SKIRPSI
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TENTANG HIV/AIDS DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS DI SMA NEGERI 12 HELVETIA MEDAN TAHUN 2015
Oleh DAMERIA TAMPUBOLON 1102 159
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
SKIRPSI
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TENTANG HIV/AIDS DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS DI SMA NEGERI 12 HELVETIA MEDAN TAHUN 2015
Skripsi ini di ajukan sebagai syarat memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia
Oleh DAMERIA TAMPUBOLON 1102 159
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
PERNYATAAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TENTANG HIV/AIDS DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS DI SMA N 12 HELVETIA MEDAN TAHUN 2015
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan tidak pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis yang dicantumkan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan,
Juli 2015
Peneliti
(Dameria Tampubolon)
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Identitas Nama
: Dameria Tampubolon
Nim
: 11.02.159
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir
: Lima Puluh, 17 Juli 1992
Agama
: Kristen Protestan
Anak ke
: 4 dari 5 bersaudara
Status Pernikahan
: Belum Menikah
Email
:
[email protected]
No HP
: 0813-7069-5146
Nama Ayah
: Marihot Tampubolon
Nama Ibu
: Sarmauli Manurung
Alamat Rumah
: Jl. Sipintu-pintu
B. Riwayat Pendikan 1. Tahun 1999 – 2005
: SD Negeri Impres 177047 Silangit
2. Tahun 2005 – 2008
: SMP Negeri 1 Siborong-borong
3. Tahun 2008 – 2011
: SMA Negeri 1 Siborong-borong
4. Tahun 2011 – 2015
: S1Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan dan Kebidanan di Universitas Sari Mutiara Indonesia.
ii
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA Skripsi, juli 2015 DameriaTampubolon Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Tentang HIV/AIDS Dengan Tindakan Pencegahan Penularan HIV/AIDS Di SMA N 12 Helvetia Medan Tahun 2015 xiii + 48 halaman + 3 tabel + 1 skema + 14 lampiran ABSTRAK Penyakit infeksi HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan masalah terbesar di dunia dewasa ini,terdapat hampir di dunia tanpa kecuali Indonesia. Banyak kalangan remaja yang tidak mengetahui informasi mengenai kesehatan seperti HIV/AIDS.Pengetahuan akan HIV/AIDS itu sangat penting bagi remaja karena mengetahui bahwa dewasa ini remaja lebih bertoleransi terhadap gaya hidup pergaulan yang bebas. Kurangnya pengetahuan siswa/i tentang HIV/AIDS mempengaruhi sikap remaja terhadap tindakan pencegahan HIV/AIDS. Hal ini menunjukkan bahwa masa transisi dari remaja menuju usia dewasa adalah masa krisis yang apabila tidak dibimbing bisa mengarah kepada perilaku yang berisiko. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan dan sikap siswa tentang HIV/AIDS dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian adalah siswa SMA Negeri 12 Helvetia Medan yang berjumlah 683 orang. Pengambilan sampel yang digunakan adalah Systematic Random Sampling dengan jumlah sampel 87 orang. Berdasarkan uji Chi Square menunjukkan adanya hubungan pengetahuan dengan tindakan pencegahan penularan HIV/AIDSdengan nilai p=0,042
Kata Kunci : Pengetahuan, sikap, tindakan pencegahan, HIV/AIDS. Daftar Pustaka : 43 ( 1997- 2014 )
iii
SCHOOL OF NURSING FACULTY OF NURSING AND MIDWIFERY SARI MUTIARA INDONESIA UNIVERSITY scription, July 2015 Dameria Tampubolon Relations Students Knowledge and Attitudes About HIV / AIDS Precautions With Transmission HIV / AIDS Of Senior high school N 12 Helvetia Medan 2015 xiii + 48 page + 3 Table + 1 Scame + 14 Attacman ABSTRACT Of infection diseases hiv / aids ( the human immunodeficiency virus / acquired immunodeficiency syndrome ) is the biggest problem in the world today there are almost in the world without exception indonesia.Many among teenagers who did not know how information about general health as hiv / aids. Knowledge of HIV / AIDS is very important for teens to know that nowadays adolescents are more tolerant of lifestyles free association. Lack of knowledge student / i on HIV / AIDS affects the attitudes teen precautions against HIV / AIDS. This shows that the transition from adolescence to adulthood is a time of crisis if not guided could lead to risky behavior. The Purpose of this study conducted to determine the relationship of knowledge and attitudes about HIV / AIDS with action HIV / AIDS prevention. This study uses descriptive method with cross Sectional. The study population were 683 person of Senior high school students Helvetia 12 of Medan. The Sampling used is Systematic Random Sampling by the number of samples 87 people. Based on Chi Square test showed the relationship of knowledge with action prevention of transmission of HIV / AIDS with a value p = 0.042
: Knowledge, attitudes, actions prevention, HIV / AIDS. : 43 (1997- 2014)
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Siswa Tentang HIV/AIDS Dengan Tindakan Pencegahan Penularan HIV/AIDS Di SMA Negeri 12 Helvetia Medan Tahun 2015”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Keperawatan di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan Tahun 2015.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada Bapak / Ibu: 1.
Parlindungan Purba, SH.MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara.
2.
Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
3.
Drs. Jasmen Tampubolon, M,Si, selaku kepala sekolah dan staf pegawai SMA Negeri 12 Helvetia Medan yang telah mengijinkan peneliti melakukan penelitian.
4.
Ns. Janno Sinaga, M.Kep, Sp.KMB, selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
5.
Ns. Rinco Siregar, S.Kep,MNS, selaku
Ketua Program Studi Ners Fakultas
Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan. Sekaligus sebagai Ketua Penguji yang telah banyak membimbing dan meluangkan waktu, tenaga serta pikiran selama penyusunan skripsi ini. 6.
Ns. Marlis Roni, SKM, MKM selaku Penguji I yang telah banyak memberi masukan, kritik dan saran yang membangun demi terselesaikannya skripsi ini .
7.
Ns. Rumondang Gultom, M.KM selaku Penguji II yang telah banyak memberimasukan, kritik dan saran yang membangun demi terselesaikannya skripsi ini.
v
8.
Ns.Galvani Volta Simanjuntak, M.Kep selaku Penguji III yang telah banyak membimbing dan meluangkan waktu, tenaga serta pikiran selama penyusunan skripsi ini.
9.
Para dosen dan staff di lingkungan Program Studi Ners Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
10. Teristimewa untuk kedua orang tua peneliti tercinta Ayahanda (M. Tampubolon), Ibunda (S. Manurung) dan untuk abang (Rinto dan Suyandi) kakak (Suyanti) peneliti tersayang yang telah memberikan dukungan doa, semangat, material maupun moril. 11. Teman-teman sejawat PSIK dan serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat peneliti
sebutkan satu persatu masih selalu memberikan dukungan dan
semangat menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua rekan-rekan di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia. Khususnya kepada pembaca pada umumnya. Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih.
Medan, Juli 2015 Peneliti
( Dameria Tampubolon )
vi
DAFTAR ISI Hal HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN ........................................................................................... DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... ABSTRAK ..................................................................................................... ABSTRACT ..................................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................. DAFTAR TABEL ........................................................................................... DAFTAR SKEMA .......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... BAB I
BAB II
i ii iii iv v vii ix x xi
PENDAHULUAN A. Latar Belakang....................................................................... B. Rumusan Masalah.................................................................. C. Tujuan Penelitian ................................................................... 1. Tujuan Umum .................................................................. 2. Tujuan Khusus ................................................................. D. Manfaat Penelitian .................................................................
1 6 6 6 6 7
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan .......................................................................... 1. Definisi ........................................................................... 2. Pengetahuan Siswa Tentang HIV/AIDS.......................... 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi HIV/AIDS ............. B. Sikap .................................................................................... 1. Tingkatan Sikap .............................................................. 2. Struktur Sikap .................................................................. 3. Pembentukan Sikap ......................................................... 4. Faktor Pembentukan Sikap .............................................. 5. Pengukuran Sikap ............................................................ 6. Sikap Siswa Tentang HIV/AIDS ..................................... C. Remaja .................................................................................. 1. Pengertian Remaja ........................................................... 2. Karakteristik Remaja ...................................................... 3. Perkembangan dan Ciri-Ciri Remaja............................... 4. Remaja dan HIV/AIDS .................................................... D. Tindakan ................................................................................ E. HIV ........................................................................................ F. AIDS ...................................................................................... 1. Epidemiologi ................................................................... 2. Penyebab HIV/AIDS .......................................................
7 7 9 10 12 12 13 14 15 16 17 18 18 18 21 22 24 25 25 25 26
vii
3. Tanda dan Gejala HIV/AIDS .......................................... G. Tahapan Perkembangan HIV/AIDS ...................................... H. Kerangka Konsep .................................................................. I. Hipotesa ................................................................................
27 30 31 31
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...................................................................... B. Populasi dan Sampel.............................................................. 1. Populasi ........................................................................... 2. Sampel ............................................................................. C. Lokasi Penelitian ................................................................... D. Waktu Penelitian.................................................................... E. Definisi Operasional .............................................................. F. Aspek Pengukuran ................................................................ G. Pengumpulan Data ................................................................. H. Etika Pengambilan Data ........................................................ I. Pengolahan Data ................................................................... J. Analisa Data ..........................................................................
32 32 32 32 33 33 34 34 36 36 38 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian .................................... B. Hasil Penelitian ...................................................................... C. Pembahasan ...........................................................................
40 40 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................ B. Saran ......................................................................................
47 47
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Distribusi Sampel berdasarkan kelas ..................................................... 33
Tebel 3.2
Defenisi Operasional Variabel .............................................................. 34
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi Pengetahuan dengan Sikap dan tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS Siswa-siswi SMA N 12 Helvetia Medan Tahun 2015 (N=87) .................................................................. 41
Tabel 4.3
Tabulasi silang Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan Penularan HIV/AIDS pada siswa/I SMA N 12 Helvetia Medan Tahun 2015 (N=87) .................................................................. 41
Tabel 4.4
Hubungan sikap dengan Tindakan Pencegahan Penularan HIV/AIDS Tahun 2015 ........................................................................................... 42
ix
DAFTAR SKEMA Skema 2.1 Kerangka Konsep..................................................................................... 31
x
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
: Surat Izin memperoleh Data Dasar
Lampiran 2
: Surat Izin Balasan Survey Awal di SMA Negeri 12 Helvetia Medan
Lampiran 3
: Surat Izin Penelitian Dari Dinas Pendidikan Kota Medan
Lampiran 4
: Surat Izin Penelitian Dari Dinas Kesehatan
Lampiran 5
: Surat Izin Penelitian Puskesmas Helvetia
Lampiran 6
: Surat Izin Penelitian Universitas Sari Mutiara Indonesia
Lampiran 7
: Surat Izin Persetujuan Penelitian di SMA Negeri 12 Helvetia Medan
Lampiran 8
: Surat Balasan Penelitian Dari SMA Negeri 12 Helvetia Medan
Lampiran 9
: Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 10
: Lembar Menjadi Responden
Lampiran 11
: Lembar Kuesioner
Lampiran 12
: Lembar Master Data
Lampiran 13
: Lembar Output SPSS
Lampiran 14
: Lembar Bimbingan Skripsi
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan masalah terbesar di dunia dewasa ini,terdapat hampir di dunia tanpa kecuali Indonesia . Masalah yang berkembang sehubungan dengan penyakit infeksi HIV/AIDS adalah angka kejadian yang cenderung terus meningkat dengan angka kematian yang tinggi (Nasronudin,2013).
World Health Organization (WHO) dan United Nations Programme on Human Immune Virus / Acquired Immune Deficiency Syndrom (UNAIDS), dua organisasi dunia memberi peringatan bahaya kepada tiga Negara
negara di Asia yaitu :
China,India, dan Indonesia yang saat ini disebut-sebut berada pada titik infeksi HIV. Kini diseluruh dunia diperkirakan lebih dari 40 juta orang mengidap HIV/AIDS. Sekitar 75% yang tertular HIV/AIDS berada di kawasan Asia Pasifik dan Afrika. Lebih dari 20 juta jiwa telah meninggal karena AIDS (WHO, 2013).
Saat ini HIV/AIDS telah menyebar luas di hampir seluruh bagian dunia. Berdasarkan laporan WHO/UNAIDS (2009), jumlah penderita HIV/AIDS dalam sepuluh tahun terakhir terjadi penyebaran secara luas dalam waktu yang sangat cepat. Dilaporkan adanya perkiraan 31,1-35,8 juta orang mengidap HIV/AIDS, munculnya infeksi baru 2,4-3,0 juta orang, dan kejadian kematian berjumlah 1,7-2,4 juta orang. Penyebaran kejadian ini, 97% berada di wilayah miskin yang didominasi oleh wilayah Afrika, disusul wilayah Asia, dan wilayah Amerika Latin.(Setyoadi dan Triyanto 2012).
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di wilayah Asia yang telah digolongkan menjadi negara dengan tingkat epidemi yang terkonsentrasi atau concentrated level epidemic (CLE) karena memiliki kantong-kantong epidemi dengan prevalensi lebih dari 5% pada subpopulasi beresiko terinfeksi HIV seperti
1
2
pekerja seks komersial cukup besar. Menurut Ditjen PP dan PL Kemenkes RI HIV sebanyak 150,296 %, AIDS 55,799 %
di Indonesia data secara kumulatif
HIV/AIDS 1 april 1987-30 September 2014.
Disamping jumlahnya yang sangat banyak, yaitu mencapai 27,6% dari total penduduk Indonesia atau sekitar 64 juta jiwa, juga rentan akan terjadinya kawin muda, terlibat dalam penyalahgunaan napza dan resiko terkena HIV dan AIDS. Terhitung sampai Juni 2014 usia remaja yang terkena HIV&AIDS berjumlah 18.237 jiwa (Ditjen PPM & PL Depkes RI). Sedangkan per-Juni 2014 menemukan bahwa persentase kumulatif kasus AIDS terbesar pada kelompok usia 20-29 tahun sebesar 32,9 % (Kemenkes RI, 2014).
Klinik Veteran merupakan salah satu dari beberapa tempat yang memberi layanan konseling dan tes HIV di Indonesia, Klinik Veteran berada dibawah naungan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, terletak di kota Medan tepatnya di jalan Veteran Medan, Klinik Veteran merupakan klinik Infeksi Menular seksual dan klinik VCT (Voluntary Counselling Testing), Berdasarkan Data layanan konseling dan tes HIV di Klinik Veteran Medan tahun 2011, jumlah yang berkunjung ke layanan 339, jumlah yang di tes HIV 338, berdasarkan hasil tes jumlah yang positif menderita HIV ada 16 orang (4,7%) (Kemenkes RI, 2011). berdasarkan data yang ada di Klinik Veteran selama bulan Januari sampai April 2012, dari seluruh LSL yang datang berobat ke klinik yang positif HIV sebanyak 4,82%.
Berdasarkan data dari ditjen PP dan PL kemenkes RI tahun 2014 jumlah penduduk Sumatera Utara sekitar 100.000 penduduk. dengan prevalensi 12,12 %yang terkena AIDS.sementara jumlah komulatif kasus HIV sebanyak 9,219%,AIDS 1,573 %. Berdasarkan data dari Puskesmas Helvetia Medan tahun 2013 ada 24 orang yang terkena HIV/AIDS, Tahun 2014 ada 21 orang dan tahun 2015 ada 9 orang sampai bulan maret , dan yang paling dominan terkena HIV/AIDS adalah umur 19-40 tahun.
3
Sekitar 50%infeksi baru Human Immunodeficiency Virus (HIV) dunia berasal dari kalangan remaja sebagai akibat kurangnya pemahaman kalangan remaja tentang pendidikan seks. Laporan UNAIDS menyebutkan bahwa sebagian kasus baru HIVAIDS telah menyerang remaja usia 15-24 tahun. Di mana setiap 14 detik, satu orang remaja HIV-AIDS dan lingkungan dimana mereka sehari-hari berinteraksi. Bahwa pengetahuan yang baik akan mendukung sikap remaja yang baik tentang HIV/AIDS. Hal ini dikarenakan pengetahuan sikap yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat lebih langgeng atau lebih lama karena semakin baik pengetahuan semakin baik pula sikap remaja tentang HIV/AIDS, dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa sikap yang didasari pengetahuan (Notoatmojo, 2003).
Faktor yang menyebabkan remaja rentan terhadap penularan HIV/AIDS adalah remaja sesuai dengan perkembangannya selalu menginginkan hal-hal yang baru dalam rangka mencari identitas diri. seperti penggunaan Napza, seks pranikah yang sering dilakukan dengan pasangan berganti-ganti. Hal ini ditambah dengan kemudahan mendapatkan barang-barang yang berbau pornografi. Jelas hal ini mengakibatkan prevalensi penyakit menular seksual dan kecenderungan untuk meningkatnya penularan HIV/AIDS (Lepin, 1999).
Remaja merupakan kelompok yang rentan terhadap IMS (Infeksi MenularSeksual) dengan jumlah terbesar mengidap HIV/AIDS. Masa remaja sangat erat kaitannya dengan perkembangan psikis pada periode pubertas dan diiringi dengan perkembangan seksual. Remaja juga mengalami perubahan yang mencakup perubahan fisik dan emosional yang kemudian tercermin dalam sikap dan perilaku.Kondisi ini menyebabkan remaja menjadi rentan terhadap masalah perilaku resiko dalam penularan HIV/AIDS ( Soetjningsih, 2004).
Lingkungan yang buruk cenderung mendorong seseorang untuk berbuat negatif pula. Salah satunya adalah lingkungan sekolah, dimana lingkungan pendidikan formal yang letak sekolahnya dekat dengan tempat hiburan, sekolahnya kurang disiplin serta dengan sistem pengajaran yang membosankan siswa akan memicu
4
siswa untuk mencari kepuasan di luar sekolah bersama teman-temannya. Pada akhirnya mereka menjadi sering meninggalkan sekolah dan bergaul dengan orangorang diluar sekolah yang belum jelas asal-usulnya.
Lingkungan memberikan pengaruh yang kuat pada diri siswa terutama lingkungan diluar rumah, karena hampir sebagian besar aktivitas mereka dilakukan di luar rumah. Selain alasan diatas, suasana lingkungan dalam rumah yang tidak mendukung atau kurang sehat bagi siswa dikarenakan kesibukan orang tua dan keluarga sehingga anak merasa kurang diperhatikan. Hal ini menjadi salah satu penyebab anak lebih suka berinteraksi di lingkungan luar rumah dibandingkan berinteraksi dengan keluarga di rumah .
Dasar hukum pengendalian tertuang antara lain dalam: Keputusan Presiden Nomor 36, tahun 1994 tentang Pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) dan KPA Daerah sebagai lembaga pemerintah yang mengkoordinasikan pelaksanaan pengendalian AIDS, dimana Pemerintah telah membentuk Komisi Penanggulangan Strategi Nasional Pengendalian HIV dan AIDS (1994) merupakan respon yang sangat penting pada periode tersebut, dimana KPA telah mengkoordinasikan upaya pengendalian baik yang dilaksanakan pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) serta sektor lainnya. Sementara itu bantuan dari luar negeri baik bantuan bilateral maupun multilateral mulai berperan meningkatkan upaya pengendalian di berbagai level. Bantuan-bantuan tersebut semakin meningkat, baik jenis maupun besarannya pada masa-masa berikutnya ( Kemenkes RI Jakarta, 2009).
Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2006 mengamanatkan perlunya peningkatan upaya pengendalian HIV dan AIDS di seluruh Indonesia. Respon harus ditujukan untuk mengurangi semaksimal mungkin peningkatan kasus baru dan kematian. Salah satu langkah strategis yang akan ditempuh adalah memperkuat Komisi Penanggulangan AIDS di semua tingkat. Anggaran dari sektor pemerintah diharapkan juga akan meningkat sejalan dengan kompleksitas masalah yang dihadapi. Sektor-sektor akan meningkatkan sumber daya dan cakupan program
5
masing-masing. Masyarakat umum termasuk LSM akan meningkatkan perannya sebagai mitra pemerintah sampai ke tingkat desa. Sementara itu mitra internasional diharapkan akan tetap memberikan bantuan teknis dan dana ( Kemenkes RI Jakarta, 2009).
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (2012) memperoleh data bahwa lebih dari seperlima remaja laki – laki sudah meraba – raba saat berpacaran dan lebih dari 40% remaja pernah berciuman. bahkan 97% remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno; 93,7% remaja SMP dan SMA pernah berciuman, genital stimulation (meraba alat kelamin) dan oral sex (sex melalui mulut); 62,7% remaja SMP tidak perawan; dan 21,2% remaja pernah aborsi yang terjadi karena penyaluran dorongan seksual remaja kearah yang tidak tepat banyak hal yang dapat dilakukan oleh remaja untuk dapat menyalurkan dorongan seksual yang ia alami seperti melakukan berbagai aktivitas seperti olahraga hingga beribadah untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, sedangkan perilaku seksual bagi remaja yang belum saatnya melakukan hubungan seksual secara wajar adalah masturbasi atau onani dan berpacaran dengan berperilaku yang baik.
Dalam melakukan survei dilokasi penelitian, peneliti memperoleh informasi dari salah seorang pelajar di SMA N 12 Helvetia Medan mengatakan bahwa7u temukan pergaulan siswa yang kurang bagus, baik
di
dalam lingkungan sekolah
maupun diluar sekolah, seperti Kebiasaan merokok, kebiasaan bolos di jam pelajaran dan para pelajar di SMA N 12 Helvetia ada ketahuan atau yang menggunakan narkoba. Gaya pergaulan SMA N 12 Helvetia Medan di luar lingkungan sekolah sangat bebas contohnya seperti cara berpacaran mereka, ada yang berpelukan saat dibonceng oleh lawan jenisnya, berpengangan tangan. Gaya hidup mereka yang tak ingin ketinggalan zaman bahkan juga mempengaruhi mereka untuk merubah gaya penampilan berpaian mereka yang kurang bagus untuk dipandang . hal ini dapat mempengaruhi perilaku negatif. dan menurut informasi dari salah seorang pelajar di SMA tersebut mengatakan bahwa dulu pernah ada
6
kasus kehamilan dini di SMA tersebut sehingga menyebabkan siswa tersebut jadi bunuh diri karena merasa malu. Hasil wawancara secara acak ada sekitar 10 siswa SMA N 12 Helvetia Medan hanya 10 % siswa yang mengetahui pencegahan penularan HIV/AIDS sementara 90% siswa yang belum mengetahui pencegahan penularan HIV/AIDS sehingga peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Siswa tentang HIV/AIDS Dengan Tindakan Pencegahan Penularan HIV/AIDS Di SMA N 12 Helvetia Medan Tahun 2015”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah’’ Apakah Hubungan Pengetahuan dan Sikap Siswa-siswi SMA N 12 Helvetia Medan Dengan Tindakan Pencegahan Penularan HIV/AIDS ?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap siswa tentang HIV/AIDS dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS di SMA N 12 Helvetia Medan
2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengetahuan siswa SMA N 12 Helvetia Medan tentang HIV/AIDS. b. Mengetahui sikap siswa SMA N 12 Helvetia Medan tentang HIV/AIDS. c. Mengetahui tindakan siswa SMA N 12 Helvetia Medan dalam mencegah penularan HIV/AIDS d. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan tindakan pencegahan penularan Hiv/Aids di SMA N 12 Helvetia Medan tentang HIV/AIDS. e. Mengetahui hubungan sikap dengan tindakan pencegahan penularan Hiv/Aids di SMA N 12 Helvetia Medan tentang HIV/AIDS.
7
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa Diharapkan dengan penelitian ini dapat menambah masukan pengetahuan siswasiswi tentang penyakit HIV/AIDS
2. Pihak sekolah Pihak sekolah dapat melakukan program pendidikan kesehatan seperti ceramah, dan seminar untukmeningkatkan pengetahuan siswa-siswi tentang HIV/AIDS.
3. Perawat komunitas di puskesmas penelitian ini diharapkan dapat menjadi data untuk memberikan intervensi lanjut pada bidang UKS.
4. Peneliti selanjutnya Diharapkan penelitian ini sebagai data dasar penulisan karya tulis ilmiah serta dalam bidang penelitian khususnya tentang HIV/AIDS.
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Menurut Notoadmojo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, indra pendengaran, indera penciuman, indera perasa dan indera peraba. Pengetahuan seorang individu terhadap sesuatu dapat berubah dan berkembang sesuai kemampuan, kebutuhan, pengalaman dan tinggi rendahnya mobilitas informasi tentang sesuatu dilingkungannya. Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu: a. Tahu (know) adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari adalah menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. b. Memahami (comprehension) adalah suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (application) adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). d. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitanya satu sama lain. e. Sintesis
(synthesis)
adalah
kemampuan
untuk
meletakkan
atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (evaluation) adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
8
9
2. Pengetahuan Siswa Tentang HIV/AIDS Penelitian sebelumnya mengenai hubungan pengetahuan remaja tentang HIV&AIDS terhadap perilaku pencegahan resiko HIV&AIDS (Amelinda, 2010) mendapatkan bahwa pengetahuan remaja tentang HIV&AIDS tidak menjadi factor utama untuk perilaku pencegahan, namun karena adanya pendekatan yang dilakukan oleh keluarga untuk mendukung perilaku pencegahan berisiko HIV&AIDS. Banyak kalangan siswa tidak mempunyai informasi mengenai kesehatan, pencegahan kehamilan, HIV/AIDS serta infeksi yang ditimbulkan akibat seks. Meluasnya dunia informasi dan komunikasi yang disimbolkan dalam globalisasi memungkinkan informasi sampai ke siswa melalui TV, internet, media cetak, audio dan lainnya. Keterbukaan yang amat luas dan melebar ini tidak memungkinkan orang tua mengetahui sekaligus menghambat ruang gerak informasi tersebut. Pada akhirnya akan terjadi distorsi dalam menerangkan konsep seks pada seorang anak.informasi adalah penerangan, keterangan, pemberitahuan kabar atau berita tentang sesuatu melalui media dan alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, poster dan spanduk. Media komunikasi adalah media yang digunakan pembaca untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan Menurut Tugiman (1996). Sedangkan pengertian informasi menurut Davis (2003) adalah, data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang. Informasi merupakan kumpulan data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.Kurangnya informasi membuat pengetahuan seks siswa sangat kurang kerena siswa memang tidak pernah mendapat pendidikan seks yang benar baik disekolah maupun dalam keluarga. semetara itu informasi seks yang tidak benar dari VCD porno atau buku porno beredar luas dan menyebabkan
dorongan
seksual.
Pada
posisi
inilah
terjadi
tingkat
ketergantungan tinggi antara keingintahuan dengan kondisi realitas kehidupan masyarakat.
10
Memburuknya ekonomi bangsa Indonesia di tahun 1997-an dan belum pulih hingga sekarang menghasilkan munculnya kemiskinan, yang walau belum structural namun sudah tersistematis. Generasi muda yang ingin mencontoh tayangan informasi media yang serba wah atau tergoda untuk menuntaskan kemandekan ekonomi keluarga atau masalah dekat dengan kondisi kemiskinan mungkin akan berfikir “Yang penting senang hari ini”. Urusan moral dan kesehatan hanya urusan orang tua. Pengguna narkoba intra vena juga menjadi sasaran empuk bagi HIV/AIDS.Jarum suntik memang menjadi media yang paling efektif dalam menyebarluaskan virus HIV. Kontak darah antar pengguna narkoba tak terelakkan karena umumnya menggunakan jarum suntik secara bergantian.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan penyakit HIV/AIDS meningkat antara lain : a. Faktor penyakit sosial (seks bebas, minuman keras, narkoba, kenakalan remaja). b. Faktor kemiskinan c. Faktor kesehatan d. Faktor informasi, kurangnya sosialisasi tentang bahaya dan pencegahan penyakit HIV/AIDS.
3. Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Pengetahuan
Remaja
tentang
HIV/AIDS Menurut Erfandi (2009).ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang,yaitu : a. Sumber Informasi Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengetahuan jangka pendek (imediate impact)sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.semakin majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inofasi baru. sebagai sarana
11
komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain lain mempunyaimpengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaann orang.dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kongnitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut
b. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsng seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses blajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah seseorang tersebut untuk menerima informasi.dengan pendidikan
tinggi
seseorang
akan
cenderung
untuk
mendapatkan
informasi,baik dari orang lain maupun media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan
c. Sosial Budaya Dan Informasi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.status ekonomi seseorang juga menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperoleh untuk kegiatan tertentu, sehingga status ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
d. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu ,baik lingkunga fisik, biologis, maupun sosial. lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berbeda dalam
12
lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balikataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan setiap individu.
e. Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya
f. Usia Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. pada usia madia, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madia akan lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalh dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
B. Sikap Sikap merupakan hal yang penting bukan hanya karena sikap itu sulit untuk diubah, tetapi karena sikap sangat mempengaruhi pemikiran sosial individu meskipun sikap tidak selalu direfleksikan dalam tingkah laku yang tampak dan juga karena sikap seringkali mempengaruhi tingkah laku individu terutama terjadi saat sikap yang dimiliki kuat dan mantap . Seperti pula diungkapkan oleh
13
Handayani (2001) dalam penelitiannya. Bahwa adanya pengetahuan tentang manfaat sesuatu hal dapat mempengaruhi niat untuk ikut dalam suatu kegiatan. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku (Notoatmodjo, 2007).
1. Tingkatan Sikap a. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valving) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab ( responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
2. Struktur Sikap Menurut Azwar (2005) mengikuti skema triadic, struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif (cognitif), komponen afektif (affective), dan komponen konatif (conative). a. Komnponen kognitif Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku
14
atau apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayaan datang dari apa yang telah kita lihat atau apa yang telah kita ketahui. Berdasarkan apa yang telah kita lihat itu kemudian terbentuk suatu idea atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek.
b. Komponen Afektif Kompoenen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun , pengertian perasaan pribadi seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap.
c. Komponen Konatif Komponen sikap yang berkaitan dengan predisposisi atau kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya.
3. Pembentukan Sikap Menurut Azwar (2005) Sikap dapat dibentuk atau berubah melalui 4 macam cara yaitu adopsi, diferensiasi, integrasi, dan trauma. b. Adopsi Yang dimaksud dengan adopsi adalah kejadian-kejadian dan peristiwaperistiwa yang terjadi berulang dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.
c. Diferensiasi Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri. Terdapat objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.
15
d. Integrasi Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu.
e. Trauma Pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap. Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang
dihadapinya,diantaranya
berbagai
faktor
yang
mempengaruhi
pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media masa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu (Azwar, 2005).
4. Faktor Pembentukan Sikap Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut Azwar (2005) adalah : b. Pengalaman pribadi. Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis. Apakah penghayatan itu kemudian akan membentuk sikap positif atau negatif tergantung dari berbagai faktor.
c. Pengaruh orang lain yang dianggap penting. Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen yang ikut mempengaruhi sikap. Orang penting sebagai referensi (personal reference), seperti tenaga kesehatan (dokter, perawat, dan lain-lain). Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.
16
d. Pengaruh kebudayaan. Kebudayaan di mana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap seseorang. Seseorang mempunyai pola sikap dan perilaku tertentu dikarenakan mendapat reinforcement (penguatan, ganjaran) dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut.
e. Media masa. Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk media massa mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam menyampaikan informasi sebagai tugas pokoknya, media masa membawa pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan berfikir kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Apabila cukup kuat, akan memberi dasar efektif dalam menilai sesuatu hal, sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
f. Lembaga pendidikan dan lembaga agama. Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu system mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
g. Pengaruh faktor emosional Kadang-kadang sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai pengalaman frustasi atau peralihan bentuk mekanisme pertahanan ego, sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih lama.
17
5. Pengukuran Sikap Mengukur sikap tidak lain adalah mencoba menentukan peringkat sikap seseorang menurut cirri-ciri yang sudah ditetapkan. Pada umumnya pengukuran sikap dapat dibagi dalam tiga cara, yaitu wawancara, observasi, dan kuesioner. Setiap cara memiliki keuntungan dan keterbatasan sehingga peneliti perlu mempertimbangkan cara yang sesuai dengan tujuan penelitian sikap (Hidayat, 2007).
Skala yang digunakan dapat berupa skala nominal, ordinal, maupun interval. Skala sikap yang sering digunakan adalah pertama skala model Thurstone, dengan skala ini responden diminta untuk menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap deretan pernyataan mengenai objek sikap. Skala yang kedua adalah model Likert, dengan skala ini responden diminta untuk membubuhkan tanda cek pada salah satu dari lima kemungkinan jawaban yang tersedia “ sangat setuju “, “setuju “, “tidak setuju”,”tidak tahu”, “sangat tidak setuju”.
Peneliti dapat menyingkatnya menjadi empat tingkatan sesuai dengan keinginan dan kepentingan peneliti yang menciptakan instrument tersebut, seperti selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah. Ketiga adalah semantic differensial (perbedaan semantik). Dengan instrumen ini responden diminta untuk menentukan peringkat terhadap objek sikap diantara dua kutub. Kata sifat yang berlawanan misalnya, “baik-tidak baik”, “berharga-tidak berharga”, dan sebagainya. Keempat adalah skala Guttman, merupakan semacam pedoman wawancara/kuesioner terbuka yang dimaksud untuk membuka sikap. Kelima adalah skala Inkeles, merupakan jenis kuesioner tertutup seperti tes prestasi belajar bentuk pilihan ganda (Arikunto, 2005).
6. Sikap siswa tentang HIV-AIDS Penelitian dari Nurachman dan Mustikasari pada tahun 2009 juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pemahaman, sikap dan pencegahan HIV/AIDS dengan perilaku berisiko. Penelitian ini sama dengan hasil penelitian Rishadi, Amiruddin, dan Sidik tahun 2008 yang menunjukkan bahwa
18
terdapat hubungan antara sikap degan tindakan dengan upaya pencegahan HIV/AIDS
Penelitian ini sejalan juga dengan yang diungkapkan oleh Muhlisin (2009), yang juga menyatakan bahwa terdapat hubungan antara sikap terhadap HIV/AIDS dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS pada anak remaja usia sekolah. Penelitian ini pula didukung oleh penelitian yang dilakukan Rishadi dkk (2012) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara sikap terhadap HIV/AIDS dengan tindakan pencegahannya.
Menurut Ariani dan Hargono (2011) sikap sangat berkaitan erat dengan tingkat pengetahuan suatu individu. Sikap seseorang terhadap suatu objek menunjukkan tingkat pengetahuan orang tersebut terhadap suatu objek. Berdasarkan teori adaptasi apabila tingkat pengetahuan baik dapat mendorong suatu individu memiliki perilaku yang baik. Pengetahuan yang baik akan mendukung sikap remaja yang baik tentang HIV/AIDS. Hal ini dikarenakan sikap yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat lebih langgeng atau lebih lama terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang PMS dengan sikap seksual bebas remaja Sikap akan mempengaruhi perilaku remaja dalam kesehatan reproduksi. Selain sikap dan pengetahuan, perilaku juga dipengaruhi oleh pengalaman, social ekonomi, fasilitas (sarana dan pelayanan kesehatan), budaya, dan sebagainya. Perilaku berkaitan dengan pengetahuan terhadap pencegahan HIV/AIDS, dengan meningkatnya pengetahuan tentang HIV/AIDS dapat menimbulkan perilaku terhadap pencegahan HIV/AIDS sehingga akan mengakibatkan tindakan yang dilakukan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki (Wigati 2007).
Sikap siswa tentang HIV-AIDS adalah respon, pendapat, penilaian remaja terhadap pencegahan penularan HIV-AIDS. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana
19
pendapat dan pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo, 2003). Kuesioner mengacu pada skala Likert dengan bentuk jawaban pertanyaan atau pernyataan terdiri dari jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju.
Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Azwar, 2005) : a. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. b. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.
C. Remaja 1. Pengertian Remaja Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin. ‘Adolescence’ yang artinya “tumbuh untuk mencapai kematangan.kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja tetapi juga sosial dan juga psikologis. Menurut Depker RI dan BKKBN batasan remaja adalah antara 10-19 tahun dan belum kawin(Widiastuti,2009).
Menurut WHO batasan remaja adalah 12-24 tahun.menurut Depkse RI adalah antara 10-19 tahun (Widyastuti,2009) . perkembangan remaja dibagi 3 yaitu : remaja awal dimulai dari usia 12-15 tahun, remaja tengah dimulai dari usia 15-18 tahun, dan remaja akhir dimulai dari usia 18-21 tahun ( soetjiningsih,2010). jadi remaja dalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis dalam batas usia antara 10-24 tahun (Romauli,2009)
2. Kartakteristik Remaja Menurut Hurlock ( 1999:206 ) cirri-ciri remaja yaitu : a. Masa remaja sebagai periode yang penting Kendatipun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting, namun
20
kadar pentingnya berbeda-beda. Pada periode remaja, akibat langsung maupun akibat jangka panjang tetaplah penting, ada periode yang penting karena akibat fisik dan ada pula akibat psikologisnya. Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan pengaruh yang sangat besar untuk masa depannya.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan Peralihan tidak berarti terputus dengan satu berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari suatu tahap perkembangan ketahap berikutnya. Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang akan dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola prilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.
c. Masa Remaja sebagai periode perubahan Tingkat perubahan dalam sikap dan prilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Ada 5 perubahan yang sama yang hampir bersifat universal, yaitu : 1) Meninggikan Emosi Perubahan emosi terjadi lebih cepat, selama masa awal remaja, maka meningginya emosi lebih menonjol pada masa awal periode akhir-akhir masa remaja.
2) Perubahan tubuh Disini mulai tampak perbedaan antara pria dan wanita akibat perubahan fisik yang terjadi, misal remaja wanita mulai tumbuh payudara, mulai terlihat timbunan lemak dipinggulnya. Minat dan peran yang diharapkan
21
Bagi remaja muda masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang dihadapi sebelumnya. Remaja akan tetap merasa ditimbuni masalah sampai ia sendiri menyelesaikan menurut kepuasannya. 3)
Perubahan nilai-nilai Apa yang pada masa kanak-kanak dianggap penting sekarang setelah hampir dewasa dianggap tidak penting lagi. Sekarang mereka mengerti bahwa kualitas lebih penting daripada kuantitas.
4) Sikap ambivalen terhadap setiap perubahan Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan apa akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk mengatasi tanggung jawab tersebut.
d. Masa Remaja sebagai usia bermasalah Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun perempuan karena tidak mampu mereka untuk mengatasi sendiri masalahnya menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya menemukan bahwa penyelesainnya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka.
e. Masa Remaja sebagai masa rasa ingin tahu Rasa ingin tahu ini lebih membahayakan, karena seringkali melibatkan beberapa hal yang tidak vital dan mendasar, bagaimana karakteristik remaja lain yaitu kebutuhan akan kemandirian yang mendorong kearah tindakan untuk membuktikan rasa ingin tahunya. Rasa ingin tahu dan kebutuhan akan kemandirian tersebut mendorong remaja kearah kematangan. Akan tetapi jika rasa ingin tahu ini tidak dijaga, dalam batasan tertentu yang tidak dapat dikuasainya akan membawanya kepada pengetahuan yang sebenarnya secara emosional belum siap diterima remaja. Oleh sebab itu remaja membutuhkan bimbingan orang yang lebih dewasa dalam member batasan tentang sejauh
22
mana ia boleh “mencoba” dan dampak (resiko dan manfaat) dari hasil “percobaan” tersebut.
7. Perkembangan Dan Ciri-Ciri Remaja Menurut Widiastuti (2009), berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja terdiri dari 3 tahap yaitu: a. Masa Remaja Awal(10-12 tahun) 1) Tampak dan memank merasa lebih dekat dengan teman sebaya 2) Tampak dan merasa ingin bebas 3) Tampak dan memank lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berfikir yang khayal(abstrak)
b. Masa remaja tengah (13-15 tahun) 1) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri. 2) Ada keinginan untuk berkencan atau keterkaitan pada lawan jenis 3) Timbul perasaan cinta yang mendalam 4) Kemampuan berfikir abstrak( berkhayal) makin berkembang 5) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual
c. Masa Remaja Akhir (16-19 Tahun) 1) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri 2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif 3) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya 4) Dapat mewujudkan perasaan cinta 5) Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak
8. Tugas Perkembangan Remaja Menurut yusuf LN (2011), salah satu periode dalam rentan kehidupan individu adalah fase remaja.Masa ini merupakan sekmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu.adapun tugas-tugas perkembangan remaja , yaitu: a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya
23
b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai otoritas c. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan blajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok d. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya e. Menerima dirinya sendiridan memiliki kepercayaan terhadap kemampuan sendri f. Merupakan self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip atau falsapah hidup. g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanakkanakan.
9. Remaja dan HIV-AIDS Menurut Sarwono (2003), perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis maupun sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan menurut agama. Menurut Stuart dan Sundeen (1999), perilaku seksual yang sehat dan adaptif dilakukan ditempat pribadi dalam ikatan yang sah menurut hukum. Sedangkan perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut kepercayaan masing-masing.
Remaja melakukan berbagai macam perilaku seksual beresiko yang terdiri atas tahapan-tahapan tertentu yaitu dimulai dari berpegangan tangan, cium kering, cium basah, berpelukan, memegang atau meraba bagian sensitif, petting, oral seks, dan bersenggama (sexual intercourse). Perilaku seksual pranikah pada remaja ini pada akhirnya dapat mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan remaja itu sendiri. Seringkali remaja merasa bahwa orang tuanya menolak membicarakan masalah seks pranikah sehingga mereka kemudian mencari alternatif sumber informasi lain seperti teman atau media massa.
24
Beberapa kajian menunjukkan bahwa remaja sangat membutuhkan informasi mengenai persoalan seksual dan reproduksi. Remaja seringkali memperoleh informasi yang tidak akurat mengenai seks dari teman-teman mereka, bukan dari petugas kesehatan, guru atau orang tua (Gemari, 2003).
Data Kementerian Kesehatan 2013 menunjukkan dari Juli sampai dengan September 2013 jumlah HIV baru sebanyak 10.203 kasus, sedangkan jumlah kasus baru AIDS sebanyak 10.983 kasus, dengan porsi cukup besar dari kalangan remaja. Bahkan badan PBB untuk masalah anak, UNICEF menyatakan jumlah kematian HIV/AIDS di kalangan remaja di seluruh dunia meningkat hingga 50 persen antara tahun 2005 dan 2012.
Laporan dari jurnal kependudukan dan pembangunan dalam tahun dalam Dharmayanti (2009) menunjukkan tentang penelitian terhadap 164 orang terdiri atas 139 subjek laki – laki dan 29 subjek wanita pada siswa–siswi kelas III SMA di kota Surakarta dengan hasil 43,17% subjek laki–laki kadang–kadang melakukan onani, 36% subjek wanita tidak pernah melakukan masturbasi, 41,73% subjek laki–laki melakukan hubungan seks pada usia 18–19 tahun dan 60% subjek wanita pada usia 17-18 tahun, 42,45% laki–laki melakukan hubungan seks pada usia 17-18 tahun dan 28% subjek wanita 15-16 tahun. Terdapat 2,88% subjek laki–laki dan 11,5% subjek wanita melakukan hubungan seks pada usia ti12-14 tahun. Sebagian besar alas an subjek laki–laki adalah bukti rasa cinta sebanyak 47,73% sedangkan 44% subjek wanita melakukanan hubungan seks pertama kali didasari keinginan untuk mencoba.
Seiring dengan semakin kompleksnya permasalahan yang di hadapi remaja, BKKBN memiliki suatu program yang berfokus pada kesehatan reproduksi remaja dalam rangka menjamin pemenuhan hak seksual dan kesehatan reproduksi remaja, dilakukukan upaya terpadu dari berbagai bidang guna dapat memberikan informasi kesehatan reproduksi sedini mungkin pada remaja yaitu melalui Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK
25
KRR) atau PIK Remaja. Ditujukan agar pengetahuan remaja meningkat, sehingga nantinya remaja mampu bertindak dengan penuh tanggungjawab (Rahmadiliyani, 2010).
D. Tindakan Tindakan adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003 : 114).
Menurut Notoatmodjo (2007), tindakan memiliki 4 tingkatan yaitu : 1) Persepsi (Perception) Persepsi adalah mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. 2) Respon Terpimpin (Guided Response) Respon terpimpin adalah dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh. 3) Mekanisme (Mechanism) Mekanisme adalah suatu kondisi dimana seseorang mampu melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan. 4) Adopsi (Adoption) Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran dari tindakan tersebut.
Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung dan langsung. Secara langsung dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran secara langsung dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmotmodjo, 2007) Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja didalam konteks lingkungan sosial yang berbeda dan implikasinya terhadap kebijakan dan program
26
untuk meningkatkan layanan kesehatan reproduksi dan seksual kaum remaja . subjek penelitian ini adalah pada dua kategori remaja yang berbeda latar belakangnya, yaitu mahasiswa perguruan tinggi dan buruh pabrik . Hal ini dilakukan dalam rangka untuk mengungkap apakah situasi sosial yang sangat berbeda semacam ini mempengaruhi perbedaan kerentana terhadap kesehatan reproduksi dan seksual pada kedua kelompok remaja tersebut.
faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan berisiko tertular HIV-AIDS dengan tingkat pendidikan, tempat tinggal, kondisi orang tua, pengetahuan tentang HIVAIDS dan sikap terhadap HIV-AIDS.
E. HIV HIV (Human Immnodeficiency Virus) adalah virus yang memperlemah kekebalan tubuh manusia.HIV menyerang tubuh manusia dengan cara membunuh atau merusak sel-sel yang berperan dalam kekebalan tubuh sehingga kemempuan tubuh untukj melawan infeksi dan kanker menurun drastis (Sunaryati, 2011).
F. AIDS AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala dan infeksi dan infeksi sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh. Selain itu AIDS juga dapat menimbulkan komplikasi penyakit lainnya, seperti penyakit paru-paru, saluran pencernaan, saraf dan kejiwaan, tumor ganas (malignan) dan infeksi oportunistik lainnya (Sunaryati, 2011). a. Epidemiologi Kasus pertama AIDS di Indonesia dilaporkan dari Bali pada bulan April tahun 1987. Penderitanya adalah seorang wisatawan Belanda yang meninggal di RSUP Sanglah akibat infeksi sekunder pada paru-parunya. Sampai dengan akhir tahun 1990, peningkatan kasus HIV/AIDS menjadi dua kali lipat (Muninjaya, 1998).
27
Sejak pertengahan tahun 1999 mulai terlihat peningkatan tajam akibat penggunaaan narkotika suntik. Fakta yang mengkhawatirkan adalah pengguna narkotika ini sebagian besar adalah remaja dan dewasa muda yang merupakan kelompok usia produktif. Pada akhir Maret 2005 tercatat 6789 kasus HIV/AIDS yang dilaporkan (Djauzi dan Djoerban, 2007).
Sampai akhir Desember 2008, jumlah kasus sudah mencapai 16.110 kasus AIDS dan 6.554 kasus HIV. Sedangkan jumlah kematian akibat AIDS yang tercatat sudah mencapai 3.362 orang. Dari seluruh penderita AIDS tersebut, 12.061 penderita adalah laki-laki dengan penyebaran tertinggi melalui hubungan seks (Depkes RI, 2008).
b. Penyebab HIV- AIDS AIDS disebabkan oleh Human Imunodeficiency Virus (HIV) yaitu sejenis retro virus (virus yang dapat menggandakan dirinya sendiri pada sel-sel yang ditumpanginya) yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia atau sel-sel darah putih (limfosit) virusnya akan memecah diri lalu merusak sel darah putih lainnya. Virus AIDS menyerang sel darah putih khusus yang dinamakan Tlymthocytes, perlawanan tubuh dari serangan infeksi. Ketika terjadi kerusakan Tcell yang signifikan, seseorang tidak dapat melawan sebagian besar kuman yang masuk ke dalam tubuh. Akibatnya tubuh mulai ditulari infeksi yang luar biasa dan menetap pada seseorang dan amat sulit diatasi meskipun dengan obat-obatan dan perawatan medis yang terbaik. Orang yang terserang AIDS tidak memiliki sistem kekebalan yang normal. Virus AIDS menyerang sel T di dalam darah, meyebabkan sistem kekebalan tidak efektif dalam pertahanan melawan kumankuman yang menyerang (Adler, 1998)
c. Tanda dan Gejala HIV-AIDS Setelah seseorang terinfeksi HIV, dalam waktu 2-3 bulan tubuhnya baru akan menghasilkan antibodi. Masa ini disebut periode jendela, berdasarkan hasil tes darah yang dilakukan barulah dapat mengetahui seseorang mengidap HIV positif
28
(+)atau HIV negatif (-). Disebut HIV (+) jika dalam darahnya terkandung HIV, disebut HIV (-) jika dalam darahnya tidak terkandung HIV. Jika ternyata orang tersebut mengandung HIV (+) gejala yang terlihat belum ada hanya merasakan sakit ringan biasa seperti flu. Masa-masa ini disebut masa laten, dapat berlangsung selama 5-10 tahun. Baik pada masa periode jendela maupun pada masa laten, seseorang tersebut sudah dapat menularkan HIV pada orang lain. Setelah melewati masa laten, orang yang terinfeksi HIV mulai memperlihatkan gejala-gejala AIDS. (Brunner & Suddarth, 2000) Gejala klinis pada stadium AIDS menurut Nursalam (2007) dibagi antara lain : 1). Gejala utama atau mayor a). Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan. b). Diare kronis lebih dari 1 bulan berulang maupun terus-menerus. c). Penurunan berat badan lebih dari 10 % dalam 3 bulan. 2). Gejala minor a). Batuk kronis selama lebih dari 1 bulan. b). Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur candida albicans. c). Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh d). Munculnya herpes zooster berulang dan bercak-bercak gatal di seluruh tubuh. d. Cara Penularan HIV/AIDS HIV AIDS ditemukan dalam darah, semen, cairan vagina dan air susu ibu (FHI, 2004). HIV yang ditularkan yang ditularkan melalui hubungan seksual, baik seks penetratif (anal atau vagina) atau oral seks, transfusi darah, pemakaian jarum suntik terkontaminasi secara bergantian dalam lingkungan perawatan kesehatan dan melalui suntikan narkoba, dan melalui ibu ke anak selama masa kehamilan, persalinan, dan menyusui (KPA Nasional, 2010). a). Penularan secara seksual HIV dapat ditularkan melalui seks penetratif yang tidak terlindungi. Sangat untuk menentukan kemungkinan terjadinya infeksi melalui hubungan seks, meskipun demikian diketahui bahwa resiko infeksi melalui seks vagina umumnya tinggi. Penularan melalui seks anal dilaporkan memiliki risiko 10x
29
lebih tinggi darin seks vagina. Seseorang dengan IMS yang tidak diobati, khusunya yang berkaitan dengan tukak/luka dan duh (cairan yang keluar dari tubuh) memiliki rata-rata 6-10 kali lebih tinggi kemungkinan untuk menularkan atau terjangkit HIV selama hubungan seksual (KPA Nasional, 2010).
b) Penularan melalui pemakaian jarum suntik secara bergantian Menggunakan kembali atau memakai jarum secara bergantian merupakan cara penularan HIV AIDS yang sangat efisien. Risiko penularan dapat diturunkan secara bergantian dikalangan pengguna narkoba suntikan dengan penggunaan dan semprit yang baru sekali pakai atau dengan melakukan sterilisasi jarum yang tepat sebelum digunakan kembali(KPA Nasional, 2010).
c) Penularan dari ibu ke anak HIV dapat dirularkan dari ibu ke anaknya selama masa kehamilan, proses persalinan dan saat menyusui. Pada umumnya terdapat 15-30% resiko penularan dari ibu ke anak sebelum dan sesudah kelahiran. Faktor yang dapat mempengaruhi resiko ifeksi adalah khusuna jumlah virus (viral load) dari ibu pada saat kelahiran (semakin tinggi jumlah virus, semakin tinggi pula resikonya). Penularan dari ibu ke anak setelah kelahiran dapat juga terjadi melalui pemberian air susu ibu (KPA Nasional, 2010).
d) Penularan melalui transfusi darah transfusi darah dan produk-produk darah yang terkontaminasi ternyata lebih tinggi (lebih dari 90%) meskipun demikian, penerapan standar keamanan darah menjamin penyediaan darah dan produk-produk darah yang aman, memadai dan berkualitas baik bagi semua pasien yang memerlukan transfusi. Keamanan darah meliputi screening atau semua darah yang didonorkan guna mengecek HIV dan patogen lain yang dibawa darah, serta pemilihan donor yang cocok (KPA Nasioanl, 2010).
30
e. Cara Pencegahan HIV- AIDS Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencegahan infeksi HIV diantaranya adalah sebagai berikut (Astuti,2008) : 1) Pencegahan penularan melalui hubungan seksual Pencegahan penularan melaluli hubungan seksual memegang peranan yang penting.oleh karena itu,setiap orang perlu memiliki perilaku seksual yang aman dan bertanggung jawab. yaitu srangkain upaya sering disebut dengan stretegi A, B, C, D, E yaitu : a. Abstinence,yaitu tidak melakukan hubungan seksual b. Be faithful, yaitu selalu setia pada pasangan c. Condom, menggunakan pengaman saat melakukan yang tidak aman dan atau beresiko d. Don’t inject, tidak menggunakan penyalahgunaan Napza sama sekali terutama yang disuntikkan, termasuk selalu menggunakan jarum steril untuk tindik, tato dan akupuntur. e. Education, selalu berusaha mendapatkan informasi yang edukatif dan benar tentang bahaya HIV/AIDS, kesehatan reproduksi dan Napza.
2) Pencegahan penularan melalui darah Pencegahan HIV melalui darah menuntut kita untuk slalu berhati-hati dalam berbagai tindakan yang berhubungan dengan darah atau produk dan plasma.
3) Pencegahan penularan melalui jarum suntik dan alat yang dapat melukai kulit Penggunaan alat-alat seperti jarum suntik,alat cukur,alat tindik,perlu diperhatikan dalam masalah sterilisasinya. Tindakan desinfeksi merupakan tindakan yang sangat penting untuk dilakukan. Penggunaan narkoba terutama yang disuntikkan sangat tidak dianjurkan.
31
4) Pencegahan penularan melalui transfuse darah Memastikan bahwa darah yang digunakan untuk transfusi tidak tercampur oleh HIV dan perlu dianjurkan bagi penderita HIV atau pengidap virus HIV untuk tidak mendonorkan darahnya. Begitu pula bagi mereka yang mempunyai perilaku beresiko tinggi,misalnya sering melakukan hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan dan juga pengguna narkotika suntik.
5) Pencegahan penularan dari Ibu kepada bayi Resiko penularan HIV dari seseorang ibu yang hamil dengan HIV (+) kepada bayi yang dikandungnya berkisar 30-40%.resiko penularan tergantung dari kadar virus yang berada dalam tubuh ibu.
Pada fase AIDS resiko penularan akan lebih besar,karena jumlah virus dalam darah semakin tinggi. dengan pencegahan efektif resiko penularan dapat diturunkan sekitar 5-10%, yaitu dengan cara memberikan obat antiretroviral menjelang persalinan lewat operasi Caesardan tidak memberikan Asi ibu kepada bayinya.
G. Tahapan perkembangan HIV-AIDS Menurut BKKBN (2009) perjalanan HIV-AIDS dapat melalui beberapa tahapan. Hal ini bervariasi antara satu orang dan orang lain, antara lain : 1. Fase 1 Umur infeksi 1-6 bulan sejak terinfeksi HIV, individu sudah terpapar dan terinfeksi tetapi ciri-ciri terinfeksi belum terlihat meskipun dilakukan tes darah. Pada fase ini antibodi individu terhadap HIV belum terbentuk. Bisa saja individu terlihat atau mengalami gejala-gejala ringan seperti flu (biasanya 2-3 hari sembuh sendiri). 2. Fase 2 Umur infeksi 2-10 tahun sejak terinfeksi HIV. Pada fase kedua ini individu sudah positif HIV tetapi belum menampakkan gejala sakit. Namun sudah dapat menularkan pada orang lain.
32
3. Fase 3 Mulai muncul gejala-gejala awal penyakit tetapi belum disebut sebagai gejala AIDS. Gejala-gejala AIDS antara lain : keringat yang berlebihan pada malam hari, diare terus-menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, flu yang tidak sembuh-sembuh, nafsu makan berkurang, badan menjadi lemah dan berat badan terus berkurang. Pada fase ketiga ini sistem kekebalan tubuh mulai berkurang. 4. Fase 4 Sudah masuk pada fase AIDS. AIDS sudah dapat terdiagnosa setelah kekebalan tubuh sangat berkurang dilihat dari jumlah sel T nya. Kemudian timbul penyakit tertentu yang disebut dengan infeksi oportunistik, yaitu TBC, infeksi paru-paru yang menyebabkan radang paru-paru dan kesulitan bernafas, kanker, sariawan, kanker kulit, infeksi usus yang menyebabkan diare parah berminggu-minggu dan infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental dan sakit kepala.
H. Kerangka konsep penelitian
Variabel Independen
Variabel Dependen
Pengetahuan Tindakan pencegahan HIV/AIDS Sikap Skema 2.1 Kerangka Konsep Penelitian I. Hipotesa 1. Ha 1 : ada hubungan pengetahuan siswa dengan tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS di SMA Negeri 12 Helvetia Medan 2. Ha 2 : ada hubungan sikap siswa dengan tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS di SMA Negeri 12 Helvetia Medan
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan deskriptif dengan pendekatan“Cross Sectional”, dimana bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap siswa/i terhadap tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS di SMA N 12 Helvetia Medan.
B. Populasi Dan Sampel penelitian 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti (Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/I kelas X dan kelas XI yang berjumlah 683 orang. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2007). Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik sampel secara acak sistematis (Systematic random sampling). Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus menurut Notoadmojo ( 2007 ) yaitu :
n=
Keterangan : n
= Besar sampel
N
= Besar populasi
d
= Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan 90% (α =0,1) dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut :
33
34
Maka jumlah sampel yang diambil masing-masing ditentukan kembali dengan rumus (Suryanto & Setiawan, 2013).
Jadi setiap kelas di ambil 8 orang dan pengambilan sampel di ambil secara acak. Tabel 3.2 Distribusi sampel berdasarkan kelas Kelas Kelas X 1 Kelas X 2 Kelas X 3 Kelas X 4 Kelas X 5 Kelas X 6 Kelas X 7 Kelas X 8 Kelas XI IPA1 Kelas XI IPA 2 Kelas XI IPA 3 Kelas XI IPA 4 Kelas XI IPS 1 Kelas XI IPS 2 Kelas XI IPS 3
Jumlah sampel 6 orang siswa 5 orang siswa 6 orang siswa 6 orang siswa 5 orang siswa 6 orang siswa 6 orang siswa 6 orang siswa 5 orang siswa 5 orang siswa 5 orang siswa 5 orang siswa 7 orang siswa 7orang siswa 7orang siswa
C. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA NEGERI 12 Helvetia Medan Tahun 2015.
D. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan februari-july 2015
35
E. Defenisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional Pengetahuan Pemahaman yang dimiliki siswa tentang HIV/AIDS yang terdiri dari defenisi penyebab,tanda dan gejala dan pencegahan Sikap Suatu respon siswa/I tentang penyebab,tanda dan gejala,dan pencegahan HIV/AIDS Tindakan Suatu tindakan yang dilakukan Pencegahan siswa/I untuk mencegah tertular HIV/AIDS. Variabel
Alat Ukur
Hasil Ukur
Kuesioner
- Baik - cukup - Kurang
kuesioner
Kuesioner - Sikap positif - Sikap negatif Kuesioner - Baik - Kurang
kuesioner
Skala Ukur Ordinal
Ordinal
Ordinal
F. Aspek pengukuran 1. Pengetahuan Untuk mengukur pengetahuan digunakan kuesioner dengan 10 pertanyaan yang terdiri dari pilihan jawaban: benar skornya 2 dan salah skornya 1 sehingga skor tertinggi 20 dan skor terendah 10. Panjang kelas peneliti menggunakan metode statistik menurut Sudjana (2002) Rumus:
P
: Panjang kelas
Rentang kelas : Skor tertinggi-skor terendah Banyak kelas : Banyaknya kelas yang dikategorikan 1. Baik, jika skor 17-20 2. Cukup, jika skor 14-16 3. Kurang, jika skor 10-13
36
2. Sikap Untuk mengukur sikap siswa terhadap tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS .Di kuesioner dengan 10 pertanyaan terdiri dari pilihan jawaban sangat setuju (skornya 4), setuju (skornya 3), kurang setuju ( skornya 2) dan tidak setuju (skornya 1). Maka skor tertinggi adalah 40 dan skor terendah adalah 10. Penentuan panjang kelas berdasarkan rumus statistikaberikut (Hidayat, 2009).
Keterangan : P
: Panjang kelas
Rentang kelas : Skor tertinggi-skor terendah Banyak kelas : Banyaknya kelas yang dikategorikan Berdasarkan jumlah yang diperoleh sikap responden dikategorikan sebagai berikut : a) Sikap Positif
: Jika skor 26– 40
b) Sikap Negatif
: Jika skor 10 – 25
2. Tindakan Untuk mengukur tindakan siswa tentang pencegahan penularan HIV/AIDS digunakan kuesioner dengan 6 pertanyaan. Dengan alternatif jawaban Ya diberi skor 2 dan tidak diberi skor 1. maka skor tertinggi adalah 12 dan skor terndah adalah 6. Untuk mengkategorikan tindakan pencegahan dalam pencegahan dalam kuesioner digunakan rumus ( Sudjana,2002) sebagai berikut :
37
Keterangan
:
P
: Banyak kelas
Rentang Kelas
: Nilai tertinggi – terendah
Banyak kelas
: Banyak kategori
1) Pencegahan baik
: Apabila responden mendapat nilai 9-12
2) Pencegahan kurang
: Apabila responden mendapat nilai 6-8
G. Alat Dan Prosedur Pengumpulan data Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner . pelaksanaan pengumpulan data akan dilaksanakan setelah mendapat izin survey awal tertulis dari Institusi Pendidikan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sari Mutiara Indonesia. Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat rekomendasi izin pelaksanaan dari SMA N 12 Helvetia Medan digunakan peneliti sebagai lokasi penelitian. Setelah mendapat izin dari SMA N 12 Helvetia Medan maka peneliti melakukan pelaksanaan. Maka peneliti melakukan pendekatan dan memperkenalkan diri kepada siswa-siswi SMA N 12 dan peneliti menjelaskan terkait dengan penelitian yang akan dilakukan. Untuk cara pengambilan sampel peneliti menggunakan dengan cara undian, untuk tiap-tiap kelas disediakan kertas berisi tulisan angka dan kertas kosong menurut jumlah kelas masing-masing. Setiap kertas yang diisi hanya untuk mewakili sampel tiap kelas. Responden yang mendapatkan kertas yang berisi angka maka responden tersebutlah yang menjadi sampel. Setalah jumlah responden terkumpul maka peneliti mengumpulkan responden tersebut kedalam kelas dan peneliti bertanya kepada responden apakah bersedia untuk menjadi responden, jika responden bersedia maka penelitian dilakukan.
H. Etika Penelitian Selama penelitian, responden dilindungi dengan memperhatikan aspek-aspek ( polit & beck, 2004). Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan dengan menekankan masalah etika sebagai berikut :
38
1. Self determination Prinsip Self determination dijelaskan bahwa responden diberi kebebasan oleh peneliti untuk menentukan keputusan sendiri,apakah bersedia ikut dalam penelitian atau tidak tanpa paksaan (sukarela). Setelah responden bersedia, maka langkah selanjutnya penulis menjelaskan maksud dan tujuan serta manfaat penelitian, kemudian penulis menanyakan kesediaan responden , setelah setuju, responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi subyek penelitian atau informed consert yang disediakan. 2. Privacy and anonymity Prinsip etik Privacy and anonymity yaitu prinsip menjaga kerahasiaan informasi responden dengan tidak mencantumkan nama, tetapi hanya menuliskan kode inisial dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Informasi yang dikumpulkan dijamin oleh penulis kerahasiaannya dengan memusnahkan data ketika datanya selesai diambil dan dianalisa. 3. Beneficience Beneficience merupakan prinsip etik yang mementingkan keuntungan, baik bagi peneliti maupun responden sendiri. Peneliti menjelaskan kepada responden tantang manfaat penelitian ini untuk menambah pengetahuan siswa/i tentang pengetahuan dan sikap siswa terhadap tindakan pencegahan Hiv/Aids.
I. Pengolahan data Menurut Arikunto (2006) analisa data meliputi 3 langkah : 1. Editing Peneliti melihat dan memeriksa kuisioner yang sudah dibagikan hasil yang didapat peneliti. Setelah kuisioner terisi, kemudian diperiksa kembali untuk melihat adakah lembaran kuisioner yang belum terjawab oleh responden dan peneliti juga memeriksa ulang kelengkapan pengisian kesalahan atau jika ada bagian dari lembar kuisioner yang belum diisi tidak ada kendala, sehingga lanjut ke pengelolaan data berikutnya.
39
2. Coding Pernyataan-pernyataan yang telah dijawab diberi kode agar mempermudah peneliti dalam pengolahan data. Untuk variabel pengetahuan diberi 3 kategori dimana kode 1 untuk baik 17-20, kode 2 untuk cukup 14-16, kode 3 untuk kurang 10-13. Untuk variabel sikap ada 2 kategori dimanakode 1 untuk sikap positif 26-40, dank kode 2 untuk sikap negative 10-25. Untuk variabel tindakan ada 2 kategori dimana kode 1 untuk pencegahan baik 9-12, dank ode 2 untuk pencegahan kurang baik 6-8.
3. Entry Kategori-kategori yang sudah diberi kode kemudian dimasukkan kedalam computer untuk diolah.
4. Tabulating Untuk mempermudah analisa data dan dan pengolahan data serta pengambilan keputusan, data dimasukkan kedalam bentuk distribusi frekuensi dan memberikan skor terhadap soal-soal yang telah diisi oleh responden.
J. Analisa data 1. Analisa Univariat Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisa univariat yaitu men ganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoadmojo, 2007). Berdasarkan tingkat pengetahuan responden mayoritas pengetahuan baik 66 orang ( 75,9%) dan berdasarkan sikap siswa mayoritas 61 orang ( 70,1%) dan berdasarkan tindakan siswa mayoritas 62 orang ( 71,3%). 2. Analisa Bivariat Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap siswa tentang HIV/AIDS dengan tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS Di SMA N12 Helvetia Medan. Penelitian ini menggunakan uji chi-square α 0,1 : CI
40
90%. Dari hasil analisa didapat hubungan pengetahuan dengan tindakan pencegahan didapat (P= 0,044) yang berarti ada hubungan antra pengetahuan dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS, dan dimana hasil hubungan sikap dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS didapat (P=0,000) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS.
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian SMA NEGERI 12 Helvetia Medan didirikan pada tahun 1979 yang berlokasi di jalan cempaka no 75 Kel.Helvetia Tengah, Kec Medan Helvetia. Kepala Sekolah SMA N 12 Helvetia Medan adalah Drs.Jasmen Tampubolon,M.Si. Berbagai fasilitas dimiliki SMAN 12 Medan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. fasilitas tersebut antara lain : kelas, Laboratorium Biologi, Laboratorium Fisika, Laboratorium Kimia, Laboratorium komputer, Laboratorium Bahasa, Aula, UKS, Kantor Kepala Sekolah, Kantor Guru, Ruang TU, Toilet, Mushala. SMA Negeri 12 banyak kegiatan ekstrakurikuler, diantaranya : Palang Merah Remaja (PMR), Bina Mental Islam (BINTALIS), Paduan Suara Clarabelle, Pramuka, Paskibraka,Teater SMAN 12 Medan, Karate, Futsal, Basket. English Club, Olimpiade, Tari Tradisional, Dance. Di mana siswa/i aktif mengikuti kegiatan ektrakurikuler di sekolah, les, mengikuti olimpiade, lomba kebersihan setiap hari sabtu , pengajian jumat untuk agama islam , dan kebaktian rohani bagi kristen yang bertujuan untuk menambah kegiatan positif dan menjauhkan para siswa melakukan kegiatan tidak berguna. Hasil yang didapat dari kegiatan tersebut menambah pengetahuan mereka melakukan kegiatan yang positif. Sesuai dengan judul peneliti dimana mayoritas pengetahuan siswa baik terutama tentang HIV/AIDS karena sebelumnya sudah pernah dilakukan penyuluhan oleh dinas kesehatan tentang HIV/AIDS. Adapun sebagian siswa yang melanggar peraturan seperti merokok, bertato dan bolos pada saat pelajaran sekolah, tindakan sekolah yang dilakukan adalah memberikan sanksi yang tegas agar siswa tidak mengulanginya lagi.
B. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dan observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 05 juni 2015 sebayak 87 responden yang bertujuan untuk mengetahui ’’Hubungan Pengetahuan dan Sikap Siswa-siswi SMA N 12 Helvetia Medan Dengan Tindakan
41
42
Pencegahan Penularan HIV/AIDS Tahun 2015, maka hasil penelitian sebagai berikut :
1. Analisa Univariat Tebel 4.1 Distribusi Persentase Pengetahuan dengan Sikap dan tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS Siswa-siswi SMA N 12 Helvetia Medan Tahun 2015 (n=87) Variable Tingkat pengetahuan Baik cukup kurang Sikap siswa sikap positif sikap negative Tindakan Baik Kurang
n
%
66 9 12
75,9 10,3 13,8
61 26
70,1 29,9
62 25
71,3 28,7
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan baik 66 (75,9%), pada umumnya mayoritas responden dengan sikap positif sebanyak 61 (70,1%), untuk mayoritas responden dengan tindakan pencegahan baik 62 (71,3%).
2. Analisa Bivariat Tabel 4.2 Tabulasi silang Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan Penularan HIV/AIDS pada siswa/I SMA N 12 Helvetia Medan Tahun 2015 (n=87) Tindakan Pengetahuan Baik Cukup Kurang
Baik n 45 5 12
Total
% 51,7 5,7 13,8
kurang n % 21 24,1 4 4,6 0 0
n 66 9 12
% 75,9 10,3 13,8
P Value
0,044
43
Berdasarkan tabel 4.2 66 orang (75,9%) yang berpengetahuan baik, dan 45 orang (51,7%) yang pengetahuannya berada pada kategori tindakan baik, dan hanya 21 orang (24,1%) yang pengetahuannya berada pada kategori kurang , Sedangkan 9 orang (10,3%) berpengetahuan cukup, dan 5 orang (5,7%) yang pengetahuannya berada pada kategori baik, dan 4 orang (4,6%) berada pada kategori kurang, dan hanya 12 orang (13,8%) responden yang berpengetahuan kurang, hanya 12 responden (13,8%) yang berpengetahuan baik, dan 0 orang (0,0%) berada pada kategori kurang.
Berdasarkan hasil uji chi square di peroleh p-value sebesar 0,044 yang berarti ada Hubungan antara Pengetahuan dan Tindakan Pencegahan Penularan HIV/AIDS Tahun 2015. Tabel 4.3 Hubungan sikap dengan Tindakan Pencegahan Penularan HIV/AIDS Tahun 2015 Tindakan Sikap Sikap Positif Sikap negatif
Baik n 52 10
% 59,8 11,5
Total kurang n % 9 10,3 16 18,1
Berdasarkan tabel 4.3 61 orang
n 61 26
P Value
% 70,1 29,9
yang sikap positif,
0,000
dari jumlah tersebut,
terdapat 52 orang (59,8%) mempunyai tindakan pada kategori baik, dan 9 orang (10,3%) yang berada pada kategori kurang. Sedangkan 26 orang yang sikap negatif, hanya 10 orang (11,5%) mempunyai tindakan pada kategori baik, dan hanya 16 orang (18,1%) berada pada kategori kurang. Berdasarkan hasil uji chi square di peroleh p-value sebesar 0,000 yang berarti bahwa ada
Hubungan antara
sikap dan Tindakan Pencegahan Penularan
HIV/AIDS Tahun 2015.maka Ho ditolak dan Ha diterima.
44
C. Pembahasan 1. Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan HIV/AIDS Siswa/I SMA N 12 Helvetia Medan Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan tentang HIV/AIDS
dengan
tindakan
pencegahan,
dimana
mayoritas
siswa/I
berpengetahuan baik 66 responde (75,9%), berpengetahuan cukup 9 responden (10,3%),berpengetahuan kurang 12 responden (13,8%).
Penelitian sebelumnya mengenai hubungan pengetahuan remaja tentang HIV&AIDS terhadap perilaku pencegahan resiko HIV&AIDS (Amelinda, 2010) mendapatkan bahwa pengetahuan remaja tentang HIV&AIDS tidak menjadi factor utama untuk perilaku pencegahan, namun karena adanya pendekatan yang dilakukan oleh keluarga untuk mendukung perilaku pencegahan berisiko HIV&AIDS. Pengetahuan dapat diterima melalui proses pembelajaran, sehingga jika ingin mengetahui atau memahami sesuatu sebaiknya belajar. Dari pengalaman dan penelitian ternyata prilaku yang di dasarkan oleh pengetahuan akan lebih efektif dari pada perilaku yang tidak didasarkan oleh pengetahuan. (Notoatmodjo, 2011). Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, di mana di dasari dengan pengetahuan dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat lama (long lasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. (Notoatmodjo, 2011)
Menurut Astuti (2008) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pencegahan HIV/AIDS diantaranya: mencegah penularan melalaui hubungan seksual, pencegahan penularan melalui darah, pencegahan penularan melalui jarum suntik dan alat yang dapat melukai kulit, pencegahan infeksi melalui transfusi darah, dan penegahan penularan dari ibu kepada bayinya.
45
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni, indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan teliga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo,2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ada 6 yaitu: pendidikan, pengalaman, usia, sosial, ekonomi, budaya, media informasi. Dari hasil analisis tersebut membuktikan bahwa dalam hubungan pengetahuan dengan tindakan pencegahan hiv/aids maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS pada siswa SMA Negeri 12 Helvetia Hal ini berarti bahwa semakin baik pengetahuan tentang HIV/AIDS, maka semakin baik pula tindakan pencegahannya dan sebaliknya.
Berdasarkan hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari responden dapat dilihat bahwa pengetahuan siswa dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS sudah cukup baik , seperti dalam pertanyaan pengetahuan dan tindakan yaitu menggunakan jarum suntik secara bergantian bisa menularkan HIV/AIDS, virus HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks yang berganti-ganti pasangan, virus terdapat dalam darah, cairan vagina, air mani, air susu ibu, menghindari pergaulan bebas untuk mengurangi resiko tertular HIV/AIDS, menghindari alat suntik tato secara bergantian dengan teman. Berdasarkan hasil peneliti dapat dilihat bahwa pengetahuan siswa dengan tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS mayoritas baik sebayak 66 pengetahuan siswa dengan tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS mayoritas baik sebayak 66 (75,9%). Bila dilihat dari peneliti ini, siswa sudah mengetahui informasi tentang HIV/AIDS. Pengetahuan umumnya diperoleh dari informasi yang di sampaikan orang lain, di dapat dari buku, surat kabar atau media masa, elektronik. Sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
46
untuk terbuktinya sikap dan tindakan seseorang. Pada dasarnya pengetahuan terdiri dari jumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan mencegah masalah yang dihadapi ( Notoatmodjo, 2007. Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh nilai p value=0,044, yang berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS . Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 12 Helvetia Medan dalam pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS sudah cukup bagus hal ini dikarenakan siswa sudah mengetahui bagaimana tentang pencegahan penularan HIV/AIDS.
2. Hubungan Sikap dengan Tindakan Pencegahan HIV/AIDS Siswa/i SMA N 12 Helvetia Medan Hasil penelitian ini menunjukkan 87 responden, dimana mayoritas sikap siswa terhadap tindakan pencegahan, sikap positif 61 responden (70,1%) dan sikap negatif 26 responden (29,9%) responden terdapat hubungan yang signifikan antara sikap tentang tindakan pencegahan HIV/AIDS. Penelitian ini sama dengan hasil penelitian Rishadi, Amiruddin, dan Sidik tahun 2008 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara sikap degan tindakan dengan upaya pencegahan HIV/AIDS. Penelitian dari Nurachman dan Mustikasari pada tahun 2009 juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pemahaman, sikap dan pencegahan HIV/AIDS dengan perilaku berisiko.
Penelitian ini sejalan juga dengan yang diungkapkan oleh Muhlisin (2009), yang juga menyatakan bahwa terdapat hubungan antara sikap terhadap HIV/AIDS dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS pada anak remaja usia sekolah. Penelitian ini pula didukung oleh penelitian yang dilakukan Rishadi dkk (2012)
47
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara sikap terhadap HIV/AIDS dengan tindakan pencegahannya.
Pengetahuan yang baik akan mendukung sikap remaja yang baik tentang HIV/AIDS. Hal ini dikarenakan sikap yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat lebih langgeng atau lebih lama terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang PMS dengan sikap seksual bebas remaja Sikap akan mempengaruhi perilaku remaja dalam kesehatan reproduksi. Selain sikap dan pengetahuan, perilaku juga dipengaruhi oleh pengalaman, social ekonomi, fasilitas (sarana dan pelayanan kesehatan), budaya, dan sebagainya. Perilaku berkaitan dengan pengetahuan terhadap pencegahan HIV/AIDS, dengan meningkatnya pengetahuan tentang HIV/AIDS dapat menimbulkan perilaku terhadap pencegahan HIV/AIDS sehingga akan mengakibatkan tindakan yang dilakukan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki (Wigati 2007).
Pengetahuan, sikap dan tindakan merupakan komponen penting yang dapat menunjang perilaku remaja terhadap pencegahan HIV/AIDS. Namun dengan terbatasnya pendidikan di sekolah mengenai seks yang aman, maka penting pula untuk menyediakan suatu lingkungan terbuka bagi layanan konseling untuk remaja. Keterlibatan berbagai bentuk layanan dan program kesehatan seksual dan reproduksi remaja yang disediakan oleh LSM (lembaga swadaya masyarakat) akan menjadi strategi intervensi yang tepat. Program dan layanan semacam ini hendaknya difokuskan pada penguatan rasa percaya diri remaja melalui pengembangan ketrampilan hidup (life-skills) Hasil yang diharapkan adalah adanya peningkatan kemampuan remaja untuk menghindari dan/atau mengurangi perilaku seksual yang berisiko.
Menurut Ariani dan Hargono (2011) sikap sangat berkaitan erat dengan tingkat pengetahuan suatu individu. Sikap seseorang terhadap suatu objek menunjukkan tingkat pengetahuan orang tersebut terhadap suatu objek. Berdasarkan teori
48
adaptasi apabila tingkat pengetahuan baik dapat mendorong suatu individu memiliki perilaku yang baik. Beberapa faktor seperti tingkat pendidikan, faktor lingkungan (tempat tinggal), dan akses informasi yang tidak sampai ke wilayah mereka bisa menjadi faktor penyebab kurangnya kesadaran akan bahaya HIV dan AIDS Sikap merupakan hal yang penting bukan hanya karena sikap itu sulit untuk diubah, tetapi karena sikap sangat mempengaruhi pemikiran sosial individu meskipun sikap tidak selalu direfleksikan dalam tingkah laku yang tampak dan juga karena sikap seringkali mempengaruhi tingkah laku individu terutama terjadi saat sikap yang dimiliki kuat dan mantap . Seperti pula diungkapkan oleh Handayani (2001) dalam penelitiannya. Bahwa adanya pengetahuan tentang manfaat sesuatu hal dapat mempengaruhi niat untuk ikut dalam suatu kegiatan. Menurut WHO dalam Notoatmodjo 2007, sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan yaitu, sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu pada pengalaman orang lain, sikap diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang, dan nilai.
Sikap siswa tentang HIV-AIDS adalah respon, pendapat, penilaian remaja terhadap pencegahan penularan HIV-AIDS. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat dan pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo, 2003). Kuesioner mengacu pada skala Likert dengan bentuk jawaban pertanyaan
49
atau pernyataan terdiri dari jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju.
Berdasarkan hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari responden dapat dilihat bahwa sikap siswa dengan tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS sudah cukup baik dimana sikap siswa mengarah ke positif. seperti dalam pertanyaan untuk sikap dan tindakan seperti mengurangi pergaulan bebas untuk mengurangi resiko HIV/AIDS, tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah, menghindari narkoba, mengikuti atau melibatkan diri dengan kegiatan kerohanian, mengisi kegiatan positif seperti olahraga, menghindari perilaku hubungan seksual sesama jenis ataupun lawan jenis, menghindari alat suntik tato secara bergantian.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa sikap siswa dengan tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS mayoritas responden sebanyak 61 orang (70,1%). Bila dilihat dari penelitian ini, siswa sudah mengetahui tentang hubungan
sikap
dengan
tindakan
pencegahan
penularan
HIV/AIDS.
Pengetahuan juga dapat diperoleh dari buku, surat kabar atau media massa, elektronik.
Dari hasil asumsi peneliti berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan sikap dengan tindakan pencegahan hiv/aids siswa/i SMA N 12 helvetia terdapat hubungan yang bermakna antara sikap terhadap HIV/AIDS dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS pada siswa SMA Negeri 12 Helvetia.
semakin baik sikap siswa mengenai HIV/AIDS, maka mempengaruhi tindakan siswa terhadap dampak yang baik untuk dapat menghindari hal-hal yang beresiko tertular HIV/AIDS.
50
3. Keterbatasan a. Dalam penelitian ini ada kelemahan dalam penyusunan alat kuesioner yang menggunakan jawab tertutup responden dan tidak dapat menguraikan jawaban selain jawaban yang tersedia. b. Pengumpulan data ini dilakukan secara terpisah, sehingga memungkinkan untuk jawaban terpapar dengan responden yang lainnya yang belum mengisi kuesioner pada saat itu.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Mayoritas baik tentang pengetahuan HIV/AIDS. 2. Mayoritas sikap positif terhadap pencegahan HIV/AIDS. 3. Mayoritas baik terhadap tindakan pencegahan HIV/AIDS. 4. Berdasarkan penelitian antara Pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan Tindakan Pencegahan HIV/AIDS di dapat nilai p value = 0,044 menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dengan tindakan pencegahan.
5. Berdasarkan penelitian hubungan sikap dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS di
dapat
nilai
(PValue=0,000) menunjukkan adanya
hubungan antara
pengetahuan sikap dengan tindakan pencegahan.
B. Saran 1. Pihak sekolah Pihak sekolah dapat melakukan program pendidikan kesehatan seperti ceramah, dan seminar untuk meningkatkan pengetahuan siswa-siswi tentang HIV/AIDS.
2. Perawat puskesmas penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan pada perawat puskesmas terhadap penyakit HIV/AIDS
3. Bagi siswa Diharapkan dengan penelitian ini dapat menambah masukan pengetahuan siswasiswi tentang penyakit HIV/AIDS atau penyuluhan mengenai HIV/AIDS kepada remaja.
50
DAFTAR PUSTAKA Amelinda. (2010). HIV & AIDS terhadap perilaku pencegahan resiko HIV&AIDS di Universitas EsaUnggul. Ariani & Hargono. (2011). Analisis hubungan antara pengetahuan, sikap dengan tindakan berdasarkan indicator surveilans perilaku HIV/AIDS pada wanita pekerja seks ( studi penelitian di klinik IMS Puskesmas Putat Jaya Surabaya ), Departemen Epidemiologi FKM Unair. Arikunto,S. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta :Rineka Cipta. Astuti, I. (2008). Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS Di SMP Negeri 85.Jakarta. FIKUPNJ.Skripsi. Azwar,S.(2005). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Pustaka belajar Yogyakarta. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Sosial, (2012). Pendidikan Seks Bagi Remaja, Jakarta; EGC Bruner & saddarth. (2000). Buku Ajar Medikal-Bedah Terjemahan Suzanne C.Smeltzer. Edisi 8. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta. Depkes R.I. (2008).Profil Kesehatan Indonesia.Jakarta. Djauzi, S & Djoerban, Z. (2007).HIV/AIDS di Indonesia. Dalam : Sudoyo, A. W, dkk, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed. IV Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fkus, 1830-1807. Erfandi. (2009). Pengetahuan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Gemari.(2003).7 Tahun Yayasan Damandi: Menyelamatkan Kondisi Kehidupan.Edisi 24/tahun III Handayani, (2001). Kehidupan Seksual Remaja Di Daerah Kumuh Perkotaan Jakarta. Majalah Kesehatan Perkotaan Tahun VIII no 2, 2001. Jakarta Hidayat. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medik Hurlock, E., Widiyanty, I, & Sudjarwo. (1999). Psikologi Perkembangan Anak Jakarta : Erlangga.
Kemenkes RI (2009). Kebijakan dalam programPenanggulangan penanggulangan IMS, HIV dan AIDS. .(2014). Statistikkasus HIV/AIDS di Indonesia. Komisi Penanggulangan AIDS. (2010). Strategi dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS Tahun 2010-2014. Jakarta : Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. KPA .(2010). Komisi HIV/AIDS di Jawa Tengah 1993 s/d 30 juni 2010 Sumary. Muhlisin.(2009). Hubungan Pengetahuan dan Sikap tentang HIV/AIDS pada siswa SMK Muhammadiyah Salatiga dengan PraktikPencegahan. Muninjaya, A. A. G. (1998). AIDS di Indonesia.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Nasronudin.(2013). HIV & AIDS Pendekatan Biologis Molekuler, Klinis dan Sosial. Surabaya : Airlangga University . Niasari AR & olly. (2013). Pengaruh Penyuluhan Tentang HIV/AIDS terhadap Pengetahuan dan sikap,WHO. Notoatmodjo, S. (2007). Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. _________(2011). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta. Jakarta. _________(2003).Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Cetakan Pertama. Jakarta : Rineka Cipta. _________(2006). Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Nurachman, E & Mustikasari. (2009). Faktor pencegahan HIV/AIDS akibat perilaku beresiko tertular pada siswa SLTP.Jurnal Makara Kesehatan. Polit., Beck.(2004). Essential of nursing research : methods appraisal and utilization, (sixt edition). Lippincott Williams & Wilkins Rishadi A., Amirudin, R. & Sidik, D. (2012). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Calon Tenaga Kerja Indonesia dengan Upaya Pencehagan HIV dan AIDS Di BP3TKI Makassar. (2008).Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Calon Tenaga Kerja Indonesia Dengan Upaya Pencegahan HIV Dan AIDS Di Bp3tki Makassar.
Romauli.(2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta:NuhaMedika. Sarwono.(2003).Psikologi : Remaja.Jakarta:PT.Rajo Gravido Persada. Setyoadi & Triyanto, E. (2012). Strategi Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita AIDS. Graha Ilmu. Yogyakarta. Soetjningsih.(2004). Sagung Seto.
Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta :
Sudjana.(2002). Metode Statistika.Edisi Revisi.Bandung : Tarsito. Sugiyono.(2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta. Sunaryati, S. S. (2011) Penyakit Paling Sering Menyerang Dan Sangat Mematikan. Yogyakarta. Sunaryati, & Shinta, S. (2011). Penyakit Paling Sering Menyerang dan Sangat Mematikan. Yogyakarta. Tugiman.(1997). Standar Profesional Audit Internal, Kanisius, Yogyakarta. Widiastuti. (2009).Kesehatan Reproduksi.Yogyakarta: Fitramaya. Wigati. (2007), Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Seks Pranikah di SMAN 1 Sampang Cilacap, Skripsi, Klaten Yusuf , LN, D. (2011). Fsikologis Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TENTANG HIV/AIDS DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS DI SMA N 12 HELVETIA MEDAN TAHUN 2015
A. Identitas Responden Inisial
:
Umur
:
B. Pengetahuan Responden Tentang Pencegahan Penularan HIV/AIDS Beri tanda (√) pada kolom (Benar/Ya) jika pertanyaan anda anggap benar dan kolom (Salah/Tidak) jika pernyataan anda anggap salah.
No 1
Pernyataan Pengetahuan Ketika tubuh terserang HIV/AIDS maka tubuh akan rentan terkena penyakit TBC, radang kulit, radang jamur di mulut.
2
Virus
HIV/AIDS
dapat
menular
melalui
hubungan seks yang berganti-ganti pasangan. 3.
Menggunakan jarum suntik secara bergantian bisa menularkan HIV/AIDS
4
Kelompok orang-orang yang termasuk dalam resiko tinggi tertular HIV/AIDS adalah wanita pekerja seks dan pelanggannya, waria dan pelanggannya.
5
HIV
merupakan
singkatan
dari
Human
Immnodeficiency Virus 6
AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome.
Benar
Salah
7
HIV merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh
manusia
dan
akan
menimbulkan AIDS 8
Virus
HIV
terdapat
dalam
darah,cairan
vagina,air mani,air susu ibu. 9
Virus HIV membutuhkan waktu 5-10 tahun hingga menampakkan gejal-gejalanya
10
Tubuh yang sudah terinfeksi HIV/AIDS akan menampakkan gejal-gejala penurunan berat badan > 10 % .
Pertanyaan Sikap siswa terhadap HIV/AIDS Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda ceklist (√ ) pada kolom berikut SS = Sangat Setuju , S = Setuju, KS ; Kurang Setuju, TS = Tidak Setuju
No 1
Pernyataan sikap pergaulan bebas dapat mengurangi
Menghindari
SS resiko
HIV/AIDS 2
Melakukan hubungan seksual sebelum menikah beresiko terkena HIV/AIDS.
3
Menghindari narkotika suntik dapat mencegah HIV/AIDS
4
Menghindari hubungan seks bebas merupakan salah satu cara pencegahan HIV/AIDS
5
Penyakit HIV/AIDS merupakan penyakit yang menimbulkan rasa malu dan mematikan
6
Menolong
orang
yang
kecelakaan
harus
menggunakan
pelindung diri untuk mengurangi resiko tertular HIV/AIDS 7
Informasi/penyuluhan tentang HIV AIDS harus selalu diberikan pada
siswa/i
HIV/AIDS.
untuk
mengetahui
pencegahan,
penularan
S
KS
TS
8
Penderita HIV/AIDS harus dijauhkan dari keluarga
9
Bila orang terinfeksi HIV AIDS hendaknya dikarantina
10
Penderita HIV/AIDS boleh mengikuti proses belajar di sekolah
Pertanyaan Tindakan pencegahan penularan terhadap HIV/AIDS Jawaban pertanyaan dibawah ini dengan sejujur – jujurnya sesuai dengan yang pernah anda alami dengan memberikan tanda (
) pada kolom Ya atau Tidak
No
Pernyataan Tindakan Pencegahan
1
Apakah anda menghindari pergaulan bebas untuk mengurangi resiko tertular HIV/AIDS?
2
Apakah anda menghindari alat suntik tato secara bergantian dengan teman anda?
3
Apakah anda menghindari perilaku hubungan seksual sesama jenis ataupun lawan jenis?
4
Apakah anda menolak bujukan teman untuk mengkonsumsi narkoba?
5
Apakah anda memanfaatkan waktu luang dengan mengisi kegiatan positif ( seperti: berolahraga) ?
6
Apakah anda mengikuti atau melibatkan diri dengan kegiatan kerohanian?
Jawaban Ya Tidak
Lampiran 12 MASTER DATA HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TENTANG HIV / AIDS DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS DI SMA N 12 HELVETIA MEDAN TAHUN 2015 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2
2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2
3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2
Pengetahuan 4 5 6 7 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
8 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2
9 10 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1
Jumlah 19 20 11 17 18 18 18 18 19 17 18 19 20 13 19 20 20 15 10 10 19 20 11 17 18 18 18 18 19 17 18 19 20 13 19 20 20 15 10 10 19 20 11 17 18 18 18 18 19 17 18 19
1 4 4 3 2 3 2 3 2 3 3 4 2 4 3 2 4 4 2 4 4 4 4 3 2 3 2 3 2 3 3 4 2 4 3 2 4 4 2 4 4 4 4 3 2 3 2 3 2 3 3 4 2
2 4 4 3 2 3 2 3 2 3 3 4 2 4 3 2 4 4 2 3 3 4 4 3 2 3 2 3 2 3 3 4 2 4 3 2 4 4 2 3 3 4 4 3 2 3 2 3 2 3 3 4 2
3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 2 4 3 2 4 4 2 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 2 4 3 2 4 4 2 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 2
4 4 3 4 4 4 2 2 2 3 2 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 2 2 2 3 2 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 2 2 2 3 2 3 3
Sikap 5 6 4 4 3 4 4 3 4 2 4 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 4 3 2 4 4 4 3 3 2 4 4 4 4 3 2 4 4 3 2 4 4 3 4 4 3 4 2 4 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 4 3 2 4 4 4 3 3 2 4 4 4 4 3 2 4 4 3 2 4 4 3 4 4 3 4 2 4 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 4 3 2
7 4 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 4 4 2 4 4 2 4 3 4 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 4 4 2 4 4 2 4 3 4 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2
8 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 4 4 2 4 4 2 4 3 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 4 4 2 4 4 2 4 3 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2
9 10 1 4 2 4 2 4 2 4 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 4 2 4 4 4 4 3 2 2 4 4 4 4 2 2 4 4 3 4 1 4 2 4 2 4 2 4 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 4 2 4 4 4 4 3 2 2 4 4 4 4 2 2 4 4 3 4 1 4 2 4 2 4 2 4 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 4 2 4
Jumlah 34 32 30 27 29 20 25 22 30 26 35 24 40 35 22 40 40 22 24 21 34 32 30 27 29 20 25 22 30 26 35 24 40 35 22 40 40 22 24 21 34 32 30 27 29 20 25 22 30 26 35 24
1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2
2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1
Tindakan 3 4 5 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1
6 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2
Jumlah 12 11 11 6 11 12 10 8 12 9 12 8 8 12 6 9 11 6 11 12 12 11 11 6 11 12 10 8 12 9 12 8 8 12 6 9 11 6 11 12 12 11 11 6 11 12 10 8 12 9 12 8
53 2 2 2 54 1 2 1 55 2 2 2 56 2 2 2 57 2 2 2 58 1 1 2 59 1 1 1 60 1 1 1 61 1 2 2 62 2 2 2 63 1 1 2 64 2 2 2 65 2 2 2 66 2 2 2 67 1 2 1 68 2 2 2 69 2 1 2 70 1 2 2 71 2 2 2 72 2 2 2 73 2 2 2 74 1 2 1 75 2 2 2 76 2 2 2 77 2 2 2 78 1 1 2 79 1 1 1 80 1 1 1 81 1 2 2 82 2 2 2 83 1 1 2 84 2 2 2 85 2 2 2 86 2 2 2 87 1 2 1 Ket Pengetahuan 1 = benar 2 = salah
2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2
2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2
2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2
2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2
2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2
2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2
Sikap 1= sangat setuju 2= setuju 3= kurang setuju 4= tidak setuju
2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2
20 13 19 20 20 15 10 10 19 20 11 17 18 18 18 18 19 17 18 19 20 13 19 20 20 15 10 10 19 20 11 17 18 18 18 Tindakan 1= ya 2= tidak
4 3 2 4 4 2 4 4 4 4 3 2 3 2 3 2 3 3 4 2 4 3 2 4 4 2 4 4 4 4 3 2 3 2 3
4 3 2 4 4 2 3 3 4 4 3 2 3 2 3 2 3 3 4 2 4 3 2 4 4 2 3 3 4 4 3 2 3 2 3
4 3 2 4 4 2 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 2 4 3 2 4 4 2 3 3 4 4 3 3 3 2 3
4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 2 2 2 3 2 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 2 2
4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 2 2 2 3 2 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 2 2
4 3 2 4 4 2 4 2 4 4 3 2 3 2 3 2 3 3 4 2 4 3 2 4 4 2 4 2 4 4 3 2 3 2 3
4 4 2 4 4 2 4 3 4 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 4 4 2 4 4 2 4 3 4 2 2 2 2 2 2
4 4 2 4 4 2 4 3 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 4 4 2 4 4 2 4 3 1 2 2 2 2 2 2
4 4 2 4 4 2 4 3 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 4 4 2 4 4 2 4 3 1 2 2 2 2 2 2
4 3 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 2 3 2 3 3 4 4 4 3 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 2 3
40 35 22 40 40 22 24 21 34 32 30 27 29 20 25 22 30 26 35 24 40 35 22 40 40 22 24 21 34 32 30 27 29 20 25
1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2
1 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2
2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2
2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1
1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1
1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2
8 12 6 9 11 6 11 12 12 11 11 6 11 12 10 8 12 9 12 8 8 12 6 9 11 6 11 12 12 11 11 6 11 12 10
tingkat pengetahuan siswa tentang hiv/aids Cumulative Frequency Valid
Baik
Percent
Valid Percent
Percent
66
75,9
75,9
75,9
Cukup
9
10,3
10,3
86,2
Kurang
12
13,8
13,8
100,0
Total
87
100,0
100,0
sikap siswa tentang hiv/aids Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Positif
61
70,1
70,1
70,1
Negatif
26
29,9
29,9
100,0
Total
87
100,0
100,0
tindakan sisiwa terhadap hiv/aids Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Baik
62
71,3
71,3
71,3
Kurang
25
28,7
28,7
100,0
Total
87
100,0
100,0
Case Processing Summary Cases Valid N tingkat pengetahuan siswa tentang hiv/aids * tindakan sisiwa terhadap hiv/aids
Missing
Percent 87
100,0%
N
Total
Percent 0
,0%
N
Percent 87
100,0%
tingkat pengetahuan siswa tentang hiv/aids * tindakan sisiwa terhadap hiv/aids Crosstabulation tindakan sisiwa terhadap hiv/aids baik tingkat pengetahuan siswa
baik
kurang
Count
tentang hiv/aids
% of Total cukup
45
21
66
51,7%
24,1%
75,9%
5
4
9
5,7%
4,6%
10,3%
12
0
12
13,8%
,0%
13,8%
62
25
87
71,3%
28,7%
100,0%
Count % of Total
kurang
Count % of Total
Total
Count % of Total
Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
a
2
,044
Likelihood Ratio
9,429
2
,009
Linear-by-Linear
3,262
1
,071
Pearson Chi-Square
6,229
Association N of Valid Cases
87
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,59.
Case Processing Summary Cases Valid N sikap siswa tentang hiv/aids * tindakan sisiwa terhadap hiv/aids
Missing
Percent 87
100,0%
N
Total
Percent 0
,0%
N
Percent 87
100,0%
sikap siswa tentang hiv/aids * tindakan sisiwa terhadap hiv/aids Crosstabulation tindakan sisiwa terhadap hiv/aids baik sikap siswa tentang hiv/aids positif
Count
9
61
59,8%
10,3%
70,1%
10
16
26
11,5%
18,4%
29,9%
62
25
87
71,3%
28,7%
100,0%
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
Count % of Total
Total
Total
52
% of Total negatif
kurang
Count % of Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df a
1
,000
17,267
1
,000
18,666
1
,000
19,485 b
Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear
,000 19,261
1
,000
Association N of Valid Cases
87
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,47. b. Computed only for a 2x2 table
,000