Indikator
Acuan Dasar
Saat ini
Target MDGs 2015
Status
Sumber
semua kasus/ 100.000 penduduk/ tahun)
6.6
Tingkat prevalensi tuberkulosis (per 100.000 penduduk)
443 (1990)
285
222
Dinkes
6.7
Tingkat kematian karena tuberculosis (per 100.000 penduduk)
92 (1990) (Lap TB Global WHO)
2,04
27
Dinkes
28 (2004)
42,3
80
Dinkes
94 (2004)
93,2
94
Dinkes
14,82 (2000)
4,4
1
Dinkes
-
<3
<2
Dinkes
6.8
6.9
Proporsi kasus TB yang ditemukan melalui DOTS Proporsi kasus TB yang disembuhkan melalui DOTS (cure rate)
6.10 a
Angka penemuan kasus Malaria per 1.000 penduduk
6.10 b
Tingkat Kematian Malaria per 1.000 penduduk Penyakit Menular Lainnya: DBD **)
6.11 a
Angka Kesakitan DBD (per 100.000 penduduk)
10,54% (2005)
22,88
35% *)
Dinkes
6.11 b
Angka Kematian DBD
1,63 (2005)
1,69 (2009)
1% *)
Dinkes
Keterangan :
Sudah tercapai
Akan tercapai
Perlu perhatian khusus
*Target Lampung **) Demam Berdarah Dengue, di Lampung merupakan jenis penyakit menular yang perlu mendapatkan perhatian serius mengingat pada tahun 2009-2010 terjadi peningkatan di Kabupaten Pesawaran dan Bandar Lampung meskipun tidak termasuk dalam salah satu indicator pada tujuan ke-6 Road Map RAD MDG’s 2015
TARGET : 6A
MENGENDALIKAN PENYEBARAN DAN MULAI MENURUNKAN JUMLAH KASUS BARU HIV/AIDS HINGGA TAHUN 2015
Prevalensi kasus HIV di Provinsi Lampung pada tahun 2010 sebesar 0,3% dari total penduduk. Apabila dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 (< 0,5%) maka provinsi Lampung telah mencapai target. Dalam rangka mengendalikan penyebaran HIV.
35
AIDS perlu upaya penemuan kasus di Masyarakat mengingat hal ini seperti fenomena “Gunung Es”. Penularan HIV/AID disebabkan oleh hubungan sek yang beresiko dengan tidak menggunakan kondom dan pemakaian narkoba dengan suntik. Jumlah orang yang berumur 15 tahun atau lebih yang menerima konseling dan testing HIV sebesar 137 orang, persentase kabupaten/kota yang melaksanakan pencegahan penularan HIV sesuai pedoman sebesar 28,57 % dan ODHA yang diobati yang mendapat anti retroviral therapy sebesar 100%. Jumlah penderita HIV/AID Lampung dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2010 sebesar 217 orang. Kabupaten/kota yang penderita HIV/AIDS tertinggi adalah kota Bandar lampung yaitu mencapai lebih dari 159 orang kasus, dan kabupaten terendah adalah Lampung Barat, Meisuji dan Tulang bawang Barat dimana masing-masing Kabupaten ini tidak mempunyai kasus HIV/AID. Bila dilihat pertahunnya maka, dari tahun 2008 (199 kasus) sampai 2009 (187 kasus) terjadi penurunan jumlah kasus HIV/AIDS. Tapi
tahun 2010 meningkat kembali menjadi (210
kasus) Bila dibandingkan dengan target MDGs 2015 maka dapat dikatakan pengendalian HIV/AIDS sudah berhasil namun tetap harus mendapat penanganan serius dari pemerintah.
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Lampung 2010
Gambar 1.21 Jumlah Kasus (orang) HIV/AIDS Kab./Kota se Prov. Lampung Tahun 2010
TARGET : 6C
MENGENDALIKAN PENYEBARAN DAN MULAI MENURUNKAN JUMLAH KASUS BARU MALARIA DAN PENYAKIT UTAMA LAINNYA HINGGA TAHUN 2015
36
Angka Kejadian TB Paru di provinsi Lampung tahun 2010 adalah sebesar 68 per 100.000 penduduk, salah satu indicator yang sudah memenuhi bahkan melampuai target adalah keberhasilan pengobatan. Hal ini menunjukan kwalitas penatalaksanaan penderita TB khususnya di Puskesmas sudah cukup bagus. Hal ini terlihat dari capaian keberhasilan pengobatan tahun 2010 di Provinsi Lampung mencapai 94% untuk Success Rate dan 87% untuk Cure Rate dari target 85%.Namun demikian masih ada salah satu Kabupaten yang capaianbya dibawah target yaitu Lampung Barat dengan Cure Rate 70%. Dengan demikian maka keberhasilan pengobatan di Provinsi Lampung sudah melampaui angka nasional dan untuk jelasnya dapat dilihat dalam gambar berikut :
> 85% Pringsewu Mesuji Tb. Barat L. Barat T. Bawang Tanggamus L. Selatan L. Tengah B. Lampung L. Timur Pesawaran Metro Way Kanan L. Utara
70,3
Provinsi
94,6 97,7 83,3 98,9 83,7 97,8 86,7 86,891,5 93,4 89,5 93,3 89,9 92,7 90,9 92 92 92,3 92,3 92,797,8 87
0
20
40
60
80
SR CR
94
100
120
Gambar 1.22 Grafik angka kesembuhan (CR) dan keberhasilan (SR) pengobatan TB per Kab./Kota di Prov. Lampung
Persentasi kasus TB yang dapat disembuhkan sebesar 89,3%. Angka kejadian TB paru pada tahun 2015 akan turun sesuai dengan target Lampung (88 per 100.000 penduduk)
37
Untuk penemuan kasus TB di Provinsi Lampung (Case Detection Rate) yang ditargetkan sebesar 70%, maka sampai dengan tahun 2010 masih belum mencapai target (cakupan penemuannya baru sebesar 42,1%), dan jika disbanding dengan tahun 2009 terjadi variasi dalam penemuan (ada yang turun, ada yang naik). Namun demikian dari 14 kabupaten /kota ternyata ada satu kota yang sudah mencapai target (Bandar lampung) serta beberapa Kabupaten/kota lainnya yang menunjukan trend yan mulai meningkat. Untuk cakupan penemuan yang paling rendah adalah Kabupaten Mesuji dan untuk detailnya dapat dilihat dalam grafik berikut ini.
41,3 42,1
Provinsi
0
Mesuji
22,9 21 21,7
L. Barat
26,3 30,5
Pesawaran 0
Pringsewu
29,2
Metro
44,6
29,5
0
Tb. Barat
23,6
L. Timur
32,1
32,5
T. Bawang L. Selatan
35,2
L. Tengah
30,7
Tanggamus
2009 2010
38,6 40,4 43,5 40,6 41,5 41,7
L. Utara
45,7
Way Kanan
55,1 54,3
B. Lampung
0
20
40
60
65,4
71,6 71,4
70%
80
Gambar 1.22 Grafik angka kesembuhan (CR) dan keberhasilan (SR) pengobatan TB per Kab./Kota di Prov. Lampung Upaya yang telah dilakukan dalam penanggulangan penyakit TB Paru adalah sebagai berikut menerapkan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short Course Chemotherapy) yaitu pengobatan jangka pendek sekitar 6 bulan, dengan pengawasan umum obat secara langsung untuk menjamin keteraturan berobat.Pemeriksaan dan pengobatan garatis disemua unit pelayanan kesehatan yang telah melaksanakan strategi DOTS, meningkatkan kualitas SDM untuk deteksi dini dan tatalaksana kasus TBC disemua UPK melalui pelatihan, melaksanakan supervise monitoring dan evaluasi secara berkala ditiap jenjang, meningkatkan promosi kesehatan bekerjasama dengan LSM untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar mengenal tanda awal TBC dan segera memeriksakan ke UPK serta mau menyelesaikan pengobatan sampai sembuh. Angka penemuan kasus malaria , situasi penyakit malaria di Provinsi Lampung berdasarkan Annual Malaria Insidens per 1.000 penduduk (AMI) tiga tahun terakhir cendrung
38
berfluktuatif, tahun 2000 AMI Propinsi Lampung Lampung sebesar 14,82 0/00, sedangkan pada tahun 2010 cenderung menurun menjadi 4,4 0/00.
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Lampung 2010
Gambar 1.23 Grafik AMI per 1.000 penduduk di Provinsi Lampung tahun 2000 s.d. 2010
Indikator klinis jika dijadikan untuk mengukur penurunan kasus belum dapat secara tepat menggambarkan kasus malaria yang sebenarnya di masyarakat, untuk melihat kasus malaria yang ada di masyarakat dapat dilihat dari indicator API (Annual Parasite Inciden) yang dapat dilihat dalam grafik berikut ini:
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Lampung 2010
Gambar 1.24 Grafik API dibandingkan dengan ABER di Provinsi Lampung tahun 2010
Dari garafik di atas terlihat API Provinsi Lampung tahun 2010 semakin menurun dibandingkan dengan tahun 2008, jika dibandingkan dengan angka API dengan ABER terlihat API semakin menurun sedangkan ABER naik, hal ini dapat membuktikan bahwa kasus malaria dimasyarakat semakin menurun. Selama dua tahun terakhir (2009-2010) angka kesakitan kasus DBD di Provinsi Lampung menunjukan penurunan dibanding tahun sebelumnya. Penurunan angka kesakitan dapat dilihat
39
pada hampir semua kabupaten/kota, hanya kota Bandar Lampung yang mengalami kenaikan angka kesakitan. Untuk lebih rinci dapat dilihat grafik berikut:
DISTRIBUSI ANGKA KESAKITAN (IR/100.000 pdk) DBD PER KAB/KOTA TAHUN 2009 DAN 2010 ( BULAN JANUARI S/D DESEMBER ) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
MTR
LT
2009 86.77 25.46 2010 86.22
16.1
BL
TGM
88
20.54 25.27 17.92 21.54
LS
91.42 14.21 10.65
LU
7.96
TB
15
WK
LTM
6.76
9.48
12.34 16.06
3.49
5.61
4.59
LB
Pswr Mesji TLB.B Pswu Prov.
12.1
0
0
2.72
7.15
0
27.76
60.04 22.88
Keterangan : Indikator nasional 55 per 100.000 penduduk untuk Indikator Propinsi 5 per 100.000 penduduk Untuk tahun 2010 hampir semua Kab/Kota menunjukka penurunan angka kesakitan bila dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, hanya di Kota Bandar Lampung yang mengalami kenaikan angka kesakitan.Sedangkan untuk Kab.Mesuji,TLBB dan Pringsewu tahun 2009 belum terbentuk
Gambar 1.25 Distribusi angka kesakitan (IR/100.000 pdk) DBD per Kab./Kota di Prov. Lampung tahun 2009 dan 2010 (Bulan januari s/d Desember) Sedangkan untuk kasus kematian (CFR) dalam dua tahun ini (tahun 2009 dan tahun 2010) menunjukan kecendrungan meningkat, hal ini terjadi di Kabupaten Pesawaran, Kota Bandar lampung, Kabupaten Lampung Selatan, dan Kabupaten Tanggamus. Hal ini memerlukan perhatian khusus bagi semua pihak, guna mengantisipasi kematian karena DBD. Untuk lengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
40
DISTRIBUSI ANGKA KEMATIAN (CFR %) DBD PER KAB/KOTA TAHUN 2009 DAN 2010 (BLN JAN S/D DES)
4 3 2 1 0
Pswr
BL
LS
LT
LU
MTR
LB
TB
2009
1.4
1.2
0.8
1.6
1
3.4
0
0
0
0
4
0
0
0
1.11
2010
1.9
2.1
2
1
0
1.7
0
0
2.8
0
0
0
0
1.9
1.69
TGM Ltim WK
Msji Tlbb Psw Prov
Keterangan : --- Indikator Angka Kematian Nasional 1% Untuk angka kematian, terjadi peningkatan di beberapa Kabupaten/kota dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini terjadi di Pesawaran, Bandar Lampung, Lampung Selatan dan Tanggamus . Sedangkan untuk Kab.Mesuji,Tlbb dan Pringsewu tahun 2009 belum terbentuk.
Gambar 1.26 Distribusi angka kematian (CFR %) DBD per Kab./Kota di Prov. Lampung tahun 2009 dan 2010 (Bulan januari s/d Desember) Penyakit DBD bukan penyakit yang menjadi target capaian MDGs, namun demikian kasus kesakitan dan kematian DBD menjadi program prioritas di Provinsi Lampung sehingga perlu adanya penangan yang serius dan bukan hanya menjadi tanggung jawab sector kesehatan saja , tetapi juga memerlukan dukungan lintas sektor.
41
TUJUAN 7: MEMASTIKAN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP Tujuan 7 MDGs mencakup empat target, yaitu (1) Target 7A: memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumberdaya lingkungan yang hilang; (2) Target 7B: menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang siginfikan pada tahun 2010; (3) Target 7C: menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015; dan Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020. Terdapat sembilan indikator yang harus dicapai untuk mencapai tujuan 7 MDGs, yaitu (1) Rasio luas kawasan tertutup pepohonan berdasarkan hasil pemotretan citra satelit dan survei foto udara terhadap luas daratan; (2) Jumlah emisi karbon dioksida (CO2); (3) Jumlah konsumsi bahan perusak ozon (BPO); (4) Proporsi tangkapan ikan yang berada dalam batasan biologis yang aman; (5) Rasio luas kawasan lindung untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati terhadap total luas kawasan hutan; (6) Rasio kawasan lindung perairan terhadap total luas perairan territorial; (7) Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak, perkotaan dan perdesaan; (8) Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi dasar, perkotaan dan perdesaan; dan (9) Proporsi rumahtangga kumuh perkotaan. Status pencapaian tujuan 7 MDG’s di Lampung adalah sebagai berikut: Tabel 1.17 Status Capaian Tujuan ke-7 MDGs Lampung Acuan Target MDGs Saat ini Status Sumber Dasar 2015 TUJUAN 7 : MEMASTIKAN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP Target 7A: memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumberdaya lingkungan yang hilang Indikator
7.1
Rasio luas kawasan tertutup pepohonan berdasarkan hasil pemotretan citra satelit dan survei foto udara terhadap luas daratan
-
42%
52%
Dinas Kehutanan
42
Indikator
Acuan Dasar
Saat ini
7.2
Jumlah emisi karbon dioksida (CO2)
-
-
7.3
Jumlah konsumsi bahan perusak ozon (BPO)
-
807,976kg/ bulan (2010)
7.4
Proporsi tangkapan ikan yang berada dalam batasan biologis yang aman
7.6
Rasio kawasan lindung perairan terhadap total luas perairan territorial
Target MDGs 2015 Berkurang 26% pada 2020 Berkurang 2% pada tahun 2029 *) 0 CFCs dengan mengurangi HCFCs Tidak melebihi batas
-
-
Status
Sumber
Dinas Kehutanan
BPLHD
Dinas Kelautan dan Perikanan
100% (Tidak melebihi batas) *) Target 7B : menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang siginfikan pada tahun 2010 Rasio luas kawasan lindung untuk menjaga kelestarian Dinas 7.5 77,6% 77,6% keanekaragaman Kehutanan hayati terhadap total luas kawasan hutan tetap meningkat
Dinas Pemukiman
Target 7C : menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015. 7.7 Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap 70,55 Dinkes air minum layak, perkotaan dan perdesaan
7.8
Perkotaan
-
73,12
75,29
Dinkes
Perdesaan
-
71,79
65,81
Dinkes
Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi dasar, perkotaan dan perdesaan
-
47
61,1
Dinkes
43
Acuan Dasar
Saat ini
Target MDGs 2015
Perkotaan
-
71,45
75,73
Dinkes
Perdesaan
-
38,55
52,15
Dinkes
Indikator
Status
Sumber
7.8a
7.8b
Target 7D : Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020 7.9 Proporsi rumah tangga 0% kumuh perkotaan
Keterangan :
Sudah tercapai
Akan tercapai
Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang
Perlu perhatian khusus
TARGET : 7A
MEMADUKAN PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DENGAN KEBIJAKAN DAN PROGRAM NASIONAL SERTA MENGEMBALIKAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN YANG HILANG
TARGET : 7B
MENGURANGI LAJU KEHILANGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI, DAN MENCAPAI PENGURANGAN YANG SIGNIFIKAN PADA 2015
TARGET : 7C
MENURUNKAN HINGGA SETENGAHNYA PROPORSI RUMAH TANGGA TANPA AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP AIR MINUM LAYAK DAN SANITASI LAYAK HINGGA TAHUN 2015
Persentasi penduduk yang terlayani akses air bersih di perkotaan dan pedesaan pada tahun 2010 sebesar 72,11% dengan target sebesar 85%. Cakupan pelayanan air bersih diwilayah perkokaan pada tahun 2010 sebesar 73,12% dan wilayah perdesaan sebesar 71,79 %Pada tahun 2015 pencapaian dari target MDGs nasional sebesar 75,29% untuk wilayah perkotaan, dan 65,81 untuk wilayah pedesaan, target tersebut diharapkan dapat tercapai di Provinsi Lampung. Proporsi rumah tangga di Provinsi Lampung dengan akses keberlanjutan terhadap sanitasi dasar wilayah perkotaan dan pedesaanpada tahun 2010 sebesar 57%, mengalami peningkatan disbanding 2007 sebesar 51%. Pencapaian ini masih jauh dibandingkan dengan target MDGs nasional tahun 2015 sebesar 62,41%, dan target Provinsi Lampung sebesar 71,7%.
TARGET : 7D
MENCAPAI PENINGKATAN YANG SIGNIFIKAN DALAM KEHIDUPAN PENDUDUK MISKIN DI PERMUKIMAN KUMUH PADA TAHUN 2020 44
1.2. Permasalahan dan Tantangan 1.2.1 Permasalahan Berdasarkan kondisi capaian target tujuan pembangunan millennium permasalahan dihadapi dalam rangka akselerasi pencapaian target tujuan pembangunan millennium di Provinsi Lampung hingga tahun 2015 adalah sebagai berikut:
TUJUAN 1: MENANGGULANGI KEMISKINAN DAN KELAPARAN TARGET : 1A
MENURUNKAN HINGGA SETENGAHNYA PROPORSI PENDUDUK DENGAN TINGKAT PENDAPATAN KURANG DARI USD 1,00 PPP PER HARI DALAM KURUN WAKTU 1990 - 2015
1. Rendahnya kualitas SDM kelompok masyarakat miskin, sebagian besar kelompok usia produktif berpendidikan SD/ sederajat. 2. Kelompok masyarakat miskin bekerja sebagai buruh tani/nelayan, buruh industri, masyarakat yang bekerja di sektor informal dan penganggur. 3. Rendahnya pemilikan aset usaha dan akses terhadap permodalan sehingga belum dapat melakukan kegiatan usaha mikro dan kecil. 4. Lebih banyak penduduk miskin bertempat tinggal dan bekerja di perdesaan, yaitu sebesar 57,72% dan sisanya di perkotaaan sebesar 42,28%.
TARGET : 1B
MENCIPTAKAN KESEMPATAN KERJA PENUH DAN PRODUKTIF DAN PEKERJAAN YANG LAYAK UNTUK SEMUA, TERMASUK PEREMPUAN DAN KAUM MUDA
1. Masih banyaknya penduduk usia kerja yang bekerja di sektor pertanian (dalam arti luas) (52,4%) dan industri pengolahan (27,3%) terutama sebagai buruh tani dan buruh industri, karena rendahnya rata-rata pendidikan penduduk usia kerja.
45
2. Masih banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor informal, yang sebagian kurang menguntungkan dan mendapatkan perlindungan kerja/sosial. 3. Terdapat kecenderungan menurunnya tingkat penyerapan tenaga kerja, karena meningkatnya usaha yang lebih bersifat padat karya. 4. Masih cukup tingginya tenaga kerja yang bekerja mandiri dan pekerja keluarga yang kurang kesejahteraan dan pelindungan sosialnya serta partisipasi tenaga kerja perempuan yang masih rendah dalam angkatan kerja.
TARGET : 1C
MENURUNKAN HINGGA SETENGAHNYA PROPORSI PENDUDUK YANG MENDERITA KELAPARAN DALAM KURUN WAKTU 1990-2015
1. Masih rendahnya kesadaran tentang pola gizi seimbang dalam masyarakat, yang disebabkan masih rendahnya
pengetahuan,
belum optimalnya pemanfaatan
potensi pangan lokal, belum mantapnya sosialisasi kepada masyarakat. 2. Masih terdapat Balita yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang, terutama pada kelompok masyarakat miskin di perdesaan. 3. Manajemen program gizi belum optimal dilakukan ditingkat Puskesmas : tidak lengkap, tidak semua melaporkan, tidak ada sarana, tidak ada instrument, tidak ada evaluasi dan kurangnya pembinaan. 4. Keterbatasan tenaga teknis gizi dilapangan (hanya 50%) dari total puskesmas yang ada mengakibatkan kegiatan bidang pelayanan gizi tidak dapat optimal 5. Kerjasama antar lintas sector serta kemitraan guna mendukung program perbaikan pangan dan gizi mulai dari tingkat Provinsi dengan desa masih rendah.
46
TUJUAN 2: MENCAPAI PENDIDIKAN DASAR UNTUK SEMUA TARGET : 2A
1.
MENJAMIN PADA TAHUN 2015 SEMUA ANAK LAKI-LAKI MAUPUN PEREMPUAN DI MANAPUN DAPAT MENYELESAIKAN PENDIDIKAN DASAR
Capaian Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI masih belum optimal, masih terdapat 12 kabupaten/kota yang angka APM SD/MI masih di bawah rata-rata Lampung. Terdapat dua kabupaten yang angka APM SD/MI masih di bawah angka 90%. Beberapa faktor yang menyebabkan beberapa kabupaten/kota belum mencapai rata-rata Lampung adalah kondisi layanan pendidikan dasar antar kabupaten/kota belum berimbang; Masih rendahnya kondisi sarana prasarana pendidikan dasar sesuai Standar Nasional Pendidikan (SNP) di kabupaten/kota; Disparitas kualifikasi pendidikan pendidik pada pendidikan dasar antar kabupaten/kota; disparitas katagori (hasil akreditasi) satuan pendidikan dasar antar kabupaten/kota.
2.
Proporsi anak kelas 1 yang mampu menamatkan pendidikan di SD/MI masih belum optimal. Masih ada siswa SD/MI yang drop out walaupun persentasenya hanya 0,22% pada tahun 2009. Beberapa faktor yang menyebabkan drop out antara lain factor ekonomi dan faktor kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anaknya hingga tamat SD/sederajat.
3.
Upaya pelestarian angka melek huruf Lampung belum optimal. Pada tahun 2010 angka melek huruf telah mencapai 100%. Hal tersebut berarti bahwa tidak lagi terdapat penduduk yang buta aksara. Capaian tersebut harus dipertahankan atau dilestarikan agar, mereka yang telah melek huruf tidak kembali buta huruf karena kurang atau tidak ada upaya pelestarian. Pelestarian penduduk yang sudah melek huruf pada saat ini masih kurang. Kegiatan-kegiatan yang mendukung pelestarian seperti program Koran Ibu, Kelompok Belajar Masyarakat (KBM), Kelompok Belajar Usaha (KBU), frekuensinya masih sangat rendah.
47
TUJUAN 3: MENDORONG KESETARAAN GENDER DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN TARGET : 3A
1)
MENGHILANGKAN KETIMPANGAN GENDER DI TINGKAT PENDIDIKAN DASAR DAN LANJUTAN PADA TAHUN 2005, DAN DI SEMUA JENJANG PENDIDIKAN TIDAK LEBIH DARI TAHUN 2015
Rasio APM perempuan terhadap laki-laki cenderung timpang kepada laki-laki untuk semua jenjang pendidikan. Semakin tinggi jenjang pendidikan cenderung semakin didominasi oleh laki-laki. Terbukti angka rasio APM pendidikan tinggi mencapai 114%, yang artinya lebih banyak laki-laki yang menempuh pendidikan tinggi di bandingkan perempuan.
2)
Rasio angka melek huruf perempuan cenderung lebih tinggi laki-laki dibandingkan perempuan. Data menunjukkan bahwa perempuan melek huruf lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Upaya pelestarian juga cenderung timpang kepada laki-laki karena peserta KBM dan KBU lebih banyak laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
3)
Belum optimalnya kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non pertanian. Produktivitas perempuan di sektor non pertanian lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Sampai dengan tahun 2010, kontribusi perempuan hanya berkisar 65,51% sedangkan laki-laki sebesar 77,47%. Faktor yang menyebabkan rendahnya kontribusi perempuan karena tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan di sektor non pertanian lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki.
4)
Belum optimalnya proporsi perempuan yang duduk di DPRD di Wilayah Provinsi Lampung. Proporsi perempuan di DPRD di Lampung belum sesuai dengan harapan. Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya perempuan duduk di kursi DPRD adalah masih rendahnya kemampuan perempuan di bidang politik di bandingkan dengan laki-laki. Selain itu partisipasi perempuan di bidang politik, khususnya sebagai pengurus partai relatif masih rendah. Pengurus Partai Politik masih didominasi oleh laki-laki. Rendahnya perempuan sebagai pengurus partai politik menyebabkan partai kesulitan mencari kader partai perempuan untuk dicalonkan menjadi anggota legislatif.
48
TUJUAN 4: MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK TARGET : 4A
1.
MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN BALITA (AKBA) HINGGA DUA PER TIGA DALAM KURUN WAKTU 1990-2015
Belum terpenuhinya rasio kebutuhan tenaga kerja kesehatan khususnya bidan untuk pelayanan kesehatan ibu dan anak serta dirtribusinya yang belum merata.
2.
Kompetensi teknis pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) diantaranya kompetensi untuk menerapkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTSS) oleh tenaga kesehatan belum optimal.
3.
Masih ditemukan beberapa bidan yang kurang patuh terhadap standar pelayanan, prosedur tetap dan standar operasional prosedur kebidanan dan pelayanan KIA.
4.
Belum optimalnya tenaga kesehatan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kepada bayi yang tidak memeriksa diri ke tenaga kesehatan pada hal diharapkan tenaga kesehatan dapat berpartisipasi aktif dengan melakukan kunjungan rumah kepada bayi.
5.
Masih rendahnya penerapan pola asuh yang baik khususnya pola asuh berperilaku hidup bersih dan sehat, pola makan yang bergizi dan seimbang disebabkan masih minimnya informasi kesehatan, promosi kesehatan dan penyuluhan kesehatan untuk masyarakat secara langsung.
6.
Kurangnya kerjasama lintas program dan lintas sector dalam mendukung upaya percepatan penurunan angka kematian bayi dan balita.
49
TUJUAN 5: MENINGKATKAN KESEHATAN IBU TARGET : 5A
MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU HINGGA TIGA PEREMPAT DALAM KURUN WAKTU 1990 - 2015
1. Jumlah tenaga terlatih penolong persalinan masih dibawah standar rasio jumlah penduduk serta distribusinya yang belum merata, lebih banyak berada di daerah perkotaan. 2. Tenaga kerja yang sudah dilatih asuhan persalinan (APN), belum menerapkan standar pelayanan kebidanan dalam menangani ibu yang akan bersalin 3. Belum optimalnya system rujukan dari puskesmas ke rumah sakit, belum optimalnya fungsi Puskesmas PONED 24 jam sebagai sarana rujukan di daerah terpencil dan rumah sakit Ponek sebagai sarana rujukan baik dikabupaten/kota maupun ditingkat provinsi. 4. Kualitas pelayanan antenatal yang kurang, sehingga mengurangi minat masyarakat untuk bersalin ke tenaga kesehatan dan memilih bersalin ke tenaga dukun. 5. Belum dilaksanakan program perencanaan persalinan oleh tenaga kesehatan, sehingga ibu hamil yang pada awalnya ingin bersalin ke tenaga kesehatan namun saat melahirkan karena berbagai kondisi menyebabkan berbagai kondisi menyebabkan tidak bersalin ke tenaga kesehatan. 6. Keselamatan ibu melahirkan bukan hanya tangung jawab suami atau keluarga tetapi perlu adanya dukungan, peran dan partisipasi seluruh elemen masyarakat. Namun pada kenyataannya belum terlaksana dengan baik khususnya dalam program desa atau kelurahan saja.
TARGET : 5B
MEWUJUDKAN AKSES KESEHATAN REPRODUKSI BAGI SEMUA PADA TAHUN 2015
1) Aspek Pelayanan Dalam memberikan pelayanan KB di pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas, Pustu dan Poliklinik Kesehatan Desa / PKD) dibutuhkan sarana prasarana yang berkualitas karena pelayanan KB sangat rentan terjadinya infeksi dan kegagalan, namun
50
kenyataannya, masih banyak fasilitas pelayanan kesehatan dasar di Provinsi Lampung yang sarana prasaranya masih kurang canggih dan bermutu. 2) Aspek Masyarakat a) Mulai menurunnya kesadaran masyarakat dalam mengikuti program KB. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya pertumbuhan penduduk dan TFR (Total Fertility Rate) yang masih sekitar 2,3. Artinya perempuan di Lampung melahirkan ratarata 2 sampai 3 kali. Namun kenyataannya masih ditemui keluarga yang memiliki anak 5 anak bahkan 9 anak. b) Usia remaja (15 – 19 tahun) merupakan usia yang sangat rentan untuk hamil dan melahirkan karena baik secara fisik maupun psikologis masih belum sempurna. Kehamilan pada usia remaja tidak saja membahayakan (yang dapat berujung pada kematian) ibu nya tetapi juga membahayakan keselamatan bayinya. Di Provinsi Lampung, kejadian kehamilan pada usia remaja (baik yang sudah menikah maupun diluar nikah) masih sangat tinggi.
TUJUAN 6: MEMERANGI HIV/AIDS, MALARIA DAN PENYAKIT MENULAR LAINNYA TARGET : 6A
1)
MENGENDALIKAN PENYEBARAN DAN MULAI MENURUNKAN JUMLAH KASUS BARU HIV/AIDS HINGGA TAHUN 2015
Sebagai upaya pelayanan VCT di provinsi lampung disiapkan klinik konseling Test Sukarela (KTS), namun belum seluruhnya mempunyai unit pelayanan yang lengkap, dikarenakan antara lain kebutuhan dana operasional serta kerjasama instansi terkait masih belum optimal.
2) Belum optimalnya pelaksanaan survailans sebagai upaya deteksi dini penyakit menular 3) Masih ada stigma yang negative bagi penderita penyakit menular khususnya HIV/AIDS
51
4) Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksa kesehatannya dan informasi tentang layanan dan pencegahan penyakit menular khususnya HIV/AIDS masih belum mampu menyadarkan mereka untuk segera maengenali dan mengobati sakitnya.
TARGET : 6B
MEWUJUDKAN AKSES TERHADAP PENGOBATAN HIV/AIDS BAGI SEMUA YANG MEMBUTUHKAN SAMPAI DENGAN TAHUN 2010
Dalam memberikan pelayanan pengobatan ARV, diperlukan adanya kelengkapan sarana dan prasarana serta tenaga yang kompeten dan profesional, namun belum semua Rumah Sakit Pemerintah di Provinsi Lampung memilikinya sehingga belum bisa memberikan pelayanan pengobatan ARV bagi penderita penyakit HIV/AIDS.
TARGET : 6C
1.
MENGENDALIKAN PENYEBARAN DAN MULAI MENURUNKAN JUMLAH KASUS BARU MALARIA DAN PENYAKIT UTAMA LAINNYA HINGGA TAHUN 2015
Masih ada rumah sakit, fasilitas pelayanan kesehatan dan dokter praktek swasta yang belum memberikan pengobatan dengan strategi DOTS dalam penanggulangan Tuberkolosis.
2.
Komitmen stakeholder ditingkat provinsi maupun kabupaten/kota belum optimal sehingga upaya penanggulangan tuberculosis dibeberapa daerah yang masih kurang maksimal.
3.
Keterbatasan tenaga kesehatan terlatih dalam pengendalian penyakit menuluar seperti tenaga mikroskopis, dokter dan para medis dalam tatalaksana kasus, selain juga sering terjadinya mutasi atau perpindahan tenaga yang sudah dilatih.
4.
Masih adanya stigma bagi penderita penyakit tuberkolosis,
5.
Penularan penderita penyakit tuberkolosis ,malaria dan DBD dari satu daerah ke daerah yang lain, sangat tergantung pada pola migrasi masyarakat, survailans migrasi ini, memerlukan partisipasi dan peran serta masyarakat dengan melapor kepetugas kesehatan/unit pelayanan kesehatan tentang keberadaan penderita penyakit menular, namun pada kenyataannya pemberdayaan masyarakat dalam surveilans migrasi ini masih rendah
6.
Masih rendahnya pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam pencegahan penyakit menular baik malaria, tuberculosis maupun demam berdarah dengue.
52
TUJUAN 7: MEMASTIKAN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP TARGET : 7A
MEMADUKAN PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DENGAN KEBIJAKAN DAN PROGRAM NASIONAL SERTA MENGEMBALIKAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN YANG HILANG
1. Permasalahan terkait potensi tutupan pepohonan: a. Masih terdapat lahan kritis dan potensial kritis di luar kawasan hutan. b. Masih terjadinya gangguan terhadap kawasan hutan negara untuk pembangunan diluar sektor kehutanan dan penyelesaiannya yang belum tuntas. c. Masih rendahnya kualitas RTH perkotaan Kab/Kota dan tingginya tingkat kerusakan ekosistem pesisir pantai (ekosistem mangrove) yang dapat berfungsi sebagai sabuk hijau. Hasil identifikasi kerusakan pesisir mencapai 112 km seluas 3.240 ha di Pantai Utara, dan sepanjang 3 km seluas 874 ha di Pantai Selatan Lampung. d. Kemiskinan dan kerentanan sosial penduduk sekitar hutan relatif tinggi yang dapat mempengaruhi tingkat pemanfaatan hutan. 2. Permasalahan terkait dengan potensi emisi CO2(e) a. Emisi CO2(e) dihitung dengan mempertimbangkan beberapa aspek, yakni: sektor kehutanan, pertanian, perkebunan, perikanan, energi, peternakan dan sampah, sehingga diperlukan data yang komplek untuk melakukan penghitungan, sedangkan ketersediaan data kurang memadai untuk bahan penghitungan emisi CO2(e) setiap tahunnya. b. Pertambahan kendaraan bermotor sulit dibatasi yang berpengaruh terhadap konsumsi BBM dan timbulnya pencemaran udara, dan potensi pencemaran udara dari industri skala rumah tangga relatif tinggi dan belum banyak yang tertangani, juga pencemaran dari emisi industri menengah besar maupun pertanian.
53
3. Permasalahan terkait Bahan Perusak Ozon (BPO) yaitu peredaran refrigerant ilegal umumnya dari jenis tidak ramah lingkungan yang sulit terdeteksi untuk keperluan pendataan. 4. Permasalahan terkait jumlah tangkapan ikan yang melebihi batasan biologis yang aman: a. Kapal yang beroperasi di perairan teritorial Lampung didominasi kapal berkapasitas kecil dalam jumlah yang sangat banyak. b. Masih banyak ditemuinya aktivitas penangkapan menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, sehingga mempengaruhi daya pulih perairan laut untuk pertumbuhan ikan.
TARGET : 7B
MENGURANGI LAJU KEHILANGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI, DAN MENCAPAI PENGURANGAN YANG SIGNIFIKAN PADA 2015
1. Permasalahan terkait kawasan lindung pada kawasan hutan: a. Kawasan lindung belum berfungsi optimal baik sebagai penyangga kehidupan maupun perekonomian masyarakat disekitarnya. b. Kapasitas kelembagaan dan kesadaran masyarakat desa di sekitar hutan dalam pelestarian hutan lindung yang masih rendah. c. Masih rendahnya kondisi perekonomian masyarakat desa di sekitar hutan sehingga memanfaatkan sumberdaya hutan lindung untuk menunjang kehidupan keluarga. 2. Permasalahan terkait kawasan lindung perairan : a. Masih ditemuinya pelanggaran terhadap pemanfaatan sumberdaya pada zona perlindungan laut. b. Pemanfaatan sumber daya perairan dengan peralatan tidak ramah lingkungan (obat kimia dan bahan peledak). c. Kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian sumber daya perikanan masih rendah.
TARGET : 7C
MENURUNKAN HINGGA SETENGAHNYA PROPORSI RUMAH TANGGA TANPA AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP AIR MINUM LAYAK DAN SANITASI LAYAK HINGGA TAHUN 2015 54
1. Permasalahan terkait ketersediaan air minum layak : a. Menurunnya kuantitas dan kualitas air permukaan akibat berbagai hal terutama akibat pencemaran lingkungan dan kekeringan akibat musim kemarau panjang b. Kurangnya kerjasama lintas sektoral dalam penyediaan air bersih bagi masyarakat c. Kurangnya sarana dan prasarana terutama laboratorium pemeriksaan kualitas air serta kurangnya SDM yang selaras dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi 2. Permasalahan terkait ketersediaan sanitasi lingkungan : a. Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya sarana sanitasi dasar (jamban). b. Rendahnya pemahaman masyarakat mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan kebiasaan masyarakat yang sulit diubah. c. Kemampuan masyarakat dalam penyediaan sarana sanitasi dasar masih rendah.
TARGET : 7D
MENCAPAI PENINGKATAN YANG SIGNIFIKAN DALAM KEHIDUPAN PENDUDUK MISKIN DI PERMUKIMAN KUMUH PADA TAHUN 2020
Permasalahan terkait permukiman kumuh, antara lain: 1. Rendahnya pengetahuan, kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur permukiman terutama pada masyarakat pedesaan dan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). 2. Terbatasnya penghasilan penduduk miskin yang tidak mampu membangun atau memperbaiki rumah.
55
1.2.2 Tantangan Tantangan yang dihadapi dalam pencapaian target tujuan MDGs di Provinsi Lampung hingga tahun 2015, yaitu sebagai berikut:
TUJUAN 1: MENANGGULANGI KEMISKINAN DAN KELAPARAN TARGET : 1A
MENURUNKAN HINGGA SETENGAHNYA PROPORSI PENDUDUK DENGAN TINGKAT PENDAPATAN KURANG DARI USD 1,00 PPP PER HARI DALAM KURUN WAKTU 1990 - 2015
Tantangan utama adalah mempercepat menurunnya proporsi penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan (tingkat kemiskinan) pada tahun 2015 serta mengurangi kesenjangan tingkat kemiskinan antar Kabupaten/Kota. Hampir sama dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Lampung dihadapkan pada tantangan untuk mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas dalam rangka memperluas kesempatan kerja dan peluang berusaha, termasuk bagi kelompok masyarakat miskin. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pengembangan investasi di Lampung, maka dibutuhkan upaya penegakkan hukum, promosi investasi, peningkatan pendidikan dan keterampilan tenaga kerja yang melibatkan pemerintah, perguruan tinggi dan kalangan dunia usaha. Tantangan yang lain, yaitu masih terjadi perbedaan indeks kedalaman kemiskinan antara wilayah perkotaan dan di wilayah perdesaan secara signifikan. Besarnya indeks kedalaman kemiskinan di perkotaan sebesar 2,09 sedangkan di daerah perdesaan mencapai 2,86 tahun 2010. Perbedaan indeks kedalaman kemiskinan yang cukup signifikan antar wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung, sehingga perlu langkah kebijakan yang secara komprehensif dalam penanggulangan
kemiskinan
sekaligus dapat meningkatkan pemerataan bagi seluruh wilayah di Kabupaten/Kota di Lampung, terutama agar kemiskinan di wilayah perdesaan semakin dapat diturunkan, sejalan dengan percepatan pencapaian tujuan MDGs.
56
TARGET : 1B
MENCIPTAKAN KESEMPATAN KERJA PENUH DAN PRODUKTIF DAN PEKERJAAN YANG LAYAK UNTUK SEMUA,TERMASUK PEREMPUAN DAN KAUM MUDA
Sempitnya kesempatan kerja disebabkan oleh (1) tidak seimbang antara kesempatan kerja yang tersedia dengan kebutuhan masyarakat, dan (2) penyerapan angkatan kerja yang tidak sebanding dengan pertumbuhan angkatan kerja, sehingga jumlah penganggur bertambah (backlog). Tantangan yang dihadapi untuk mewujudkan kesempatan kerja yaitu bagaimana mengembangkan Kabupaten/Kota dapat mengalami pertumbuhan ekonomi yang bisa dikembangkan untuk menciptakan lapangan kerja dengan meningkatkan perkembangan wilayah yang lebih baik. Semakin besarnya tenaga kerja yang berusaha sendiri membutuhkan fasilitasi dari pemerintah Kabupaten/Kota agar upaya penegakkan hukum, jaminan perlindungan/kepastian usaha, iklim berusaha, dan peningkatan akses permodalan usaha dapat difasilitasi.
TARGET : 1C
MENURUNKAN HINGGA SETENGAHNYA PROPORSI PENDUDUK YANG MENDERITA KELAPARAN DALAM KURUN WAKTU 1990-2015
1. Terdapat kesenjangan status gizi balita antar kabupaten/kota menjadi tantangan yang harus dihadapi Lampung. Hal ini ditandai banyaknya anak balita di perdesaan yang gizi kurang masih lebih tinggi dibanding di perkotaan. Prevalensi kekurangan gizi pada anak balita yang tinggi di wilayah perdesaan terkait erat dengan kemiskinan, pendidikan yang rendah dan kesadaran yang harus ditingkatkan agar Pola Gizi Seimbang dapat dipahami masyarakat secara luas. 2. Menurunkan jumlah penduduk dengan tingkat asupan kalorinya < 2.100 Kkal per kapita per hari, terutama dialami kelompok masyarakat miskin dan rentan, agar tidak rawan terhadap penyakit, infeksi dan ancaman kematian.
57
TUJUAN 2: MENCAPAI PENDIDIKAN DASAR UNTUK SEMUA TARGET : 2A
1)
MENJAMIN PADA TAHUN 2015 SEMUA ANAK LAKI-LAKI MAUPUN PEREMPUAN DIMANAPUN DAPAT MENYELESAIKAN PENDIDIKAN DASAR
Tantangan utama dalam percepatan pencapaian sasaran MDGs pendidikan adalah meningkatkan pemerataan akses secara adil bagi semua anak, baik laki-laki maupun perempuan, untuk mendapatkan pendidikan dasar yang berkualitas di semua daerah. Untuk meningkatkan akses tersebut perlu diupayakan agar kualitas fasilitas pendidikan dasar ditingkatkan. Sampai dengan tahun 2010 persentase SD/MI yang memiliki sarana dan prasrana sesuai dengan standar nasional pendidikan baru sebesar 25,34%. Selain itu dana BOS untuk SD/MI belum sesuai dengan kebutuhan SD/MI dalam menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Dengan demikian tantangan yang dihadapi adalah meningkatkan dana BOS sesuai dengan kebutuhan SD/MI untuk menyelenggarakan pendidikan sesuai SNP.
2)
Tantangan yang dihadapi untuk mengoptimalkan siswa kelas 1 agar dapat menamatkan pendidikannya di SD/MI adalah menurunkan angka drop out SD/MI dari 0,22% menjadi 0,08% atau bahkan 0%.
3)
Tantangan yang dihadapi dalam pencapaian angka melek huruf adalah meningkatkan frekuensi kegiatan pelestarian angka melek huruf yang berkualitas sehingga benar-benar mampu mendorong mereka yang telah melek huruf untuk terus mengembangkan dirinya sehingga mereka tidak hanya dapat membaca, menulis dan berhitung tetapi benar-benar terampil membaca, menulis dan berhitung.
58
4)
TUJUAN 3: MENDORONG KESETARAAN GENDER DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
TARGET : 3A
MENGHILANGKAN KETIMPANGAN GENDER DI TINGKAT PENDIDIKAN DASAR DAN LANJUTAN PADA TAHUN 2005, DAN DI SEMUA JENJANG PENDIDIKAN TIDAK LEBIH DARI TAHUN 2015
1)
Tantangan yang dihadapi dalam pencapaian rasio APM perempuan terhadap laki-laki pada semua jenjang pendidikan adalah meningkatkan partisipasi perempuan dalam menempuh pendidikan menengah dan tinggi.
2)
Tantangan yang dihadapi dalam pencapaian rasio angka melek huruf perempuan terhadap laki-laki adalah meningkatkan kesadaran perempuan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan pelestarian melek aksara.
3)
Tantangan yang dihadapi dalam peningkatan pencapaian kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non pertanian adalah peningkatan angka partisipasi angkatan kerja perempuan di sektor non pertanian.
4)
Tantangan yang dihadapi dalam peningkatan perempuan duduk di kursi DPRD adalah meningkatkan pengetahuan politik kepada perempuan dan meningkatkan partisipasi politik perempuan.
59
TUJUAN 4: MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK TARGET : 4A
1)
MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN BALITA (AKBA) HINGGA DUA PER TIGA DALAM KURUN WAKTU 1990-2015
Pola asuh anak yang benar antara lain dengan memberikan makanan yang bergizi dan seimbang, mendapatkan pelayanan tumbuh kembang balita yang benar serta memberikan hak anak untuk mendapatkan pemeliharaan kesehatan yang maksimal sehingga derajat kesehatan anak akan tercapai.
2)
Penguatan wadah pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita di desa adalah posyandu, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pos Kesehatan Desa (PosKesDes), Bidan Praktek Swasta (BPS) yang terdapat disetiap desa/kelurahan.
3)
Belum mencukupinya ketersediaan buku KIA untuk setiap bayi dan balita sebagai alat komunikasi antara tenaga kesehatan/kader kesehatan dengan ibu
4)
Belum semua bidan mengikuti pelatihan penanganan bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), asfiksia, Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK), Manajemen Terpadu Bayi Muda dan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBM/MTBS).
5)
Masih kurangnya akses pelayanan kesehatan anak berkualitas di unit pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Poliklinik Kesehatan Desa/PKD).
60
TUJUAN 5: MENINGKATKAN KESEHATAN IBU TARGET : 5A
1)
MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU HINGGA TIGA PEREMPAT DALAM KURUN WAKTU 1990 - 2015
Menghilangkan budaya masyarakat melahirkan di rumah dan oleh dukun apabila dibiarkan berkembang akan menghambat upaya percepatan penurunan angka kematian ibu.
2)
Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) merupakan unit pelayanan kesehatan terdekat masyarakat karena berada di desa, namun sarana prasarana yang dimiliki Poskesdes sebagian besar jauh dari cukup dan bermutu, sehingga hal ini mempengaruhi kualitas pelayanan di Poskesdes.
3)
Implementasi desa siaga sangat mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat mengingat manfaat desa siaga adalah agar masyarakat desa dapat mengenali dan mengatasi permasalahan kesehatan di desanya dengan Pengawasan Bidan Desa/PKD dan Puskesmas. Sementara itu, belum semua desa siaga aktif sehingga perlu upaya untuk mengaktifkan dan mengembangkan Desa Siaga.
4)
Perilaku masyarakat sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan masyarakat akan kesehatan demikian juga halnya dengan ibu hamil, ibu balita yang wajib mendapatkan informasi/pengetahuan tentang kesehatan. Namun belum semua desa membentuk Kelas Ibu Hamil dan Ibu Balita di desa sebagai wadah pelayanan KIE bagi ibu hamil, ibu bayi dan ibu balita.
5)
Melaksanakan program Jaminan Kesehatan daerah (Jamkesda) dengan dana APBD Kabupaten/kota., sebagai upaya untuk membantu masyarakat
diluar kuota
Jamsoste Namun pada kenyataannya, belum semua masyarakat miskin ter-cover program Jamkesmas, dalam meningkatkan kualitas kesehatannya khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak.
61
6)
Dana Bantuan Operasional Kegiatan (BOK) di Puskesmas khususnya untuk kegiatan peningkatan kesehatan ibu sangat dirasakan manfaatnya mengingat keterbatasan anggaran daerah/APBD Kabupaten/Kota, namun pemberian dana BOK tersebut masih sangat kurang .
7)
Dana pendampingan ibu hamil sangat diperlukan untuk operasinal
petugas
kesehatan (bidan) dalam melaksanakan pendampingan ibu hamil dan dana tersebut sangat membantu proses pendampingan namun demikian masih banyak Kabupaten /Kota yang belum memperoleh dana pendampingan ibu hamil. Sehingga perlu perencanaan yang terpadu antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk penganggaran pendampingan ibu hamil karena hal ini terbukti mampu menekan angka kematian ibu hamil di daerah yang mendapatkan dana. 8)
Upaya perbaikan status gizi khususnya untuk ibu hamil dan anak memerlukan anggaran/dana yang tidak sedikit karena sebagian besar masyarakat penderita gizi buruk/kurang berasal dari masyarakat miskin dengan jumlah pendapatan yang rendah sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan gizinya. Dengan keterbatasan anggaran, anggaran yang disediakan masih belum sesuai dengan jumlah penderita gizi buruk/kurang di Provinsi Lampung maka upaya menaikkan status gizi masyarakat masih belum dilaksanakan secara maksimal.
TARGET : 5B
MEWUJUDKAN AKSES KESEHATAN REPRODUKSI BAGI SEMUA PADA TAHUN 2015
1) Menikah yang sehat adalah menikah di usia lebih dari 19 tahun khususnya untuk mempelai wanita, karena selain sudah siap secara fisik dan psikis juga secara emosional siap menjadi ibu bagi anak anak yang dilahirkannya. Pernikahan dini sangat rentan pada terjadinya kehamilan di usia muda sehingga rawan terjadi kematian ibu dan ketidak berhasilan program keluarga berencana. Mengingat masih tingginya kebiasaan masyarakat menikah dini, sehingga perlu upaya/kegiatan untuk merubah budaya masyarakat menikahkan anak di usia dini. 2) Pertambahan penduduk disebabkan oleh meningkatnya angka kelahiran dan menurunnya angka kematian. Kelahiran adalah hal yang menggembirakan yang selalu diawali dengan pernikahan dan sudah menjadi budaya bangsa kita (yang terutama karena faktor dukungan agama) untuk segera menikah kalau sudah mampu (usia
62
muda). Di Provinsi Lampung, jumlah absolut penduduk usia muda cukup besar, sehingga berpotensi meningkatnya pertambahan jumlah penduduk. 3) Beban Petugas Lapangan Program Keluarga Berencana (PLKB) tidaklah mudah. Pasalnya, selain harus terjun ke pelosok desa untuk membina para kader, mereka juga harus melakukan pendekatan terhadap tokoh agama dan tokoh masyarakat, serta melakukan komunikasi informasi dan edukasi (KIE). Pekerjaan mereka terlalu besar karena tidak hanya fokus mengurusi program KB, tetapi juga tugas pokok dan fungsi lainnya yang harus dikerjakan sehingga idealnya semua desa diampu oleh 1 (satu) orang PLKB, namun pada kenyataannya di Provinsi Lampung, jumlah PLKB belum memadai dan sesuai dengan rasio PLKB : desa dimana setiap PLKB harus menangani 4 (empat) sampai 6 (enam) desa, bahkan ada yang sampai satu kecamatan. 4) Dalam melaksanakan program Keluarga Berencana (KB), banyak ditemukan beberapa hambatan diantaranya adalah peran serta/partisipasi aktif masyarakat dalam melaksanakan program keluarga berencana dan perlu adanya dukungan lintas program dan lintas sektoral, untuk itu perlu adanya kebijakan dan komitmen mulai dari pemerintahan Desa/Kelurahan, Pemerintahan Kecamatan, Pemerintahan Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat , namun demikian sebagian besar Kabupaten/ Kota komitmen Kabupaten/Kota dalam mendukung pelaksanaan program KB sampai ke lini lapangan belum optimal.
TUJUAN 6: MEMERANGI HIV/AIDS, MALARIA DAN PENYAKIT MENULAR LAINNYA TARGET : 6A
MENGENDALIKAN PENYEBARAN DAN MULAI MENURUNKAN JUMLAH KASUS BARU HIV/AIDS HINGGA TAHUN 2015
Masalah HIV-AIDS saat ini bukan hanya masalah medik dari penyakit menular semata tetapi sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang sangat luas. Oleh karena itu penanganannya juga harus berdasarkan pendekatan masyarakat melalui upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier. Konseling dan tes sukarela atau Voluntary
63
Conseling and Testing (VCT) merupakan pintu masuk untuk membantu setiap orang mendapatkan akses kesemua pelayanan, baik informasi, edukasi, terapi atau dukungan psikososial. Dengan terbukanya akses, maka kebutuhan akan informasi yang akurat dan tepat dapat dicapai sehingga proses berpikir dan bertindak dapat diarahkan kepada perubahan perilaku yang lebih sehat. Untuk dapat memberikan pelayanan VCT seperti dimaksud maka konseling dan tes haruslah berkualitas artinya harus dilakukan secara profesional, namun pada kenyataannya kualitas layanan konseling dan test sukarela HIV (VCT) di Provinsi Lampung masih kurang.
TARGET : 6B
MEWUJUDKAN AKSES TERHADAP PENGOBATAN HIV/AIDS BAGI SEMUA YANG MEMBUTUHKAN SAMPAI DENGAN TAHUN 2010
Penyakit HIV AIDS disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Semakin banyak virus di dalam tubuh, akan semakin melemahkan daya tahan tubuh kita. Apabila daya tahan tubuh kita semakin lemah, maka penyakit lain akan mudah menyerang kita. Penyakit lain tersebut dikenal sebagai infeksi oportunistik (infeksi ikutan), antara lain: Tuberkulosis Paru, Herpes simpleks, Jamur di mulut, Infeksi CMV (Cytomegalovirus), Toksoplasmosis, Hepatitis B, C. dan masih banyak lagi. Agar virus HIV tidak terus menerus berkembang biak di dalam tubuh kita, maka pasien yang terinfeksi HIV harus minum obat ARV (Antiretrovirus), untuk menekan perkembang biakan virus HIV. Jika obat ARV diminum secara teratur sesuai anjuran dokter, maka obat ini akan efektif membantu pasien. Pasien akan merasakan kesegaran badan yang lebih baik. Berat badan meningkat setiap bulan. Jumlah virus akan menurun, dan kekebalan tubuh akan meningkat yang ditandai dengan peningkatan kadar CD4. Namun demikian, belum semua Rumah Sakit Pemerintah di kabupaten/Kota se Provinsi Lampung menyediakan 19 layanan perawatan dukungan dan pengobatan ARV.
TARGET : 6C
MENGENDALIKAN PENYEBARAN DAN MULAI MENURUNKAN JUMLAH KASUS BARU MALARIA DAN PENYAKIT UTAMA LAINNYA HINGGA TAHUN 2015
1) Tingginya mobilitas penduduk
dikarenakan upaya penduduk dalam mencari
pekerjaan, penularan penyakit pada pekerja tersebut sangat tinggi. Para pekerja
64
merupakan penduduk yang tidak menetap dan sering pulang ke kampung halamannya. . 2)
Pemanasan global (Global Warming) memberi dampak pada berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk pada bidang kesehatan. Perubahan cuaca dan lautan dapat berupa peningkatan temperatur panas secara global yang dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian, terutama pada orang tua, anak-anak dan mereka yang berpenyakit kronis. Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases).
3)
Degradasi lingkungan juga disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungaijuga berkontribusi pada water-bome deseases dan vector-bome deseases, ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol, selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantuang dan paru kronis, dan lain-lain.
4)
International Standard for Tuberculosis Care (ISTC) merupakan standar yang melengkapi guideline program penanggulangan tuberkulosis nasional yang konsisten dengan rekomendasi WHO terdiri dari 17 standar yaitu 6 standar untuk diagnosis , 9 standar untuk pengobatan dan 2 standar yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat. Di Provinsi Lampung, belum semua Rumah Sakit baik Pemerintah maupun swasta dan praktek swasta belum menerapkan ISTC.
5)
Persepsi masyarakat selama ini terhadap penanggulangan DBD adalah dengan melakukan fogging/pengasapan, hal ini masih diperkenankan selama telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan yaitu bila di suatu wilayah ditemukan adanya penderita DBD dan adanya 3 penderita panas tanpa sebab yang jelas. Selanjutnya pengasapan harus dilakukan 2 kali dengan rentang waktu selama 7 hari dalam radius 200 meter. Kenyataan di masyarakat selama ini, bahwa pengasapan yang dilakukan masih kurang memperhatikan kualitas (dosis penggunaan insektisida) dan kuantitas (frekuensi) sehingga hasil yang dicapai tidak bisa optimal. Kondisi demikian yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya kekebalan/resisten pada vektor DBD.
65
TUJUAN 7: MEMASTIKAN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP TARGET : 7A
MEMADUKAN PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DENGAN KEBIJAKAN DAN PROGRAM NASIONAL SERTA MENGEMBALIKAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN YANG HILANG
1. Tantangan terkait rasio luas kawasan tertutup pepohonan, yaitu pemanasan global dan perubahan iklim, serta kerusakan lingkungan, terutama hutan dan lahan. Pemanasan global dan perubahan iklim yang ditandai: meningkatnya suhu bumi, kenaikan muka air laut, pola curah hujan yang lebih bervariasi yang dapat menyebabkan banjir dan kekeringan, serta perubahan lainnya. Perubahan iklim dapat berakibat pada kelangkaan pasokan air, penurunan hasil panen, dan berkurangnya produktivitas ekosistem pesisir. Lebih jauh perubahan iklim akan menyebabkan terjadinya bencana-bencana alam seperti gempa bumi, banjir, angin topan, siklon dan kekeringan. Kebakaran hutan, pembalakan liar, konversi hutan, dan praktik pengelolaan hutan yang tidak lestari. Kebakaran hutan dan pembukaan hutan melalui pembakaran tidak hanya mengakibatkan menipisnya potensi sumber daya hutan, tetapi juga menghasilkan CO2 dalam jumlah besar. Konversi hutan untuk memenuhi tuntutan masyarakat untuk budidaya menjadi salah satu penyebab penurunan sumber daya hutan yang sulit dikendalikan. 2. Tantangan terkait jumlah emisi karbon dioksida, yaitu penambahan jumlah kendaraan bermotor yang semakin banyak dan sulit dibatasi. Pada tahun-tahun mendatang penggunaan kendaraan bermotor semakin banyak, karena masyarakat semakin mudah mendapatkan akses kredit kendaraan bermotor. Penggunaan kendaraan bermotor mengakibatkan terjadinya kemacetan dan timbulnya polusi udara. Pertambahan industri yang semakin banyak pada tahun-tahun mendatang juga akan semakin meningkat. Perkembangan industri, terutama industri pengolahan yang menggunakan BBM akan menyebabkan timbulnya polusi udara apabila tidak diikuti penghijauan di sekitar pabrik.
66
3. Tantangan terkait jumlah konsumsi bahan perusak ozon, yaitu penggunaan HCFC (Hydrochlorofluorocarbon) sebagai pengganti sementara CFC (Chlorofluorocarbon) yang ternyata masih berdampak negatif pada lapisan ozon walaupun ODP-nya jauh lebih kecil sekarang ini semakin banyak. Penggunaan HCFC antara lain untuk AC, pendinginan, busa, pelarut, aerosol, dan pemadam kebakaran. Penggunaan berbagai peralatan tersebut tidak dapat dibatasi, karena menjadi sebuah kebutuhan masyarakat. Tantangan ke depan adalah bagaimana menciptakan bahan refrigrant lain yang lebih ramah lingkungan. 4. Tantangan terkait proporsi tangkapan ikan yang berada dalam batasan biologis yang aman, yaitu meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap sumberdaya laut yang dapat berakibat pada peningkatan aktivitas yang dapat merusak kelestarian ekosistem perairan. Peningkatan kebutuhan ekonomi nelayan menyebabkan pemanfaatan sumber daya perikanan menggunakan peralatan tidak ramah lingkungan (obat kimia, bahan peledak), yang dapat menyebabkan rusaknya sumber daya kelautan (terumbu karang dan ekosistem laut lainnya).
TARGET : 7B
MENGURANGI LAJU KEHILANGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI, DAN MENCAPAI PENGURANGAN YANG SIGNIFIKAN PADA 2015
1. Tantangan terkait rasio luas kawasan lindung terhadap total luas kawasan hutan, yaitu aktivitas penebangan hutan secara liar, dan pemanfaatan hasil hutan baik kayu maupun non kayu tanpa memperhatikan kelestariannya, baik yang dilakukan oleh perusahaan maupun masyarakat di sekitar hutan. 2. Tantangan terkait rasio kawasan lindung perairan terhadap total luas perairan territorial, yaitu meningkatnya kebutuhan terhadap sumberdaya laut, yang dapat berakibat pada meningkatnya aktivitas yang dapat merusak kelestarian ekosistem perairan. Pemanfaatan sumber daya perairan dengan peralatan tidak ramah lingkungan (obat kimia, bahan peledak), dan kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan yang rendah dapat menyebabkan rusaknya sumber daya kelautan (terumbu karang dan ekosistem laut lainnya).
67
TARGET : 7C
MENURUNKAN HINGGA SETENGAHNYA PROPORSI RUMAH TANGGA TANPA AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP AIR MINUM LAYAK DAN SANITASI LAYAK HINGGA TAHUN 2015
1. Berkurangnya jumlah mata air dan menurunnya kualitas air minum, baik air permukaan maupun air bawah tanah akibat kerusakan catchment area dan pencemaran lingkungan. 2. meningkatnya kebutuhan air minum seiring dengan pertumbuhan penduduk di Lampung, terutama di wilayah perkotaan yang belum diiringi pembangunan infrastruktur yang memadai. 3. Laju pertumbuhan penduduk Lampung yang semakin meningkat, terutama di wilayah perkotaan yang berakibat pada peningkatan cakupan sanitasi dasar yang harus disediakan oleh pemerintah maupun swasta. 4.
Meningkatnya pembu-angan limbah secara langsung ke sungai dan penggunaan lahan perkotaan yang padat terbangun sehingga sulit untuk pengembangan drainase dan penanganan sampah perkotaan.
TARGET : 7D
MENCAPAI PENINGKATAN YANG SIGNIFIKAN DALAM KEHIDUPAN PENDUDUK MISKIN DI PERMUKIMAN KUMUH PADA TAHUN 2020
Tantangan terkait proporsi rumah tangga kumuh perkotaan yaitu: (1) Meningkatnya kebutuhan terhadap rumah yang tidak seimbang dengan kemampuan penyediaan rumah, baik yang diusahakan oleh pengembang, pemerintah/pemerintah daerah maupun swadaya masyarakat, sehingga terjadi backlog; dan (2) Banyaknya perumahan yang tidak layak huni baik yang berlokasi di pedesaan maupun perkotaan akibat terbatasnya ketersediaan lahan, rendahnya kualitas pengelolaan infrastruktur dan rendahnya kemampuan/daya beli masyarakat.
68