44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai temuan-temuan selama penelitian berlangsung. Hasil dari penelitian ini merupakan deskripsi tentang proses dalam pembuatan video pembelajaran sifat diskontinu materi. Selain pembahasan tentang proses pembuatan, dalam bab ini juga akan membahas pendapat dosen dan guru mengenai, kualitas tampilan video, serta kesesuaian materi dengan video demonstrasi yang dibuat. 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pembuatan Video Sifat Diskontinu Materi Pada Mata Pelajaran IPA SMP Dalam proses pembuatan video sifat diskontinu materi ini memerlukan waktu yang cukup lama, karena dalam proses penelitian ini harus dilakukan beberapa tahapan agar dihasilkan video yang layak atau dapat digunakan sebagai media dalam proses pembelajaran. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada pembuatan video ini yaitu : Penentuan Materi , Analisis Materi dan Standar Isi, analisis level makroskopiknya, analisis level mikroskopik dan simboliknya, pembuatan rancangan prosedur percobaan, uji coba prosedur percobaan, validasi prosedur percobaan, pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, pembuatan Garis-garis Besar Isi Program Media (GBIPM), penulisan skenario dan pembuatan storyboard, validasi skenario dan storyboard, Uji coba prosedur dan
45
skenario, pengambilan gambar dan pembuatan animasi, serta editing. Tahapantahapan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut : A. Penentuan Materi Penentuan materi ini merupakan tahapan pertama yang harus dilaksanakan. Tahapan ini merupakan tahapan penentu dari penelitian ini. Untuk penentuan materi ini peneliti melakukan bimbingan bersama dosen pembimbing. Setelah melakukan bimbingan maka diputuskan untuk pembuatan video pada materi sifat diskontinu materi pada mata pelajaran IPA Sekolah Menengah Pertama. Pengambilan judul materi ini dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu : 1. Karakteristik materi 2. Level kognitif pada tingkat SMP 3. Tujuan diberikannya materi ini Dari segi karakteristik sifat diskontinu materi merupakan materi yang abstrak dan sulit dipahami oleh siswa Sekolah Menengah Pertama. Materi sifat diskontinu ini perlu diberikan pada tingkatan SMP karena menurut tingkat pemahaman Piaget pada level tingkat SMP, siswa sudah dapat berpikir abstrak. Sehingga peneliti berasumsi bahwa materi ini dapat diberikan pada tingkatan tersebut. Selain itu dilihat dari jurnal yang berjudul “How young children model chemical change” bahwa pada anak usia 11 tahun ketika mereka diberikan pelajaran terlebih dahulu tentang
46
partikel
benda,
menghasilkan
persentase
yang
tinggi
dalam
menggambarkan susunan partikel materi sehingga mereka dapat berpikir abstrak tentang keberadaan partikel. B. Analisis Level Makroskopik Level makroskopik yang akan ditampilkan pada video ini berupa fenomena-fenomena yang berhubungan dengan sifat diskontinu materi. Fenomena tersebut menjelaskan tentang adanya ruang hampa diantara partikel terkecil materi. Fenomena-fenomena ini antara lain: 1. Fenomena pencampuran alkohol dan aquades. Fenomena dari uji coba ini memperlihatkan pengurangan volum ketika kedua zat tersebut dicampurkan. Misalnya 50 mL alkohol ditambahkan dengan 50 mL aquades, secara ilmu pasti, 50 mL ditambah 50 mL menghasilkan 100 mL akan tetapi pada kenyataannya hanya menunjukan 97 mL. 2. Fenomena pencampuran gas CO2 dengan aquades. Dimana pada uji coba ini memperlihatkan fenomena perubahan volume gas CO2 ketika sebelum ditambah air dan sesudah ditambah air. Sebelum ditambah air volume gas CO2 adalah tetap 50 mL dan tidak berubah ketika ditekan ataupun dikocok. Akan tetapi setelah ditambah 20 mL air, volum air dan gas yang sebelum dikocok sebesar 75 mL berubah menjadi 65 mL setelah dikocok. 3. Fenomena pemasukan tablet effervescent pada kondisi aquades yang berbeda. Kondisi aquades pertama murni dan aquades kedua setelah
47
dilarutkan 1 buah tablet effervescent. Pada kondisi pertama volume gas yang dihasilkan oleh tablet effervescent lebih sedikit bila dibandingkan pada kondisi kedua. C. Analisis Level Mikroskopik dan Simbolik Pada analisis level mikroskopik yaitu menyangkut partikel-partikel yang
menjelaskan
fenomena
pada
level
makroskopik
di
atas.
Penggambaran pada tahapan level mikroskopik ini dapat menggunakan animasi atau penganalogian praktek. Level simbolik menyangkut simbolsimbol partikel senyawa yang terkait pada penjelasan fenomena-fenomena diskontinu materi. D. Pembuatan Rancangan Prosedur Percobaan. Setelah tahapan analisi level makroskopik, mikroskopik, dan simbolik, tahapan selanjutnya adalah pembuatan rancangan prosedur percobaan, karena pada video memuat demonstrasi untuk menjelaskan sifat diskontinu materi. Oleh sebab itu peneliti membuat rancangan prosedur percobaan agar dapat menjelaskan fenomena adanya partikel terkecil materi.
48
E. Uji Coba Prosedur Percobaan. Setelah perancangan prosedur percobaan maka prosedur percobaan tersebut diujicobakan. Uji coba prosedur ini berguna untuk melihat fenomena dan kesesuaian alat agar dapat mudah diamati oleh kamera. Setelah dilakukan uji coba prosedur percobaan dilakukan validasi oleh dosen ahli dari kesesuaian prosedur percobaan dengan isi materi yang akan disampaikan. Apabila prosedur yang dibuat tidak sesuai dengan fenomena yang ditujukan maka dilakukan perbaikan prosedur percobaan. F. Validasi Prosedur Percobaan. Peneliti melakukan validasi prosedur percobaan terhadap beberapa dosen ahli. Tujuan validasi ini adalah untuk menentukan kesesuaian prosedur percobaan dengan materi yang akan disampaikan serta kejelasan maksud percobaan untuk menjelaskan fenomena sifat diskontinu materi. G. Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pembuatan RPP ini bertujuan untuk mengetahui waktu serta posisi penggunaan video pembelajaran ini dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan kata lain,
pembuatan Rencana Pelaksanana Pembelajaran ini
sebagai panduan untuk pengguna dalam menggunakan video pembelajaran ini. Selain hal di atas, dengan adanya Rencana Pelaksanan Pembelajaran terlebih dahulu, pengembang dapat menentukan tujuan dari pembuatan video pembelajaran ini.
49
H. Penyusunan Garis-Garis Besar Isi Program Media (GBIPM) Penyusunan Garis-Garis Besar Isi Program Media bertujuan untuk membuat acuan materi yang akan dibuat video pembelajarannya. Dalam penyusunan GBIPM ini disesuaikan dengan kompentensi dasar, materi, serta cara penyajian materi tersebut dalam video yang akan dibuat secara garis besarnya. Sehingga dengan penyusunan GBIPM ini dimungkinkan untuk mengurangi penyimpangan dari tujuan pembelajaran. I. Penulisan Skenario dan Pembuatan Storyboard Setelah penyusunan GBIPM maka langkah selanjutnya adalah pembuatan skenario video pembelajaran. Pembuatan skenario ini kurang lebih memakan waktu satu bulan. Skenario ini dibuat sebagai panduan atau petunjuk praktis yang dapat digunakan oleh orang-orang yang terlibat pada produksi video ini. Dalam skenario (lampiran 4) ini tergambar susunan-susunan tampilan video yang akan dibuat nantinya. Susunan-susunan adegan dalam video tersebut dibagi atas beberapa bagian adegan (scene) untuk dipahami sebagai petunjuk praktis yang jelas. Dalam setiap adegan ini terdapat penjelasan tentang bagaimana visual yang akan ditampilkan dan audio yang akan diperdengarkan. Storyboard (lampiran 5) merupakan susunan gambaran-gambaran visualisasi dari adegan yang akan diambil. Penyusunan storyboard ini dilakukan setelah pembuatan skenario. Tujuan dibuatnya storyboard akan
50
mempermudah juru kamera dalam pengambilan gambar sehingga tidak menyimpang dari video yang diharapkan. J. Uji Coba Prosedur Pengujian prosedur percobaan kali ini adalah uji coba prosedur untuk menyesuaikan percobaan dari aspek kesesuaiannya dengan materi dan aspek kapasitas pengambilan gambarnya. Uji coba prosedur kali ini disesuaikan dengan storyboard dan skenario yang ada. Uji coba prosedur ini dilaksanakan dua minggu dengan lima buah percobaan yang bertujuan agar mengoptimalkan pembuatan video pembelajaran ini. Percobaan yang akan didemonstrasikan dalam video pembelajaran ini bertujuan untuk menemukan konsep bahwa materi tersusun dari partikel-partikel terkecil materi serta adanya ruang vakum diantara partikel materi. Ada lima percobaan yang akan ditampilkan pada video ini. Percobaan pertama adalah pencampuran kacang bogor dan kacang hijau. Pada percobaan ini dicampurkan 250 mL kacang bogor dan 250 mL kacang hijau. Ada tahapan yang dilakukan sebelum pencampuran kedua jenis kacang tersebut , tahapan pertama adalah standarisasi gelas ukur dengan cara mencampurkan 250 mL kacang bogor dengan 250 mL kacang bogor dan hasilnya harus 500 mL. Apabila tidak menunjukan 500mL maka gelas ukur tersebut tidak dapat digunakan untuk percobaan ini. Setelah standarisasi, langkah selanjutnya adalah pencampuran 250 mL
51
kacang hijau dan 250 mL kacang bogor. Pada uji coba pertama volum yang dihasilkan adalah 445 mL dan pada percobaan kedua adalah 470mL.
Tabel 4.1 Tabel Percobaan Pencampuran Kacang Bogor dan Kacang Hijau Percobaan Pencampuran Hasil Kacang Bogor
Kacang Hijau
Pencampuran
1
250 mL
250 mL
445 mL
2
250 mL
250 mL
470 mL
Percobaan kedua adalah pengamatan gula pasir dari berbagai jarak pandang. Pengamatan gula pasir ini dengan cara melihat butiran gula pasir dari jarak dekat dengan butiran gula pasir dari jarak jauh. Agar terlihat jelas butiran gula dalam kamera video maka alat yang akan digunakan adalah gelas ukur 250 mL. Percobaan ketiga adalah percobaan pengamatan pola titik-titik dari berbagai jarak pandang. Pada percobaan ini digunakan kertas ukuran A4 dan spidol hitam besar untuk membuat pola titik-titik. Pola titik ini dibuat dengan jarak 5mM diantara tiap titik. Setelah dibuat pola, selanjutnya kertas tersebut ditempel pada papan tulis. Hasil uji coba menunjukan pola titik-titik tidak terlihat lagi oleh kamera pada jarak 5 Meter. Percobaan keempat adalah pencampuran Aquades dan Alkohol. Pencampuran ini antara 25 mL Alkohol dan 25 mL Aquades. Uji coba
52
pertama, pencampuran ini dilakukan dengan menggunakan gelas ukur, akan tetapi perubahan volum kurang dapat teramati oleh kamera. Oleh karena itu peneliti mengganti dengan buret 50 mL. Selain itu digunakan juga pipet volum 25mL. Hasil dari pencampuran ini, pertama kali menujukan volum 46mL. Kemudian pada percobaan kedua kalinya volum yang teramati adalah 47.8mL. Percobaan kelima adalah pelarutan effervescent. Pada percobaan ini dilakukan pengujian beberapa kali. Pertama, dengan menggunakan 2 buah gelas ukur yang berbeda. Akan tetapi langkah kerja yang dilakukan cukup sulit, sehingga pada uji coba kedua digunakan satu gelas ukur yang sama. Pada percobaan ke enam adalah pencampuran gas dan cairan. Pencampuran ini menggunakan alat siring gelas. Pada ujicoba pertama digunakan gas CO2 murni. Volum awal campuran sebesar 80 mL setelah dilakukan pengocokan didapatkan volum campuran sebesar 65 mL. Dengan sedikit modifikasi pada uji coba berikutnya, gas CO2 didapatkan dari hasil pelarutan effervescent. Dari hasil pencampuran air dengan gas CO2 tersebut menunjukan pengurangan volum campuran setelah dikocok sebanyak 10 mL. Dengan volum awal campuran sebelum dikocok sebesar 65mL dan setelah dikocok sebesar 55mL.
53
K. Pengambilan Gambar Setelah pengujian prosedur percobaan dan penyesuaian dengan skenario, langkah selanjutnya adalah pengambilan gambar. Pengambilan gambar diperlukan waktu sekitar 1 bulan. Setiap bagian pengambilan gambar disesuaikan dengan skenario dan storyboard yang telah dibuat. Dengan adanya storyboard proses pengambilan gambar lebih mudah dilakukan. L. Pembuatan Animasi dan Komponen Tambahan Tahap selanjutnya adalah pembuatan animasi dan komponenkomponen yang dibutuhkan. Pembuatan animasi ini digunakan untuk memperjelas video yang digunakan. Komponen tambahan yang digunakan adalah gambar-gambar, tempelate, intro tempelate, dan lain-lain yang dibuat setelah pengambilan gambar. M. Proses Editing Editing adalah menyeleksi, menyusun, dan meletakan kembali potongan-potongan film dan rekaman suara. Sebelum proses editing sebelumnya, gambar yang telah diambil dipindahkan (capture) ke komputer. Proses pemindahan dan editing ini menggunakan software Adobe Premier CS3 dan Windows Movie Maker.
54
4.1.2 Analisis Data Mengenai Kualitas Video Sifat Diskontinu Materi. Berikut adalah jawaban dari 2 dosen sebagai evaluator video mengenai kualitas video Pembelajaran Sifat Diskontinu Materi . Tabel 4.2. Jawaban Dosen Mengenai Kesesuaiaan Isi Materi (Content ) Pada Segment Apresepsi Kesesuaian Segment
Tampilan Sesuai
Apresepsi
Pendahuluan dan motivasi
Tidak Sesuai
2
mengenai jenis-jenis wujud benda (Menjelaskan
Penjelasan tentang partikel
bahwa setiap
terkecil materi dan animasi
wujud benda
penjelasan tentang partikel
terdiri atas partikel
terkecil materi.
2
terkecil materi ) Animasi bahwa diantara
2
partikel adanya ruang hampa Jumlah jawaban
6
0
(100%)
(0 %)
Dari tabel 4.2 dapat dinyatakan bahwa dari segmen apresepsi sudah sesuai.
55
Tabel .4.3 Jawaban Dosen Mengenai Kesesuaian Isi Materi (Content) Pada Segment Percobaan 1 Segment Percobaan 1
Tampilan
Kesesuaian Sesuai
Tidak Sesuai
Judul : Pencampuran Kacang 2 Bogor dan Kacang Hijau
Pengenalan Alat
Gelas Ukur 500 mL
2
Gelas Ukur 250 mL
2
Gelas Kimia 1000 mL
2
Kacang Bogor
2
Kacang Hijau
2
Menuangkan kacang hijau
2
dan Bahan
Langkah Kerja
ke dalam gelas ukur 250 mL Menuangkan kacang bogor
2
ke dalam gelas ukur 250 mL Mencampurkan kacang
2
bogor dan kacang hijau ke dalam gelas kimia 1000 mL Mengaduk campuran
2
Mengamati volume
2
Campuran Menuangkan campuran ke
2
dalam gelas ukur 500 mL Mengamati hasil
2
pencampuran kacang bogor dan kacang hijau. Jumlah jawaban
66
0
(100%)
(0 %)
56
Dari tabel 4.3 dapat dinyatakan bahwa isi materi pada percobaan 1 telah sesuai. Tabel 4.4 Jawaban Dosen Mengenai Kesesuaian Isi Materi (Content) Pada Segment Percobaan 2 Kesesuaian Segment
Tampilan Sesuai
Percobaan 2
Judul : Mengamati Gula
Tidak Sesuai
2
Pasir Dari Berbagai Jarak Pandang Pengenalan Alat
Gelas Ukur 250 mL
2
Gula Pasir
2
Menuangkan Gula Pasir
2
dan Bahan
(Extra Close Up)
Jumlah jawaban
Gula Pasir (Zoom Out)
2
Tayangan ulang percobaan2
2
Penjelasan percobaan
2 14
0
(100%)
(0 %)
Dari tabel 4.4 didapat bahwa seluruh materi pada percobaan 2 sesuai.
57
Tabel 4.5 Jawaban Dosen Mengenai Kesesuaian Isi Materi (Content) Pada Segment Percobaan 3 Kesesuaian Segment
Tampilan Sesuai
Percobaan 3
Judul : Pengamatan Pola
Tidak Sesuai
2
Titik-titik dari Berbagai Jarak Pandang Pengenalan Alat
Kertas ukuran A4
2
Penggaris
2
Spidol Hitam
2
Pembuatan pola titik-
2
dan Bahan
Langkah kerja
titik(Extra Close Up) Menempelkan kertas berpola
2
titik-titik di papan tulis Gambar pola titik-titik
2
(Zoom Out) Penjelasan percobaan Jumlah jawaban
2 16
0
(100%)
(0 %)
Dari tabel 4.5 didapat bahwa seluruh materi pada percobaan 3 sesuai.
58
Tabel 4.6 Jawaban Dosen Mengenai Kesesuaian Isi Materi (Content) Pada Segment Percobaan 4 Kesesuaian Segment Tampilan Sesuai Tidak Sesuai Percobaan 4
Percobaan Pencampuran
2
Alkohol dan Aquades Pengenalan Alat
Gelas Kimia 250 mL
2
Buret 50 mL
2
Pipet Volum 25 mL dan Ball
2
dan Bahan
Pipet
Langkah Kerja
Aquades
2
Alkohol
2
Menyiapkan 25 mL Aquades
2
dengan menggunakan pipet volum Menyiapkan 25 mL Alkohol
2
dengan menggunakan pipet volum Mencampurkan Alkohol dan
2
Aquades ke dalam buret 50 mL Mengamati hasil
2
pencampuran Penjelasan volum yang
2
teramati Kesimpulan dan Penjelasan
2
hasil percobaan Jumlah jawaban
24
0
(100%)
(0 %)
Dari tabel 4.6 didapat bahwa seluruh materi pada percobaan 4 sesuai
59
Tabel 4.7 Jawaban Dosen Mengenai Kesesuaian Isi Materi (Content) Pada Segment Percobaan 5 Kesesuaian Segment Tampilan Sesuai Tidak Sesuai Judul : Pelarutan 2 Percobaan 5 Effervescent ke dalam Aquades Bejana 2 Pengenalan Alat dan Bahan
Langkah Kerja
Gelas Ukur
2
Tablet Effervescent
2
Aquades
2
Memasukan Aquades ke dalam bejana Memasukan Aquades ke dalam gelas ukur Rangkaian alat
2 2 2
Memasukan tablet 2 effervescent pertama Proses pelarutan effervescent 2 Pengamatan volume gas yang tertampung Memasukan tablet effervescent kedua Proses pelarutan effervescent kedua Pengamatan volume gas yang tertampung Perbandingan hasil kedua percobaan Animasi penjelasan percobaan Perbandingan animasi partikel dari percobaan 1 dan percobaan 2
2 2 2 2 2 2 2
34 0 (100%) (0 %) Dari tabel 4.7 didapat bahwa seluruh materi pada percobaan 5 sesuai. Jumlah jawaban
60
Tabel 4.8 Jawaban Dosen Mengenai Kesesuaian Isi Materi (Content) Pada Segment Percobaan 6 Kesesuaian Segment Tampilan Sesuai Tidak Sesuai Judul : Pencampuran Gas 2 Percobaan 6 Cair Siring kaca 100 mL 2 Pengenalan Alat dan Bahan
Langkah kerja
Jumlah jawaban
Tabung reaksi dan pipa bengkok Gelas kimia 250 mL
2
Aquades
2
Tablet effervescent
2
Merangkai alat
2
Memasukan effervescent ke dalam tabung reaksi dan menambahkan air Membuka keran siring gelas
2
Proses pemasukan gas ke dalam siring gelas
2
Membuka siring dari rangkaian alat Pengepasan gas sampai volume 40 mL Menekan piston siring
2
Proses pemasukan 20 mL air ke dalam siring
2
Mengamati volume pencampuran 40 mL gas dan 20 mL air Pengocokan siring gelas
2
Perbandingan volume yang dihasilkan dari kedua percobaan Penjelasan percobaan
2
2
2
2
2
2 36 (100%)
0 (0 %)
61
Dari tabel 4.8 didapat bahwa seluruh materi pada percobaan 6 sesuai Hasil keseluruhan dari semua analisisi tabel di atas mengenai kualitas video ditinjau dari isi materinya ditemukan bahwa pada umumnya isi materi video Pembelajaran Sifat Diskontinu Materi telah sesuai. • Analisis
Data
Mengenai
Kualitas
Video
Dilihat
Dari
Segi
Tampilannya Berikut ini adalah jawaban dosen mengenai kualitas video ditinjau dari tampilannya : Tabel 4.9. Evaluasi Dosen Mengenai Kualitas Gambar Sifat Diskontinu Materi Jawaban Aspek Kualitas
Sangat
Gambar
Baik
Baik
Tata Warna
2
Kekontrasan
2
Kecerahan
1
Cukup
1
Dari tabel 4.9. didapat hasil evaluasi : o Kualitas warna baik. o Kualitas kekontrasan gambar baik o Kecerahan cukup baik.
Buruk
Lain-lain
62
Tabel 4.10. Evaluasi Dosen Mengenai Kualitas Narasi Video Sifat Diskontinu Materi Jawaban Aspek Kualitas Narasi Ya 1. Narasi terdengar jelas
2
2. Narasi dapat memperjelas
2
Tidak
Lain-lain
percobaan yang ditampilkan Dari tabel 4.10. didapat hasil evaluasi : o Narasi pada Video Sifat Diskontinu Materi dapat terdengar dengan jelas. o Narasi pada Video Sifat Diskontinu Materi dapat memperjelas mengenai percobaan yang dilakukan. Tabel 4.11. Evaluasi Dosen Mengenai Kualitas TeksVideo Sifat Diskontinu Materi Jawaban Aspek Kualitas Teks / Caption Ya 1. Title /judul dapat memperjelas
2
percobaan yang akan ditampilkan 2. Subtittle teks pada video dapat memperjelas maksud penyajian tampilan
2
Tidak
Lain-lain
63
Dari tabel 4.11. didapat hasil evaluasi : o Title / judul pada Video Sifat Diskontinu Materi dapat memperjelas percobaan yang akan ditampilkan. o Subtitle pada Video Sifat Diskontinu Materi dapat memperjelas maksud penyajian percobaan yang dilakukan. Tabel 4.12. Evaluasi Dosen Mengenai Kecepatan tiap scene Video Sifat Diskontinu Materi Jawaban Aspek Kecepatan Video Terlalu
Cepat
Cukup
cepat
Lambat Lainlain
Kecepatan tampilan tiap
2
scene pada video pembelajaran Dari tabel 4.12. didapat hasil evaluasi : o Kecepatan tampilan tiap scene pada Video Sifat Diskontinu Materi adalah cukup. Tabel 4.13. Evaluasi Dosen Mengenai KekomunikatifanVideo Sifat Diskontinu Materi Jawaban Aspek Kekomunikatifan Ya Kekkomunikatifan video untuk menunjang pemahaman anak.
2
Tidak
Lain-lain
64
Dari tabel 4.13. didapat hasil pendapat dosen bahwa Video Pengenalan Sifat Diskontinu Materi komunikatif. Tabel 4.14. Evaluasi Dosen Mengenai Kesesuaian Komposisi Musik pada Video Sifat Diskontinu Materi Jawaban Aspek Kualitas Narasi Ya Komposisi musik sesuai dengan
Tidak
Lain-lain
2
tampilan gambar. Dari tabel 4.15. didapat hasil evaluasi : o Komposisi musik pada Video Sifat Diskontinu Materi sesuai dengan tampilan gambar. Dari seluruh hasil evaluasi dosen di atas mengenai kualitas Video Sifat Diskontinu Materi ditinjau dari tampilannya ditemukan bahwa kualitas gambar pada video baik, kualitas narasi dan teks jelas, kecepatan tampilan tiap scene cukup, video bersifat komunikatif, dan komposisi musik sesuai dengan tampilan video. 4.1.3 Analisis Data Mengenai Pendapat Guru pada Video Sifat Diskontinu Materi Pada Mata Pelajaran IPA Sekolah Menengah Pertama. Dari hasil perolehan angket yang diisi oleh lima guru dari empat sekolah yang berbeda hampir semua sekolah mempunyai fasilitas untuk menayangkan video pembelajaran. Akan tetapi, ada satu guru yang tidak pernah menggunakan
65
fasilitas tersebut, serta ada satu guru yang hanya menggunakan fasilitas tersebut untuk kelas RSBI. Selain tentang keberadaan fasilitas tersebut kami juga menanyakan tentang materi yang akan kita sampaikan dalam video pembelajaran itu yaitu tentang Sifat Diskontinu Materi. Dari lima orang guru hanya satu orang yang pernah mengajarkan materi ini dan empat guru lainnya belum pernah mengajarkan materi ini. Selain itu pertanyaan mengenai perlunya mengajarkan materi tersebut didapatkan hasil bahwa empat guru menyatakan materi ini perlu disampaikan dan hanya satu orang yang menyatakan tidak perlu. Pertanyaan selanjutnya adalah tentang pentingnya video pembelajaran untuk menjelaskan materi tersebut. Semua guru yang menjadi sampel menyatakan bahwa video pembelajaran diperlukan untuk menerangkan tentang Sifat Diskontinu Materi. Selain itu semua guru menyatakan bahwa dengan video pembelajaran ini, memudahkan mereka untuk mengajarkan materi Sifat Diskontinu Materi. Ada pun tabel hasil kuisoner tentang perlu dan pentingnya video pembelajaran adalah sebagai berikut :
66
Tabel 4.15 Jawaban Guru Mengenai Pentingnya Video Sifat Diskontinu Materi Jawaban Pertanyaan Ya Tidak Lainnya Apakah perlu mengajarkan materi tersebut kepada siswa/siswi SMP sebelum memberikan pelajaran tentang wujud zat?
4
1
Jika “Ya” apakah video pembelajaran diperlukan untuk membantu pembelajaran sifat diskontinu materi?
5
Apakah dengan menggunakan video pembelajaran ini akan memudahkan Bapak/Ibu untuk mengajarkan materi ini?
5
Apakah isi video mempermudah siswa memahami sifat diskontinu materi?
5
Dari tabel 4.15 juga menanyakan pendapat guru
tetang kebergunaan
video ini untuk mempermudah memahami sifat diskontinu materi, semua guru menyatakan bahwa video ini dapat mempermudah pemahaman siswa tentang sifat diskontinu materi. Selain itu ditanyakan tentang kejelasan fenomena-fenomena yang ada dalam video percobaan tersebut :
67
Tabel 4.16 Jawaban Guru Mengenai Kejelasan Fenomena yang Ditampilkan Pada Video Percobaan. Jawaban Pertanyaan Ya Tidak Lainnya Apakah pada bagian apersepsi video terlihat jelas fenomena partikel terkecil materi serta ruang hampa diantara partikel materi?
4
1
Apakah pada video ini terlihat jelas fenomena yang terjadi pada percobaan pencampuran kacang bogor dan kacang hijau?
5
Apakah pada percobaan pengamatan ruang kosong diantara butiran gula pasir dapat teramati dengan jelas?
5
Apakah pada percobaan pengamatan ruang kosong diantara titik-titik yang dibuat pola terlihat jelas?
4
1
Apakah pada percobaan pencampuran alkohol dan aquades fenomena yang terjadi dapat teramati jelas?
5
Apakah pada percobaan pelarutan effervescent fenomena yang terjadi dapat diamati dengan jelas?
5
Apakah pada percobaan pencampuran gas dan air fenomena yang terjadi dapat diamati dengan jelas?
4
1
Dari tabel 4.16 dapat kita katakan bahwa setiap fenomena percobaan yang ada pada video pembelajaran Sifat Diskontinu Materi dapat teramati dengan jelas.
68
Selain fenomena-fenomena dalam video juga peneliti bertanya tentang komponen pendukung yang ada di dalam video diantaranya : 1. Narasi Tabel 4.17 Jawaban Guru Mengenai Kemudahan Pemahaman Narasi yang Ditampilkan Pada Video Percobaan. Jawaban Pertanyaan
Sangat
Cukup Mudah
Mudah
Sulit Lainnya Mudah
Apakah narasi yang digunakan dalam video 1
3
1
pembelajaran ini mudah dipahami? Dari table 4.17 bahwa narasi yang digunakan mudah dipahami dalam video pembelajaran ini. 2. Subtitle Tabel 4.18 Jawaban Guru Mengenai Kemudahan Pemahaman Subtitle yang Ditampilkan Pada Video Percobaan. Jawaban Pertanyaan Ya Tidak Lainnya Apakah subtitle (keteranganan) yang tertulis di video dapat membantu
5
menjelaskan fenomena yang ditampilkan? Subtitle pada video ini membantu menjelaskan fenomena yang ditampilkan.
69
3. Backsound Tabel 4.19 Jawaban Guru Mengenai Kesesuain Musik Backsound Pada Video Percobaan. Jawaban Pertanyaan Ya Tidak Lainnya Apakah musik backsound yang terdengar 5 sesuai dengan pembelajaran? Dari tabel 4.19 menyatakan bahwa musik backsound yang digunakan sesuai dengan pembelajaran. Tabel 4.20 Jawaban Guru Mengenai Kesesuain Lamanya Video Percobaan dengan Waktu Kegiatan Pembelajaran. Jawaban Pertanyaan Ya Tidak Lainnya Sebagai media pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran, apakah video ini dengan durasi sekitar 28,3 menit
4
1
sesuai dengan waktu pertemuan kegiatan pembelajaran? Dari tabel 4.20 didapat bahwa sebagai media pendukung untuk proses pembelajaran sesuai dengan waktu pertemuan dan hanya satu guru yang menyatakan tidak sesuai.
70
Tabel 4.21 Jawaban Guru Mengenai Pengaruh Video Percobaan dalam Menunjang Kegiatan Pembelajaran. Jawaban Pertanyaan Ya Tidak Lainnya Apakah video pembelajaran sifat diskontinu materi ini dapat menunjang kegiatan
5
pembelajaran pada materi pokok wujud zat ? Dari data tabel 4.21 didapat bahwa semua guru menyatakan video pembelajaran sifat diskontinu materi ini dapat menunjang kegiatan pembelajaran pada materi pokok wujud zat Tabel 4.22 Jawaban Guru Mengenai Minat untuk Menggunakan Video Percobaan. Jawaban Pertanyaan Ya Tidak Lainnya Apakah Bapak/ Ibu berminat menggunakan video pembelajaran sifat diskontinu materi
5
sebagai pengantar konsep wujud zat? Apakah Bapak/ Ibu merasa memerlukan video pembelajaran untuk materi pokok
5
lain? Tabel 4.22 menunjukan bahwa kelima guru berminat untuk menggunakan video pembelajaran ini. Selain itu para guru memerlukan video pembelajaran untuk materi pokok yang lain.
71
4.2 Pembahasan Pada pembahasan penelitian dan pengembangan Video Pembelajaran Sifat Diskontinu Materi ini diarahkan pada empat titik masalah. Pertama adalah pembahasan yang berkenaan dengan proses pemroduksian video. Kedua
adalah
pembahasan
yang
berkenaan
dengan
kualitas
video
pembelajaran ditinjau dari isi materinya, kualitas video pembelajaran ditinjau dari tampilannya, dan pendapat guru mengenai video pembelajaran ini. 4.2.1 Pemroduksian video Pembelajaran Sifat Diskontinu Materi. Agar dihasilkan video demonstrasi yang berkualitas maka proses Pemroduksian video pembelajaran ini harus melalui beberapa tahap proses kerja. Dari setiap tahapan produksi video ini terdapat beberapa kendala atau masalah. Kendala ini perlu disampaikan pada pembahasan ini guna menjadi titik acuan untuk memperbaiki penelitian selanjutnya. Adapun kendala yang terjadi dari pembuatan video ini adalah pembuatan prosedur percobaan, penulisan skenario, uji coba prosedur percobaan, pengambilan gambar, dan proses editing. Pembuatan prosedur percobaan ini memakan waktu sekitar dua minggu. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan pada pembuatan prosedur percobaan ini yaitu :
72
•
Kesesuaian dengan konsep Prosedur percobaan yang dibuat harus sesuai dengan konsep yang akan kita sampaikan. Apabila tidak sesuai dikhawatirkan akan terjadi miskonsepsi dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan. Materi yang akan disampaikan adalah sifat diskontinu materi. Pada materi ini dititikberatkan agar siswa menyadari bahwa setiap materi disusun oleh partikel terkecil materi atau materi bersifat diskontinu dimana dapat ditunjukan dengan keberadaan ruang hampa diantara partikel materi. Sehingga pada video ini bertujuan agar siswa menyadari adanya partikel terkecil materi dari setiap benda. Karena materi yang akan disampaikan cukup abstrak maka perlu hati-hati dalam penyusunan prosedur percobaan.
•
Visibilitas prosedur saat pengambilan gambar Pada penyusunan prosedur percobaan visibilitas prosedur saat pengambilan gambar perlu diperhatikan, agar percobaan yang dilakukan dapat jelas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Misalnya seperti percobaan pencampuran 25 mL alkohol dan 25 mL air. Data ujicoba pertama menunjukan pengurangan 1,5mL. Apabila alat yang digunakan adalah gelas ukur biasa dengan diameter tabung besar maka pengurangan volum kurang dapat teramati oleh kamera. Oleh karena itu pada percobaan ini digunakan alat yang lebih mudah teramati oleh kamera yaitu buret. Selain hal itu, agar volum yang didapat lebih kuantitatif maka alat yang digunakan pun harus
73
memiliki keakurasian yang tinggi. Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pipet volum dan buret sehingga volum yang dihasilkan lebih akurat. Dengan memperhatikan kedua hal di atas maka dihasilkan prosedur percobaan (Lampiran ke 1) . Setelah prosedur percobaan dihasilkan kemudian prosedur percobaan ini di evaluasi agar konten atau isi materi yang akan disampaikan sesuai dengan prosedur percobaan yang telah di assessment oleh para dosen ahli materi dan praktikum. Setelah prosedur percobaan dibuat maka langkah selanjutnya adalah pembuatan skenario. Pembuatan skenario ini harus sesuai dengan RPP, GBIPM, dan Prosedur Percobaan yang telah diujicobakan terlebih dahulu. Penulisan skenario ini dapat berubah sesuai dengan video yang dibuat. Hal ini dikarenakan adanya penyesuaian dengan masukkan dari para dosen ahli serta mengikuti penyesuaian tahapan belajar. Adapun
kendala
yang
dialami
sewaktu
membuat
skenario
pembelajaran adalah kesulitan membuat bahasa narasi, dikarenakan narasi yang dibuat harus menggunakan bahasa interaktif, tidak kaku, dan bukan merupakan bahasa tulisan. Oleh karena itu, proses penulisan ini dilakukan selama satu bulan. Skenario yang dibuat kemudian di evaluasi kembali oleh para dosen ahli media. Evaluasi skenario ini bertujuan agar skenario yang kita buat sesuai untuk video pembelajaran sifat diskontinu materi.
74
Proses selanjutnya setelah pembuatan skenario adalah pembuatan storyboard. Pembuatan storyboard bertujuan menjelaskan ukuran gambar yang akan diambil. Storyboard ini dibuat berdasarkan scene-scene secara garis besar tentang isi video ini. Terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan ketika membuat storyboard ini agar jelas. Adapula kendala yang dialami dalam pembutaan storyboard ini adalah kesulitan dalam menggambar sketsa video yang akan ditayangkan. Pembuatan stroyboard ini bersamaan dengan pembuatan skenario yang sifatnya dapat berubah sesuai dengan video yang akan ditayangkan. Pengambilan gambar adalah hal yang dilakukan setelah pembuatan skenario. Agar mendapatkan kualitas video yang baik terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan ketika melakukan pengambilan gambar, yaitu : a. Terminologi Shot Terminologi shot adalah gambaran posisi pengambilan gambar terhadap objek gambar. Misalnya longshot, medium shot, close up, dan lain-lain. Terminologi shot pada setiap gambar harus sesuai dengan fenomena yang ingin disampaikan. Misalnya memperhatikan butiran gula pasir, apabila kita menggunakan longshot maka butiran gula pasir tidak terlihat sehingga yang kita gunakaan adalah extra close-up agar tiap butiran serta ruang kosong antara butiran gula pasir dapat terlihat. b. Sudut Pengambilan Gambar (camera angel) Sudut pengambilan gambar pun harus diperhatikan karena sangat menentukan titik pandang mata penonton dalam menyaksikan suatu
75
adegan, sekaligus membangun kesan psikologis penonton terhadap objek tersebut. Adapun jenis-jenis camera angel diantaranya : •
Low Angle (pengambilan gambar dari bawah objek)
•
High Angle (pengambilan gambar dari atas objek)
•
Eye Level (pengambilan gambar sejajar dengan objek)
Sudut pengambilan gambar ini harus sesuai dengan apa yang akan diperlihatkan pada penonton. Misalnya pada proses pembutan pola titik-titik menggunakan high angel, karena apabila menggunakan eye level, pesan tidak tersampaikan dengan baik. c. Background Background atau layar belakang harus dipertimbangkan dengan benar agar dihasilkan gambar yang kontras . Pada penelitian ini background yang diambil bermacam-macam sesuai dengan objek yang akan kita ambil gambarnya. Misalnya pada praktikum pencampuran alkohol dan aquades diperlihatkan background berwarna putih dari jas lab praktikan dan hitam agar posisi campuran dapat terlihat dengan jelas. Proses pengambilan gambar untuk pembuatan video pembelajaran ini dilakukan sekitar dua bulan. Waktu tersebut diperlukan karena beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam proses pengambilan gambar yaitu : a. Pengaturan Cahaya Pada proses pengambilan gambar diperlukan cahaya yang cukup agar didapatkan gambar yang bagus. Cukup sulit untuk mendapatkan
76
pencahayaan yang baik dan konstan, karena keberadaan ruangan pengambilan gambar yang dikelilingi oleh banyak jendela. Upaya untuk mengatasi masalah ini dilakukan dengan pengambilan gambar pada waktu tertentu. Misalnya pengambilan gambar dilakukan setiap jam 10 pagi. Oleh karena itu diperlukan waktu yang cukup lama untuk memperoleh gambar yang cukup baik. b. Penggunaan kamera. Penggunaan kamera sebenarnya merupakan faktor utama yang menentukan kualitas tampilan video. Untuk mendapatkan hasil gambar yang baik diperlukan teknik-teknik dalam penggunaan kamera. Akan tetapi, karena keterbatasan pengalaman dari juru kamera maka faktor tersebut menjadi keterbatasan pada hasil video ini. Kesulitan yang dialami juru kamera dapat terlihat dari hasil videonya. Misalnya kesulitan ketika akan melakukan zooming dan till down atau till up yang menghasilkan gambar yang kurang halus. •
Proses Editing. Selain pada proses pengambilan gambar, beberapa kendala terjadi pada saat editing video.
Pada prose editing ini dilakukan penyusunan video
pembelajaran ini. Penyusunan video ini berdasarkan dari tingkat pemahaan Johnstone yaitu dari aspek maksroskopik, mikroskopik, dan simbolik. Selain itu penysunan video ini mengikuti prinsip pembelajaran yaitu dari yang dekat menuju yang jauh, dari yang konkret menuju yang abstrak, dan dari yang sederhana menuju yang kompleks.
77
Pada proses editing ini terjadi beberapa hambatan. Adapun kendala yang terjadi diantaranya: a. Kesulitan pengaturan cahaya dari gambar hasil rekaman. Pengaturan cahaya yang dilakukan ketika mengambil gambar yang hasilnya hanya dapat dilihat di layar monitor yang terdapat pada kamera. Ketika akan melakukan proses editing maka hasil gambar harus dipindahkan ke komputer agar hasil gambar dapat di edit. Hasil gambar yang diperoleh tersebut berbeda ketika ditampilkan pada layar komputer. Hasil gambar yang diperoleh lebih gelap sehingga perlu adanya pengaturan cahaya. Agar hasil gambar yang diperoleh maksimal maka dilakukan pengaturan cahaya dengan penambahan brightnes dan color balance ketika proses editing. b. Kesulitan dalam menghasilkan narasi (hasil rekaman audio) yang bagus. Narasi yang bagus dan sesuai akan membantu penjelasan pada tayangan video. Akan tetapi kurangnya kemampuan narator untuk dapat menghasilkan suara hasil rekaman yang bagus merupakan salah satu faktor kendala pada proses ini. Selain faktor tersebut adapula faktor eksternal lainnya. Faktor lainnya adalah kesulitan untuk mendapatkan suara yang jernih karena proses perekaman tidak dilakukan pada ruang yang kedap suara sehingga suara yang dihasilkan tidak jernih. Agar dapat mendapatkan hasil suara yang bagus pengambilan suara dilakukan beberapa kali. Selain itu pengambilan suara dilakukan pada waktu yang bersamaan agar suara yang dihasilkan cukup bagus.
78
4.2.2 Kualitas Sifat Diskontinu Materi Untuk Tingkat Sekolah Menengah Pertama Di tinjau dari Isi Materinya. Walker dan Hess (dalam Arsyad, 2002) mengungkapkan beberapa kriteria untuk mendapatkan media pembelajaran yang berkualitas salah satunya adalah kualitas isi dan tujuan. Kualitas media pembelajaran ditinjau dari isi dan tujuannya dilihat dari ketepatannya, kepentingannya, kelengkapannya,
keseimbangnnya,
minat,
perhatian,
keadilan,
dan
kesesuaian dengan situasi orang lain. Dari pernyataan di atas maka video sifat diskontinu materi ini harus mempunyai kualitas standar isi dan tujuan yang sesuai dengan kriteria tersebut. Dari hasil analisis data mengenai kualitas video sifat diskontinu materi dari segi isi materi (content) video, materi yang disampaikan sudah sesuai. Kesesuaian materi ini dapat kita lihat pada beberapa segmen misalnya segmen apresepsi. Apresepsi disini dilakukan oleh presenter dengan mengingatkan kembali berbagai macam jenis wujud benda. Hal itu sesuai pada tujuan penggunaan video pembelajaran ini sebagai awal siswa untuk dapat mengetahui tentang partikel terkecil materi yang diharapkan kedepannya siswa dapat mengenal wujud benda dari segi mikroskopiknya. Siswa diharapkan juga dapat menjelaskan tentang keberadaan ruang hampa diantara partikel materi atau materi bersifat diskontinu.
79
Selain pada segmen apresepsi kesesuaian juga terdapat pada segmen percobaan 1 yaitu percobaan pencampuran kacang bogor dan kacang hijau. Segmen percobaan ini untuk memberikan gambaran pada siswa bahwa setiap benda tersusun dari partikel terkecil dan diantara partikel materi terdapat ruang hampa. Percobaan ini bertujuan sebagai analogi tentang keberadaan ruang hampa diantara partikel materi. Percobaan ini sesuai, karena analogi yang disampaikan dekat dalam kehidupan kita sehari-hari. Pada segmen percobaan 2 dan 3
sesuai dengan materi sifat
diskontinu materi yang akan diajarkan. Pada kedua segmen tersebut bertujuan untuk menjelaskan bahwa kita tidak dapat melihat ruang hampa diantara partikel terkecil materi, karena keterbatasan kemampuan mata. Untuk memperoleh pemahaman tersebut, maka dianalogikan dengan mengatur jarak pandang kamera pada suatu objek. Pada percobaan ke-2 dan ke-3 ini objek yang digunakan adalah gula pasir dan kertas berpola yang dibuat dengan mempunyai jarak diantara tiap titik. Materi atau content pada video ini terlebih dahulu di evaluasi oleh dosen ahli materi sehingga materi yang akan digunakan sesuai dengan tujuan video pembelajaran ini. Akan tetapi secara teknis ada beberapa segmen video yang tidak sesuai, misalnya pada percobaan enam. Pada percobaan enam ketidaksesuaian terjadi pada pencampuran air dengan gas. Pada pencampuran air dengan gas ini dicampurkan 40 mL gas dan 20 mL air menghasilkan volume total sebesar 65 mL. Seharusnya 40 mL + 20 mL
80
sama dengan 60 mL. Hal tersebut dikarenakan faktor teknis, pada siring kaca terdapat mulut siring yang mempunyai rongga yang cukup besar untuk memasukan zat cair atau gas. Pada proses pemasukan zat cair, mulut siring kaca dimasukan terlebih dahulu ke dalam air. Udara yang terdapat pada rongga mulut siring terbawa masuk ke dalam siring dan menjadikan volum gas bertambah. Menurut peneliti hal tersebut tidak menjadi suatu masalah yang cukup besar, mengingat pada percobaan ini hanya membuktikan tentang keberadaan ruang hampa diantara partikel materi saja bukan dilihat dari segi kuantitatifnya. Pada percobaan ini hanya difokuskan pada fenomena perubahan volum, yaitu ketika pencampuran gas dan
zat cair pada
keadaan sebelum dikocok dan sesudah dikocok. Dari fenomena tersebut diharapkan siswa dapat memahami aspek mikroskopik dengan mengacu pada percobaan ke-1. Selain perihal kesesuaian dan ketidaksesuaian video di atas ada beberapa tambahan catatan dari dosen pembimbing mengenai teknis atau penambahan permasalahan pada video ini. Misalnya pada percobaan pertama pada proses pengadukan campuran kacang bogor dan kacang hijau ada salah satu dosen yang bertanya “bagaimana apabila dikocok?”, Sewaktu melakukan uji coba prosedur setiap cara dilakukan, dari pengadukan sampai pengocokan. Kedua cara tersebut mendapatkan volum yang sama yaitu kurang dari 500 mL. Peneliti memutuskan untuk mengambil gambar pengadukan agar proses penempatan ruang kosong
81
diantara kacang dapat teramati. Apabila dengan cara pengocokan fenomena kurang dapat teramati, yang teramati hanya perbedaan volumnya saja. Selain itu kelemahan kamera yang mengikuti arah gerak pengocokan, dapat menyebabkan siswa tidak dapat mengamati proses pemasukan ruang kosong diantara kacang-kacang. 4.2.3. Kualitas Video Sifat Diskontinu Materi Ditinjau dari Tampilannya. Selain kualitas isi dan tujuan Walker dan Hess (dalam Arsyad, 2002) juga mengungkapkan bahwa kualitas suatu media pembelajaran dilihat dari kualitas teknis juga. Kriteria dari kualitas teknis menurut Walker dan Hess diantaranya Keterbacaan, Mudah digunakan, Kualitas tampilan / tayangan, Kualitas penanganan jawaban, Kualitas pengelolaan program, dan Kualitas pendokumentasian. Karena pada penelitian ini media yang digunakan adalah video pembelajaran, maka hanya akan dilihat dari kualitas tampilan saja. Hal ini dilakukan,
karena dengan tampilan yang bagus akan mendorong
keinginan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Untuk mendapatkan data kualitas tampilan video yang baik ada beberapa kriteria yaitu: kecerahan, tata warna, tampilan subtitle, dan lainlain. Berdasarkan hasil temuan diperoleh bahwa kualitas warna baik, kualitas kekontrasan baik, dan kualitas kecerahan cukup baik. Dari hasil temuan tersebut mengindikasikan bahwa kualitas gambar dari segi tata
82
warna, kekontrasan, dan kecerahan dapat ditingkatan. Dengan hasil perolehan data tersebut video ini masih dapat digunakan dengan baik. Untuk kualitas narasi pada video Pembelajaran Sifat Diskontinu Materi ini, narasi dapat terdengar jelas. Selain itu narasi pada video pembelajaran ini dapat memperjelas percobaan yang ditampilkan pada video ini. Namun salah satu dosen berpendapat, agar cara penyampaian narasi dibawakan lebih luwes dan bukan merupakan bahasa tulisan. Pada video pembelajaran ini hanya beberapa segmen yang menggunakan narasi. Fungsi narasi disini hanya untuk memperjelas tampilan. Sebagai contoh pada proses penuangan kacang bogor dan kacang hijau, penuangan tidak perlu dinarasikan karena proses penuangannya sudah dapat terlihat oleh para audience. Selain itu narasi juga digunakan untuk menyimpulkan dan memperjelas animasi yang terdapat pada video ini. Selain kualitas narasi harus juga dilihat kualitas teks (caption) pada video pembelajaran sifat diskontinu materi. Teks atau caption pada video pembelajaran berfungsi untuk memperjelas tayangan video sehingga penonton dapat memperoleh informasi yang seutuhnya. Fungsi teks juga dapat membuat fokus penonton agar memperhatikan gambar sesuai dengan content yang ditampilkan. Fungsi lain dengan adanya caption adalah memungkinkan untuk mengurangi miskonsepsi yang akan terjadi pada video.
83
Pada pembuatan teks atau caption perlu diperhatikan pula tingkat keterbacaan karena media yang baik adalah media yang memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi sehingga mampu memberikan informasi yang optimal. Dari hasil temuan terlihat bahwa caption untuk judul / title dapat memberikan gambaran tentang eksperimen yang akan dilakukan. Selain title dan subtitle pada video Pembelajaran Sifat Diskontinu Materi ini dapat memperjelas maksud dan tujuan dari eksperimen yang ditampilkan. Video pembelajaran ini dibuat sebagai media pembelajaran untuk dapat memberikan kesempatan belajar kepada siswa. Oleh Karena itu perlu ada waktu tunggu (waiting time) kepada siswa untuk dapat mengamati dan mengkonservasi suatu fenomena tertentu, maka perlu diperhatikan kecepatan tiap scene agar proses pembelajaran dapat lebih efektif. Hasil dari temuan evaluasi dosen , kecepatan tiap scene pada video Pembelajaran ini cukup baik. Media pembelajaran yang dibuat harus bersifat komunikatif. Hal tersebut dilakukan agar pesan yang disampaikan melalui video ini dapat diterima dengan baik. Siswa diharapkan tidak hanya sekedar menyaksikan video akan tetapi terjadi proses berpikir dan belajar. Peneliti juga membuat video ini agar bersifat komunikatif dengan cara memberikan pertanyaanpertanyaan yang bersifat tertutup, hal tersebut dilakukan agar video ini memberikan dampak positif bagi proses belajar siswa. Dari hasil temuan
84
diperoleh bahwa kedua dosen mengatakan bahwa video ini bersifat komunikatif. Musik merupakan salah satu faktor penunjang untuk kualitas video ini. Musik juga berfungsi mempermudah proses penyerapan informasi yang didapat dari apa yang dilihat. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan musik yaitu musik yang digunakan tidak mengganggu proses pembelajaran serta komposisi musik yang sesuai. Untuk komposisi musik, salah satu dosen memilih opsi lainnya yaitu volum musik yang digunakan masih terlalu tinggi pada saat ada narasi akan tetapi untuk jenis musik sesuai. 4.2.4 Pendapat Guru Mengenai Video Sifat Diskontinu Materi. Video Pembelajaran Sifat Diskontinu Materi mempunyai fungsi sebagai media pendukung dalam proses pembelajaran siswa sebelum mempelajari wujud zat. Jadi video ini memperkenalkan tiga aspek level dalam pembelajaran kimia yaitu makroskopik, mikroskopik, dan simbolik. Dengan adanya video ini peneliti berharap siswa dapat mengenal partikel terkecil materi dengan mengamati fenomena yang ada. Sehingga secara tidak langsung siswa dapat mengetahui cara para ilmuwan menemukan suatu konsep dalam pembelajaran IPA. Selain membantu siswa dalam pembelajaran diharapkan video ini juga dapat membantu guru dalam menyampaikan materi tentang sifat diskontinu materi. Dengan
85
adanya video ini pula diharapkan guru dapat lebih mengeksplorasi cara memberikan metode pembelajaran. Seperti hal di atas bahwa peran guru juga berpengaruh besar dalam proses belajar mengajar maka peneliti mengambil sampel guru SMP untuk memberikan komentarnya pada video sifat diskontinu materi yang telah dibuat oleh peneliti ini. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang dibuat oleh peneliti adalah mengenai pentingnya materi sifat diskontinu materi ini, kemudian dilihat dari segi fenomena yang dapat teramati atau tidak serta dari tampilan, komposisi musik, dan lain-lain. Dari data penemuan di atas perihal pentingnya materi sifat diskontinu materi hampir semua guru menyatakan bahwa materi ini penting disampaikan, hanya satu orang guru yang menyatakan bahwa materi ini tidak perlu diajarkan dengan alasan bahwa siswa harus diberikan pengalaman melalui percobaan yang dilakukan secara real. Menurut peneliti alasan seperti itu dapat dipermudah dengan menjawab bahwa percobaan ini dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat sehingga untuk percobaan secara real dapat dilaksanakan. Untuk alasan keempat guru yang lain mengenai pentingnya sifat diskontinu materi untuk SMP sebelum mempelajari wujud zat dirasa perlu dengan alasan sebagai berikut: 1. Karena pengajaran mengenai materi merupakan pengantar dasar untuk pengajaran tentang wujud zat.
86
2. Karena zat tersusun atas partikel, maka diperlukan pemahaman terlebih dahulu mengenai partikel. 3. Sebagai pemahaman awal untuk menuju konsep perubahan wujud zat. 4. Menjadi dasar untuk pembahasan materi berikutnya. Dari pernyataan di atas peneliti menyimpulkan bahwa materi ini perlu disampaikan. Setelah memberikan pertanyaan tentang pentingnya materi ini peneliti memberikan pertanyaan mengenai pentingnya video sifat diskontinu materi ini. Semua guru menyatakan bahwa video sifat diskontinu materi ini sangat berguna untuk membantu siswa dalam pemahaman partikel terkecil yang sulit diamati. Selain itu melalui media video ini, guru dapat terbantu dalam menjelaskan fenomena-fenomena partikel terkecil yang bersifat mikroskopik. Pertanyaan selanjutnya perihal sudut pandang guru mengenai peran video ini untuk mempermudah dalam pemahaman sifat diskontinu materi bagi siswa. Semua guru menyatakan video ini dapat mempermudah siswa untuk dapat memahami sifat diskontinu materi, dengan alasan bahwa fenomena yang ada dalam video ini dapat dilihat dalam kehidupan seharihari. Pada video Pembelajaran sifat diskontinu materi, hampir semua fenomena yang ada dapat teramati dengan baik. Fenomena tersebut diantaranya :
87
1. Fenomena partikel terkecil materi serta ruang hampa diantara partikel materi pada bagian apresepsi. 2. Fenomena yang terjadi pada percobaan pencampuran kacang bogor dan kacang hijau. 3. Fenomena percobaan pengamatan ruang kosong diantara butiran gula pasir. 4. Fenomena pada percobaan pengamatan ruang kosong diantara titiktitik yang dibuat pola. 5. Fenomena percobaan pencampuran alkohol dan aquades. 6. Fenomena pada percobaan pelarutan effervescent. 7. Fenomena pada percobaan pencampuran gas dan air. Hampir semua fenomena di atas dapat teramati dengan jelas. Pada bagian apresepsi hanya satu guru yang menyatakan bahwa fenomena belum terlihat. Hal tersebut menurut peneliti dikatakan wajar karena dalam bagian apresepsi belum diperlihatkan secara jelas, tentang keberadan ruang hampa yang sebenarnya. Pada fenomena pencampuran kacang bogor dan kacang hijau semua guru menyatakan bahwa fenomena dapat teramati dengan jelas. Alasan guru tersebut karena ukuran antara kacang bogor dengan kacang hijau berbeda, dan memungkinkan adanya perbedaan ukuran kacang dengan menunjukan volume campuran yang kurang dari 500 mL. Pada fenomena pengamatan pola titik-titik dari berbagai jarak pandang hanya satu guru yang tidak dapat mengamati fenomena yang
88
terlihat. Beliau memberikan alasan bahwa jarak diantara titik terlalu lebar dan ukuran titik-titik tidak sama. Untuk percobaan ini sebenarnya bukan perihal ukuran titik-titik yang sama atau beda. Akan tetapi dengan jarak yang jauh pola titik-titik dan jarak diantara titik semakin tidak terlihat, hal ini
diakibatkan
kemampuan
mata
kita
terbatas.
Hal
tersebut
mengimplikasikan tentang adanya partikel terkecil dan ruang hampa diantara partikel materi, hanya saja mata kita memiliki keterbatasan untuk melihat partikel terkecil tersebut . Pada percobaan pencampuran gas dan cairan ada satu guru yang tidak dapat melihat fenomena pencampuran gas dan cairan. Alasan dari guru tersebut adalah batasan gas dan cairan tidak dapat teramati dengan jelas. Peneliti disini menjelaskan bukan melihat batasan antara cairan dan gas akan tetapi perubahan volum gas ketika tidak ditambah air dan ditambah air, serta ketika sebelum dilakukan pengocokan dan setelah dilakukan pengocokan. Dengan fenomena tersebut siswa diharapkan dapat menjelaskan fenomena tersebut dari segi mikorskopiknya. Untuk komponen pendukung seperti narasi, subtitle, dan musik backsound, semua komponen sesuai dengan video yang akan ditayangkan. Komponen
tersebut
mendukung
dalam
setiap
tampilan
video
pembelajaran. Komponen ini sesuai dengan video yang dibuat oleh peneliti dan diperkuat oleh pernyataan para guru.
89
Durasi keseluruhan video pembelajaran sifat diskontinu materi ini adalah 28,3 menit . Waktu tersebut hampir semua guru menyatakan sesuai dengan waktu pembelajaran, hanya satu guru yang menyatakan tidak sesuai dengan alasan diperlukannya waktu untuk persiapan menyiapkan alat-alat penayangan video. Akan tetapi menurut guru yang lain waktu 2 x 40 menit sesuai dengan pembelajaran dan masih bisa dilakukan diskusi lanjutan. Menurut peneliti dengan adanya video ini dapat mengembangkan keterampilan proses sains. Salah satunya adalah proses pengamatan dan menafsirkan data. Untuk dapat mencapai keterampilan mengamati, siswa harus menggunakan indera penglihat, pembau, pendengar, pengecap dan peraba. Akan tetapi untuk penelitian ini belum dilakukan evaluasi kearah keterampilan proses. Video Pembelajaran sifat diskontinu materi ini mempunyai kelemahan dimana siswa tidak dapat melatih keterampilan proses secara langsung. Akan tetapi, ada pula kelebihan dari video pembelajaran sifat diskontinu materi ini yaitu pada video ini aspek mikroskopiknya dapat dijelaskan, apabila dibandingan dengan tidak menggunakan video. Karena pada video ini ada animasi yang menunjukan tentang partikel terkecil materi. Selain itu dengan adanya media ini dapat membuat materi yang disampaikan akan bertahan lama. Selain itu juga dengan adanya video ini dapat membantu guru-guru dalam mengatasi masalah tentang sifat diskontinu materi yang bersifat mikroskopik.