HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP TENTANG HIV/AIDS DI SMA NEGERI 1 KARANGTENGAH DEMAK Muhamad Nurhidayatullah*, Yuliaji Siswanto**, Sigit Ambar Widyawati** *Mahasiswa PSKM STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ** Staf Pengajar PSKM STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK AIDS merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah internasional karena dalam waktu yang relative singkat terjadi peningkatan jumlah pasien HIV/AIDS, sejak awal epidemi sekitar 36 juta orang telah meninggal karena HIV, 1,1 juta orang dewasa dan anak-anak meninggal karena AIDS di dunia pada tahun 2013. Kabupaten Demak pada tahun 2013 jumlah kasus HIV/AIDS sebanyak 41 kasus, pada remaja penyebab terjadinya HIV/AIDS adalah remaja yang menjadi pecandu narkoba, pengguna jarum suntik dapat menjadi sarana penularan HIV/AIDS, beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku salah satunya yaitu faktor predisposisi, yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang, yaitu pengetahuan dan sikap seseorang. Tujuan penelitian adalah menganalisis hubuangan antara pengetahuan dengan sikap tentang HIV/AIDS. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan Cross-Sectional. Populasi penelitian ini semua siswa kelas X, XI dan XII SMA N 1 Karangtengah Demak sebanyak 895 siswa, dengan sampel sejumlah 90 siswa. Pengumpulan data menggunakan kuesionar dan analisis data menggunakan uji chi-square (α = 0,05) Hasil penelitan menunjukkan bahwa pengetahuan responden cukup baik sejumlah 62,2% (56 responden), sikap responden menunjukkan mendukung sejumlah 78,9% (71 responden). Hasil analisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap tentang HIV/AIDS (p = 0,000). Berdasarkan hasil penelitian Institusi hendaknya bekerja sama dengan instansi terkait atau tenaga kesehatan memberikan masukan dan informasi mengenai HIV/AIDS sebaiknya diberikan sejak dini agar pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS menjadi lebih baik. Kata Kunci
: Pengetahuan, Sikap, HIV/AIDS
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Tentang HIV/AIDS Di SMA N 1 Karangtengah Demak Tahun 2015 Ta 20
1
ABSTRACT AIDS is a disease which becoming an international issue because in a relatively short period the patients have increased. Since the beginning of the epidemic, about 36 million people had died by HIV, 1.1 million adults and children died by AIDS in the world in 2013. In Demak in the same period, there were 41 cases of HIV/AIDS. The causes of HIV/AIDS among the adolescents are drug addicts, injecting drug users which can be a means of transmission of HIV/AIDS. The several influencing factors of behavior is predisposing factors, which predispose a person's behavior are knowledge and attitude. The purpose of this study is to analyze the correlation between knowledge and attitude about HIV/AIDS. This study used cross-sectional approach. The population in this study were all students of tenth, eleventh, and twelfth graders SMA N 1 Karangtengah Demak as many as 895 students and the samples were 90 respondents. The data were collected by using questionnaires and analyzed by using the chi-square test (α = 0.05). The results of this study indicate that the respondents with sufficient knowledge are 56 respondents (62.2%), the respondents have attitude of supporting as many as 71 respondents (78.9%). The result of analysis shows that there is a correlation between the level of knowledge and attitude about HIV/AIDS (p = 0.000). Based on the results of study the health institutions should cooperate with relevant agencies or health professionals to provide input and information about HIV/AIDS which should be given earlier so that the adolescents have better knowledge about HIV/AIDS. Keywords
: Knowledge, Attitude, HIV/AIDS
PENDAHULUAN Aquired immune deficiency syndrome (AIDS) yaitu suatu kumpulan gejala penyakit kerusakan sistem kekebalan tubuh, bukan penyakit bawaan tetapi didapat dari hasil penularan HIV/AIDS, penyakit ini merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh human immune deficiency virus (HIV). Penyakit ini telah menjadi masalah internasional karena dalam waktu yang relative singkat terjadi peningkatan jumlah pasien dan semakin melanda banyak Negara (1) . Menurut World health Organization (WHO) situasi global dan tren HIV/AIDS sejak awal epidemi, hampir 75 juta orang telah terinfeksi virus HIV dan sekitar 36 juta orang telah meninggal karena HIV. Secara global 35,5 juta orang hidup dengan HIV dan (35,3-38,8) juta orang hidup dengan menderita HIV pada akhir tahun 2012 dan pada saat itu diperkirakan 0,8 % dari orang dewasa berusia 15-49 tahun di seluruh dunia hidup dengan HIV, meskipun beban epidemic terus bervariasi antar Negara dan wilayah. Sub-Sahara Afrika tetap terkena
dampak paling parah, dengan hampir 1 dari setiap 20 orang dewasa yang hidup dengan HIV dan akuntansi untuk 71 % dari orang yang hidup dengan HIV di seluruh dunia. Lebih dari dua pertiga (70 %) dari semua orang yang hidup dengan HIV, 24,7 juta, tinggal di Sub-Sahara Afrika termasuk 91% anak HIV-positif di dunia. Pada 2013, diperkirakan 1,5 juta orang di wilayah ini menjadi baru terinfeksi. Diperkirakan 1,1 juta orang dewasa dan anak-anak meninggal karena AIDS, kumulatif untuk 73% kematian akibat AIDS di dunia pada tahun 2013 (2). Berdasarkan data statistik Depkes di Indonesia situasi masalah HIV/AIDS tahun 1987 - September 2014 secara kumulatif terdapat 150,296/ 55,799 kasus sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 sampai dengan September 2014, HIV-AIDS adalah Provinsi Bali, sedangkan yang terakhir melaporkan adalah Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2011 (3). Menurut data statistik Dinkes Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2008-2013 kasus HIV/AIDS semakin meningkat setiap
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Tentang HIV/AIDS Di SMA N 1 Karangtengah Demak Tahun 2015 Ta 20
2
tahunnya, pada tahun 2008 terdapat 259/170 kasus HIV/AIDS. Tahun 2009 terdapat 143/430 kasus HIV/AIDS. Tahun 2010 terdapat 373/501 kasus HIV/AIDS. Tahun 2011 terdapat 755/521 kasus HIV/AIDS. Tahun 2012 terdapat 607/797 kasus HIV/AIDS. Tahun 2013 terdapat 1045/993 kasus HIV/AIDS, secara kumulatif kasus baru HIV/AIDS 1,045/993 kasus (4). Kabupaten Demak pada tahun 2013 jumlah kasus HIV sebanyak 33 kasus (18 kasus Laki-Laki dan 15 kasus Perempuan), dan kasus AIDS sebanyak 8 kasus (3 kasus Laki-Laki dan 5 kasus Perempuan). Sehingga total HIV-AIDS tahun 2013 sebanyak 41 kasus, dan meninggal karena AIDS sebanyak 3 orang, (1 Laki-Laki dan 2 Perempuan). Bila dibanding tahun 2012 sebanyak 18 kasus maka tahun 2013 ini mengalami peningkatan penemuan jumlah kasus HIV/AIDS. Kebanyakan penderita HIV/AIDS adalah usia produktif antara 1529 tahun (5). Penyakit HIV/AIDS disebabkan oleh beberapa faktor penyebab diantaranya hubungan seksual, kontak langsung dengan darah, jarum suntik yang tidak steril/pemakaian jarum suntik bersamaan dan sempritnya para pecandu narkoba suntik, transfusi darah yang tidak steril/produk darah yang tercemar HIV, penularan lewat kecelakaan, tertusuk jarum pada petugas kesehatan, dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selama hamil, saat melahirkan, atau setelah melahirkan (6). Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada diantara fase anak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, biologis dan emosi. Pada remaja penyebab terjadinya HIV/AIDS adalah remaja yang menjadi pecandu narkoba khususnya pengguna jarum suntik, dapat menjadi sarana penularan HIV/AIDS. Secara tidak langsung, narkoba dan minuman keras bisa terkait erat dengan pengguna seks bebas (7). Pencegahan penularan HIV/AIDS dapat dilakukan dengan formula ABC, dimana A adalah absistensia, tidak melakukan
hubungan seks sebelum menikah, B adalah be faithful, artinya jika sudah menikah hanya berhubungan dengan pasanganya saja, C adalah condom, artinya jika memang cara A dan B tidak dipatuhi maka harus digunakan alat pencegahan dengan (8) menggunakan kondom . Tingginya kejadian HIV-AIDS di Indonesia ini disebabkan oleh perilaku masyarakat yang tidak atau belum sesuai. Menurut H.L Blum (1990) derajat kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor perilaku, dan Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh beberapa faktor pokok yaitu faktor predisposisi (predisposing factors), faktor yang mendukung (enabling factors) dan faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors) (9). Dari beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku salah satunya yaitu faktor predisposisi (predisposing factors), yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan dan sikap seseorang. Sikap merupakan bagian dari perilaku manusia, perilaku mencerminkan atau manifestasi dari sikap. Menurut Robert Kwick (1974) sikap adalah suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi objek tersebut. Sikap (9) merupakan bagian dari perilaku . Sikap selalu dikaitkan dengan perilaku yang berada di dalam batas kewajaran dan kenormalan yang merupakan respon atau reaksi terhadap suatu stimulus (10). Meski sikap pada hakikatnya hanyalah merupakan predisposisi atau tendensi untuk bertingkah laku, sehingga dapat dikatakan merupakan tindakan atau aktivitas. Berdasarkan penelitian David, T (2012) tentang hubungan pengetahuan, Sikap dengan Tindakan Pencegahan HIV/AIDS pada Siswa SMA, dimana responden dengan sikap positif yang sudah melakukan tindakan pencegahan HIV/AIDS berjumlah 54 responden (45%) dan yang tidak
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Tentang HIV/AIDS Di SMA N 1 Karangtengah Demak Tahun 2015 Ta 20
3
melakukan tindakan pencegahan berjumlah 23 responden (19,2%), sedangkan responden dengan sikap negatif yang sudah melakukan tindakan pencegahan berjumlah 25 responden (20,8%) dan tidak melakukan tindakan pencegahan berjumlah 18 responden (15%). Pengetahuan juga merupakan faktor penguat terjadinya perubahan sikap, pengetahuan dan sikap akan menjadi landasan terhadap pembentukan moral dalam diri seseorang, artinya terdapat keselarasan yang terjadi antara pengetahuan dan sikap, dimana sikap terbentuk setelah terjadi proses tahu terlebih dahulu. Pemerintah menargetkan akhir tahun 2014 pengetahuan masyarakat mengenai HIV/AIDS secara komprehensif yang berusia 15 tahun mencapai (95%) tetapi sampai 2010 baru 11,65% remaja usia tersebut yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang cara penularan HIV/AIDS (Riskesdas, 2010). Berbagai penelitian bahwa sebagian remaja Indonesia mempraktikkan perilaku berisiko namun, mereka tidak memiliki pengetahuan yang memadai untuk mencegah penularan HIV. Hasil Riset Kesehatan dasar dengan mengajukan tiga pertanyaan utama menyangkut HIV/AIDS yang dilakukan Riskesdas menunjukkan 86,4% responden menjawab bahwa HIV/AIDS dapat dapat ditularkan melalui nyamuk, berjabat tangan dan bekas minum. Hal ini menunjukkan remaja tidak mengerti atau mempunyai stigmatisasi (pandangan) sehingga tidak mau atau dengan cara penularanya (11). Berdasarkan data yang didapatkan yang dilakukan pada tanggal 27 Januari 2015 di Dinkes Kesehatan Kota (DKK) Kabupaten Demak jumlah kasus HIV/AIDS secara kumulatif sejak tahun 2003-2014 dilaporkan sebanyak 214 kasus. Selama tahun 2014 diterima laporan HIV/AIDS sebanyak 62 kasus yang terdiri dari 58 kasus HIV dan 4 kasus AIDS meninggal. Tujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap tentang pencegahan HIV/AIDS pada siswa di SMA Negeri 1 Karangtengah Demak.
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian cross sectional, yaitu: studi yang ditunjukkan untuk mencari prevalensi suatu penyakit atau mendeskripsikan cici-ciri penduduk yang mengalami masalah desehatan di suatu daerah, tetapi dalam hal tertentu penelitian cross sectional dapat digunakan untuk memperkirakan adanya hubungan sebab-akibat dan menghasilkan hepotesis (12). Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X, XI dan XII sejumlah populasi 895 responden tahun ajaran 2015-2016. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian siswa kelas X. XI dan XII SMA N 1 Karangtengah Demak sebanyak 90 yang diambil dengan tehnik purposive sampling. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner, data dianalisis dengan uji chi-square dengan menggunakan program SPSS versi 16 dengan α = 0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengetahuan Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Karangtengah Demak tahun 2015 Kategori Pengetahuan Baik Cukup Kurang Baik Total
Frekuensi
Persentase (%) 19 56 15
21,1 62,2 16,7
90
100,0
Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS dalam kategori pengetahuan cukup baik yaitu sebanyak 56 responden (62,2%) dan baik 21,1%. Sebagian kecil responden yang mempunyai pengetahuan kurang baik sebanyak 15 responden (16,7%), Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden yang mempunyai pengetahuan baik dan cukup baik (83,3%) karena responden sudah dapat menjawab pertanyaan yang dijawab dengan baik karena 90 responden (100%) menjawab
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Tentang HIV/AIDS Di SMA N 1 Karangtengah Demak Tahun 2015 Ta 20
4
benar kepanjangan HIV/AIDS, kemudian 83 responden (92,2%) menjawab benar virus HIV menyebabkan AIDS , 70 responden (77,8%) menjawab benar tentang orang yang telah terinfeksi HIV/AIDS akan mengalami penurunan berat badan, 81 responden (90,0%) menjawab benar tentang penularan HIV/AIDS dapat ditularkan melalui cairan dari alat kelamin, 80 responden (88,9%) menjawab benar tentang pencegahan HIV/AIDS salah satunya adalah setia dengan pasangan salah satu cara mencegah penularan HIV/AIDS. Dari sebagian besar responden ada yang memiliki pengetahuan negatif tentang tanda dan gejala padahal tanda dan gejala memiliki peran penting untuk mengurangi kejadian HIV/AIDS apabila tanda dan gejala diketahui dengan tepat, kemungkinan responden kurang mengetahui tanda dan gejala dengan tepat karena responden kurang mendapat informasi mengenai tanda dan gejala HIV/AIDS. Masih banyak responden mempunyai persepsi yang salah mengenai tanda dan gejala HIV/AIDS padahal tanda dan gejala tersebut tidak ditandai dengan berkeringat pada malam hari dan rasa lelah yang berkepanjangan dan responden belum mengetahui penurunan berat badan secara drastis adalah salah satu tanda dari HIV/AIDS, padahal hal-hal tersebut adalah tanda-tanda HIV/AIDS. Menurut ilmuan (13), seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi tidak sama pemahamannya dengan orang yang berpendidikan rendah. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi dan pada akhirnya semakin banyak pengetahuan yang mereka miliki.
2. Sikap Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Karangtengah Demak tahun 2015 Kategori Sikap
Frekuensi
Persentase (%)
Mendukung
71
Tidak Mendukung
19
21,1
Total
90
100,0
78,9
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai sikap mendukung tentang pencegahan HIV/AIDS sebanyak 71 responden (78.9%), dan sebagian kecil responden mempunyai sikap tidak mendukung 19 responden (21,1%). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian responden yang bersikap mendukung tentang HIV/AIDS dapat dilihat dari respon siswa setia dengan pasangan dapat mencegah risiko penularan HIV/AIDS sebesar 55 responden (61,1%), kemudian responden mendukung tentang pencegahan HIV/AIDS yaitu perlu mengetahui tentang HIV/AIDS, walau merasa tidak memiliki perilaku berisiko tertular HIV/AIDS sebesar 49 responden (54,4%), responden mendukung tentang pencegahan HIV/AIDS yaitu akan ikut baik secara aktif maupun pasif dalam kegiatan kampanye pencegahan HIV/AIDS sebesar 53 responden (58,9%). Sebagian besar responden yang negatif dalam bersikap mengenai pencegahan HIV/AIDS kurang tepat pada skrining donor darah dapat mencegah penularan HIV/AIDS responden bersikap tidak melakukan pencegahan melalui skrinning donor darah, dapat disebabkan karena responden menganggap bahwa dengan menyentuh darah orang lain tidak menularkan HIV/AIDS padahal HIV/AIDS dapat menular melalui darah. Responden juga bersikap negatif jika salah satu rumah makan terdapat pelayan mengidap HIV/AIDS, responden bersikap menjauhi tempat tersebut atau tidak makan di tempat
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Tentang HIV/AIDS Di SMA N 1 Karangtengah Demak Tahun 2015 Ta 20
5
tersebut, padahal HIV/AIDS tidak ditularkan melalui makana maupun alat makan. Sikap responden terhadap penyakit HIV/AIDS merupakan gambaran yang menunjukkan respon siswa terhadap pernyataan yang berkaitan dengan pandangan, perasaan dan kecenderungan untuk melakukan tindakan terhadap penyakit HIV/AIDS. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan ada peran guru yang ikut serta memberikan informasi melalui pelajaran-pelajaran yang berhubungan dengan kesehatan. Menurut para ilmuan (10) keadaan tersebut dapat terjadi karena adanya faktorfaktor yang mempengaruhi sikap selain pengetahuan, yakni untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat, pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konfirmis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting, kecendrungan ini dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. 3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Tentang Pencegahan HIV/AIDS Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan dan Sikap Tentang Pencegahan HIV/AIDS Di SMA Negeri 1 Karangtengah Demak Tahun 2015 Kategori Sikap P Tidak value Total Pengetahuan Mendukung Mendukung f % f % f % Baik
70
93,3
5
6,7
75
100,0
Kurang Baik Jumlah
1
6,7
14
93,3
15
100,0
71
78,9
19
21
90
100,0
0,00 0
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden sudah mempunyai tingkat pengetahuan baik dan mempunyai sikap mendukung terhadap pencegahan HIV/AIDS responden yang mempunyai sikap mendukung lebih tinggi persentasenya pada responden yang mempunyai pengetahuan baik yaitu 93,3%
(70 responden) dibandingkan responden yang mempunyai pengetahuan kurang baik yaitu 6,7% (1 responden). Sedangkan responden yang mempunyai sikap tidak mendukung lebih tinggi persentasenya pada responden yang kurang baik (33,3% 14 responden) dibanding responden yang mempunyai pengetahuan baik yaitu 6,7% (5 responden). Dari hasil analisis tersebut didapatkan nilai p-value 0,000 ≤ alpha (0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA N 1 Karangtengah Demak. Dilihat dari hasil analisis antara pengetahuan dengan sikap tentang pencegahan HIV/AIDS, responden memiliki pengetahuan baik dan memiliki sikap mendukung terhadap pencegahan HIV/AIDS, karena responden mengetahui atau menjawab benar tentang pengertian HIV/AIDS, penyebab HIV/AIDS, tanda dan gejala HIV/AIDS, penularan HIV/AIDS dan pencegahan HIV/AIDS. Untuk sikap tentang pencegahan HIV/AIDS responden juga sudah bersikap mendukung karena responden sebagian besar sangat setuju setia dengan pasangan untuk mencegah resiko tertularnya HIV/AIDS, sebagian besar responden sangat setuju perlunya mengetahui tentang HIV/AIDS walau merasa tidak memiliki perilaku berisiko, dan responden sangat setuju akan ikut baik aktif maupun pasif dalam kampanye pencegahan HIV/AIDS. Sebaliknya sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang baik dan sikap tidak mendukung pencegahan HIV/AIDS, karena responden kurangnya informasi mengenai hal-hal yang berkaitan tentang pengertian HIV/AIDS, penyebab HIV/AIDS, tanda dan gejala HIV/AIDS, penularan HIV/AIDS dan pencegahan HIV/AIDS. Untuk sikap responden tentang pencegahan HIV/AIDS responden bersikap tidak mendukung kemungkinan kurangnya informasi mengenai HIV/AIDS, bisa diartikan semakin baik pengetahuan semakin baik pula sikap remaja tentang
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Tentang HIV/AIDS Di SMA N 1 Karangtengah Demak Tahun 2015 Ta 20
6
pencegahan HIV/AIDS. Penelitian ini sejalan dengan Handayani, (2010) ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap tentang pencegahan HIV/AIDS dengan hasil p = 0,001, hasil penelitian ini juga sejalan dengan Purwaningrum, (2013) bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap tentang pencegahan HIV/AIDS dengan nilai p = 0,000. Menurut para ilmuan(14) sikap dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan lingkungan di sekitar individu yang bersangkutan pada saat-saat dan tempat yang berbeda. Sikap dinyatakan dalam tiga domain ABC, yaitu affect, behaviour dan cognition. Affect adalah perasaan yang timbul (senang, tidak senang), behaviour perilaku yang mengikuti perasan itu (mendekat, menghindar) dan cognition adalah penilaian terhadap objek sikap (bagus, tidak bagus). Seperti halnya yang mengerti tentang risiko penyakit HIV/AIDS (cognition) maka dia kanan merasa takut terkena penyakit tersebut (affect) dan akan bersikap untuk menghindarinya (behaviour). Menurut Kirscht dalam Green. L menyebutkan bahwa sikap menggambarkan suatu kumpulan keyakinan yang selalu mencakup aspek evaluatif sehingga sikap selalu dapat diukur dalam bentuk baik dan buruk atau positif dan negatif (15). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan ebagai berikut : 1. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik tentang HIV/AIDS yaitu sebesar 75 responden (83.3%). 2. Sebagian besar responden mempunyai sikap mendukung tentang pencegahan HIV/AIDS yaitu sebesar 71 responden (78.9%). 3. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap tentang HIV/AIDS pada siswa di SMA Negeri 1 Karangtengah Demak (nilai p = 0,000).
SARAN 1. Bagi Institusi Pendidikan Tempat Penelitian Khususnya SMA Negeri 1 Karangtengah Demak. Institusi hendaknya bekerja sama dengan instansi terkait atau tenaga kesehatan untuk memberikan informasi mengenai HIV/AIDS kepada remaja melalui bimbingan konseling (BK). 2. Bagi Masyarakat Khususnya Remaja a. Diharapkan masyarakat khususnya remaja untuk meningkatkan pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan mencari informasi tentang HIV/AIDS dari berbagai media cetak maupun media elektronik agar. b. Diharapkan masyarakat khususnya remaja dapat mencegah HIV/AIDS dengan formula ABCD, dimana A adalah absistensia, tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah, B adalah be faithful, artinya jika sudah menikah hanya berhubungan dengan pasanganya saja, C adalah condom, artinya jika memang cara A dan B tidak dipatuhi maka harus digunakan alat pencegahan dengan menggunakan kondom, D adalah drug, artinya tidak menggunakan narkoba suntik secara bergantian. 3. Bagi peneliti selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti lebih lanjut tentang HIV/AIDS pada kelompok yang rentan tertular HIV/AIDS. DAFTAR PUSTAKA 1. Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidimiologi, Penularan, Pencegahan Dan Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga. 2. UNAIDS, (2014). Global AIDS Response Progress Reporting 2014 : Guidelines Construction of Core indicators for monitoring the 2014 Political Declaration on HIV-AIDS. Geneva. Dalam situs : http://www.unaids.org/en/media/unaids. Diakses pada 19 januari 2015.
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Tentang HIV/AIDS Di SMA N 1 Karangtengah Demak Tahun 2015 Ta 20
7
3. Ditjen PP & PL Kemenkes RI. 2014. 15 Agustus - 9 September. 4. Buku Saku Dinkes Provinsi Jawa Tengah tahun 2013. 5. Dinkes Kab. Demak (2013). Profil kesehatan Kabupaten Demak. 6. Nursalam, (2007). Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV-AIDS. Jakarta : Salemba Medika. 7. Mahfudli & Efendi, F. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. 8. Liswidyawati, R. 2010. Waspada wabah penyakit. Bandung : Rineka 9. Notoatmodjo, (2007). Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta : Rineka Cipta. 10. Azwar, S. (2012). Sikap Manusia Teori dan Pengukuranya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 11. Komisi Penanggulangan AIDS. (2011). RI yakini Target HIV/AIDS 2015 Tercapai. Dilapor juni 2011. 12. Eko & Dewi, (2003). Pengantar Epidemiologi. Jakarta : EGC. 13. Notoatmodjo, (2010). Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta. 14. Sarwono. S.W. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 15. Notoatmodjo, (2012). Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Tentang HIV/AIDS Di SMA N 1 Karangtengah Demak Tahun 2015 Ta 20
8