BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian otonomi kepala sekolah dalam pengembangan mutu pembelajaran di SDN 2 Botumoputi kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan responden penelitian diperoleh gambaran tentang otonomi kepala sekolah dalam pengembangan mutu pembelajaran di SDN 2 Botumoputi kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Otonomi Kepala Sekolah dalam Pengembangan Program Pembelajaran a) Pengembangan Program Tahunan (Prota) Hasil wawancara yang dilakukan tentang kebijakan kepala Sekolah dalam pengembangan program tahunan, informan menjelaskan bahwa: “Kepala sekolah memiliki kebijakan khusus dalam pengembangan program tahunan. Hal ini termuat dalam rencana pengembangan sekolah (RPS) dan menjadi program rutin yang dilaksanakan sehingga menjadi keharusan bagi semua guru untuk ikut terlibat dalam pengembangan program tahunan tersebut. Kebijakan tersebut juga dituangkan dalam Surat Keputusan (SK) Kepala Sekolah tentang kegiatan pembelajaran di awal tahun untuk menyiapkan program pembelajaran yang menjadi rujukan guru dalam pembelajaran. (1.1.W.HR.KEPSEK, 15 Mei 2012) Senada dengan pendapat ini informan lain menambahkan bahwa: “Kepala sekolah menjadikan program pembelajaran salah satu program utama yang harus dilaksanakan dan menjadi agenda rutin. Terkait dengan hal ini telah dibuat aturan yang secara khusus mengatur tentang mekanisme yang harus dilakukan guru dan personil sekolah lainnya dalam membuat pengembangan program tahunan. (1.1.W.FB1.GURU, 15 Mei 2012) 34
Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa “Kebijakan yang ditempuh kepala sekolah yaitu dengan menyiapkan berbagai perangkat yang mendukung kegiatan pengembangan program tahunan. Perangkat tersebut antara lain petunjuk teknis tentang cara mengembangkan program pembelajaran serta mekanisme dalam penjabarannya. (1.1.W.EI.GURU2.W, 15 Mei 2012) Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa “Kebijakan tentang pengembangan program tahunan merupakan hasil musyawarah dalam rapat kepala sekolah yang menjadi keputusan dan secara legal formal dibuatkan SK penelitian, sehingga hal ini menjadi acuan dalam melaksanakan berbagai kegiatan yang terkait dengan pengembangan program tahunan.(1.1.W.HT.GURU3, 15 Mei 2012) Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa
kepala sekolah
memiliki kebijakan khusus dalam pengembangan program tahunan. Hal ini termuat dalam rencana pengembangan sekolah (RPS) dan menjadi program rutin yang dilaksanakan sehingga menjadi keharusan bagi semua guru untuk ikut terlibat dalam pengembangan program tahunan tersebut. Kebijakan tersebut juga dituangkan dalam Surat Keputusan (SK) Kepala Sekolah tentang kegiatan pembelajaran di awal tahun untuk menyiapkan program pembelajaran yang menjadi rujukan guru dalam pembelajaran. Kepala sekolah menjadikan program pembelajaran salah satu program utama yang harus dilaksanakan dan menjadi agenda rutin. Terkait dengan hal ini telah dibuat aturan yang secara khusus mengatur tentang mekanisme yang harus dilakukan guru dan personil program tahunan
sekolah lainnya dalam membuat pengembangan
b) Pengembangan program semester Hasil wawancara yang dilakukan tentang otonomi kepala sekolah Dalam Pengembangan program semester, informan menjelaskan bahwa: “Kebijakan kepala sekolah dalam pengembangan program semester, dilakukan kepala sekolah dengan menganalisis program tahunan sebagai dasar dalam penyusunan program semester dalam kegiatan KKG. Kebijakan ini saya ambil sebagai upaya untuk mengembangkan program pembelajaran semester yang menjadi rujukan guru untuk melaksanakan pembelajaran (A.02.W.HR.KEPSEK, 15 Mei 2012) Senada dengan pendapat ini informan lain menambahkan bahwa: “Kepala sekolah memfasilitasi guru dalam penyusunan program semester dan menjabarkannya ke dalam RPP, silabus, dan alat pembelajaran lainnya. Kami melakukannya melalui KKG sekolah maupun KKG gugus. Dalam proses penyusunan program semester tersebut kami saling bekerja sama dan saling memberikan masukan sehingga program semester yang dihasilkan sangat ideal menjadi rujukan dalam pembelajaran. (A.02.W.FB1.GURU, 15 Mei 2012) Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa “Perencanaan program semester merupakan agenda rutin yang kami laksanakan setiap semester. Penyusunan program semester tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya memperbaiki rencana program semester sehingga menjadi acuan yang ideal dalam mengembangkan potensi peserta didik. Saya selalu melakukan hal ini dengan dimediasi kepala sekolah dan semunya berjalan sesuai dengan yang diharapkan. (A.02.W.EI.GURU2.W, 15 Mei 2012) Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa “Kepala sekolah memediasi kami dalam penyusunan program pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Proses penyusunan program semester tersebut dilakukan dengan menganalisis kurikulum, selanjutnya berdasatkan analisis tersebut kami melakukan bedah RPP dan perangkat yang mendukung kegiatah pembelajaran” (A.02.W.HT.GURU3, 15 Mei 2012)
Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa otonomi kepala sekolah dalam penyusunan program semester, dilakukan kepala sekolah dengan memediasi guru untuk menyusun program semester yang sebelumnya diawali dengan kegiatan untuk menganalisis program tahunan yang telah disusun sebelumnya dan selanjutnya dijabarkan ke dalam, RPP, silabus, dan alat pembelajaran lainnya. Kebijakan ini dilakukan kepala sekolah sebagai upaya untuk mengembangkan program semester yang menjadi rujukan guru untuk melaksanakan pembelajaran. Temuan lainnya menunjukkan bahwa kepala sekolah membuat perencanaan program semester yang dilakukan dengan perencanaan program pembelajaran, RPP, silabus, dan alat pembelajaran lainnya. Guru melakukan kegiatan tersebut melalui KKG sekolah maupun KKG gugus. Dalam proses penyusunan program semester tersebut guru saling bekerja sama dan saling memberikan masukan sehingga program semester yang dihasilkan sangat ideal menjadi rujukan dalam pembelajaran. Temuan lainnya bahwa kegiatan perencanaan program semester merupakan agenda rutin yang dilaksanakan setiap semester. Penyusunan perencanaan pembelajaran tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya memperbaiki rencana program semester sehingga menjadi acuan yang ideal dalam mengembangkan potensi peserta didik. Kegiatan tersebut dilakukan dengan dimediasi kepala sekolah dan semunya berjalan sesuai dengan yang diharapkan. c) Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Hasil wawancara yang dilakukan tentang otonomi kepala sekolah dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran, informan menjelaskan bahwa:
Pengembangan rencana pembelajaran dilakukan dengan mengadakan kegiatan KKG. Dalam kegiatan tersebut guru difasilitasi untuk menyusun RPP dengan mengacu pada standar proses. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut dilakukan dengan mengundang nara sumber yang memfasilitasi kegiatan penyusunannya sehingga diperoleh hasil ideal dari RPP yang disusun dimana RPP tersebut sesuai dengan kebutuhan siswa dan mampu mencapai kompetensi dasar yang diharapkan. (A.03.W.HR.KEPSEK, 15 Mei 2012) Senada dengan pendapat ini informan lain menambahkan bahwa: Penyusunan RPP difasilitasi oleh kepala sekolah melalui kegiatan KKG. Dalam kegiatan tersebut kami mengadakan musyawarah bersama dan melakukan penyusunan RPP dengan mengacu pada standar proses sehingga RPP yang disusun sesuai dengan juknis yang ideal.” (A.03.W.FB1.GURU, 15 Mei 2012) Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa Penyusunan RPP dilakukan secara bersama-sama di KKG. Penyusunan RPP tersebut dilakukan sebagai dasar dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Dengan mengacu pada permen diknas, maka dilakukan analisis secara mendalam terhadap RPP sehingga RPP yang dihasilkan mampu mengembangkan kompetensi siswa secara maksimal. (A.03.W.EI.GURU2.W, 15 Mei 2012) Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa “Penyusunan RPP difasilitasi oleh kepala sekolah melalui kegiatan KKG. Dalam kegiatan tersebut mengundang nara sumber yang memfasilitasi kegiatan penyusunannya sehingga diperoleh hasil ideal dari RPP yang disusun dimana RPP tersebut sesuai dengan kebutuhan siswa. (A.02.W.HT.GURU3, 15 Mei 2012) Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa pengembangan rencana pembelajaran dilakukan dengan mengadakan kegiatan KKG. Dalam kegiatan tersebut guru difasilitasi untuk menyusun RPP dengan mengacu pada standar proses. Penyusunan
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
tersebut
dilakukan
dengan
mengundang nara sumber yang memfasilitasi kegiatan penyusunannya sehingga
diperoleh hasil ideal dari RPP yang disusun dimana RPP tersebut sesuai dengan kebutuhan siswa dan mampu mencapai kompetensi dasar yang diharapkan. Penyusunan RPP difasilitasi oleh kepala sekolah melalui kegiatan KKG. Dalam kegiatan tersebut kami mengadakan musyawarah bersama dan melakukan penyusunan RPP dengan mengacu pada standar proses sehingga RPP yang disusun sesuai dengan juknis yang ideal 2. Otonomi Kepala Sekolah Dalam Pengembangan Materi a) Pengembangan Materi Pembelajaran Hasil wawancara yang dilakukan tentang otonomi kepala sekolah dalam pengembangan materi pembelajaran, informan menjelaskan bahwa: Pengembangan bahan ajar dilakukan setelah kurikulum disusun. Pengembangan bahan ajar ini sebagian terdapat dalam silabus dan dikembangkan sesuai dengan kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum. Pengembangan bahan ajar didasarkan juga pada kebutuhan peserta didik, serta ketersediaan bahan ajar yang terdapat di lingkungan siswa. Dalam pengembangan bahan ajar ini pula sekolah mengadakan buku penunjang. Tetapi pengadaan buku penunjang ini sering terhambat dengan masalah dana yang kurang mencukupi sehingga pembelian buku sebagai salah satu Materi Pembelajaran sangat minim keberadaannya. (2.1.W.HR.KEPSEK, 15 Mei 2012) Senada dengan pendapat ini informan lain menambahkan bahwa: “Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. Disamping memanfaatkan lingkungan sebagai salah satu sumber bahan ajar, kami juga memanfaatkan buku sumber. Tetapi memang persediaan buku kami sangat minim karena keterbatasan anggaran yang tersedia ”(2.1.W.FB1.GURU, 15 Mei 2012)
Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa: “Pengembangan bahan ajar dilaksanakan mengacu pada beberapa prinsip sebagai berikut meliputi: (a) prinsip relevansi, (b) konsistensi, dan (c) kecukupan. Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Misalnya, kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Dalam pengembangan bahan ajar kami juga menyediakan buku pelajaran. Tetapi memang persediaan buku kami sangat minim karena keterbatasan anggaran yang tersedia” (2.1.W.EI.GURU2.W, 15 Mei 2012) Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa: “Materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan harus dipelajari siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi: (a) mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar, (b) mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar, (c) memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi., dan (d) memilih sumber bahan ajar.” (2.1.W.HT.GURU3, 15 Mei 2012) Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa pengembangan bahan ajar dilakukan setelah kurikulum disusun. Pengembangan bahan ajar ini sebagian terdapat dalam silabus dan dikembangkan sesuai dengan kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum. Pengembangan bahan ajar didasarkan juga pada kebutuhan peserta didik, serta ketersediaan bahan ajar yang terdapat di lingkungan siswa. Pengembangan bahan ajar dilaksanakan mengacu pada beberapa prinsip sebagai berikut meliputi: (a) prinsip relevansi, (b) konsistensi, dan (c) kecukupan.
Materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan harus dipelajari siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi: (a) mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar, (b) mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar, (c) memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi., dan (d) memilih sumber bahan ajar Hasil wawancara di atas juga menunjukkan bahwa dalam upaya pengembangan bahan ajar sekolah menyediakan buku pelajaran. Tetapi memang persediaan buku kami sangat minim karena keterbatasan anggaran yang tersedia b) Pemilihan Metode Pembelajaran Hasil wawancara yang dilakukan tentang
pengembangan metode
pembelajaran, informan menjelaskan bahwa: “Pengembangan metode pembelajaran dilakukan dengan menganalisis kompetensi dasar yang akan dicapai dalam pembelajaran. Berdasarkan analisis tersebut dilakukan pemilihan terhadap metode yang akan digunakan dalam pembelajaran. (2.2.W.HR.KEPSEK, 15 Mei 2012) Senada dengan pendapat ini informan lain menambahkan bahwa: Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam pembelajaran agar materi yang disampaikan dapat ditangkap dengan baik oleh peserta didik. Jenis metode pembelajaran sangat bermacam-macam, tinggal bagaimana seorang guru menggunakan metode mana yang sesuai dengan rencana yang dibuatnya. Dalam pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan kompetensi dasar, potensi lingkungan dan sumber daya yang tersedia untuk mendukung.(2.2.W.FB1.GURU, 15 Mei 2012)
Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa: “Pemilihan metode pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan sebagai upaya dalam upaya untuk mendukung peningkatan kualitas dan hasil belajar. Pemilihan metode pembelajaran oleh guru disesuaikan dengan karakteristik siswa serta kebutuhan mendasar dari siswa”(2.2.W.EI.GURU2.W, 15 Mei 2012) Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa: “Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan metode baru adalah dengan memperhatikan beberapa hal berikut: pertama, sesuaikan kemampuan pendidik dengan cara melihat berbagai keunggulan dan kemampuan yang kita miliki. Jika pembelajaran terjadi di pedesaan dengan lingkungan perkebunan teh, maka seorang guru bahasa inggris harus dengan jeli mencoba pembelajaran di kebun teh dengan menghafalkan kata-kata benda yang ada di sekitar perkebunan teh. Misalnya peserta didik dirangsang untuk selalu menggunakan kata-kata yang berkaitan dengan daun (leave), akar (root), batang (branch), keranjang (basket), dan hal-hal lain yang berada di lingkungan sekitarnya yang lebih memudahkan pencitraan mereka menggunakan bahasa.(2.2.W.HT.GURU3, 15 Mei 2012) Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam pembelajaran agar materi yang disampaikan dapat ditangkap dengan baik oleh peserta didik. Jenis metode pembelajaran sangat bermacam-macam, tinggal bagaimana seorang guru menggunakan metode mana yang sesuai dengan rencana yang dibuatnya. Dalam pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan kompetensi dasar, potensi lingkungan dan sumber daya yang tersedia untuk mendukung. Pemilihan metode pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan sebagai upaya dalam upaya untuk mendukung peningkatan kualitas dan hasil belajar. Pemilihan metode pembelajaran oleh guru disesuaikan dengan karakteristik siswa serta kebutuhan mendasar dari siswa.
c) Pemilihan Media Pembelajaran Hasil wawancara yang dilakukan tentang
pemilihan media pembelajaran,
informan menjelaskan bahwa: “Pemilihan media pembelajaran dilakukan sebagai upaya untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran. Pemilihan media disesuaikan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Media pembelajaran yang akan dipilih tersebut juga disesuaikan dengan bahan ajar yang akan diajarkan. Tetapi memang media pembelajaran yang tersedia masih sangat minim sehingga cukup mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran (2.3.W.HR.KEPSEK, 15 Mei 2012) Senada dengan pendapat ini informan lain menambahkan bahwa: “Media pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Jika dilihat dari pengertiannya, media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Sedangkan pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media, sehingga saya menyimpulkan bahwa media pembelajaran itu penting dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran sangat banyak macamnya, tentunya tidak digunakan sekaligus. Untuk itu perlu dipilih secara cermat, media mana yang lebih tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Tetapi media yang ada di sekolah ini masih kurang dan menyebabkan pembelajaran kurang mencapai hasil yang diharapkan. (2.3.W.FB1.GURU, 15 Mei 2012) Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa: “Pemilihan media pembelajaran dilakukan sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Pemilihan media pembelajaran didasarkan pada tujuan serta kompetensi dasar yang diharapkan dapat ditunjukkan anak dalam pembelajaran. Tetapi media pembelajaran yang ada di sekolah masih kurang” (2.3.W.EI.GURU2.W, 15 Mei 2012) Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa:
Media pembelajaran adalah salah satu alat atau sarana yang mendukung kegiatan pembelajaran. Pemilihan media pembelajaran dilakukan sebagai upaya untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran. Pemilihan media disesuaikan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Media pembelajaran yang akan dipilih tersebut juga disesuaikan dengan bahan ajar yang akan diajarkan. Tetapi kenyataan menunjukkan bahwa media yang ada di sekolah masih sangat kurang sehingga mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran di kelas. (2.3.W.HT.GURU3, 15 Mei 2012) Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa media pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Jika dilihat dari pengertiannya, media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Sedangkan pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media, sehingga saya menyimpulkan bahwa media pembelajaran itu penting dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran sangat banyak macamnya, tentunya tidak digunakan sekaligus. Untuk itu perlu dipilih secara cermat, media mana yang lebih tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Pemilihan media pembelajaran dilakukan sebagai upaya untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran. Pemilihan media disesuaikan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Media pembelajaran yang akan dipilih tersebut juga disesuaikan dengan bahan ajar yang akan diajarkan. Tetapi kenyataan menunjukkan bahwa media yang ada di sekolah masih sangat kurang sehingga mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran di kelas.
d) Penguasaan Skenario Pembelajaran Hasil wawancara yang dilakukan tentang penguasaan scenario pembelajaran, informan menjelaskan bahwa: “Guru memiliki tingkat penguasaan yang baik terhadap scenario pembelajaran. Penguasaan terhadap scenario pembelajaran tersebut dilakukan agar siswa dapat memahami rancangan kegiatan pembelajaran yang menjadi rujukannya dalam melaksanakan pembelajaran. (2.4.W.HR.KEPSEK, 15 Mei 2012) Senada dengan pendapat ini informan lain menambahkan bahwa: “Penguasaan scenario pembelajaran merupakan bagian dari kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui strategi yang dapat dilakukan dalam membelajarkan siswa. Penguasaan scenario ini ditunjukkan dengan kemampuan dalam memahami langkah-langkah pembelajaran dan dapat mengaktualisasikannya secara baik dalam kegiatan pembelajaran.” (2.4.W.FB1.GURU, 15 Mei 2012) Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa: “Penguasaan terhadap terhadap scenario pembelajaran perlu dilakukan sebagai upaya untuk mengoptimalkan layanan belajar kepada peserta didik. Guru pada umumnya sangat menguasai scenario pembelajaran, karena scenario tersebut adalah buatan guru sendiri, sehingga setiap tahapan atau langkahnya dapat dikuasai guru dengan baik”(2.4.W.EI.GURU2.W, 15 Mei 2012) Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa: “Penguasaan terhadap scenario pembelajaran merupakan bagian dari upaya untuk membelajarkan siswa. Penguasaan terhadap scenario ini dilakukan agar guru dapat membelajarkan siswa dengan baik sehingga tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan semakin baik.(2.4.W.HT.GURU3, 15 Mei 2012) Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa guru memiliki tingkat penguasaan yang baik terhadap scenario pembelajaran. Penguasaan terhadap scenario
pembelajaran tersebut dilakukan agar siswa dapat memahami rancangan kegiatan pembelajaran yang menjadi rujukannya dalam melaksanakan pembelajaran. Penguasaan scenario pembelajaran merupakan bagian dari kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui strategi yang dapat dilakukan dalam membelajarkan siswa. enguasaan scenario ini ditunjukkan dengan kemampuan dalam memahami langkah-langkah pembelajaran dan dapat mengaktualisasikannya secara baik dalam kegiatan pembelajaran Penguasaan terhadap terhadap scenario pembelajaran perlu dilakukan sebagai upaya untuk mengoptimalkan layanan belajar kepada peserta didik. Guru pada umumnya sangat menguasai scenario pembelajaran, karena scenario tersebut adalah buatan guru sendiri, sehingga setiap tahapan atau langkahnya dapat dikuasai guru dengan baik
3. Otonomi Kepala Sekolah Dalam Penilaian Pembelajaran a) Pengembangan Instrument Penilaian Hasil Belajar Hasil wawancara yang dilakukan tentang pengembangan instrument penilaian, informan menjelaskan bahwa: “Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Untuk itu, diperlukan standar penilaian. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Instrument penilaian dilakukan sebagai upaya untuk mengukur keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran.” (3.2.W.HR.KEPSEK, 15 Mei 2012) Senada dengan pendapat ini informan lain menambahkan bahwa:
“Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik memenuhi persyaratan (a) substansi, adalah merepresentasikan kompetensi yang dinilai, (b) konstruksi, adalah memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan, dan (c) bahasa, adalah menggunakan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik. . Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk ujian sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa, serta memiliki bukti validitas empirik. Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah dalam bentuk UN memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validitas empirik serta menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan antarsekolah, antardaerah, dan antartahun.”.(3.2.W.FB1.GURU, 15 Mei 2012) Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa: “Instrument penilaian disusun berdasarkan indikator dan tujuan penelitian. Instrument penelitian ini disusun untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai, atau ide. Instrument penilaian ini menjadi alat untuk mengukur keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran.”(3.2.W.EI.GURU2.W, 15 Mei 2012) Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa: “Instrumen penilaian dilakukan untuk melakukan pengukuran terhadap hasil belajar siswa. Instrumen penilaian ini dilakukan untuk melakukan pengukuran terhadap proses pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut konsep. Proses ini seharusnya cukup dimengerti orang walau misalnya definisinya tidak dimengerti. Hal ini karena antara lain kita sering kali melakukan pengukuran. Penyusunan instrument penilaian dilakukan sebagai upaya untuk mengukur keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran.”.(3.2.W.HT.GURU3, 15 Mei 2012) Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa instrument penilaian disusun
berdasarkan indikator dan tujuan penelitian. Instrument penelitian ini
disusun untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai, atau ide. Instrument penilaian ini menjadi alat untuk mengukur
keberhasilan dalam
melaksanakan pembelajaran. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Untuk itu, diperlukan standar penilaian. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Instrument penilaian dilakukan sebagai upaya untuk mengukur keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik memenuhi persyaratan (a) substansi, adalah merepresentasikan kompetensi yang dinilai, (b) konstruksi, adalah memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan, dan (c) bahasa, adalah menggunakan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik. . Instrumen penilaian
yang
digunakan
oleh
satuan
pendidikan
dalam
bentuk
ujian
sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa, serta memiliki bukti validitas empirik.
Instrumen penilaian yang digunakan oleh
pemerintah dalam bentuk UN memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validitas empirik serta menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan antar sekolah, antardaerah, dan antar tahun. b) Pemanfaatan Penilaian Dalam Pengambilan Keputusan/Hasil Hasil wawancara yang dilakukan tentang pemanfaatan penilaian dalam pengambilan keputusan, informan menjelaskan bahwa: “Kegiatan penilaian dilakukan untuk melakukan pengambilan keputusan yang berhubungan dengan penetapan naik tinggal siswa atau hal lain yang berhubungan dengan penetapan prestasi siswa. Upaya yang dilakukan dalam proses pengambilan keputusan naik tingga; maupun siswa yang berprestasi
tersebut didasarkan pada nilai yang (3.2.W.HR.KEPSEK, 15 Mei 2012)
telah ditetapkan sebelumnya.”
Senada dengan pendapat ini informan lain menambahkan bahwa: “Nilai siswa baik nilai tertulis maupun nilai perbuatan dijadikan kepala sekolah bersama guru dalam pengambilan kebijakan khususnya yang berkaitan dengan naik tinggal maupun yang terkait dengan penetapan siswa yang berprestasi .(3.2.W.FB1.GURU, 15 Mei 2012)
Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa: “Kepala sekolah menjadikan nilai atau capaian prestasi siswa sebagai dasar dalam pengambilan keputusan di sekolah tidak saja untuk menetapkan naik tinggal tetapi juga yang berkaitan dengan penetapan siswa yang berprestasi .”(3.2.W.EI.GURU2.W, 15 Mei 2012) Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa: “Pemanfaatan hasil-hasil penilaian telah menjadi salah satu bagian kebijakan sekolah dan dilakukan oleh kepala sekolah khusus untuk menetapkan siswa yang berprestasi atau siswa yang akan naik tinggal. Dengan demikian jelas menunjukkan bahwa hasil penilaian dapat dimanfaatkan untuk keperluan yang terkait dengan pengembangan kompetensi siswa serta pemberian penghargaan kepada mereka .”(3.2.W.HT.GURU3, 15 Mei 2012) Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa
kegiatan penilaian
dilakukan untuk melakukan pengambilan keputusan yang berhubungan dengan penetapan naik tinggal siswa atau hal lain yang berhubungan dengan penetapan prestasi siswa. Upaya yang dilakukan dalam proses pengambilan keputusan naik tingga; maupun siswa yang berprestasi tersebut didasarkan pada nilai yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam konteks ini keepala sekolah menjadikan nilai atau capaian prestasi siswa sebagai dasar dalam pengambilan keputusan di sekolah tidak
saja untuk menetapkan naik tinggal tetapi juga yang berkaitan dengan penetapan siswa yang berprestasi
B. Temuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan otonomi kepala sekolah dalam pengembangan mutu pembelajaran di SDN 2 Botumoputi
kecamatan Tibawa
Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini telah dilakukan wawancara dan ditemukan beberapa hal sebagaimana yang dipaparkan di bawah ini: 1) Otonomi kepala sekolah dalam pengembangan program pembelajaran Kepala sekolah memiliki kebijakan khusus dalam pengembangan program pembelajaran. Hal ini termuat dalam rencana pengembangan sekolah (RPS) dan menjadi program rutin yang dilaksanakan sehingga menjadi keharusan bagi semua guru untuk ikut terlibat dalam pengembangan program pembelajaran tersebut. Kebijakan tersebut juga dituangkan dalam Surat Keputusan (SK) Kepala Sekolah tentang kegiatan pembelajaran di awal tahun untuk menyiapkan program pembelajaran yang menjadi rujukan guru dalam pembelajaran.
Kepala sekolah
menjadikan program pembelajaran salah satu program utama yang harus dilaksanakan dan menjadi agenda rutin. Terkait dengan hal ini telah dibuat aturan yang secara khusus mengatur tentang mekanisme yang harus dilakukan guru dan personil sekolah lainnya dalam membuat pengembangan program pembelajaran.
Temuan penelitian bahwa otonomi kepala sekolah dalam penyusunan program semester, dilakukan kepala sekolah dengan memediasi guru untuk menyusun program semester yang sebelumnya diawali dengan kegiatan untuk menganalisis program tahunan yang telah disusun sebelumnya dan selanjutnya dijabarkan ke dalam, RPP, silabus, dan alat pembelajaran lainnya. Kebijakan ini
dilakukan kepala sekolah
sebagai upaya untuk mengembangkan program semester yang menjadi rujukan guru untuk melaksanakan pembelajaran. Temuan lainnya menunjukkan bahwa kepala sekolah membuat perencanaan program semester yang dilakukan dengan perencanaan program pembelajaran, RPP, silabus, dan alat pembelajaran lainnya. Guru melakukan kegiatan tersebut melalui KKG sekolah maupun KKG gugus. Dalam proses penyusunan program semester tersebut guru saling bekerja sama dan saling memberikan masukan sehingga program semester yang dihasilkan sangat ideal menjadi rujukan dalam pembelajaran. Temuan lainnya bahwa kegiatan perencanaan program semester merupakan agenda rutin yang dilaksanakan setiap semester. Penyusunan perencanaan pembelajaran tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya memperbaiki rencana program semester sehingga menjadi acuan yang ideal dalam mengembangkan potensi peserta didik. Kegiatan tersebut dilakukan dengan dimediasi kepala sekolah dan semunya berjalan sesuai dengan yang diharapkan Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa pengembangan rencana pembelajaran dilakukan dengan mengadakan kegiatan KKG. Dalam kegiatan tersebut guru difasilitasi untuk menyusun RPP dengan mengacu pada standar proses.
Penyusunan
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
tersebut
dilakukan
dengan
mengundang nara sumber yang memfasilitasi kegiatan penyusunannya sehingga diperoleh hasil ideal dari RPP yang disusun dimana RPP tersebut sesuai dengan kebutuhan siswa dan mampu mencapai kompetensi dasar yang diharapkan. Penyusunan RPP difasilitasi oleh kepala sekolah melalui kegiatan KKG. Dalam kegiatan tersebut kami mengadakan musyawarah bersama dan melakukan penyusunan RPP dengan mengacu pada standar proses sehingga RPP yang disusun sesuai dengan juknis yang ideal. Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa kepala sekolah mengembangkan kebijakan dalam program pembelajaran kebijakan kepala sekolah tersebut dibuatkan dalam bentuk petas konsep di bawah ini: Otonomi dalam Program Pembelajaran
Pengembangan program Tahunan
Pengembangan program Semester
Optimalisasi Kebijakan Dalam Program Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
2) Otonomi Kepala Sekolah Dalam Pengembangan Materi Temuan penelitian bahwa kepala sekolah berupaya untuk pengembangan materi atau bahan ajar dilakukan setelah kurikulum disusun. Pengembangan bahan ajar ini sebagian terdapat dalam silabus dan dikembangkan sesuai dengan kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum. Pengembangan bahan ajar didasarkan juga pada kebutuhan peserta didik, serta ketersediaan bahan ajar yang terdapat di lingkungan siswa. Pengembangan bahan ajar dilaksanakan mengacu pada beberapa prinsip sebagai berikut meliputi: (a) prinsip relevansi, (b) konsistensi, dan (c) kecukupan. Kondisi riil lainnya menunjukkan bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan harus dipelajari siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi: (a) mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar, (b) mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar, (c) memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi., dan (d) memilih sumber bahan ajar Temuan penelitian lainnya bahwa dalam upaya pengembangan bahan ajar sekolah menyediakan buku pelajaran. Tetapi memang persediaan buku kami sangat minim karena keterbatasan anggaran yang tersedia Dalam konteks yang bersamaan metode pembelajaran juga dianalsis sebagai adalah cara yang digunakan guru dalam pembelajaran agar materi yang disampaikan
dapat ditangkap dengan baik oleh peserta didik. Jenis metode pembelajaran sangat bervariasi dan guru dapat menggunakan metode mana yang sesuai dengan rencana yang dibuatnya. Dalam pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan kompetensi dasar, potensi lingkungan dan sumber daya yang tersedia untuk mendukung. Pemilihan metode pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan sebagai upaya dalam upaya untuk mendukung peningkatan kualitas dan hasil belajar. Pemilihan metode pembelajaran oleh guru disesuaikan dengan karakteristik siswa serta kebutuhan mendasar dari siswa. Fakta empiris yang ditemukan bahwa media pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Jika dilihat dari pengertiannya, media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Sedangkan pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media, sehingga saya menyimpulkan bahwa media pembelajaran itu penting dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran sangat banyak macamnya, tentunya tidak digunakan sekaligus. Untuk itu perlu dipilih secara cermat, media mana yang lebih tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Pemilihan media pembelajaran dilakukan sebagai upaya untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran. Pemilihan media disesuaikan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Media pembelajaran yang
akan dipilih tersebut juga disesuaikan dengan bahan ajar yang akan diajarkan. Tetapi kenyataan menunjukkan bahwa media yang ada di sekolah masih sangat kurang sehingga mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran di kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru memiliki tingkat penguasaan yang baik terhadap scenario pembelajaran. Penguasaan terhadap scenario pembelajaran tersebut dilakukan agar siswa dapat memahami rancangan kegiatan pembelajaran yang menjadi rujukannya dalam melaksanakan pembelajaran. Penguasaan terhadap terhadap scenario pembelajaran perlu dilakukan sebagai upaya untuk mengoptimalkan layanan belajar kepada peserta didik. Guru pada umumnya sangat menguasai scenario pembelajaran, karena scenario tersebut adalah buatan guru sendiri, sehingga setiap tahapan atau langkahnya dapat dikuasai guru dengan baik Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa
kepala sekolah
mengembangkan otonomi dalam pengembangan kualitas mengajar guru. Otonomi kepala sekolah dalam pengembangan kualitas mengajar guru dipaparkan dalam bentuk peta konsep di bawah ini:
Otonomi kepala sekolah dalam pengembangan materi
Pengembangan Materi
Pengembangan metode pembelajaran
Pengembangan media pembelajaran
Pengembangan scenario pembelajaran
Optimalisasi Otonomi kepala sekolah dalam pengembangan materi
3) Otonomi kepala sekolah Dalam Penilaian pembelajaran Temuan penelitian bahwa kepala sekolah memiliki kebijakan untuk mengembangkan instrument penilaian. Instrumen penilaian tersebut disusun berdasarkan indikator dan tujuan penelitian. Instrument penelitian ini disusun untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai, atau ide. Instrument penilaian ini menjadi alat untuk mengukur
keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran.
Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Instrument penilaian dilakukan sebagai upaya untuk mengukur keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran
Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik memenuhi persyaratan (a) substansi, adalah merepresentasikan kompetensi yang dinilai, (b) konstruksi, adalah memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan, dan (c) bahasa, adalah menggunakan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik. . Instrumen penilaian
yang
digunakan
oleh
satuan
pendidikan
dalam
bentuk
ujian
sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa, serta memiliki bukti validitas empirik.
Instrumen penilaian yang digunakan oleh
pemerintah dalam bentuk UN memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validitas empirik serta menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan antar sekolah, antardaerah, dan antar tahun Temuan lainnya menunjukkan bahwa kegiatan penilaian dilakukan untuk melakukan pengambilan keputusan yang berhubungan dengan penetapan naik tinggal siswa atau hal lain yang berhubungan dengan penetapan prestasi siswa. Upaya yang dilakukan dalam proses pengambilan keputusan naik tingga; maupun siswa yang berprestasi tersebut didasarkan pada nilai yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam konteks ii nilai siswa baik nilai tertulis maupun nilai perbuatan dijadikan kepala sekolah bersama guru dalam pengambilan kebijakan khususnya yang
berkaitan
dengan naik tinggal maupun yang terkait dengan penetapan siswa yang berprestasi
Terkait otonomi kepala sekolah dalam penilaian pembelajaran ditampilkan pada peta konsep di bawah ini:
Otonomi Kepala Sekolah Dalam Penilaian Pembelajaran
Bentuk instrument penilaian
Pemanfaatan Penilaian Dalam Pengambilan Keputusan/Hasil
Optimalisasi Otonomi Kepala Sekolah Dalam Penilaian Pembelajaran
C. Pembahasan Salah satu kewenangan dalam dunia pendidikan yang
diberikan kepada
sekolah adalah kewenangan bagi sekolah untuk mengelola pendidikan yang ada di sekolahnya sehingga mampu mencapai tingkat optimalisasi yang diharapkan. Depdiknas (2003:2) mengemukakan bahwa otonomi kepala sekolah pada prinsipnya memberikan otoritas kepada kepala sekolah untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Rumah tangga sekolah itu menyangkut hampir seluruh aspek kependidikan dari proses pembelajaran, penentuan sarana-prasarana pendukung, sumberdaya manusia (tenaga kependidikan), kesiswaan, kebutuhan finansial, dan hal-hal yang terkait dengan butir-butir tersebut. Khusus terkait dengan kurikulum, dimungkinkan tiap-tiap
sekolah melakukan modifikasi yang bersifat memperkaya kurikulum yang telah ditentukan secara nasional. Melalui otonomi sekolah, seluruh komponen yang terkait dengan sekolah punya kewajiban untuk saling mendukung demi optimalisasi peran sekolah dalam mendampingi anak bangsa menuju pada tingkat kedewasaan secara mental, fisik dan intelektual. Hasil penelitian yang dilakukan terkait otonomi kepala sekolah dalam pengembangan mutu pembelajaran di SDN 2 Botumoputi
kecamatan Tibawa
Kabupaten Gorontalo menunjukkan bahwa kepala sekolah mengembangkan otonomi tersebut melalui 3 komponen utama yaitu 1) otonomi kepala sekolah dalam pengembangan program pembelajaran,
2)
otonomi kepala
sekolah dalam
pengembangan materi bahan ajar, dan 3) otonomi kepala sekolah dalam pengembangan penilaian pembelajaran. Ketiga hal yang dilakukan kepala sekolah dalam pengembangan mutu pembelajaran tersebut pada intinya adalah bagian dari upaya untuk mengoptimalkan layanan belajar dan peningkatan kualitas peserta didik melalui penyiapan berbagai hal mulai dari kurikulum sekolah, perangkat pembelajaran, pemilihan metode, media pembelajaran serta penyiapan alat evaluasi serta
berbagai hal lainnya yang
mendukung pelaksanaan pembelajaran. Hasil penelitian sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa sekolah memiliki kebijakan untuk melakukan pengembangan program pembelajaran. Pengembangan tersebut dilakukan melalui 3 hal pokok yaitu pengembangan program
tahunan, pengembangan program semester dan pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran. Hasil penelitian bahwa kepala sekolah membuat kebijakan untuk melakukan penyusunan program pembelajaran di KKG sekolah maupun KKG gugus. Kegiatan penyusunan Program tahunan dan program semester dilakukan secara bersama-sama sehingga antar guru dapat
saling memberikan masukan sehingga program
pembelajaran yang dihasilkan sangat ideal menjadi rujukan dalam pembelajaran. Fakta empiris yang ditemukan di lapangan menunjukkan bahwa kepala sekolah berupaya untuk pengembangan materi atau bahan ajar dilakukan setelah kurikulum disusun. Pengembangan bahan ajar ini sebagian terdapat dalam silabus dan dikembangkan sesuai dengan kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum. Pengembangan bahan ajar didasarkan juga pada kebutuhan peserta didik, serta ketersediaan bahan ajar yang terdapat di lingkungan siswa. Pengembangan bahan ajar juga dipilih dan disesuaikan dengan metode dan media pembelajaran. Kegiatan dalam Pengembangan bahan ajar yang disesuaikan dengan metode dan media pembelajaran tersebut difasilitasi oleh kepala sekolah. Kebijakan lainnya yang dilakukan kepala sekolah dalam upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran yaitu dengan cara mengembangkan instrument penilaian disusun berdasarkan indikator dan tujuan penelitian. Instrument penelitian ini disusun untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai, atau ide. Instrument penilaian ini menjadi alat untuk mengukur melaksanakan pembelajaran.
keberhasilan dalam
Hasil penilaian selanjutnya dijadikan sebagai dasar dalam penetapan siswa yang naik tinggal serta siswa berprestasi. Dengan pemanfaatan hasil penilaian ini jelas menunjukkan bahwa hasil penilaian sangat diperlukan untuk kepentingan yang lebih tinggi, tidak saja sebagai reward tetapi juga sebagai dasar dalam penetapan berbagai kebijakan sekolah termasuk pengadaan sumber daya untuk meningkatkan mutu pembelajaran Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa kepala sekolah telah berupaya dalam mengembangkan mutu pembelajaran di sekolah. Pengembangan mutu pembelajaran tersebut dilakukan sebagai bentuk akuntabilitas kepala sekolah dalam mengembangkan mutu pembelajaran. Tetapi diakui oleh kepala sekolah bahwa upaya yang dilakukan dalam pengembangan mutu pembelajaran di sekolah sering terhambat oleh factor dana dan sarana penunjang kurang memadai. Hal ini yang menjadikan aktualisasi proses pembelajaran cukup terhambat karena dana yang kurang serta fasilitas pembelajaran yang kurang mendukung. Terkait kondisi tersebut maka kepala sekolah perlu mengembangkan entrepreneurship di sekolah dengan mengembangkan potensi kantin, koperasi sekolah atau potensi masyarakat untuk ikut membantu dalam hal dana sehingga mampu mengatasi dana yang kurang dalam pengembangan mutu pembelajaran di sekolah. Dengan cara ini diharapkan agar otonomi yang diberikan kepada kepala sekolah dapat dijalankan dengan baik sehingga mendukung pengembangan mutu pembelajaran secara menyeluruh