PENGESAHAN ARTIKEL PENERAPAN NILAI-NILAI BUDAYA KERJA DI SMA NEGERI 4 GORONTALO DI KOTA GORONTALO
Oleh: MOHAMAD SATNES PADE NIM. 911 410 078
Pembimbing I
Prof. Dr. Hj. Asna Aneta., M.Si NIP. 19591227 198603 2 003
Pembimbing II
Erman I. Rahim, S.Pd., MH NIP. 19701224 200812 1 001
PENERAPAN NILAI-NILAI BUDAYA KERJA DI SMA NEGERI 4 GORONTALO DI KOTA GORONTALO
[email protected] Prof. Dr. Hj. Asna Aneta.,M.Si, Erman I. Rahim, S.Pd.,MH, Mohamad Satnes Pade 1 ABSTRAK Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu guru sering mengadakan kegiatan dengan mengorbankan jam-jam belajar efektif, seperti rapat guru, melayat, kegiatan perlombaan-perlombaan dan kegiatan-kegiatan sosial lainya, hal ini tentu semakin mengurangi jam belajar efektif siswa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahi Penerapan dan faktor pendukung serta penghambat Nilai-Nilai Budaya Kerja di SMA Negeri 4 Gorontalo di Kota Gorontalo. Metode Penelitian ini kualitatif dengan pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nilai-Nilai Budaya Kerja di SMA Negeri 4 Gorontalo terdiri dari nilai-nilai sosial kerja Guru di SMA Negeri 4 Gorontalo diwujudkan dengan keharmonisan yang terdiri dari rasa kebersamaan dan rasa saling memiliki yang tinggi di lingkungan sekolah selalu menjaga keharmonisan antara sesama guru tanpa perbedaan pangkat dan kedudukan, Nilai-nilai demokratik di sekolah selalu dijunjung tinggi di SMA Negeri 4 Gorontalo tanpa perlakuan diskriminatif antara guru senior dengan junior, Nilai-nilai profesional guru di SMA Negeri 4 Gorontalo diwujudkan dengan disiplin yaitu guru datang ke sekolah tepat waktu, nilai birokratik dalam penerapan Nilai-Nilai Budaya Kerja yaitu guru mengajar sesuai bidang studi yang menjadi spesialisasinya karena tuntutan sertifikasi, nilai ekonomik yaitu potonganpotongan pada gaji guru melalui musyawarah terlebih dahulu oleh kepala sekolah dan bendahara untuk menginformasikan alasan pemotongan gaji dan meminta persetujuan dari guru. Faktor pendukung dan penghambat Nilai-Nilai Budaya Kerja yaitu faktor penghambat umum terjadi di SMA Negeri 4 Gorontalon bila ada kegiatan sekolah dan kedukaan warga sekolah, maka sebagian guru tidak hadir dalam kegiatan pembelajaran. Faktor pendukung berupa sarana perpustakaan menggantikan guru dalam mengajar dengan memberikan tugas kepada siswa untuk belajar di Perpustakaan sekolah. Penelitian ini memiliki rekomendasi bagi kepala sekolah agar lebih proaktif dalam menangani masalah yang menjadi kendala pelaksanaan kegiatan pembelajaran sehingga dapat lebih meningkatkan nilai-nilai budaya kerja di SMA Negeri 4 Gorontalo. Bagi guru hendaknya mendukung pelaksanaan budaya kerja yang dilaksanakan dan lebih memaksimalkan kinerja dalam proses kegiatan di sekolah. Kata Kunci : Penerapan Nilai-nilai Kerja, Guru SMA 1
Prof. Dr. Hj. Asna Aneta.,M.Si selaku dosen pada Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo; Erman I. Rahim, S.Pd.,MH; dan Mohamad Satnes Pade selaku Mahasiswa.
1
PENDAHULUAN Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang pendidikan Nasional berkenaan dengan tugas pokok guru dan Kepmenpan No. 84 tahun 1993 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya bahwa nilai-nilai kerja guru dapat dilihat dari rasa bertanggung jawab, menjalankan amanah, professional terhadap tugas yang diembannya dan rasa tanggung jawab moral merupakan bagian dari peningkatan kerja guru. Peningkatan kerja guru juga ada kaitannya salah satunya dengan peningkatan mutu kinerja guru, yang apabila kinerja yang baik itu dilakukan terus menerus akan menjadi suatu kebiasaan dan nilai-nilai kerja di lingkungan guru. Yaitu selain dengan kualifikasi juga peningkatan mutu guru terkait budaya dan lingkungan kerja guru. Pemerintah telah berupaya memberikan pelatihan-pelatihan. Tetapi begitu kembali ke lingkungan sekolah, pengembangan kompetensi guru tak lepas dari nilai-nilai kerja di sekolah masing-masing. Itu erat kaitannya dengan Manajemen Sekolah. Di sekolah yang standar pelayanan dan nilai-nilai kerjanya tinggi, guru biasanya lebih terpacu mengejar mutu dan kompetensinya. Meningkatkan kualitas guru juga harus dengan membangun budaya sekolah. Pemerintah daerah diharapkan ikut mengembangkan kompetensi guru dan manajemen sekolah, sedangkan Depdiknas harus memprogramkan pelatihanpelatihan melalui Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan. Pelatihan bisa melibatkan Kelompok Kerja Guru dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran. Pelatihan pun harus mencakup aspek metode pembelajaran hingga substansi mata pelajaran.
2
Nilai-nilai kerja guru didukung oleh kepala sekolah, guru karyawan dan siswa yang untuk menjalankan tugas mengajarnya di sekolah dengan mempersiapkan proses kegiatan belajar mengajar, pelaksanaan proses pembelajaran dan pelaksanaan evaluasi dalam pembelajaran. Kegagalan penerapan nilai-nilai
Kerja sebagian besar disebabkan oleh
kurangnya komitmen dari puncak pimpinan, namun tidak semudah itu menyalahkan pimpinan, karena setiap pemimpin di setiap level mempunyai kuasa mengendalikan suatu proses kerja, andai kata tidak mampu bekerja sesuai dengan strategi jangan disalahkan pemimpin atasannya. Kemungkinan kesalahan pada guru, karena tidak mau merubah cara kerja baru dengan nilai-nilai baru. Pembinaan disiplin tenaga guru dapat dikembangkan dengan cara kepemimpinan yang dapat dijadikan panutan atau teladan bagi para bawahan, kedisiplinan merupakan syarat mutlak bagi setiap kita yang akan membangun sebuah kebiasaan baru, dengan diterapkannya disiplin di sekolah maka guru merasa bertanggung jawab dalam mengajar. Menjalani tanggung jawab guru, atasan tidak sekedar mendorong sebisanya, akan tetapi mereka harus mempergunakan strategi agar apa yang dilakukan itu dapat menghasilkan yang lebih baik secara optimal begitu pengembangan professional guru dapat didekati berdasarkan orientasi kemasyarakatan membantu satu sama lainnya dalam batas-batas yang bisa dilakukan menunjukan adanya kerjasama yang terjalin antar guru di sekolah.
3
Sekolah menengah atas yang berada di Kota Gorontalo sendiri terdiri beberapa sekolah menengah atas yang telah berstandar unggulan di Kota Gorontalo. Sebagai sekolah-sekolah yang berada di pusat pemerintahan Kota sangat memperhatikan kualitas input maupun output, tentunya yang menjadi perhatian kepala sekolah yaitu menurunnya nilai-nilai kerja guru dalam menjalankan tugasnya. Hal tersebut dengan sendirinya akan mengganggu kinerja yang berujung pada pencapaian tujuan sekolah. Kurangnya disiplin guru, tanggung jawab dan kerjasama antar guru tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap guru lainnya, dan untuk memperbaiki dan mewujudkan nilai-nilai kerja guru tentu merupakan suatu pekerjaan yang memakan waktu dan proses yang panjang. SMA Negeri 4 Gorontalo untuk mencapai penguatan budaya sekolah yang diharapkan sekolah sangat dipengaruhi oleh visi misi serta nilai-nilai budaya yang dikembangkan dalam sekolah tersebut, dimana nilai-nilai yang dikembangkan di sekolah, tentunya tidak dapat dilepaskan dari keberadaan nilai-nilai kerja guru itu sendiri sebagai bagian dari pelaksana organisasi pendidikan, yang memiliki peran dan fungsi untuk mengembangkan, melestarikan dan mewariskan nilai-nilai budaya kepada para siswanya. Hasil observasi awal peneliti di lapangan, permasalahan yang berkaitan dengan nilai-nilai kerja guru SMA Negeri 4 Gorontalo antara lain yaitu; Sebagian besar guru memperlihatkan sikap tanggung jawab mengajarnya hanya jika kepala sekolah hadir di sekolah, dan jika mengetahui kepala sekolah tidak hadir di sekolah
4
mereka merasa bebas dan cenderung kemudian menjadi tidak disiplin. Hal ini menunjukkan bahwa tanggung jawab kerja guru menjadi sangat rendah ketika mereka tanpa diawasi oleh kepala sekolah. Artinya sebagian besar guru lebih loyal pada pimpinanya daripada loyalitasnya pada profesinya, mereka malaksanakan tugas hanya sekedar untuk mengugurkan kewajiban; Banyak guru yang sering ijin tidak masuk sekolah tanpa memberikan tugas kepada siswa bahkan banyak guru yang meninggalkan tugas tanpa keterangan, dan Guru sering mengadakan kegiatankegiatan insidental dengan mengorbankan jam-jam belajar efektif, seperti rapat guru, melayat, kegiatan perlombaan-perlombaan dan kegiatan-kegiatan sosial lainya, hal ini tentu semakin mengurangi jam belajar efektif siswa. Akibat lebih jauh yaitu kelas yang kosong tersebut menganggu terhadap kelas yang lain sehingga suasana kegiatan belajar mengajar menjadi kurang kondusif. Terdapat guru yang lebih cenderung memilih bekerja dengan sendiri tanpa saling berkonsultasi dan kerjasama dengan guru lainnya dalam pelaksanaan pembelajaran. Nilai-nilai kerja guru di Sekolah, yang berarti juga keunggulan bagi sekolah, maka sekolah harus mampu meningkatkan nilai-nilai kerja guru dalam satuan pendidikan. Pada akhirnya Sekolah diharapkan mampu menyusun suatu desain pemberian yang layak dan wajar bagi para tenaga pendidik sehingga disiplin, tanggung jawab dan hubungan antara sekolah dan para tenaga pengajar akan terjalin dengan baik. Berdasarkan masalah dan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Nilai-nilai kerja Guru di SMA Negeri 4 Gorontalo di Kota Gorontalo”.
5
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka rumusan penelitian yang hendak dibahas dalam skripsi ini adalah: bagaimanakah efektivitas penerapan budaya kerja guru di SMA Negeri 4 Gorontalo di Kota Gorontalo. Menurut Hasibuan (2004:12) kerja adalah pengorbanan jasa, jasmani, dan pikiran untuk menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa dengan memperoleh imbalan prestasi tertentu. Kerja perlu diartikan sebagai kegiatan luhur manusia. Bukan saja karena kerja manusia dapat bertahan hidup tetapi juga kerja merupakan penciptaan manusia terhadap alam sekitarnya menjadi manusiawi. Pada hakekatnya bekerja merupakan bentuk atau cara manusia untuk mengaktualisasikan dirinya. Bekerja merupakan bentuk nyata dari nilai-nilai, keyakinan-keyakinan yang dianutnya dan dapat menjadi motivasi untuk melahirkan karya
yang
bermutu
dalam
pencapaian
suatu
tujuan
(Kepmenpan
No.
25/KEP/M.PAN/04/2002). Budaya kerja sudah lama dikenal oleh manusia, namun belum disadari bahwa suatu keberhasilan kerja berakar pada nilai-nilai yang dimiliki dan perilaku yang menjadi kebiasaan. Nilai-nilai tersebut bermula dari adat istiadat, agama, norma dan kaidah yang menjadi keyakinan pada diri pelaku kerja atau organisai. Nilai-nilai yang menjadi kebiasaan tersebut dinamakan budaya dan mengingat hal ini dikaitkan dengan mutu kerja, maka dinamakan budaya kerja. (Triguno, 2004:13) Budaya kerja adalah cara kerja sehari-hari yang bermutu dan selalu mendasari nilai-nilai yang penuh makna, sehingga menjadi motivasi, member inspirasi, untuk senantiasa bekerja lebih baik, dan memuaskan bagi masyarakat yang dilayani (Kepmenpan Nomor 25/KEP/M.PAN/04/2002 tentang Pedoman Pengembangan Budaya Kerja Aparatur Negara). Budaya Kerja adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang dibudayakan dalam suatu kelompok dan tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita, pendapat,
6
pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja. (Supriyadi, dan Tri Guno, 2004:15) Begitu juga menurut Biech dalam (Triguno, 2004:16) bahwa semuanya mempunyai arti proses yang panjang yang terus menerus disempurnakan sesuai dengan tuntutan dan kemampuan SDM itu sendiri sesuai dengan prinsip pedoman yang diakui. Budaya Kerja guru akan menjadi kenyataan melalui proses panjang, karena perubahan nilai-nilai lama menjadi nilai-nilai baru akan memakan waktu untuk menjadi kebiasaan dan tak henti-hentinya terus melakukan penyempurnaan dan perbaikan. Untuk mencapai tujuan budaya kerja di sekolah/organisasi yang telah dirumuskan dan membutuhkan berbagai keahlian dalam bidang pendidikan. Secara internal, sekolah membutuhkan orang-orang yang memiliki keahlian seperti kepala sekolah sebagai manajer sekolah dengan keahliannya sebagai manajer dan pemimpin, para guru bisang studi yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku, tenaga bimbingan dan konseling, ketatausahaan yang memiliki keterampilan dalam sistem manajemen informasi guna berbagai kebutuhan data berkenaan dengan kegiatan sekolah dan tidak kalah pentingnya untuk pengambilan keputusan manajer. Perpustakaan membutukan pustakawan yang dapat mengelola perpustakaan secara efektif dan memberikan kreatifitas untuk menghidupkan perputakaan agar banyak dikunjungi siswa dan anggota sekolah lainnya. Petugas laboratorium yang harus dapat memanajemen waktu penggunaan laboratorium dan memelihara serta memanfaatkan alat dengan berdayaguna. Dalam lingkungan eksternal sekolah yang berhubungan dengan dunia pendidikan, orang tua adalah stockholder utama yang mempercayakan putra-putrinya kepada sekolah. Dari berbagai pengertian tentang budaya kerja dapat disimpulkan bahwa budaya kerja guru adalah cara pandang guru yang menumbuhkan keyakinan atas dasar nilai-nilai yang diyakini guru untuk mewujudkan prestasi kerja terbaik.
7
Budaya Kerja pada dasarnya merupakan nilai-nilai yang menjadi kebiasaan seseorang dan menentukan kualitas seseorang dalam bekerja. Nilai-nilai itu dapat berasal dari adat kebiasaan, ajaran agama, norma dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat. Dari definisi tersebut, rasanya jelas bahwa seseorang yang memiliki budi pekerti, taat pada agama, dan memiliki nilai-nilai luhur akan mempunyai kinerja yang baik dalam arti mau bekerja keras, jujur, anti KKN, serta selalu berupaya memperbaiki kualitas hasil pekerjaannya demi kemajuan organisasi. Ada beberapa nilai-nilai yang mendasari kehidupan kerja seseorang, yaitu : 1). Nilai-Nilai Sosial, yang terdiri dari Nilai Kemanusiaan, Keamanan, Kenyamanan, Persamaan, Keselarasan, Efisiensi, Kepraktisan; 2) Nilai-Nilai Demokratik , yang terdiri dari Kepentingan Individu, Kepatuhan, Aktualisasi Diri, Hak-Hak Minoritas, Kebebasan/Kemerdekaan, Ketepatan, Peningkatan; 3) Nilai-Nilai Birokratik, yang meliputi Kemampuan Teknik, Spesialisasi, Tujuan Yg Ditentukan, Lugas Dalam Tindakan, Rasional, Stabilitas, Tugas Terstruktur; 4) Nilai-Nilai Profesional, termasuk Keahlian, Wewenang Memutuskan, Penolakan Kepentinan Pribadi, Pengakuan Masyarakat, Komitmen Kerja, Kewajiban Sosial, Pengaturan Sendiri, Manfaat Bagi Pelanggan, Disiplin; 5) Nilai-Nilai Ekonomik, yaitu Rasional, Ilmiah, Efisiensi, Nilai Terukur dengan Materi, Campur Tangan Minimal, Tergantung Kekuatan Pasar. (Supriyadi dan Tri Guno, 2006: 14) METODE PENELITIAN Penelitian ini mengambil lokasi di Penelitian ini akan mengambil lokasi di SMA Negeri 4 Gorontalo terletak di jalan kejaksaan Negeri Gorontalo, sebagai sekolah yang berada dilingkungan gedung pemerintahan tentu menerapkan budaya kerja guru juga dengan dasar pertimbangan penulis dari segi waktu dan anggaran. Penggunaan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis ini didasarkan pada pandangan Moleong (2007:21) bahwa “untuk memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu
8
Pengumpulan data dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan prosedur pengumpulan data antara lain : Observasi, Wawancara dan Dokumentasi Analisis data bermaksud atas nama mengorganisasikan data, data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen, laporan, dan lain-lain. Menurut Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2012:337), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu (1) data reduction, (2) data display, dan (3) conclusion drawing/verification HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Banyak hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu dari hal tersebut adalah membangun nilai-nilai kerja guru dengan baik. nilai-nilai kerja guru merupakan kultur organisasi dalam konteks persekolahan. Dengan adanaya nilai-nilai kerja guru maka menjamin kualitas kerja yang lebih baik. Seorang guru dalam meningkatan kinerjanya senantiasa mampu meningkatkan keprofesionalannya. Kemampuan professional berkaitan dengan kemampuan guru untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bergaul dengan semua pihak yang bersangkutan dengan pendidikan pada khususnya dan orang lain dari semua tatanan masyarakat pada umumnya. Kemampuan profesional merujuk pada keteladanan guru dalam melaksanakan layanan kependidikan. Hal ini diharapkan guru mampu melakukan apa yang harus dilakukannya dengan baik serta memahami batas-batas kemampuan dan tanggung jawabnya Kepala sekolah selaku pimpinan harus bekerja ektra dalam mewujudkan budaya sekolah sehingga ketika terdapat masalah-masalah yang sulit, penajaman akan nilai, keyakinan dan sikap yang penting guna meningkatkan stabilitas dan pemeliharaan sekolah yang dipimpinnya Menurut Rogers (dalam Palmer 2003), pendidikan menuntut perlunya perilaku guru yang menerima siswa sesuai potensinya, menciptakan hubungan yang saling
9
percaya dan nyaman, dan membangun hubungan dialogis yang memberdayakan siswa untuk mencapai aktualisasi diri. Proses pembelajaran yang baik menurut Purkey & Novak (dalam Eggen & Kauchak, 1997) adalah proses yang mengundang siswa untuk melihat dirinya sebagai orang yang mampu dan bernilai, mengarahkan diri sendiri, dan pemberian semangat kepada mereka untuk berbuat sesuai dengan persepsi dirinya tersebut. Semua itu akan terlihat pada kepatuhan dan loyalitasnya dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya dalam proses pembelajaran. Sikap ini akan dibarengi dengan rasa tanggungjawabnya untuk membuat dan mempersiapkan administrasi proses belajar mengajar, pelaksanaan proses belajar mengajar, serta pelaksanaan evaluasi dalam kegiatan belajar mengajar. Nilai-nilai kerja pada dasarnya merupakan nilai-nilai yang menjadi kebiasaan seseorang dan menentukan kualitas seseorang dalam bekerja. Nilai-nilai itu dapat berasal dari adat kebiasaan, ajaran agama, norma dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat. (Kepmenpan Nomor 25/KEP/M.PAN/04/2002). Dari definisi tersebut, jelas bahwa seorang guru yang memiliki budi pekerti, taat pada agama, dan memiliki nilai-nilai luhur akan mempunyai kinerja yang baik, dalam arti mau bekerja keras, jujur, serta selalu berupaya memperbaiki kualitas hasil pekerjaannya demi kemajuan profesinya. Nilai-nilai kerja seorang guru dalam proses pembelajaran sangat menentukan ketercapaian tujuan pendidikan. Nilai-nilai kerja guru dapat terlihat dari rasa bertanggungjawabnya dalam menjalankan amanah, profesi yang diembannya, dan rasa tanggungjawab moral. Menciptakan rasa kebersamaan antara guru di SMA Negeri 4 Gorontalo sangat penting dibudayakan di sekolah dengan adanya hal tersebut dapat memupuk rasa memiliki yang tinggi di lingkungan sekolah
10
Nilai-nilai kerja guru melalui rasa kebersamaan terjalin dengan rasa tanggung jawab guru terhadap sekolah. Karena terbatasnya guru maka sebagian besar guru bantu tetap datang sekolah walalupun jaraknya sangat jauh. Rasa kebersamaan dan rasa kekeluargaan di sekolah harus terjalin sejak dini, karena dengan adanya rasa kekeluargaan dan rasa kebersamaan untuk memiliki lingkungan sekolah akan dapat berdampak pada kepribadian peserta didik. Hal ini berdasarkan observasi bahwa para guru di SMA Negeri 4 Gorontalo tidak pernah terlibat perselisihan, begitu pula kegiatan yang dilakukan oleh guru dilakukan bersama-sama tanpa adanya sikap iri hati antara guru. Menciptakan nilainilai sosial antara guru di SMA Negeri 4 Gorontalo sangat penting dibudayakan di sekolah dengan adanya hal tersebut dapat memupuk rasa memiliki yang tinggi di lingkungan sekolah Penerapan kerja melalui nilai-nilai sosial kerja Guru di SMA Negeri 4 Gorontalo diwujudkan dengan keharmonisan yang terdiri dari rasa kebersamaan dan rasa saling memiliki yang tinggi di lingkungan sekolah yaitu melalui kegiatankegiatan yang dilaksanakan di sekolah. Solidaritas dan rasa kekeluargaan yang merupakan wujud dari rasa tanggung jawab membangun sekolah hal ini dibuktikan dengan kegiatan guru menjenguk kepala sekolah yang sedang sakit dan selalu menjaga keharmonisan antara sesama guru tanpa perbedaan pangkat dan kedudukan. Pengembangan nilai-nilai kerja sekolah senatiasa sejalan dengan visi misi dan tujuan sekolah sebab visi misi sekolah merupakan acuan dari setiap kegiatan yang dilaksanakan
termasuk
pengembangan
nilai-nilai
kerja
sekolah.
Adanya
Pengembangan budaya sekolah dapat diarahkan kepada prinsip yaitu adanya penekanan terhadap upaya peningkatan mutu dan prestasi akademik, Pengembangan dan inovasi guru secara terus-menerus, dan Penciptaan lingkungan belajar yang nyaman dan aman serta beradaptasi dengan pengembangan di sekolah Nilai-nilai demokratik di sekolah selalu dijunjung tinggi di SMA Negeri 4 Gorontalo tanpa perlakuan diskriminatif antara guru senior dengan junior. Nilai-nilai
11
birokratik dalam penerapan nilai-nilai kerja guru yaitu guru mengajar sesuai bidang studi yang menjadi spesialisasinya karena tuntutan sertifikasi serta guru beradaptasi terhadap perkembangan nilai-nilai kerja di sekolah hal ini dengan adanya fasilitas Komputer dan jaringan internet mendukung guru melakukan inovasi dan mendesain pembelajaran Nilai-nilai profesional guru di SMA Negeri 4 Gorontalo diwujudkan dengan disiplin yaitu guru datang ke sekolah tepat waktu. Disiplin waktu yang diterapkan di sekolah juga pada disiplin waktu pembelajaran, yaitu para guru harus mencapai target pembelajaran, atau melakukan pembelajaran berdasarkan alokasi waktu yang ditetapkan bersama, sehingga apabila terdapat pembelajaran yang belum tuntas, maka dilanjutkan pada waktu sore hari. Hal ini juga didukung oleh kepala sekolah memberikan pengawasan dari segi waktu yaitu dengan memeriksa kehadiran dan administrasi. Penampilan guru pihak sekolah menganjurkan memakai seragam yang sama setiap harinya. Potongan-potongan pada gaji guru melalui musyawarah terlebih dahulu oleh kepala sekolah dan bendahara untuk menginformasikan alasan pemotongan gaji dan meminta persetujuan dari guru. Nilai-nilai kerja guru di SMA Negeri 4 Gorontalo tidak dapat diragukan karena semangat untuk melakukan kegiatan pembelajaran namun yang menjadi faktor penghambat umum terjadi di SMA Negeri 4 Gorontalon bila ada kegiatan sekolah dan kedukaan warga sekolah, maka sebagian guru tidak hadir dalam kegiatan pembelajaran. Faktor pendukung berupa sarana perpustakaan menggantikan guru dalam mengajar dengan memberikan tugas kepada siswa untuk belajar di Perpustakaan sekolah. Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan normanorma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh unsur dan personil sekolah baik itu kepala
12
sekolah, guru, staf, siswa dan jika perlu membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah. Budaya sekolah yang diwujudkan dengan adannya nilai, keyakinan serta artefak sekolah untuk memberi penguatan keunikan sekolah telah berjalan dengan lancar, hal ini dikarenakan sekolah berorientasi pada tujuan memajukan sekolah secara bersama-sama. Nilai-nilai kerja guru di sekolah akan menjadi optimal, bilamana didukung oleh kepala sekolah, guru, karyawan maupun siswa. Kinerja guru akan lebih bermakna bila dibarengi akan kekurangan yang ada pada dirinya, dan berupaya untuk dapat meningkatkan atas kekurangan tersebut sebagai upaya meningkatkan kearah yang lebih baik. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dikemukakan kesimpulan penelitian sebagai berikut: 1. Nilai-nilai kerja guru di SMA Negeri 4 Gorontalo terdiri dari nilai-nilai sosial kerja Guru di SMA Negeri 4 Gorontalo diwujudkan dengan keharmonisan antara sesama guru tanpa perbedaan pangkat dan kedudukan, Nilai-nilai demokratik di sekolah selalu dijunjung tinggi di SMA Negeri 4 Gorontalo tanpa perlakuan diskriminatif antara guru senior dengan junior, Nilai-nilai profesional guru di SMA Negeri 4 Gorontalo diwujudkan dengan disiplin yaitu guru datang ke sekolah tepat waktu, nilai birokratik dalam penerapan nilai-nilai kerja guru yaitu guru mengajar sesuai bidang studi yang menjadi spesialisasinya karena tuntutan sertifikasi, nilai ekonomik yaitu potonganpotongan pada gaji guru melalui musyawarah terlebih dahulu oleh kepala sekolah dan bendahara untuk menginformasikan alasan pemotongan gaji dan meminta persetujuan dari guru. 2. Faktor pendukung dan penghambat Nilai-nilai kerja guru yaitu faktor penghambat umum terjadi di SMA Negeri 4 Gorontalon bila ada kegiatan
13
sekolah dan kedukaan warga sekolah, maka sebagian guru tidak hadir dalam kegiatan pembelajaran. Faktor pendukung berupa sarana perpustakaan menggantikan guru dalam mengajar dengan memberikan tugas kepada siswa untuk belajar di Perpustakaan sekolah. Saran Berdasarkan simpulan di atas maka dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi kepala sekolah agar lebih proaktif dalam menangani masalah yang menjadi kendala pelaksanaan kegiatan pembelajaran sehingga dapat lebih meningkatkan budaya kerja guru di SMA Negeri 4 Gorontalo. 2. Bagi guru hendaknya mendukung pelaksanaan budaya kerja yang dilaksanakan dan lebih memaksimalkan kinerja dalam proses kegiatan di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA Asrin, 2011. Profesionalisme Manajemen Pendidikan. Gorontalo: Ideas Publishing. Hasibuan, SP, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia, Ed Revisi, Jakarta : PT. Bumi Aksara. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara RI Nomor 25/KEP/M.PAN/04/2002 tentang Pedoman Pengembangan Budaya Kerja Aparatur Negara, Jakarta Mangkunegara, AA. Anwar Prabu. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Perusahaan. Bandung : Remaja Rosdakarya Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya. Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya Osborn, D dan Peter P. 2000, Memangkas Birokrasi, Ed. Revisi, Jakarta: PPM Purwanti. (2006). 20% SLB di Jawa Barat Kurang Memadai. www.jabar.go.id/ user/berita.pengembangan+plb+jawabarat.id
14
Sinamo, Jansen H, 2002. Etos Kerja 21 Etos Kerja Profesional di Era Digital Global, Ed 1, Jakarta, Institut Darma Mahardika. Sofo, F, 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia, Ed 1, Surabaya : Airlangga University Press Sugiono, 2011. Penelitian Kualitatif. Bandung, VI. Alfabeta. Sulaksono, Agus, 2002. Catatan Kuliah Budaya Kerja, Semester I PSDM, Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya. Supriadi, Dedi. 2003. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita. Triguno. 2004. Budaya Kerja; Menciptakan Lingkungan yang kondusif untuk meningkatkan Produktivitas Kerja, Ed. 6, Jakarta: Golden Terayon Press. Wahjosumidjo, 2008, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Rajawali Press, Jakarta. West, M.A., 2000. Mengembangkan Kreativitas Dalam Organisasi, Ed 1, Yogjakarta : Kanisius.
15