KEHIDUPAN MALAM KOTA GORONTALO (Studi Kasus Di Kota Gorontalo)
ABSTRAK Moh. Faisal saudale, Nim 281 409 083. “Kehidupan Malam kota Gorontalo (Studi Kasus di Kota Gorontalo)”di bawah bimbingan Bapak Farid th. Musa S.Sos MA dan Bapak Funco Tanipu, ST, MA. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap tiga hal, yakni: (1)bagaimana perilaku kehidupan malam free seks di Kota Gorontalo II?; (2) apa aktifitas yang mereka lakukan?; (3)faktorfaktor apa yang menyebabkan ada kehidupan malam di kota gorontalo?. Untuk mengungkap ketiga fenomena tersebut, penulis menggunakan metode kualitatif, baik untuk operasional maupun penyajian data. Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini yaitu di Kota Gorontalo. Adapun hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab adanya kehidupan malam yaitu: (1) masalah ekonomi (2) masalah keluarga(3) dan pergaulan, dan untuk menyelesaikan ini pemerintah dan masyarakat sekitar melakukan beberapa cara antara lain : (1) membuka lapangan kerja (2) sosialisasi (3) dan melakukan razia di kos-kosan dan tempat-tempat hiburan. Kata Kuci: kehidupan, free seks. Moh. Faisal Saudale, Nim 281 409 083. Pembimbing I, Farid th. Musa S.Sos MA. Pembimbing II, Funco Tanipu, ST, MA.
Pembicaraan tentang seks sangatlah menarik, apalagi dalam kehidupan masyarakat yang penuh dengan nilai-nilai kehidupan Timur yang didominasi oleh ajaran-ajaran agama dan budaya. Di dalam masyarakat tersebut telah diatur tingkah laku seksual atau nilai-nilai yang berhubungan dengan seks secara normatif. Konsep seks normatif adalah nilai-nilai yang telah terinstitusionalisasi dalam kehidupan masyarakat dan konsep ini yang dipandang sebagai etnik masyarakat dalam memperlakukan seks mereka (Bungin, 2003:92). Seksualitas merupakan kebutuhan biologis yang kodrati sifatnya seperti halnya kebutuhan makan, akan tetapi pemahaman seksualitas tidak lepas dari konteks sosial budaya yang telah ikut mengaturnya sebab itu pemahaman perilaku dan orientasi seksualitas dapat berbeda dari satu budaya ke budaya lain atau dari jangka waktu satu ke jangka waktu yang lain. Perubahan sosial mulai terlihat dalam persepsi masyarakat yang pada mulanya meyakini seks sebagai sesuatu yang sakral menjadi sesuatu yang tidak sakral lagi, maka saat ini seks sudah secara umum meluas di permukaan masyarakat. Ditambah dengan adanya budaya permisifitas seksual pada generasi muda tergambar dari pelaku pacaran yang semakin membuka kesempatan untuk melakukan tindakan-tindakan seksual juga adanya kebebasan seks yang sedang marak saat ini telah melanda kehidupan masyarakat yang belum melakukan perkawinan. Bahkan aktivitas seks pra-nikah tersebut banyak terjadi di kalangan remaja dan pelajar yang sedang mengalami proses pembudayaan dengan menghayati nilai-nilai ilmiah.1 merupakan suatu periode dalam rentang kehidupan, periode sebelum dan sesudahnya Hurlock,1993. Masa remaja juga merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu menjelang masa dewasa muda Ausubel dikutip dari (Haditono, 1994 dalam Soetjiningsih 2007:45). Pada dasawarsa terakhir, terdapat perubahan perilaku berpacaran, yaitu adanya kecenderungan untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah pada saat berpacaran demikian pula penelitian yang dilakukan oleh (Wijayanto, 2002), yang menyatakan bahwa 97,05 % dari 1.600 mahasiswi dari 16 kampus yang kos di Yogyakarta pernah melakukan hubungan seks pranikah. Remaja saat ini mengalami perubahan drastis dalam tingkah laku seksualnya bila dibandingkan dengan orang tuanya (Atkinson dkk, 1999). Lain halnya Ramonasari dalam (Al-Ghifari Abu, 2003) mengungkapkan bahwa hampir 80 % remaja melakukan hubungan seks sebelum nikah dengan pacarnya, dalam jangka waktu pacaran kurang dari satu tahun. Perilaku pacaran biasanya disertai dengan pola perilaku seksual mulai dari berciuman, 1 Ana alisa, perilaku seks pranikah di kalangan remaja (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Perilaku Seks Pranikah Di kalangan Remaja Kota Surakarta)surakarta, 2010, hlm 59.
bercumbu, hingga bersenggama (Hurlock, 1993). Saat ini pacaran menjadi suatu kebiasaan di kalangan remaja, remaja yang tidak memiliki pacar akan dikatakan kuno oleh teman sebayanya (Hermawan, 2003). Berbagai faktor mempengaruhi perilaku tersebut salah satunya disebabkan remaja mempunyai
persepsi
bahwa hubungan seks
merupakan
cara
mengungkapkan cinta, sehingga demi cinta, seseorang merelakan hubungan seksual dengan pacar sebelum nikah (Setyawan 2004), Kajian Mengenai Kehidupan Malam Di Kota Gorontalo Free seks (seks bebas) menurut Sarwono (1997) didefinisikan sebagai perilaku hubungan suami istri tanpa ikatan apa-apa, selain suka sama suka, bebas dalam seks. Hal ini berarti seks sudah bukan barang tabu, bebas untuk bertukar pasangan dalam hubungan seks, hidup bersama diluar nikah, suatu hubungan yang bebas tanpa ikatan batin antara pria dan wanita, baik dalam hubungan seks maupun pergaulan. Perilaku seks bebas ini mencakup berbagai macam bentuk perilaku seks, yaitu: berciuman, berpelukan, meraba tubuh dan bersenggama. Fishbein dan Ajzen (1975) mengartikan intensitas adalah besarnya usaha individu dalam melakukan sesuatu. Intensitas dalam hal ini mencakup beberapa faktor, yaitu : Suka dan tertarik, Kerelaan, menikmati, rutinitas, kegigihan.2 Perilaku seksual pranikah dipengaruhi oleh sikap seksual seseorang dimana sikap ini merupakan representasi dari 3 komponen proses yaitu labelling/ penafsiran tentang perilaku seksual pranikah dan aturan untuk melakukannya, penilaian terhadap seks pranikah serta struktur pengetahuan yang mendukung penilaian terhadap seks pranikah. Mahasiswa yang mempunyai sikap dan perilaku seksual yang tidak sehat pada akhirnya mendekatkan mereka kepada resiko terinfeksi berbagai macam penyakit menular seksual termasuk di dalamnya HIV dan AIDS. Akibat seks bebas pranikah juga mengakibatkan kehamilan diluar nikah sehingga harus menunda pendidikannya serta apabila tidak disikapi dengan baik mengakibat perilaku abortus dimana hal tersebut selain bertentangan dengan ajaran agama juga mengakibatkan kematian apabila abortus dilakukan oleh orang yang tidak berkompeten. Pengetahuan yang rendah disertai dengan kuatnya pengaruh teman sebaya pada usia remaja menjadikan mahasiswa untuk mempunyai sikap dan perilaku seksual yang tidak sehat yang pada akhirnya mendekatkan mereka kepada risiko terinfeksi berbagai macam penyakit
2 Abdul Amin, hubungan menonton sinetron percintaan dan membaca cerita percintaan dengan perilaku seks remaja, Pasuruan, 2000, hlm, 12.
menular seksual termasuk di dalamnya HIV dan AIDS. Karena pergaulan bebas yang mendorong mereka untuk melakukan perilaku seks berganti-ganti pasangan.3
METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ini dilakukan di kota Gorontalo. Alasan pemilihan lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian di kota Gorontalo karena pergaulan bebas tersebut kebanyakan remaja dan tampa mengenal usia. Sepanjang pengetahuan penulis, bahwa baru beberapa orang saja yang melakukan penelitian dengan basic ilmu sosiologi di lokasi penelitian di Kota Gorontalo Propinsi Gorontalo. Penelitian ini dilakukan selama 2 (dua)bulan terhitung sejak tahap perencanaan penelitian. Penelitian ini di laksanakan di Kota Gorontalo. Denzin dan Lincoln dalam Moleong, menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, pemanfaatan dokumen.4 Ada beberapa pertimbangan penulis dalam memilih metode kualitatif yaitu, pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih muda apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat antara peneliti dengan responden, ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan penajaman pengaruh bersama dengan pola-pola nilai yang dihadapi.5 Metode kualitatif tersebut menggunakan pendekatan deskriptif. Pendekatan deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap sesuatu yang sudah diteliti.6 Pada pendekatan deskriptif tersebut diharapkan dapat menggambarkan suatu maslah apa adanya dengan jelas dan tepat, dan penggunaan metode kualitatif ini untuk menjelaskan secara jelas tentang data di lapangan. Sumber data primer yakni sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.7 Responden dalam penelitian ini meliputi, tokoh masyarakat dan instansi 3
Pawestri, Dewi Setyowati, gambaran perilaku seksual pranikah pada mahasiswa pelaku Seks pranikah di universitas x Semarang, Semarang, 2012, hlm 172. 4 Lexi J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, PT RemajaRosdaKarya; Bandung, 2012 hal 5 5 Moleong,Ibid hlm 9 6 Moleong, Ibid hlm 9-10 7 Nawawi. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial Gadjah Mada University Press, Hal : 63
terkait serta semua responden yang dianggap mampu memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Sumber data sekunder yakni merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpulan data.8 Sumber dalam penelitian ini meliputi buku-buku atau literatur yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti. Data sekunder tertuju pada data yang diperoleh secara tertulis dan di gunakan terhadap objek penelitian dengan menggunakan berbagai referensi perpustakaan sebagai karangka penelitian. Setelah dilakukan dua cara di atas maka
dilakukakan selanjutnya teknik
pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mengumpulkan data, tanpa mengetahui tekhnik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini yakni: Reduksi Data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Langkah selanjutnya yaitu melakukan penyajikan data. Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menarasikannya dalam bentuk teks tertentu yang terorganisir secara sistematis. Dan langkah yang terakhir yaitu verifikasi data. Verifikasi data dimaksudkan untuk menarik kesimpulan dari keseluruhan yang telah direduksi dan didisplay guna menampilkan makna umum dan elemen-elemen data yang ada sebagai hasil akhir penelitian. Tindak lanjut dari verifikasi data adalah menyusun laporan dalam bentuk skripsi secara lengkap.
PEMBAHASAN Rendahnya
pengetahuan
tentang
kesehatan
seks
mengakibatkan munculnya
persepsi dan sikap yang kurang tepat dalam memandang perilaku seks. Serta dilihat dari faktor budaya orang timur yang masih memegang teguh norma-norma kesusilaan sehingga perilaku seks merupakan hal yang sangat bertentangan dengan norma dan adat orang timur. Pengetahuan yang rendah serta dengan kuatnya pengaruh teman seumurnya pada usia remaja menjadikan remaja untuk mempunyai sikap dan perilaku seks yang tidak sehat yang pada akhirnya mendekatkan mereka kepada resiko penyakit menular termasuk di dalamnya HIV dan AIDS. 8
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung. Alfabeta. Hlm 173
Hasil penelitian menunjukkan, para pelaku seks memiliki pengalaman melakukan hubungan intim. Sebagian besar pertama kali melakukan hubungan intim bersama pacar mereka di kos atau di rumah pacar mereka. Alasan saling sayang menjadi faktor utama yang membuat mereka melakukan hal tersebut. Walaupun setelah melakukan mereka memiliki perasaan takut jika diketahui orang tua mereka. Para remaja berusaha semaksimal mungkin untuk menyembunyikan perilaku seks mereka agar tidak diketahui orang lain terutama orang tua Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Perilaku free seks sudah menjadi fenomena di kalangan remaja dan masyarakat, tak terkecuali pada remaja di Kota Gorontalo khususnya di lingkungan siswa dan mahasiswa. 2. Faktor-faktor penyebab munculnya perilaku seks pra nikah beradasarkan hasil penelitian diantaranya adalah 1) Masalah ekonomi, hal ini memicu para remaja yang merasa tidak dapat memenuhi kebutuhan pribadi mereka mengambil jalan pintas dan mudah untuk mendapatkan uang dengan menjadi pelaku seks bebas. 2) Masalah keluarga, kegagalan fungsi keluarga, hal ini memicu mereka untuk berperilaku bebas bahkan melanggar norma sekalipun, karena merasa tidak ada yang peduli atau mencegah hal tersebut. 2) Pengaruh Lingkungan pergaulan, remaja di lingkungan yang kurang memadai, misalnya dekat dengan tempat pelacuran, maka kemungkinan akan terjadinya perilaku seks pranikah semakin besar. Juga adanya lingkungan teman-teman bergaulnya, dimana kebanyakan dari mereka melakukan seks bebas, hal itu juga akan mendorong si remaja untuk mengikuti pola perilaku seks tersebut.
PENUTUP Kesimpulan Sebagai harapan masa depan bangsa, seharusnya remaja mengetahui benar tanggung jawab dan kewajiban besar yang dibebankan di bahu mereka. Oleh karena itu, agar tidak terjerumus ke hal-hal negatif yang merugikan diri sendiri maupun pihak lain, maka mahasiswa harus membentengi diri dengan cara memperdalam pengetahuan agama dan bergaul dengan temanteman yang baik. Dengan cara-cara tersebut dapat terhindar dari pengaruh buruk lingkungan
yang akan menjerumuskan dalam perbuatan maksiat, yang merupakan pelanggaran terhadap agama maupun norma masyarakat. Sikap orang tua yang kurang memperhatikan anak bahkan untuk hal kecil seperti cara berpakaian ternyata berpengaruh terhadap perilaku seks bebas. Oleh karena itu orang tua harus meluangkan waktu untuk memperhatikan anak, serta mengontrol kegiatan mereka, mengawasi apabila mereka tinggal jauh dari orang tua. DAFTAR PUSTAKA BUKU Moleong, J. Lexi, (2013), Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), penerbit PT. Remaja Rosdakarya: Bandung Moleong Lexy J. 1990. Metode penelitian kualitatif. Konsep Karakteristik dan Inplementasi. CV.Maulana : Bandung. Nasution, (1988), Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif, Penerbit Tarasito: Bandung Nawawi. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial Gadjah Mada University Press. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung. Alfabeta. Singarimbun Masri & Effendi Sofian. 1989. Metode Penelitian Survai. LP3ES: Jakarta. Paul b Horton dan Cheter L Hunt, (1984), sosiologi, Penerbit Erlangga: Jakarta
JURNAL Ahmad taufik,(2013), persepsi remaja terhadap perilaku seks pra nikah, samarinda universitas.Mulawarman Sumber : Kartono, Kartini, Patologi Sosial Jilid 1, Ed.2, 12, Jakarta : Rajawali Pers, 2011. http://re-searchengines.com/0408tri.html Diposkan oleh mesya deviane putri di 10.26 Hurlock, E.B. (1994), Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Hidup (terjemahan). Jakarta: Erlangga Kakak.( 2002), Anak-anak Yang Dilacurkan, Masa Depan Yang Tercampakkan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. INTERNET Http://dewasastra.wordpress.com/2012/03/12/-seks-komersial-/About these ads
Diakses Tgl 24-02.14 pulul 22.30 WITA