JIK Vol.1 No.19 Oktober 2015: 935 – 1014 e-ISSN: 2527-7170
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAIPA TAHUN 2015 Rahmah S. Hadati1, Linda2, Masudin3 Abstrak : HIV/AIDS adalah salah satu masalah kesehatan dunia yang sangat mengkhawatirkan, hal ini karena AIDS merupakan ancaman kehidupan dan sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Tingginya kasus HIV/AIDS dianggap sangat berkaitan dengan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS di MTsN Taipa. Metode penelitian ini menggunakan Desain Pre Eksperimen atau eksperimen yang tidak sesungguhnya dengan rancangan The one group pretest-posttest design. Sampel yang digunakan sebanyak 46 sampel diambil dengan teknik proportionate stratified random sampling dan simple random sampling dari kelas VII – IX. Responden diberikan kuesioner pretest dilanjutkan dengan pemberian penyuluhan kesehatan dan langsung diberi kuesioner post test setelah penyuluhan. Dalam analisis data dilakukan uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk dan untuk melihat perbedaan skor pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan digunakan uji t berpasangan. Hasil penelitian dengan uji t berpasangan diperoleh nilai significancy (sig) sebesar 0,000 (ρ < 0,05), menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian penyuluhan kesehatan dalam pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS di MTs Negeri Taipa. Rata-rata nilai skor pengetahuan siswa sebelum diberikan penyuluhan adalah sebesar 59,72 dan setelah diberikan penyuluhan rata-rata nilai skor pengetahuan siswa meningkat menjadi 77,83 atau meningkat sebesar 30,31%. Kesimpulan penelitian yaitu penyuluhan kesehatan memiliki pengaruh terhadap pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS. Terdapat peningkatan pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS setelah diberikan penyuluhan kesehatan. Saran dalam penelitian ini yaitu diharapkan dapat diadakan pembelajaran yang kontinyu dan komprehensif tentang HIV/AIDS di MTsN Taipa Kata Kunci : Penyuluhan Kesehatan, Pengetahuan, HIV/AIDS, Siswa SMU Abstract : HIV/AIDS is one of the biggest problems that has puzzled the medical world, this is because of AIDS is life threatening and at the present time, there is no cure for the disease. The prevalence of HIV//AIDS is high among the society. This study was aimed to know and analize the influence of speech method on knowledge of student about HIV/AIDS at MTs Negeri Taipa. This study used Pra Experiment with one group pre-post test design. There were 46 people involved in this study as sample taken by proportionate stratified random sampling and simple random sampling. The respondents were given pretest questionnaire, then continued with the speech and after that respondents were directly given the posttest questionnaire. In analyzing the data, researcher did a normality test using Shapiro-Wilk test and to know the difference of the knowledge before and after the speech was analized using paired t test. The resultsof the study using paired t test found significancy value (sig) 0,000 (p<0,005), it shows that there is significant effect of speech method on the knowledge of the students about HIV/AIDS in MTs Negeri Taipa. The mean score value of knowledge of the students before the speech was 59,72 and it after the speech was 77,83, or it increases by 30,31%.The conclusion of this study was that speech method has significant influence to the knowledge of students on HIV/AIDS. There were an improvement of the knowledge of students after the speech. Based on this study, it can be adviced to conduct a continuously and comprehensifly learning about HIV/AIDS at MTs Negeri Taipa. Key Words: Speech method, knowledge, HIV/AIDS, High School Students
1
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palu Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palu 3 Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palu 2
993
JIK Vol.1 No.19 Oktober 2015: 935 – 1014 e-ISSN: 2527-7170
PENDAHULUAN (Introduction)
persentase penduduk 15 tahun ke atas yang pernah mendengar HIV/AIDS adalah sebesar 57,5%. Persentase pernah mendengar HIV/AIDS di Sulawesi Tengah berada di bawah rerata Nasional yaitu sebesar 47,5%. Tingkat pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS menurut provinsi secara nasional yaitu 11,4%. Sulawesi Tengah berada pada urutan keenam terendah dengan persentase 7,2 persen 6. Dalam upaya pencegahan dan pengendalian HIV-AIDS di Indonesia maka diperlukan penyebaran pengetahuan tentang HIV-AIDS khususnya pada kelompok usia 15-24 tahun7. Pemberian informasi atau peningkatan pengetahuan dapat dilakukan melalui pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Pendidikan kesehatan dilakukan dengan pemberian penyuluhan kesehatan atau informasi melalui berbagai media dan teknologi guna meningkatkan pengetahuan dan sikap positif terhadap kesehatan 8. Penelitian yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa remaja di negaranegara berkembang sangat membutuhkan pendidikan kesehatan. Remaja yang berada di tingkat awal sekolah menengah mempunyai risiko melakukan hubungan seksual di luar nikah baik disengaja maupun tidak. Oleh karena itu, masa yang paling tepat untuk memberikan pendidikan kesehatan adalah pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hal ini juga akan
HIV/AIDS (Human Immuno deficiency Virus / Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah salah satu masalah kesehatan dunia yang sangat mengkhawatirkan, hal ini karena AIDS merupakan ancaman kehidupan dan sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini. AIDS adalah masalah global yang mulai melanda dunia sejak awal dekade tahun 1989. Penyakit ini merupakan suatu sindrom atau kumpulan gejala penyakit akibat hilangnya kekebalan tubuh seseorang2. Sejak awal epidemi HIV-AIDS, hampir 78 juta orang di dunia telah terinfeksi HIV dan sekitar 39 juta orang meninggal akibat HIV. Secara umum, 35 juta orang hidup dengan HIV hingga akhir tahun 2013 dan 1,5 juta orang meninggal akibat HIV pada tahun 20133. Hingga kini di Indonesia terdapat 142.950 orang yang terinfeksi HIV dan 55.623 orang dalam tahap AIDS. Persentase kumulatif AIDS tertinggi pada kelompok umur 20-29 tahun yaitu 32,9%4. Dari tahun 2010 hingga agustus 2014, tercatat 155 penderita HIV/AIDS di Sulawesi Tengah, dengan rincian 101 kasus HIV dan 54 penderita AIDS, dan 122 orang meninggal. Prevalensi tertinggi yaitu kota Palu dengan 149 kasus AIDS, 318 infeksi HIV, dan 63 orang meninggal. Jumlah kasus tersebut terhitung dari tahun 2002 hingga Agustus 20145. Tingginya kasus HIV/AIDS sejalan dengan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS. Secara nasional 994
JIK Vol.1 No.19 Oktober 2015: 935 – 1014 e-ISSN: 2527-7170
menolong remaja yang tidak dapat melanjutkan studinya ke Sekolah Menengah Atas9. Hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa guru di MTsN Taipa, diperoleh informasi bahwa belum ada sosialisasi atau penyuluhan HIV/AIDS yang diberikan pada siswa MTsN Taipa serta belum ada pembelajaran yang komprehensif dan kontinyu tentang HIV/AIDS. Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti pada 15 orang siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Taipa diperoleh informasi bahwa 12 orang siswa belum pernah mendengar tentang HIV/AIDS dan 3 orang lainnya sudah pernah mendengar tentang HIV/AIDS tetapi masih memiliki pengetahuan yang kurang tentang HIV/AIDS. Bertitik tolak dari maslah tingginya prevalensi HIV/AIDS dan masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS di MTs Negeri Taipa.
diperoleh dengan menggunakan rumus yang diformulasikan oleh Lemeshow. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling (teknik acak sederhana) dengan teknik proportionate stratified random sampling yaitu pemilihan sampel secara acak untuk setiap strata (kelas), kemudian hasilnya dapat digabungkan menjadi satu sampel yang terbebas darivariasi untuk setiap strata. Data dianalisis dengan analisis univariat dan bivariat. Pengumpulan data diperoleh melalui data primer dan sekunder. Analisis univariat yang dilakukan secara deskriptif dengan menghitung nilai proporsi untuk mengetahui skor pre test dan post test mengenai kesehatan pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS. Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen yaitu penyuluhan kesehatan dengan variabel dependen yaitu pengetahuan siswa tentang HIV-AIDS. Sebelum dilakukan uji hipotesis dilakukan uji distribusi data. Pengujian dilakukan dengan cara komputerisasi menggunakan rumus Shapiro-Wilk karena jumlah sampel < 50. Pengujian dilakukan menggunakan program komputerisasi dengan menggunakan uji t berpasangan, H0 ditolak jika ρ hitung < ρ value, Ha diterima jika ρ hitung < ρ value, begitupun sebaliknya. Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel yang kemudian dijelaskan dalam bentuk narasi.
BAHAN DAN METODE (Methods) Penelitian ini dilaksanakan di kota Palu, Kelurahan Taipa, Kecamatan Palu Utara yang bertempat di MTs Negeri Taipa. Jenis penelitian yang digunakan adalah Pre Eksperimen atau eksperimen yang tidak sesungguhnya dengan menggunakan rancangan The one group pretest-posttest design. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di MTs Negeri Taipa yang berjumlah 280 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 49 siswa yang
HASIL DAN PEMBAHASAN (Result and Discuss) HASIL Dari 49 responden, terdapat 3 responden yang Drop Out, sehingga total responden yang diikutsertakan dalam 995
JIK Vol.1 No.19 Oktober 2015: 935 – 1014 e-ISSN: 2527-7170
pengolahan data adalah sebanyak 46 orang. Responden penelitian adalah siswa yang duduk di kelas VII, VII, IX, dengan 17 orang (37%) responden laki-laki dan 29 orang (63%) responden perempuan dalam rentang usia 12-16 tahun. Responden terbanyak adalah responden berusia 13 tahun sebanyak 17 orang (36,9%), kemudian responden yang berusia 15 tahun sebanyak
12 (26,1%), 9 responden berusia 14 tahun (19,6%), 7 responden 12 tahun (15,2%) dan 1 responden yang berusia 16 tahun (2,2%). Dari total 46 responden, 17 responden (36,96%) adalah siswa yang duduk di kelas VII, 15 responden (32,61%) kelas VIII, dan 14 responden (30,43%) kelas IX.
Tabel 1. Nilai Skor Pengetahuan Siswa Sebelum Penyuluhan Kesehatan Variabel Nilai pre
N 46
Rerata 59,72
Berdasarkan hasil analisis, dari 46 responden diperoleh bahwa nilai rerata
± St. Deviasi ± 12,01
sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan adalah 59,72. (Tabel 1.)
Tabel 2. Nilai Skor Pengetahuan Siswa Setelah Penyuluhan Kesehatan Variabel Nilai post
N 46
Rerata 77,83
± St. Deviasi ± 10,55
Setelah dilakukan analisis diperoleh bahwa rerata setelah dilakukan penyuluhan kesehatan adalah 77,83 (Tabel 2). Tabel 3. Perbandingan Nilai Skor Pengetahuan Siswa Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Kesehatan Variabel
N
Rerata
± St. Deviasi
Nilai pre
46
59,72
± 12,01
Nilai post
46
77,82
± 10,55
996
Persentase peningkatan (%) 30,31
JIK Vol.1 No.19 Oktober 2015: 935 – 1014 e-ISSN: 2527-7170
Tabel 4. Perbandingan Nilai Skor Pengetahuan Siswa Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Kesehatan dengan Uji t Berpasangan Variabel
N
Rerata ± s.b.
Nilai pre
46
59,72 ± 12,01
Nilai post
46
77,82 ± 10,55
Perbedaan rerata ± s.b.
IK 95%
Ρ
18,1 ± 12,35
14,44 - 21,78
0,000
Nilai skor pengetahuan pada saat pretest adalah 59,72 dan saat posttest meningkat menjadi 77,82. Diketahui bahwa ada perbedaan dan perubahan rata-rata skor pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan. Dari Tabel 3. dapat diketahui terjadi peningkatan pengetahuan sebesar 30,31% setelah diberikan penyuluhan
kesehatan. Berdasarkan hasil uji t berpasangan diketahui bahwa terdapat perbedaan pengetahuan antara sebelum dan sesudah pemberian penyuluhan kesehatan karena nilai ρ = 0,000 atau ρ < 0,05 (Tabel 4) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara skor sebelum penyuluhan dengan skor setelah penyuluhan.
Tabel 5. Perubahan Skor Pengetahuan Responden Setelah Dilakukan Penyuluhan Kesehatan Perubahan
Frekuensi
Persentase
Meningkat
41
89,13
Menurun
4
8,70
Tetap
1
2,17
Total
46
100,00
orang dengan hasil pengetahuan setelah penyuluhan lebih tinggi daripada sebelum penyuluhan, dan 1 orang responden dengan pengetahuan yang tetap sebelum dan setelah pemberian penyuluhan kesehatan.
Sesudah pemberian penyuluhan kesehatan terdapat perubahan pengetahuan yaitu terdapat 4 orang responden dengan hasil pengetahuan setelah penyuluhan lebih rendah daripada sebelum penyuluhan, 41
997
JIK Vol.1 No.19 Oktober 2015: 935 – 1014 e-ISSN: 2527-7170
Tabel 6. Perubahan Skor Pengetahuan Responden Berdasarkan Kelas Kelas
Frekuensi
Meningkat
Menurun
Tetap
F
%
F
%
F
%
Total
VII
17
14
82,35
2
11,77
1
5,88
100,00
VIII
15
13
86,67
2
13,33
0
0,00
100,00
IX
14
14
100,00
0
0,00
0
0,00
100,00
Total
46
41
4
Dalam perubahan pengetahuan kelas IX menunjukkan perubahan yang paling bermakna dengan seluruh responden mengalami peningkatan pengetahuan (100%), sedangkan kelas yang mengalami perubahan paling rendah adalah kelas VII dengan peningkatan sebesar 82,35%.
1
dalam pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS di MTs Negeri Taipa. Dalam hal ini, terdapat peningkatan pengetahuan siswa setelah diberikan penyuluhan kesehatan. Rata-rata nilai skor pengetahuan siswa sebelum diberikan penyuluhan adalah sebesar 59,72 dan setelah diberikan penyuluhan rata-rata nilai skor pengetahuan siswa meningkat menjadi 77,83. Penyuluhan kesehatan yang dilakukan dapat meningkatkan rerata pengetahuan siswa sebesar 18,1 atau 30,31%. Hasil penelitian ini senanda dengan hasil penelitian yang dilakukan Ramdhani (2013) tentang pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di SMA Cokroaminoto yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan remaja sebelum penyuluhan adalah 10,58, sedangkan rata-rata pengetahuan setelah penyuluhan adalah 16,8810. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
PEMBAHASAN(Discuss) Berdasarkan hasil analisis deskriptif, rerata skor pretest responden sebelum diberikan penyuluhan kesehatan adalah 59,72, dengan skor terendah adalah 33 dan skor tertinggi adalah 80. Hasil analisis terhadap skor posttest responden menunjukkan bahwa nilai rerata (mean) adalah sebesar 77,83, dengan nilai terendah 57 dan nilai tertinggi adalah 97. Melalui hasil tersebut dapat dilihat terdapat peningkatan skor pengetahuan responden yang pada awalnya skor terendah adalah 33 meningkat menjadi 57, dan skor tertinggi pada saat pretest adalah 80 meningkat menjadi 97. Analisis data dengan uji t berpasangan pada tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai significancy 0,000 (ρ < 0,05), hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian penyuluhan kesehatan 998
JIK Vol.1 No.19 Oktober 2015: 935 – 1014 e-ISSN: 2527-7170
Sebagian besar responden (89,13%) mengalami peningkatan pengetahuan, namun terdapat 1 responden (2,17%) yang memiliki pengetahuan yang sama meskipun telah diberikan penyuluhan kesehatan dan terdapat 4 responden (8,70%) yang mengalami penurunan pengetahuan. Peneliti berasumsi bahwa hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor peneliti, faktor responden, dan faktor sarana dan prasarana. Ditinjau dari faktor peneliti yaitu peneliti belum mampu mengontrol suasana dan keadaan proses penelitian secara maksimal, sehingga terdapat beberapa responden yang kurang memerhatikan informasi yang disampaikan oleh peneliti. Pada faktor responden terdapat beberapa alasan yang mungkin menyebabkan penurunan pengetahuan tersebut, seperti kemampuan penyerapan informasi yang berbeda-beda pada setiap orang. Penerimaan informasi baru yang belum pernah didengar sebelumnya dapat menyebabkan responden mengalami kesulitan dalam memahami informasi yang diberikan. Kesalahan persepsi responden juga dapat menjadi salah satu penyebab tidak meningkatnya pengetahuan responden atau penurunan pengetahuan responden. Jika seseorang salah mengartikan informasi yang mereka terima, hal itu dapat menimbulkan persepsi yang salah tentang informasi tersebut, sehingga dalam pengisian kuesioner, reponden menjawab pernyataan berdasarkan pemahaman yang mereka pahami. Intensitas perhatian responden atau kemauan responden untuk mendengarkan informasi yang disampaikan oleh peneliti
juga menjadi salah satu faktor yang berperan penting dalam perubahan pengetahuan responden. Kurangnya intensitas perhatian responden menyebabkan tidak adanya perubahan pengetahuan responden ataupun berkurangnya pengetahuan responden walaupun telah mengikuti penyuluhan kesehatan. Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa beberapa faktor dapat menjelaskan penurunan skor pengetahuan dan salah satunya adalah faktor internal yang terdiri atas faktor biologis (jasmaniah) dan faktor psikologis (rohaniah)12. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri, sedangkan faktor biologis meliputi semua yang berkaitan dengan kondisi fisik dan jasmani individu yang bersangkutan13. Faktor psikologis merupakan hal yang berpengaruh terhadap keberhasilan pemahaman seseorang meliputi segala yang berkaitan dengan mental dan meliputi 3 hal, yaitu intelegensi, kemauan, dan daya ingat. Pada faktor sarana dan prasarana, yaitu terbatasnya penggunaan media bantu penyuluhan. Pada saat penelitian dilakukan terdapat gangguan yang menyebabkan tidak dapat digunakannya media slide yang awalnya direncanakan akan digunakan dalam proses penyuluhan. Penggunaan alat bantu sangat penting dalam proses penyuluhan karena dapat mempermudah seseorang dalam memahami informasi yang diberikan. Penggunaan metode penyuluhan dan media penyuluhan yang tepat dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan di masyarakat. Dalam penyuluhan kesehatan 999
JIK Vol.1 No.19 Oktober 2015: 935 – 1014 e-ISSN: 2527-7170
dikenal beberapa alat bantu peraga yang sering digunakan atau disebut AVA (Audio Visual Aids). Alat peraga ini kegunaannya tak lain adalah untuk lebih memudahkan kedua belah pihak dalam kegiatan penyuluhan, yakni pihak penyuluh dan pihak yang disuluh. Namun demikian penyuluhan kesehatan di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam penelitian ini terbukti lebih efektif daripada penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti lain di Sekolah Menengah Atas (SMA). Pada penelitian yang dilakukan oleh Munawaroh & Sulistyorini (2010) dengan judul efektivitas metode ceramah dan leaflet dalam peningkatan pengetahuan remaja tentang seks bebas di SMA Negeri Ngrayun menunjukkan hasil rata-rata skor pengetahuan sebelum ceramah adalah 16,68 dan rata-rata skor pengetahuan sesudah ceramah adalah 18,75, persentase peningkatan pengetahuan dalam penelitian tersebut hanya 12,41%. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Setiawati (2014) tentang pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi melalui metode ceramah terhadap tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada siswa SMP Negeri 9 Surakarta, pada hasil penelitian dengan Uji Friedman didapatkan nilai rata-rata yaitu 1,35 pada hasil pretest dan diperoleh rata-rata post test yaitu 2,55 sehingga perbedaan rerata sebelum dan sesudah penyuluhan sebesar 1,2 atau mengalami peningkatan sebesar 88,89%. Menurut WHO penyuluhan kesehatan reproduksi sering diutamakan pada remaja usia 15-19 tahun, sedangkan banyak permasalahan remaja yang sudah
memulai hubungan seksual pada usia 14 tahun baik dipaksa maupun sukarela. Oleh karena itu, masa yang tepat memberikan penyuluhan kesehatan pada tingkat sekolah menengah pertama dimana usia 10-14 tahun merupakan masa emas untuk terbentuknya landasan mengenai kesehatan reproduksi. Berdasarkan analisis yang dilakukan diketahui bahwa kelas IX merupakan kelas yang menunjukkan hasil yang paling baik dengan seluruh responden yang berasal dari kelas IX (14 orang) mengalami peningkatan pengetahuan sebesar 100%, sedangkan kelas yang paling rendah adalah kelas VII dengan 14 responden (82,35%) mengalami peningkatan pengetahuan, 2 responden (11,77%) mengalami penurunan pengetahuan dan 1 responden (5,88%) yang berpengetahuan tetap. Sedangkan pada kelas VIII terjadi peningkatan pengetahuan sebesar 86,7% dimana 13 responden mengalami peningkatan dan 2 responden (13,33%) mengalami penurunan pengetahuan setelah diberikan penyuluhan kesehatan. Peningkatan ini dapat terjadi karena kelas IX adalah kelas yang lebih tinggi dari kelas yang lain sehingga responden yang berasal dari kelas IX memiliki probabilitas pernah mendengar informasi tentang HIV/AIDS sebelumnya baik melalui media massa ataupun orang lain. Kelas VII merupakan kelas pertama di jenjang pendidikan SMP/MTs sehingga responden dari kelas VII memiliki kemungkinan yang paling besar belum pernah mendapat informasi tentang HIV/AIDS, dengan kata lain pemberian penyuluhan kesehatan cenderung lebih efektif pada kelas IX. Disamping itu, siswa kelas IX dapat 1000
JIK Vol.1 No.19 Oktober 2015: 935 – 1014 e-ISSN: 2527-7170
memahami informasi yang diberikan lebih baik daripada kelas yang lain, karena memiliki pengalaman belajar yang lebih banyak dibandingkan dengan kelas di bawahnya. Pendidikan memengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang diperoleh tentang kesehatan. Sebagian besar siswa-siswi kelas IX juga berumur lebih tua dibandingkan kelas VIII dan VII sehingga responden dari kelas IX lebih mudah memahami dan mengingat informasi yang diberikan dibandingkan kelas yang lain. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Penyuluhan kesehatan sebagai bagian dalam promosi kesehatan memang diperlukan sebagai upaya meningkatkan kesadaran dan pengetahuan, disamping pengetahuan sikap dan perbuatan. Oleh karena itu, tentu diperlukan upaya penyediaan dan penyampaian informasi yang merupakan bidang garapan penyuluhan kesehatan. Makna asli penyuluhan adalah pemberian penerangan dan informasi, maka setelah dilakukan penyuluhan kesehatan seharusnya akan terjadi peningkatan pengetahuan oleh masyarakat. Seiring bertambahnya usia anak hingga mengalami masa transisi menuju dewasa yang biasa disebut pubertas,
bertambah pula pengaruh terhadap kesehatan mereka sendiri. Mereka harus menghadapi perubahan permasalahan kesehatan seperti meluasnya HIV/AIDS. Pendidikan kesehatan berupa penyuluhan dapat menjadi faktor penentu penting dari kesehatan dasar baik itu selama masa remaja maupun di masa dewasa. KESIMPULAN (Conclussion) Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang bermakna penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS. Penyuluha kesehatan terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS. DAFTAR PUSTAKA Chioma Daisy Ebeniro. 2010. Knowledge and Beliefs About HIV/AIDS Among Male and Female Students of Nigerian Universities. Journal of Comparative Research in Anthropology and Sociology. (Online), Vol. 1, No 1 (http://doctorat.sas.unibuc.ro/wpcontent/u ploads/2010/10/ChiomaEbeniro_Compaso 2010.pdf, diakses tanggal 12 Desember 2014). Syafrudin. dan Fratidhina, Yudhia. 2009. Promosi Kesehatan Untuk Mahasiswa Kebidanan. Trans Info Media: Jakarta. World Health Organization. 2014. WHO Case Report (Online). (http://www.who.int/gho/hiv/epidemic_sta tus/cases_all_text/en/, diakses tangggal 12 Desember 2014). Ditjen PP & PL Kemenkes RI. 2014. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia. Kemenkes RI: Jakarta. 1001
JIK Vol.1 No.19 Oktober 2015: 935 – 1014 e-ISSN: 2527-7170
Komisi Penanggulangan AIDS Sulawesi Tengah. 2014.
Provinsi
Munawaroh, Siti., & Sulistyorini, Anik. 2010. Efektivitas Metode Ceramah dan Leaflet Dalam Peningkatan Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas di SMA Negeri Ngrayun. Penelitian tidak dipublikasikan. Ponorogo: Fakultas Ilmu Kesehatan UNMUH Ponorogo.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2011. Riset Kesehatan Dasar: RISKESDAS 2010. Jakarta: Departemen Kesehatan. Pusat Promosi Kesehatan. 2013. Pedoman Pembinaan dan Penyuluhan Kampanye Pencegahan HIV-AIDS “Aku Bangga Aku Tahu”. Kementerian Kesehatan RI: Jakarta.
Setiawati, Karina Aisyah. 2014. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Melalui Metode Ceramah Terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada Siswa SMP Negeri 9 Surakarta. Naskah Publikasi. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni Edisi Revisi 2011. Rineka Cipta: Jakarta.
Wawan. dan Dewi. 2010. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Nuha Medika: Yogyakarta.
World Health Organization. 2011. Guidelines on Reproductive Helath (Online). (http://www.un.org/popin/unfpa/taskforce/ guide/iatfreph.gdl.html, diakses tanggal 9 Mei2015).
World
Ramdhani, Rezky. 2013. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS di SMA Cokroaminoto Makassar. (Online), Vol. 2, No 1 (http://library.stikesnh.ac.id/files/disk1/4/e library%20stikes%20nani%20hasanuddin-rezkyramdh-188-1-artikel-1.pdf, diakses tanggal 9 Mei 2015). Ramadhan, 2009. Pengetahuan dan FaktorFaktor yang Memengaruhi (Online). (http://forbetterhealth.wordpress.com. diakses tanggal 18 Oktober 2014). FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian III: Pendidikan Disiplin Ilmu. Grasindo: Jakarta. Hakim. 2005. Belajar secara Efektif. Niaga Swadaya: Jakarta. 1002
Health Organization. 2010. Social Determinants of Sexual and Reproductive Health: Informing Future Research and Programme Implementation(Online, diakses tanggal 9 Mei 2015).