ARTIKEL PENELITIAN
Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Berisiko Tertular HIV/AIDS pada Siswa SMA Negeri Di Kota Gorontalo
Factors Correlated with Risk Measures Infected with HIV / AIDS in the Senior High School Students In Gorontalo Endah Yulianingsih Politeknik Kesehatan Kemenkes Gorontalo
come from outside, such as drugs, crime, and sex crimes that could harm them because it can be infected with venereal diseases especially HIV / AIDS. Health behavior change is influenced by three factors: factors predisposing, enabling, reinforcing. The results obtained by the five variables that showed significant association with risk measures infected with HIV / AIDS in the State high school students in the city of Gorontalo is variable knowledge, attitudes, religiosity, media exposure information, peer influence, this study generates a variable that has a very dominant relationship namely religiosity variables.
Abstrak HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia dewasa ini. Penyakit ini terdapat hampir disemua negara di dunia tanpa kecuali termasuk Indonesia. Remaja lebih mudah melakukan penyesuaian dengan arus globalisasi dan arus informasi yang bebas yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan perilaku menyimpang karena adaptasi terhadap nilai-nilai yang datang dari luar, seperti narkoba, kriminal, dan kejahatan seks bebas yang dapat membahayakan mereka karena bisa terjangkit berbagai penyakit kelamin terutama HIV/AIDS. Perubahan perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposing, enabling, reinforcing. Hasil penelitian diperoleh lima variabel yang menunjukkan hubungan yang signifikan dengan tindakan berisiko tertular HIV/AIDS pada siswa SMA Negeri di Kota Gorontalo yaitu variabel pengetahuan, sikap, religiusitas, keterpaparan media informasi, pengaruh teman sebaya, Penelitian ini menghasilkan variabel yang memiliki hubungan yang sangat dominan yaitu variabel religiusitas.
Kata
Keyword:
Action risk of contracting HIV / AIDS, Knowledge, Attitude, Religiosity, Media Exposure.
Pendahuluan Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2012) adanya perubahan perilaku kesehatan seseorang atau individu dipengaruhi oleh tiga faktor Pertama adalah faktor predisposing atau faktor yang melekat atau memotivasi, faktor ini berasal dari dalam diri remaja yang menjadi alasan atau motivasi untuk melakukan suatu perilaku, faktor ini meliputi pengetahuan, keyakinan, nilai, sikap, kepercayaan, kapasitas, umur, jenis kelamin, dan pendidikan. Kedua adalah faktor enabling atau faktor pemungkin adalah faktor yang memungkinkan atau mendorong suatu perilaku dapat
kunci: Tindakan Berisiko Tertular HIV/AIDS, Pengetahuan, Sikap, Religiusitas, Keterpaparan Media.
Abstract HIV / AIDS is the world’s problems. The disease is found in almost all countries in the world including Indonesia. Teens easier to make adjustments with globalization and the free flow of information that can lead to deviant behavior change because of adaptation to the values that
311
Yulianingsih, Faktor-faktor yang Berhubungan
terlaksana, faktor ini meliputi ketersediaan dan keterjangkauan sumber daya kesehatan, prioritas dan komitmen masyarakat/ pemerintah terhadap kesehatan, keterampilan yang berkaitan dengan kesehatan, tempat tinggal, status ekonomi, dan akses terhadap media informasi. Faktor ketiga adalah faktor reinforcing atau faktor penguat yaitu faktor yang dapat memperkuat perilaku, meliputi faktor yang ditentukan oleh pihak ketiga atau orang lain yang meliputi keluarga, teman scbaya, guru, petugas kesehatan, tokoh masyarakat dan pengambil keputusan.
pesan terbuka akan mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan dan bertindak dengan cara positif. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prihatin (2007) menunjukkan bahwa peran media massa pada angka signifikan 0,009 (p<0,05, r=0,261) artinya ada hubungan yang signifikan antara peran media massa dengan sikap siswa SMA terhadap hubungan seksual pranikah, terdapat kecenderungan siswa yang tidak mendapatkan cukup informasi tentang kesehatan reproduksi dari media massa akan cenderung bersikap mendukung terhadap hubungan seks pranikah (Prihatin, 2007).
Menurut Aung et. al. (2013) bahwa remaja yang tidak memiliki cukup pengetahuan, tidak bisa memahami perilaku berisiko yang dapat meningkatkan kemungkinan infeksi HIV. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurachman (2009) persepsi tentang pengetahuan, sikap dan pencegahan berhubungan dengan upaya pencegahan HIV/AIDS melalui perilaku berisiko tertular pada siswa SLTP dengan nilai p(0,000). Sehinggga pengetahuan dan sikap merupakan samasama bentuk dari faktor predisposisi dari perilaku.
Keluarga mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan remaja karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang meletakkan dasardasar kepribadian remaja. Orangtua memegang peranan penting untuk meningkatkan pengetahuan anak remaja tentang perkembangan yang ada dalam diri remaja. sehingga akan sangat membantu anak remaja dalam berperilaku sesuai dengan nilai-nilai moral yang ditanamkan oleh orang tua. Hasil penelitian Nurhayati (2013) menunjukkan bahwa kekuatan keluarga yang kurang baik akan lebih besar menyebabkan perilaku seksual berisiko tinggi pada remaja sebesar 72.7%, sedangkan kekuatan keluarga yang baik menyebabkan lebih besar terjadinya perilaku seksual berisiko rendah pada remaja sebesar 33.3% (Irianto, 2014; Nurhayati, 2013).
Tertanamnya nilai-nilai moral agama dalam diri seseorang, maka seseorang akan dapat mengontrol dirinya untuk melakukan tindakan. Berdasarkan hasil penelitian Andisti dan Ritandiyono (2008) mengemukakan bahwa semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah perilaku seks bebasnya, dan sebaliknya semakin rendah religiusitas maka semakin tinggi perilaku seks bebasnya, dalam penelitian ini diketahui bahwa koefisien korelasi yang diperoleh sebesar r = -0.378 dengan taraf signifikansi sebesar 0.007 (p<0.01) sehingga terdapat hubungan antara religiusitas dengan perilaku seks bebas pada remaja.
Keinginan menjadi mandiri akan timbul dari dalam diri remaja. Salah satu bentuk itu adalah dengan mulai melepaskan diri dari pengaruh orangtua dan ketergantungan emosional pada orang tua (Kusmiran, 2011). Pada usia remaja, seseorang akan menghabiskan lebih banyak waktu bersama teman sebayanya dibandingkan bersama dengan orang tuanya, sehingga wajar jika tingkah laku dan norma yang dipegang banyak
Media sangat berperan penting dalam membentuk pengetahuan seorang remaja dalam menekan peningkatan HIV/AIDS. Peran media massa yang diberikan secara
312
JIKMU, Vol. 5, No. 2a April 2015 dipengaruhi oleh kelompok sebayanya. Teman sebaya mempunyai pengaruh terhadap sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan tingkah laku remaja daripada pengaruh keluarga. Berdasarkan hasil penelitian Dewi (2012) menunjukkan adanya hubungan bermakna antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku seksual remaja (p value:0,05) sehingga disimpulkan bahwa remaja dengan pengaruh teman sebaya memiliki peluang sebanyak 1,73 kali dari pada remaja dengan tanpa pengaruh teman sebaya untuk melakukan perilaku seksual berisiko (Hanifah et al, 2012; Dewi, 2012).
terdapat siswa yang tidak naik kelas dan terdapat siswa yang ijin karena perawatan rehabilitasi karena narkoba. Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian in adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan berisiko tertular HIV/AIDS pada siswa SMA Negeri di Kota Gorontalo.
Metode Penelitian ini dilakukan pada siswa Kelas XI SMA Negeri di Kota Gorontalo. Penelitian ini berlangsung bulan Desember 2014-Februari 2015. Jenis penelitain ini adalah Cross sectional study. Populasi target pada penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri di Kota Gorontalo sebanyak 1049 siswa. Pertimbangan penentuan populasi karena diasumsikan bahwa siswa kelas XI termasuk dalam perkembangan intelegensia mampu berfikir abstrak dan senang memberi kritik, ingin mengetahui hal-hal baru sehingga muncul perilaku ingin mencoba hal-hal yang baru yang dapat mendorong siswa berisiko tertular HIV/AIDS. Sampel penelitian ditentukan dengan simple random sampling. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini ditentukan menggunakan rumus Lemeshow et al, (1997) sehingga diperoleh jumlah sampel adalah 218 siswa. Analisis data digunakan dengan menggunakan analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran karakteristik umum siswa yang dianggap terkait dengan variabel yang ada dalam tujuan penelitian, gambaran masingmasing variabel meliputi: variabel pengetahuan, sikap, religiusitas, keterparan media, peran orang tua, peran teman sebaya dengan tindakan berisiko tertular HIV/AIDS pada sisiwa SMA Negeri di Kota Gorontalo. Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan dan membuktikan hipotesis dua variabel, analisis bivariat menggunakan uji statistic
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan di empat SMA Negeri Kota Gorontalo, diperoleh informasi melalui guru bimbingan konseling tentang masalah-masalah yang dialami siswa mengenai kesehatan reproduksi bahwa setiap tahunnya terdapat siswa yang tidak melanjutkan sekolah akibat kehamilan yang tidak diinginkan, terdapat siswa yang ijin sekolah karena perawatan rehabilitasi Narkoba. Di SMA Negeri 1 Kota Gorontalo dan di SMA Negeri 3 Kota Gorontalo terdapat program pusat informasi kesehatan remaja (PIK/R) tetapi untuk kegiatannya tidak berjalan maksimal. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa bahwa siswa pernah mendengar tentang HIV/AIDS melalui teman dan penyuluhan, namun terdapat beberapa siswa yang masih ragu menjawab pertanyaan tentang cara penularan HIV/AIDS. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap siswa di empat SMA Negeri di Kota Gorontalo bahwa dalam hal pergaulan mereka kurang membatasi diri antara lawan jenis dan masa bodoh terhadap lingkungannya. Selain itu diperoleh informasi permasalah yang umum yang dialami remaja adalah seputar akademik yaitu sangat bervariasi terdapat siswa yang sering bolos sekolah, terdapat siswa yang datang terlambat ke sekolah, terdapat siswa yang merokok disekolah, terdapat siswa yang mencoba coba membuat ramuan obat-obatan,
313
Yulianingsih, Faktor-faktor yang Berhubungan
Chi square (x2) dengan α <0,05. Analisis multivariate menggunakan uji regresi logistik berganda untuk melihat hubungan variabel dependen dengan beberapa variabel independen.
Hasil dan Pembahasan 1. Hubungan
Pengetahuan
dengan
Tindakan Berisiko Tertular HIV/AIDS Hasil dari tabulasi silang variabel pengetahuan dengan tindakan berisiko tertular HIV/AIDS dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini:
Tabel 1. Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Berisiko Tertular HIV/AIDS Tindakan Pengetahuan Baik Kurang Total
Tidak Berisiko n % 102 84,3
Berisiko
Total
n 19
% 15,7
N 121
% 100,0
97
100,0
58
59,8
39
40,2
160
73,4
58
26,6
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,000 < α 0,05, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang sangat bermakna antara pengetahuan dengan tindakan berisiko tertular HIV/AIDS pada siswa SMA Negeri di Kota Gorontalo. Dilihat dari nilai OR menunjukkan bahwa siswa yang berpengetahuan kurang berpeluang 3,6 kali lebih besar melakukan tindakan berisiko dibandingkan dengan siswa yang berpengetahuan baik.
Nilai p
OR (95% CI)
0,000
3,610 (1.911-6.819)
218 100,0 tentang HIV/AIDS. Penyuluhan atau informasi tentang HIV/AIDS hendaknya melibatkan orang tua karena orang tua merupakan orang pertama yang meletakkan dasar-dasar kepribadian pada siswa, melibatkan teman sebaya karena teman sebaya merupakan lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial siswa dan media merupakan pemberi informasi yang dapat mempengaruhi seseorang melalui pesan yang disampaikan. Semakin banyak sumber informasi yang diterima siswa tentang HIV/AIDS akan semakin baik pengetahuan siswa tersebut.
Hasil penelitian pada variabel pengetahuan dengan Tindakan Berisiko Tertular HIV menunjukkan bahwa sebagian siswa memiliki pengetahuan baik, hasil penelitian ini masih terdapat siswa yang melakukan tindakan berisiko tertular HIV/AIDS, hal ini dapat dipengaruhi oleh kurangnya informasi yang diperoleh siswa tentang HIV/AIDS dari berbagai sumber seperti peran orang tua, peran teman sebaya dan media, kurangnya informasi tentang HIV/AIDS dapat menimbulkan persepsi yang salah
2. Hubungan antara Sikap dengan Tindakan Berisiko Tertular HIV/AIDS Hubungan antara sikap dengan tindakan berisiko tertular HIV/AIDS pada siswa SMA Negeri di Kota Gorontalo dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini:
314
JIKMU, Vol. 5, No. 2a April 2015 Tabel 2. Hubungan Antara Sikap dengan Tindakan Berisiko Tertular HIV/AIDS Tindakan Sikap Sikap Positif Sikap Negatif Total
Tidak Berisiko n % 100 88,5
Berisiko
Total
N 13
% 11,5
N % 113 100,0 105 100,0
60
57,1
45
42,9
160
73,4
58
26,6 218 100,0
Berdasarkan hasil uji ststistik diperoleh p value=0,000 < α 0,05, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang sangat bermakna antara sikap dengan tindakan berisiko tertular HIV/AIDS. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR sebesar 5,769 (2.879-11.562) yang berarti responden yang memiliki sikap negatif berpeluang 5,7 kali lebih melakukan tindakan berisiko dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap positif.
Nilai p
OR (95%;CI)
0,000
5,769 (2.879-11.562)
sikap negatif. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan dan religiusitas responden sehingga dapat memotivasi siswa untuk menentukan sikap yang dapat dilihat melalui respon yang positif dan respon negatif berdasarkan pada pengalaman yang di amati dan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Lingkungan sekitar yang kurang mendukung khusunya peran orang tua, hal ini dibuktikan dari hasil penelitian peran orang tua hanya sebesar 38,5%.
Hasil penelitian ini masih diperoleh siswa yang melakukan tindakan berisiko tertular HIV/AIDS, hal ini dapat dipengaruhi oleh kurangnya pemahaman responden tentang HIV/AIDS. Sikap negatif dapat dipengaruhi oleh sesuatu keyakinan Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa responden memliki sikap yang positif lebih banyak dibandingkan responden yang memiliki
3. Hubungan antara Religiusitas dengan Tindakan Berisiko Tertular HIV/AIDS Hubungan antara religiusitas dengan tindakan berisiko tertular HIV/AIDS pada siswa SMA Negeri di Kota Gorontalo dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini:
Tabel 3. Hubungan Antara Religiusitas dengan Tindakan Berisiko Tertular HIV/AIDS Tindakan Religius Selalu
Tidak Berisiko n % 111 94,1
Berisiko
Total
n 7
% 3,9
n % 118 100,0
Jarang
49
49,0
51
23,3
100 100,0
Total
160
73,4
58
26,6
218 100,0
Berdasarkan hasil uji ststistik diperoleh p value 0,000 < α 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara religiusitas dengan tindakan berisiko tertular HIV/AIDS pada siswa
Nilai p
OR (95%;CI)
0,000
16,504
kelas XI SMA Negeri di Kota Gorontalo. Dilihat dari hasil analisis nilai OR sebesar 16,504 (6,994-30,946) artinya religiusitas mempunyai pengaruh 16,504 kali terhadap tindakan berisiko tertular HIV/AIDS.
315
Yulianingsih, Faktor-faktor yang Berhubungan
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa remaja yang religiusitas dapat mengontrol diri terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran agamanya. hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan dimana siswa berada yang dapat membentuk perilaku yang baik, remaja religiusitas adalah remaja yang melaksanakan ibadah agamanya dan juga mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agamanya sehingga dapat mengontrol diri dalam berperilakunya, namun dalam penelitian ini masih diperoleh siswa yang melakukan tindakan berisiko, hal ini dapat dipengaruhi oleh kurangnya pemahaman remaja tentang nilai-nilai moral yang
diajarkan oleh agama, selain itu teman sebaya yang berperilaku berisiko juga dapat menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi remaja dalam melakukan tindakan berisiko
4. Hubungan antara Keterpaparan Media Informasi dengan Tindakan Berisiko Tertular HIV/AIDS Hubungan antara keterpaparan media informasi dengan tindakan berisiko tertular HIV/AIDS pada siswa SMA Negeri di Kota gorontalo dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini:
Tabel 4. Hubungan Antara Keterpaparan Media Informasi dengan Tindakan Berisiko Tertular HIV/AIDS Tindakan Keterpaparan Media Terpapar
Tidak Berisiko n % 73 83,0
n % 15 17,0
n 88
% 100,0
Tidak Terpapar
87
43 33,1 130
100,0
Total
66,9
192 88,1
Berisiko
26
Total
11,9 218
Berdasarkan hasil uji ststistik diperoleh p 0,009<α 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara keterpaparan media informasi dengan tindakan berisiko tertular HIV/AIDS. Dari data ini juga diperoleh nilai OR sebsar 2,405 (1,237-4,677) yang berarti responden yang tidak terpapar media informasi tentang HIV/AIDS melalui media berpeluang 2,4 kali lebih untuk melakukan tindakan berisiko tertular HIV/AIDS dibandingkan dengan responden yang terpapar media informasi melalui media.
Nilai p 0,009
OR (95%:CI) 2,405 (1,237-4,667)
100,0
HIV/AIDS. hal ini karena informasi yang diterima remaja dapat membentuk pengetahuan baru terhadap suatu objek, sehingga memunculkan suatu keyakinan terhadap objek tersebut dan berpengaruh terhadap perilaku. Media yang digunakan remaja untuk mengakses informasi tentang HIV/AIDS adalah Media cetak, media elektronik dan internet. Beragam keunggulan yang disajikan oleh media massa dan internet membuat para siswa tertarik untuk menikmatinya, namun dalam penelitian ini masih diperoleh siswa yang melakukan tindakan berisiko walaupun telah terpapar informasi tentang HIV/AIDS mealaui media, hal ini dapat dipengaruhi oleh perilaku yang ikut-ikutan terhadap teman sebaya sehingga
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa siswa yang terpapar media tentang HIV/AIDS dapat menghindari tindakan berisiko tertular
316
JIKMU, Vol. 5, No. 2a April 2015 memunculkan keingintahuan yang besar terhadap hal-hal baru yang diperoleh teman sebaya melalui media. Semakin mudahnya keterjangakauan media dapat memberikan nilai positif dan juga dapat memberikan nilai negatif. Nilai positifnya adalah informasi yang didapat melalui media dapat digunakan sebagai sarana belajar namun hal negatifnya adalah kemudahan untuk mengakses media digunakan sebagai sarana mencari tahu hal-hal baru yang dapat mempengaruhi siswa sehingga siswa cenderung
melakukan eksperiman terhadap hal-hal baru yang diperoleh melalui media. 5. Hubungan antara Peran Orang Tua dengan Tindakan Berisiko Tertular HIV/AIDS Hubungan antara peran orang tua dengan tindakan berisiko tertular HIV/AIDS pada siswa SMA Negeri di Kota Gorontalo dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini:
Tabel 5. Hubungan antara Peran Orang Tua dengan Tindakan Berisiko Tertular HIV/AIDS
Tindakan Peran Orang Tua
Berisiko
Baik
Tidak Berisiko n % 67 79,8
n 17
% 20,2
N % 84 100,0 0,092
Kurang
93
69,4
41
30,6
134 100,0
160
73,4
58
26,6
218
Total
Total
Berdasarkan hasil uji ststistik diperoleh p 0,092 > α 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara peran orang tua dengan tindakan berisiko tertular HIV/AIDS. Dilihat dari nilai OR sebesar 1,738 (0 ,910-3,318) yang berarti responden yang memiliki peran orang tua kurang berpeluang 1,7 kali lebih besar melakukan tindakan berisiko dibandingkan dengan responden yang memiliki peran orang tua baik.
Nilai P
OR (95%;CI) 1,738 (0.910-3.316
100,0
peningkatan kesadaran dan pengambilan keputusan terhadap perilaku berisiko. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan antara peran orang tua dengan tindakan berisiko tertular HIV/AIDS. Pada masa remaja umumnya mengalami perubahan dalam hal kepribadian yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap hubungan dengan anggota keluarga. Perbedaan nilai yang dianut keluarga dan anak terkadang dianggap kuno. Komunikasi yang dibangun orang tua biasanya tidak sejalan dengan perkembangan remaja terkadang orang tua yang memberikan informasi kepada remaja seperti memaksakan, sehingga remaja lebih memilih teman sebayanya untuk berdiskusi
Komunikasi yang baik yang dibangun orang tua dapat berpengaruh besar terhadap perkembangan remaja. Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengantarkan anak-anaknya kealam dewasa. Ayah dan ibu menjadi sumber utama, informasi mengenai pengetahuan tentang HIV/AIDS kepada remaja secara benar dan terpercaya. Menurut Yadeta et al (2014) bahwa peningkatan komunikasi orangtua dan anak dapat mengarahkan
317
Yulianingsih, Faktor-faktor yang Berhubungan
6. Hubungan antara Peran Teman Sebaya dengan Tindakan Berisiko Tertular HIV/AIDS
Hubungan antara peran teman sebaya dengan tindakan berisiko tertular HIV/AIDS pada siswa SMA Negeri di Kota Gorontalo dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini:
Tabel 6. Analisis Hubungan Antara Peran Teman Sebaya dengan Tindakan Berisiko Tertular HIV/AIDS Tindakan Peran Teman Sebaya Tidak Terpengaruh Terpengaruh Total
Tidak Berisiko n % 119 79,9
Berisiko
Total
n 30
% 20,1
N % 149 100,0 69 100,0
41
59,4
28
40,6
160
73,4
58
26,6
Berdasarkan hasil uji ststistik diperoleh p 0,001<α 0,05, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara peran teman sebaya dengan tindakan berisiko tertular HIV/AIDS. Dilihat dari nilai OR sebesar 2,709 (1,449-5,063) yang berarti responden yang terpengaruh dengan teman sebaya yang berperilaku negatif berpeluang 2,7 kali lebih besar melakukan tindakan berisiko dibandingkan dengan responden yang tidak terpengaruh dengan teman sebaya.
218
Nilai p
OR (95%;CI)
0,001
2,709 1,449 5,063
100,0
HIV/AIDS. sebagian besar tidak terpengaruh oleh teman sebaya yang berperilaku berisiko, hal ini dapat dipengaruhi oleh pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dan sebagian remaja memiliki religiusitas yang baik sehingga dapat mengontrol dirinya dalam melakukan tindakan. Namun dalam hasil penelitian ini terdapat remaja melakukan tindakan berisiko hal ini karena pada usia ini juga remaja sudah menjalin hubungan dengan lawan jenisnya yang dapat diwujudkan dengan kencan dan berpacaran. sehingga reamaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan berpacaran
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara peran teman sebaya dengan tindakan berisiko tertular 7. Variabel yang Dominan Berpengaruh terhadap Tindakan Berisiko Tertular HIV/AIDS
36,441), yang artinya adalah responden yang selalu melaksanakan ibadah agamanya berpeluang 14,5 (95%CI:5,82536,441) kali lebih besar menghindari tindakan berisiko dibandingkan dengan reponden yang jarang melaksanakan ibadah agamanya setelah dikontrol oleh variabel pengetahuan, sikap dan keterpaparan media.
Variabel dominan yang berpengaruh terhadap tindakan berisiko tertular HIV/AIDS yaitu variabel religiusitas dengan nilai p 0,000 dan nilai OR (odds ratio) yaitu sebesar 14,570 (95%CI:5,825-
318
JIKMU, Vol. 5, No. 2a April 2015 Tabel 7. Hasil Regresi Logistik
B .972 1.518 2.679
S.E. Wald .401 5.872 .418 13.156 .468 32.805
df 1 1 1
Sig. Exp(B) 0.015 2.643 0.000 4.562 0.000 14.570
95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper 1.204 5.802 2.009 10.360 5.825 36.441
Pengetahuan Sikap Religiusitas Keterpaparan 1.056 .424 6.200 1 0.013 2.876 1.252 6.606 V Media P aria Constant endi -4.790 .669 51.276 1 0.000 .008 bel dika dominan yang berpengaruh terhadap n agama dan ajaran islam di ajarkan sejak tindakan berisiko tertular HIV/AIDS yaitu kecil, diupayakan agar anak dan remaja itu variabel religiusitas dengan nilai p 0,000 memahami arti agama dan manfaatnya dan nilai OR (odds ratio) yaitu sebesar untuk kehidupan manusia. Pemahaman 14,570 (95%CI:5,825-36,441), yang remaja tentang agama akan menumbuhkan artinya adalah responden yang selalu kesadaran akan pentingnya peran agama melaksanakan ibadah agamanya dan akan menghalangi orang dari berpeluang 14,5 (95%CI:5,825-36,441) perbuatan tercela. Jika latihan agama kali lebih besar menghindari tindakan sudah mendarah daging maka remaja akan berisiko dibandingkan dengan reponden memiliki tingkat religius yang tinggi yang jarang melaksanakan ibadah sehingga dapat membuat keputusan yang agamanya setelah dikontrol oleh variabel berdasarkan nilai-nilai agama. Hal ini pengetahuan, sikap dan keterpaparan dibuktikan dari hasil penelitian diperoleh media. bahwa sebagian besar siswa selalu melaksanakan ritual agamanya secara Propinsi Gorontalo merupakan daerah teratur sebanyak 54,1% sehingga siswa yang sangat menjunjung tinggi nilai sosial yang selalu melaksanakan ritual agamanya budaya dan agama dengan jumlah cenderung dapat mengontrol diri untuk penduduk mayoritasnya adalah beragama tidak melakukan tindakan berisiko tertular Islam. Propinsi Gorontalo termasuk dalam HIV/AIDS. Nilai-nilai agama yang dianut Propinsi yang dinisbatkan dalam suatu remaja dibentuk oleh lingkungan yaitu ungkapan “Adat Bersendikan Sara” dan lingkungan orang tua dan lingkungan “Sara Bersendikan Kitabullah” yang tempat tinggal. artinya pekerjaan (perbuatan) hendaklah selalu mengingat aturan adat dan agama (jangan bertentang antara satu dan lainnya). Masyarakat Kota Gorontalo memiliki watak yang dibentuk oleh tradisi dan kesopanan kultur. Dilihat dari segi adat, masyarakat Gorontalo memiliki persepsi adat yang merupakan suatu kehormatan karena didalam adat terkandung nilai-nilai religi yang terkandung dalam Kitab Suci (Al-Quran) dengan demikian masyarakat Gorontalo sangat religius dan penuh tatanan nilainilai luhur.
Nilai-nilai agama yang ditanamkan oleh remaja dapat berpengaruh terhadap sikap siswa yang memberikan respon positif terhadap perilaku yang dapat berisiko terhadap tertularnya HIV/AIDS. sehingga membentuk suatu persepsi yang menurut siswa perilaku tersebut adalah perbuatan tercela yang tidak sesuai dengan ajaran agamanya. Menurut Allport Sikap merupakan predisposisi untuk bererspon, yang dapat memulai atau membimbing tingkah laku yang diperoleh melalui belajar (Sinaga, 2012).
319
Yulianingsih, Faktor-faktor yang Berhubungan
Menurut Notoatmodjo (2007) Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman dan informasi yang pernah diamati seseorang terhadap suatu objek, artinya bahwa remaja yang mendapatkan informasi akan dapat membentuk pengetahuan baru sehngga akan menimbulkan kesadaran, pemahaman dan akhirnya berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
terhadap tindakan beresiko tertular HIV/AIDS Daftar Pustaka Aung Z, et al. 2013. Cross Sectional Study of Knowledge, Attitude and Practice on HIV Infection among Secondary School Students in Kuala Terengganu. International Journal of Medicine and Medical Sciences, ISSN: 2051-5731, Vol.46, Issue.4 Dewi P.A, 2012. Hubungan Karakteristik Remaja, Peran Teman Sebaya dan Paparan Pornografi dengan Perilaku Seksual Remaja di Kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok. Tesis. http://lontar.ui.ac.id/file. diakses 30 September 2014.
Peran media massa dan internet dalam memberikan informasi merupakan hal yang sangat penting dalam upaya peningkatan pengetahuan remaja. Keterjangkauan sumber informasi melalui media saat ini sangat menunjang peningkatan pengetahuan remaja dalam hal pemebrian informasi tentang HIV/AIDS
Dewi N V Rosita, 2010. Hubungan Penggunaan Media Massa dengan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi pada Remaja.Skripsi. http;//eprints.uns.ac.id. diakses 20 februari 2015.
Kesimpulan Dari hasil penelitian ini kesimpulan yang dapat diambil adalah:
Irianto, K. 2014. Seksologi Kesehatan. Alfabeta. Bandung
1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan beresiko tertular HIV/AIDS
Kusmiran, E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba Medika. Jakarta
2. Ada hubungan antara sikap dengan tindakan beresiko tertular HIV/AIDS
Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineke Cipta. Jakarta
3. Ada hubungan antara religiusitas dengan tindakan beresiko tertular HIV/AIDS
Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineke Cipta. Jakarta
4. Ada hubungan antara keterpaparan media informasi dengan tindakan beresiko tertular HIV/AIDS
6. Ada hubungan antara peran teman sebaya dengan tindakan beresiko tertular HIV/AIDS
Nurhayati. 2011. Hubungan Pola Komunikasi dan Kekuatan Keluarga dengan Perilaku Seksual Berisiko pada Remaja Di Desa Tridaya Sakti Kecamatan Tambunan Selatan Kabupaten Bekasi. Tesis. http://lontar.ui.ac.id/file diakses 20 Oktober 2014.
7. Variabel variabel
Prihatin T,W. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sikap
5. Tidak ada hubungan antara peran orang tua dengan tindakan beresiko tertular HIV/AIDS
religiusitas merupakan yang paling dominan
320
JIKMU, Vol. 5, No. 2a April 2015 Siswa SMA terhadap Hubungan Seksual (Intercourse) Pranikah di Kota Sukoharjo. Tesis. http://responsibility.undip.ac.id. Diakses 20 oktober 2013.
Sinaga Sarma Eko Natalia. 2012. Faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku Sek Pra Nikah Pada Mahasiswa Akademik Kesehatan X Di Kabupaten Lebak. Tesis. http://lontar.ui.ac.id/file diakses 20 Januari 2014
321