FENOMENA WARIA DI KOTA GORONTALO
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini yakni untuk mengetahui bagaimana kehidupan Waria yang masyarakat awam memberikan label Banci dalam pergaulan sehari-hari serta reaksi sosial masyarakat Kota Gorontalo terhadap waria, dengan menggunakan metode penelitian kualitatif untuk mendekatkan peneliti terhadap apa yang sebenarnya terjadi pada Banci dan kehidupannya di lingkungan masyarakat. Munculnya Waria Dan Banci di tengah masyarakat bukanlah sesuatu fenomena yang baru pada saat ini, pada era yang semakin moden ini makin bertambah ini membuktikan bahwa ada permasalahan sosial maupun penyimpangan sosial dari suatu pergaulan dan kehidupan baik ditinjau dari masa kecil dan hubungan dengan lingkungan saat bersosialisasi. sehingganya dalam penelitian ini ditemukan bahwa waria di Kota Gorontalo masih dalam keadaan yang semestinya dan tidak menunjukan rasa kekhawatiran lebih dari anggota masyarakat. dilain hal pada respon masyarakat disimpulkan bahwa proses untuk menerima dan berhubungan sosial dengan waria masih dikatakan rendah hal ini karena jarang adanya sikap keterbukaan terhadap apa yang dilihat dari sisi waria selama ini yang berpedoman pada fakta negativ terhadap waria dalam berbagai media. Kata Kunci: Interaksi Sosial, Waria, Banci, Perilaku Kriswanto Gite, Nim 2814 09030. “Fenomena Waria Di Kota Gorontalo” di bawah bimbingan Bapak Farid Th. Musa, S.Sos., MA dan Bapak Funco Tanipu, ST., MA.
Waria adalah laki-laki yang menunjukan sikap dan perilaku di dalam diri yang mengarah pada sisi perempuan.1 Disisi lain banyak pemahaman waria di masyarakat tentang bagaimana waria itu sendiri bahkan ada yang menyebutnya sebagai banci, bencong, wadam dan istilah lainnya dimata masyarakat secara umum antara waria, banci, bencong maupun wadam intinya adalah sama. kesemuanya terselubung pada ekspresi pikiran dan perasaan yang mengikuti peran perempuan. kenyataan yang ada banci ataupun waria dan istilah lainnya yakni berdampak pada perubahan dari setiap sisi anggota tubuh sampai pada pemakaian aksesoris perempuan dan bahkan ada juga yang lebih berinisiatif untuk merubah kelamin dan ingin menjadi perempuan seutuhnya. Disisi lain banyak pemahaman waria di masyarakat tentang bagaimana waria itu sendiri bahkan ada yang menyebutnya sebagai banci, bencong, wadam dan istilah lainnya dimata masyarakat secara umum antara waria, banci, bencong maupun wadam intinya adalah sama. kesemuanya terselubung pada ekspresi pikiran dan perasaan yang mengikuti peran perempuan. kenyataan yang ada banci ataupun waria dan istilah lainnya yakni berdampak pada perubahan dari setiap sisi anggota tubuh sampai pada pemakaian aksesoris perempuan dan bahkan ada juga yang lebih berinisiatif untuk merubah kelamin dan ingin menjadi perempuan seutuhnya. Hadirnya waria di masyarakat menghadirkan fenomena tersendiri tentang bagaimana layaknya mereka ditempatkan dan apa saja pendorong yang mengakibatkan beralihnya status dalam perilaku tersebut yang kemudian dalam lapisan masyarakat kontekstualitas sebagai seorang banci merupakan sebuah fenomena sosial dan terkadang lebih meningkatkan daya tidak adanya ketertarikan yang diakibatkan segala proses banci dikalangan wilayah lainnya masuk pada daftar hitam kepolisian karena merupakan salah satu pendukung adanya pelacuran dan lain sebagainya yang tergabung pada struktur sosial baik pada era modern maupun postmodern. Berdasarkan pada apa yang digambarkan di atas tentang waria banyak berbagai macam problema yang terjadi dalam lingkungan sosial sehingganya perlu dianalisis bagaimana seluk beluk kehidupan dan reaksi masyarakat tentang bagaimana waria baik dalam melihat konteks umum di media dan secara faktual dalam lingkungan sehari-hari. Stevanus Colonne Dan Erika Eliana,”Gambaran Tipe-Tipe Konflik Intrapersonal Waria Di Tinjau Dari Identitas Gender” Jurnal Psikologia, Vol. 1 No. 2 Desember 2005. Hlm 97 1
Kajian Tentang Interaksi Untuk menganalisis terhadap setiap fenomena dalam kehidupan tersebut maka digunakan kajian tentang interaksi sehingganya dapat diketahui
bagaimana setiap
hubungan sosial yang terjadi pada rana waria. Interaksi sosial merupakan bentuk umum dari proses sosial dapat di definisikan sebagai hubungan-hubungan timbal balik antara individu dengan individu, kelompok dengan kelompok serta antara individu dengan kelompok. Interaksi sosial terjadi sejak dua orang bertemu saling menyapa , berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan berkelahi.walaupun mereka tidak saling berbicara, menyapa atau berjabat tangan interaksi sosial pun telah terjadi, hal ini disebabkan karena mereka masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan. Hal ini juga tidak lepas dengan proses sosial, Proses sosial yang dimaksud adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apa bila orang-perorang dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem bentuk-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apa bila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada. Sehingganya proses sosial dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik inividu dengan individu maupun dengan kelompok yang terselubung pada kebutuhan sosial masyarakat.2 Selain pada tahapan cirri-ciri interaksi sosial perlu diketahui pula tentang bentuk-bentuk interaksi sosial yang diantaranya adalah : Kerjasama Pertikaian Persaingan Akomodaasi Di samping itu perlu kesiapan dari individu yang meliputi kesiapan mental, kesiapan dalam memahami tujuan, kesiapan dalam mengenal dan memahami situasi dan 2
Dewi Wulansari, Sosiologi;Konsep Dan Teori, (Bandung: Press, 2009) Hlm. 35
kesiapan jasmaniah. Dalam kehidupan kelompok dan dalam berbagai aspeknya serta dalam proses interaksi sosial itu, sudah jelas tumbuh norma-norma sosial yang akan menjamin berlangsungnya interaksi yang selaras dengan situasi kelompok. Semakin suatu kelompok berkembang dan interaksi pun semakin kompleks, norma-norma sosial pun akan bergeser mengikuti irama interaksi dan situasi kelompoknya.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo, alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena marupakan pusat ataupun sentralisasi suatu pergaulan dan keanekaragaman gejala, tindakan, hubungan, maupun proses sosial lainnya. Dan penelitian ini dilakukan berawal pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli.. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode penelitian kualitatif. metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik, karena penelitiannya dilakukan dalam kondisi yang alamiah (Natural Setting); disebut juga metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. Berbagai rancangan penelitian berbeda antara antara satu dengan yang lain karena cara pengolompokannya berbeda. Dalam penelitian kualitatif ini peneliti menggunakan rancangan dengan metode studi kasus. Studi kasus yang dilakukan yakni penelitian yang penulis lakukan saat mencari seluk beluk umum kehidupan waria dan pergaulannya secara bertahap berdasarkan pada metode wawancara. Dalam penelitian kualitatif, terdapat beberapa teknik yang digunakan dalam melakukan penelitian tetapi dalam penelitian kualitatif teknik yang sering di gunakan antara lain purposive sampling maka peneliti mengambil beberapa informan yang dianggap paling tahu dan mewakili waria lainnya yakni ketua waria atau ratu waria, dalam reaksi sosial juga peneliti mengambil beberapa sampel yang dekat dengan obyek penelitian yakni salah satu anggota masyarakat yang berada di sekitar tempat waria biasa berkumpul jika di luar aktifitas dalam salon.
Snowbal Sampling peneliti ini mengambil informan ataupun responden secara acak dan tak beraturan yang masih berstatus sebagai banci atau waria dan masyarakat sekitar Kota Gorontalo baik dalam proses menjalani pendidikan maupun sudah tak melanjutkan pendidikan atau putus sekolah yang ditemui dalam pergaulan pada malam hari maupun pada siang hari. Selain itu lawan dari apa yang terdapat pada fenomena waria ini maka diambil pula sampel dalam lingkungan, friend atau masyarakat yang mempunyai hubungan dengan banci ataupun yang memang pernah melihat banci dalam beraktifitas. Bila di lihat dari sumber datanya maka pengumpulan data menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data sehingganya hal ini berkaitan dengan profil serta lembaga sosial yang menghimpun seluruh aspek sosial di Kota Gorontalo. dan data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data yakni berhubungan terhadap informan penelitian yang bertumpu pada waria dan masyarakat yang berada di Kota Gorontalo. Selanjutnya berdasarkan penjelasan pengumpulan sumber data maka Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yakni Observasi dan Wawancara.
PEMBAHASAN Dikehidupan masyarakat tidak lepas dengan namanya suatu proses sosial di mana proses sosial ini menuntun kita terhadap suatu keadaan yang akan membawa kita dalam lingkungan masyarakat diakui ataupun disampingkan dalam hal berhubungan sosial, suatu proses erat dengan hubungan dalam masyarakat apakah itu terselubung dalam pergaulan atau proses sosialisasi secara individual ataupun dalam kelompok di masyarakat. suatu proses sosialisasi juga merupakan proses dimana setiap individu dan kelompok melakukan suatu sosialisasi dari suatu lingkungan masyarakat dimana dalam proses ataupun cara berhubungan tersebut diawali dengan suatu keadaan, kebiasaan, dan keikutsertraan dalam terselubung pada suatu lingkungan masyarakat, secara sederhana proses sosialisasi dapat diartikan sebagai sebuah proses didalam kehidupan sehari-hari yang berkelanjutan bagaimana seseorang mampu mempelajari dan berhubungan hidup,
norma, nilai sosial yang terdapat pada lingkungan masyarakat pada umumnya agar dapat berkembang secara ilmiah menjadi seorang yang bisa terterima di masyarakat. Dalam proses sosial waria ini juga tidak lepas dari suatu kebiasaan dari kecil dalam artian bahwa pembentukan diri juga tidak lepas dari keadaan asuh dari orang tua dan faktor lingkungan yang mendukung terbentuknya suatu konsep diri yang berbeda.hal ini disebut dengan proses sosialisasi dalam bentuk primer dan bentuk sosialisasi dalam bentuk sekunder. Perjalanan konsep diri ini memang mempunyai suatu deretan tersendiri karena hal ini jatuh pada dua proses yakni proses gen ataupun keturunan dan proses lingkungan yang membentuk suatu konsep diri tersebut. Dari sisi proses lingkungan memang pada dasarnya erat dengan pengawasan orang tua dan pola asuh orang tua. Karena pada dasarnya suatu kepribadian akan mulai terbentuk dari cara bagaimana ia berhubungan saat masih kecil ataupun masih di bawah umur dewasa. Dilain hal proses sosial dari waria atau banci
tentang bagaimana mereka
melakukan interaksi dengan sesama waria dan dengan anggota masyarakat lain memang merupakan langkah ke dua yang biasanya terasa sulit hal ini juga tidak lepas dengan apa yang sudah berada dalam pergaulan oleh banci atau waria lainnya yang berada diluar Kota Gorontalo, karena terkadang dalam melakukan hubungan sosial banci ataupun waria sering mendapatkan cekaman moral dari seorang teman/sahabat dan anggota masyarakat lain yang belum pernah berhubungan sebelumnya Berbicara mengenai banci atau masyarakat pada umumnya menyebutnya waria tidak lepas juga dengan pergulatan dalam kehidupan malam, diantara pergaulan seharihari waria di Kota Gorontalo juga sering melakukan aktifitas malam seperti berjalan dengan kerabat, berpacaran serta berhubungan sosial dengan anggota masyarakat lain pada umumnya, aktifitas malam ini diisi dengan berbagai hal seperti orang lain yang mengisi waktunya dalam pacaran pada malam kamis dan malam minggu. Pada konteks waria juga melakukan hal yang sama terkadang mereka berjalan dengan pacar dan sering ngumpul bersama pada suatu tempat yang terbilang menyenangkan bagi dunia banci dan waria. Pada temuab yang ada pergaulan banci di Kota Gorontalo tidak ada batasannya, hanya saja dari banci yang ada pada sekarang ini agak bingung membuka diri kepada orang yang masih merasa resah dengan keadaan dan kehidupan banci,
terkecuali pergaulan dimalam hari yang dilakukan oleh banci dan waria kepada orang yang di luar konteks mereka yang memang sudah mengenal dekat. Banci ataupun waria juga mempunyai hasrat yang sama dengan kita yang di luar banci dari banci juga ingin memenuhi hasrat dalam berpacaran tetapi pasangan dari banci itu sendiri berbeda, pasangan mereka berbeda dengan orang lain pada umumnya, pacar ataupun pasangan dari banci itu sendiri yakni seorang laki-laki. Memang banci atau waria juga jenis kelaminnya adalah laki-laki tetapi saat berhubungan dengan pasangan atau pacarnya mereka juga tidak ingin dianggap sebagai homo atau hamer. Karena ada beberapa hal orientasi yang memang mendasar dalam pemahaman hasrat dari seorang banci atau waria tersebut. Di dalam pergaulan malam lainnya waria juga sering mengkomsumsi minuman keras dan bahkan hampir dari semua banci atau waria di Kota Gorontalo sering minumminuman keras, dan dari banci sendiri minum-minuman keras hanya sebatas penghibur saja dengan teman-teman sesama banci dan waria serta teman-teman diluar konteks yang sudah saling mengenal dekat dilain hal berbicara mengenai waria tidak lepas dengan bahasa pergaulan yang biasa didengar kalau sedang berkomunikasi dengan anggota lainnya, Perjalanan bahasa pergaulan waria ini memang sudah turun temurun dan setiap orang yang menjadi banci atau waria ataupun mantan dari banci dan waria dalam hal bergaul. Selain itu bukan hanya waria dan sejenisnya yang mengetahui bahasa pergaulan ini tetapi juga ada kalangan remaja di luar dari banci atau waria yang mengetahui bahasa ini ini dikarenakan orang diluar lingkup banci dataupun waria ini sering bergaul dalam kesehariannya dan sering mendengar bahasa pergaulan ini. Dalam konteks banci atau waria fungsi dan tujuan dari bahasa pergaulan ini yakni untuk memungkinkan orang lain agar tidak tau apa yang dibicarakan, dan pembicaraan tersebut berisikan pesan yang memang tidak boleh dibeberkan kepada kalangan lain. Biasanya bahasa ini mereka gunakan pada saat berkumpul bersama teman-teman sesama banci baik pada tempat yang ramai ataupun tempat yang sepi dan paling kebanyakan banci ataupun waria menggunakan bahasa ini di salon sebagai komsumsi sehari-hari dalam meperlancar, membentuk, mengeluarkan bahasa baru,
bahkan pada tahun-tahun kemarin sempat diterbitkan kamus bahasa pergaulan oleh seorang banci atau waria yang diterbitkan oleh salah satu waria di Kota Manado, fungsinya agar para kalangan waria dan hamer juga mengetahui bahasa tersebut baik dalam daerah sendiri dan daerah lainnya agar kiranya saat pergi keluar daerah tidak kaget dengan adanya bahasa pergaulan yang baru didengar karena dari pendirian banci ataupun waria merasa malu kalau tidak mengetahui bahasa pergaulan sesama Secara umum setiap penggalan kata yang digunakan dalam bahasa pergaulan disetiap daerah juga ada yang berbeda tinggal tergantung dari orang yang akan berkomunikasi
akan
menggunakan
metode
dalam
bentuk
apa
untuk
menggungkapkannya dan dari lawan komunikasi juga harus paham dan mengerti apa yang dibicarakan tersebut, sehingganya semua tutur kata yang terbentuk dalam kalimat bahasa pergaulan diungkapkan secara menarik dan dapat dikuasai secara mudah dan kesemuanya yang menyangkut bahasa pergaulan tersebut tersebar tergantung pada apa yang dikomunikasikan dengan nilai dan seni dalam bertutur kata pada bahasa pergaulan dan mengundang daya tarik pada pengguna yang digunakan baik di Daerah semdiri dalam komunitas atau kelompoknya dan pada Daerah lainnya. Berdasarkan atas apa yanga ada di masyarakat tentang banci dan waria memang masyarakat masih kurang menumbuhkan kesadaran tentang pemahaman tentang waria, Karena hal ini merupakan arus yang terbawa tanpa ada penangannnya padahal kalau dilihat secara kaca mata ilmu pengetahun tidak senua banci ataupun waria melakukan tindakan yang memang tidak disukai oleh masyarakat pada umumnya. Pergeseran nilai dan perilaku yang ditampilkan inilah yang membuat para kalangan banci, waria dan sejenisnya merasa termarjinalkan bahkan kurang yang bergaul dengan waria hanya karena sisi dari penampilannya ataupun mode dan pergaulan sex mereka yang kebanyakan pergaulan yang ada yakni hanya para pengguna salon. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pada hasil analisis dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pola hubungan sosial dari kehidupan waria masih dikatakan adanya pembatasan diri, proses pembatasan hubungan sosial ini dikarena tidak adanya
penerimaan secara nyata dari keseluruhan anggota masyarakat. persepsi tentang waria yang menimbulkan problem ditengah masyarakat masih terlalu dini untuk diketahui tanpa ada tindakan lebih lanjut untuk mengatahui seluk beluk kenapa dan mengapa memilih hidup menjadi seorang waria. hal yang seperti inilah yang tidak diungkapkan oleh seorang waria kepada anggota masyarakat lainnya yang menganggap waria dengan sebelah mata. dilain pihak dari segi penerimaan masyarakat tentang waria juga perlu adanya penelusuran bagaimana memahami pemikiran dan rasa kepercayaan diri dari seorang waria dalam aktifitasnya sehari-hari baik berada pada hubungan yang harmonis dalam keseharian ataupun dalam sisi pandangan lain, secara inti pandangan individual yang harus diutamakan untuk merumuskan pemahaman masyarakat secara umum. Saran Adapun saran yang dapat dipetik dalam penelitian ini antara lain : Khusus masyarakat Kota Gorontalo, kiranya dengan adanya penelitian ini bisa lebih menerima banci dan waria secara nurani dan penuh dengan toleransi karena pada hakikatnya juga banci ataupun waria merupakan sebagian dari warna masyarakat Kota Gorontalo, serta adanya hubungan yang lebih erat dalam berinteraksi agar nantinya antara banci dan masyarakat Kota Gorontalo bisa menjadi contoh kepada daerah lain yang lebih memarjinalkan banci, bencong waria dan sejenisnya. Khusus banci atau waria, kiranya lebih membuka diri dan melakukan aktifitas berhubungan dengan masyarakat dan lebih menambahkan partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan yang dilakukan baik terjun langsung dengan pemerintah dan secara komunitas tertentu sehingganya bisa menimbulkan keharmonisan. Dalam sisi pergaulan juga kiranya bisa lebih mendekatkan kepada hal-hal yang bernilai positif bisa menguntungkan bagi diri sendiri dan menguntungkan masyarakat dalam hal perdamaian.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Wulansari. 2009, Sosiologi; Konsep Dan Teori. Refika Aditama. Bandung. Johnson, Paul Doyle.1986. Teori Sosiologi Klasik Dan Modern. PT Gramedia. Jakarta. Nazsir, Nasrullah. 2008. Teori-Teori Sosiologi. Widya Padjajaran Sunarto, Kamanto. 1993. Pengantar Sosiologi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi. (Jakarta). Sugiyono, 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Kuantitatif Dan R&D. Bandung. (Alfabeta.) Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), Bandung. Alfabeta. Colonne Stevanus Dan Erika Eliana, 2005.”Gambaran Tipe-Tipe Konflik Intrapersonal Waria Di Tinjau Dari Identitas Gender” Jurnal Psikologia, Vol. 1 No. 2. Hlm 97 Halim, Fatimah, 2011.”Waria Dan Operasi Kelamin”, Jurnal Al-Risalah , Vol. 11 No. 1 Hlm 300 Pradana A.R & Pambudi Handoyo, 2014, “Fenomenologi Eksitensial Waria Bunderan Waru”, Jurnal Paradigma. Volume 02 Nomor 01 Hlm. 8 Yuliani, Sri, 2006 “Menguak Konstruksi Sosial Dibalik Diskriminasi Terhadap Waria,” Jurnal Sosiologi Dilema, Vol. 18 NO. 2. Hlm. 73