BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PAUD Apel Kelurahan Dutulanaa Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. PAUD Apel Kelurahan Dutulanaa terdapat di jalan Merpati kelurahan Dutulanaa Kecamatan Limboto. PAUD ini didirikan tahun 2004. Pimpinan PAUD Apel sekarang ini adalah Endrawati Duawulu. Sebelumnya PAUD Apel memiliki pengelola yang berstatus Non PNS yaitu Maryam Pakaya. PAUD Apel Kelurahan Dutulanaa Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo mempunyai 1 ruangan guru, 1 ruangan TPA dan 2 ruang belajar untuk dan . tahun ajaran 2011/2012 jumlah anak yang bersekolah di PAUD ini sebanyak 32 anak yang terbagi dalam 3 layanan, yaitu kelompok berrmain, SPS dan TPA. Profesi orang tua yang ada di PAUD Apel Kelurahan Dutulanaa Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo sebagian besar berprofesi sebagai tukang bentor yaitu sebanyak 53% sedangkan 47% lainnya tersebar pada profesi lain yaitu PNS, Tukang, Wiraswasta. PAUD Apel Kelurahan Dutulanaa Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo memiliki fasilitas belajar sebagai berikut; APE dalam yang terdiri dari balok, puzzle angka, puzzle huruf hijaiyah, mandi bola, alat pertukangan, rambu lalu lintas, dan 7 sentra. Sedangkan APE luar terdiri dari ayunan, mangkuk putar, kuda-kudaan, perahu goyang, dan jungkitan . Berbagai fasilitas yang tersedia tersebut digunakan secara maksimal untuk mengembangkan kemampuan 32 anak PAUD yang ada di PAUD Apel Kelurahan Dutulanaa Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo.
4.1.2 Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di PAUD Apel Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan pada anak yang berjumlah 20 anak. Peneliti adalah Guru PAUD Apel Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo dan menjadi mitra kerja adalah Guru di PAUD Apel Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Penelitian dilaksanakan selama dua siklus. Pelaksanaan kegiatan pada setiap siklus mengacu pada Rencana Kegiatan Harian serta lembar pengamatan yang telah disiapkan. Sebelum mengadakan kegiatan siklus I dan siklus II peneliti melakukan observasi awal terhadap subjek penelitian untuk mendapatkan gambaran
awal
tentang kondisi penelitian
penelitian. Pada kegiatan observasi awal ini peneliti mengidentifikasi pemahaman belajar anak. Dari hasil identifikasi melalui kegiatan observasi awal menunjukkan bahwa kemampuan anak dalam logika matematika belum optimal. Realitas yang ditemukan bahwa anak pada umumnya belum mengenal cara melakukan pengenalan konsep banyak dan sedikit dalam bentuk yang sederhana. Sebagian anak bahkan belum mengenal angka-angka dalam berhitung. Dalam konteks yang bersamaan hasil penjumlahan dua bilangan asli belum dapat anak ketahui secara pasti karena kurang menguasai proses penjumlahan. Terkait temuan pada kegiatan observasi yang dilakukan tersebut selanjutnya menjadi dasar dilaksanakannya penelitian ini. Adapun gambaran riil tentang kemampuan anak dalam logika matematika dalam kegiatan pembelajaran pada saat observasi awal dipaparkan sebagai berikut: 1) Observasi Awal Observasi awal dilaksanakan pada tanggal 27 April 2012. Mengacu pada kegiatan observasi awal yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa terdapat 6 anak (30%) yang memiliki kemampuan logika matematika yang baik sedangkan sebanyak 14
anak (70%)
lainnya memiliki kemampuan yang kurang baik dalam logika matematika. Hasil
pengamatan dalam kegiatan observasi awal ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 1: Hasil Pengamatan Observasi Awal
Pengamat
I II Persentase
Persentase Aspek Yang Diobservasi Mengenal konsep Mengenal konsep Mengenal banyak dan bilangan lambang bilangan sedikit M 7 7 35
KM 5 5 25
TM 8 8 40
M 6 6 30
KM 6 6 30
TM 8 8 40
M 5 5 25
KM 7 7 40
TM 8 8 40
Rata-Rata Kemampuan Logika Matematika M 6 6 30
KM 6 6 30
TM 8 8 40
Keterangan Mengenal konsep banyak dan sedikit M KM TM
= Mampu = Kurang Mampu = Tidak Mampu
Mengenal konsep bilangan M KM TM
= Mampu = Kurang Mampu = Tidak Mampu
Mengenal lambang bilangan M KM TM
= Mampu = Kurang Mampu = Tidak Mampu
Hasil pengamatan observasi awal menunjukkan perlu adanya perbaikan terhadap pemahaman belajar anak. Berdasarkan hasil amatan yang ditunjukkan oleh 3 indikator ini secara riil menunjukkan bahwa kemampuan anak dalam logika matematika belum optimal bahkan berada jauh dibawah indikator kinerja yang diharapkan. Kondisi riil yang menunjukkan kurang optimalnya kemampuan anak dalam logika matematika ditunjukkan oleh beberapa hal sebagai berikut : a. Anak pada umumnya belum mengenal konsep bilangan banyak dan sedikit b. Anak pada umumnya belum dapat mengenal lambang bilangan yang banyak dan sedikit c. Anak pada umunya belum mampu membedakan konsep sedikit dan banyak
d. Anak terlihat sangat ragu dalam menentukan konsep banyak dan sedikit e. Anak kurang tertarik dengan kegiatan pembelajaran karena guru hanya cenderung menggunakan ceramah untuk menunjukkan konsep banyak dan sedikit.
Berdasarkan temuan dalam kegiatan observasi awal di atas menunjukkan bahwa kemampuan anak dalam logika matematika belum optimal, sehingga realitas ini menjadi dasar dalam pelaksanaan siklus I untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan anak dalam logika matematika. 2) Siklus I Kegiatan siklus 1 dilaksanakan mengacu pada Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang telah direncanakan guru. Kegiatan siklus I ini dilaksanakan pada tanggal
11 Mei 2012.
Kegiatan siklus I yang dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
1) Guru
memperkenalkan permainan dadu kepada anak, 2) guru membagikan dadu dan memfasilitasi anak untuk bermain dadu, 3) anak diberi kesempatan dalam bermain dadu secara kelompok berlima, 4) anak dilatih untuk membandingkan angka yang yang diperoleh melalui lemparan dadu dengan angka yang didapatkan temannya dalam kelompok, 5) anak dengan difasilitasi guru menyimpulkan angka yang banyak dan angka sedikit yang diperoleh melalui lemparan dadu pada kelompok dan 6) guru memberikan penguatan terhadap peningkatan kemampuan anak dalam klogika matematika untuk membandingkan antara angka banyak dan sedikit. Dari pelaksanaan tindakan pada siklus I terjadi peningkatan kemampuan anak dalam logika matematika, dari 20 anak yang ada di PAUD Apel Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo menunjukkan bahwa 12 anak (60%) mampu meningkatkan meningkatkan kemampuannya dalam logika matematika secara optimal. Hasil analisis pengamatan kemampuan logika matematik anak pada siklus I pertemuan II tersebut diuraikan pada tabel berikut ini: Tabel 3: Hasil Pengamatan Siklus I Persentase Aspek Yang Diobservasi Pengamat
Mengenal konsep banyak dan sedikit
Mengenal konsep bilangan
Mengenal lambang bilangan
Rata-Rata Kemampuan Logika Matematik
I II Persentase
M 13 13 65
KM 5 5 25
M 12 12 60
TM 6 6 30
KM 6 6 30
TM 2 2 10
M 11 11 55
KM 7 7 35
TM 2 2 10
M 12 12 60
KM 6 6 30
TM 2 2 10
Keterangan Mengenal konsep banyak dan sedikit M KM TM
= Mampu = Kurang Mampu = Tidak Mampu
Mengenal konsep bilangan M KM TM
= Mampu = Kurang Mampu = Tidak Mampu
Mengenal lambang bilangan M KM TM
= Mampu = Kurang Mampu = Tidak Mampu
Berdasarkan tabel di atas jelas menunjukkan terjadi peningkatan kecerdasan logika matematika anak dalam mengenal konsep banyak dan sedikit setelah dilakukan tindakan siklus I. Dari kegiatan siklus I yang berhasil dirangkum oleh lembar pengamatan menunjukkan beberapa hal sebagai berikut : a. Sebagian anak mulai mengenal konsep bilangan banyak dan sedikit meskipun masih dalam bimbingan guru b. Anak pada umumnya sangat tertarik dengan penggunaan dadu dan tulisan
untuk
mengenal konsep banyak dan sedikit c. Sebagian anak mulai
mengenal lambang bilangan yang banyak dan sedikit melalui
permainan dadu yang dilakukan. d. Sebagian anak anak mulai mampu mampu membedakan konsep sedikit dan banyak
e. Anak mulai memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam menentukan konsep banyak dan sedikit, hal ini ditunjukkan dengan sikap proaktif anak terhadap hasil perolehannya melalui permainan dadu dan tulisan angka. f. Anak sangat ertarik dengan kegiatan pembelajaran karena guru menggunakan permainan yang disenanginya untuk menunjukkan konsep banyak dan sedikit. Berdasarkan hasil analisis pada siklus I menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan anak dalam logika matematika. Tetapi tingkat capaian rata-rata kemampuan anak
dalam logika matematika
belum mencapai indikator kinerja yang diharapkan oleh karenanya
penelitian dilanjutkan ke siklus yang kedua. 3) Siklus II Pelaksanaan kegiatan siklus II dilaksanakan mengacu pada berbagai kelemahan yang dialami pada siklus I. Pelaksanaan siklus II diadakan pada tanggal 18 Mei 2012. Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan lebih terfokus pada peningkatan kemampuan anak dalam logika matematika. Pada siklus II ini guru kembali menyiapkan kelas dan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif agar anak dapat belajar dengan baik. Kegiatan siklus II dilaksanakan dengan cara:
1) guru membagikan dadu dan memfasilitasi anak
untuk bermain dadu, 2) anak diberi kesempatan dalam bermain dadu secara berpasangan, 3) anak dilatih untuk membandingkan angka yang yang diperoleh melalui lemparan dadu dengan angka yang didapatkan temannya dalam kelompok, 4) anak dengan difasilitasi guru menyimpulkan angka yang banyak dan angka sedikit yang diperoleh melalui lemparan dadu pada kelompok dan 5) guru memberikan
penguatan terhadap peningkatan kemampuan anak dalam klogika
matematika untuk membandingkan antara angka banyak dan sedikit. Dari hasil pelaksanaan siklus II terjadi peningkatan yang sangat signifikan terkait kemampuan anak dalam logika matematika. Dalam konteks ini terdapat 15 orang (75%) dari 20 orang anak yang sudah menunjukkan kemampuan anak dalam logika matematika
sesuai
dengan yang diharapkan guru. Hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II ditampilkan sebagai berikut: Tabel 4: Hasil Pengamatan Siklus II Persentase Aspek Yang Diobservasi Pengamat
Mengenal konsep banyak dan sedikit
Mengenal konsep bilangan
Mengenal lambang bilangan
Rata-Rata Kemampuan Logika Matematik
I II Persentase
M 16 16 80
KM 2 2 10
TM 2 2 10
M 15 15 75
KM 3 3 15
TM 2 2 10
M 14 14 70
KM 4 4 20
TM 2 2 10
M 15 15 75
KM 3 3 15
TM 2 2 10
Keterangan Mengenal konsep banyak dan sedikit M KM TM
= Mampu = Kurang Mampu = Tidak Mampu
Mengenal konsep bilangan M KM TM
= Mampu = Kurang Mampu = Tidak Mampu
Mengenal lambang bilangan M KM TM
= Mampu = Kurang Mampu = Tidak Mampu
Dari hasil refleksi bersama diperoleh hal-hal sebagai berikut : a. Anak pada umumnya telah mengenal konsep bilangan banyak dan sedikit serta mampu berpartisipasi dalam melakukan permainan dadu pada setiap kelompok b. Anak pada umumnya sangat tertarik dengan penggunaan dadu dan tulisan
untuk
mengenal konsep banyak dan sedikit. Hal ini menjadi motivasi bagi anak dalam meningkatkan kemampuannya untuk mengenal konsep bilangan banyak dan sedikit c. Anak pada umumnya telah mengenal lambing bilangan yang banyak dan sedikit melalui permainan dadu yang dilakukan. d. Anak pada umunya mampu membedakan konsep sedikit dan banyak, hal ini ditunjukkan
dengan membandingkan tulisan angka 3 dengan 5 pada kertas angka yang telah disiapkan dengan dadu yang digunakan dalam permainan e. Anak mulai memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam menentukan konsep banyak dan sedikit, hal ini ditunjukkan dengan sikap proaktif anak terhadap hasil perolehannya melalui permainan dadu dan tulisan angka. f. Anak pada umumnya sangat tertarik dengan kegiatan pembelajaran karena guru menggunakan permainan yang disenanginya untuk menunjukkan konsep banyak dan sedikit.
Dari analisis pelaksanaan tindakan pada siklus II menunjukkan bahwa secara umum kemampuan anak dalam logika matematika
telah mencapai tingkat yang optimal. Hal ini
ditunjukkan dengan tercapainya indikator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Terkait dengan temuan pada siklus II ini maka pelaksanaan penelitian tidak dilanjutkan ke siklus III karena telah mencapai indikator kinerja bahkan telah melewati batas indiaktor kinerja yang diharapkan. 4.2. Pembahasan Kecerdasan logika matematika merupakan bagian dari kecerdasan majemuk yang dikembangkan pada anak usia dini. Kecerdasan ini berkaitan dengan pengenalan angka kepada anak. Secara konsepsional Binet (dalam Sukardi, 2008 49) mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk bersikap kritis terhadap diri sendiri. Sementara itu, Wechsler (dalam Sukardi 2008:49) mendefinisikan intelegency sebagai kemampuan untuk bertindak dengan mencapai suatu tujuan untuk berfikir secara rasional dan untuk berhubungan dengan lingkungannya secara efektif. Sedangkan Terman (dalam Sukardi 1990: 50) mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan berfikir abstrak. Berdasarkan pendapat di atas penulis berpandangan bahwa kecerdasan (intelegency) adalah sebagai kemampuan dasar untuk berfikir abstrak dalam mengadakan penyesuaian diri dengan menggunakan akal budi untuk mencapai tujuan serta dalam rangka berhubungan dengan lingkungan secara efektif. Terkait dengan pengertin kecerdasan logika matematis Prayudi (2007:1) mengemukakan bahwa kecerdasan logika matematis adalah kecerdasan dalam hal angka dan logika. Ini adalah kecerdasannya para ilmuwan, akuntan, programmer. Kecerdasan ini memiliki kemampuan dalam
hal penalaran, pengurutan, berfikir dalam pola sebab akibat, berhipotesa, keteraturan konseptual dan numerik serta berpandangan yang rasional. Pendapat tersebut menunjukkan titik tekan dari kecerdasan logika matematika terkait dengan kecerdasan dalam hal angka dan logika. Kecerdasan logika matematika secara dini perlu diperkenalkan pada anak agar anak memiliki kemampuan yang optimal dalam memahami konsep angka yang diajarkan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperkenalkan konsep pengenalan konsep banyak dan sedikit yaitu dilakukan dengan menggunakan permainan dadu. Permainan dadu dapat merangsang serta memotivasi anak untuk melakukan penjumlahan dengan menggunakan kartu angka yang telah disiapkan dengan menggunakan dadu. Melalui Permainan dadu anak dapat melakukan pengenalan konsep banyak dan sedikit secara kelompok, secara berpasangan maupun secara individu. Teknik ini dapat mengembangkan kemampuan anak dalam mengenal konsep banyak dan sedikit karena anak memperoleh pengalaman kontekstual dalam memahami
dalam logika matematika. Hal ini menjadikan pembelajaran berhitung menjadi
bermakna dan dapat dikenal anak dengan baik Hasil penelitian terkait dengan upaya untuk meningkatkan kemampuan anak dalam logika matematika telah menunjukkan keberhasilan sebagaimana yang diharapkan. Kegiatan obsevasi awal menunjukkan bahwa hanya 6 anak (30%) yang memiliki kemampuan yang baik dalam logika matematika, sedangkan sebanyak 14 anak (70%) lainnya memiliki kemampuan yang baik kurang baik dalam logika matematika dari 20 anak yang ada di PAUD Apel Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Terkait dengan kondisi riil tersebut maka dilakukan kegiatan penelitian melalui siklus I. Kegiatan siklus I dilakukan dengan cara 1) memperkenalkan permainan dadu kepada anak, 2)
guru membagikan dadu dan memfasilitasi anak untuk bermain dadu, 3) anak diberi kesempatan dalam bermain dadu secara kelompok berlima, 4) anak dilatih untuk membandingkan angka yang yang diperoleh melalui lemparan dadu dengan angka yang didapatkan temannya dalam kelompok, 5) anak dengan difasilitasi guru menyimpulkan angka yang banyak dan angka sedikit yang diperoleh melalui lemparan dadu pada kelompok dan 6) guru memberikan penguatan terhadap peningkatan kemampuan anak dalam klogika matematika untuk membandingkan antara angka banyak dan sedikit. setelah melalui kegiatan siklus i pertemuan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan anak dalam logika matematika menjadi 12 anak atau 60% dari 20 anak yang ada di PAUD Apel Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Beberapa fakta yang terkait dengan keberhasilan dalam anak dalam meningkatkan kecerdasan logika matematika ditunjukkan dengan beberapa hal sebagai berikut; a) sebagian anak mulai mengenal konsep bilangan banyak dan sedikit meskipun masih dalam bimbingan guru, b) anak pada umumnya sangat tertarik dengan penggunaan dadu dan tulisan
untuk
mengenal konsep banyak dan sedikit, c) sebagian anak mulai mengenal lambang bilangan yang banyak dan sedikit melalui permainan dadu yang dilakukan, d) sebagian anak anak mulai mampu mampu membedakan konsep sedikit dan banyak, e) anak mulai memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam menentukan konsep banyak dan sedikit, hal ini ditunjukkan dengan sikap proaktif anak terhadap hasil perolehannya melalui permainan dadu dan tulisan angka, dan f) anak sangat tertarik dengan kegiatan pembelajaran karena guru menggunakan permainan yang disenanginya untuk menunjukkan konsep banyak dan sedikit. Namun demikian hasil yang dicapai melalui siklus I ini belum maksimal, sehingga dipandang perlu untuk melanjutkannya pada siklus yang ke II.
Pada pelaksanaan siklus II guru lebih melakukan kegiatan bimbingan secara optimal dan mendorong anak dalam logika matematika melalui permainan dadu. Untuk mengoptimalkan hasil yang dicapai guru melakukan pendampingan terhadap anak yang melakukan pengenalan konsep banyak dan sedikit dengan menggunakan permainan dadu. Setiap peningkatan kemampuan anak dalam mengenenal konsep pengenalan konsep banyak dan sedikit dengan menggunakan permainan dadu diberikan
reinforcement (penguatan) sehingga anak lebih
termotivasi untuk mencari hasil yang tepat dari kegiatan penjumlahan yang dilakukan. Dalam konteks yang bersamaan guru memfasilitasi anak untuk melakukan kegiatan permainan dadu secara berpasangan dan individu sehingga lebih menambah dan mengembangkan kemampuan anak dalam mengenal konsep banyak dan sedikit dan melakukannnya dengan baik sehingga mencapai hasil yang tepat. Strategi yang dilakukan di atas memberikan hasil optimal, dengan meningkatnya tingkat persentase anak yang memiliki kemampuan yang baik dalam logika matematika hingga mencapai 15 anak (75%) dari 20 orang anak yang ada PAUD Apel Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Fakta yang terlihat terkait peningkatan kemampuan logika matematika anak ditunjukkan beberapa hal sebagai berikut; a) anak pada umumnya telah mengenal konsep bilangan banyak dan sedikit serta mampu berpartisipasi dalam melakukan permainan dadu pada setiap kelompok, b) anak pada umumnya sangat tertarik dengan penggunaan dadu dan tulisan untuk mengenal konsep banyak dan sedikit. Hal ini menjadi motivasi bagi anak dalam meningkatkan kemampuannya untuk mengenal konsep bilangan banyak dan sedikit, c) anak pada umumnya telah mengenal lambang bilangan yang banyak dan sedikit melalui permainan dadu yang dilakukan, d) anak pada umunya mampu membedakan konsep sedikit dan banyak, hal ini ditunjukkan dengan membandingkan tulisan angka 3 dengan 5 pada kertas angka yang
telah disiapkan dengan dadu yang digunakan dalam permainan, e) anak mulai memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam menentukan konsep banyak dan sedikit, hal ini ditunjukkan dengan sikap proaktif anak terhadap hasil perolehannya melalui permainan dadu dan tulisan angka, dan f) anak pada umumnya sangat tertarik dengan kegiatan pembelajaran karena guru menggunakan permainan yang disenanginya untuk menunjukkan konsep banyak dan sedikit. Temuan tersebut menunjukkan hasil yang sangat signifikan dimana kemampuan anak dalam
logika matematika
mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan. Temuan ini
menunjukkan bahwa permainan dadu sangat membantu untuk meningkatkan kemampuan anak dalam logika matematika. Hasil wawancara yang dilakukan dengan anak menunjukkan bahwa anak mampu mengembangkan kemampuan logika matermaka setelah belajar. Mereka sekarang telah mampu membedakan angka banyak dan sedikit melalui permainan dadu. Sebagian besar anak mengaku tidak kebingungan lagi karena telah melakukan
sendiri permainan dadu sehingga mampu
mengenal konsep banyak dan sedikit dengan menggunakan permainan dadu. Anak-anak terlihat sangat antusias sehingga selalu berharap agar belajar proses pengenalan konsep banyak dan sedikit dilakukan guru dengan menggunakan permainan dadu. Terkait dengan temuan penelitian ini permainan dadu dapat dijadikan sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan kemampuan anak dalam logika matematika. Dengan strategi ini diharapkan mampu mengembangkan kemampuan anak secara optimal dalam logika matematika sejak dini.