HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCENGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH KECAMATAN MEDAN HELVETIA TAHUN 2015 Frida Liharris Saragih
ABSTRAK Penyakit demam berdarah adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus. Dikenal bermacam- macam jenis virus penyebab penyakit demam berdarah, tetapi di indonesia hanya terdapat 2 jenis virus penyebab demam berdarah yaitu virus dengue dan virus chikunguya. Diantara kedua jenis virus yang terdapat di Indonesia, virus dengue merupakan penyebab terpenting dari demam berdarah. Faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit demam berdarah dengue antara lain factor host, lingkungan, serta faktor virusnya sendiri. Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang berkaitan dengan terjadinya infeksi dengue. Lingkungan pemukiman sangat besar peranannya dalam penyebaran penyakit menular. Kondisi perumahan yang tidak memenuhi syarat rumah sehat apabila dilihat dari kondisi kesehatan lingkungan akan berdampak pada masyarakat itu sendiri. Dampaknya dilihat dari terjadinya suatu penyakit yang berbasis lingkungan yang dapat menular. Berdasarkan data yang di peroleh dari hasil suvey awal yang dilakukan di Kelurahan Helvetia tengah medan pada tahun 2014 terdapat 46 kasus. Tujuan Penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan pencegahan demam berdarah dengue (DBD) di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Tahun2015. Metode penelitian analitik yaitu untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan pencengahan demam berdarah dengue (DBD) dengan desain penelitian cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang tinggal di Kelurahan Helvetia Tengah Medan yang berjumlah 9.255 kepala keluarga. Sampel adalah teknik random sampling yaitu 78 orang. Hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan dengan tindakan pencengahan demam berdarah dengue dari hasil uji statistik didapatkan nilai probabilitas (p=0.017;p>0.05), dengan nilai PR= 0.62 (95% CI=0.42-0.91), sikap dengan tindakan pencegahan demam berdarah dengue dari hasil uji statistic didapatkan nilai probabilitas (p=0.016;p>0.05), dengan niali PR=1.61 (95% CI= 1.082.40). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tindakan pencegahan demam berdarah dengue pada masyarakat di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia dan terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan pencengahan demam berdarah dengue di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia. Oleh karena itu perlu peningkatan penyuluhan serta adanya partisipasi masyarakat dalam upaya pencengahan demam berdarah dengue (DBD).
Kata Kunci :Pengetahuan, Sikap, Tindakan Pencegahan DBD
PENDAHULUAN Penyakit demam berdarah adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus. Dikenal bermacam- macam jenis virus penyebab penyakit demam berdarah, tetapi di indonesia hanya terdapat 2 jenis virus penyebab demam berdarah yaitu virus dengue dan virus chikunguya. Diantara kedua jenis virus yang terdapat di Indonesia, virus dengue merupakan penyebab terpenting dari demam berdarah (Misnadiarly, 2014). Wabah yang sangat luar biasa besar yang terjadi di Vietnam 354517 kasus pada tahun 1987 dan Thailand 174285 kasus pada tahun 1987. Jumlah total orang yang terjangkit dan meninggal karena DHF dilaporkan di semua Negara pasifik barat dan asia tenggara selama dekade tahun 1980-an diperkirakan 1946965 dan 23793. Secara epidemiologi kejadian (WHO, 2014).
Penyakit yang sekarang dikenal sebagai DHF pertama kali dikenali di Filipina pada tahun 1953, dan selanjutnya menyebar ke berbagai Negara (WHO, 2014). Di Indonesia pertama kali terjadi di Surabaya pada tahun 1968. Penyakit DBD ditemukan di 200 kota di 27 provinsi dan telah terjadi kejadian luar biasa (KLB) akibat demam berdarah dengue (DBD). Case fatality rate (CFR) penyakit DBD mengalami penurunan dari tahun ke tahun walaupun masih tetap tinggi. CFR tahun 1968 sebesar 43%, tahun 1971 sebesar 14%, tahun 1980 sebesar 4,8% dan tahun 1999 masih diatas 2%. Data dari departemen kesehatan RI melaporkan bahwa pada tahun 2004 tercatat 17.707 orang terkena DBD di 25 provinsi dengan kematian 322 penderita selama bulan Januari dan Februari. Daerah yang perlu diwaspadai adalah DKI Jakarta, Bali, dan NTT (Widoyono, 2011). 146
Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang senantiasa ada sepanjang tahun di Indonesia. Oleh karena itu disebut sebagai penyakit endemis. Penyakit ini menunjukkan peningkatan jumlah orang yang terserang setiap 4-5 tahun. Kelompok yang sering terkena adalah anak-anak umur 4-10 tahun, walaupun dapat pula mengenai bayi dibawah umur 1 tahun. Akhir-akhir ini banyak juga mengenai orang dewasa muda umur 18-25 tahun. Laki-laki dan perempuan sama-sama dapat terkena tanpa terkecuali (Misnadiarly, 2014). Pada tahun 2013, Incidence Rate/Angka kesakitan= 45,85 per 100.000 penduduk dan CFR/angka kematian= 0,77%). Terjadi peningkatan jumlah kasus pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2012. Target Renstra Kementerian Kesehatan untuk angka kesakitan DBD tahun 2013 sebesar ≤ 52 per 100.000 penduduk, dengan demikian Indonesia telah mencapai target Renstra 2013 (Kemenkes, 2013). Provinsi dengan IR DBD tertinggi tahun 2013 yaitu Bali sebesar 168,48, DKI Jakarta sebesar 104,04, dan Di Yogyakarta sebesar 95,99 per 100.000 penduduk. Kematian akibat DBD dikategorikan tinggi jika CFR > 2%. Dengan demikian pada tahun 2013 terdapat tiga provinsi yang memiliki CFR tinggi yaitu Provinsi Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, dan Nusa Tenggara Timur. Kematian akibat DBD di kategorikan tinggi jika CFR> 2%. Dengan demikian pada tahun 2013 terdapat tiga provinsi yang memiliki CFR tinggi yaitu Provinsi Jambi, Kepulauan Bangka Belitung dan Nusa Tenggara Timur. Berbeda dengan peningkatan jumlah penderita/angka kesakitan, jumlah kabupaten/kota terjangkit DBD mengalami penurunan dari 417 (83,9%) pada tahun 2012 menjadi 412 kabupaten/kota (82,9%) pada tahun 2013. Salah satu upaya yang digunakan untuk upaya pengendalian penyakit DBD yaitu bebas jentik. Sampai tahun 2013 angka bebas jentik secara nasional belum mencapai target yang sebesar ≥ 95%. Pada tahun 2013 angka bebas jentik di Indonesia sebesar 80,09%, sampai tahun 2013 angka bebas jentik belum mencapai target nasional yang sebesar 95% (Kemenkes, 2013)
147
Pada provinsi tersebut masih perlu upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas dan kuantitas SDM kesehatan di rumah sakit dan puskesmas (dokter, perawat, dan lain-lain) termasuk peningkatan sarana-sarana penunjang diagnostik dan penatalaksanaan bagi penderita di sarana-sarana pelayanan kesehatan (Kemenkes, 2013). Penyakit DBD telah menyebar luas ke seluruh wilayah Provinsi Sumatera Utara sebagai KLB dengan angka kesakitan dan kematian yang relatif tinggi. Berdasarkan KLB wilayah Provinsi Sumatera Utara dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Daerah Endemis DBD: Kota Medan, Deli Serdang, Binjai, Langkat, Asahan, Tebing Tinggi, Pematang Siantar dan Kabupaten Karo. Daerah Sporadis DBD: Kota Sibolga, Tanjung Balai, Simalungun, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Dairi, Tapanuli Tengah, Mandailing Natal, Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan, Labuhan Batu, Humbang Hasundutan, Pak-Pak Barat, Serdang Bedagai dan Kabupaten Samosir. Daerah potensial/bebas DBD: Kabupaten Nias dan Nias Selatan. Namun daerah di Kepulauan Nias bukan lagi daerah potensial bebas DBD karena sejak tahun 2010 telah ditemukan DBD di kepulauan Nias. Sejak tahun 2005 rata-rata insiden rate DBD per 100,000 penduduk di Provinsi Sumatera Utara relatif tinggi. Pada tahun 2012, jumlah kasus DBD tercatat 4.732 kasus dengan IR 35 per 100.000 penduduk. Jumlah ini mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan tahun 2012 dengan jumlah kasus 4,367 kasus dengan IR sebesar 33 per 100.000 penduduk. Bila dibandingkan dengan angka indikator keberhasilan program dalam menekan laju penyebaran DBD, yaitu Insidens Rate DBD adalah sebesar 5 per 100,000 penduduk, angka Sumatera Utara sangat jauh diatas indikator tersebut (Dinkes, 2013). Kecamatan yang ada di kota Medan semuanya sudah merupakan daerah endemis DBD. Kecamtan Medan Helvetia, Medan Johor, Medan Sunggal, Medan Kota, Medan Baru, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Selayang, Medan Perjuangan dan Medan Petisah merupakan sepuluh kecamatan yang
paling tinggi kasusnya. Adapun angka kejadian DBD di Kota Medan dalam lima tahun terakhir adalah sebagai berikut : Tahun 2005 terjadi 1.960 kasus dengan kematian 24 orang. Tahun 2006 terjadi 1.376 kasus dengan kematian 20 orang, tahun 2007 terjadi 1.917 kasus dengan kematian 18 orang. Tahun 2008 terjadi 1.545 kasus dengan kematian 14 orang dan tahun 2009 terjadi 1.940 kasus dengan kematian 18 orang (Dinkes Kota Medan, 2009). Faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit demam berdarah dengue antara lain factor host, lingkungan, serta faktor virusnya sendiri. Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang berkaitan dengan terjadinya infeksi dengue. Lingkungan pemukiman sangat besar peranannya dalam penyebaran penyakit menular. Kondisi perumahan yang tidak memenuhi syarat rumah sehat apabila dilihat dari kondisi kesehatan lingkungan akan berdampak pada masyarakat itu sendiri. Dampaknya dilihat dari terjadinya suatu penyakit yang berbasis lingkungan yang dapat menular (Dinkes Kota Makassar dalam Ita Maria, 2012). Berdasarkan data yang di peroleh dari hasil suvey awal yang dilakukan di Kelurahan Helvetia tengah medan pada tahun 2014 terdapat 46 kasus. Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan pencegahan demam berdarah dengue (DBD) di kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia tahun 2015. METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik yaitu untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan pencengahan demam berdarah dengue (DBD) dengan desain penelitian cross-sectional, yaitu peneliti mencari hubungan antara variabel bebas (faktor resiko) dengan variabel tergantung (efek) dengan melakukan pengukuran sesaat. Studi cross-sectional merupakan salah satu studi observasional untuk menentukan hubungan antara faktor resiko dan penyakit. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Helvetia Tengah kecamatan Medan Helvetia pada bulan Maret - Juni tahun 2015. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh kepala keluarga yang tinggal di Kelurahan Helvetia Tengah Medan. Dengan menggunakan rumus Lameshow diperoleh sampel sebanyak 78 responden. Aspek pengukuran pengetahuan dengan menggunakan pertayaan dengan alternatif jawaban “Benar” diberi skor 1 dan salah diberi skor 0. Maka aspek kategori pengukuran pengetahuan yang digunakan : baik jika menjawab dengan benar pertayaan 11-15 dari semua pertayaan yang dingunakan dan tidak baik jika menjawab dengan benar 6-10 dari semua pertayaan benar. Sikap diukur dengan menggunakan skala Guttman dengan menggunakan pertayaan dengan alternativ jawaban “setuju” diberi skor 2 dan “tidak setuju” diberi skor 1. Berdasarkan jawaban yang diperoleh maka sikap tentang pencegahan demam berdarah dengue (DBD) dapat digolongkan Positif apabila menjawab dengan benar 23-30 dari semua pertayaan yang disediakan dan negatif apabila menjawab dengan benar 15-22 dari semua pertayaan yang disediakan. Untuk mengukur tindakan tentang pencegahan demam berdarah dengue (DBD/0 diberi pertanyaan dengan alternatif jawaban “Sering ” diberi skor 3. “kadang-kadang”, diberi skor 2 dan “tidak pernah” diberi skor 1, dengan kategori baik jawaban benar 36-45 dari semua pertanyaan yang disediakan ; dan tidak baik apabila responden menjawab dengan benar 26-35 dari semua pertanyaan yang disediakan. Hasil analisis data menggunakan analisa univariat dan bivariat. Analisa univariat digunakan untuk untuk menjelaskan deskriptif karakteristik dari masing-masing variable dan dalam analisa bivariat, analisis statistik yang digunakan adalah analisis chi square. Hal ini dikarenakan skala variabel dalam penelitian ini adalah kategorik dan kategorik. Syarat penggunaan uji chi square yaitu jumlah sampel diatas 40, cell yang nilai e nya 20 sel dan jika ada sel yang nilainya lebih dari 20 sel maka dilakukan uji fisher exact (Hastono, 2010)
148
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Analisa Univariat Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden Di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2015 Variabel 1. Umur Responden 30-35 36-40 41-45 45-50 51-55 2. Jenis Kelamin Lk PR 3. Pendidikan Rendah Tinggi 4. Pekerjaan Tidak bekerja Bekerja Jumlah
F
%
15 13 16 20 14
19.2 16.7 20.5 25.6 17.9
20 58
25.6 74.4
29 49
37.2 62.8
33 45 78
42.3 57.7 100
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pegetahuan, tentang DBD Di Kelurahan Tengah Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2015
Pengetahuan Tidak Baik Baik Jumlah
149
Tabel 3.
F 48 30 78
% 61.5 38.5 100
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Tentang DBD Di Kelurahan Helvetia Tenggah Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2015
Sikap Positif Negatif Jumlah
F 43 35 78
% 55.1 44.9 100
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa sikap responden tentang DBD positif sebanyak 43 responden (55.1%), dan sikap negative sebanyak 35 responden (44.9%). Tabel 4.
Berdasarkan tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa umur responden mayoritas 4145 tahun sebanyak 20 responden (25.6%). Mayoritas jenis kelamin perempuan sebanyak 58 responden (74,4%). Mayoritas pendidikan Tinggi sebanyak 49 responden (62.8%). Mayoritas pekerjaan bekerja sebanyak 45 responden (57,7%). Tabel 2.
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa pegetahuan responden tentang DBD mayoritas tidak baik sebanyak 48 responden (61.5%), dan baik sebanyak 30 responden (38.5%).
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tindakan Pencegahan DBD Di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2015
Tindakan Tidak Baik Baik Jumlah
F 44 34 78
% 56.4 43.6 100
Berdasarkan tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa tindakan pencegahan DBD mayoritas responden tidak baik sebanyak 44 responden (56.47%), dan tindakan baik sebanyak 34 responden (43.6%).
Analisis Bivariat
Tabel 5.
Tabulasi Silang Sikap Dengan Tindakan Pencegahan DBD Di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2015
Variabel Sikap 1. Negatif 2. Positif Pendidikan 1. Rendah 2. Tinggi Pekerjaan 1. Tidak bekerja 2. Bekerja
Tindakan Tidak Baik Baik n % n %
PR
25 19
71.4 44.2
10 24
28.6 55.8
1.61
16 28
55.2 57.1
13 21
44.8 42.9
0.96
19 25
57.6 55.6
14 20
42.4 44.4
1.03
Pembahasan Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan Pencegahan DBD Berdasarkan hasil penelitian dapat bahwa Pengetahuan tidak baik mayoritas memiliki tindakan baik sebanyak 26 responden (54,2%), dan pengetahuan baik mayoritas memiliki tindakan tidak baik sebanyak 22 responden (56,4%) dan tindakan baik sebanyak 8 responden (26.7%). Hasil uji chi-squer menunjukkan bahwa nilai P=0.17 (p=<0.005) hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan pencegahan demam berdarah dengue di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2015. Pada penelitian ini memiliki nilai PR=0.62 (95% CI=0.420.91) responden yang memiliki pengetahuan tidak baik memiliki peluang 0.62 kali untuk memilki tindakan buruk. Hasil jawaban respoden terhadap pengetahuan dengan tindakan pencegahan DBD, sebanyak 34,6% responden menjawab salah dengan pertayaan demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh nyamuk aedes agypty, 51,3% responden menjawab salah dengan pertayaan nyamuk DBD menggigit pada waktu pagi dan sore hari, 57,7% responden menjawab salah dengan pertayaan penularan penyakit DBD dilakukan oleh nyamuk betina.
95% CI
P
1.08-2.40
0.016
0.06-1.45
0.086
0.70-1.53
0.085
Hal ini juga selaras dengan penelitian Suhardiono, Fakultas Kesehatan Masyrakat, USU Medan dengan judul sebuah analisis faktor resiko perilaku masyarakat terhadap kejadian demam berdarah dengue (DBD) di Kelurahan Helvetia Tengah, Medan Tahun 2005 hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil uji statistic diketahui ada hubungan tingkat pengetahuan responden dengan kejadian DBD dengan nilai P=0.015(p<0.05), namun untuk nilai OR bernilai 3.077 (CI 95%=1,218-7.776) dan PR=2.087. Hal ini menunjukkan ada hubungan pengetahuan dengan kejadian DBD. Menurut Ketut Catur Aryati ,2012, Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekes Denpasar dengan judul hubungan pengetahuan sikap dan tindakan masyrakat dengan kejadian demam berdarh dengue (DBD) Di Kelurahan Baler Bale Agung Kecamatan Negara dari hasil uji statistic diperoleh niali p=0.429 dan nilai odds ratio (OR)=1,818 dengan Confidence Interval (CI) 95% di dapat nilai p lebih bsar dari α=0.005, sehingga hal ini menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan responden dengan kejadian DBD di Kelurahan Baler Bale Agung Kecamatan Negara. Dari penelitian ini dapat diasumsikan bahwa pengetahuan tidak baik memiliki tindakan baik hal ini mugkin dapat disebabkan karena responden pada penelitian 150
ini kurang memahani tentang demam berdarah dengue tetapi pada tindakan responden memiliki tindakan baik ini dikarena tindakan adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan secara berulang sehingga menjadi suatu kebiasaan misalnya seperti menguras bak mandi responden selalu menguras bak mandi tetapi mereka tidak mengetahui kegunaan dari menguras bak mandi tersebut, responden menguras bak mandi dikarenakan bak mandi kotor. Hal ini juga dikarenakan sikap masyarakat kurang respon pada saat penelitian sehingga mempengaruhi hasil yang didapat saat penelitian. Berdasarakan hasil tabulasi silang antara pendidikan dan pekerjaan dengan tindakan pencegahan demam berdarah dengue pada masyarakat Di Kelurah Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia dari hasil uji statistik didapatkan nilai probabilitas untuk pendidikan (p=0.086; p>0.05), PR=0.96 (95% CI=0.062-1.45), sedangkan untuk pekerjaan didapatkan nilai probabilitas (p=0.085; p>0.05), PR=1.03 (95% CI= 0.700-1.53). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara pendidikan dan pekerjaan dengan tindakan pencegahan demam berdarah dengue. Sedangkan menurut Sry dewi, 2012, Fakultas Kesehatan Masyarakat universitas Sam Ratulangi Manado dengan judul Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue pada Masyrakat Di Kelurahan Batu Kota Lingkungan III Kota Manado pada hasil penelitian didapat bahwa pengetahuan dengan tindakan pencegahan demam berdarah dengue dari hasil uji statistik didapatkan nilai probabilitas (p=0,10;p>0,05), berdasarakan hasil penelitian dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tindakan pencegahan penyakit demam berdarah dengue pada masyarakat. Menurut Notoadmodjho (2010). Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Sedangkan Tindakan adalah semua kegiatan atau aktivitas orang dalam rangka memelihara 151
kesehatan sehubungan dengan pencegahan penyakit menular dan tidak menular dan praktik tentang mengatasi atau menangani penyakit yang diderita. Hubungan Sikap Dengan Tindakan Pencegahan DBD Berdasarkan hasil penelitian bahwa sikap negatif memiliki mayoritas tindakan tidak baik sebanyak 25 responden (71.4%) dan sikap positif memiliki mayoritas tindakan baik sebanyak 24 responden (55.8%) dan tindakan tidak baik sebanyak 19 responden (44.2%). Hasil uji chi-squer p=0.016 (p=<0.05) yang menunjukkan bahwa ada hubungan sikap dengan tindakan pencegahan demam berdarah dengue di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2015. Pada penelitian ini memiliki nilai PR=1.61 (95% CI=1.08-2.40) responden yang memiliki sikap tidak baik 1.61 kali untuk memiliki tindakan tidak baik. Hasil jawaban responden terhadap sikap dengan tindakan pencegahan DBD, sebanyak 62,8% responden menjawab tidak setuju dengan pertayaan menurut anda pengasapan dapat menanggulangi DBD, responden menjawab tidak setuju 91,0% dengan pertanyaan menggunakan obat nyamuk oles saat keluar rumah, responden menjawab tidak setuju sebanyak 69,2% dengan pertanyaan pemberantasan jentik dapat dilakukan dengan cara memelihara ikan cupang. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Suhardiono, 2005, Fakultas Kesehatan Masyaraka,USU Medan dengan judul sebuah analisi faktor risiko perilaku masyarakat terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue(DBD) Di Kelurahan Helvetia Tengah, Medan, Tahun 2005, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil iji statistic diketahui nilai p=0.016 (p<0.05), OR=2.738 (CI 95%=1.196-6,269) dan PR=1.829, hal ini menunjukkan ada hubungan sikap dengan kejadian DBD. Menurut Sry Dewi, 2012, Fakultas Kesehtaan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado dengan judul Hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan tindakan pencegahan penyakit demam berdarah dengue pada masyarakat di
Kelurahan Batu Kota Lingungan III Kota Manado Pada hasil penelitian didapat bahwa sikap dengan tindakan pencegahan penyakit demam berdarah dengue dari hasil uji statistic didapatkan nilai probabilitas (p=0.001;p<0.05). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan pencegahan demam berdarah dengue pada masyarakat Batu Ota Lingkungan III Kota Manado. Menurut Nototmodjo sikap adalah merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan), atau reaksi tertutup. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Ada hubungan pengetahuan dengan pencegahan demam berdrah dengue (DBD) 2. Ada hubungan sikap dengan pencegahan demam berdarah dengue (DBD) 3. Ada hubungan tindakan dengan pencengahan demam berdarah dengue (DBD) 4. Ada hubungan pengetahuan dengan tindakan pencegahan demam berdarah dengue (DBD) 5. Ada hubungan sikap dengan tindakan pencengahan demam berdrah dengue (DBD) Saran 1. Bagi Masyarakat Bagi masyarakat Kelurahan Helvetia Tengah diharapkan agar lebih memahami tentang demam berdarah dengue (DBD dan bagaimana tindakan pencengahannya demam berdraah dengue (DBD). 2. Bagi Kelurahan Helvetia Tengah Diharapkan agar lebih banyak memberikan informasi tentang pencengahan demam berdarah dengue (DBD) kepada masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan pencengahan demam berdarah dengue (DBD).
3. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan agar dapat menggali yang lebih dalam lagi, terutama hal-hal yang belum terungkap dalam penelitiian ini DAFTAR PUTASKA Achmadi, Umar. 2010. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Universiatas Indonesia (UI-Press). Jakarta Catur
Aryati. Ketut. 2012. Hubungan Penegetahuan Sikap Dan Tindakan Masyaraat Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kelurahan Baler Bale Agung Kecamatan Negara Tahun 2012. Tidak Diterbitkan
Dewi,
Sry. 2012. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Tindakan Pencengahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat di Kelurahan Batu Kota Lingkungan III Kota Manado Tahun 2012. Tidak diterbitkan
Dinkes. 2009. Profil Dinas Kesehatan Sumatera Utara 2009.Dinkes Sumut. Medan Dinkes. 2013. Profil Dinas Kesehatan Sumatra Utara 2013. Dinkes Sumut. Medan Dahlan, Muhamad sopiyudin. 2014. Statistik untuk Kedoeran dan kesehatan dan kesehatan epidemiologi Indonesia. Jakarta Hastono, dkk. 2010. Statistik Kesehatan. Rajawali Pers. Jakarta Hidayat, Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknnik Analisis Data. Salemba Medika. Jakarta Kemenkes. 2013. Profil Kemenkes. Jakarta
Kesehatan.
152
Lemesshow, Stanley. 1993. British Library Cataloguing in Pablication Data. WHO Maria, Ita, 2013. Faktor Resiko Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Makasar Tahun 2013. Tidak diterbitkan. Misnadiarly, 2013. Demam Berdarah Dengue (DBD): Ekstra Daun Jambu Biji Bisa Untuk Mengatasi DBD. Pustaka Populer Obor. Jakarta Notoadmojho. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta
Sastroasmoro, dkk, 2014. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke -5 Sagung Seto. Jakarta Sofyanto. Hufron. 2010. Mengenal Bahaya Demam Berdarah. Horizon. Jakarta Suhardiono.2005. Analisis Faktor Resiko Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kelurahan Helvetia Tengah Medan Tahun 2005. Tidak Diterbitkan Widyanto. 2013. Trend Disease “Trend Penyakit Saat Ini”. CV Trans Info Media. WHO. 2014. Demam Berdarah Dengue: Diagnosis, Pengobatan, Pencengahan dan Pengendalian. EGC. Jakarta
153