1
Pembelajaran IPS Terpadu di SMPN 8 Satu Atap Tolangohula Hasnawi Tanaio1 , Dra. Hj. Resmiyati Yunus, M.Pd1 *, Sutrisno Mohamad, S.Pd.,M.Pd 1** Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu sosial Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK Hasnawi Tanaio, 231410106 “Pembelajaran IPS Terpadu Di SMP Negeri 8 SATU ATAP Tolangohula” Skripsi Program Studi SI Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo Bimbingan ibu Dra. Hj.Resmiyati Yunus,M.Pd dan Bapak Sutrisno. Mohamad, S.Pd., M.Pd. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertama, Proses Pembelajaran IPS Terpadu di SMPN 8 Satu Atap Tolangohula dan kedua, Faktor-Faktor yang mempengaruhi proses Pembelajaran IPS Terpadu di SMPN 8 Satu Atap Tolangohula. Berdasarkan tujuan Penelitian maka bentuk Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif deskkriptif. Tujuannya untuk memberikan suatu gambaran secara rinci, penuh makna dan mendalam tentang masalah yang berhubungan dengan Pembelajaran IPS Terpadu di SMPN 8 Satu Atap Tolangohula. Penelitian ini memiliki jenis Studi Kasus Tunggal, karena memiliki karakteristik permasalahan yang sama. Lebih lanjut Teknik Pengumpulan Data yang digunakan yaitu dengan Teknik Observasi, Wawancara dan mencatat Arsip dan Dokumen sedangkan untuk data-data sekunder berupa literatur yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa; pertama, Proses Pembelajaran IPS Terpadu di SMPN 8 Satu Atap Tolangohula sudah sesuai dengan konsep IPS terpadu. Sebelum Proses Pembelajaran IPS Terpadu di SMPN 8 Satu Atap Tolangohula di laksanakan segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran di sediakan agar berjalan dengan baik sesuai apa yang di harapkan. Proses Pembelajaran IPS Terpadu ada beberapa Tahapan yang akan di lalui, mempersiapkan materi yang sesuai dengan indikator pembelajaran yang tercermin dalam RPP, dengan Tahapan model pelaksanaan dengan melakukan kegiatan awal pembelajaran, selanjutnya kegiatan inti pembelajaran hingga kegiatan akhir pembelajaran (penutup). Kedua, faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran IPS Terpadu di antaranya kurangnya tenaga guru, terbatasnya sarana dan prasarana disekolah, kurangnya sumber atau buku cetak pelajaran IPS Terpadu, dan kurangnya penerapan metode dan model pembelajaran. Kata kunci : Pembelajaran IPS Terpadu
1
Hasnawi Tanaio, 231 410 106, 2014 Jurusan sejarah, Universitas Negeri Gorontalo, Jln . Jend. Sudirman, no. 6, Kab/Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo Telp.0435-827213, Fax.0435-827213 Email :
[email protected]
2
Konsep pembelajaran mengalami perubahan dan perkembangan secara terus menerus sesuai dengan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Salah satu perubahan dan
perkembangan
yang
dimaksud
adalah
perkembangan
sistem
pembelajaran.
Pengembangan sistem pembelajaran merupakan salah satu bentuk sistem intruksional yang banyak dilakukan dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan. Pembaharuan sistem pendidikan tersebut diusahakan serasi dengan tuntunan kebutuhan masyarakat; serasi pula dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi usaha pembaharuan sistem instruksi terutama diajukan untuk meningkatkan produktifitas pembelajaran. Pembelajaran IPS terpadu merupakan mata pelajaran yang diamanatkan dalam kurikulum satuan tingkat pendidikan (KTSP). Pembelajaran IPS terpadu bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi setiap hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai jika program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan dengan baik. Depdikbud (1996:3) menjelaskan bahwa model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik. Pembelajaran terpadu siswa dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat
menambah kekuatan untuk
menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Siswa terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara holistik, bermakna, otentik, dan aktif. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi siswa. Pengalaman belajar lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian yang relevan akan membentuk skema (konsep), sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar, pengetahuan, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan dan dunia nyata hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu (Williams, 1976:116).
3
Pengertian Pembelajaran “Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik” (Kunandar, 2007:265). Tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Pembelajaran dalam KTSP adalah pembelajaran dimana hasil belajar atau kompetensi yang diharapkan oleh siswa, sistem penyampaian dan indikator pencapaian hasil belajar dirumuskan secara tertulis sejak perencanaan dimulai. Menurut Djahiri (dalam Kunandar 2007: 265-266) proses pembelajaran prinsip utamanya adalah adanya proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar profesi diri siswa (fisik dan non fisik) dan kebermaknaannya bagi diri dan kehidupannya saat ini dan dimasa akan datang (life skill). Pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ditujukan untuk: 1. Memperkenalkan kehidupan kepada siswa sesuai dengan konsep yang direncanakan oleh UNESCO yakni learning to know (belajar mengetahui), learning to do (belajar melakukan), learning to be (belajar menjadi diri sendiri), dan Learning to live together (belajar hidup dalam kebersamaan); 2. Menumbuhkan kesadaran siswa tentang pentingnya belajar dalam kehidupan yang harus direncanakan dan dikelola dengan sistematis; 3. Memberikan kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada siswa agar mereka dapat belajar dengan tenang dan menyenangkan; 4. Menumbuhkan proses pembelajaran yang kondusif bagi tumbuh kembangnya potensi peserta didik melalui penanaman berbagai kompetensi dasar Mulyasa (dalam Kunandar 2007:266).
Selanjutnya Pembelajaran menurut (Djamarah, 2002:10) adalah: sebagai suatu sistem instruksional mengacu pada pengertian sebagai perangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Pembelajaran terjemahan dari kata 4
“instruction” yang terdiri dari self instruction (dari dalam internal) dan eksternal instruction (dari eksternal). Pembelajaran yang bersifat internal antara lain datang dari guru yang disebut teaching atau pengajaran. Pembelajaran yang bersifat eksternal prinsip-prinsip belajar dengan sendirinya akan menjadi prinsip-prinsip pembelajaran. Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru secara terprogram agar siswa mampu belajar secara aktif. Proses pembelajaran dilakukan untuk mengembangkan aktifitas dan kreatifitas siswa. Hal ini di kemukakan oleh Darsono (2002:25) ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut: a. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan
direncanakan
secara
sistematis.
Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar. b. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa. c. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik. d. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa. e. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik maupun psikologis. Heinz Kock (1981:16,19-20), menjelaskan tujuan Instruksional (Pembelajaran) uraian kemampuan atau perubahan tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh siswa setelah proses pembelajaran atau lebih singkat tujuan instruksional hasil pembelajaran yang diharapkan. Tujuan instruksional yang harus dicapai oleh siswa sesudah pelajaran serta guru dalam menyusun tujuan instruksional yang dioperasionalisasikan. Kata “operasionalisasi” asalnya dari ilmu operasionalisme. Titik pangkal operasionalisme adalah pengesahan, bahwa hanya sesuatu yang dapat diukur, diperiksa dan diulangi oleh orang lain baru dianggap benar. Arti dan masalah itu diungkapkan dalam pekerjaan ilmu pengetahuan yang bisa didasarkan atas “operasi” (pelaksanaan). Operasionalisasi tujuan instruksional dalam arti luas: pemberitahuan menyeluruh (lengkap) dari unsur-unsur perubahan tingkah laku siswa yang diharapkan dan bisa terlihat. Operasionalisasi tujuan instruksional dalam arti sempit: pemberitahuan pelaksanaan ukuran dengan mana unsur dari sebuah perubahan tingkah laku siswa bisa diketahui.
5
Operasionalisasi adalah suatu cara dalam suatu perubahan tingkah laku yang masih umum dan abstrak akan dibagikan sedikit demi sedikit sampai uraian-uraian perubahan tingkah laku yang dicapai dapat terlihat. Misalnya satu satuan pelajaran sembilan puluh menit (90 Menit) dalam menentukan satu tujuan Pembelajaran yang masih bersifat umum belum di operasionalisasikan. Tujuan yang bersifat khusus harus dijabarkan dari tujuan umum. Tujuan khusus harus mengandung pemberitahuan dengan hasil pembelajaran (perubahan tingkah laku
siswa)
bisa
terlihat.
Kata
kerja
indikator
yang
sering
dipakai
untuk
mengoperasionalisasikan tujuan pembelajaran : menyebutkan, mengatakan, menunjukan, membedakan, menerangkan, menghitung, menggunakan, mendemonstrasikan, menyusun, menggabungkan, menyimpulkan, membandingkan, menuliskan, dan menceritakan. Hal ini dikemukakan oleh Robert Mager ( dalam Heinz Kock 1981:23), “tujuan instruksional dan pembelajaran programer”, tujuan instruksional dioperasionalisasikan jika memenuhi tiga (3) kriteria: 1. Uraian tingkah laku siswa bisa ditinaju, sesudah pelajaran ( contoh, mengerti dan memahami) 2. Uraian syarat dengan nama tingkah laku siswa dapat diperiksa (misalnya, menjawab menulis dan membedakan) 3. Uraian skala nilai dengan nama di tentukan apakah tujuan itu dapat dicapai oleh siswa ( misalnya, jumlah soal dari suatu himpunan yang harus dijawab dengan benar). Lembaga menyelenggarakan serangkaian kegiatan pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Kegiatan tersebut mengandung tujuan tertentu, yaitu suatu tuntutan agar subjek belajar setelah mengikuti proses pembelajaran menguasai sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan isi proses pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran tersebut dikenal dengan nama tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus (TPU/TPK). TPU adalah tujuan yang hendak dicapai oleh suatu satuan kegiatan pembelajaran secara umum apa yang diharapkan dicapai subjek setelah mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan TPK secara spesifik mengemukakan secara rinci berupa pesan-pesan pembelajaran yang menjadi indikator kemampuan belajar yang dirumuskan dalam TPU. 6
Tujuan pembelajaran seperti yang di ungkapkan diatas maka diharapkan akan diperoleh suatu manfaat yang jelas dari proses pembelajaran. Manfaat yang dapat diperoleh antara lain : a) pengajaran menjadi lebih baik dan efektif, b) hasil belajar dapat dicapai lebih efisien, c) model pembelajaran yang sesuai dipilih secara lebih mudah, d) mudah cara menyusun alat evaluasi, e) hasil evaluasi akan lebih baik. Belajar sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga psiko-fisik untuk perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Selanjutnya Gagne (dalam Nurgiyantoro 1988: 58) menjelaskan “belajar adalah suatu proses yang memungkinkan organisme untuk mengubah tingkah laku dengan cepat dan bersifat permanen sehingga perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulang kali menghadapi situasi baru”. Daldjoeni (1981:6-9) mengemukakan istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan terjemahan apa yang ada didunia pendidikan dasar dan lanjutan Amerika Serikat dinamakan social studies. IPS diartikan penelaahan masyarakat. Siswa di sekolah lanjutan pertama melalui pengajaran sejarah, geografi, dan ekonomi diajak guru untuk menelaah masyarakat manusia baik yang terdapat di sekelilingnya maupun yang ada dinegeri lain baik yang ada dimasa sekarang dan dimasa lampau. Siswa dalam menghayati masa kontemporer dibekali pengetahuan tentang latar belakangnya. Usman Samatowa (2002:5) mengemukakan Pembelajaran adalah kegiatan yang meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mencapai tujuan pembelajaran di mana manusia terlibat dalam sistem pembelajaran yang terdiri dari siswa, guru, tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Materi meliputi buku-buku, papan tulis dan kapur, foto grafik, slide dan film, audio dan video tape, juga komputer; prosedur pembelajaran yang meliputi jadwal dan penyampaian informasi, praktek belajar, ujian dan sebagainya.
7
Pembelajaran terpadu terlaksanakan bila peristiwa otentik dan eksplorasi topik menjadi penggerak kurikulum. Pelaksanaan pendekatan bertolak dari suatu topik atau tema yang dipilih guru bersama siswa; dan tujuan dari tema untuk penjabaran dari bidang studi terkait dijadikan alat atau wahana untuk mempelajari dan menjelajahi topik atau tema tersebut. Pendekatan pembelajaran terpadu dapat dipandang sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan tingkat dasar, terutama dalam rangka mengimbangi pengkajian kurikulum yang terjadi dalam proses pembelajaran di sekolah. Pengkajian kurikulum mengandung unsur kebaikan, di pihak lain efeknya pada perkembangan anak, karena menuntut siswa mengerjakan aktifitas atau tugas melebihi kapasitas dan kebutuhan. Pembelajaran terpadu sebagai pendekatan baru untuk di kembangkan. Metode Tempat atau lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 8 Satu Atap Tolangohula Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Tempat ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena beberapa pertimbangan diantaranya, yaitu memiliki latar belakang yang berbeda diantaranya: kemampuan guru, latar belakang pendidikan, karakteristik lingkungan, masa kerja, manajemen kepala sekolah, fasilitas, sarana prasarana, dan kategori sekolah. waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu 3 bulan yaitu mulai dari bulan April sampai bulan Juni 2014. Bentuk dan Strategi Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Tujuannya untuk memberikan suatu gambaran secara rinci, penuh makna dan mendalam tentang masalah yang berhubungan dengan Pembelajaran IPS Terpadu di SMPN 8 Satu Atap Tolangohula. Penelitian ini memiliki jenis studi kasus tunggal, karena memiliki karakteristik permasalahan yang sama. Strategi yang diterapkan dalam 8
penelitian ini disebut juga studi kasus terperancang. Strategi ini dipilih karena permasalahan dan fokus penelitian sudah ditentukan dalam proposal, sebelum peneliti terjun dan menggali permasalahan dilapangan. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini digali dari berbagai sumber informasi sebagai berikut : a) Informan atau narasumber terdiri dari Kepala/Wakil kepala sekolah, guru IPS, dan siswa sesuai masalah yang diteliti b) Tempat dan peristiwa yaitu: mengamati proses pembelajaran yang dilakukan guru mata pelajaran IPS dan siswa dalam kelas disamping situasi dan kondisi lingkungan sekolah serta aktifitas siswa dalam proses pembelajaran. c) Arsip, yaitu surat-surat penting yang relevan dengan objek penelitian meliputi data tentang keadaan guru pengajar. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Observasi Penelitian ini, pada observasi dilakukan dengan cara turun langsung ke lokasi penelitian guna melihat secara detail kondisi riil yang terjadi di lapangan. Observasi dilakukan di SMPN 8 Satu Atap Tolangohula dan komponen yang menjadi fokus pengamatan pada kegiatan ini antara lain : a) Kondisi fisik sekolah serta kelengkapan lain yang menunjang proses pembelajaran IPS Terpadu misalnya buku cetak IPS, ruangan belajar, metode pembelajaran, media belajar lainnya.
9
b) Memahami proses pembelajaran di dalam kelas berupa pembelajaran IPS Terpadu oleh guru yang dimulai dari awal hingga akhir serta memantau keadaan siswa pada saat menerima pelajaran yang diberikan. 2. Wawancara Wawancara merupakan pengumpulan data dengan menemui informan yang dianggap dapat memberikan keterangan dengan menanyakan secara langsung tentang permasalahan yang diteliti. Wawancara ini dilakukan terhadap : a. Guru IPS, Wawancara diarahkan
pada seputar penyusunan program satuan
pembelajaran, cara memilih dan menggunakan metode pembelajaran hingga strategi pembelajaran dan sistem evaluasinya. b. Siswa, pengambilan informasi mengenai partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran hingga metode evaluasi yang diberikan c. Kepala/ Wakil kepala sekolah, wawancara mengenai sarana pembelajaran, latar belakang guru, dan kebijakan sekolah lainnya 3.
Mencatat Arsip dan dokumen Peneliti mencatat berbagai hal yang berkaitan dengan masalah pokok yang diteliti.
Arsip-arsip yang diperlukan dalam penelitian ini berupa model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, metode pembelajaran dan sistem penilaian. Teknik Cuplikan/Sampling Sesuai
bentuk dan strategi penelitian ini, maka teknik yang digunakan adalah
“purposive sampling dan creterion based selection”, karena dalam pengambilan sampel berusaha untuk memilih informan yang dianggap paling mengetahui informasi dan permasalahan mendalam serta dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang cocok. Pelaksanaannya, pemilihan informan bisa berkembang sesuai dengan kondisi yang ada, 10
kebutuhan yang timbul dan kemantapan peneliti untuk memperoleh data. Sifat sampel dalam penelitian ini dikenal dengan nama “internal sampling” karena mewakili informan dengan kedalamn dan kelengkapan data yang tidak ditentukan oleh jumlah sumber data dan mengarah pada generalisasi teoritis. Validitas Data Tingkat kevalidan data yang telah dikumpulkan, digunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi sumber adalah suatu teknik pengujian data yang mengarah pada keragaman sumber data, sedangkan triangulasi metode lebih mengarah pada perbedaan metode perolehan data yang dilakukan. Penelitian ini, data hasil wawancara dibandingkan dengan data yang diperoleh dari metode observasi dan bahan arsip. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. 1. Reduksi data Reduksi data merupakan bagian dari analisis data, yaitu suatu kegiatan analisis data yang dilaksanakan untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuat hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk dilakukan penarikan simpulan akhir. 2. Sajian data Sajian data merupakan rakitan kalimat atau rakitan informasi yang disusun secara logis dan sistematis sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan penarikan simpulan atau melakukaan tindakan lain berdasarkan pemahamannya. 3.
Penarikan simpulan/verivikasi
11
Penelitian kualitatif, peneliti dimungkinkan sudah dapat mengerti dan memahami arti dan hal-hal yang ditemui sejak awal pengumpulan data dengan melakukan pencatatan peraturan-peraturan, pola-pola, pernyataan, konfigurasi yang mungkin, arahan sebab akibat dan berbagai proposisi.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa guru yang ada di sekolah ini sebelum melaksanakan tugasnya sebagai guru dalam kegiatan pembelajaran IPS Terpadu pertama menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran seperti halnya mempersiapkan materi yang sesuai dengan indikator pembelajaran, yang tercermin dalam RPP. Meskipun guru masih membutuhkan bantuan dari pihak lain terutama dalam hal penyediaan buku ajar. Pembelajaran merupakan kegiatan yang di lakukan oleh guru secara terprogram agar siswa mampu belajar secara aktif. Hal yang dijelaskan diatas sangat penting dalam proses pembelajaran, karena untuk mendukung kegiatan belajar di dalam kelas agar siswa dapat menerima pelajaran yang akan diberikan serta menjadi acuan guru dalam mentransfer materi. IPS Terpadu merupakan seperangkat disiplin ilmu yang dipadukan atau dilebur menjadi satu kesatuan dari yang sebelumnya diajarkan secara terpisah. Dilebur menjadi satu kesatuan artinya bahwa kelompok dari disiplin ilmu sosial seperti ekonomi, geografi, sejarah, sosiologi, diajarkan bersama. Dilihat dari latar belakang pendidikan guru IPS di SMPN 8 Satu Atap Tolangohula memiliki basic pendidikan ekonomi yang mengajar di kelas VIII selanjutnya basic pendidikan Kewarganegaraan yang mengajar dikelas VII. Meskipun memiliki basic pendidikan yang berbeda semua guru harus menguasai konsep yang berkaitan dengan pembelajaran IPS Terpadu baik yang meliputi ; materi ekonomi, sejarah, geografi, sosiologi, dan antropologi. Terkait muatan materi tersebut diatas sangat membutuhkan kemampuan guru karena IPS Terpadu harus diajarkan secara multidimensional yang saling mengaitkan antara satu dengan yang lainnya. 12
Proses pembelajaran IPS Terpadu di SMPN 8 Satu Atap Tolangohula sudah sesuai dengan konsep IPS Terpadu, walaupun masih ada kendala yang dihadapi. Proses penyampaiannya diberikan secara bersama, artinya muatan dari IPS Terpadu seperti ekonomi, geografi, sejarah, ekonomi, di lebur menjadi satu sesuai dengan perintah dari kurikulum KTSP. Adapun metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah bervariasi. metode ini digunakan guru karena dilihat dari kondisi sekolah. Ceramah bervariasi merupakan metode dan model
yang masih bersifat tradisional. Di sekolah ini pula sebagian guru belum
menerapkan model pembelajaran, karena guru lainnya belum di ikutkan dalam pelatihanpelatihan pembelajaran. Alasannya karena guru yang ada masih dikatakan baru. Model dan metode pelaksanaan pembelajaran IPS Terpadu di sekolah ini yaitu di awali dengan tahapan kegiatan awal, kegiatan inti kemudian masuk pada kegiatan akhir pelajaran (penutup). Kegiatan awal merupakan kegiatan pendahuluan (introduction) pada dasarnya merupakan kegiatan awal yang harus ditempuh guru dan siswa pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran terpadu. Fungsinya terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
Proses Pembelajaran IPS Terpadu di SMPN 8 Satu Atap Tolangohula sudah sesuai dengan Konsep IPS Terpadu. Langkah awal yang dilakukan adalah mempersiapkan materi yang sesuai dengan indikator pembelajaran, yang tercermin dalam RPP, dan mempersiapkan buku cetak mata pelajaran Pembelajaran IPS
IPS Terpadu. Selanjutnya pada tahapan model pelaksanaan
Terpadu yaitu diantaranya; kegiatan awal (pendahuluan) dengan
melaksanakan kegiatan apersepsi (apperception), dan penilaian awal (pre-test), Kegiatan inti dalam
pembelajaran terpadu bersifat
situasional, adapun
dilakukan guru
adalah
memberitahukan tujuan atau Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh siswa beserta garis-
13
garis besar materi/bahan pembelajaran yang akan dipelajari. Selanjutnya kegiatan akhir pembelajaran (penutup) guru memberikan tugas dengan soal tanya jawab kepada siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pembelajaran IPS Terpadu di SMPN 8 Satu Atap Tolangohula, diantaranya sebagai berikut: a) rendahnya kemampuan dan tenaga guru, b) guru hanya terfokus pada satu metode belajar, c) Terbatasnya sumber atau buku cetak pelajaran IPS Terpadu (bahan ajar), d) Minimnya sarana dan prasarana di sekolah, dan e) minimnya ruangan belajar dengan menggunakan sistem gabungan.
Berdasarkan kesimpulan diatas , maka saran yang dapat diberikan melalui penelitian ini diantaranya : 1. Kepala sekolah sebagai penentu kebijakan sekolah harus memberikan perhatian kepada guru yang ada disekolah dengan memberikan dorongan dan motivasi agar dapat meningkatkan kemampuan dalam kegiatan belajar mengajar ,khususnya dalam pendekatan terpadu, baik melalui pelatihan, seminar, maupun lokakarya. 2. Guru sebaiknya lebih meningkatkan keaktifan pada pertemuan-pertemuan mata pelajaran, selanjutnya dalam proses pembelajaran perlu dilengkapi dengan media atau fasilitas pembelajaran yang cukup memadai agar menunjang dalam kegiatan pembelajaran IPS Terpadu serta nilai yang terkandung di dalamnya. 3. Dilihat pula dari kinerja guru yang ada di SMPN 8 satap Tolangohula perlu untuk terus di tingkatkan guna memberi hasil yang maksimal dalam meningkatkan proses pembelajaran IPS Terpadu. 4. Siswa selain itu pula diharapkan dapat mengembangkan keterampilan berbagai segi kehidupan, lebih meningkatkan kemampuan serta potensi yang dimilkinya agar dalam kegiatan belajar mengajar dapat berjalan secara aktif. 5. Sebagai orang tua siswa, lebih memberikan perhatian kepada anak-anaknya agar pada jam belajar diberikan waktu untuk belajar sendiri atau dengan bersama teman-teman (kelompok) agar supaya di sekolah nanti tidak merasa sulit dalam mengikuti proses pembelajaran.
14
DAFTAR PUSTAKA Daldjoeni, N. 1997. Dasar-Dasar IPS. PT Alumni : Bandung. Dimyati & Mudjono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Djamarah, Bahri Syaiful. 2005. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoretis. Jakarta : Rineka Cipta. Kock, Heinz. 1981. Saya Guru Yang Baik. Yogyakarta : Kanisius Samatowa, Usman. 2002. Pembelajaran Terpadu. Gorontalo : Perc “ Raisal”. Sugiyono.2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. Max Darsono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Kunandar. 2007.
Guru Profesional Implementasi Kurikulum KTSP Persiapan
Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
15
16