BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai data-data hasil penelitian setiap kasus dan diuraikan secara sistematis yang terdiri dari identitas subyek, hasil wawancara dan hasil observasi.
4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian
Data Subyek
S
M
L
Usia
20
21
21
4 minggu
8 minggu
12 minggu
Alamat
Jakarta
Tangerang
Tangerang
Agama
Islam
Islam
Islam
Mahasiswi
Mahasiswi
Staff karyawan
Jawa
Sunda
Jawa
Usia Kandungan
Pekerjaan Suku Bangsa
4.2.
Hasil Observasi
4.2.1. Hasil Observasi S 1. Postur tubuh •
Tinggi badan S sekitar 155 cm. Dengan berat badan 40 kg.
•
Warna kulit Subyek S memiliki warna kulit putih.
•
Bentuk wajah, mata, rambut
Subyek S memiliki bentuk wajah bulat, warna mata subyek cokelat terang, subyek memiliki warna rambut cokelat dengan ukuran panjang rambut sebahu. 2. Penampilan subyek Penampilan subyek saat bertemu peneliti sangat modis, subyek memakai gaun ukuran selutut. Dengan make up sederhana. Rambut subyek dibiarkan terurai. Warna tas, baju, dan sepatu subyek sangat senada (match). 3. Sambutan subyek pada peneliti Saat bertemu dengan peneliti subyek bersikap ramah. Hal tersebut karena subyek dan peneliti merupakan teman dekat. Sebelumnya peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan sebagai tugas skripsi peneliti. Wawancara berlangsung dengan santai. Subyek juga terlihat tenang saat proses wawancara berjalan. 4. Kebiasaan subyek Kebiasaan subyek yang paling menonjol ialah subyek tidak pernah melepaskan telepon selular dari genggaman tangannya. Subyek juga selalu terlihat tersenyum ramah sepanjang wawancara. Subyek terlihat selalu memperhatikan lingkungan sekitarnya, terutama dengan keberadaan orang disekitar tempat subyek dan peneliti melakukan wawancara. 5. Gaya bicara subyek Gaya bicara subyek selama proses wawancara cukup jelas, subyek juga terlihat tenang dan santai. Cara subyek menjawab pertanyaan peneliti cukup lancar meski hal yang menjadi pembahasan penelitian sangat privat. 6. Bahasa tubuh subyek
Selama proses wawancara berlangsung, subyek sesekali menghela nafas. Dan tidak jarang mata subyek berkaca-kaca menahan tangis. 4.2.2. Hasil Observasi M 1. Postur tubuh •
Tinggi badan M sekitar 165 cm. Dengan berat badan 45 kg.
•
Warna kulit Subyek M memiliki warna kulit putih.
•
Bentuk wajah, mata, rambut Subyek M memiliki bentuk wajah oval, warna mata subyek cokelat terang, subyek memiliki warna rambut cokelat, panjang dan bergelombang dengan ukuran sepinggang.
2. Penampilan subyek Peneliti sebelumnya membuat janji pertemuan dengan subyek.Maksud dan tujuan dari penelitian ini pun sudah dijelaskan sebelumnya kepada subyek.Peneliti dan subyek bertemu di sebuah tempat makan di kawasan Meruya Selatan. Saat bertemu penampilan subyek cukup sederhana dengan setelan T-shirtputih
dan celana jeans biru. Setelah peneliti memberikan
lembar surat Informed Consent sebagai bentuk persetujuan kepada subyek untuk ditandatangani maka dilanjutkan dengan proses wawancara. 3. Sambutan subyek pada peneliti Ketika bertemu subyek menyambut peneliti dengan sangat ramah. Subyek juga terlihat sangat bersemangat selama proses wawancara. 4. Kebiasaan subyek Kebiasaan subyek yang paling menonjol ialah subyek sering kali memainkan rambut panjang bergelombangnya itu. Subyek juga sering kali melihat-lihat
handphonenya. Subyek juga selalu memperhatikan riasan wajahnya dengan kaca kecil yang selalu di bawanya. 5. Gaya bicara subyek Sejauh pengamatan peneliti, subyek termasuk orang yang periang dan cuek. Dalam menjawab pertanyaan dari peneliti, subyek menjawab dengan santai dan terbuka. 6. Bahasa tubuh subyek Subyek selama proses wawancara terlihat tenang, fokus dalam menjawab pertanyaan peneliti. 4.2.3. Hasil Observasi L 1. Postur tubuh • Tinggi badan L sekitar 160 cm. Dengan berat badan 50 kg. •
Warna kulit Subyek L memiliki warna kulit putih.
•
Bentuk wajah, mata, rambut Subyek L memiliki bentuk wajah bulat, warna mata subyek cokelat, subyek memiliki warna rambut hitam, dan panjang.
2. Penampilan subyek Peneliti sebelumnya telah membuat janji bertemu dengan subyek.Maksud dan tujuan dari penelitian ini pun sudah dijelaskan sebelumnya kepada subyek. Peneliti dan subyek L bertemu di rumah subyek M, karena L merupakan teman subyek M. Saat bertemu subyek L mengenakan kaos ketat putih dan memakai rok ukuran dibawah lutut. Setelah peneliti memberikan lembar surat Informed Consent sebagai bentuk persetujuan kepada subyek untuk ditandatangani maka dilanjutkan dengan proses wawancara.
3. Sambutan subyek pada peneliti Saat pertemuan pertama kalinya ini, subyek awalnya terlihat malu-malu. Tetapi setelah berbincang santai akhirnya subyek mulai terlihat santai dan proses wawancara berlangsung dengan lancar. Sambutan subyek kepada peneliti baik dan ramah. 4. Kebiasaan subyek Kebiasaan subyek sepanjang wawancara berlangsung yang paling menonjol adalah subyek sering kali memainkan bibirnya. Subyek juga suka menggeleng-gelengkan wajahnya. 5. Gaya bicara subyek Subyek memiliki gaya bicara yang blak-blakan, dan sangat ekspresif. 6. Bahasa tubuh subyek Selama proses wawancara berlangsung subyek sangat fokus menjawab semua pertanyaan dari peneliti. Subyek terlihat santai dan selalu menyandarkan tubuhnya pada sofa tempat subyek duduk. 4.3. Gambaran Diri Subyek 4.3.1.
Latar Belakang Subyek S
S, perempuan beragama Islam berusia 20 tahun merupakan seorang mahasiswi di perguruan tinggi swasta di Jakarta. S merupakan anak ke dua dari 3 bersaudara. S tinggal bersama kedua orang tua dan adiknya. S lahir dan dibesarkan di Jakarta, S menjalani masa remaja layaknya remaja lainnya, masa di mana remaja mengalami masa peralihan dari masa anak-anak ke remaja menuju dewasa. S mengakui awal mula timbul ketertarikan dengan lawan jenis dimulai saat usia 13 tahun saat kelas satu SMP. S biasa menghabiskan waktunya dengan hange-out bersama teman-temannya. Di masa SMA S mengaku tidak pernah berpacaran, alasan S karena dengan memiliki pacar membuat S
terbatas segala aktivitasnya. Selepas masa SMA lalu S melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di salah satu Universitas swasta di Jakarta. Saat masa perkuliahan, S mulai membuka diri pada teman laki-lakinya. Sampai saat S bertemu dengan satu pria yang sampai saat ini menjadi kekasihnya. Hubungan yang dijalani S dan pacarnya sangat intim, S menceritakan hubungan yang dijalani bersama pacarnya ini selayaknya seperti pasangan yang sudah menikah. Gaya pacaran mereka tidak lagi hanya berciuman bibir saja tetapi sudah sampai melakukan hubungan seks pranikah. Selama kurun waktu dua tahun S melakukan hubungan seks pranikah sampai pada akhirnya S mengetahui bahwa dirinya hamil. S mengaku saat mengetahui dirinya hamil hal tersebut terasa akhir dari kehidupannya. Ketidaksiapan diri dari kehamilan itu membuat S dan sang pacar membuat kesepakatan untuk melakukan aborsi saat usia kandungan S mencapai usia 4 minggu.Karena peristiwa tersebut membuat S dan pacarnya sepakat untuk tidak berhubungan seks pranikah lagi sebagai antisipasi mencegah kehamilan kembali. 4.3.2. Latar Belakang Subyek M M, perempuan beragama Islam. Saat ini berusia 21 tahun merupakan seorang mahasiswi di perguruan tinggi swasta di Jakarta. M merupakan anak ke tiga dari 3 bersaudara. Keluarga M termasuk keluarga yang sangat religius namun M mengaku diantara dia dan kakaknya M termasuk yang jarang melakukan ibadah. Sejak SMA M sering berganti-ganti pacar, M menceritakan ciuman pertama yang dilakukannya saat duduk dibangku kelas X SMA awalnya M mengaku takut, tapi karena diantara teman se gank nya M lah yang belum pernah berciuman membuat ada sedikit perasaan malu sehingga M berani melakukan kissing pertamanya itu. Selepas masa SMA, M melanjutkan kuliah diperguruan tinggi swasta di Jakarta. Pergaulan M pun semakin luas sesekali M ikut pergi ke club malam bersama temannya. M bertemu dengan seorang laki-laki yang kini menjadi tunangannya. Hubungan yang dijalani M dan pacar sampai
pada perilaku hubungan seks pranikah. M mengaku sampai pada satu waktu M mengetahui kehamilannya. Saat meminta pertanggungjawaban dari tunangannya itu M mengaku sang pacar tidak mau bertannggungjawab, karena merasa bingung dan putus asa, akhirnya M menceritakan kehamilan dirinya kepada Ibu dari kekasihnya tersebut. Setelah perdebatan yang panjang, akhirnya mereka sepakat untuk tidak melanjutkan kehamilan dari M. M mengaku sangat berat untuk memutuskan melakukan aborsi. Saat aborsi dilakukan usia kandungan M mencapai usia delapan minggu. Hubungan subyek dengan kekasihnya masih berjalan sampai saat ini. Peristiwa aborsi tersebut pun tidak membuat mereka jera dan masih tetap melakukan hubungan seks pranikah sampai saat ini. Meski M mengaku kini M dan kekasihnya mulai sadar dengan penggunaan alat kontrasepsi sebagai upaya mencegah kehamilan.
4.3.3. Latar Belakang Subyek L
L saat ini berusia 21 tahun. L menamatkan pendidikannya di sekolah Menengah Atas. Menurut pengakuan L dirinya berasal dari keluarga yang sederhana, ayah L hanya bekerja sebagai karyawan swasta, sedangkan Ibu L hanya sebagai Ibu rumah tangga biasa. L merupakan anak tunggal, meskipun begitu L tidak mendapat perlakuan yang spesial dari orang tuanya. Sejak L duduk di bangku SMP, L sudah terbiasa melakukan pekerjaan rumah tangga sampai saat ini dimana hal tersebut membuat L menjadi pribadi yang mandiri. L menceritakan saat memasuki masa SMA, ialah awal mulai adanya rasa ketertarikan L pada lawan jenisnya, ia mengaku dengan tampilan fisiknya yang menarik banyak pria yang menyukainya. Selama masa SMA, L mengaku sering berganti-ganti pacar dan gaya berpacaran L menurut pengakuannya sudah termasuk bebas. L pernah
melakukan kissing, bahkan sampai bermain disekitar wilayah dada L. Selepas masa SMA, L bekerja menjadi salah satu staff karyawan di perusahaan swasta. L bertemu seorang pria teman satu kerjanya mereka lalu menjalin hubungan serius, pacaran. L mengaku gaya berpacarannya semakin bebas. L dan pacarnya itu seringkali melakukan hubungan seks pranikah, sampai pada suatu saat L mengetahui bahwa dirinya telah hamil. L memeriksakan kondisi tersebut ke dokter, dan diketahui bahwa kehamilan L telah memasuki usia 10 minggu. Peristiwa tersebut membuat L shock, dan segera memberi tahu pacarnya. L menceritakan jika pacarnya tidak ingin bertanggungjawab dan menginginkan sang calon bayi untuk digugurkan saja dan karena merasa malu, dan ketidaksiapan L untuk menjadi ibu ditambah rasa takut jika peristiwa kehamilannya diketahui orang tua L, akhirnya L memutuskan untuk menggugurkan kandungannya tersebut. Terlebih sang pacar terus mendesak L untuk aborsi. Rasa takut terhadap kekasihnya itu membuat L memutuskan aborsi walau sebenarnya L tidak ingin melakukan hal tersebut. Akan tetapi dengan mempertimbangkan kelangsungan hidupnya dan sang calon bayi memutuskan L untuk melakukan aborsi. Menurut L jika ia memaksakan untuk tetap melanjutkan kehamilannya akan menambah beban hidup L. L mengaku kadang L sering mendapat perlakuan kasar dari pacarnya, baik kekerasan fisik maupun verbal. Akan tetapi L tidak dapat berbuat banyak dan menerima saja perlakuan kasar yang didapati dari pacarnya itu.
Setelah peristiwa tersebut hubungan L dan pacarnya mulai sedikit merenggang. Bahkan L mengaku pernah melihat pacarnya itu jalan dengan wanita lain. L sangat kecewa mengetahui hal tersebut L pun lalu bertemu dengan salah satu mantan kekasihnya. L mengaku sangat ingin membalas rasa sakit hatinya karena pacarnya sudah berselingkuh. Sampai L nekad melakukan hubungan seks pranikah dengan mantan pacarnya itu, L pun dihadapkan pada peristiwa buruknya kembali. L hamil dengan mantannya, mengetahui
hal tersebut membuat L panik dan takut jika sampai hal tersebut diketahui oleh pacar L. Akhirnya L memutuskan untuk melakukan aborsi kembali karena L mengaku masih mengharapkan hubungan dengan pacarnya itu tetap berlanjut karena L merasa tidak bisa hidup tanpa pacarnya tersebut. L mengaku bahwa kekasihnya itu membantu L dan keluarganya dalam hal ekonomi. L pun memutuskan untuk tidak lagi berhubungan dengan mantannya dan berusaha merekatkan kembali hubungan dengan pacarnya.
4.4. ANALISIS DATA Highlen & Finley (dalam Poerwandari,2009), mengatakan bahwa data yang dianalisis dan di olah diawali dengan mengorganisasikan data. Organisasi data yang baik dan sistematis memungkinkan peneliti untuk memperoleh kualitatif data yang baik, mendokumentasikan analisis yang dilakukan, menyimpan data dan analisis yang berkaitan dalam penyelesaian penelitian. Proses analisis merupakan usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan perihal rumusan-rumusan dan pelajaran-pelajaran atau hal-hal yang kita peroleh dalam proyek penelitian (Wirodiharjo, dalam Marzuki,2000).
4.5.
ANALISIS HASIL TIAP SUBYEK PENELITIAN
4.5.1. Subyek S 4.5.1.1. Perilaku Seksual Subyek S saat ditanya peneliti
mengenai seks menjawabnya dengan tenang.
Subyek menjawab bahwa hubungan seks adalah hubungan antara wanita dan pria yang berciuman sampai pada making love (ML). “seks itu hubungan antara cewe dan cowo, ngelakuin ciuman sampai ML.
Subyek pertama kali mengetahui tentang seks saat duduk di bangku SMA, subyek mendapat informasi tentang seks dari teman-teman sekolahnya, saat mereka bersamasama menonton video porno. “waktu SMA gue sebenarnya masih belum terlalu ngeh sama yang namanya seks. Jadi waktu itu temen-temen dikelas gue lagi pada nonton video bokep di hp temen gue, Nah dari situ gue baru liat cara cowo sama cewe berhubungan intim. Subyek mengakui bahwa melakukan hubungan seks diluar pernikahan merupakan perbuatan yang salah dan dilarang oleh agama.
“gue tahu melakukan hubungan seks di luar nikah merupakan perbuatan yang salah dan di larang agama, masyarakat juga menilai free sex itu haram apalagi budaya ketimuran kita yang masih kental banget”. Subyek memahami bahwa di dalam agama yang di anutnya melakukan hubungan seks pranikah merupakan perbuatan haram. Subyek juga memahami akan resiko yang diterima dari perbuatannya tersebut seperti adanya penyakit menular, bahkan kehamilan di luar nikah. “gue tahu kalo hubungan free sex itu dilarang, mau agama, masyarakat. Agama juga udah ngejelasin tentang larangan itu kok, tapi ya namanya manusia. Dorongan seks itu bener-bener gak bisa gue tahan.
Dorongan seks yang kuat membuat subyek tetap melakukan hubungan seks pranikahsampai pada akhirnya subyek diketahui telah hamil. Subyek dalam hal ini sudah memahami akan resiko resiko yang akan di hadapinya yakni kemungkinan terjadinya kehamilan. Akan tetapi dorongan sex yang kuat membuat subyek tidak dapat berpikir rasional dalam menilai permasalahan. 4.5.1.2. Perilaku Aborsi Aborsi menurut subyek adalah proses pengguguran janin yang dilakukan secara sengaja. “aborsi itu ya proses penguguran janin yang dilakuin secara sengaja”.
Subyek mengakui mendapatkan informasi tentang adanya praktek aborsi dari teman wanitanya. “gue tahu aborsi itu dari temen cewe gue, yang sebelumnya dia juga pernah lakuin hal itu”.
Subyek mempunyai pandangan bahwa melakukan aborsi pranikah merupakan suatu hal yang sangat tidak dibenarkan. “echmmmmm….jelas lah ngelakuin aborsi pranikah itu perbuatan yang gak dibenarkanitu kan sama aja ngebunuh calon bayi kita”.(sambil menghela nafas dan menunduk).
Subyek pun mengetahui pandangan agama yang mengharamkan dan masyarakat juga menolak akan adanya praktek aborsi yang dilakukan oleh pasangan pelaku aborsi karena hal itu melanggar hak hidup seseorang. “kalo yang gue tahu pandangan agama ya pastinya mengharamkan lah. Masyarakat juga menolak adanya praktek aborsi yang dilakukan sama pasangan pelaku aborsi itu karena hal itu kan melanggar hak hidup seseorang ya janin yang dikandung”. Subyek dan kekasihnya telah cukup lama menjalin hubungan, dalam rentang waktu berpacaran keduanya sering melakukan hubungan seks, sampai akhirnya subyek positif hamil. Subyek pertama kali memberi tahu kehamilannya pada pacarnya dan mereka
membuat
kesepakatan
untuk
memutuskan
melakukan
aborsi
karena
ketidaksiapan mereka baik mental maupun ekonomi menghadapi persoalan kehamilan tersebut. Menurut S saat itu kondisi ekonomi pacarnya belum mapan karena masih samasama kuliah. “waktu itu gue udah telat haid, terus gue coba tes, nah ternyata hasilnya gue positif hamil. Terus gue langsung kasih tau pacar gue, kita berdua shock banget, jadi sering ribut sampe akhirnya kita putusin untuk aborsi aja soalnya gue takut lagian juga kondisi pacar gue belum mapan-mapan banget ya maklum masih sama-sama kuliah ”. Dalam proses pengambilan keputusan hal ini subyek sebelumnya meminta pertimbangan dari teman dekatnya yang sebelumnya juga pernah melakukan aborsi.
Keputusan untuk tetap melakukan aborsi dilakukan subyek atas pertimbangan bahwa subyek takut jika hal tersebut sampai diketahui orang tuanya dan membuat nama baik keluarganya akan tercemar. “ ya gue ceritain kondisi gue ini ke salah satu temen deket gue yang kebetulan dia juga sebelumnya udah pernah aborsi, gue minta masukan dari dia. Dia sech minta gue buat tetep lanjutin kehamilan gue itu tapi gue udah bulat buat tetep aborsi, ya gue ngerasa dengan kondisi gue itu akan bikin nama baik keluarga gue hancur, dan gue gak mw bikin mereka kecewa, apalagi harapan mereka besar banget ke gue”. Subyek tetap teguh untuk melakukan aborsi tanpa memperdulikan resiko yang akan ia tanggung, subyek menilai bahwa kehamilannya hanya akan membuat malu keluarganya, ketidaksiapan mental dan faktor finansial yang tidak mencukupi untuk biaya hidup sang calon bayi kelak menjadi salah satu pertimbangan subyek melakukan aborsi. “kalo gue lanjutin kehamilan ini pasti bikin semua jadi berantakan, gue pilih tetep aborsi soalnya gue dan pasangan gue ngerasa gak siap dan kita masih sama-sama belum mapan secara ekonomi. Setelah memutuskan untuk melakukan aborsi, subyek dan kekasihnya mencari informasi kilinik yang bisa melakukan tindakan aborsi. Setelah mendapat informasi lokasi tempat praktek aborsi yang diperoleh dari temannya maka keduanya langsung menuju ketempat tersebut.
“abis itu kita langsung cari info ke temen gue yang tau dimana praktek aborsi, ya emang berat buat gue ambil keputusan itu, abis dapet info tempat prakteknya gue sama pacar langsung meluncur kesana, usia kehamilan gue saat itu udah 4 minggu. Saat proses aborsi,subyek hanya diberi bius lokal sehingga subyek masih dapat melihat kegiatan yang dilakukan saat proses aborsi berlangsung. Dan saat subyek akan ditindak, subyek mengetahui bahwa di klinik tersebut terdapat beberapa oknum polisi. Subyek merasa takut dan berpikir akan ditahan, tetapi oknum tersebut ternyata hanya sedang meminta jatah bulanan dari pegawai klinik tersebut.
waktu proses pengguguran itu kalo gue flash back wah udah kayak mau mati dah, rasanya sakit banget. Emang sech dikasih obat bius, tapi gak total jadi gue masih bisa liat tuh dokter sama asistennya masukin alat ke vagina gue. Perut gue kayak dikocokkocok, prosesnya cepet banget sekitar 10 menitan lah. Waktu pas gue kesana ternyata disitu ada polisi. Gue panik tingkat tinggi kan yak,, gila bisa dipenjara gue, tapi kata orang kliniknya mereka itu oknum polisi yang mau minta jatah, jadi gue gak perlu khawatir katanya. gue berani ambil keputusan itu karena faktor temen juga, gue liat dia baik-baik aja abis aborsi ya udah untuk sesaat jalan terbaik yang gue harus ambil ya dengan aborsi karena gue gak mau sampe keluarga geu tahu kehamilan gue ini”. Pembenaran yang subyek lakukan adalah dengan meyakinkan dirinya bahwa kondisi subyek dan pacar yang belum mapan dan perasaan takut terhadap keluarga yang membuat subyek tetap melakukan aborsi. “gue ngerasa jadi orang yang tertutup, dulu itu gue termasuk anak yang ceria, rame. Tapi sekarang gue ngerasa diri gue itu udah ilang selepas gue aborsi, mungkin karena rasa bersalah gue yang berkepanjangan sedikit banyak mempengaruhi kehidupan gue, jadi jarang bersosialisasi sama orang-orang, senernya gue gak bisa maafin diri gue sendiri atas peristiwa itu, kalo pacar gue ce santai-santai aja kayaknya, dia gak mau ngerti tuh sama kondisi selepas gue aborsi. Ya gue coba untuk move on aja, gue berani ambil keputusan itu karena gue gak mau bikin ortu gue sedih karena kelakuan gue, jadi lebih baik gue menderita nanggung semuanya sendiri daripada sampe bikin ortu gue kecewa dan sedih”. Kebijaksanaan konvensional feminin ini mendikte untuk mengorbankan harapan seorang perempuan demi apa yang orang lain inginkan darinya-dan pikirkan tentang dirinya. Ia menganggap dirinya bertanggung jawab atas tindakan orang lain, sementara menuntut orang lain bertanggung jawab terhadap pilihannya. Ia berada dalam posisi bergantung pada orang lain, posisi dimana usaha tidak langsungnya untuk mengusahakan kendali sering kali malah menjadi manipulasi, kadang dengan menggunakan rasa bersalah. Pada kondisi tersebut subyek menilai pengorbanan diri sebagai kebaikan dan lebih bertangungjawab terhadap dirinya sendiri tanpa menuntut lebih lanjut terhadap pertanggungjawaban orang lain. 4.5.2. Subyek M 4.5.2.1. Perilaku Seksual M
Subyek M pertama kali ditanyakan tentang seks, ia mengatakan bahwa seks itu ialah hubungan yang dilakukan oleh wanita dan pria seperti kissing, dan making love (ML) yang dilakukan atas dasar nafu semata. “seks itu hubungan yang dilakuin sama cewe dan cowo, kayak kissing, ML yang dilakuin karena nafsu semata”. Subyek pertama kali mengetahui tentang seks ketika ia SMA. Subyek mengetahui lebih banyak informasi tentang seks ketika ia dan teman-temannya mencari info via internet dan melihat film-film porno. “ SMA gue udah cukup paham tentang seks, gue sama temen-temen juga suka cari info di internet-internet gitu, gue sama mereka lumayan sering liat film porno (sambil tertawa kegirangan)”. Subyek mempunyai pandangan bahwa melakukan hubungan seks pranikah dewasa ini merupakan suatu hal yang wajar. Melihat banyak temannya yang melakukan free sex membuat subyek tidak kaget lagi dengan pergaulan bebas ini. “seks pranikah ya perbuatan yang dilarang lah, lebih banyak ngerugiin pihak cewe sebernya, kalo cewe ka nada bekasnya nah kalo cowo mah gak ada bekas-bekasnya. Gue petama kali free sex itu sekitar umur 19 tahunan. Free sex buat gue mah udah biasa-biasa aja, wajar. Banyak temen gue yang udah ngelakuin itu juga”. Subyek menyadari bahwa dalam pandangan agama hal tersebut merupakan suatu yang dilarang dan diharamkan.Begitu pula menurut masyarakat pada umumnya. Akan tetapi menurut subyek di zaman sekarang ini masyarakat juga sudah banyak yang melakukan free sex hanya saja masih banyak pelaku yang tidak mengakuinya dan terkesan munafik. “agama pastinya melarang dan mengharamkan free sex, masyarakat juga berpikir yang sama, Cuma menurut gue di zaman sekarang ini banyak juga kok sebagian masyarakat yang juga melakukan free sex cuma mereka munafik aja. Gue juga tau akan resiko dari free sex itu ya contohnya gue ini, hamil. Tapi karena buat gue free sex itu udah kayak kebutuhan hidup kayak makan y ague gak bisa tahan, makanya gue tetep ngelakuin free sex”.
Subyek memahami akan resiko yang akan diterimanya dengan melakukan free sex, yakni terjadinya kehamilan di luar pernikahan. Dorongan seks yang kuat membuat subyek tidak bisa berhenti untuk melakukan free sex. 4.5.2.2.Perilaku Aborsi Pendapat subyek tentang aborsi adalah aborsi merupakan praktek pengguguran janin sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. “ aborsi itu merupakan praktek pengguguran janin sebelum janin dapat hidup diluar kandungan”. Subyek mengakui mendapatkan informasi tentang adanya praktek aborsi dari teman wanitanya. “gue tahu aborsi itu dari temen gue”. Subyek mempunyai pandangan bahwa melakukan aborsi pranikah merupakan suatu hal yang dilarang. “aborsi pranikah itu perbuatan yang dilarang, karena sama aja kita ngebunuh calon anak kita sendiri”. Subyek pun mengetahui pandangan agama yang mengharamkan dan masyarakat juga menolak akan adanya praktek aborsi yang dilakukan oleh pasangan pelaku aborsi karena hal itu melanggar hak hidup seseorang. “kalo yang gue tahu pandangan agama ya pastinya mengharamkan lah banyak kasus yang ke ungkap di media massa juga selalu membuat berita itu gempar dan membuat masyarakat jadi resah”. Subyek pertama kali memberi tahu kehamilannya pada pacarnya, namun karena pacarnya tidak merespon masalah tersebut dan bersikap acuh, akhirnya subyek berinisiatif untuk memberi tahu hal tersebut kepada ibu dari pacar subyek. “gue pacaran sama pacar gue dah lama banget, mungkin udah hampir 5 tahun, ceritanya waktu itu gue gak sadar udah telat dua bulan, terus gue coba tes, nah ternyata hasilnya gue positif hamil. Terus gue langsung kasih tau pacar gue, gue shock banget dengan kondisi gue itu, gue nangis terus, takut. Dan yang paling bikin gue sedih pacar gue itu pura-pura nutup mata, dia acuhin gue(bercerita sambil meneteskan air mata).
Dalam proses pengambilan keputusan hal ini subyek sebelumnya meminta pertimbangan dari teman dekatnya dan ibu dari pacarnya. “ gue ceritain kondisi gue ini ke salah satu temen deket gue dikampus, gue minta masukan dari dia. Awalnya dia ngelarang gue untuk aborsi, tapi karena gak ada jalan keluar lain, dan desakan dari pihak cowo gue ya udah gue terpaksa aborsi, lagian cowo gue juga parah banget gak mau tanggungjawab”. Subyek memutuskan untuk aborsi karena desakan dari keluarga sang pacar. Subyek juga tidak ingin hal tersebut diketahui keluarganya dan berusaha menutupi kondisi subyek dari pihak keluarganya. “ saat itu kondisi gue kacau banget, gue takut kalo sampe ortu gue tau kehamilan gue, gue usaha mati-matian nutupin kehamilan gue itu. Saat itu kondisi gue udah hamil 8 minggu. Gue slalu pake baju longgar buat nutupin perut gue. Karena gue ngerasa gak punya pilihan lain selain nurutin permintaan nyokap pacar gue ya udah gue beraniin buat aborsi. Kalo pun gue tetep lanjutin kehamilan gue itu, gue sendiri gak siap, keluarga gue pasti bakal tersakiti dengan kondisi gue itu. Gue saat itu di anter nyokap pacar gue ke sebuah klinik gitu. Pertama gue usg dulu buat hitung usia kandungan gue, abis itu konsul masalah harga sama prosedur buat aborsi. Pas gue masuk kesatu ruangan gitu gue gemeteran banget. kalo inget kejadian itu wah bikin trauma gue.
Pembenaran yang subyek lakukan adalah dengan meyakinkan dirinya bahwa kondisi dirinya tidak siap menghadapi kehamilan dan perasaan takut menyakiti hati orang tuanya serta desakan dari ibu sang pacar membuat subyek memutuskan untuk tetap melakukan aborsi. “gue dilema banget saat itu, di satu sisi gue sendiri gak siap mental buat nerima kondisi kehamilan gue, di sisi lain gue juga takut nyakitin hati orang tua gue, terus ortu dari cowo gue juga pasti adalah perasaan kecewa mereka, ya walaupun laki gue gak mau tanggung jawab tapi liat ortu laki gue yang care dan mau bantu gue, bikin gue berpikir kalo gue gak boleh egois dan gue harus juga bisa liat kondisi keluarga gue yang gak mungkin bisa terima kehamilan gue ini, so gue bertahan walau berat, gue terima sebagai resiko dari perbuatan gue”. Pasca aborsi yang dilakukan membuat subyek menjadi pribadi yang tertutup, dan seringkali mengalami syndrome pasca aborsi seperti mimpi buruk dan rasa bersalah terhadaporang tua dan janin yang telah digugurkannya. Setelah peristiwa itu bikin gue jadi pribadi yang tertutup, gue sering melamun, mimpi buruk soal bayi, gampang banget nangis, terutama sech rasa bersalah gue yang
membayangi hidup gue, biarpun gue coba untuk mengalihkan itu semua ya tetep aja gak banyak bantu gue, kalo lagi sendirian tiba-tiba aja keingetan sama peristiwa itu lagi”. Tahapan perkembangan moral ini sesuai dengan tahapan moral menurut Gilligan yakni tahap ke 3, Moralitas Non Kekerasan.Dengan mengangkat aturan untuk tidak menyakiti orang lain (termasuk dirinya sendiri) menjadi prinsip yang melandasi seluruh penilaian dan tindakan moral, perempuan membangun “kesetaraan moral” antara dirinya dan orang lain dan kemudian mampu menanggung beban tanggung jawab atas dilema moral.
4.5.3. Subyek L 4.5.3.1. Perilaku Seksual L Seks menurut subyek L adalah saat laki-laki dan wanita melakukan hubungan intim seperti orang yang sudah menikah. “seks itu hubungan intim antara laki-laki dan pria seperti orang yang sudah menikah”. Pertama kali subyek L mengetahui tentang seks ketika ia SMA. Selain informasi yang didapatnya dari sekolah, subyek dan teman-temannya juga sering menonton film porno lewat dunia maya dan juga VCD. “dari pelajaran di sekolah kanada tuh pembahasan tentang itu, nah gue juga sama temen-temen sering nonton video bokep ya awalnya ce cuma iseng aja eh lama-lama ketagihan.(sambil tertawa keras)”. Subyek mempunyai pandangan bahwa melakukan hubungan seks itu dilarang agama.Namun karena subyek tidak mendapat pendidikan agama yang cukup dari orangtuanya, subyek tidak terlalu mempersoalkan ajaran agama tersebut.Banyak teman subyek yang sudah melakukan free sex sejak SMA.Sehingga subyek tidak asing dengan pergaulan bebas. “seks pranikah ya perbuatan yang dilarang, tapi namanya manusia sesuatu yang di larang ya malah bikin penasaran kan(hahahahahaha). pertama kali gue free sex itu umur berapa ya? Gue lulus SMA lah. Awalnya ce coba-coba eh ketagihan
jadinya.Karena pergaulan gue yang bebas, menurut gue free sex itu ya udah jadi kebutuhan hidup, tiap orang butuh itu, munafik aja yang bilang gak butuh. Subyek tahu bahwa dalam pandangan agama hal tersebut merupakan suatu yang dilarang.Begitu pula menurut masyarakat pada umumnya. Akan tetapi menurut subyek di zaman sekarang ini masyarakat juga sudah banyak yang melakukan free sex hanya saja masih banyak pelaku yang tidak mengakuinya dan terkesan munafik. “biar gue bukan orang yang taat agama tapi sedikit tau ko gue kalo agama melarang free sex, cuma menurut gue di zaman sekarang ini munafik aja tuh orang-orang. Sok suci, menghujat kelakuan orang lain tapi mereka sendiri juga ngelakuin itu. Kalo soal resiko yang gue tau dari free sex ya hamil, penyakit menular. Tapi gue tetep ngelakuin free sex soalnya gue sama pacar tiap ketemu pasti berrhubungan badan, dah kayak kebutuhan makan harus selalu terpenuhi.(haha) Subyek memahami akan resiko yang akan diterimanya dengan melakukan free sex, yakni terjadinya kehamilan di luar pernikahan serta kemungkinan tertular penyakit.Akan tetapi kebutuhan sex yang harus selalu terpenuhi membuat subyek tetap melakukan free sex untuk memenuhi hasrat seksualnya. 4.5.3.2.Perilaku Aborsi Menurut subyek aborsi adalah proses pengguguran yang dilakukan secara sengaja karena kehamilan yang tidak diinginkan. “aborsi menurut gue adalah proses pengguguran kandungan yang dilakukan secara sengaja karena kehamilan yang tidak diinginkan”. Subyek mengakui mendapatkan informasi tentang adanya praktek aborsi dari teman wanitanya. “tau aborsi emmmm… dari temen gue”. Subyek mempunyai pandangan bahwa melakukan aborsi pranikah merupakan suatu hal yang dilarang akan tetapi menjadi pembenaran untuk menyelesaikan masalah secara cepat. “aborsi pranikah itu perbuatan yang dilarang say, tapi ya menurut gue itu juga salah satu solusi buat nyelesein masalah secara cepat”.
Subyek mengetahui pandangan agama yang melarang dan masyarakat juga menolak adanya praktek aborsi yang dilakukan oleh pasangan pelaku aborsi karena hal itu melanggar hak hidup seseorang. “yang gue tahu agama ya melarang keras aborsi, masyarakat juga gak setuju sama yang namanya aborsi, tapi gue tutup mata aja, yang penting gimana hidup gue aja, yang nanggung kan gue, orang lain tahu apa, cuma bisa menghujat tanpa bisa kasih solusi.”. Subyek pertama kali memberi tahu kehamilannya pada pacarnya, akan tetapi karena subyek tidak siap menjadi ibu subyek memutuskan untuk melakukan aborsi dan dengan desakan sang pacar akhirnya mereka sepakat untuk mengugurkan kandungan L, . “gue pacaran sama dia belum terlalu lama sebenernya, kita kebetulan satu kantor, setiap kita berhubungan badan, gue sama dia gak pernah pake kondom, ribet dan gak enak. Apesnya gue hamil dah, gue tes kehamilan dan hasilnya positif gue hamil. Gue gak siap mental buat jadi calon mama, ngurusin diri sendiri aja gak bener apalagi kalo gue harus urusin anak. Kasian anak gue nanti, yang ada terlantar pasti dia, laki gue juga gak siap kalo mesti nikahin gue, katanya dia belum siap jadi bapak. gue gak bisa berbuat banyak karena cowo gue yang bantu biayain gue dan keluarga gue, kalo gue nekad terusin ne kehamilan siapa yang mau biayain modal hidup gue dan keluarga lagi?hhhm”. Dalam proses pengambilan keputusan hal ini subyek meminta masukan dari pasangannya dan tidak melibatkan orang lain dalam proses pengambilan keputusan. “ gue certain kondisi gue ini ke salah satu temen gue, itu juga karena kelakuan dia gak jauh beda sama gue, doyan free sex( hahahaha), tapi Cuma sebatas cerita aja, gak minta saran dia. Gue ikutin saran dari laki gue aja”. Subyek memutuskan untuk aborsi atas pertimbangan pribadi dan permintaan pasanggannya.ketidaksiapan mental, dan juga tidak ingin kondisinya diketahui oleh orang tua subyek serta faktor finansial yang tidak mendukung untuk L mampu membiayai calon anaknya tersebut. Hubungan subyek dan pacarnya sempat merenggang pasca aborsi, san pacar sempat berselingkuh dan hal itu membuat subyek kecewa sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang mantannya, dan mereka melakukan hubungan intim hingga subyek hamil untuk kedua kalinya dengan lelaki yang berbeda yaitu sang mantan. Kejadian tersebut membuat subyek shock dan karena takut jika sang pacar mengetahui hal tersebut subyek memutuskan untuk aborsi kembali tanpa member tahu pada
mantannya itu tentang kehamilannya karena subyek meman tidak berniat melanjutkan hubungan yang serius dengan mantannya itu dan tetap memilih untuk bersama pacarnya hingga saat ini. “ pekerjaan gue sebagai karyawan kontrak dengan gaji pas-pasan itu kayaknya sulit kalo gue tetep pertahanin ne anak, gue mikir kehidupan kedepan siapa yang mau nanggung. Apalagi sampe ortu gue tahu, wah di pecat jadi anak pasti gue. Akhirnya gue putusin untuk aborsi. Saat itu usia kehamilan gue udah 12 minggu pas di aborsi. Parahnya kondisi setelah gue aborsi ternyata makin berat, gue selingkuh. Gue hopeless, sampe suatu saat gue ketemu sama mantan gue waktu SMA, kita jadi sering jalan bareng tanpa sepengetahuan pacar gue, gilanya gue sama mantan gue ini ngelakuin ML, dua bulan setelah itu gue sadar gue hamil. Gue galau berat, secara hubungan gue sama pacar gue masih berjalan, gue takut kalo sampe cowo gue tahu kehamilan gue,karena gue juga masih sayang banget sama dia, gue usaha mati-matian nutupin kehamilan gue itu. Saat itu kondisi gue udah hamil 8minggu.Pengalaman aborsi pertama memberanikan diri gue untuk aborsi lagi. Gue sengaja gak ngasih tahu mantan gue, perasaan gue lebih berat sama cowo gue. Semua kejadian itu bikin gue berasa jadi wanita yang gak punya hati nurani, tapi gue juga gak mau ambil resiko, gue gak mau nyakitin siapa pun,yang gue pikirin cuma gimana gue bisa bertahan hidup gue kedepan”. Pembenaran yang subyek lakukan adalah dengan meyakinkan dirinya bahwa kondisi dirinya tidak siap menghadapi kehamilan dan pertimbangan akan ditinggalkan pasangannya jika tetap melanjutkan kehamilan, karena faktor finansial dimana kebutuhan biaya hidupnya ditanggung oleh pasangannya. Dan ancaman pasangannya akan berhenti membiayai dan meninggalkannya menjadi pembenaran subyek untuk melakukan aborsi. “gue dilema banget saat itu, di satu sisi gue sendiri gak siap mental buat nerima kondisi kehamilan gue, di sisi lain gue juga takut nyakitin hati orang tua gue, apalagi pacar gue ngancem akan menstop membiayai hidup gue sama keluarga gue,kalo gue lanjutin tuh kehamilan. Daripada gue ambil resiko hidup gue gak terjamin ya jadi gue ambil putusan buat aborsi”. Tahapan perkembangan menurut Gilligan wanita berada ditahap pertama dimana orientasi wanita mempertahankan hidup pribadinya.Wanita berupaya bagaimana memikirkan
dan mengusahakan hal-hal yang terbaik untuk dirinya sendiri.Yang penting adalah agar dirinya bisa bertahan dalam kehidupannya secara praktis.
4.6. Analisis Antar Subyek Dari hasil penelitian yang ada. Ketiga subyek (S,M, dan L) menyadari bahwa pergaulan bebas yang mereka lakukan dapat menimbulkan resiko, khususnya bagi subyek yakni kehamilan diluar nikah. Keputusan aborsi pada ketiga subyek dipengaruhi beberapa faktor baik dari dalam diri sendiri maupun dari luar. Alas an takut membuat malu keluarga menjadi salah satu pertimbangan ketiga subyek untuk melakukan aborsi, dan adanya desakan dari pihak luar (pasangan/ orang tua). Ketidaksiapan mental ketiga subyek berani mengambil resiko untuk aborsi.Subyek S dan M, melakukan aborsi sebanyak satu kali, dan subyek L sebanyak dua kali.Ketiga subyek samasama mengalami gangguan trauma pasca aborsi. Gangguan psikologis yang dialami subyek diantaranya mimpi buruk berulang, rasa rendah diri, perasaaan bersalah, dan ketidakmampuan untuk memaafkan diri sendiri. Bentuk pengorbanan diri untuk kepentingan orang lain dan ambisi kepentingan pribadi menjadikan “pembenaran” subyek S,M, dan L untuk menggugurkan kandungannya.