BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di SDN Madyogondo 03 Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. SD N Madyogondo 03 beralamatkan di Desa Madyogondo Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang Jln. Ngablak-Ngablak Kode Pos 56194. Siswa SD N Madyogondo 03 terdiri dari kelas I sampai dengan kelas VI masing-masing terdiri dari I kelas dengan jumlah siswa 140 Jumlah tenaga kependidikan di SD N Madyogondo 03 adalah sebanyak 13 orang, dengan perincian 1 kepala sekolah 6 guru kelas, 1 guru olahraga, 1 guru pendidikan agama islam, 3 guru mata pelajaran dan 1 penjaga sekolah. Proses belajar mengajar berlangsung mulai pukul 07.00 sampai dengan 12.00 siang. Kecuali pada hari Jumat dan Sabtu yang berlangsung mulai dari pukul 07.00 sampai dengan 10.30 siang. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SDN Madyogondo 03 Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang yaitu sebanyak 20 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. 4.2.
Pelaksanaan
4.2.1. Perijinan Sebelum melaksanakan penelitian, penulis terlebih dahulu meminta surat izin kepada Dekan FKIP PGSD yaitu pada tanggal 15 Februari 2012. Kemudian pada
32
tanggal 20 Februari peneliti meminta izin kepada Kepala Sekolah SDN Madyogondo 03 untuk melakukan penelitian di SD tersebut yaitu pada kelas III. Setelah peneliti memperoleh izin dari kepala sekolah selanjutnya peneliti bertemu guru kelas III untuk berbincang-bincang tentang persoalan yang dialami guru dalam mengajar pelajaran matematika di kelas tiga, berdasarkan hasil wawancara pada guru kelas diperoleh gambaran bahwa siswa kelas III masih belum menguasai pelajaran matematika khususnya pada materi aritmatika sosial pokok bahasan uang, hal tersebut diperkuat dengan hasil belajar matematika yang diperoleh siswa masih rendah. 4.2.2. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 1 Maret 2012 di SDN Madyogondo 03. Data berupa nilai
matematika siswa pokok bahasan uang,
kemudian juga mengamati kegiatan pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru. Selanjutnya mengadakan penelitian yaitu siklus I pada tanggal 7,8 dan 9 Maret 2012 serta Siklus II pada tanggal 14, 15 dan 16 Maret 2012 dengan Kompetensi Dasar (SK) Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka. Kompetensi Dasar (KD) Memecahkan masalah perhitungan termasuk yang berkaitan dengan uang, dan indikator (1) Mengenal berbagai nilai uang (2) Mampu menghitung nilai beberpa mata uang (3) Mampu mengitung nilai kesetaraan nilai mata uang dengan berbagai satuan mata uang lainya (4) Membelanjakan uang sebatas bilangan yang telah dikenal dan (5) Menaksir jumlah harga dari sekelompok barang yang biasa dibeli atau dijual sehari-hari.
33
Data yang dikumpulkan pada siklus I dan siklus II berupa nilai siswa, aktivitas siswa, kegiatan guru dan wawancara guru pada akhir siklus II. 4.2.3. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum siklus I dan siklus II dilaksanakan peneliti meminta data siswa kelas III kepada guru kelas meliputi nama siswa jenis kelamin dan nilai ulangan harian siswa serta melakukan pengamatan pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SDN Madyogondo 03 semester II tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 20 siswa pada mata pelajaran matematika materi aritmatika sosial pokok bahasan uanag. Guru mengajar secara konvensional. Guru cenderung mentransfer ilmu pada siswa sehingga banyak siswa yang ramai, bahkan cenderung bosan, hal ini berdampak pada hasil belajar siswa kelas III yang masih rendah khususnya pada mata pelajaran matematika materi aritmatika pokok bahasan uang. Rendahnya nilai rata-rata serta masih banyaknya siswa kelas III yang memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) menjadi acuan bagi peneliti untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Nilai rata-rata dari ulangan harian siswa adalah 49,75 serta siswa yang belum tuntas adalah 13 anak.
34
Tabel 4.1. Nilai Tes Formatif (Kondisi Awal) Siswa Mata Pelajaran Matematika No
Nilai
1
Sebelum Tindakan
Keterangan
Frekuensi
Persentase (%)
30 – 50
10
50
Belum Tuntas
2
50 – 59
3
15
Belum Tuntas
3
60 – 69
2
10
Tuntas
4
70 – 79
3
15
Tuntas
5
80 – 89
2
10
Tuntas
6
90 – 100
0
0
-
20
100
Jumlah Rata-rata
49,75
Nilai Terendah
30
Nilai Tertinggi
80
Dari tabel nilai ulangan harian di atas dapat disimpulkan bahwa dari 20 siswa SDN Madyogondo 03 Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang. Diketahui siswa yang mendapatkan nilai 30 s/d 50 sebanyak 10 siswa (50%), 50 s/d 59 sebanyak 3 siswa (15%), untuk nilai 60 s/d 69 sebanyak 2 siswa (10%), nilai 70 s/d 79 sebanyak 3 siswa (15%), dan 80 s/d 89 sebanyak 2 siswa (10%). Nilai ratarata yang diperoleh siswa adalah 49,75, nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 30. Sehingga peneliti merasa perlu mengadakan tindakan pembelajaran demi membantu meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya siswa kelas III SDN Madyogondo 03 Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang pada mata pelajaran matematika materi “aritmatika sosial” pokok bahasan “uang”. Secara lebih rinci, hasil belajar siswa pada kondisi awal yaitu nilai ulangan harian dapat dilihat pada diagram 4.1 di bawah ini :
35
Gambar 4.1. Diagram Tes Formatif (Kondisi Awal) Siswa Mata Pelajaran Matematika. Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) data hasil perolehan nilai sebelum tindakan dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.2. berikut : Tabel 4.2. Ketuntasan Hasil Tes Formatif (Kondisi Awal) Siswa Mata Pelajaran Matematika No. 1. 2.
Ketuntasan Belajar Tuntas Belum tuntas Jumlah
Jumlah 7 13 20
Jumlah Siswa Persen (%) 35 65 100
Dari hasil analisis nilai kondisi awal yaitu nilai tes formatif siswa, masih ada 13 siswa yang belum tuntas atau belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal sekolah yaitu 60. Secara lebih rinci, ketuntasan hasil tes formatif kondisi awal dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut :
36
Gambar 4.2. Diagram Ketuntasan Tes Formatif (Kondisi Awal) Siswa Mata Pelajaran Matematika. Gambar 4.2 mendeskripsikan ketuntasan belajar matematika siswa pokok bahasan uang. 7 siswa telah tuntas dalam pembelajaran yaitu 35% tuntas dan 13 siswa masih belum tuntas yaitu 75% dalam pembelajaran matematika materi aritmatika sosial pokok bahasan uang. Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan masih rendah dikarenakan guru kurang memiliki ketrampilan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif atau selalu menggunakan pembelajaran yang monoton atau konvensional, dimana metode ceramah
masih
mendominasi
proses
kegiatan
pembelajaran,
sehingga
mengakibatkan pembelajaran kurang menarik yang berakibat tingkat pemahaman siswa menjadi rendah dan siswa pun kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga terjadi hambatan dalam transformasi ilmu pengetahuan yang menimbulkan pembelajaran berjalan kurang efektif. Berdasarkan data hasil belajar yang rendah dari siswa kelas III di SDN Madyogondo 03 Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012, selanjutnya akan dilakukan sebuah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sesuai dengan rancangan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan metode simulasi guna meningkatkan pemahaman belajar siswa yang akan dilakukan dalam dua siklus.
37
4.2.4. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I Setelah diperoleh informasi pada tahap observasi maka dilakukan diskusi dengan guru kelas III mengenai materi yang akan disajikan serta alat penunjang lain yang perlu digunakan pada proses pembelajaran. Pada siklus satu peneliti berperan sebagai pemberi ide atau pembuat Rpp sedangkan kegiatan KBM tetap dilakukan oleh guru kelas, selain itu peneliti juga menjadi observer yang dibantu oleh satu guru lain. Materi yang dipilih dalam pembelajaran adalah aritmatika sosial pokok bahasan uang. pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dilakukan dalam 3 kali pertemuan. Rincian tiap pertemuan pada siklus I adalah sebagai berikut : 1.
Perencanaan Langkah pertama yang dilakukan oleh peneliti pada tahap perencanaan adalah menentukan topik pembelajaran yaitu pokok bahasan tentang Uang. Selanjutnya peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar. Selain itu peneliti menyiapkan lembar observasi berupa lembar
kegiatan guru
dan lembar
aktivitas siswa. Lembar observasi tersebut akan diisi oleh 2 observer yaitu peneliti dan salah satu teman sejawat. Peneliti juga menyiapkan beberapa alat peraga yang mendukung dalam pengajaran serta beberapa literatur yang mendukung dalam kegitan pembelajaran. 2.
Tindakan Pertemuan I
38
Pelaksanaan pertemuan dilakukan pada tanggal 7 Maret 2012. Kegiatan yang dilakukan meliputi : a. Kegiatan awal Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran pada kegiatan awal diantaranya adalah guru mengucapkan salam, doa dan presensi. Pada saat berdoa terdapat 2 anak malah bermain sendiri dan tidak ikut berdoa. Guru menggali pengetahuan dasar siswa tentang materi yang akan diajarkan, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa yaitu dengan mengajak siswa bernyanyi lagu yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan yaitu lagu tentang uang. Pada saat guru menyampaikan tujuan pembelajaran masih terdapat
beberapa siswa yang tidak
mendengarkan akan tetapi pada saat guru mengajak siswa untuk bernyanyi semua siswa tampak senang dan antusias. b. Kegiatan inti Pada kegiatan inti guru memberika pertanyaan yang berkaitan dengan materi uang contoh : “ Siapa yang tau berapa nilai mata uang dari uang kertas yang ibu bawa ? (guru menunjukkan uang kertas seribuan)”. Beberapa siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru secara serempak dan yang lain diam serta terdapat 2 siswa asik mengobrol sendiri. setelah bertanya jawab dengan guru, siswa dapat mengetahui dan mendeskripsikan pengertian serta fungsi uang dalam kehidupan seharihari. Guru bersama siswa menyimpulkan tentang fungsi dari uang yaitu sebagai alat pembayaran.
39
Guru selanjutnya menjelaskan tentang macam-macam nilai mata uang dan jenisnya, menghitung beberapa mata uang serta menentukan kesetaraan nilai mata uang dengan berbagai satuan mata uang lain. Sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan dari guru. Siswa mengamati beberapa contoh nilai mata uang yang disediakan oleh guru dan dapat mengidentifikasi berbagai nilai mata uang rupiah. Guru dan siswa secara bersama-sama membahas berbagai nilai mata uang
rupiah
yang
ditempel
di
papan
tulis
oleh
guru.
Guru
mendemontrasikan cara penulisan nilai mata uang yang benar. Siswa diminta untuk menempelkan nilai mata uang, nilai sekelompok mata uang dan kesetaraan mata uang di papan tulis secara bergiliran. Terdapat satu siswa yang marah dan tidak mau mengikuti pelajaran karena ia tidak mendapatkan giliran menempelkan nilai mata uang di papan tulis. Saat guru meminta siswa untuk maju kedepan, menempel nilai mata uang siswa menemukan dan dapat menentukan kesetaraan nilai mata uang dengan menggunakan alat peraga yang telah disediakan. Guru dan siswa membahas secara bersama-sama tentang kesetaraan nilai mata uang. Guru menanyakan pada siswa, hal-hal yang kurang atau belum dimengerti. Guru membagi siswa menjadi lima kelompok, setiap kelompok terdiri dari empat siswa. Pembagian kelompok dilakukan secara acak yaitu dengan berhitung dari satu sampai empat, kemudian siswa yang mendapatkan nomor sama berkumpul pada kelompok masing-masing. Saat pembagian kelompok siswa nampak sedikit gaduh, karena mereka
40
cenderung ingin memilih temannya sebai anggota kelompok. Guru menjelaskan tugas yang akan mereka laksanakan dalam kelompok c. Kegiatan akhir Guru meminta siswa untuk menyiapkan bahan-bahan yang akan digunakan dalam kegiatan simulasi pada pertemuan selanjutnya yaitu uang mainan dan beberapa uang logam. Pertemuan II Pelakasanaan pertemuan kedua dilakukan pada tanggal 8 Maret 2012. Kegiatan yang dilakukan meliputi : a. Kegiatan Awal Guru menyiapkan alat peraga dan media yang mendukung proses pembelajaran dan bahan – bahan lain. Guru mengulang pelajaran kemarin dan mengajukan beberapa pertanyaan. Siswa bergabung dalam kelompok dan menyiapkan bahan-bahan serta peralatan yang digunakan dalam kegiatan simulasi pertukaran uang. terdapat satu kelompok tidak membawa uang mainan, akhirnya guru meminjamkan uang mainan yang telah dibawa pada kelompok tersebut. Saat siswa berkumpul dalam kelompok masing-masing Guru menjelaskan prinsip-prinsip simulasi. Guru membagikan lembar kerja kelompok kepada masing-masing kelompok. Guru melihat kembali kesiapan masing-masing kelompok.
b. Kegiatan Inti
41
Guru bertanya kepada siswa, apakah yang dimaksud dengan uang ?. Siswa menjawab pertanyaan dari guru. Guru bertanya kepada siswa, apakah fungsi dari uang ? Siswa menjawab pertanyaan dari guru yaitu fungsi uang adalah sebagai alat pembayaran. Guru bersama dengan siswa menyimpulkan fungsi dari uang dalam kehidupan sehari-hari.. Guru menjelaskan tugas yang akan mereka laksanakan dalam kelompok. Guru mermbagikan lembar kerja siswa. Siswa mulai mengerjakan lembar evaluasi yang mereka peroleh. Guru mengamati kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing kelompok. masing-masing kelompok mensimulasikan kegiatan penukaran uang dalam kelompok masingmasing. Pada saat kegiatan simulasi pertukaran uang yang dilakukan siswa dalam kelompok, terdapat beberapa siswa yang terlihat acuh serta malas akan tetapi sebagian besar siswa antusias dalam melakukan simulasi. Guru mengamati kegiatan yang dilaksanakan siswa pada tiap kelompok. c. Kegiatan Akhir Guru meminta siswa untuk memeriksa kembali lembar kerja kelompok yang telah dikerjakan oleh siswa. Pertemuan III Pelaksanaan pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 9 Maret 2012. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi : a. Kegiatan Awal Guru menyiapkan tempat yang akan digunakan siswa dalam melakukan kegiatan simulasi di depan kelas.
42
b. Kegiatan Inti Guru menjelaskan prinsip-prinsip simulasi dan permainan. Siswa menyimak penjelasan dari guru. Guru memberikan gambaran tentang kegiatan simulasi. Masing-masing kelompok mensimulasikan kegiatan pertukaran uang di depan kelas. Guru mengamati kegiatan simulasi yang dilakukan oleh siswa. Kelompok yang lain memperhatikan jalanya kegiatan simulasi yang sedang dilakukan oleh kelompok didepan. Guru memberikan klarifikasi jika terjadi kekeliruan pada kegiatan yang sedang dilakuakn oleh siswa. Guru mengevaluasi kesalahan-kesalahan yang dialami oleh siswa dalam kegitan simulasi pertukaran uang. Guru bersama siswa membuat ringkasan kegiatan yang telah dilakukan. Guru bersama siswa membuat ringkasan tentang kesulitan yang dihadapi dalam proses simulasi. Guru bersama dengan siswa menganalisis kegiatan simulasi yang telah dilakukan. Guru betanya kepada siswa seputar kegiatan yang telah dilakukan siswa dan membandingkan kegiatan tersebut dengan kehidupan nyata. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Guru menghubungkan kegiatan simulasi dengan isi pelajaran. guru menilai dan merencanakan kembali simulasi mengacu pada catatan-catatan ringkasan serta, analisis selama proses simulasi yang telah dilakukan sebagai acuhan untuk melakukan kegiatan pada siklus selanjutnya. c. Kegiatan Akhir
43
Guru beserta semua siswa menyimpulkan hasil simulasi yang telah dilakukan. Siswa mengerjakan soal evaluasi. 3.
Observasi Pertemuan I Pada pertemuan pertama sudah berjalan secara baik. Walaupun ada beberapa hambatan yaitu : a. Guru : lebih banyak menggunakan pertanyaan yang dijawab secara serempak. guru kurang jelas dalam pembahasan tentang penulisan mata uang, b. Siswa : kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan masih kurang, karena mereka menjawab serempak sehingga masih banyak siswa yang hanya mengikuti jawaban dari temannya. Siswa belum dapat menuliskan penulisan nilai mata uang dengan benar. Siswa masih gaduh pada saat pembagian kelompok. Pertemuan II Pada pertemuan kedua siswa bersemangat untuk segera melakukan kegiatan simulasi dalam kelompok masing-masing. Dan masing-masing kelompok sudah mensimulasikan kegiatan pertukaran uang sesuai dengan lembar kerja yang telah diberikan. Pada pertemuan II masih terdapat beberapa hambatan diantaranya : a. Beberapa Siswa masih mengalami kesulitan dalam kegiatan simulasi karena mereka hanya membaca soal pada lembar kerja siswa dan langsung menjawabnya tanpa melakukan kegiatan simulasi dalam kelompok.
44
b. Beberapa siswa sibuk bermain sendiri. Pertemuan III Pada pertemuan ke III tidak terdapat hambatan yang berarti, siswa sudah dapat melakukan kegiatan simulasi didepan kelas, sedangkan kelompok yang lain mengamati jalannya kegiatan simulasi, siswa tampak bersemangat melakukan kegiatan simulasi pertukaran uang, siswa mengerjakan lembar evaluasi dengan tenang. 4.
Refleksi Berdasarkan observasi pada siklus I hal-hal yang perlu diperbaiki untuk siklus berikutnya, antara lain : a. Guru memberikan pertanyaan yang ditujukan kepada beberapa siswa. b. Guru memberikan penjelasan secara terperinci tentang prosedur simulasi. c. Guru membimbing siswa dalam kegiatan simulasi yang dilakukan dalam kelompok. d. Meningkatkan rasa percaya diri pada siswa. Kelebihan dalam siklus I yang harus dipertahankan atau ditingkatkan lagi yaitu : a. Semangat siswa pada saat melakukan simulasi. b. Keaktifan siswa pada saat melakukan simulasi. c. Meningkatkan rasa percaya diri. d. Sikap siswa yang bertanya jika mengalami kesulitan.
4.2.5. Deskripsi Pelaksanaan siklus II
45
Pada siklus II, peneliti hanya berperan sebagai pemberi ide dan pembuat Rpp. Sedangkan KBM tetap dilakukan oleh guru kelas. Materi yang dipilih untuk mengajar adalah materi aritmatika sosial pokok bahasan uang yaitu kegiatan jual beli. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dilakukan dalam tiga kali petemuan rincian tiap pertemuan pada siklus II adalah sebagai berikut : 1.
Perencanaan Langkah pertama yang dilakukan peneliti pada tahap perencanaan adalah menentukan topik pelajaran yang sesuai dengan metode simulasi yaitu kegiatan jual beli. Selanjutkan peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan digunakan sebagai pedoman guru dalam mengaja. Selain itu peneliti menyiapkan lembar observasi berupa lembar kegiatan guru dan lembar aktivitas siswa, yang akan diisi oleh peneliti dan teman sejawat. Peneliti juga menyiapkan alat peraga dalam mengajar seperti uang mainan dan uang logam.
2.
Tindakan Pertemuan I Pelaksanaan pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 14 Maret 2012. Kegiatan yang dilakukan meliputi : a. Kegiatan Awal Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran pada kegiatan awal diantaranya adalah guru mengucapkan salam, doa, dan presensi. Guru menyampaaikan tujuan pembelajaran. Pada apersepsi guru bercerita tentang kegiatan jual beli yang baru saja dilakukan oleh guru. Semua
46
siswa mendengarkan cerita dari guru. Guru melakukan tanya jawab kepada siswa untuk mengkaitkan apersepsi dengan dengan kegiatan inti. b. Kegiatan Inti Guru bertanya kepada siswa seputar cerita yang telah disampaikan oleh guru untuk mengaitkan dengan materi pembelajaran. Siswa menjawab pertanyaan dari guru. Pada kegiatan inti guru menjelaskan tentang kegiatan jual beli. Siswa menyimak penjelasan dari guru. Guru meminta dua orang siswa untuk mensimulasikan kegiatan jual beli di depan kelas. siswa mempraktekan kegiatan jual beli, siswa yang lain mengamati. Pada saat dua siswa melakukan kegiatan simulasi jual beli sebagian besar siswa yang lain sudah memperhatikan dengan seksama. Guru membagi siswa menjadi lima kelompok, setiap kelompok terdiri dari tiga siswa. Pembagian kelompok dilakukan secara acak yaitu dengan berhitung satu sampai empat, kemudian siswa yang mendapatkan nomor sama berkumpul pada kelompok masing-masing. Guru mnjelaskan tugas yang akan mereka laksanakan dalam kelompok. c. Kegiatan Akhir Guru meminta siswa untuk menyiapkan bahan-bahan yang akan digunakan dalam kegiatan simulasi pada pertemuan ke dua yaitu buku, penggaris, bolpoin, pensil dan penghapus. Dan meminta siswa untuk menyiapkan uang maianan yang akan digunakan dalam kegiatan simulasi jual beli pada pertemuan selanjutnya. Pertemuan II
47
Pelaksanakan pertemuan kedua dilakukan pada tanggal 15 Maret 2012. Kegiatan yang dilakukan meliputi : a. Kegiatan Awal Bertanya pada siswa seputar materi yang diajarkan yaitu “Siapa yang masih ingat tentang pelajaran kemarin?”. Siswa menjawab pertanyaan dari guru. Siswa bergabung dalam kelompok dan menyiapkan bahan-bahan serta peralatan yang digunakan dalam kegiatan simulasi jual beli. Guru menjelaskan prinsip-prinsip simulasi. Guru melihat kembali kesiapan masing-masing kelompok. b. Kegiatan Inti Guru bertanya kepada siswa, apa itu kegiatan jual beli ?. Siswa menjawab
pertanyaan
dari
guru.
Guru
bersama
dengan
siswa
menyimpulkan kegiatan jual beli. Guru meminta siswa untuk berkumpul sesuai dengan kelompok yang telah dibagi pada pertemua sebelumnya. Siswa nampak sedikit gaduh pada saat berkumpul dalam kelompok karena mereka sibuk menggeser meja dan kursi. Guru menjelaskan tugas yang akan mereka laksanakan dalam kelompok. Guru membagikan lembar kerja pada masing-masing kelompok. Siswa mensimulasikan kegiatan jual beli. Guru mengamati kegiatan simulasi yang dilakukan oleh siswa. Pada saat kegiatan simulasi jual beli siswa nampak antusias dan senang. c. Kegiatan Akhir
48
Guru meminta siswa untuk memeriksa kembali lembar kerja kelompok yang telah dikerjakan oleh siswa. Pertemuan III Pelaksanaan pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 16 Maret 2012. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi : a.
Kegiatan Awal Guru menyiapkan tempat yang akan digunakan siswa dalam melakukan kegiatan simulasi di depan kelas.
b.
Kegiatan Inti Guru menyajikan topik simulasi yaitu kegiatan jual beli. guru menjelaskan prinsip-prinsip simulasi dan permainan. Siswa menyimak penjelasan dari guru. Guru memberikan gambaran tentang kegiatan simulasi. Masing-masing kelompok melakukan kegiatan simulasi di depan kelas. Siswa yang lain juga mengamati kegiatan yang dilakukan oleh kelompok. Guru memberikan klarifikasi ketika salah satu kelompok mengalami kekeliruan pada kegiatan yang sedang dilakukan. Siswa melanjutkan kegiatan simulasi setelah mendengarkan arahan dari guru. Guru bersama siswa membuat ringkasan kegiatan yang telah dilakukan. Guru bersama siswa membuat ringkasan tentang kesulitan yang dihadapi dalam proses simulasi. Guru bersama dengan siswa menganalisis kegiatan simulasi yang telah dilakukan. Guru betanya kepada siswa seputar kegiatan yang telah dilakukan siswa dan membandingkan kegiatan tersebut dengan kehidupan nyata. Siswa
49
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Guru menghubungkan kegiatan simulasi dengan isi pelajaran. c. Kegiatan Akhir Guru beserta siswa menyimpulkan hasil simulasi yang telah dilakukan. Siswa mengerjakan soal evaluasi. 3.
Observasi Pertemuan I Siswa pada siklus II sudah aktif dalam bertanya dan tidak ragu dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Kepercayaan diri siswapun sudah meningkat dari siklus I hal ini terlihat dengan aktivitas siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapatnya. Pertemuan II Pada pertemuan kedua siswa bersemangat untuk segera melakukan kegiatan simulasi jual beli dalam kelompok masing-masing. Kerjasama antar anggota juga baik hal tersebut dibuktikan dengan semua anggota kelompok berperan aktif dan tidak ada siswa yang bermain sendiri. Pertemuan III Pada pertemuan ketiga siswa jauh lebih aktif dan memahami kegiatan simulasi jual beli yang mereka lakukan di depan kelas, kelompok lain juga memperhatikan dengan seksama dan tidak ragu-ragu dalam memberikan tanggapan jika terjadi kesalahan dalam kegiatan simulasi jual beli. Siswa mengerjakan lembar evaluasi dengan tenang.
4.
Refleksi
50
Berdasarkan observasi pada siklus II, terjadi peningkatan yang lebih baik dari siswa, walaupun masih terdapat kekurangan seperti kondsi kelas masih ramai dari siklus I, hal ini disebabkan karena siswa melakukan simulasi tentang jual beli. Pada siklus II terjadi peningkatan aktivitas siswa yang jauh lebih baik dari siklus I. kelebihan dari siklus II yaitu : a. Rasa percaya diri siswa meningkat, hal ini terlihat dari keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. b. Aktivitas siswa meningkat, hal ini terlihat dari cara siswa bekerjasama dengan anggota kelompoknya dan cara siswa mensimulasikan kegiatan jual beli. 4.3.
Analisis Data
4.3.1. Aktivitas Siswa Hasil penelitian aktivitas siswa kelas III SDN Madyogondo 03 Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang melalui penggunaan metode simulasi, peneliti di sajikan sebagai berikut : 1.
Analisis Aktivitas Siswa Pada siklus I Pada siklus I peneliti berperan sebagai observer dalam kegiatan pembelajaran matematika kelas III dengan menggunakan metode simulasi. Peneliti juga dibantu satu guru sebagai observer dua yang juga mengamati jalannya proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas. Hasil dari observasi kedua observer adalah sebagai berikut : Tabel 4.3. Aktivitas Siswa Siklus I No.
Aspek Penilaian
Penilaian
51
Observer I (%)
Observer II (%)
75
75
A. Kegiatan Awal
67
67
B.
71
69
C. Kegiatan Akhir
75
67
III
Suasana Pembelajaran
75
75
IV
Pemanfaatan Sumber Belajar
75
75
V
Penutup
75
75
Rata-rata
73,28
71,85
I
Pra Pembelajaran
II
Pelaksanaan
Kegiatan Inti
Dari tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa persentase aktivitas siswa pada obsever I adalah 73,28% dan pada observer II adalah 71,85. Jika dijumlahkan persentase aktivitas siswa pada observer I dan observer II persentasenya adalah 72,56%. Dalam aktivitas persentase sebesar 72,56% termasuk dalam kategori cukup, didalam indikator kinerja, aktivitas siswa dianggap aktif jika mencapai indikator kinerja sebesar 80%. untuk itu perlu adanya perbaikan persentase aktivitas siswa pada siklus II. 2.
Analisis Aktivitas Siswa Pada Siklus II Pada siklus II peneliti berperan sebagai observer pada kegiatan pembelajaran matematika kelas III dengan menggunakan metode simulasi. Peneliti juga dibantu satu guru sebagai observer dua yang juga mengamati jalannya proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas. Hasil dari observasi kedua observer adalah sebagai berikut : Tabel 4.4. Aktivitas Siswa Siklus II No.
Penilaian
Aspek Penilaian
Observer I (%)
52
Observer II (%)
I
Pra Pembelajaran
91
91
II
Pelaksanaan 83,3
91
89
91
C. Kegiatan Akhir
83,3
83,3
III
Suasana Pembelajaran
100
87,5
IV
Pemanfaatan Sumber Belajar
87,7
75
V
Penutup
87,7
81
Rata-rata
88,85
85,68
A. Kegiatan Awal B. Kegiatan Inti
Dari tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa persentase aktivitas siswa pada obsever I adalah 88,85% dan pada observer II adalah 85,68. Jika dijumlahkan persentase aktivitas siswa pada observer I dan observer II persentasenya adalah 87,26%. Dalam aktivitas persentase sebesar 87,26% termasuk dalam kategori aktif, didalam indikator kinerja, aktivitas siswa dianggap aktif jika mencapai indikator ketercapaian sebesar 80%. Jadi pada siklus II aktivitas siswa sudah meningkat, skor indikator kinerja yaitu 87,26%. 4.3.2. Hasil Belajar Palam siklus I, proses belajar mengajar menggunakan metode simulasi dengan tugas mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) dan media pembelajaran berupa uang mainan dan uang logam. Guru menjelaskan tentang mengenal beberapa nilai mata uang, menghitung nilai beberapa mata uang dan menentukan kesetaraan nilai mata uang dengan berbagai satuan mata uang lainnya. Indikator kinerja pada siklus I dikatankan berhasil jika nilai test siklus I yang diperoleh siswa ≥ 60 atau 80% dari jumlah siswa yang ada dan nilai rata-rata ≥ 75.
53
Hasil evaluasi pada akhir siklus sebagai tingkat pemahaman siswa tentang nilai mata uang yang telah disampaikan oleh guru masih kurang dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 40 dari 20 siswa. 14 siswa dinyatakan mampu memenuhi indikator kinerja yang telah ditetapkan. Jika dipersentase maka sebesar 70% serta nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 70. Sehingga pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dinyatakan belum berhasil. Dari hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan. Maka hasil tes siswa pada pelaksanaan siklus I sebagai berikut: Tabel 4.5. Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Siklus I No
Nilai
1
Sebelum Tindakan
Keterangan
Frekuensi
Persentase (%)
30 – 49
1
5
Belum Tuntas
2
50 – 59
5
25
Belum Tuntas
3
60 – 69
1
5
Tuntas
4
70 – 79
4
20
Tuntas
5
80 – 89
4
20
Tuntas
6
90 – 100
5
25
Tuntas
20
100
Jumlah Nilai Rata-rata
70
Nilai Tertinggi
90
Nilai Terendah
40
Dari tabel hasil belajar siswa pada siklus I di atas dapat disimpulkan bahwa dari 20 siswa SDN 03 Madyogondo diketahui untuk nilai 30 s/d 49 sebanyak 1 siswa (5%), 50 s/d 59 sebanyak 5 siswa (25%), untuk nilai 60 s/d 69 sebanyak 1 siswa (5%), nilai 70 s/d 79 sebanyak 4 siswa (20%), nilai 80 s/d 89 sebanyak 4
54
siswa (20%) dan yang mendapatkan nilai 90 s/d 100 sebanyak 5 siswa (25%). Nilai rata-rata 70, nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 40. Secara lebih rinci, hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada gambar 4.3 di bawah ini :
Gambar 4.3. Diagram Hasil Belajar Siswa Mata Pelajara Matematikan Siklus I Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) data hasil perolehan nilai siklus I dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.6. berikut : Tabel 4.6. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Siklus I Jumlah Siswa No. Ketuntasan Belajar Jumlah Persen (%) 1. Tuntas 14 70 2. Belum tuntas 6 30 Jumlah 20 100
Dari analisis hasil belajar siswa siklus I, masih ada 6 siswa yang belum tuntas atau belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal sekolah yaitu 60. Hal tersebut belum sesuai dengan indikator kinerja yang ingin dicapai oleh peneliti yaitu sebesar 80% siswa tuntas pada mata pelajaran matematika materi aritmatika sosial
55
pokok bahasan uang. Secara lebih rinci, ketuntasan hasil evaluasi siklus I dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut :
Gambar 4.4. Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Siklus I Gambar 4.4 mendeskripsikan ketuntasan belajar matematika siswa pokok bahasan uang. 14 siswa telah tuntas dalam pembelajaran yaitu 70% tuntas dan 6 siswa masih belum tuntas yaitu 30%. akan tetapi dalam siklus I indikator kinerja belum tercapai yaitu 80% siswa tuntas dalam pembelajaran matematika materi aritmatika sosial pokok bahasan uang. Dalam siklus I, proses belajar mengajar menggunakan metode simulasi dengan tugas mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) dan media pembelajaran berupa uang mainan dan uang logam. Guru menjelaskan tentang mengenal beberapa nilai mata uang, menghitung nilai beberapa mata uang indikator kinerja belum tercapai sehingga peneliti perlu
mengadakan perbaikan yaitu dengan
pelaksanaan siklus II pada mata pelajaran matematika materi aritmatika sosial pokok bahasan uang yaitu jual beli. Indikator kinerja pada siklus II dikatankan berhasil jika nilai evaluasi siklus II yang diperoleh siswa ≥ 60 atau 80% dari jumlah siswa yang ada serta nilai rata-rata yang diperoleh siswa ≥ 75.
56
Hasil evaluasi pada akhir siklus sebagai tingkat pemahaman siswa tentang nilai mata uang yang telah disampaikan oleh guru sudah meningkat dengan baik yaitu dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 50 dari 20 siswa. 18 siswa dinyatakan mampu memenuhi indikator kinerja yang telah ditetapkan. Jika dipersentase maka sebesar 90% serta nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 75. Sehingga pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dinyatakan berhasil dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tabel 4.7. Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Siklus II No
Nilai
1
Sebelum Tindakan
Keterangan
Frekuensi
Persentase (%)
30 – 49
0
0
-
2
50 – 59
2
10
Tidak Tuntas
3
60 – 69
3
15
Tuntas
4
70 – 79
4
20
Tuntas
5
80 – 89
5
25
Tuntas
6
90 – 100
6
30
Tuntas
20
100
Tuntas
Jumlah Nilai Rata-rata
75
Nilai Tertinggi
100
Nilai Terendah
50
Dari tabel hasil belajar siswa pada siklus II di atas dapat disimpulkan bahwa dari 20 siswa SD N Madyogondo 03 Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang. Diketahui tidak ada siswa yang mendapatkan nilai 30 s/d 49, nilai 50 s/d 59 sebanyak 2 siswa (10%), nilai 60 s/d 69 sebanyak 3 siswa (15%), nilai 70 s/d 79 sebanyak 4 siswa (20%), nilai 80 s/d 89 sebanyak 5 siswa (25%) dan yang mendapatkan nilai 90 s/d 100 sebanyak 6 siswa (30%). Nilai rata-rata 70, Nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 100. 57
Secara lebih rinci, hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada gambar 4.5 di bawah ini :
Gambar 4.5. Diagram Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematikan Siklus II Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) data hasil perolehan nilai siklus I dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.8. berikut : Tabel 4.8. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Siklus II Jumlah Siswa No. Ketuntasan Belajar Jumlah Persen (%) 1. Tuntas 18 90 2. Belum tuntas 2 10 Jumlah 20 100
Dari hasil belajar siswa siklus II, diperoleh data bahwa 2 siswa yang belum tuntas atau belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal sekolah yaitu 60 dan 18 siswa telah tuntas dan memperoleh nilai diatas nilai ketuntasan minimal. Hal tersebut belumlah sesuai dengan idikator kinerja yang ingin dicapai oleh peneliti yaitu sebesar 80% siswa tuntas pada mata pelajaran matematika materi aritmatika
58
sosial pokok bahasan uang serta nilai rata-rata yang diperoleh siswa ≥ 75. Secara lebih rinci, ketuntasan hasil tes siklus II dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut :
Gambar 4.6. Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Siklus II Gambar 4.6 mendeskripsikan ketuntasan belajar matematika siswa materi aritmatika sosial pokok bahasan uang (jual beli). 18 siswa telah mencapai indikator kinerja yaitu 90% tuntas dan 2 siswa masih belum tuntas yaitu 10% serta nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 75. Hasil kegiatan mengajar guru dan siswa kelas III SDN Madyogondo 03 Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang dengan menggunakan metode simulasi, peneliti sebagai berikut : 4.3.3. Analisis Kegiatan Mengajar Guru 1.
Analisis Kegiatan pembelajaran Guru Siklus I Pada siklus I, peneliti berperan sebagai observer I dan dibantu oleh teman sejawat sebagai observer II sedangkan kegiatan pembelajaran tetap dilakukan oleh guru kelas dengan mennggunakan metode simulasi pada pelajaran matematika materi aritmatika sosial pokok bahasan uang. Hasil dari observer adalah sebagai berikut :
59
Tabel 4.9. Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika Siklus I No.
Penilaian
Aspek Penilaian
Observer I (%)
Observer II (%)
91
75
83
91
80,8
73,5
C. Kegiatan Akhir
75
83
III
Suasana Pembelajaran
75
87,5
IV
Pemanfaatan Sumber Belajar
87,5
87,5
V
Penutup
81
81
VI
Evektivitas Pengelolaan Waktu
75
75
81,03
81,68
I
Pra Pembelajaran
II
Pelaksanaan A. Kegiatan Awal B.
Kegiatan Inti
Rata-rata
Dari tabel 4.9 dapat dijelaskan bahwa persentase kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa dari observer I adalah 81,03% dan pada observer II adalah 81,68. Jika dijumlahkan presentase kegiatan pembelajaran adalah 81,35%, jadi kegiatan mengajar guru dengan melihat persentase diatas guru sudah menguasai metode simulasi. Ditunjukkan dari persentase kegiatan guru sebesar 81,35%. Guru dianggap telah menguasai metode simulasi jika persentase kegiatan guru mencapai 80% atau lebih. 2.
Analisis Kegiatan Proses Pembelajaran Siklus II Pada siklus II, peneliti berperan sebagai observer I dan dibantu oleh teman sejawat sebagai observer II sedangkan kegiatan pembelajaran tetap dilakukan oleh guru kelas dengan menggunakan metode simulasi pada pelajaran matematika materi aritmatika sosial pokok bahasan uang. Hasil dari observer adalah sebagai berikut :
60
Tabel 4.10. Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika Siklus II No.
Penilaian
Aspek Penilaian
Observer I (%)
Observer II (%)
91
91
91
91
88,2
83,3
C. Kegiatan Akhir
91
83,3
III
Suasana Pembelajaran
87,5
100
IV
Pemanfaatan Sumber Belajar
87,5
87,5
V
Penutup
83,7
87,5
VI
Evektivitas Pengelolaan Waktu
100
100
89,98
90,45
I
Pra Pembelajaran
II
Pelaksanaan A. Kegiatan Awal B.
Kegiatan Inti
Rata-rata
Dari tabel 4.10 dapat dijelaskan bahwa prosentase kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa dari observer I adalah 89,98% dan pada observer II adalah 90,45, jika dijumlahkan persentase kegiatan pembelajaran adalah 90,21%. Jadi kegiatan mengajar guru dengan melihat persentase diatas guru sudah menguasai metode simulasi. 4.4.
Analisis Hasil Penelitian
Berdasarkan paparan hasil penelitian di atas makan dapat diketahui peningkatan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa melalui penerapan metode simulasi. Hal-hal yang dapat dilihat peningkatannya yaitu pada aspek aktivitas siswa, hasil belajar siswa dan kegiatan mengajar guru.
4.4.1. Tingkat Aktivitas Siswa
61
Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi siswa yang cukup baik dan menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, hal ini dapat dilihat pada tabel 4.11 dibawah ini : Tabel 4.11. Rekapitulasi Pengelompokan Aktivitas Siswa Pada Siklus I dan II No.
Tahapan
Pengambilan Data
Persentase (%)
1
Siklus I
Observer
72,56
2
Siklus II
Observer
87,26
4.4.2. Hasil Belajar Siswa Nilai Rata-rata siswa berdasarkan tes formatif (nilai awal), evaluasi dari siklus I dan siklus II selalu mengalami kenaikan hal ini dapat dilihat dari tabel 4.12 hasil nilai rata-rata tes formatif (nilai awal), evaluasi siklus I dan siklus II. Tabel 4.12. Rekapitulasi Pengelompokan Nilai Rata-rata Siswa Mata Pelajaran Matematika Pada Tes Formatif (Kondisi Awal), Siklus I dan siklus II No.
Tahapan
Nilai Rata-rata
1
Pra Siklus
49,75
2
Siklus I
70
3
Siklus II
75
Berdasarkan tabel 4.12 Tampak bahwa pada kondisis awal nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 49, 75 dan terdapat peningkatan yaitu pada siklus I menjadi 70 akan tetapi pada siklus I indikator kinerja belum tercapai yaitu nilai rata-rata siswa ≥ 75 sedangkan nilai rata-rata pada siklus II yaitu 75 sehingga dapat dikatakan bahhwa pada siklus II indikator kinerja telah tercapai yaitu nilai rata-rata siswa 75. Pada tabel 4.12 jika dituangkan dalam diagram adalah sebagai berikut :
62
Gambar 4.7. Rekapitulasi Pengelompokan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Pada Tes Formatif (Kondisi Awal), Siklus I dan siklus II Gambar 4.7 mendeskripsikan nilai rata-rata pada kondisi awal sebelum tindakan adalah 49,75 dan nilai rata-rata setelelah penggunaan metode simulasi pada sikllus I adalah 70 serta pada siklus II adalah 75. Hasil Belajar siswa berdasarkan tes formatif (nilai awal), evaluasi dari siklus I dan siklus II selalu mengalami kenaikan yang cukup signifikan, hal ini dapat dilihat dari tabel 4.12 hasil nilai tes formatif (nilai awal), evaluasi siklus I dan siklus II. Tabel 4.13. Rekapitulasi Pengelompokan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Pada Tes Formatif (Kondisi Awal), Siklus I dan siklus II No. 1 2
Nilai Tuntas Belum Tuntas Jumlah
Kondisi Awal Jml Persent Siswa ase 7 35
Siklus I Jml Persent Siswa ase 14 70
Siklus II Jml Persent Siswa ase 18 90
13
65
6
30
2
10
20
100
20
100
20
100
Berdasarkan tabel 4.12 diatas tampak bahwa pada kondisi awal, dari 20 siswa hanya terdapat 7 anak tuntas (35%) dalam pembelajaran matematika materi aritmatika sosial pokok bahasan uang dan 13 anak masih belum tuntas (65%) 63
tidak tuntas. Pada Siklus I tampak terjadi peningkatan ketuntasan siswa setelah penerapan metode simulasi yaitu 14 siswa tuntas (70%), dan 6 siswa belum tuntas (30%). Siswa dikatakan tuntas jika mencapai indikator kinerja sebesar 80% sehingga dapat dikatakan pada siklus I indikator kinerja ketuntasan siswa belum tercapai sehingga perlu diadakan perbaikan pada siklus II. Pada Siklus II tampak terjadi peningkatan ketuntasan siswa setelah penerapan metode simulasi yaitu 18 siswa tuntas (90%) dalam pembelajaran dan hanya 2 siswa belum tuntas (10%). Siswa dikatakan tuntas jika mencapai indikator kinerja sebesar 80% sehingga dapat dikatakan pada siklus II indikator kinerja tercapai. Pada tabel 4.13 jika dituangkan dalam diagram adalah sebagai berikut :
Gambar 4.8. Diagram Rekapitulasi Pengelompokan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Tes Formatif (Kondisi Awal), Siklus I dan Siklus II Gambar 4.7 mendeskripsikan ketuntasan hasil belajar siswa dari kondisi awal sebelum tindakan yaitu 35% siswa tuntas dalam pembelajaran dan 65% belum tuntas. Setelah pengguaan metode simulasi yaitu siklus I yaitu 70% siswa tuntas 64
dan 30% siswa belum tuntas dan siklus II yaitu 90% siswa tuntas dan 10% siswa belum tuntas. Dari grafik tersebur terlihat peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari kondisi awal ke siklus I dan siklus II. Indikator kinerja yang ditetapkan pada bab III adalah 80% siswa tuntas dalam pembelajaran. Dengan melihat gambar diatas maka pada siklus I indikator kinerja belum tercapai akan tetapi pada siklus II indikator kinerja sudah tercapai yaitu 80% siswa tuntas dalam pembelajaran matematika materi aritmatika sosial pokok bahasan uang dengan menggunakan metode simulasi. Pada tabel 4.12 jika dituangkan dalam grafik adalah sebagai berikut :
Gambar 4.8. Grafik Rekapitulasi PengelompokanKetuntasan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Tes Formatif (Kondisi Awal), Siklus I dan Siklus II Gambar 4.8 mendeskripsikan ketuntasan hasil belajar siswa dari kondisi awal yaitu 7 siswa tuntas dalam pembelajaran dan 13 belum tuntas. Siklus I yaitu 14 siswa tuntas dan 6 siswa belum tuntas dan siklus II yaitu 18 siswa tuntas dan 2 siswa tidak tuntas. 4.4.3. Kegiatan Guru Dalam Pembelajaran 65
Dalam proses pembelajaran menunjukkan adanya peningkatan persentase kegiatan belajar mengajar hal ini dapat dilihat pada tabel 4.13 dibawah ini : Tabel 4.13. Rekapitulasi Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika Siklus I dan Siklus II No
Tahapan
Pengambilan Data
Persentase (%)
1
Siklus I
Observer
81,35
2
Siklus II
Observer
90,21
Tabel 4.10 mendeskripsikan kegiatan guru dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa. Pada siklus I hasil observasi yang dilakukan oleh observer adalah 81,35% dan mengalami peningkatan pada siklus II yaitu sebesar 90,21%. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru telah dapat menerapkan dan menguasai metode simulasi. 4.4.4. Hasil wawancara Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru kelas pada akhir siklus II adalah sebagai berikut : Sebelum kegiatan pembelajaran guru melakukan persiapan yaitu dengan menyiapkan materi yang akan diajarkan, Rpp dan alat peraga. Dalam kegiatan pembelajaran matematika biasanya siswa kurang antusias dan cenderung jenuh atau bosan hal tersebut ditunjukkan dengan siswa tidak pernah mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran matematika diluar pembelajaran matematika, akan tetapi setelah menggunakan metode simulasi pada pembelajaran matematika pokok bahasan uang siswa terlihat lebih antusias walaupun keadaan kelas menjadi lebih gaduh karena siswa lebih asik melakukan kegiatan simulasi.
66
Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada pokok bahasan uang adalah 49,75, hal tersebut disebabkan karena guru masih menggunakan metode konvensional dalam mengajar. Setelah menggunakan metode simulasi terjadi peningkatan terhadap nilai rata-rata siswa yaitu pada siklus I yaitu 70 dan pada siklus II 75,5. Siswa lebih siap dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru pada pembelajaran matematika pokok bahasan uang dengan menggunakan metode simulasi dibandingkan pada saat menggunakan metode konvensional dan jawaban yang diberikan oleh siswa atas pertanyaan yang yang diajukan oleh guru tentang uang sesuai dengan yang diharapkan. Siswa terlihat sangat antusias dan merasa senang dalam proses pembelajaran karena mereka mempraktekkan secara langsung kegiatan pertukaran uang dan kegiatan jual beli. Dalam rangka meningkatkan hasil belajar pelajaran matematika, guru juga memberikan PR kepada siswa, akan tetapi siswa lebih menyukai jika PR dikerjakan secara berkelompok dari pada individu, hal yang dilakukan guru apabila siswa tidak mengerjakan PR adalah memberikan sanksi berupa PR tambahan, hal tersebut dilakukan agar siswa tidak malas dan mengajarkan sikap disiplin serta bertanggung jawab. Akan tetapi pembelajaran matematika tentang uang mengalami hambatan yaitu literatur yang tersedia hanya sebatas buku paket dan LKS sedangkan alat peraga yang menunjang pembelajaran belum ada contoh : uang mainan, CD pembelajajaran dan LCD. Pedoman wawancara guru dapat dilihat pada lampiran.
67
4.5. Pembahasan Hasil observasi sebelum tindakan yang dilakukan di kelas III SDN Madyogondo 03 Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Semester II Tahun pelajaran 2011/2012 ditemukan bahwa tingkat pemahaman siswa masih rendah, hal ini disebabkan siswa diberikan pemahaman tentang materi “Aritmatika Sosial” Pokok Bahasan “Uang” melalui metode ceramah saja yang dilakukan oleh guru, sehingga anak hanya berangan-angan belaka, tanpa memperlihatkan sesuatu atau hal yang nyata yang sering dialami oleh siswa. Proses pembelajaran sebelum tindakan menunjukkan bahwa siswa masih pasif, karena tidak diberi respon yang menantang. Siswa masih bekerja secara individual, tidak tampak kreatif siswa maupun gagasan yang muncul. Siswa terlihat jenuh dan bosan tanpa gairah karena pembelajaran selalu monoton sehingga nilai rata-rata pelajaran Matematika rendah, khususnya pada materi aritmatika sosial pokok bahasan uang. Nilai rata-rata yang didapatkan siswa sebelum tindakan adalah 49,75. Siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM=60) hanya 7 siswa atau 35% sedangkan siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal sebanyak 13 siswa atau 65%. Nilai tertinggi yang berhasil di dapatkan oleh siswa sebelum tindakan adalah 80 sedangkan nilai terendahnya adalah 30. Adanya perbandingan yang signifikan antara jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas karena siswa yang sudah mencapai ketuntasan sudah dapat menangkap materi yang disajikan oleh guru walaupun hanya dengan ceramah saja, karena ke 7 siswa ini memang mempunyai daya tangkap yang lebih
68
dibandingkan teman-temannya yang lain walaupun hanya dengan mendengarkan saja, sedangkan 13 siswa yang lain belum bisa menangkap materi yang disajikan oleh guru hanya dengan ceramah saja karena daya tangkap mereka rendah jika hanya mendengarkan saja, sehingga diperlukan tindakan sesuai dengan usia anak sekolah dasar yang masih dalam tahapan operasional konkrit (7- 11 th). Siswa akan lebih paham bila siswa dapat melihat sesuatu yang konkrit atau nyata. Hoban dan Casberque (dalam Saputro, 2004: 140) menyebutkan penggunaan simulasi dalam pembelajaran, dapat memudahkan (1) belajar dan retensi hasil belajar, (2) transfer hasil belajar, (3) pemahaman siswa, (4) pembentukan sikap, dan (5) motivasi belajar. Teori tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu terjadi peningkatan hasil belajar, memudahkan belajar, transfer hasil belajar, pemahan siswa, pembentukan sikap serta motivasi dalam belajar. Hasil belajar Matematika dapat dilihat dari perolehan nilai pada siklus I dan siklus II yaitu : 1. Siklus I Nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 70. 6 siswa (30%) belum tuntas dalam pembelajaran dan 14 siswa (70%) tuntas dalam pembelajaran. 2. Siklus II Nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 75. 2 siswa (10%) belum tuntas dalam pembelajaran dan 18 siswa (90%) tuntas dalam pembelajaran. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hary
Pangesti dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Siswa Materi Aritmatika
69
Sosial Dengan Menggunakan Simulasi Transaksi Jual Beli”. Bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa kelas II di SD Sambiroto 04 Semarang Tahun 2004/2005”. Untuk mengatasi rendahnya pemahaman belajar siswa maka diperlukan pembelajaran yang berorientasi pada keadaan yang sebenarnya salah satunya dengan menggunakan pembelajaran dengan metode simulasi. Berdasarkan perolehan nilai yang didapatkan pada siklus I dan siklus II didapatkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi aritmatika sosial pokok bahasan uang kelas III SDN Madyogondo 03 Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2011/2012, karena pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi siswa dapat belajar sesuatu yang konkrit atau nyata dan sarana alat peraga berupa uang
mainan juga dapat menambah aspek kegembiraan dan kesenangan bagi siswa, karena siswa dapat belajar sambil bermain. Situasi ini mendukung efektivitas proses pembelajaran yaitu dengan langsung terlibat pada aktivitas (learning by doing) siswa akan lebih memahami dan mengerti tentang sesuatu yang siswa lakukan.
70