29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kota Gorontalo sebagai ibukota Provinsi Gorontalo merupakan kota yang menyediakan pendidikan mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai ketingkat perguruan tinggi. Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berada di Kota Gorontalo terdiri dari 16 Sekolah Negeri dan 5 Sekolah Swasta yang tersebar di beberapa Kecamatan yang berada di Kota Gorontalo. Di antaranya Kecamatan Dungingi, Kecamatan Hulonthalangi, Kecamatan Kota Selatan, Kecamatan Kota Tengah, Kecamatan Kota Timur, Kecamatan Sipatana, Keca matan Kota Utara, dan Kecamatan Kota Barat. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Kota Gorontalo, dimana dari 22 Sekolah Menengah Pertama yang berada di Kota Gorontalo hanya 7 sekolah (31,81%) yang terdapat penjual makanan jajanan yang menggunakan saos tomat sebagai bahan pelengkap rasa. Dari data yang di peroleh bahwa Sekolah Menengah Pertama yang berada di Kota Gorontalo terdapat 21 Sekolah (95,5%) Menengah Pertama di bawah naungan Dinas Pendidikan dan 1 (4,54%) Sekolah Menengah Pertama di bawah naungan Departemen Agama. Pada penelitian ini dari 7 sekolah terdapat 13 penjual makanan jajanan yang menggunakan saos tomat dan diperoleh sampel sebanyak 14 sampel, dimana terdapat 1 penjual makanan jajanan yang menggunakan 2 merk saos tomat yang berbeda.
30
Adapun jumlah penjual makanan jajanan yang menggunakan saos tomat secara keseluruhan di lingkungan Sekolah Menengah Pertama Kota Gorontalo disajikan pada tabel 4.1 adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 :Distribusi Penjual Makanan Jajanan Yang Menggunakan Saos Tomat Di Lingkungan Sekolah Menengah Pertama Kota Gorontalo Tahun 2013 Jumlah Penjual Makanan Jajanan Lokasi Sekolah n % SMP 1 SMP 2 SMP 3 SMP 4 SMP 6 SMP 7 MTs. Alkhairat Jumlah Sumber : Data Primer 2013
2 2 1 2 2 2 2 13
15,38 15,38 7,70 15,38 15,38 15,38 15,38 100,0
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa penjual makanan jajanan yang menggunakan saos tomat berjumlah 13 penjual yang tersebar di beberapa Sekolah Menengah Pertama Kota Gorontalo. Dari 7 Sekolah ada 6 sekolah yang terdapat 2 penjual (15,38%) dan 1 sekolah (7,70%) yang terdapat 1 penjual. 4.1.2 Karakteristik Sampel (Saos Tomat) Saos tomat yang dijadikan sampel pada penelitian ini ialah saos tomat yang digunakan pada makanan jajanan di lingkungan Sekolah Menengah Pertama yang berjumlah 14 sampel dengan merk yang berbeda. Saos tomat digunakan pada makanan jajanan seperti pentolan, pangsit, nasi goreng, dan bakso. Saos tomat yang digunakan ada yang berasal dari pasar modern dan ada juga yang berasal dari pasar tradisional, seluruh saos tomat yang digunakan oleh penjual makanan jajanan berasal dari pasar tradisional (Tabel 4.2) karena penjual lebih
31
senang belanja di pasar tradisional dengan alasan mudah dijangkau dan relatif murah. Dan saos tomat yang digunakan ada yang berisi dalam kemasan sachet dan adapula yang berisi dalam kemasan botol. Sebelum digunakan oleh penjual terlebih dahulu saos tomat di tambahkan air sedikit dengan alasan agar mudah di tumpah karena terlalu kental sehingga sangat sulit untuk di tumpah. 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Saos Tomat Sumber saos tomat yang digunakan oleh penjual makanan jajanan di lingkungan Sekolah Menengah Pertama dapat di lihat pada tabel 4.2 sebagai berikut : Tabel 4.2 :Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Saos Tomat Yang Digunakan Pada Makanan Jajanan Di Lingkungan Sekolah Menengah Pertama Kota Gorontalo Tahun 2013 Sumber Saos Tomat
Jumlah
Pasar Modern Pasar Tradisional Total Sumber : Data Primer
n 0 14 14
% 0,0 100,0 100,0
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 14 saos tomat yang digunakan pada makanan jajanan di lingkungan Sekolah Menengah Pertama semuanya berasal dari pasar tradisional yaitu sebanyak 14 Saos Tomat (100%) . 4.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Memperhatikan Tanggal Kadaluarsa Pada Saos tomat Responden
yang
memperhatikan
tanggal
kadaluarsa
atau
tidak
memperhatikan tanggal kadaluarsa disaat membeli saos tomat yang digunakan pada makanan jajanan dapat di lihat pada tabel 4.3 sebagai berikut :
32
Tabel 4.3 :Distribusi Responden Berdasarkan Memperhatikan Tanggal Kadaluarsa Pada Saos Tomat Yang Digunakan Pada Makanan Jajanan Di Lingkungan Sekolah Menengah Pertama Kota Gorontalo Tahun 2013 Memperhatikan Tanggal Kadaluarsa
Jumlah n 14 0 14
Ya Tidak Total Sumber : Data Primer Berdasarkan
tabel
4.3
dapat
% 100,0 0,0 100,0
diketahui
bahwa
semua
responden
memperhatikan tanggal kadaluarsa di saat membeli saos tomat yaitu sebanyak 14 responden (100%). 4.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Label BPOM Pada Saos Tomat Kemasan saos tomat yang tercantum label BPOM dapat di lihat pada tabel 4.4 sebagai berikut : Tabel 4.4 :Distribusi Responden Berdasarkan Label BPOM Pada Saos Tomat Yang Digunakan Pada Makanan Jajanan Di Lingkungan Sekolah Menengah Pertama Kota Gorontalo Tahun 2013 Jumlah
Tercantum Label BPOM Ya Tidak Total Sumber : Data Primer
n 9 5 14
% 64,29 35,71 100,0
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 14 saos tomat ada 9 kemasan saos tomat yang tercantum label BPOM (69,23%) dan 5 kemasan saos tomat yang tidak tercantum label BPOM (35,71%).
33
4.2.4 Distribusi Responden berdasarkan Kemasan Saos Tomat Kemasan saos tomat yang digunakan dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut : Tabel 4.5 :Distribusi Responden Berdasarkan Kemasan Saos Tomat Yang Digunakan Pada Makanan Jajanan Di Lingkungan Sekolah Menengah Pertama Kota Gorontalo Tahun 2013 Jumlah
Kemasan Saos Tomat Botol Sachet Total Sumber : Data Primer
n 13 1 14
% 92,30 7,70 100,0
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dari 14 saos tomat yang digunakan pada makanan jajanan di lingkungan Sekolah Menengah Pertama Kota Gorontalo saos tomat yang berisi dalam kemasan botol sebanyak 13 saos tomat (92,30%) dan yang berisi dalam kemasan sachet 1 saos tomat (7,70%). 4.2.5 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Subyek dalam penelitian ini adalah Sekolah Menengah Pertama Kota Gorontalo yang terdapat penjual makanan jajanan yang menggunakan saos tomat. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 14 sampel. Adapun hasil pengujian Laboratorium dapat dilihat pada tabel berikut :
34
Tabel 4.6 : Hasil Pengujian Kadar Natrium Benzoat Pada Saos Tomat Yang Digunakan Pada Makanan Jajanan Di Lingkungan Sekolah Menengah Pertama Kota Gorontalo Tahun 2013 Hasil Lokasi Kode Konversi Penjual Uji Ket Sekolah Sampel (g/kg) (ppm)* Nasi Goreng A 16,07 0,02 MS SMP 4 Mie Bakso B 16,83 0,02 MS Mie Bakso C 9,18 0,009 MS SMP 6 Pentolan D 19,89 0,02 MS Nasi Goreng E 5,97 0,006 MS SMP 7 Mie pangsit F 11,63 0,01 MS Nasi Goreng G 9,79 0,009 MS SMP 1 Burger H 8,57 0.009 MS I 89,66 0,09 MS Nasi Goreng SMP 2 J 122,71 0,12 MS Mie Bakso K 175,19 0,18 MS SMP 3 Nasi Goreng L 19,13 0,02 MS Pentolan M 122,71 0,12 MS MTs Pentolan N 509,95 0,51 MS Sumber : *Laboratorium Badan Standardisasi Industri Manado 2013 Keterangan : MS = Memenuhi syarat Berdasarkan tabel 4.6 dapat di ketahui bahwa berdasarkan uji Laboratorium Baristand Manado seluruh sampel saos tomat yang ditambahkan bahan pengawet natrium benzoat hasilnya dengan kadar bervariasi. Kadar natrium benzoat pada saos tomat yang tertinggi yaitu di sekolah MTs pada penjual pentolan dengan kode sampel N yakni sebanyak 509,95 ppm atau jika di konversi dalam g/kg adalah 0,51 g/kg. Sedangkan sampel yang terendah yaitu di sekolah SMP 7 pada penjual nasi goreng dengan kode sampel E sebanyak 5,97 ppm atau jika di konversi dalam g/kg adalah 0,006 g/kg.
35
4.3 Pembahasan Sampel berupa saos tomat di ambil dari penjual makanan jajanan yang berjualan di lingkungan Sekolah Menengah Pertama Kota Gorontalo. Peneliti melakukan kunjungan sekaligus pengumpulan sampel saos tomat di beberapa Sekolah Menengah Pertama Kota Gorontalo yang terdapat pada penjual makanan jajanan yang menggunakan saos tomat sebagai pelengkap rasa yang di lakukan pada tgl 30 Oktober 2013. Sekolah Menengah Pertama yang berada di Kota Gorontalo terdapat 21 Sekolah Menengah Pertama, namun pada saat penelitian hanya 7 sekolah yang terdapat penjual makanan jajanan yang menggunakan saos tomat ke dalam makanan jajanan. Dari ke tujuh sekolah tersebut terkumpul 14 sampel saos tomat dengan berat masing-masing 100 gr. Setelah terkumpul saos tomat tersebut di tuang dalam botol kaca kemudian diberikan kode, setelah itu sampel dikemas dan di bawa ke Laboratorium Baristand Manado dengan menggunakan alat transportasi darat untuk dilakukan pengujian kadar natrium benzoat. Berdasarkan hasil wawancara dengan 13 Responden dari 14 saos tomat yang digunakan oleh penjual makanan jajanan semuanya berasal dari pasar tradisional (Tabel 4.2) dengan alasan pasar tersebut lebih mudah dijangkau atau dekat dengan tempat tinggal dan lebih menghemat ongkos transportasi mereka sehingga banyak menguntungkan bagi penjual dibandingkan dengan pasar modern tidak ada prektek jual beli dimana pembeli tidak bisa menawar harga yang dijual. Pasar tradisional yang berada di Kota Gorontalo biasanya terdiri dari kios-kios
36
yang dibuka oleh penjual dan kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan. Hasil wawancara bahwa semua penjual
memperhatikan tanggal
kadaluarsa (Tabel 4.3) setiap membeli saos tomat, karena mereka mengetahui apabila menggunakan suatu produk yang sudah kadaluarsa akan membahayakan kesehatan manusia dan tidak halal untuk di konsumsi, hal itu mereka ketahui melalui akses informasi baik di televisi maupun surat kabar ataupun media lainnya. Kualitas kemasan merupakan bagian dari daya tarik dalam memasarkan suatu produk maka segala keserasian dan kselarasan dalam mengemas barang harus diperhatikan oleh perusahaan juga dapat dijadikan identitas ke khasan produk, mulai dari informasi nilai gizi, label halal, dan yang terpenting tanggal kadaluarsa, maka dengan demikian kepercayaan konsumen akan suatu produk akan meningkat dan minimal dipertahankan (Fathonah, 2013).Kualitas produk harus sangat diperhatikan dalam memproduksi suatu produk karena produk yang berkualitas akan sangat dipercayai oleh konsumen untuk menjadi produk andalannya, sebaliknya jika kualitas produk tidak di pertahankan kebaikannya maka mungkin saja konsumen akan lari dan beralih pada produk lain (Fathonah, 2013). Dari 14 sampel saos tomat yang terdapat label BPOM (tabel 4.4) adalah sebanyak 9 sampel dan yang tidak terdapat label BPOM yaitu sebanyak 5 sampel dengan merk yang sama, berdasarkan hasil wawancara dengan penjual makanan jajanan bahwa sampel yang tidak terdapat label BPOM lebih mudah di dapatkan di pasar dan harganya sangat relatif murah, walaupun 9 sampel tersebut tidak
37
tercantum label BPOM namun kadar natrium benzoat yang terkandung di dalam saos tomat tidak melebihi ambang batas sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI No 722/Menkes/Per/IX/88 yakni 1 g/kg. Labelisasi obat dan makanan di tinjau dari pandangan masyarakat, maka kita akan berhadapan dengan kenyataan bahwa masyarakat, rakyat indonesia sekitar 90% adalah konsumen muslim. Karenanya keamanan pangan bagi 90% masyarakat indonesia harus terpenuhi, maka secara tidak langsung akan menjadi relatif aman pula bagi selain konsumen muslim indonesia. Bagi konsumen muslim, makanan yang aman tidak hanya sekedar terbebas dari bahaya fisik, kimia ataupun mikrobiologi, tetapi juga ada suatu unsur yang hakiki yaitu aman dari bahaya barang yang diharamkan dan diragukan (Adisasmito, 2008). Berdasarkan hasil pengujian Laboratorium menunjukan bahwa dari seluruh sampel yang di uji kadar natrium benzoat bervariasi. Untuk kadar natrium benzoat yang tertinggi yaitu di sekolah MTs pada penjual Pentolan dengan kode sampel N sebanyak 509,95 ppm atau di konversi dalam satuan g/kg adalah 0,51 g/kg sedangkan kadar natrium benzoat yang terendah yaitu di sekolah SMP 7 pada penjual nasi goreng dengan kode sampel E sebanyak 5,97 ppm atau jika di konversi kedalam satuan satuan g/kg adalah 0,006 g/kg. Data di atas menunjukkan bahwa hasil pengujian pada seluruh sampel yang mengandung kadar natrium benzoat pada saos tomat tidak melebihi ambang batas atau sesuai PERMENKES RI No 722/Menkes/Per/IX/88 yakni 1 g/kg. Hal ini berarti saos tomat yang digunakan layak untuk di konsumsi. Kadar natrium benzoat yang tertinggi Pada Sekolah MTs sampel kode N dikarenakan sebelum
38
digunakan saos tomat tersebut di masak terlebih dahulu dengan di tambahkan garam,air, dan bawang putih dan Kadar natrium benzoat terendah pada Sekolah SMP 7 sampel kode E hal ini di karenakan penjual tidak menambahkan air ataupun memasak saos tomat sebelum digunakan. Dan 12 (85,71%) sampel lainnya hanya di tambahkan air terlebih dahulu sebelum digunakan, dari 14 sampel saos tomat yang berisi dalam kemasan botol sebanyak 13 (19,86%) saos tomat dan yang berisi dalam kemasan sachet sebanyak 1 saos tomat pada kode sampel E. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumarni pada tahun 2012 di Kabupaten Gowa dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kadar natrium benzoat pada saos tomat dan kecap dari pabrik lebih tinggi dibanding produk dari pasaran dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain suhu, cahaya, penyimpanan, dan kadar air. Dari ke lima merk saos tomat yang digunakan semuanya layak untuk dikonsumsi dan masih aman bagi kesehatan masyarakat, dan dari ke lima saos tomat sebaiknya gunakan saos tomat kode sampel E, walaupun harganya agak sedikit mahal dari saos tomat merk lainnya.. Kadar natrium benzoat yang tidak melebihi ambang batas sesuai Peraturan Menteri Kesehatan
hal ini perlu di
pertahankan guna untuk kesehatan masyarakat secara umum dan untuk kesehatan anak sekolah secara khusus. Menurut Winarno 1986 dalam Mulyanti 2004 bahwa asam benzoat merupakan bahan pengawet yang digunakan pada bahan makanan yang bersifat asam, karena kelarutannya lebih besar maka biasa digunakan dalam bentuk garam,
39
bila semakin tinggi kadar benzoat yang digunakan maka mempengaruhi kadar air dan aktifitas air makanan, penambahan natrium benzoat pada saos tomat juga memperpanjang umur simpan. Bahan pengawet natrium benzoat yang berfungsi memperpanjang umur simpan dalam makanan atau minuman, namun apabila digunakan dalam dosis yang melebihi ambang batas maka akan merugikan dan berbahaya bagi kesehatan tubuh, natrium benzoat yang tidak terurai didalam tubuh akan terjadi penumpukan sehinnga dapat menimbulkan kejang-kejang terus menerus, hiperaktif serta menurunkan ketahanan badan dan pada akhirnya menyebabkan kematian (Mulyanti 2004).