MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGIS TPS DI KELAS X-J SMA NEGERI 1 KOTA GORONTALO. Musa Kongkolu, S.Pd SMA NEGERI 1 KOTA GORONTALO Abstrak Keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan sangat tergantung pada keberhasilan guru merancang materi pembelajaran. Materi Pembelajaran pada hakekatnya merupakan bagian tak terpisahkan dari Silabus, yakni perencanaan, prediksi dan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat Kegiatan Pembelajaran. Materi pembelajaran dipilih seoptimal mungkin untuk membantu peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran adalah jenis, cakupan, urutan, dan perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran tersebut. Strategi Think Pair Share ( TPS ) dalam Pembelajaran Kooperati (cooperative learning) adalah merupakan suatu strategis pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang bebeda-beda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran. Selanjutnya agar guru dapat membuat persiapan yang berdaya guna dan berhasil guna, dituntut memahami berbagai aspek yang berkaitan dengan pengembangan materi pembelajaran, baik berkaitan dengan hakikat, fungsi, prinsip, maupun prosedur pengembangan materi serta mengukur efektivitas persiapan tersebut. Kata kunci : Pembelajaran kooperatif dan Gelombang Elektromagnetik A. PENDAHULUAN Materi pembelajaran dipilih seoptimal mungkin untuk membantu peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran adalah jenis, cakupan, urutan, dan perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran tersebut. Agar guru dapat membuat persiapan yang berdaya guna dan berhasil guna, dituntut memahami berbagai aspek yang berkaitan dengan pengembangan materi pembelajaran, baik berkaitan dengan hakikat, fungsi, prinsip, maupun prosedur pengembangan materi serta mengukur efektivitas persiapan tersebut. Untuk mewujudkan harapan di atas, peranan guru sangat menentukan. Guru hendaknya memperhatikan dan menjadikan bahwa peningkatan kemampuan berbahasa peserta didik menjadi prioritas dalam pelaksanaan belajar mengajar di sekolah dengan tidak mengesampingkan materimateri lainnya yang mendukung proses pembelajaran tersebut. Yang tidak kalah penting juga diperhatikan adalah metode yang tepat sesuai dengan materi yang diajarkan, serta alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur keberhasilan peserta didik. Kenyataan menunjukan bahwa pendekatan dalam pembelajaran sebelum diterapkannya Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah pembelajaran yang berpusat pada guru, kurang memberikan kesempatan kepada siswa dalam berbagai mata pelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif, objektif, dan logis. Dan inilah salah satu alasan mengapa KBK menerapkan pendekatan pengajaran dan pembelajaran kontekstul (contextual teaching and learning). Salah satu pendekatan pembelajaran kontekstul yang saat ini sedang diuji coba pada beberapa sekolah adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dengan strategis TPS (Think-Pair-Share) yang merupakan suatu strategis pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang bebeda-beda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Dalam pembelajaran dengan strategis TPS tidak hanya mempelajari materi saja, namun siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan kooperatif untuk bekerja dalam tim seperti bagaimana mendengarkan merespon, menyetujui, memperjelas, mendorong dan mengevaluasi. keterampilan-keterampilan ini perlu bagi anggota tim dapat bekerja sama secara produktif. Olehnya, dengan pendekaatan pembelajaran TPS ini, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Didasarkan pada uraian diatas maka penulis melakukan suatu penelitian tindakan kelas yaitu: “Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Gelombang Elektromagnetik melalui
pembelajaran kooperatif dengan strategis TPS di kelas X-J SMA Negeri 1 Gorontalo Kota Gorontalo”. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang pemikiran, maka masalah penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Hasil belajar materi Gelombang Elektromagnetik pada kelas X-J SMA Negeri 1 Kota Gorontalo, masih cukup dari standar yang diharapkan. 2. Dalam setiap pembelajaran guru selalu mengajar dengan metode ceramah, sehingga siswa tidak termotivasi untuk belajar materi Gelombang Elektromagnetik. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi permasalahan diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah hasil belajar siswa dapat meningkat pada materi Gelombang Elektromagnetik melalui model pembelajaran kooperatif dengan strategis TPS? B. KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS Kajian Teoritis Pengertian Pembelajaran Menurut Rokhman (1979;115) bahwa belajar dalam arti luas yaitu proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian terhadap sesuatu atau mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisir. Menurut Nasution (1984:172), belajar itu sendiri merupakan proses proses perubahan tingkahlaku, dimana perubahan itu mengarah pada tingkah laku yang baik, seseorang yang belajar dapat melakukan apa yang sebelumnya tidak dapat dilakukan, tingkah lakunya lain sebelum melakukan belajar, tanpa adanya perubahan tingkah laku dapat dinyatakan belum belajar. Dalam konsep yang lebih modern, belajar adalah suatu aktivitaas yang mengharapkan perubahan tingkah laku (behavioral change) pada diri individu yang belajar. Dalam pengertian ini dapat dijelaskan bahwa perubahan tingkah laku dapat terjadi karena usaha individu yang bersangkutan. Belajar dipengaruhi oleh berbegai faktor: misalnya bahan yang dipelajari, instrumental , lingkungan dan kondisi individual pelajar. Faktor- faktor tersebut diatur sedemikian rupa agar mempunyai pengruh yang membantu trcapainya kompetensi secara optimal. Pada dasarnya belajar adalah suatu bentuk prtumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku baru berkat pangalaman dan latihan. Dalam pengertian ini bahwa belajar selalu terkadang perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian- pengertian baru, perubahan dalam sikap, kebiasaan, keterampilan dan sebagainya. Oleh sebab itu kegiatan belajar melibatkan secara langsung individu dimana hal ini dapat diketahui melalui kegiatan yang dilakukan atau dapat diketahui dari perubahan-perubahan yang diperlakukan oleh individu itu sendiri. Berdasarkan beberapa pengertian di atas terdapat perbedaan rumusan, namun pada hakekatnya tersebut menunjukkan maksud yang sama yakni balajar merupakan upaya yang dilakukan untuk mendapatkan suatu perubahan atau kegiatan yang dilakukan untuk menguasai pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui interaksi antara individu yang belajar dengan lingkungannya. Selain itu pengertian belajar merupakan usaha yang dilakukan secara sadar. Teori-Teori Belajar Teori belajar adalah teori yang pragmatic dan elektrik (1999:2). Teori dengan sifat demikian ini hampir dipastikan tidak pernah mempunyai sifat ekstrim. Tidak ada teori belajar yang secara ekstrim memperhatikan aspek siswa atau teori belajar yang hanya mementingkan aspek guru saja, kurikulum saja dan sebagainya. Titik fokus yang menjadi pusat perhatian suatu teori selalu ada. Ada yang lebih mementingkan proses belajar, ada yang lebih mementingkan system informasi yang diolah dalam proses belajar mengajar dan lain-lain. Namun factor-faktor lain diluar titik fokus itu juga selalu diperlukan untuk menjelaskan seluruh persoalan belajar yang dibahas. 1. Teori Belajar Behaviorisme (tingkah laku) Menurut teori ini belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap belajar sesuatu bila ia mampu menumjukan perubahan tingkah laku. Dalam teori ini yang terpenting adalah masukan yang berupa stimulasi dan keluaran yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi dalam stimulasi dan respon itu dianggap tak penting diperhatikan sebab tidak dapat diamati. Yang bias diamati hanyalah stimulasi dan respon. faktor lain yang penting dalam teori ini adalah penguatan.
Artinya apa saja yang memperkuat timbulnya respon bila pengamatan ditambahkan maka respon akan semakin kuat. 2. Teori Belajar Kognitivisme Menurut teori ini belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bias diamati. Dalam teori ini bahwa setiap orang yang telah mempunyai pengalaman dan pengatahuan didalam dirinya tertata dalam bentuk struktur kognitif.dan dalam proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik apabila materi pelajaran yang baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Dalam perkembangan setidak-tidaknya ada tiga teori belajar yang bertitik tolak dari teori kognitivisme ini yakni teori perkembangan Piaget, teori kognitif bruner dan teori bermakna Ausabel. 3. Teori Belajar Humanistik Menurut teori ini tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. proses belajar dianggap berhasil jika sipelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain si pelajar dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Secara umum teori ini bersifat elektrik, dalam arti memanfaatkan teknik belajarapapun asal tujuan belajar dapat dicapai. 4.Teori Belajar Sibernetik Teori ini adalah teori yang relative baru bila dibandingkan dengan ketiga teori belajar sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi. Menurut teori ini belajar adalah pengolahan informasi. Artinya yang terpenting adalah informasinya sedangkan bagaimana proses belajar berlangsung akan sangat ditentukan oleh sistem informasi. Oleh karena itu teori ini berasumsi bahwa tidak ada satu pun jenis cara belajar yang ideal untuk segala situasi. Sebab cara belajar itu sangat ditentukan oleh sistem informasi. Strategi Think Pair Share dalam Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah merupakan suatu strategis pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang bebeda-beda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran. Selanjutnya Nur menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang memiliki tanggung jawab tehadap setiap siswa lainya dalam kelompoknya. Dari uraian diatas dapat ditegaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah belajar mengajar secara kelompok kecil yang merupakan tempat siswa belajar dan bekerja sama unutk mencapai pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu maupun kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok- kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Hal ini bermaksud melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. pada kooperatif diajarkan keterampilan- keterampilan Khusus agar dapat bekerja sama dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pembelajaran konvesional. Disamping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa, hal ini senada dengan teori Vygotsky, (Sudibyo, 2004:11), yaitu tentang penekanan pada hakekat sosiokultural dari pembelajaran. Vygotsky yakni bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap kedalam individu tersebut. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada hasil belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Dalam banyak kasus norma budaya anak muda sebenarnya tidak menyukai siswa-siswa yang ingin menonjol secara akademik. Robert Slavin dan pakar lain telah berusaha untuk mengubah norma ini melalui penggunaan pembelajaran kooperatif. Disamping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bahwa bahwa maupun siswa maupun siswa kelompok atas yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas meningkat
kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat didalam materi tertentu. Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki masyarakat dimana kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan dimana masyarakat secara budaya semakin beragam. Pembelajaran kooperatif, merupakan metode pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan yang heterogen. Salah satu pendekatan dalam pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran struktual. Meskipun memiliki persamaan dengan pendekatan lain, namun pendekatan ini memberikan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, sebagai alternatif terhadap struktur kelas dan siswa memberikan jawaban setelah mengangkat tangan terlebih dahulu dan ditunjuk guru. Dalam pendekatan struktural ada struktur yang dikembangkan untuk meningkatkan perolehan isi akademik dan ada struktur yang dirancang untuk mengajarkan keterampilan social atau keterampilan kelompok. Salah satu struktur yang terkenal adalah Think-Pair-Share. Think-Pair-Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Langkah-langkah dalam strategi Think-Pair-Share adalah sebagai berikut Tahap-1: Thinking (berpikir). Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pembelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat. Tahap-2: Pairing. Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4 – 5 menit untuk berpasangan. Tahap-3: Sharing. Pada tahap akhir, guru meminta pada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan sampai sekitar seperempat pasangan dari kelas telah mendapat kesempatan untuk melaporkan. Hipotesis Menurut Arikunto (1996:94), dikemukakan bahwa hipotesis adalah sebagian suatu jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan penelitian, hingga terbukti melalui data yang terkumpul. Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk mendapatkan hasil belajar yang efisien , maja proses belajar harus dilakukan dengan sengaja, sadar dan terorganisir dengan baik. Dengan demikian terjadilah interaksi edukatif antara guru dengan siswa, dimana guru berusaha mensukseskan pembinaan siswa, agar mereka mau belajar dengan baik. Menurut Slameto (1991:84), mengajar adalah kegiatan yang teroganisasi yang bertujuan untuk membantu dan menggairahkan siswa belajar. Ini merupakan tugas utama guru untuk menciptakan suasana tersebut, sehingga siswa dengan sendirinya termotivasi untuk melakukan kegiatan belajar. Salah satu cara yang ditempuh guru yakni menggunakan pendekatan pambelajaran kooperatif dengan strategis TPS. Sehingga dalam penelitian ini penulis memilih pembelajaran kooperatif dengan strategis TPS sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini penulis dapat merumuskan hipotesis sebagai berikut: “ Jika guru menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dengan strategis TPS (Think-Pair-Share) maka hasil belajar siswa pada materi Gelombang Elektromagnetik akan meningkat” Indikator Kinerja Indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah mengacau pada criteria ketuntasan belajar yang terdapat pada kurikulum SMA. Hal ini tercantum dalam petunjuk pelaksanaan proses belajar mengajar yakni bila secara individual/perorangan siswa telah memperoleh nilai 75 atau daya serap telah mencapai 75%, maka siswa tersebut telah tuntas belajar. Dan secara klaslikal siswa dikatakan tuntas belajar apabila 85% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai 75 ke atas. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian tindakan kelas ini yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Gorontalo, kelas yang akan dikenai tindakan dalam penelitian ini ialah kelas X-J dengan jumlah siswa 34 orang yang terdiri dari 21 perempuan, dan 13 siswa laki-laki. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun 2010/2011, selama 4 bulan yaitu bulan Januari 2011 sampai dengan bulan April 2011, (persiapan satu bulan, pelaksananan satu bulan, dan pengolahan data selama dua bulan). B. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan rancangan model spiral Kemmis dan Tagart dalam Hopkins( 1993:84) dengan langkah-langkah sebaga berikut: Persiapan/ Perencanaan 1. Meminta izin kepada Kepala sekolah untuk memperoleh persetujuan pelaksanaan penelitian. 2. Menghubungi serta meminta kesediaan guru biologi lainnya sebagai partisipan, membantu peneliti memantau jalannya kegiatan belajar mengajar serta memberikan input yang diperlukan. 3. Menyusun rencana penelitian secara menyeluruh yang meliputi siklus dan tindakannya 4. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti : - Program tahunan - Program Semester - Satuan Pelajaran (SP) - Rencana Pelajaran (RPP) - Lembar Kerja Siswa (LKS) 5. Menyusun / menetapkan teknik penelitian Action ( tindakan ) Siklus I 1. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran kooperatif dengan strategi Think Pair Share (TPS). 2. Memantau proses belajar mengajar dengan segala unsur 3. Mengadakan evaluasi dengan tes tertulis 4. Menganalisis hasil pantauan 5. Mengadakan refleksi terhadap hasil pemantauan dan hasil tes Jika siklus I dipandang belum memuaskan hasilnya, maka pelaksanaan tindakan kelas dilanjutkan dengan siklus berikutnya. Siklus II 1. Merumuskan tindakan baru 2. Melaksanakan tindakan baru 3. Mengevaluasi hasil pemantauan 4. Mengadakan refleksi. Jika siklus II dipandang sudah memuaskan hasilnya maka pelaksanaan tindakan kelas tidak perlu dilanjutkan kesiklus berikutnya. Refleksi Hal- hal yang direfleksikan dalam kaitannya dengan hasil pemantauan dan hasil tes. C. Instrumen Pemantauan dan Evaluasi Pemantauan Instrumen yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan tindakan ini adalah sebagai berikut : 1. Tes adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang diedarkan dan dijawab oleh siswa. Teknik tes ini digunakan untuk menjaring data mengenai hasil belajar siswa pada materi Gelombang Elektromagnetik. Tes ada dua macam yaitu pre-test dan pos-test, dimana pre-test diberikan sebelum pelajaran dimulai dalam bentuk lisan dan pos-test diberikan pada akhir pelajaran dalam bentuk tulisan. 2. Lembar observasi adalah lembaran yang berisi sejumlah aspek kegiatan belajar mengajar yang digunakan untuk menjaring proses pembelajaran. D. Kriteria Keberhasilan Pencapaian tindakan Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tindakan ini dirumuskan kriteria sebagai berikut : 1. Kegiatan belajar mengajar yang dinilai melalui lembar observasi berupa cek list. 2. Tes yang dibuat oleh guru peneliti bersama guru seprofesi yang bertujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam pencapaian indikator. 3. Ketuntasan hasil belajar siswa dalam proses belajar minimal 85 %
4. Standar ketuntasan hasil belajar siswa dalam proses belajar minimal 75 % E. Penyusunan Laporan Laporan ini disusun melalui pengumpulan data dengan mengukur hasil belajar siswa. Dalam penyusunan hasil laporan ini yang akan dilakukan oleh peneliti adalah : 1. Melakukan konsultasi dengan Kepala sekolah yang berhubungan dengan penelitian yang di ambil. 2. Menyusun konsep laporan hasil peneliti 3. Melaksanakan konsultasi dengan guru seprofesi menyangkut menyangkut nilai penelitian yang dilakukan 4. Menyusun laporan akhir penelitian F. Analisis Data Analisa data menggunakan prosentase dan dilakukan pembahasan secara kualitatif. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang telah berlangsung dalam dua siklus pembelajaran. Setiap siklus tindakan dilaksanakan berdasarkan sistem yang berlaku dan menghendaki adanya proses perubahan hingga mencapai kriteria yang telah ditetapkan, dan permasalahannya difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi Gelombang Elektromagnetik dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif dengan strategi TPS (Think Pair Share) dengan menggunakan format-format sebagai berikut: 1. Lembar Observasi berupa hasil pengamatan kegiatan belajar mengajar 2. Daftar nilai hasil belajar siswa dengan pemberian tes 3. Daftar informasi balikan siswa 1). Proses Pelaksanaan Tindakan Adapun proses pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat diuraikan sebagai berikut: a. Kegiatan Pendahuluan Menyiapkan siswa menerima pelajaran Mengadakan apersepsi atau introduction sebagai prasyarat Memberi motivasi dengan jalan menjelaskan manfaat ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. b. Kegiatan Pengembangan/Penerimaan Pembagian kelompok kerja berdasarkan permasalahan yang diberikan Guru menjelaskan indikator yang ingin dicapai setelah materi dibahas Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya Guru memberi bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal Mengikutsertakan observasi melakukan kegiatan pengamatan jalannya proses pembelajaran melalui lembar pengamatan c. Kegiatan Penutup Guru mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan dari hasil diskusi Memberikan evaluasi untuk mengukur keberhasilan tindakan Memberikan tugas Pekerjaan Rumah (PR) 2). Hasil Pengamatan Siklus I Pelaksanaan penelitian ini diadakan dikelas X-J SMA Negeri 1 Gorontalo dengan jumlah siswa 34 orang. Pengamatan pada proses belajar mengajar yang dilakukan pengamatan belum menampakkan hasil yang diharapkan. Hal ini terlihat pada hasil pemantauan terhadap kegiatan belajar mengajar pada 21 aspek yang dinilai. Untuk melihat hasil pengamatan kegiatan belajar mengajar dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1 Pengamatan Kegiatan Belajar Mengajar Aspek yang diamati Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah aspek 1 8 8 4 Prosentase (%) 4,67 37,36 37,36 18,68 Selanjutnya hasil pemantauan KBM dapat dilihat pada lampiran 2.
3. Hasil Belajar Hasil siklus I ini selain dilihat pada hasil observasi pemantauan kegiatan belajar mengajar juga ditinjau dari nilai yang diperoleh siswa setelah diberikan tes hasil belajar. Untuk nilai hasil belajar ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 2 Hasil Belajar Siswa Nilai Jumlah Siswa Prosentase (%) Ket. 7,5 ke atas 20 55,36 7,5 ke bawah 14 44,64 Selanjutnya nilai tes hasil belajar dapat dilihat pada lampiran 3. Memperhatikan hasil tes belajar siswa pada siklus I ini maka hasil belajar siswa belum mencapai target seperti pada indikator yang diharapkan yaitu secara klasikal siswa dikatakan tuntas belajar apabila 85% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai 7,5 ke atas. 4. Refleksi Setelah diadakan tindakan, selanjutnya peneliti dan guru mitra mengadakan diskusi tentang hasil pelaksanaan tindakan. Hal ini diperlukan untuk menilai apakah masih diperlukan siklus berikutnya. Hasil refleksi sebagai berikut: a. Pendekatan guru seperti apresiasi, motivasi dan teknik bertanya jauh dari yang diharapkan, sehingga siswa kurang termotivasi. b. Dalam bekerja kelompok siswa kurang kompak antar anggota kelompoknya karena guru tidak memonitoring siswa ketika bekerja c. Pembimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan tidak berjalan maksimal d. Hasil belajar sebahagian siswa sudah baik secara individu, tapi secara klasikal belum mencapai target yang diharapkan Dari hasil refleksi di atas maka disepakati untuk dilanjutkan tindakan yang baru atau dilanjutkan ke siklus 2. Siklus II 1. Kegiatan Belajar Mengajar Pada siklus 2 ini lebih ditekankan pada perbaikan siklus I yaitu, faktor apa saja yang kurang diperhatikan pada siklus I, dimaksimalkan seperti pemberian motivasi, bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan, perbaikan penggunaan metode pembelajaran sehingga siswa akan lebih memahami materi yang dipelajari melalui strategi pembelajaran yang diterapkan. Hal ini terlihat pada hasil pemantauan terhadap kegiatan belajar mengajar pada 21 aspek yang dinilai. Untuk melihat hasil pengamatan kegiatan belajar mengajar dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 3 Pengamatan Kegiatan Belajar Mengajar Aspek yang diamati Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah aspek 6 13 2 Prosentase (%) 28,02 61,81 9,34 Selanjutnya hasil pemantauan KBM dapat dilihat pada lampiran 5. 2. Hasil Belajar Hasil siklus 2 ini pun selain dilihat pada hasil observasi pemantauan kegiatan belajar mengajar juga ditinjau dari nilai yang diperoleh siswa setelah diberikan tes hasil belajar. Untuk nilai hasil belajar ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4 Hasil Belajar Siswa Nilai Jumlah Siswa Prosentase (%) Ket. 7,5 ke atas 29 85,29 7,5 ke bawah 5 14,70 Selanjutnya nilai tes hasil belajar dapat dilihat pada lampiran 6. Memperhatikan hasil tes belajar siswa pada siklus 2 ini maka hasil belajar siswa sudah mencapai target seperti pada indikator yang diharapkan yaitu secara klasikal siswa dikatakan tuntas belajar apabila 85% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai 7,5 ke atas. 3. Refleksi
Setelah diadakan tindakan ke dua ini, selanjutnya peneliti dan guru mitra kembali mengadakan diskusi tentang hasil pelaksanaan tindakan. Hal ini diperlukan untuk menilai apakah masih diperlukan lagi sikulus berikutnya. Hasil refleksi sebagai berikut: Pendekatan guru seperti apersepsi motivasi dan teknik bertanya sudah tepat sehingga siswa terangsang aktif Metode/model pembelajaran yang diterapkan sesuai dengan materi yang diajarkan. Pelaksanaan tindakan sudah sesuai dengan rencana rancangan tindakan Partisipasi siswa sudah baik Daya serap hasil belajar siswa sudah memenuhi kriteria ketuntasan belajar seperti pada tabel 4 di atas Dari hasil refleksi di atas maka dapat disimpulkan bahwa tindakan sudah berhasil dan tidak perlu lagi dilanjutkan pada siklus berikutnya. B. Pembahasan Dari hasil yang peneliti lakukan ternyata dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif dengan strategi TPS (Think Pair Share) dapat memberikan manfaat bagi guru dalam proses belajar mengajar ekonomi, sebab dengan pendekatan pembelajaran ini guru dalam proses belajar mengajar hanya sebagai pengarah, bukan pengajar sehingga diharapkan bisa membangkitkan motivasi belajar siswa yang pada akhirnya bisa meningkatkan hasil belajarnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilaksanakan dalam dua siklus diperoleh data sebagai berikut: Siklus I Siswa yang memperoleh nilai kurang dari 7,5 adalah 12 orang Siswa yang memperoleh nilai minimal 7,5 adalah 22 orang Daya serap yang diperoleh siswa pada siklus I adalah 64% Kualifikasi kegiatan belajar mengajar diperoleh data sebagai berikut: Kualifikasi sangat baik dan baik adalah 52,37% Kualifikasi cukup dan kurang adalah 47,63% Berdasarkan observasi awal pada kegiatan belajar mengajar di siklus I, hasil evaluasinya belum menunjukkan ketuntasan belajar, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, sebagai berikut: a. Pada pendahuluan, guru tidak menjelaskan adanya keterkaitan materi sebelumnya dengan materi yang diajarkan sebagai bahan apersepsi sehingga siswa kurang memahami keterkaitan antara materi tersebut. b. Pelaksanaan diskusi dikelas masih lebih banyak didominasi oleh siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata c. Sebahagian siswa belum mampu berpartisipasi aktif dalam proses KBM d. Bimbingan guru kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar belum optimal, baik bimbingan secara individu maupun keseluruhan e. Teknik bertanya belum efekif, sehingga lebih banyak mengandung jawaban yang tidak diharapkan f. Masih terdapat beberapa siswa yang tidak mampu membuat resume g. Masih terdapat siswa yang merasa kaku dalam melaksanakan tugas-tugas yang telah dijabarkan dalam lembar kerja siswa Berdasarkan kelemahan-kelemahan di atas, maka pada siklus 2 diadakan perbaikanperbaikan melalui penyusunan desain pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif strategi TPS dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Pada pendahuluan, melalui apresiasi guru menjelaskan keterkaitan antara materi sebelumnya dengan materi yang diajarkan, sehingga dengan sendirinya siswa akan mengetahui gambaran tentang materi yang akan dibahas nanti b. Diusahakan dalam kegiatan kelompok anggota kelompok harus aktif, baik itu dalam pembahasan materi maupun pembahasan soal-soal c. Diusahakan siswa dapat bekerja sama, teleransi dan berkomunikasi dalam proses pembelajaran d. Guru harus memberikan motivasi kepada siswa yang masih merasa kaku dalam proses pembelajaran e. Siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata diberikan motivasi untuk membantu temantemannya yang mengalami kesulitan belajar sehingga dominasi siswa lain terhadap siswa lainnya semakin berkurang.
Siklus 2 Dengan perbaikan-perbaikan di atas, maka pada siklus 2 diperoleh data sebagai berikut: Dari 34 siswa yang memperoleh nilai kurang dari 75 adala 2 orang Yang memperoleh nilai 75 ke atas adalah 32 orang Daya serap yang diperoleh adalah 76% Kualifikasi pembelajaran sesuai dengan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi diperoleh data sebagai berikut: Kualifikasi sangat baik dan baik adalah 95,24% Kualifikasi cukup dan kurang 4,76% Dari hasil penelitian strategi pembelajaran tersebut telah terjadi perubahan-perubahan peningkatan hasil belajar dalam kualifikasi pembelajaran, sebagai berikut: Siswa yang memperoleh nilai 75 ke atas pada siklus I adalah 64,70% meningkat menjadi 89,24% pada siklus 2 Daya serap siswa pada siklus 1 adalah 64%, pada siklus 2 meningkat menjadi 76% Kualifikasi pembelajaran yang memperoleh nilai baik dan sangat baik pada siklus I adalah 52,37% meningkat menjadi 95,24% pada siklus 2 Selain perubahan-perubahan di atas, hal yang perlu mendapat perhatian dari guru adalah sebagai berikut: Pendekatan dalam proses belajar mengajar harus disesuaikan dengan kondisi materi yang ada. Manfaat lain yang diperoleh siswa dengan cara menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi TPS yakni siswa telah menyadari diberikan kesepatan yang seluas-luasnya mencari dan menemukan hal-hal yang perlu dikuasai dalam kaitannya dengan materi yang disampaikan guru dan telah memberikan dampak positif terhadap perilaku siswa seperti: Mau menjawab pertanyaan guru dimulai dari mejawab pertanyaan teman sesama anggota kelompok Nampak siswa mau berusaha menjawab ketika diberikan permasalahann Terbina sikap berdialog baik bersama teman anggota kelompok maupun anggota kelompok lain Hal-hal tersebut merupakan efek langsung dari pengaruh diterapkannya model pembelajaran kooperatif dengan strategi TPS pada materi Gelombang Elektromagnetik, yang biasanya bisa meningkatkan hasil belajar siswa itu sendiri. Berdasarkan gambaran data dan permasalahan sebagaimana diuraikan di atas dan hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa ”apabila guru menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif staretegis TPS maka hasil belajar siswa pada materi Gelombang Elektromagnetik akan meningkat, telah teruji dengan benar.