Hasil observasi dicatat dalam lembar observasi dan difokuskan pada hasil
observasi terhadap aktivitas guru selama pembelajaran matematika dengan menggunakan model CPS dan PBL. Pada umumnya, tahapan-tahapan pada pembelajaran matematika pada ketiga pertemuan dengan model CPS dan PBL dapat terlaksana. Untuk lebih lengkapnya terdapat pada Lampiran F.6.
b. Hasil observasi terhadap aktivitas siswa Hasil observasi dicatat dalam lembar observasi dan difokuskan pada hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran matematika dengan menggunakan model CPS dan PBL. Pada umumnya, tahapan-tahapan pada pembelajaran matematika dengan model CPS dan PBL dapat terlaksana diterapkan pada siswa kelas eksperimeni
72
dan eksperimen2. Hal ini ditunjukkan dengan hasil observasi dari observer. Untuk lebih lengkapnya terdapat pada Lampiran F.6.
4.5 Analisis Data Jurnal Harian Jurnal harian siswa merupakan media bagi siswa untuk mengemukakan kesan mereka terhadap pembelajaran matematika. Jurnal diisi setiap akhir dari suatu pelajaran. Hasil dari jurnal untuk tiap pembelajaran sangat penting sebagai masukan dari siswa untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya. Pertanyaan pada jurnal ada dua, yang pertama mengenai hal penting apa yang sudah didapatkan dari pembelajaran hari ini dan yang kedua adalah mengenai saran untuk pembelajaran berikutnya. Masing-masing siswa mempunyai pendapat tersendiri mengenai model CPS dan PBL. Pendapat siswa diinterpretasikan menjadi tiga kategori yaitu respons positif, negatif dan netral atau tidak berkomentar. Berikut hasil rekapitulasi jurnal harian siswa pada setiap pertemuan yang disajikan dalam tabel 4.15. Tabel 4.15 Data Hasil Jurnal Harian Siswa Kelas CPS dan PBL Pertemuan Ke-1
Pertemuan Ke-2
Pertemuan Ke-3
Kategori Komentar CPS
PBL
CPS
PBL
CPS
PBL
27
25
32
31
35
34
(68%)
(63%)
(80%)
(78%)
(88%)
(86%)
Positif
73
Lanjutan Pertemuan Ke-1
Pertemuan Ke-2
Pertemuan Ke-3
Kategori Komentar CPS
PBL
CPS
PBL
CPS
PBL
13
15
8
9
5
6
(32%)
(37%)
(20%)
(22%)
(12%)
(14%)
0%
0%
0%
0%
0%
0%
Negatif
Tidak berkomentar
Berdasarkan data hasil jurnal harian siswa di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa memberikan komentar yang positif terhadap pembelajaran matematika dengan model CPS dan PBL pada setiap pertemuan. Pada pertemuan pertama, sebanyak 68 % dan 63 % siswa menyatakan respons yang positif namun tidak sedikit juga siswa yang menyatakan respons negatif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model CPS dan PBL, yaitu sebanyak 32 % dan 37 %. Kemudian pada pertemuan kedua, terjadi peningkatan respons siswa yang positif terhadap pembelajaran matematika dengan model CPS dan PBL. Jumlah siswa yang memberikan komentar positif bertambah menjadi 80 % dan 78 % sedangkan sebanyak 20 % dan 22 % siswa memberikan komentar yang negatif. Pada pertemuan ketiga, sebagian besar siswa memberikan komentar yang positif yaitu 88 % dan 86 % siswa menyatakan sikap positifnya terhadap pembelajaran matematika dengan model CPS dan PBL dan hanya 12 % dan 14 % siswa memberikan komentar negatif. Namun secara keseluruhan dari tiap pertemuan, siswa memberikan respons yang baik terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model CPS dan PBL yang sudah dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat dari kategori komentar
74
positif yang persentasenya lebih dari 65%. Fakta ini mengindikasikan bahwa siswa menerima dengan baik pembelajaran matematika dengan model CPS dan PBL. Berdasarkan analisis data hasil jurnal harian siswa dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir terdapat pro dan kontra dalam berpendapat, ada menyatakan pendapat positif dan ada pula menyatakan pendapat negatif terhadap pembelajaran CPS dan PBL yang telah dilakukan. Adapun contoh beberapa pendapat siswa yang berpendapat positif maupun negatif menuliskannya pada jurnal harian yang dapat dilihat pada lampiran
4.6 Pembahasan Berdasarkan hasil perhitungan, data skor pretes kelompok eksperimen1 dan kelompok eksperimen2 berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal (test of normality Saphiro-Wilk). Selanjutnya, dengan menggunakan uji MannWhitney dengan taraf signifikansi α = 5%, diperoleh bahwa kemampuan awal pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen1 dan kelas eksperimen2 berbeda. Selanjutnya pembelajaran matematika pada kelompok eksperimen1 dilakukan dengan model CPS sedangkan pada kelompok eksperimen2 dilakukan dengan model PBL. Dilaksanakan pembelajaran sebanyak tiga kali pertemuan pada masing-masing kelompok, kemudian dilakukan postes. Karena data skor rata-rata indeks gains kelompok eksperimen1 dan kelompok eksperimen2 berdistribusi tidak normal, maka uji perbedaan dua ratarata menggunakan uji Mann-Whitney dengan taraf signifikansi α = 5%, diperoleh
75
bahwa Ho diterima. Sehingga disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan
masalah
matematis
siswa
yang
mendapatkan
pembelajaran
matematika dengan menggunakan model CPS sama dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan model PBL. Dengan demikian, dapat
dikatakan
pembelajaran
matematika
dengan
menggunakan
model
pembelajaran CPS ataupun PBL dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, tetapi masih perlu ditingkatkan lagi agar hasilnya lebih maksimal. Selanjutnya, berdasarkan hasil angket, observasi dan jurnal harian diperoleh bahwa sebagian besar siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap pembelajaran matematika menggunakan model CPS dan PBL. Berdasarkan hasil temuan bahwa pembelajaran matematika dengan model CPS dan PBL dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian Aisyah dan Zahria yang relevan diperoleh bahwa pembelajaran matematika dengan dengan menggunakan CPS dan PBL, kedua model pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan matematis siswa di antaranya kreativitas, penalaran logis, dan kemampuan yang lain. Oleh karena itu, model CPS ataupun PBL layak untuk dicoba dan dijadikan sebagai alternatif pembelajaran matematika di sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.