DARI RAKYAT AMERIKA
USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa
Praktik yang Baik
PEMBELAJARAN DI MADRASAH TSANAWIYAH
Buku praktik yang baik Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah ini dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United States Agency for International Development (USAID) melalui Program USAID Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia's Teachers, Administrators, and Students (PRIORITAS). USAID PRIORITAS adalah program kemitraan antara Pemerintah Amerika dan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan akses pendidikan dasar yang berkualitas di Indonesia.
Sambutan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Kementerian Agama bekerja sama dengan USAID Program Prioritizing Reform, Innovation and Opportunities for Reaching Indonesia's Teachers, Administrators and Students (PRIORITAS Tahun 2012-2017) untuk meningkatkan akses pendidikan dasar yang berkualitas. Dalam implementasi kerja sama tersebut USAID PRIORITAS telah melaksanakan beberapa program dan kegiatan antara lain pelatihan dan pendampingan guru, kepala madrasah, pengawas serta kegiatan kelompok kerja di tingkat madrasah maupun gugus tentang pendekatan pembelajaran aktif dan kreatif, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), program budaya baca dan literasi dengan memberi hibah buku pengayaan, buku fiksi, dan buku bacaan lainnya kepada madrasah ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Berbagai kemajuan yang dapat dilihat di madrasah di antaranya adalah guru berperan menjadi fasilitator dalam mendorong interaksi antar siswa, guru memberikan tugas yang bervariasi yang menantang siswa untuk berbuat dan berpikir, seperti diskusi, percobaan, pengamatan, dan pemecahan masalah. Dalam pembelajaran siswa menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, memanfaatkan beragam sumber belajar, bekerja secara kooperatif dalam kelompok, menghasilkan karya yang merupakan hasil gagasannya sendiri, dan memajangkan karya tersebut dalam kelas. Sedangkan hasil implementasi MBS, pengelolaan sekolah oleh kepala sekolah menjadi partisipatif dengan melibatkan guru, komite sekolah dan masyarakat , serta transparan dan akuntabel. Dalam rangka menyebarluaskan pengalaman pembelajaran, manajemen, dan budaya baca di MI dan MTs tersebut, USAID PRIORITAS menerbitkan beberapa buku praktik yang baik dengan tema pembelajaran tingkat MI, pembelajaran tingkat MTs, dan manajemen, budaya baca dan pelayanan khusus di MI dan MTs. Saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada USAID PRIORITAS yang telah membantu pendidikan di madrasah khususnya untuk MI dan MTs di kabupaten/kota mitra USAID PRIORITAS. Semoga buku praktik yang baik ini dapat memberikan motivasi dan inspirasi bagi kabupaten/kota lainnya di seluruh Indonesia, bagi guru dan praktisi untuk meningkatkan mutu pendidikan di madrasah. Jakarta, Mei 2017 Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama
Prof. Dr. Phill. H. Kamaruddin Amin
DAFTAR ISI Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Pembelajaran Matematika
2
Praktik Pemisahan Campuran Kromatografi Kertas
24 Buat Matematika Jadi Favorit
4
Media Puzzle Menentukan Rumus Kimia Secara Praktis
6
Pelajari Gerak dan Perubahan Tumbuhan dari Putri Malu
7
Belajar Aktivitas Pemantauan Gunung Berapi
8
Jadi Peneliti dengan Mengamati Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau
28 Ayo Temukan Rumus Luas Lingkaran 30 Gunakan Bayangan untuk Hitung Tinggi Benda 32 Aku Buat Kartunya, Aku Buat Aturannya, Asyik...
10 Membuat Proyek Percobaan Pemisahan Campuran
Pembelajaran Bahasa Indonesia
13 Buat Ruang Meditasi IPA
36 Ciptakan Siswa Kreatif melalui Bahasa Indonesia
14 Siaga Bencana dengan Simulasi Gunung Berapi
40 Inspirasi Puisi dari Pohon Kata: Sulit Memulai Lebih Sulit Mengakhiri
16 Stetoskop dari Corong Minyak 18 Buat Kompor Bertenaga Matahari
42 Situs Sejarah Poteu Meureuhom, Inspirasi dalam Menulis
20 Mikroskop Berbiaya Murah, Mirip yang Asli
44 Meresensi Buku Melalui Matriks Analisis 46 Berbalas Surat Pembaca dengan Kepala Madrasah
ii
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
48 Perhatikan Kemampuan Individu Siswa dalam Membuat Poster 50 Pahami Teks Eksemplum Melalui Cerita Bergambar
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 68 Membedakan Peta dan Globe Menggunakan Bola Plastik
71 Amati Lingkungan Tanamkan Rasa Cinta Siswa pada Alam
Pembelajaran Bahasa Inggris
72 Manfaatkan Internet untuk Belajar
52 Memperkaya Kosakata Siswa dengan Membuat Kamus Pribadi
74 Belajar Kependudukan ke Kantor Kecamatan
PeninggalanSejarah Kebudayaan Islam di Indonesia
54 “Sekarang Saya Jadi Ngerti Notice!” 56 Tongkat berbicara untuk Tingkatkan Minat Speaking Siswa 58 Merangkai Kata Bahasa Inggris Lewat Metode Discovery Learning 60 Buat Komik Berbahasa Inggris 62 Plural Form Bertema Snake and Ladder 64
Jurnal Refleksi Membuat Saya Lebih Kreatif
Daftar Isi
iii
PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Siswa sedang melakukan percobaan pemisahan campuran dengan metode kromatografi kertas.
MTsN 1 Serang, Banten
Praktik Pemisahan Campuran Kromatografi Kertas Metode pemisahan campuran banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti untuk penjernihan air, pemisahan garam, analisis logam berat dan sebagainya. Beberapa metode pemisahan campuran yang sering digunakan antara lain penyaringan (filtrasi), sentrifugasi, sublimasi, kromatografi dan distilasi. Ibu Lailatul Lidia, guru IPA Kelas VIII MTsN 1 mengajak siswanya melakukan praktik pemisahan campuran dengan kromatografi kertas. Tujuan
2
pembelajarannya adalah siswa mampu mengolah informasi tentang metode pemisahan campuran dengan cara kromatografi. Dalam pembelajaran ini guru menerapkan pendekatan saintifik.
ini diharapkan siswa dapat memperoleh informasi tentang metode pemisahan campuran dengan cara filtrasi. Siswa diminta membuat tiga pertanyaan berkaitan dengan tayangan video tersebut.
Di awal, siswa yang sudah dibagi menjadi enam kelompok ditugasi melakukan pengamatan melalui video. Guru sudah menyiapkan video tentang metode pemisahan campuran cara filtrasi melalui proses penjernihan air dengan alat sederhana. Melalui video
Di tahap menanya, siswa mengajukan tiga pertanyaan dan dijawab oleh siswa lainnya. Pertanyaan yang muncul diantaranya apa yang dimaksud dengan campuran, bagaimana cara memisahkan campuran dan sebutkan prinsip dasar metode pemisahan
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
campuran. Untuk tahap mengumpulkan informasi, guru meminta perwakilan dari masingmasing kelompok mengambil bahan percobaan. Secara berkelompok, siswa melakukan percobaan dengan cara kromatografi. Alat dan bahan yang disiapkan kelompok yakni: gelas kimia ukuran 100 ml, gunting, penggaris, kertas saring, spidol warna biru, merah dan hijauh, alkohol dan penjepit kertas.
diminta mencatat hasil percobaan dalam lembar kerja yang saya berikan. Mereka diminta berdiskusi dalam kelompok untuk menyimpulkan hasil percobaan. Pada saat kegiatan mengkomunikasikan, siswa menyajikan data percobaan ke dalam laporan tertulis. Lalu perwakilan siswa mempresentasikan hasilnya di depan kelas. “Dengan kertas saring yang dicelupkan cairan alkohol menjadi warna-warni. Misal
nya sampel tinta merah bila dicelup pelarut akuades seperti alkohol maka terbentuk komponen warna ungu, merah muda dan kucing. Komponenkomponen warna akan terpisah satu sama lain berdasarkan perbedaan daya serapnya pada kertas,” kata salah satu kelompok dalam presentasinya. Untuk kelompok yang membuat laporan tertulis yang runtut dan jelas berhak mendapatkan coklat dari guru yang sudah disiapkan sebelumnya.
Langkah pertama, kertas saring digunting membentuk menjadi persegi dengan ukuran 1cm x 10cm. Kedua, buatlah noda tinta pada kertas saring dengan spidol (biru, merah dan hijau) berjarak + 2 cm dari ujung bagian bawah. Langkah selanjutnya, jepitlah ujung kertas saring bagian atas dengan menggunakan penjepit kertas. Lalu masukkan alkohol ke dalam gelas kimia sebanyak 20 ml. Masukkan ujung bawah kertas saring ke dalam gelas kimia yang sudah berisi alkohol, usahakan noda tinta tidak ikut terendam. Kemudian, tunggulah beberapa saat sehingga alkohol mengalir ke atas membasahi noda tinta, amati dan catat apa yang terjadi. Terakhir, ulangi percobaan di atas dengan menggunakan warna tinta spidol yang lain, kemudian buatlah kesimpulan dari hasil percobaan tersebut! Sebagai kegiatan mengasosiasi, siswa
Hasil laporan percobaan siswa yang ditulis pada lembar kerja.
Ilmu Pengetahuan Alam
3
Media puzzle untuk belajar rumus kimia sederhana.
MTsN 3 Medan, Sumatera Utara
Media Puzzle Menentukan Rumus Kimia Secara Praktis Oleh Khalida Agustina Guru IPA MTsN 3 Medan Setelah saya mengajarkan IPA kelas VII dengan materi unsur dan rumus kimia dengan metode ceramah, saya melihat siswa sulit memahami materi rumus kimia yang merupakan konsep bersifat abstrak. Untuk itu saya mengembangkan media berupa puzzle pembelajaran untuk memudahkan siswa memahami konsep penulisan rumus kimia sederhana. Puzzle adalah sejenis permainan yang dibuat dari kertas kardus bekas seperti pada gambar. Keuntungan dari penggunaaan media puzzle dalam pembelajaran penulisan rumus kimia adalah 1) siswa dapat menemukan cara yang relatif mudah dalam menuliskan rumus kimia, 2) siswa lebih cepat mengerti konsepkonsep kimia dalam penulisan rumus kimia karena melakukan peragaan langsung dan rumus yang diperoleh merupakan hasil temuan sendiri dari kombinasi media puzzle, 3) penggunaan waktu lebih efektif dan efisien dalam
4
membimbing siswa untuk memahami konsep-konsep penting dalam penulisan rumus kimia, 4) pembelajaran kimia terasa lebih rekreatif dan menyenangkan. Media puzzle dalam pembelajaran penulisan rumus kimia terdiri dari dua model yaitu model kation yang terdiri dari kation positif satu, positif dua, positif tiga, dan model anion yang terdiri dari anion negatif satu, negatif dua, dan negatif tiga. Media dapat dibuat menggunakan bahan yang murah dan mudah didapat seperti kardus, sandal bekas, gabus, triplek dan lain-lain. Masing-masing model kation dan anion dapat dibedakan dengan warna misalnya warna merah untuk model kation dan hijau untuk model anion. Model kation memiliki tonjolan satu untuk kation positif satu, tonjolan dua untuk kation positif dua, dan tonjolan tiga untuk kation positif tiga, masingmasing disebut model jantan. Model anion memiliki lekukan satu
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
untuk anion negatif satu, lekukan dua untuk anion negatif dua, dan lekukan tiga untuk anion negatif tiga, masingmasing disebut model betina. Kombinasi antara model kation dengan model anion, seperti yang diperlihatkan pada gambar. Rumus kimia suatu zat menggambarkan komposisi dari partikel yang menyusun zat tersebut dan dinyatakan dengan lambang unsur-unsur atau jumlah atom relatif unsur dari suatu senyawa. Rumus senyawa molekul (kovalen) biner merupakan rumus senyawa yang dibentuk melalui ikatan kovalen yang hanya terdiri dari dua jenis unsur. Untuk memudahkan menuliskan rumus senyawa molekul biner unsur yang terdapat lebih dahulu dalam urutan berikut ditulis di depan: B – Si – C – S – As – P – N – S – I – Br – Cl – O – F. Contoh rumus kimia Amonia ditulis NH3 bukan H3N, H2O bukan OH2 dan sebagainya. Rumus senyawa ion
adalah senyawa yang dibentuk melalui ikatan ion antara kation (ion positif) dan anion (ion negatif) dan ditentukan oleh perbandingan muatan ion dan anionnya. Cara Menggunakan Media Puzzle 1. Lakukan kombinasi antara molekul kation dengan model anion seperti yang diperlihatkan pada gambar di bawah ini :
K+
A-
2+
A
2-
3+
A
3-
K K
Na
Na+
Na+ 2+
2. Hasil kombinasi antara kation dan anion seperti yang terlihat pada tabel berikut : A KA KA2 KA3
A K2 A KA K2 A 3
3-
A K3 A KA3 KA
3. Kesimpulan dari kombinasi pada tabel sebagai berikut : n
Km+
+
m
An-
4. Contoh penggunaan puzzle membentuk senyawa:
Cl
-
Dalam waktu singkat siswa mampu menuliskan 100 rumus kimia dengan menggunakan media puzzle tersebut. Dalam kelompoknya siswa berbagi menuliskan 100 rumus kimia tersebut dengan jumlah anggota yang ada. Siswa juga terlihat menikmati permainan menyusun puzzle.
NaCl
KnAm
NO43-
PO43-
SO42- AsO43-
1
2
3
S2-
OH-
Br-
CrO4-
CN-
ClO4-
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
3+
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Ag+
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Ca
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
K+
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
Mg Al
2+
Kation/Anion K+ K2K3-
+
laporan kegiatan siswa berupa rumus kimia sesuai tabel.
NaCl
5. Lengkapilah kombinasi kation dengan anion no 1 s/d 100 Pada tabel di bawah dengan rumus kimia dan beri nama senyawanya, dalam hal ini gunakan media puzzle! Hasil pembelajaran dengan menggunakan media puzzle dapat dilihat dari produk
K+
Satu set alat media pembelajaran rumus kimia berjumlah 18 buah model yang terdiri dari 9 buah model kation (jantan) dan 9 buah model anion (betina).
2-
Cl
A-
Model Kombinasi Kation dan Anion
-
+
3-
Cr
+
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
Ba2+
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
3+
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
NH4
Fe
Hasil pembelajaran dengan menggunakan media puzzle dapat dilihat dari produk laporan kegiatan siswa berupa rumus kimia sesuai table. Dalam waktu singkat siswa mampu menuliskan 100 rumus kimia dengan menggunakan media puzzle tersebut. Dalam kelompoknya siswa berbagi menuliskan 100 rumus kimia dengan jumlah anggota yang ada. Siswa juga terlihat menikmati permainan menyusun puzzle sehingga pembelajaran tidak monoton tetapi menyenangkan.
Ilmu Pengetahuan Alam
5
Siswa memberi perlakuan pada tumbuhan putr i malu. Hasilnya mereka presentasikan di kelas.
MTsN Lamno, Aceh Jaya
Pelajari Gerak dan Perubahan Tumbuhan dari Putri Malu Oleh Nita Heriyati SPd Guru IPA MTsN Lamno Kami memanfaatkan lingkungan sekolah yang luas dan terdapat banyak tumbuhan putri malu sebagai media pembelajaran IPA untuk melihat gerak dan perubahan tumbuhan. Setelah menjelaskan tujuan percobaan, siswa diberikan bahan bacaan tentang gerak pada tumbuhan agar siswa mendapatkan pemahaman awal. Setiap kelompok mendapatkan lembar kerja, lilin, korek api, es batu, dan pengukur waktu. Kemudian siswa mencari tumbuhan putri malu yang terdapat di halaman sekolah, Setiap anggota kelompok diberi tanggung
6
jawab dan tugas masing-masing. Ada siswa yang memegang pengukur waktu dan menghitung reaksi sentuhan, ada siswa yang bertugas menyentuh putri malu dengan menggunakan tangan, menggunakan lilin dan es batu, serta ada siswa yang bertugas mencatat hasil percobaan.
dengan menggunakan lilin. Semua tahapan perlakuan ini dilakukan sebanyak tiga kali. Mereka mengamati dan mencatat kecepatan respons tumbuhan putri malu terhadap rangsangan dengan pengukur waktu dan proses kembalinya putri malu pada posisi awal.
Setiap kelompok memberi perlakuan pada putri malu dengan menyentuh menggunakan ujung jari tangan pada bagian atas daun, menyentuh menggunakan ujung jari tangan pada tangkai daun putri malu, memberikan suhu dingin dengan cara mendekatkan es batu di bawah permukaan daun, dan memberikan rangsangan suhu panas di bawah permukaan daun
Setiap kelompok mempresentasikan hasil eksperimen yang dilanjutkan dengan membuat laporan secara individu. “Dari berbagai perlakuan yang diberikan, bagian yang paling sensitif adalah bagian daun,” kata salah seorang siswa dalam presentasinya.
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
Siswa mewancarai petugas kantor pemantau gunung berapi dan mengamati Seismometer, alat pemantau aktivitas gunung berapi.
MTsN Janarata, Bener Meriah, Aceh
Belajar Aktivitas Pemantauan Gunung Berapi Oleh Lasma Farida SAg Guru IPA MTsN Janarata Gunung Bumi Telong yang berjarak sekitar 10 Km dari sekolah merupakan salah satu gunung api aktif di Provinsi Aceh. Untuk mengurangi resiko bencana terhadap masyarakat, pemerintah mendirikan kantor pemantauan gunung berapi. Dalam materi tata surya sub bab gejala penampakan alam pada siswa kelas IX semester 2, saya membawa siswa mengunjungi kantor pemantau gunung berapi ini. Saya membentuk siswa menjadi empat kelompok kecil. Setiap kelompok mendapat lembar kerja yang memandu data yang perlu diambil, seperti potensi bencana, penanggulangan bencana, dan dampak dari adanya gunung berapi. Di lokasi, siswa mengumpulkan data dengan metode
wawancara, pengamatan serta membaca buku, dan data yang dipajangkan di kantor pemantau gunung tersebut. Siswa dapat memperoleh langsung informasi untuk persiapan menghadapi letusan gunung berapi (siaga bencana) sebagai upaya untuk menghindari atau memperkecil jumlah korban jiwa. Siswa juga mengetahui proses yang dilakukan untuk pengawasan atau pemantauan gunung berapi serta peralatan untuk pengawasan gunung. Siswa juga mendapatkan penjelasan dan dapat mengambil kesimpulan tentang keterkaitan sumber air panas dengan kesuburan tanah di sekitar gunung. Siswa juga belajar tentang bagian-bagian gunung berapi seperti saluran magma di permukaan bumi sehingga siswa dapat menjelaskan pengaruh proses-proses yang terjadi
di lapisan litosfer terhadap perubahan zat dan kalor. “Kami jadi paham kesuburan tanah pertanian kopi juga dampak dari adanya gunung berapi di daerah ini. Kami juga dapat mengetahui sumber air panas yang membuktikan gunung berapi tersebut masih aktif dan kewajiban pemerintah memantau gunung tersebut selama 24 jam,” kata Deddy, salah seorang siswa. Siswa lainnya mengakui lebih paham bagaimana tanda-tanda gunung akan meletus, bahayanya, dan upaya yang harus dilakukan jika terjadi bencana. Siswa juga bangga dapat memperoleh pembelajaran tentang peralatan pencatat gempa Seismometer dan melihat cara kerjanya secara langsung. Dari kunjungan ini, siswa menjadi lebih terampil dalam melakukan pengamatan dan menulis laporannya.
Ilmu Pengetahuan Alam
7
Siswa sedang mengamati pertumbuhan tanaman kacang hijau dan menuliskan hasilnya pada lembar pengamatan.
MTsN Janarata, Bener Meriah, Aceh
Jadi Peneliti dengan Mengamati Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau Oleh Lasma Farida SAg Guru IPA MTsN Janarata Untuk membangkitkan minat siswa menjadi seorang peneliti, hal ini dapat dilakukan melalui pembelajaran. Misalnya, melalui pembelajaran IPA yang saya asuh dengan materi perkembangbiakan generatif. Saya mengajak siswa melakukan penelitian dengan judul “Mengamati Panjang Akar dan Batang Kacang Hijau Selama 4 Hari”. Tujuan pembelajarannya yaitu siswa dapat mendeskripsikan hubungan pertambahan panjang akar dan batang tanaman kacang hijau
8
selama 4 hari, sehingga memudahkan siswa mengetahui perkembangbiakan generatif secara cepat. Harapannya, siswa dapat memahami keberlangsungan hidup suatu tanaman dengan cara mengintentifikasi melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakan. Siswa secara langsung dapat melihat pengaruh cahaya matahari dalam proses pertumbuhan dan perkembangan kacang hijau. Mereka juga dapat mengetahui manfaat barang bekas sebagai media pembelajaran dan sekaligus membentuk karakter siswa yang bertanggung jawab, sabar, teliti, serta bekerja sama.
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
Pada langkah awal, siswa menanam biji kacang hijau dalam gelas air minum kemasan bekas yang sekelilingnya diberi lubang kecil dengan label nama peneliti (kelompok), jumlah bibit, nama bibit, media, tanggal pembibitan. Lalu diberi tanda dengan menggunakan penggaris untuk mengetahui ukurannya. Lima gelas bibit yang ditanam per kelompok ditempatkan pada ruang terbuka sehingga memperoleh cahaya matahari dan terlindungi. Selanjutnya, siswa menyiapkan lembar tabel pengamatan dengan menyantumkan nomor dan tanggal,
pengamatan panjang akar (mm/cm), pengamatan panjang batang (mm/cm), perkembangan akar, perkembangan batang, dan perkembangan daun. Selama 4 hari tabel pengamatan diisi sesuai dengan apa yang diamati dari tanaman tersebut. Banyak hal yang positif dari penelitian ini. Di antaranya, salah seorang siswa mengungkapkan rasa keingintahuannya. “Setiap pagi hari setiba di sekolah, kami sangat bersemangat untuk melihat pertumbuhan tanaman kami. Hasilnya kami tulis pada tabel pengamatan dan melakukan penyiraman,” kata Safriani.
mencintai tanaman dan sadar akan lingkungan sekitar,” kata Adi, salah seorang siswa. Sebagai daerah pertanian dan salah satu penghasil kopi terbaik di dunia, saya berharap siswa akan melanjutkan tradisi menjadi peneliti ini, sehingga mereka dapat menciptakan perkembangbiakan generatif kopi yang menjadi andalan daerah kami. Sebagai langkah awal, setiap kelompok diberi tugas menanam bibit kopi dan melihat perkembangannya selama satu tahun.
Keingintahuan siswa dalam proses perkembangbiakan generatif ini terjawab langsung dengan hasil riset mereka, bukan hanya membaca dan melihat pada buku teks saja. Siswa dapat melihat dan menjawab langsung mengapa gelas bibit harus diberi lubang, bagaimana hubungan akar, batang dan daun, berapa hari tumbuhan membutuhkan waktu untuk tumbuh, ketika tumbuh bagaimana posisi akar, dalam waktu berapa hari akar dan daun mulai terlihat, berapa hari akar dan batang sama panjang, kapan akar lebih panjang dan sebaliknya. Semua hasil temuan siswa ini, dipresentasikan di depan kelas. Mereka sadari ternyata terjadi kompetisi dalam perkembangbiakan sebuat tanaman dalam satu wadah. “Ternyata tidak semua bibit yang disemai akan hidup. Kami jadi
Siswa juga merawat tanaman kacang hijau yang mereka tanam dengan menyiraminya.
Ilmu Pengetahuan Alam
9
Kelompok kromatografi sedang mempresentasikan hasil percobaannya.
MTsN Turikale Maros, Sulawesi Selatan
Membuat Proyek Percobaan Pemisahan Campuran Melaksanakan pembelajaran IPA dengan kegiatan percobaan, sudah menjadi ciri khas Ibu Kasmiatang Kadir. Dia juga kerap menerapkan model pembelajaran berbasis proyek. Seperti pembelajaran berikut ini.
Oleh Kasmiatang Kadir SPd Guru IPA MTsN Turikale Salah satu kompetensi dasar (KD) pembelajaran IPA yang ingin dicapai untuk siswa kelas VII adalah memahami karakteristik, serta perubahan fisik dan kimia pada zat yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan seharihari. Saya membuat indikator pencapaian KD siswa yaitu memahami
10
prinsip dan terampil melakukan pemisahan campuran dengan metode filtrasi, kristalisasi, sublimasi, destilasi, dan kromatografi. Pembelajarannya didesain berlangsung dua kali pertemuan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis proyek.
buku paketnya yang terkait dengan materi pembelajaran selama 10 menit. Setelah itu siswa mengungkapkan jawabannya berdasar hasil bacaannya. Saya sampaikan jawaban-jawaban tersebut akan dibuktikan melalui kegiatan percobaan.
Pada kegiatan apersepsi, saya mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa. Pernahkah kalian pikirkan, (1) Bagaimana mengubah air keruh menjadi air jernih? Bagaimana air laut menjadi garam? Bagaimana pengharum ruangan yang padat menghasilkan bau? (2) Apa yang harus kalian lakukan untuk mengubahnya? (3) Apa yang terjadi jika baju putihmu terkena tinta hitam?
Kegiatan inti pembelajaran pada pertemuan pertama adalah menyusun perencanaan proyek pemisahan campuran. Siswa saya bagi menjadi lima kelompok heterogen yang setiap kelompok mendapat tugas berbeda, yaitu melakukan pemisahan secara sublimasi, destilasi, kromatografi, filtrasi, atau kristalisasi.
Saya mempersilakan siswa membaca
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
Setiap kelompok mendapatkan lembar kerja, serta alat dan bahan yang digunakan. Semua kelompok
mendiskusikan jadwal kegiatan percobaan, tempat pelaksanaan, cara membuat laporan mulai dari judul, tujuan, alat dan bahan, langkah kerja, simpulan, berdasar contoh-contoh laporan yang sudah dibuat sebelumnya. Saya juga memberikan rubrik penilaian kepada setiap ketua kelompok untuk memonitor anggota kelompoknya. Pertemuan pertama di akhiri dengan presentasi rencana desain proyek percobaan yang akan dipraktikkan di rumah. Pada pertemuan kedua, kegiatan intinya berupa presentasi hasil percobaan yang sebelumnya telah dilakukan di rumah. Kelompok sublimasi (pemisahan campuran dari padat ke gas tanpa mencair terlebih dulu) menunjukkan laporan hasil percobaan, serta alat dan bahan yang digunakan seperti botol air mineral 600 ml 1 buah, paku, sabun, gunting, dan isolasi bening. Cara kerjanya, botol aqua dilubangi dengan menggunakan paku, kemudian botol dipotong pada bagian bawah, dan sabun dimasukkan ke dalam botol tersebut. Botol yang telah dipotong disatukan kembali dengan menggunakan isolasi bening. Produk pun jadi. Berdasarkan penuturan siswa, sabun disebut mengalami sublimasi karena sabunnya perlahan menguap atau perubahan dari benda padat menjadi uap. Penguapan juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar seperti pengaruh udara.
Hasil simpulan yang dibuat siswa setelah melakukan percobaan kromatografi. Pada kelompok destilasi (pemisahan campuran dengan menggunakan pemanasan sampai titik didih sehingga terpisah filtrate aslinya) bahan yang dipersiapkan adalah kompor, panci, air sumur, dan garam. Proses yang mereka lakukan adalah air sumur dicampurkan dengan garam sebagai pengganti air laut. Air tersebut dipanaskan di atas kompor, uap yang dihasilkan ditampung dan dikumpulkan pada penutup. Secara bergantian setiap kelompok melaporkan hasil percobaannya. Guru juga memberikan penguatan tentang prinsip metode pemisahan campuran, manfaatnya, serta penerapan prinsip-
prinsip pemisahan campuran dalam kehidupan sehari-hari. Terakhir, hasil laporan kelompok dikumpulkan. Aquarium Mini untuk Belajar Ekosistem Buatan Agar materi ekosistem buatan dapat dipelajari siswa kelas VII lebih bermakna, saya mengajak siswa belajar dari akuarium mini yang dibuat sendiri di sekolah. Pada pertemuan sebelumnya, siswa sudah diajak belajar pengamatan langsung ke lingkungan sekitar sekolah untuk belajar ekosistem alami. Pada pembelajaran kali ini, siswa diharapkan dapat menentukan bentuk-bentuk interaksi yang terjadi pada ekosistem
Ilmu Pengetahuan Alam
11
buatan dan menganalisis peran komponen biotik dan abiotik berdasarkan pengamatan ekosistem buatan yang telah dibuat. Guru memberikan lembar kerja dan penjelasan singkat tentang cara membuat akuarium mini, dan tugas pengamatannya. Adapun alat dan bahan yang digunakan setiap kelompok antara lain: 1. Botol bekas air kemasan plastik 1500 ml yang telah dipotong 2. Pinset 3. Air bersih 4. Ikan betok berukuran kecil 1 ekor 5. Ikan betok ukuran sedang 1 ekor 7. Siput sawah ukuran sedang 1 ekor 8. Hidrylla sp sebanyak 1/2 gr 9. Batu kerikil 30 butir Setelah akuarium mini selesai dibuat, siswa mengamati ekosistem dalam akuarium tersebut, yaitu interaksi yang terjadi antara biotik dan biotik, biotik dan abiotik, serta abiotik dan abiotik. Dalam ekosistem buatan di akuarium mini tersebut, siswa mendapatkan data bahwa komponen biotik dan abiotik selalu berinteraksi membentuk hubungan yang saling ketergantungan. Contohnya ikan memerlukan udara untuk bernapas, tumbuhan hydrilla memerlukan cahaya untuk berfotosintesis. Selain itu ada juga ketergantungan komponen abiotik terhadap komponen biotik, misalnya kerikil dan kotoran ikan dapat memberikan pupuk
12
Guru mendampingi siswa yang sedang melakukan pengamatan interaksi yang terjadi dalam ekosistem buatan di akuarium mini.
bagi tumbuhan yang membuatnya menjadi lebih subur. Pada saat presentasi hasil pengamatan, ada juga salah satu kelompok yang menemukan adanya kompetisi pada interaksi biotik dengan biotik yaitu untuk mendapatkan makanan antara ikan besar dan ikan kecil. Mereka menyimpulkan dalam ekosistem
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
terjadi interaksi baik antara komponen abiotik dengan komponen biotik, interaksi antara sesama komponen biotik, atau interaksi antara sesama komponen abiotik. ”Karena itu penting bagi kita menjaga kelestarian ekosistem lingkungan sekitar kita,” kata salah seorang siswa dalam presentasinya.
Guru sedang mendampingi siswa melakukan uji coba perambatan sinar dengan media sederhana di ruang meditasi IPA. Di ruang Meditasi IPA, siswa dapat menggunakan media untuk membuktikan konsep IPA yang dipelajari.
MTsN Peanornor, Tapanuli Utara, Sumatera Utara
Buat Ruang Meditasi IPA Media pembelajaran diperlukan untuk mem-bantu siswa memahami konsep IPA. Pada kenyata-annya media pembelajaran IPA tidak selalu tersedia di sekolah maupun di lingkungan sehingga perlu dibuat sendiri. Oleh sebab itu guru IPA dituntut kreatif membuat media. Guru dapat mengajak siswa bersama-sama membuat membuat media pembelajaran. Salah satu kelas di MTsN Peanornor, Tapanuli Utara, memiliki banyak media pembelajaran IPA. Siswa menyebut kelas itu Laboratorium IPA. Tetapi Desmila Manurung SPd, lebih senang menyebutnya sebagai ruang meditasi.” Itu bukan laboratorium IPA, mereka menyebut begitu, karena mereka ingin punya laboratorium IPA,” terang Ibu Desmila. Ibu Desmila mempunyai alasan memilih istilah meditasi. Alumnus IKIP HKBP Nommensen itu ingin siswanya fokus dan senang belajar IPA. Di ruang itu ia membuat dan mengumpulkan berbagai media pembelajaran. Setiap
kali belajar IPA, siswa diajak menggunakan media-media itu. ”Saya ingin di sana mereka seperti bermeditasi dan menemukan obat,” tukas Ibu Desmila. Obat yang dimaksudnya adalah praktik nyata dari konsep IPA. Sebagai guru IPA, dia menyadari kesulitan siswa belajar IPA. Siswa sering gagal memahami konsep IPA karena tidak tahu penerapannya di dunia nyata. ”Di sini mereka menggunakan media guna membuktikan konsep fisika yang mereka pelajari. Jadi konsepnya sesuai dengan dunia nyata,” terangnya. Ibu Desmila sudah banyak membuat media pembelajaran. Dia memanfaatkan bahan-bahan sederhana dan berbiaya murah. Bahkan sering membuat media dari barang-barang bekas. Setelah membuat dan mengumpulkan media, Ibu Desmila dihadapkan pada masalah merawat media-media itu. Banyak media yang rusak setelah dipakai oleh siswa. Menghadapi
masalah ini punya cara bagus. Ia selalu mendokumentasikan setiap media yang dibuat. Hasil dokumentasi itu Ia tunjukkan kepada siswa di awal tahun pembelajaran. ”Tujuannya agar siswa tahu media yang dulu dibuat kakakkakaknya,” katanya lagi. Setelah itu, dia meminta siswa membuat media yang sama. Ketika membuat media itu, siswa mengalami proses pembelajaran. Mereka secara langsung menemukan konsep IPA yang mereka pelajari. Media yang dibuat menjadi semakin baik pula. ”Jadi ada tiga keuntungan, siswa bisa menemukan konsep pembelajaran, media yang dibuat lebih bagus, dan media selalu tersedia untuk digunakan,” tukasnya. Praktik pembelajaran kontekstual di MTsN Pearnornor membuat sekolah itu rutin mendapat kunjungan belajar. Sejumlah sekolah dari Sibolga dan Tarutung melakukan studi banding. ”Kami juga sering diundang mengikuti pameran pendidikan,” ungkapnya.
Ilmu Pengetahuan Alam
13
MTsN Teunom Aceh Jaya, Aceh
Siaga Bencana dengan Simulasi Gunung Berapi Siswi MTsN Teunom Aceh Jaya memeragakan simulasi letusan gunung berapi dengan media pembelajaran yang dibuatnya.
dibeli di pasar sebagai model lava,” ungkap Ridwan SPd, guru kelas VIII MTsN Teunom Aceh Jaya.
Wilayah Indonesia berada di atas kawasan cincin api pasifik, tempat bertemunya lempeng-lempeng tektonik utama dunia. Oleh sebab itu Indonesia memiliki ratusan gunung berapi yang terdapat di sepanjang Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Maluku Utara. Kondisi ini menyebabkan sewaktu-waktu Indonesia dapat mengalami bencana alam gunung meletus, seperti yang pernah terjadi pada Gunung Merapi di Yogyakarta, Gunung Sinabung di Sumatera Utara, dan Gunung Kelud di Kediri. Letusan
14
gunung-gunung ini ditandai dengan keluarnya material lava dari dalam kantung magma. ”Siswa perlu dibelajarkan tentang gunung api dan dampaknya. Pembelajaran tentang gunung api dilakukan dengan membuat model simulasi gunung api. Untuk membuat model gunung api diperlukan bahan-bahan yang ada di lingkungan, yaitu pasir atau tanah untuk membuat model gunung api, botol bekas air mineral sebagai dapur dan saluran magma, larutan asam cuka dan soda kue yang bisa
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
Cut Rika Ramadhani, siswa kelas VIII menuangkan asam cuka dalam sebuah selang yang terhubung dengan pompa dan sebuah alat peraga di hadapannya. Teman-teman kelompoknya ikut membantu menuangkan soda dan pewarna dalam sebuah lubang pada alat peraga yang berbentuk puncak gunung. Selanjutnya asam cuka dipompa sehingga mengeluarkan cairan merah. Alat peraga yang mereka rancang bersama itu bernama Simulasi Gunung Berapi yang menghasilkan magma (lahar merah) pada lereng pegunungan. Pak Ridwan yang membimbing siswa MTsN Teunom Aceh Jaya tersebut berharap dengan menggunakan alat peraga itu siswa dapat memahami proses letusan gunung berapi. “Dengan simulasi ini siswa lebih paham proses gunung berapi karena
kita tidak mungkin membawa siswa pada situasi nyata apalagi saat terjadinya ledakan gunung berapi,” jelas Ridwan. Selain memahami letusan sebuah gunung, siswa juga diajak memahami jalur evakuasi, cara pengungsian yang benar dan tempat pertemuan (berkumpul) jika terjadi bencana. Oleh karena itu alat peraga yang mereka buat bersama dari karton dan busa bekas tersebut juga memperlihatkan hamparan jalan, sekolah, rumah penduduk, pepohonan dan persawahan. “Dengan memperhatikan arah angin dan magma soda yang keluar dari alat
peraga gunung berapi, kami juga dapat mempelajari jalur evakuasi dan tempat berkumpul yang benar saat terjadinya bencana. Selain itu, kami juga mengetahui radius yang aman untuk mengungsi dan bersiaga saat terjadinya bencana gunung berapi,” jelas Rika.
Langkah-langkah pembuatannya:
Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat simulasi gunung berapi yang meletus adalah sebagai berikut:
1. Siapkan botol plastik yang sudah disediakan lalu masukkan soda kue secukupnya ke dalam botol tersebut.
1. Botol plastik bekas ukuran kecil atau sedang
2. Tambahkan bahan pewarna merah dan aduk sampai merata sehingga terlihat merah.
2. Sedotan untuk mengaduk 3. Larutan asam cuka
4. Soda kue (baking soda) 5. Bahan pewarna merah (pewarna kain atau pewarna makanan) 6. Tanah liat atau pasir
3. Letakkan botol yang sudah diisi soda kue dan pewarna tadi di atas lantai atau papan kayu. 4. Tutupi sisi botol tersebut dengan tanah liat atau pasir sampai menyerupai bentuk gunung dengan mulut botol dibiarkan terbuka. 5. Masukkan cuka sedikit demi sedikit ke dalam botol yang berisi soda kue dan pewarna lalu aduk dan biarkan. 6. Cuka akan bereaksi dengan soda kue yang mengakibatkan soda kue meluap ke atas dan keluar melewati mulut botol dan turun mirip dengan material lava yang sedang dikeluarkan gunung api yang sedang meletus.
Dengan alat dan bahan yang sederhana, simulasi letusan gunung berapi dapat dipelajari di kelas.
Ilmu Pengetahuan Alam
15
MTsN Teunom, Aceh Jaya
Stetoskop dari Corong Minyak
Dengan stetoskop sederhana ini, detak jantung dapat lebih didengar dengan jelas.
CORONG minyak ternyata bisa menjadi media pembelajaran dan menumbuhkan semangat belajar siswa. Ridwan SPd, guru MTsN Teunom Aceh Jaya, membuktikannya. Ia merangkai corong minyak menjadi alat untuk mendengarkan detak jantung atau
16
stetoskop. Stetoskop adalah alat yang dipakai oleh dokter untuk mendengarkan bunyi jantung dan paru-paru pada pasien. Stetoskop menggunakan prinsip bunyi merambat melalui udara. Stetoskop dapat digunakan sebagai
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
media pembelajaran Bunyi dan Sistem Transportasi pada Manusia di SMP/MTs. Media pembelajaran tersebut berbahan 1 corong minyak ukuran sedang, 30 cm selang air dengan diameter 6 mm, 30 cm selang air diameter 5 mm, 1 selotip bening, gunting, dan lem perekat.
Cara merangkainya: 1. Selang pertama dilubangi dengan diameter 5 mm tepat pada bagian tengah. Pada ujung selang kedua (diameter 5 mm) tambahkan lem secara merata. 2. Masukkan ujung selang kedua yang sudah diberi lem pada lubang yang ada di tengah selang pertama sampai membentuk huruf T. Sambungan direkat dengan selotip supaya tidak bocor. 3. Hubungkan ujung selang kedua dengan corong minyak dan direkatkan dengan selotip hingga kuat (pastikan tidak bocor).
secara bergantian menghitung detak jantung teman yang sedang santai dan membandingkan jumlah detak jantung setelah beraktivitas. Hasilnya, dengan hitungan normal rata-rata 72 kali per menit, denyut jantung waktu beraktivitas lebih tinggi daripada normal” kata Nazalia Asrita, salah seorang siswa. Nazalia juga menuturkan, eksperimen itu dapat membangun kerjasama tim dalam pembelajaran yang kooperatif. Dengan begitu, siswa bisa menemukan hasil eksperimen sendiri dan memahami materi.
4. Stetoskop siap digunakan. Pak Ridwan telah memakai media ini dalam pembelajaran. ”Dengan menggunakan metode pembelajaran yang efektif, penggunaan alat peraga yang mudah dijangkau dan relevan bisa membantu meningkatkan pemahaman siswa,” jelas Pak Ridwan. Menurutnya merakit stetoskop bersama-sama lebih memotivasi kreativitas siswa. Guru dapat menambah penjelasan lain misalnya dalam membuat media ini siswa harus menggunakan bahan yang ramah lingkungan. Guru juga dapat mendorong siswa supaya kreatif dalam bereksperimen. ”Kami dapat mengetahui kapan jantung kontraksi dan relaksasi. Kami juga dapat menghitung jumlah denyut jantung selama 1 menit. Kami juga
Membuat stetoskop sederhana dari bahan-bahan yang mudah ditemui.
Ilmu Pengetahuan Alam
17
MTsN 2 Medan, Sumatera Utara
Buat Kompor Bertenaga Matahari Oleh Dedy Gunawan Hutajulu Wartawan Harian Analisa, Medan Salah satu kompetensi yang dibelajarkan bagi siswa SMP/MTs adalah memahami konsep energi, menganalisis perubahan energi, menerapkan pemanfaatan energi ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dapat belajar mempraktikan penerapan energi ramah lingkungan yaitu energi matahari dengan membuat Kompor Bertenaga Matahari, seperti yang dilakukan siswa di MTsN 2 Medan. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran berbasis proyek, seperti yang disarankan dalam Kurikulum 2013. Habibul Khoir Lubis, siswa MTsN 2 Medan berhasil membuat kompor bertenaga matahari hanya dengan modal Rp.30.000,-. Kompor ini dikerjakan Habibul selama masa liburan sekolah guna memenuhi tugas IPA yang diberikan gurunya.
Habibul mempresentasikan cara pembuatan dan penggunaan kompor bertenaga matahari.
18
Hasil karya Habibul telah dipresentasikan pada kegiatan kunjungan Walikota Medan dan Konsul AS untuk Pulau Sumatera yang mengunjungi sekolahnya. Pada waktu
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
presentasi Habibul sedikit grogi ketika semua mata mulai mengarah kepadanya. Suaranya perlahan membahana kala berbicara di depan puluhan tamu penting. Walikota Medan Drs Rahudman Harahap MM, Konsul AS untuk Pulau Sumatera Kathryn A Crockart, dan puluhan pejabat Pemerintah Kota Medan dengan tekun menyimak Habibul mempresentasikan penggunaan kompor tenaga surya yang dia kembangkan. Kompor tenaga surya ini sebenarnya bukan murni terobosan Habibul. Ia mendesain ulang apa yang sudah ditemukan Horace de Saussure pada 1767. Kala itu Horace berhasil memanfaatkan energi surya sebagai bahan bakar kompor rancangannya. ”Saya mendapat informasi dari internet,” tukas Habibul. Lalu bagaimana cara membuatnya? Bahannya hanya kardus bekas mie instan, aluminium foil, cat hitam, lem dan gunting. “Bentuk kardus menyerupai kotak ataupun panel kompor tenaga surya. Gunting kertas timah sesuai lebar dalam kardus, lalu tempelkan. Gunting karton hitam sesuai lebar luar kardus, kemudian rekatkan. Usahakan bagian dalam bawah kardus berwarna hitam. Selesai.”
Kompor bertenaga matahari karya siswa MTSN Medan, bisa dibuat memasak.
Kelihatannya mudah bukan. Namun perlu diketahui, karena prinsip utama kompor ini adalah mengandalkan tenaga surya. Maka sebaiknya digunakan saat sinar matahari memadai, biasanya antara pukul 9 pagi hingga pukul 2 sore. Hal lain yang perlu diindahkan, kecepatan angin, ketebalan panci, jumlah dan ukuran bahan yang dimasak, dan banyaknya air yang digunakan. Semua itu akan memengaruhi kecepatan masaknya bahan makanan. Prinsip kerja alat ini juga mudah dipahami. Pertama, pemusatan cahaya matahari. Kedua, mengubah cahaya menjadi panas. Ketiga, memerangkap panas. Almunium foil berfungsi untuk memusatkan cahaya. Sedangkan cat hitam ditujukan untuk menangkap panas. Kedua material ini membuat panas terperangkap dalam kotak.
Kotak inilah yang disebut kompor. Pembuatan kompor tenaga surya penting dibelajarkan kepada siswa. Di tengah gembar-gembor isu pemanasan global serta krisis energi yang mendera negeri ini, rasanya pemanfaatan kompor tenaga surya patut kita lirik. Indonesia adalah negara tropis dengan sinar matahari yang bersinar sepanjang tahun sehingga sangat sesuai jika mengembangkan kompor dengan memanfaatkan energi matahari. Dengan menggunakan alat yang ramah lingkungan ini, kita sudah bisa menekan pemakaian bahan bakar seperti minyak, gas, dan kayu bakar yang setiap saat dapat habis.
itu. Sambil melahap pisang, Rahudman mengacungkan jempol. Para undangan pun bertepuk tangan. Selamat buat Habibul.
Tulisan merupakan reportase yang berjudul Memanfaatkan Kompor Bertenaga Surya yang diterbitkan Harian Analisa (7/5/2013). Disarikan kembali dengan persetujuan penulis.
Drs Rahudman Harahap MM menguji kompor tenaga surya Habibul. Ia pun tak ragu menyantap pisang yang direbus dengan kompor tenaga surya
Ilmu Pengetahuan Alam
19
Berbagai jenis model mikroskop kreatif karya ibu Kasmiatang yang dibuat dengan memanfaatkan bahanbahan yang mudah didapat.
MTsN Turikale Maros, Sulawesi Selatan
Mikroskop Berbiaya Murah, Mirip yang Asli Oleh Kasmiatang Kadir SPd Guru MTsN Turikale Maros, Sulawesi Selatan Sebelumnya di sekolah saya hanya ada satu mikroskop yang dipakai untuk belajar di tiga kelas. Saya berpikir bagaimana cara membuat sendiri alat alternatif pengganti mikroskop yang mahal itu. Saya kemudian mencoba berinovasi memperbesar penglihatan
20
objek dengan menggunakan mistar plastik, botol aqua, gelas kaca yang diisi air, mangkok kaca, dan botol parfum. Terakhir saya gunakan botol minyak gosok. Di antara alat-alat tersebut botol minyak gosok memberikan hasil terbaik. Mula-mula kertas tulisan yang ada di bagian luar botol dibuka dan dibersihkan. Botol diisi air sampai penuh, dengan cara dimasukkannya ke
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
dalam baskom yang berisi air. Mulut botol ditutup dan ditekan memastikan tidak ada gelembung yang bisa menghalangi pengamatan. Gelembung dapat menghalangi fokus sehingga objek preparat tidak nampak. Setelah itu, lumut saya letakkan di atas meja preparat, dan saya amati. Rumbai-rumbai lumut kelihatan lebih jelas dan botol minyak gosok lebih efektif dibanding dengan bahan lainnya.
Namun bagaimana botol tersebut bisa dirangkai menjadi mikroskop? Bersama siswa, saya mencoba merangkai dengan bahan lainnya dan menempatkan botol yang berfungsi sebagai lensa objektif. Mikroskop yang kami buat rangkaiannya adalah sebagai berikut: Botol plastik bekas air mineral
sebagai tubus, mulutnya sebagai lensa okuler,
Tiga buah balok dengan ukuran
yang berbeda, satu sebagai lengan berukuran 22 cm, dan satu sebagai penghubung lengan dengan tubus dengan ukuran 8 cm, dan lainnya sebagai kaki dengan ukuran 12 cm.
Dua buah tutup botol sebagai
makrometer atau sekrup pengarah kasar.
Tiga buah paku yang berfungsi
sebagai penghubung, dua buah paku sebagai penyangga meja objek, dua buah paku sebagai pelekat tutup botol, dan dua buah paku di simpan di atas objek.
Karton sebagai meja objek dan
Cara Membuat Potong tiga buah balok dengan ukuran 22 cm, 12 cm, dan 8 cm dan rangkai dengan paku. Tempelkan penutup botol plastik pada bagian balok penghubung lengan dengan dua buah paku ke lengan mikroskop sebagai penyangga meja preparat. Gunting karton persegi berukuran 11 cm, dan lubangi bagian tengah dengan ukuran diameter 1 cm. Gunting bagian yang akan ditempelkan ke lengan mikroskop dengan ukuran 4 cm dan letakkan di atas paku. Potong bagian bawah botol plastik. Lubangi botol tersebut sesuai ukuran mulut dan bagian bawah botol minyak gosok. Masukkan botol minyak gosok ke dalam lubang. Supaya tidak ada celah antara botol minyak gosok (lensa objektif) dengan botol plastik (tubus), botol ditekan dengan paku pada bagian depan, dan belakang persis di atas botol minyak gosok. Lekatkan botol plastik di balok (lengan mikroskop) dengan menggunakan karet. Sekarang siap untuk digunakan, letakkan preparat yang telah dibuat.
menaik-turunkan tubus. Objek preparat terlihat besar dan jelas pada jarak fokus kurang lebih 1,5 cm sampai 5 cm. Sedangkan mekanisme penggunaan mikroskop sederhana dari bahan karton adalah menyimpan preparat di atas meja sediaan, memilih lensa objektif (botol yang telah berisi air, sesuai dengan ukuran pembesaran yang diinginkan), memegang botol tersebut sambil mengamati objek preparat. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan botol yang lebih besar akan menghasilkan pembesaran yang lebih besar. Botol minyak gosok juga bisa diganti dengan jenis botol kaca yang tidak berwarna lainnya. Keunggulan mikroskop ini, alat dan bahannya mudah didapat, pembuatannya juga relatif mudah, hasil yang didapatkan mirip dengan aslinya. Jika pengamatan dilakukan di tempat terbuka hasil dan perbesarannya semakin jelas.
penahan cermin, cermin berfungsi sebagai sumber cahaya.
Karet yang berfungsi untuk
melekatkan tubus dengan lengan mikroskop.
Lakban untuk melekatkan paku
dengan tubus sehingga tubus dapat berbentuk pipih.
Pisau untuk memotong botol.
Cara Menggunakan Mikroskop sederhana dari balok dan bambu digunakan dengan menaikkan tubus dan meletakkan preparat di atas meja sediaan (meja preparat) dan memastikan objek preparat tepat di atas lubang. Jarak fokus diatur dengan
Ilmu Pengetahuan Alam
21
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
MTsN 2 Tangerang, Banten
Buat Matematika Jadi Favorit Bapak Akidin MPd, guru matematika MTsN Tigaraksa, membuat matematika menjadi mata pelajaran yang menjadi pavorit siswa.
Proyek Membuat Miniatur Madrasah Bapak Akidin mengajak siswa kelas IX membuat miniatur madrasah untuk menerapkan konsep kesebangunan dalam pemecahan masalah. Siswa dibentuk dalam empat kelompok yang berjumlah 8-9 siswa. Kemudian setiap kelompok mendapat lembar kerja yang berisi panduan membuat miniatur gedung MTsN Tigaraksa, serta meteran untuk mengukur. “Kalian akan membuat tugas proyek membuat miniatur sekolah. Tugas ini dikerjakan dalam empat kali pertemuan. Hari ini kalian akan mengukur luas madrasah untuk menjadi dasar dalam membuat miniatur madrasah,” terang Pak Akidin kepada siswanya. Dalam proses pengukuran siswa berbagi wilayah, ada yang mengukur bagian gedung, lapangan, halaman depan, dan luas seluruh sekolah. Semua siswa tampak asyik menikmati
24
Setelah melakukan pengukuran dan menggambar madrasah, siswa dalam kelompok kecil bekerja sama membuat maket miniatur madrasah dalam bentuk tiga dimensi.
mengukur. Setelah selesai mengukur, setiap kelompok menyampaikan data hasil pengukurannya, dan setiap kelompok saling melengkapi. Pada pertemuan kedua, guru menugaskan siswa untuk membuat gambar miniatur madrasah. ”Setelah kalian mendapatkan ukuran madrasah, sekarang setiap siswa akan menerapkan konsep kesebangunan dengan menggambar miniatur madrasah. Kita akan menggunakan skala 1:100,” kata Pak Akidin lagi. Setelah gambar miniatur madrasah selesai dibuat, pada pertemuan ketiga dan keempat siswa membuat miniatur
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
madrasah dalam bentuk tiga dimensi. Setiap kelompok sebelumnya telah patungan untuk membeli alat dan bahan yang diperlukan, seperti triplek, karpet, lem, gunting, kayu seukuran korek api, dan kertas karton dengan ketebalan 3 mm. Berdasar gambar dan ukuran yang sudah dibuat, siswa mulai berbagi tugas membuat miniatur madrasah. Ada yang mengukur kertas, ada yang menggunting, dan ada yang menempelkannya pada triplek yang sudah dilapisi karpet. “Dengan pembelajaran ini, para siswa mempraktikkan konsep kesebangunan, perbandingan senilai, pengukuran, dan bangun ruang sisi datar,” kata Pak
Akidin. Setelah selesai membuat miniatur madrasah, setiap kelompok secara bergantian berpresentasi di depan kelas. Gunakan Rumus Luas Permukaan Balok untuk Tentukan Harga Modal Lemari Pada pembelajaran lainnya, Pak Akidin mengajak siswa kelas VIII menemukan rumus luas permukaan balok untuk diterapkan dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari. Dia membuka sesi pembelajaran dengan menunjukkan sebuah gambar kepada para siswa dan menanyakan gambar apakah yang ditampilkan. “Kotak obat,” jawab seorang siswa. “Bentuknya apa?” tanya Pak Akidin. “Ada yang kubus, ada yang balok,” jawab siswa.
penyederhanaan rumus dan menarik kesimpulan bahwa ru-mus luas permukaan balok 2 (pl + lt + pt).
ditemukan bersama, para siswa melakukan penghitungan luas permukaan balok sebagai berikut:
Kemudian guru mengundang dua siswa perwakilan dari salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasilnya. Ternyata kelompok lainnya memiliki jawaban yang sama, sehingga guru melanjutkan ke tahapan selanjutnya, yaitu menugas-kan siswa untuk mencari luas permukaan sebuah balok dengan panjang 12 cm, lebar 8 cm dan tinggi 6 cm. Dengan menggunakan rumus yang sudah
= 2 (pl + pt + lt) = 2 (96 + 72 + 48)= 432 cm2 Guru lalu memberi dua soal yang menggunakan masalah yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Soal pertama adalah “Nesti ingin membungkus kotak kado menggunakan sampul kertas kado yang berbentuk balok dengan panjang 25 cm, lebar 12 cm dan tinggi 10 cm. Berapa luas kertas kado minimal yang
Guru membagikan lembar kerja (LK) dan model balok dari kotak kemasan ke setiap kelompok siswa. Siswa membuka kotak kemasan tersebut sehingga tampak jaring-jaringnya dan ditempelkan di kertas karton. Lalu siswa memberi nomor pada setiap bidang kotak dan menuliskan bagianbagian panjang, lebar, dan tinggi pada jaring-jaring seperti gambar di bawah. Setiap kotak dari jaring-jaring yang berbentuk persegi panjang dituliskan rumus luasnya. Setelah menemukan rumus setiap bidang dan menggabungkan semua rumus tersebut, siswa melakukan
Pak Akidin sedang mendampingi siswa di kelompok kecil menemukan luas balok dari jaring-jaring model balok dari kotak bekas kemasan.
Matematika
25
dibutuhkan Nesti untuk membungkus kotak tersebut?” Soal kedua adalah, “Seorang tukang kayu akan membuat lemari berbentuk balok pesanan pelanggannya. Panjang, lebar dan tinggi masing-masing 1m, 0,5 m dan 2 m. jika harga kayu Rp 200.000 / m2, harga politur (pewarna) Rp 150.000/m2. Harga asesorisnya Rp.100.000 dan biaya jasa pembuatannya Rp 500.000, berapa harga modal lemari tersebut?” Guru berkeliling kelas untuk mendampingi proses kerja kelompok dan bertanya jawab dengan para siswa. “Kebutuhan kayu dapat dicari berdasarkan luas permukaannya. Berapa luas permukaannya? Apakah sudah ada yang tahu?” tanya guru. “Luas permukaannya 7m2,” jawab salah seorang siswa. “Harga kayu permeter Rp 200.000. Jadi berapa biaya kayunya?” tanya guru. “7 x Rp 200.000 Pak,” jawab siswa. “Lemari akan dilapisi dengan plitur. Harga politur Rp150.000 /m2.Yang mau diplitur berapa luasnya? 7 m2. Berarti 7 dikalikan harga plitur, lalu dijumlahkan dengan biaya lain. Kita bisa menemukan harga lemari itu,” jelas guru lagi. Selanjutnya perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka. Untuk soal pertama, siswa menemukan bahwa luas permukaan balok adalah 1.340 cm2.
26
Jaring-jaring balok yang sudah diberi label oleh siswa untuk memudahkan menghitung luas permukaan balok dan menemukan harga jual lemari.
Berikut adalah hasil perhitungannya: = 2 (pl + pt + lt) = 2 {(25 x 12) + (25 x 10) + (12x10)} = 2 (300+250+120) = 600 + 500 + 240 = 1340 cm2
= 2 (0,5 + 2 + 1) = 7 m2 Harga jual lemari = (harga kayu x luas permukaan) + (politur x luas permukaan) + asesoris + jasa = (200.000x7)+(150.000x7)+100.000+ 500000 = Rp 3.050.000,-
Sementara untuk soal kedua, siswa menemukan bahwa harga jual lemari adalah Rp 3.050.000. Berikut adalah hasil perhitungan siswa untuk mendapatkan harga lemari: 2 (pl+pt+lt) = 2 {(1x1/2) + (1x2) + (2.1/2)}
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
“Jadi kalian sudah mampu menghitung harga modal lemari. Bukan hanya untuk buat lemari, tapi banyak hal yang dapat menggunakan rumus permukaan balok,” kata Pak Akidin. Pembelajaran ditutup dengan kegiatan refleksi.
Temukan Rumus Luas Juring dan Panjang Busur dengan Mudah Pada pembelajaran matematika lainnya, Pak Akidin mengajak siswa kelas IX menemukan rumus luas juring dan panjang busur. “Sebelum memulai aktivitas kelompok, coba perhatikan di sekitar kita benda-benda yang berbentuk lingkaran,” tanyanya kepada siswa. Sontak siswa beberapa siswa menjawab pertanyaan gurunya. Benda-benda di dalam kelas yang disebut siswa seperti jam dinding, tutup botol, dan lampu. “Siapa yang hafal rumus luas lingkaran?” tanya Pak Akidin sekali lagi. Seorang siswa menyebutkan rumus lingkaran secara lantang kemudian Pak Akidin membenarkannya. “Sekarang kita masuk pada kegiatan inti. Tolong siapkan alat dan bahan seperti penggaris, jangka, busur derajat, benang, spidol kecil, gunting, kertas HVS dan kertas plano di kelompok kalian! Saya akan bagikan LK yang berisi langkah-langkah kerja. Silakan kalian bekerja dalam kelompok sesuai petunjuk dalam LK.” Demikian instruksi yang diberikan Pak Akidin kepada seluruh siswa yang sudah terbagi dalam kelompok kecil. Siswa mulai aktif bekerja membentuk lingkaran, menggunting, berdiskusi dan menuliskan temuan-temuan yang diperoleh. Pada lingkaran yang dibuat siswa, mereka membuat jari-jari 10 cm dengan membentuk sudut pusat 90
derajat. Lingkaran tersebut digunting dan ditempel di kertas plano. Lalu siswa membandingkan luas kedua juring lingkaran untuk menemukan rumus luas juring. Dari nilai-nilai perbandingan sudut, luas juring dan panjang busur, siswa menggunakan benang untuk mengukur panjang busur. Pada tahap ini, siswa harus membuat kesimpulan. Temuan kelompok menyata-kan bahwa luas juring berbanding lurus dengan besar sudut pusat atau panjang busur. Artinya, semakin besar ukuran sudut pusat juring atau ukuran panjang busurnya, maka semakin besar luas juring tersebut. Untuk menentukan rumus luas juring, siswa harus membandingkan besar sudut juring yang sudah ditemukan dengan sudut lingkaran penuh 360 derajat, dan membandingkan luas juring dengan luas lingkaran berdiameter penuh. Hasil temuan ditulis di kertas plano untuk ditempelkan di dinding kelas.
Hasil karya siswa menemukan rumus luas juring dan panjang busur.
“Setiap kelompok memilih juru bicara yang akan tetap tinggal dan berdiri di samping kertas plano yang ditempel. Sisanya, silakan melakukan kunjung karya untuk bertanya, memberi komentar dan memberi penilaian atas hasil kerja kelompok lain,” seru Pak Akidin di akhir kerja kelompok. Siswa yang mendapatkan komentar dari kelompok lain diminta untuk merespons komentar tersebut melalui juru bicara yang sudah ditunjuk.
Matematika
27
Siswa menyusun bentuk persegi panjang.
MTsN Cisaat, Cirebon, Jawa Barat
Ayo Temukan Rumus Luas Lingkaran Oleh Agus Sudjono MPd Guru MTsN Cisaat Siswa terbiasa menggunakan rumusrumus matematika tanpa mengetahui dari mana rumus itu diperoleh. Sepertinya siswapun tidak peduli tentang hal tersebut. Karena itu pembelajaran yang difasilitasi oleh Bapak Mahmud MPd, guru kelas VIII, menguraikan cara menurunkan rumus luas lingkaran dengan cara yang sederhana. Mengawali pembelajaran, guru memberi pertanyaan kepada siswa: “Siapa yang pergi ke sekolah naik sepeda ?”Seorang siswa menjawab : “Saya, pak.” Guru melanjutkan, “Pernahkan kamu menghitung berapa kali kamu harus mengayuh sepeda untuk sampai ke sekolah?” Jawab siswa, “Tidak pernah menghitung pak.” Pada saat kalian mengayuh sepeda, roda sepeda akan berputar. Setiap satu
28
kali mengayuh sepada, roda berputar satu putaran dan sepeda bergerak sejauh putaran roda sepeda tersebut. Menghitung jarak yang ditempuh sepeda itu tidak lain adalah menghitung keliling roda sepeda tersebut. “Karena roda sepeda berbentuk lingkaran, ada yang masih ingat rumus keliling lingkaran?” Seorang siswa menjawab rumus keliling lingkaran adalah 2r. “Nah, rumus keliling lingkaran ini yang akan kita gunakan pada penurunan rumus luas lingkaran.” Selain itu, luas bangun datar lainnya, seperti berikut ini:
1. 2. 3.
BANGUN DATAR Persegi panjang Jajaran genjang Segitiga
4.
Trapesium
NO
Selanjutnya siswa dibagi dalam kelompok dengan tugas menyiapkan bahan-bahan beserta kelengkapannya. Setiap kelompok diberi tugas yang berbeda yaitu membuat lingkaran pada kertas yang tersedia, kemudian dipotong menjadi juring-juring kecil sebanyak 16 bagian dengan ukuran dan bentuk yang sama. Kemudian yang semula berbentuk lingkaran diubah menjadi bentuk bidang datar lain sesuai tugas yaitu berbentuk persegi panjang, jajaran genjang, segitiga atau trapesium.
Setelah terbentuk dilanjutkan menghitung luas daerah bidang datar yang baru RUMUS tersebut. Hasil Pxl rangkuman perhitungan axt siswa dapat dilihat 1 sebagai berikut: axt 2 1 2
(alas+atas)xt
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
Beberapa jaring-jaring lingkaran dalam berbagai bentuk.
Matematika
29
MTsN Sibolga, Sumatra Utara
Gunakan Bayangan untuk Hitung Tinggi Benda
1 Pembelajaran saya mulai dengan pemberian motivasi. Saya katakan kepada siswa kalau kita akan belajar menghitung tinggi benda-benda. Saya yakinkan bahwa gedung yang tinggi bisa diketahui tingginya tanpa harus memanjatnya. Cukup dengan bantuan rol kayu dan sebuah kayu berbentuk “T” siswa pasti bisa menentukan tinggi
30
sebuah benda. Saya memberikan lembar kerja (LK) kepada siswa. Saya meminta siswa keluar kelas untuk menghitung benda-benda yang ada di sekitar sekolah, seperti tiang bendera dan pepohonan. Siswa langsung bekerja sama di kelompok dengan berpandu pada LK. Langkah pertama, siswa mencari bayangan tiang bendera.
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
2 Keterangan Foto: (1) Siswa menggunakan meteran untuk mengukur panjang bayangan. (2) Siswa mencatat hasil ujicoba dan melaporkannya. (3) Sketsa matematis penentuan tinggi benda.
Setelah siswa mendapatkan bayangan, saya minta mereka mengukur jarak antara pangkal tiang bendera dengan ujung bayangan. Setelah itu siswa menuliskan hasilnya di selembar kertas. Langkah kedua, saya menempatkan kayu berbentuk huruf “T” sejajar dengan bayangan. Kemudian siswa mengukur jarak dari letak benda berhuruf “T” dengan ujung bayangan. Karena tinggi benda berhuruf “T” sudah diketahui, maka siswa bisa langsung menghitung tinggi tiang bendera (lihat gambar). Hanya saja, di
Kota Sibolga matahari tidak selalu hadir. Fenomena cuaca kota di tepi pantai selalu ekstrim dan susah di tebak. Matahari tidak selalu bersinar dan kadang hujan lebih sering datang. Untuk menyiasati keadaan itu, saya menggunakan sinar buatan dari senter sebagai pengganti matahari. Tapi cara ini hanya sebagai ilustrasi di kelas. Cara kerjanya sama seperti menggunakan matahari. Benda yang akan kami ukur, kami sinari dengan lampu senter. Kemudian kami mencari bayangan yang dihasilkan sorotan sinar senter itu. Setelah berhasil
menemukan ujung bayangan, kami mene-ruskan proses penghitungan dengan meletakkan benda berhuruf “T”. Proses selanjutnya, kami mengukur jarak antar benda berhuruf “T” dengan ujung bayangan. Setelah hasilnya diketahui, kami sudah bisa menghitung tinggi benda. Setelah praktik di luar kelas selesai, saya melanjut-kan pembelajaran dengan memberi soal-soal. Hasilnya cukup memuaskan, siswa mampu menjawab dengan baik soal-soal yang diberikan.
Sketsa Matematis Penentuan Tinggi Benda
B 3
D
E
C
Benda yang dicari tingginya
A
Dari gambar di samping berlaku perbandingan sebagai berikut: CE : CD = AE : AB AB = CD x AE CE AB CD AE CE
= Tinggi Benda = Panjang Kayu T = Panjang bayangan = Jarak kayu T dan ujung bayangan
Matematika
31
Siswa dalam kelompok, merancang strategi permainan kartu perkalian
MTsN 2 Banjarnegara, Jawa Tengah
Aku Buat Kartunya, Aku Buat Aturannya, Asyik... Dari penjajakan dan pre-test materi dasar matematika pada siswa kelas VII MTsN 2 Banjarnegara diperoleh fakta bahwa 78 persen siswa belum menguasai perkalian bilangan antara 1 sampai 10, ada 15 persen siswa yang belum begitu lancar dan hanya 7 persen yang menguasai perkalian dengan baik. Dengan kondisi tersebut, hampir semua materi perhitungan dalam matematika akan menjadi rumit bagi siswa. Itulah yang menjadi penyebab utama mereka kurang menyukai matematika.
perkalian dan pembagian. Tahap awal saya membagi 45 siswa kelas VIIB dalam kelompok kecil dengan anggota 4-5 siswa. Setiap kelompok menerima 100 lembar kartu kosong. Kemudian ketua kelompok membagi tugas kepada anggotanya untuk menuliskan perkalian bilangan antara 1 sampai 10 tanpa ada hasil perkaliannya (untuk 5 kelompok) dan 5 kelompok lain membuat soal pembagian di bawah 100. Setelah 20 menit kartu yang sudah dibuat dikumpulkan dan dikocok secara acak.
Untuk mengatasi masalah tersebut, saya melakukan permainan kartu
Tahap kedua, selama 15 menit tiap kelompok merancang sebuah bentuk
32
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
permainan yang dianggap menarik, misalnya permainan membuat pertanyaan, kemudian siswa menuliskan aturan permainannya pada selembar kertas HVS. Tahap ketiga, selama 15 menit kelompok mengadakan simulasi permainan kartu sebelum dipresentasikan di kelompok lain. Selanjutnya, selama 15 menit ketua kelompok membawa kartunya pada kelompok lain dan mempresentasikan penggunaan kartu yang dimilikinya, kemudian dicobakan pada kelompok yang dikunjungi. Tahap keempat, permainan kartu
berakhir dan tiap siswa kembali pada kelompoknya. Suasana menjadi ramai dan menyenangkan ketika permainan ini dicobakan. Berbagai strategi dimunculkan siswa, ada yang berpasangan, ada juga yang berkelompok. Salah satunya yang dilakukan Andini dan kelompoknya. Permainan yang diciptakan Andini yaitu membuat pertanyaan sebanyakbanyaknya dan digilir dari pemain satu ke pemain yang lain.Yang giliran mendapat permainan membuat pertanyaan dan yang pertama menjawab sesuai gilirannya berusaha menjawab soal yang diterimanya. Ada juga kelompok berpasangan yang bermain cepat-cepatan dalam menjawab dan menghabiskan kartu yang dipegangnya. Semakin cepat dan benar jawabannya, kartu yang dipegangnya akan habis dan menjadi pemenang.
Pembelajaran ini tidak hanya dilakukan dalam kelas saat itu saja, tapi saya dan siswa membuat komitmen bersama untuk melakukannya di sela-sela waktu kosong, istirahat, pergantian jam, maupun saat di rumah. Siswa yang belum maksimal dalam memahami operasi bilangan saya minta untuk sering bermain kartu ini dan mereka senang melakukannya. Tahap terakhir, semua siswa menulis refleksi dari pembelajaran yang berlangsung. Di luar dugaan, yang tadinya 90 persen siswa tidak suka pelajaran matematika, setelah selesai pembelajaran, seratus persen siswa menjadi sangat suka. Alasannya, matematika itu asyik dan menyenangkan. Secara kompak siswa bertanya, “Besok pelajarannya apalagi ya, Bu? Apa yang harus saya lakukan untuk menyiapkannya?” Sejak itu saya selalu dijemput siswa setiap ada jam
pelajaran matematika. Selama 2 minggu setiap ada waktu istirahat, saya melihat adanya permainan kartu tersebut di dalam kelas. Hal ini menunjukkan bahwa minat dan motivasi belajar matematika siswa kelas VII sudah tumbuh. Hasil belajar mereka juga meningkat, yaitu 80 persen siswa mempunyai nilai di atas 60 pada ulangan harian pertama. Ternyata dengan siswa membuat kartu dan menciptakan sendiri aturannya, mereka lebih merasa memilki pemainan ini. Saya lihat mereka terus mengembangkan model dan strategi bermainnya. Hal itu membuat mereka menjadi lebih kreatif.
Manfaatkan waktu istirahat untuk bermain kartu perkalian dan pembagian
Matematika
33
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
MTsN 2 Tangerang, Banten
Ciptakan Siswa Kreatif melalui Bahasa Indonesia Gunakan Foto Agar Siswa Menulis Cerpen Menulis cerita pendek berdasarkan foto dapat membantu siswa kelas IX yang kesulitan dalam mencari ide penulisan. Pembelajaran ini bertujuan agar siswa dapat menulis cerita pendek berdasarkan peristiwa nyata yang dialami siswa. Peristiwa dan pengalaman siswa itu terdapat dalam foto yang dibawa siswa. Cerpen halaman satu dari tiga halaman karya siswa yang ide ceritanya diambil dari foto yang dibawa siswa.
Bapak Ahmad Hanapiyah, guru MTsN 2 Tangerang, membuat siswa yang belajar bahasa Indonesia tidak hanya mampu berbahasa Indonesia yang baik, tetapi berhasil membuat siswanya kreatif. Berikut adalah beberapa pembelajaran di kelas VII dan IX yang dia fasilitasi.
Sebelum pembelajaran siswa diminta untuk membawa foto dirinya bersama keluarga atau teman dalam suatu peristiwa atau kegiatan. Untuk menemukan inspirasi menulis, siswa diberi kesempatan untuk meng-amati orang-orang dalam foto, mengingat kejadian bahkan mungkin konflik yang muncul. Kemudian hasil pengamatan dan pengalaman siswa tersebut dituangkan dalam lembar kerja yang menyangkut kata kunci 'apa, mengapa, bagaimana, siapa, di mana dan kapan'. Setelah itu siswa membuat garis besar ide cerita yang akan ditulisnya. Langkah selanjutnya, siswa diminta berpasangan dengan teman yang duduk di sebelahnya. Teknik curhat (curah pendapat) dilakukan dengan tujuan melatih dan menggali kedalaman dan kelancaran ide penu-
36
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
lisan cerpen. Berdasar curhat tersebut, siswa mengembangkan garis besar cerita menjadi tulisan cerita pendek. Usai menulis, cerpen karya siswa saling ditukar dengan teman. Kemudian secara berkelompok siswa menyatukan lembaran cerpennya ke dalam satu kumpulan cerpen. Siswa berbagi peran, ada yang menjadi ilustrator sampul, penulis kata pengantar, penyusun cerpen secara alfabetis, dan penjilid. Hasilnya, ada empat kumpulan cerpen dalam satu kelas. Siswa merasa senang dengan pembelajaran ini dan merasa tidak kesulitan untuk menulis. Menceritakan Fabel dengan Peta Konsep dan Cerita Berpasangan Fabel menjadi salah satu materi pembelajaran di kelas VII.6 yang saya bimbing di semester dua. Fabel ini dapat dipelajari secara teks maupun lisan. Kemampuan membaca teks fabel berupa memahami fungsi, struktur, dan ciri kebahasaan fabel. Kemampuan tersebut menjadi dasar dalam kemampuan lisan yaitu menceritakan fabel. Saya menerapkan teknik pembuatan peta konsep garis besar cerita dan cerita berpasangan. Pada pertemuan sebelumnya, siswa diberi tugas untuk mencari teks fabel dari buku cerita,
majalah, atau internet. Mereka boleh mencatat ulang teks, membawa buku atau majalahnya, serta mencetak dari internet. Guru memastikan bahwa yang dibawa siswa benar merupakan fabel. Di awal pembelajaran, siswa mencurahkan pendapat tentang manfaat menceritakan fabel dan pengalaman mereka bercerita. Siswa lalu menyimak cerita fabel yang disampaikan oleh guru. Guru lalu bertanya kepada siswa tentang hal-hal apa saja yang harus dikuasai saat seorang bercerita seperti yang guru contohkan. Siswa lalu menyimpulkan hal-hal yang harus dikuasai dalm bercerita yaitu struktur cerita atau garis besar cerita, volume suara, intonasi, ekspresi, dan interaksi. Kegiatan berikutnya, siswa secara individu membaca fabel dari teks masing-masing. Selanjutnya, mereka menuliskan garis besar cerita atau struktur fabel ke dalam peta konsep. Struktur peta konsep itu terdiri dari orientasi (pengenalan tokoh, latar), komplikasi (masalah), resolusi (penyele-saian), dan koda (perubahan nasib tokoh dan pesan cerita). Tujuan pembuatan peta konsep ini agar siswa memahami garis besar cerita sehingga memudahkan mereka untuk menceritakan kembali isi fabel. Untuk menarik minat, guru mempersilakan siswa membuat gambar peta konsep yang beragam sesuai keinginan siswa. Ada yang
Siswa sedang saling menceritakan karya fabel buatannya secara bergiliran di kelompok. berupa kotak, segitiga, awan, bahkan kepala binatang sesuai tokoh cerita seperti kancil, gajah, dan kura-kura. Dalam menentukan struktur ini, siswa tidak menemukan masalah karena sudah pernah membuat analisis struktur fabel dalam materi pertemuan sebelumnya. Setelah itu, siswa berpasangan dengan teman di sebelahnya untuk berlatih bercerita secara bergantian. Mereka saling bertukar peta konsep dan memberi tahu temannya jika ada garis besar cerita yang terlewatkan. Siswa bercerita garis besar cerita menggunakan kalimat sendiri dan tidak harus sama dengan kalimat teks sehingga tidak terpaku pada teks atau hapalan. Pada saat bercerita, tampak siswa ada yang tersendat-sendat, ada yang tertawa, ada yang saling mengingatkan, terlihat akrab dan antusias. Mereka
diminta untuk mengomentari kejelasan volume suara, kelancaran bercerita, variasi intonasi, serta kontak mata. Selanjutnya, siswa berkelompok dan ditugaskan untuk bercerita secara bergiliran di dalam kelompok masingmasing. Sebagai panduan penilaian bercerita teman, siswa berpandu pada lembar pengamatan penilaian bercerita yang merupakan kesepakatan pada awal pembelajaran yaitu pengua-saan struktur fabel, volume suara, intonasi, ekspresi, dan interaksi. Secara bergiliran siswa menyampaikan cerita fabel seperti Kelinci yang Sombong, Monyet yang Angkuh, Rubah dan Kambing, Kancil dan Gajah, dan lainnya. Selesai bercerita, siswa diminta untuk menentukan satu karya siswa terbaik. Tiga siswa terbaik mendapat nominasi calon peserta lomba bercerita di perpustakaan daerah.
Bahasa Indonesia
37
Siswa wawancara tentang pembuatan bakwan., berdiskusi, dan presentasi di depan kelas.
Menyajikan Teks Prosedur Berdasarkan Hasil Pengamatan Lingkungan Sekolah
dur secara individu dan mendiskusikan dalam kelompok tentang struktur teks dan ciri kebahasaan.
Memberikan pemahaman yang abstrak kepada siswa akan lebih mudah jika dimulai dari hal yang konkret. Itulah yang mendasari Bapak Ahmad Hanapiyah melakukan pembelajaran menulis teks prosedur membuat atau melakukan sesuatu dengan meminta siswa kelas VII MTsN 2 Tangerang Banten untuk mengamati proses atau keadaan di lingkungan sekolah secara langsung.
Pada pertemuan kedua ini, siswa dalam kelompok mendiskusikan objek pengamatan. Siswa diminta untuk merumuskan pertanyaan dan fokus objek pengamatan. Ada yang menentukan kantin, perpustakaan, UKS, ruang BK, lab IPA, dan lab komputer. Mereka menentukan pokok-pokok pengamatan dan bahan pertanyaan serta berbagi tugas anggota kelompok. Para siswa diberi kesempatan sekitar 15 menit untuk mengamati objek masing-masing. Kelompok perpustakaan mengamati dan tanya jawab tentang cara penataan buku,
Pada pertemuan pembelajaran sebelumnya, siswa saling curah pendapat tentang manfaat teks prosedur. Lalu mereka membaca model teks prose-
38
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
kelompok UKS tentang cara pengobatan luka, hingga kelompok kantin tentang cara membuat makanan. Mereka kembali ke kelas lalu memeriksa catatan pengamatan setiap anggota secara berpasangan dalam kelompok. Setelah itu, setiap kelompok menyusunnya menjadi teks prosedur yang terstruktur dan lengkap. Saat penyusunan, saya mendampingi setiap kelompok untuk meminta mereka memeriksa urutan logis setiap langkah prosedur. Selesai menyusun teks, antarkelompok saling bertukar karya dan memberikan komentar berdasarkan kelengkapan
struktur, kebahasaan, dan kelogisan langkah prosedur. Karya siswa dipajang sebagai apresiasi. Selesai berdiskusi, siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang hal yang kurang paham dan saya memberikan penjelasan penguatan materi. Lalu, saya memberikan pertanyaan penguatan: Mengapa kalian harus dapat menyusun teks prosedur? Bagaimana pemanfaatan teks prosedur itu dalam kehidupan sehari-hari? Selesai evaluasi, siswa diminta menyimpulkan materi pembelajaran. Dari refleksi siswa, dapat diketahui bahwa mereka senang dan lebih paham cara menyajikan teks prosedur berdasarkan pengamatan langsung. Sebagai rencana tindak lanjut, para siswa diberikan tugas individu menyusun teks prosedur berdasarkan hasil pengamatan di lingkungan sekitar rumah mereka.
Laporan tertulis siswa hasil wawancara tentang pembuatan bakwan atau bala-bala.
Bahasa Indonesia
39
Pohon kata buatan guru untuk media siswa membuat puisi. Media ini membantu siswa memperkaya kosa kata dalam membuat puisi.
MTsN Garut, Jawa Barat
Inspirasi Puisi dari Pohon Kata: Sulit Memulai Lebih Sulit Mengakhiri Oleh Rina Rosmayana Guru MTsN Garut Setiap tahun, saat menjelaskan pembelajaran “menulis puisi” pada siswa kelas VII semester 2, siswa spontan mengeluh kesulitan. Kali ini saya mengajarkan puisi menggunakan pohon kata untuk mengatasi permasalahan kesulitan dan keengganan siswa menulis puisi. Langkah pembelajarannya sebagai berikut:
motivasi siswa dengan bermain kata melalui larik berantai. Saya mengatakan satu larik tentang puisi bertema keindahan alam sesuai kompetensi dasar yang akan dipelajari. Lariknya sebagai berikut “Rembulan penuh// .......//Merenda kisah. Mentari tersenyum//..........//Dalam dekap//....... Kunci jawabannya: “Rembulan penuh// Malam bertabur bintang// Merenda kisah” Puisi kedua kuncinya “Mentari tersenyum// Bersanding awan// Dalam dekap// Menghangat.
1. Dalam apersepsi saya membangun
40
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
Dari kegiatan memotivasi siswa hasil dibahas tentang pola puisi Haiku (5-75 suku kata per barisnya), Sonian(6-54-3 suku kata tiap barisnya) dan siswa akan mempelajari puisi bebas yang tidak terikat pola tertentu. 2. Siswa dibagi menjadi 7 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 orang siswa. 3. Selanjutnya siswa mengamati gambar yang berhubungan dengan keindahan alam dalam LK 1 lalu mengisi matrik yang disediakan dengan
pilihan kata yang terinspirasi dari gambar dalam LK 1. Dalam hal ini siswa sudah memiliki pemahaman kata abstrak dan kata konkret. 4. Setiap anggota kelompok adu cepat menyebutkan satu kata dilanjutkan searah jarum jam, dan siswa selanjutnya tidak boleh menyebutkan kata yang sama. Masing-masing anggota minimal mengumpulkan 10 kata untuk satu objek gambar yang diamati. 5. Kelompok yang tercepat menyelesaikan mengerjakan LK 1 diberi tanda bintang se-suai rangking. LK 1 diisi dalam matrik yang diperbesar menggunakan kertas plano. 6. Sebelumnya siswa ditugaskan membuat daun-daun kecil yang sesuai kreasinya. Langkah berikutnya siswa diminta menuliskan kata-kata yang ada di matrik ke daun. Kata-kata konkret yang ditulis dapat membangun imajinasi siswa sehingga memiliki nilai rasa tertentu yang dapat dinikmati oleh panca indra baik penglihatan, pendengaran, perabaan, ataupun perasaan. Siswa juga diperbolehkan mencantumkan turunan katanya. Misalnya “desir, desiran, berdesir, mendesir. Diharapkan dengan ini siswa memiliki kosa kata yang lebih kaya. 7. Selesai menuangkan kata-kata dalam daun, siswa adu cepat kembali merangkai daun tersebut dalam pohon yang disusun di kertas plano. Masing-
masing siswa dalam kelompok memiliki jenis daun dan warna daun yang berbeda sehingga mereka mengenali pilihan kata yang dimilikinya. 8. Selanjutnya window shopping atau belanja hasil karya. Dalam searah jarum jam, siswa diminta berbelanja pilihan kata yang tidak dimiliki untuk menambah koleksinya. 9. Tugas kelompok selesai, tibalah pada tugas yang sesungguhnya, yakni menulis puisi bertema keindahan alam dan pengalaman yang pernah dialami. Siswa mengerjakan LK 2 yang di dalamnya ada informasi tentang Haiku (bentuk puisi baru sepanjang empat larik dengan pola 5-7-5 suku kata perlarik), Sonian (jenis puisi baru puisi), dan puisi bebas beserta tiga contohnya. Dengan berbekal pilihan kata yang ada dalam pohon kata siswa diminta menulis puisi minimal tiga buah. 10. Terakhir, menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan, refleksi siswa, dan memberikan tugas terstruktur mandiri berlatih menulis puisi lalu dikirim kepada guru melalui sms untuk dikomentari. Hal yang berharga dari pengalaman pembelajaran ini, menulis puisi memerlukan pilihan kata yang tepat dan memiliki nilai keindahan. Dengan pohon kata tersebut secara tidak langsung anak belajar diksi dan kosa kata yang sangat berguna saat menulis
sebuah puisi. Melalui kegiatan ini siswa sampai tidak menyadari bahwa kegiatan yang dilakukannya ujung-ujungnya harus menulis puisi. Salah satu siswa bertanya, “Bu, bagaimana lagi permainannya?” Dari pertanyaan itu saya sadar bahwa pada pertemuan ini siswa benar benar terhanyut sedang bermain bukan sedang belajar. Tetapi ada hal yang perlu diperbaiki, terutama dalam pengelolaan waktunya. Pembelajaran ini dilakukan dalam dua kali pertemuan. Sebaiknya dibuat dalam tiga kali pertemuan karena harus ada proses perenungan saat menuangkan dari pohon kata ke dalam puisi. Dampak perubahan dari menulis puisi melalui “Pohon Kata” siswa aktif mengumpulkan kosa kata dengan pilihan kata yang tepat, siswa juga menganggap bahwa menulis puisi tidak sulit terbukti dengan hasil refleksi mereka banyak yang menulis, “Saya senang menulis puisi melalui pohon kata.” Ketuntasan untuk kompetensi dasar ini pun 90 persen di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM). Alhamdulillah, sampai saat ini untuk mewadahi minat menulis puisi, saya membuat grup di Facebook ‘Sonian MTsN Garut’ yang beranggotakan guru bahasa Indonesia yang memberi komentar dan apresiasi terhadap postingan siswa.
Bahasa Indonesia
41
Siswa mengamati guci tua peninggalan masa kerajaan Daya.
MTsN Lamno, Aceh Jaya
Situs Sejarah Poteu Meureuhom, Inspirasi dalam Menulis Oleh Asnida Guru MTsN Lamno Situs sejarah Kerajaan Daya di Lamno, Aceh Jaya, memiliki kisah sejarah yang tidak terpisahkan dengan cerita kegemilangan Kerajaan Aceh masa lalu. Sultan Salathin Alaiddin Ri'ayat Syah, merupakan raja yang memerintah Negeri Daya antara tahun 1480-1508. Beliau, setelah mangkatnya diberi gelar Meureuhom Daya atau Poteu Meureuhom. Saat ini, situs sejarah itu masih terawat
42
rapi, bahkan setiap tahunnya dilakukan kegiatan adat yang digelar setiap Idul Adha. Nah, mengingat megahnya situs sejarah tersebut bagi masyarakat, kami berinisiatif untuk menjadikan objek tersebut sebagai media pembelajaran bahasa Indonesia terutama dalam menulis cerita. Selama ini ada anggapan siswa bahwa menulis cerita sangat sulit sehinga mereka takut dan tidak percaya diri untuk menulis. Dengan memanfaatkan situs sejarah, kami berharap siswa
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
dapat belajar menuangkan sesuatu yang dilihatnya menjadi sebuah tulisan. Selain itu, mengajak siswa untuk menceritakan kembali sejarah sehingga orang yang membacanya lebih paham pada sejarah tersebut. Proses ini juga akan menjadikan pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya menulis lebih menarik dan menyenangkan, sembari memperdalam rasa cinta sejarah dan budaya daerahnya. Strateginya, guru terlebih dahulu menjelaskan tujuan pembelajaran dan
memberikan materi tentang menulis cerita. Selanjunya, siswa bersama guru menuju lokasi situs sejarah secara bersama. Setibanya di lokasi, siswa mendapatkan informasi awal dari petugas situs sejarah sebelum melakukan observasi. Lalu, observasi dilakukan oleh siswa selama 30 menit. Sambil mengamati, siswa juga membuat tulisan yang berkaitan dengan objek sejarah tersebut. Sekembalinya ke sekolah, siswa merapikan tulisan dan guru bertindak sebagai fasilitator untuk menyempurnakan hasil karya tulisan cerita siswa. Diakhir sesi, beberapa siswa menceritakan hasil tulisan mereka di depan kelas dan
guru memberi penguatan tulisan cerita dari hasil kunjungan tersebut. “Sebenarnya kami sering ke tempat ini saat kegiatan adat, namun tidak terpikirkan oleh kami bahwa sebenarnya tempat ini bisa dijadikan media pembelajaran untuk menulis cerita. Dari hasil amatan dan informasi dari petugas situs, kami dengan mudah dapat menulis dan membandingkan antara sejarah awal Kerajaan Kuala Daya dengan keadaan sekarang.” cerita Putri Humaira siswi kelas VIII MTsN Lamno.
terlihat dan siswa lebih bersemangat menulis jika ada suatu objek yang dapat mereka tulis, daripada harus mengarang di dalam kelas. Lainnya, perbendaharaan kata-kata dalam tulisan siswa lebih meningkat. Semoga dengan menulis cerita yang dilakukan sembari mengamati langsung objek peninggalan sejarah ini, bukan saja menambah keterampilan menulis siswa tetapi juga menambah rasa cinta mereka kepada peninggalan sejarah sebagai jati diri bangsa.
Dampak dari kegiatan ini, rasa percaya diri siswa untuk menulis sudah mulai
Siswa mengamati dan memperoleh informasi silsilah kerajaan Daya.
Bahasa Indonesia
43
Siswa sedang meresensi buku dengan menggunakan matrik analisis.
MTsN Bobotsari, Purbalingga, Jawa Tengah
Meresensi Buku Melalui Matriks Analisis Oleh Agung Wisnu Aji MPd MTsN Bobotsari, Purbalingga, Fasilitator USAID PRIORITAS. Pada materi meresensi buku pengetahuan di kelas IXG MTsN Bobotsari, dilaksanakan dua kali pertemuan atau empat jam pelajaran. Pertemuan pertama dilaksanakan pada Senin jam 1-2, dan pertemuan kedua Sabtu Jam 3-4. Pertemuan pertama dan kedua kehadiran siswa 100%. Jumlah siswa 36 terdiri atas 18 laki-laki dan 18 perempuan. Guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran. Adapun
44
urutan proses pembelajarannya sebagai berikut: Sebelum pembelajaran guru perlu menyiapkan bacaan yang akan diresensi oleh siswa. Bacaan yang dipilih seyogyanya disesuaikan dengan kondisi siswa, baik dari tebal buku, maupun isinya. Guru membuat matriks analisis berupa kalimat yang berisi sub tema dalam bacaan serta petanyaan yang akan dijawab oleh siswa. Langkah kegiatan : Pertemuan pertama
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
Kegiatan Pendahuluan diisi dengan pengondisian siswa (salam, mengecek kehadiran siswa, dll), apersepsi, motivasi, penyampaian tujuan pembelajaran, dan ruang lingkup materi pembelajaran. Pada kegiatan inti, guru mengaitkan materi meresensi buku dengan kegiatan bazar buku yang telah dilakukan di sekolah. Siswa akan diminta untuk menganalisis contoh resensi buku. Guru membagikan bahan pengamatan berupa contoh resensi buku, kemu-
dian meminta siswa membaca secara individu. Guru bersama siswa menyimpulkan bagian-bagian (struktur) resensi buku. Siswa dipersilakan untuk memilih salah satu judul buku yang telah disiapkan guru dan membaca membaca senyap selama 20 menit. Siswa membentuk kelompok sesuai dengan judul buku yang dibacanya maksimal 5 anak/kelompok. Siswa menemukan identitas buku yang dibaca bersama kelompoknya. Perwakilan kelompok menyampaikan hasil diskusinya kelompok lain menanggapi. Kegiatan penutup pada pertemuan pertama adalah guru bersama siswa menyimpulkan tentang bagian-bagaian resensi buku dan identitas buku. Guru memberi tugas agar siswa menyelesaikan membaca buku tersebut di rumah. Pada pertemuan kedua, siswa berkelompok sesuai dengan kelompok pada pertemuan pertama. Guru meminta siswa agar membaca sekilas buku yang telah dibacanya. Hal ini penting untuk membangkitkan memori siswa. Guru membagikan matriks analisis yang harus dikerjakan siswa. Perwakilan kelompok menyampaikan hasil analisisnya kelompok lain menanggapi. LK yang dibagikan guru dijadikan panduan bekerja siswa secara individu. Guru meminta kepada siswa untuk
menulis resensi buku yang dibacanya dengan mengembangkan matrik analisis menjadi beberapa paragraf. Pada awal paragraf siswa dapat mengambil paragraf pertama pada prakata atau kata pengantar buku. Hal ini untuk memudah-kan siswa mengawali tulisannya. Paragraf selanjutnya siswa mengembangkan matrik analisis. Pada bagian akhir siswa diminta menulis penilaian buku tersebut. Perwakilan siswa menyampaikan hasil pekerjaannya. Karya siswa kemudian dipajang ditempat yang disediakan. Pada kegiatan penutup, guru bersama siswa menyimpulkan dan merefleksi apa yang telah dilakukan pada pertemuan tersebut. Salah seorang siswa menyampaikan kesan, ”Ia senang dan bisa menulis resensi dengan tepat.” Sebagai pengayaan, guru memberikan tugas membaca buku-buku cerita kemudian berlatih membuat resensi. Hasil resensi buku yang dibuat siswa.
Bahasa Indonesia
45
Siswa menunjukkan surat yang dibuatnya untuk kepala sekolah.
MTsN 3 Kuningan, Jawa Barat
Berbalas Surat Pembaca dengan Kepala Madrasah Oleh Nita Hernawati SPd MTsN 3 Kuningan Salah satu aktivitas pembelajaran menulis surat pembaca yang pernah saya lakukan adalah berbalas surat. Seperti halnya pembelajaran pada materi lain, saya mengelompokkan siswa dalam kelas menjadi enam kelompok kecil. Di awal pembelajaran, siswa diberi contoh surat pembaca untuk dianalisis sehingga mereka paham tentang menulis surat pembaca yang mengikuti kaidah kebahasaan yang baik dan benar. Setelah itu, masing-masing kelompok mengambil undian yang disediakan untuk menentukan objek yang akan
46
mereka amati dan dijadikan objek penulisan. Objek yang diambil disesuaikan dengan kompetensi dasar yaitu tentang lingkungan sekolah, misalnya UKS, masjid sekolah, perpustakaan, kantin sekolah, lab. MIPA, dan lab. Bahasa. Masing-masing kelompok akan mengamati objek yang berbeda. Pada menit berikutnya, seluruh siswa dalam kelompok mengamati secara langsung objek yang terpilih untuk menuliskan hasil pengamatannya serta komentar yang ingin mereka sampaikan kepada pihak sekolah. Waktu pengamatan dibatasi hingga 15 menit saja. Selesai pengamatan siswa kembali
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
masuk ke kelas dan masing-masing anggota kelompok menyampaikan hasil pengamatan mereka di dalam kelompok. Selanjutnya ketua kelompok memimpin diskusi untuk menyusun surat pembaca yang utuh berdasarkan masukan dari semua anggota kelompok. Setelah tersusun, masing-masing kelompok mempresentasikan hasilnya di depan kelompok lain untuk diberi komentar. Surat pembaca yang telah disepakati kelompok berdasarkan komentar dari kelompok lain, disunting dan dituliskan kembali pada kertas folio bergaris atau kertas surat yang telah disediakan.
Apresiasi yang baik dibutuhkan pada karya siswa manapun. Itu menjadi bahan pertimbangan bagi saya untuk memotivasi dan menghargai sekecil apapun karya siswa. Maka dari itu, setelah surat pembaca yang ditulis masing-masing kelompok terselesaikan dengan baik, saya persilakan setiap kelompok untuk mengirimkannya kepada Kepala MTsN 3 Kuningan via POS terdekat. Mengapa mengirim surat via POS menjadi bagian penting dari pembelajaran ini? Karena saya meyakini bahwa anak-anak di zaman sekarang tidak mengenal lebih jauh tentang fungsi kantor POS dan bahkan mungkin banyak dari mereka yang tidak paham bagaimana cara berkirim surat via POS. Langkah selanjutnya yang saya lakukan adalah bekerja sama dengan kepala madrasah untuk turut serta mengapresiasi dengan cara membalas surat pembaca yang ditulis siswa, dan kembali mengirimkan surat balasan tersebut via POS melalui alamat rumah siswa masing-masing. Sungguh aktivitas belajar yang menyenangkan dan membanggakan bagi siswa, karena mereka bisa berbalas surat dengan kepala madrasahnya sendiri. Metode ini cocok dilakukan bagi sekolah yang tidak mempunyai media jurnalistik tulis seperti buletin, majalah, dan surat kabar sekolah. Surat pembaca yang ditulis oleh siswa.
Bahasa Indonesia
47
MTs Al Mukhtariyah, Bandung Barat, Jawa Barat
Perhatikan Kemampuan Individu Siswa dalam Membuat Poster ”Silakan ketua kelompok maju mengambil amplop yang ada di tangan Bapak,” kata Pak Sugandi yang telah menyiapkan amplop yang berisi lembar kerja dan panduan dalam membuat poster yang baik. Setelah berdiskusi menentukan tema dalam poster, setiap kelompok tampak sibuk membuat poster. Pada salah satu kelompok, ada satu siswa yang terlihat tidak terlibat dalam kegiatan kerja kelompok. Ia justru asyik mencoret-coret tempat duduknya. Melihat hal itu, Pak Sugandi memberikan pendampingan khusus untuk kelompok siswa tersebut. Pak Sugandi juga mengarahkan ketua kelompok untuk membagi rata tugas bagi semua anggota kelompoknya. Pak Sugandi sedang mendampingi siswa dalam kelompok kecil untuk memastikan semua anggota kelompok memahami dan dapat melaksanakan tugasnya.
Kemampuan dan kondisi siswa dalam belajar sangat beragam sehingga diperlukan pelayanan pembelajaran yang sesuai kebutuhan dan keunikan individualnya. Hal itu juga menjadi perhatian Sugandi SPd, guru bahasa Indonesia MTs Almukhtariyah Bandung
48
Barat. Pada saat membelajarkan siswa tentang membuat poster, Pak Sugandi memastikan setiap kelompok memiliki 4 anggota dengan kemampuan yang beragam, perpaduan antara siswa yang cepat, sedang, dan lambat belajar.
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
”Sekarang kalian membantu menyelesaikan tugas kelompok sesuai dengan tugasnya ya,” kata Pak Sugandi. Setelah memastikan semua anggota kelompok tersebut bekerja sesuai tugasnya, Pak Sugandi mendampingi kelompok lainnya. Tidak lama berselang, semua kelompok berhasil menyelesaikan poster mereka. Dua siswa perwakilan setiap kelompok secara bergantian mempresentasikan hasil karyanya.
Setiap mendapat kesempatan presentasi dua putaran ke kelompok lain dengan presenter yang berbeda sehingga semua siswa mendapat kesempatan berpresentasi. Usai presentasi, Pak Sugandi memberi siswa tugas secara individu untuk mendeskripsikan poster yang telah dibuat dalam kelompok selama 15 menit. Deskripsi tersebut terdiri atas judul, tujuan, penjelasan tentang poster, dan harapan siswa terhadap orang yang membaca poster tersebut. Belum sampai 10 menit, beberapa siswa tampak sudah menyelesaikan tugasnya dengan baik. Untuk siswa-siswa tersebut, guru memberi tugas tambahan khusus. Ada yang diberi tugas tambahan membuat slogan, dan ada juga yang diminta membantu temannya yang masih kesulitan dalam menyelesaikan tugas mendeskripsikan poster. Tambahan tugas tersebut merupakan pengayaan yang diberikan kepada siswa yang cepat belajar sehingga mereka dapat memanfaatkan waktu untuk menigkatkan kemampuannya. Bagi siswa yang lambat belajar, diberi bimbingan dan dampingan dari teman atau guru sehingga semua dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Siswa yang membantu temannya mendapat kesempatan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuannya karena mereka terlatih menginformasikan kembali hal yang dikuasai kepada orang lain.
Poster hasil karya siswa.
Bahasa Indonesia
49
MTs Al Fauzan, Lumajang, Jawa Timur
Pahami Teks Eksemplum Melalui Cerita Bergambar Siswa Kelas IX MTs Al Fauzan Lumajang belajar memahami Teks Eksemplum, yakni membuat cerita bergambar asal usul desa mereka masing-masing. Sekolah mitra yang menjadi satu dengan Pondok Pesantren Al Fauzan Lumajang ini mewajibkan seluruh siswanya untuk tinggal di pondok pesantren. Asal usul desa para siswa pun berbeda-beda dan menarik untuk dituangkan ke dalam cerita bergambar. Inilah yang dilakukan oleh Ita Winarti guru bahasa Indonesia di MTs Al Fauzan. “Pembelajaran kali ini saya buat berbeda agar siswa tidak hanya sekadar menemukan pengertian Teks Eksemplum, namun mereka bisa membuat Teks Eksemplum melalui cerita bergambar buatan mereka sendiri,” terangnya. Kegiatan diawali dengan pencarian informasi terkait pengertian Teks Eksemplum. Siswa di kelas dibagi dalam tugas kelompok dan diminta mencari informasi di luar kelas, yakni di perpustakaan, internet, buku, dan museum Al Fauzan. Sambil membawa lembar kerja (LK) mereka mulai mencari pengertian Teks Eksemplum melalui 4 pusat informasi. Setelah mendapatkannya, seluruh kelompok
50
kembali ke kelas dan merangkum hasil yang mereka peroleh di LK. Hasil kelompok tadi kemudian dipresentasikan oleh setiap kelompok. Langkah selanjutnya, tugas individu di mana setiap siswa membuat cerita bergambar asal usul desa mereka masing-masing sesuai dengan struktur penulisan yang lengkap yang terdiri dari orientasi, insiden, dan interpretasi. Orientasi merupakan pusat cerita berasal, yakni asal desa siswa masingmasing. Dilanjutkan dengan insiden atau peristiwa yang pernah terjadi sehingga kejadian tersebut menjadikan nama desa. Ditutup dengan interpretasi atau pesan moral yang didapatkan dari cerita. Hampir semua siswa mampu menceritakan asal usul desa mereka masingmasing dalam bentuk cerita bergambar yang menarik. Akmal siswa kelas IX merasa lebih mudah memahami Teks Eksemplum dan ciri-cirinya melalui cerita bergambar yang ia buat. Siang itu, Ahmad menceritakan tentang Desa Bangsal Sari Jember, asal usul tempat tinggalnya. Masuk dalam ciri Orientasi, Ahmad menceritakan asal usul desanya Bangsal Sari diawali
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
Teks eksemplum asal usul desa yang dibuat oleh siswa. dengan keberadaan dua tokoh cerita Kakek dan Nenek Nambi yang hidup di sebuah hutan tak bernama. “Nenek Nambi senang menanam bunga, namun Kakek selalu meremehkannya. Suatu hari bunga tersebut merekah semua dan nenek menjualnya ke pasar. Ternyata banyak sekali peminat bunga nenek. Kakek tak menyangka bunga tersebut laku dijual dan disukai orang. Tempat tinggal sang nenek menjadi terkenal. Melihat kenyataannya tersebut kakek minta maaf dengan membuatkan rumah-rumahan atau bangsal di tengah taman bunga. Sejak itu tempat itu dikenal sebagai Bangsal Sari,” cerita Ahmad disambut tepuk tangan seluruh temannya. Di akhir kegiatan, hasil karya setiap siswa ditempelkan di dinding. Beberapa siswa saat istirahat enggan meninggalkan kelas dan lebih memilih menghabiskan waktu dengan membaca cerita asal usul desa teman-temannya yang ditempel di dinding.
PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS
Para siswa membuat kamus sendiri (kiri). Berbagai bentuk kamus karya siswa (kanan).
MTs As'adiyah Puteri I Pusat Sengkang, Sulawesi Selatan
Memperkaya Kosakata Siswa dengan Membuat Kamus Pribadi Oleh M Idris Hasanuddin MPdI Guru MTs As'adiyah Puteri I Pusat Sengkang Salah satu pengaruh positif dari pembelajaran program USAID PRIORITAS di Kabupaten Wajo adalah kegiatan pembelajaran dalam kelas menjadi lebih aktif, guru terinspirasi untuk mengembangkan memecahkan permasalahan dalam pembelajaran dan pada akhirnya siswa menjadi lebih aktif dan bersemangat untuk belajar. Hal yang sama juga terjadi di MTs As'adiyah Puteri I Pusat Sengkang khususnya pada pembelajaran bahasa Inggris di kelas VIII.
52
Permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran bahasa Inggris adalah keterbatasan penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa sehingga siswa kesulitan belajar dan kurang bersemangat belajar bahasa Inggris. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan praktik pembelajaran yang menekankan pada penguasaan kosa kata bahasa Inggris khususnya yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Praktik tersebut yakni guru menugaskan siswa secara individu untuk membuat kamus pribadi yang memuat kosa kata seharihari.
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
Tujuan praktik ini adalah siswa diharapkan menguasai dan memperkaya kosa kata bahasa Inggris yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Selain itu, praktik ini juga merangsang siswa belajar secara kreatif dan mandiri karena siswa membuat sendiri kamus sesuai dengan kebutuhannya. Praktiknya dalam kelas, guru menjelaskan secara umum tujuan tugas pembelajaran dan langkahlangkah kegiatan. Setelah itu, siswa dibagi dalam tiga kelompok besar yakni kelompok Noun (kata benda), kelompok Adjective (kata sifat) dan
kelompok Verb (kelompok kata kerja). Langkah selanjutnya adalah menugaskan siswa dalam kelompok untuk mencari 30 kosa kata beserta artinya sesuai dengan kelas kata kelompoknya yang berhubungan dengan kegiatan di rumah. Contoh kelompok Noun mencatatkan kata room: kamar, wall: tembok, dan sejenisnya. Kelompok Verb mencatatkan kata cook: memasak, sweep: menyapu dan lain-lain.
personal. Siswa ditegaskan agar kamus pribadi ini akan digunakan pada pembelajaran-pembelajaran selanjutnya.
Setelah kelompok mengumpulkan kosakata, setiap anggota kelompok diberikan kesempatan untuk saling mengunjungi kelompok lain untuk mencatat kosakata yang didapatkan oleh kelompok tersebut. Langkah selanjutnya adalah menginstruksikan siswa untuk kembali ke kelompok asalnya.
Hal itu juga terlihat dari hasil refleksi siswa yang mengungkapkan bahwa mereka bersemangat dan termotivasi
Dari kegiatan ini, siswa nampak antusias dan bersemangat untuk mengumpulkan kosa kata yang ditugaskan. Siswa menjadi lebih aktif membuka kamus dan berdiskusi dengan teman kelompoknya tentang kosakata baru yang mereka dapatkan.
untuk menambah kosa kata baru bahasa Inggris. Kegiatan hari-hari berikutnya yang kami lakukan adalah merangkai kata yang mereka dapatkan secara individu. Mereka saya minta membuat lima kalimat dari berbagai kosa kata yang mereka dapatkan selama ini. Selain tentang rumah, mereka juga saya tugaskan untuk membuat kamus kecil berdasarkan topik-topik khusus, seperti tentang komputer, kebun, piknik, pasar dan sebagainya.
Setelah siswa kembali ke kelompok asalnya, siswa secara individu mengumpulkan kosakata yang mereka dapatkan dari kelompok lain berdasarkan kelas kata Noun (kata benda), Adjective (kata sifat), dan Verb (kata kerja) yang berguna sebagai isi dari kamus mereka. Langkah terakhir yakni menugaskan siswa di rumah untuk menyempurnakan kamus mereka sesuai dengan kreativitas mereka sendiri, baik dari segi sampul dan medianya. Siswa juga diinstruksikan untuk memberikan nama untuk kamus mereka sendiri sehingga kamus pribadi siswa menjadi lebih menarik dan lebih
Para siswa menunjukkan hasil karya dalam pembelajaran bahasa Inggris.
Bahasa Inggris
53
Siswa secara berkelompok mengamati 'NOTICE' yang diperolehnya, kemudian membuat notice dengan katakatanya sendiri.
MTsN Ciruas Kabupaten Serang, Banten
“Sekarang Saya Jadi Ngerti Notice!” Bapak Arif Fahrudin, guru bahasa Inggris MTsN Ciruas Kabupaten Serang membahas materi pokok Notice, Caution,Warning. Notice adalah suatu tulisan/tanda untuk memberi informasi, instruksi, atau peringatan kepada publik. Caution atau Warning adalah peringatan atau saran yang ditujukan untuk publik/khalayak umum tentang sebuah bahaya atau resiko yang mungkin terjadi. Tujuan dari pembelajaran adalah siswa memahami dan mengerti notice, caution/warning pada tempat-tempat
54
tertentu. Kegiatan pembelajarannya, pertama adalah kegiatan mengamati grammar dan menanya. Pak Arif menunjukkan contoh-contoh tanda/peringatan yang biasa ditemui di tempat umum. “What is this, Class?” tanya guru saat menunjuk di layar papan tulis berupa tanda gambar rokok dicoret. Seluruh kelas serempak menjawab, “No Smoking!” Kemudian guru menunjuk seorang siswa laki-laki yang duduk di depan kelas, “Ari, could you explain
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
the meaning of this sign, please?”Ari pun menjawab, “We can not smoke around this area, Sir.” Kemudian, guru juga bertanya kepada siswa lain tentang gambar 'caution/ warning' seperti gambar dilarang berenang. Siswa pun menjelaskannya sebagai berikut, “Sir, this warning says this swimming pool is dangerous for swimming.” Jawaban disambut dengan gelak tawa seisi kelas karena aksen berbahasa Inggris siswa tersebut. Kedua adalah kegiatan mengumpulkan informasi. Guru meminta siswa secara
berpasangan mendiskusikan soal teks caution/notice yang diberikannya. Siswa secara berpasangan diminta berdiskusi hal-hal yang menjadi ciri-ciri notice atau caution. Setelah lima menit berdiskusi, guru meminta beberapa pasang siswa untuk menjelaskan hasil diskusi. Guru berhasil mencatat jawaban yang bagus dari sepasang siswa yang menjelaskan ciri-ciri notice atau caution.
satu teks caution/notice yang diperolehnya. Pembelajaran ditutup dengan pembagian lembar kerja untuk setiap siswa yang dikerjakan secara individu. Mereka diminta membuat teks caution/notice masing-masing. Sambil menulis di lembar kerja, seorang siswa berkata kepada siswa yang lain, “Sekarang, saya jadi ngerti notice!”
“Menurut kami, notice atau caution menggunakan tidak banyak kata alias singkat dan juga agar mudah dipahami menggunakan gambar,” kata siswa tersebut. Ketiga adalah kegiatan mengolah informasi, guru memberikan tiga amplop untuk setiap kelompok. Amplop tersebut berisi guntingan kertas yang berisi kata acak dari teks caution/notice. Secara berkelompok siswa menyusun kata-kata acak menjadi teks caution/notice yang benar. Pak Arif sudah menempelkan gambar peringatan di papan tulis. Kelompok bertugas mencocokkan kata-kata yang telah disusun dan meletakkan di gambar yang sesuai di papan tulis. Kemudian kegiatan mengomunikasikan dalam pleno. Guru meminta perwakilan siswa mempresentasikan secara pleno teks caution/notice yang diperoleh setiap kelompok. “Do not park here. It means we can not park in that area,” kata salah seorang siswa menyampaikan salah
Pak Arif Fahrudin sedang melakukan kegiatan apersepsi tentang informasi notice yang biasa ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa Inggris
55
Siswa mempraktikkan teknik Talking Stick.
MTsN Tanah Jambo Aye, Aceh Utara
Tongkat berbicara untuk Tingkatkan Minat Speaking Siswa Oleh Amniwati SPd I Guru MTsN Tanah Jambo Aye Speaking adalah salah satu keterampilan penting yang harus dikuasai siswa SMP/MTs dalam pembelajaran bahasa Inggris disamping 3 keterampilan lainnya yaitu reading, writing dan listening. Melalui speaking, siswa dapat menyampaikan ide mereka untuk berkomunikasi dengan orang lain. Namun kenyataannya, sebagian siswa menghadapi berbagai masalah dalam speaking, meskipun mereka telah belajar bahasa Inggris selama beberapa tahun. Masalah tersebut juga dihadapi oleh siswa MTsN Tanah Jambo Aye
56
kelas VIII. Mereka merasa kesulitan dalam pembelajaran speaking karena kurangnya vocabulary maupun kurangnya penguasaan grammar. Siswa merasa takut salah ketika berbicara bahasa Inggris. Mereka juga merasa malu untuk speaking baik dengan sesama teman maupun untuk tampil di depan kelas. Siswa juga tidak mempunyai waktu yang cukup untuk speaking di dalam kelas. Dan masalah yang sangat penting adalah kurangnya variasi teknik pembelajaran yang digunakan guru ketika mengajar di kelas. Tujuan pembelajaran ini adalah untuk meningkatkan minat speaking siswa,
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
meningkatkan motivasi dalam belajar speaking, memberikan kesempatan untuk melakukan speaking tanpa rasa malu dan takut dan menghindari kejenuhan siswa dengan variasi Talking Stick atau tongkat bicara ketika proses pembelajaran. Dengan teknik pembelajaran ini, siswa bekerja sama dalam kelompok. Setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk menyampaikan ide mereka tanpa takut salah dan tanpa adanya interupsi atau sanggahan dari siswa lain. Siswa bebas menyampaikan pendapat mereka. Caranya, siswa yang memegang tongkat harus menjawab
pertanyaan dari guru dan temannya. Setiap siswa diberi kesempatan untuk bertanya sesuai dengan kesepakatan awal dalam kelompok, artinya terlebih dahulu mereka mempersiapkan pertanyaan yang akan dilontarkan pada kelompok atau siswa lainnya. Teknik ini dapat memotivasi siswa meningkatkan kemampuan speaking siswa dengan cara yang lebih santai dan menyenangkan. Siswa merasa senang, santai dan tertarik dengan pembelajaran sehingga guru lebih mudah untuk mengajarkan mereka dalam proses pembelajaran speaking. Terlihat juga siswa lebih aktif dalam menjawab pertanyaan, berbicara dan bekerjasama dengan temannya sehingga mereka tidak merasa bosan. Proses pembelajarannya sebagai berikut: Tongkat diletakkan di atas meja, siswa duduk melingkar mengelilingi meja. Setelah menjelaskan aturan permainannya, guru meminta siswa untuk membaca sebuah materi dan mendiskusikannya dengan teman lain atau secara berpasangan. Kemudian guru mengangkat tongkat, lalu memberikan dan menggilirkannya kepada siswa dengan diiringi musik. Musik berhenti dan siswa yang memegang tongkat di tangannya harus menjawab pertanyaan dari guru atau guru meminta siswa tersebut untuk bertanya.
masukan atau komentar kepada pembicara sampai semua siswa mendapat giliran. “Kami merasa waktu berjalan sangat cepat dan tanpa terasa dua jam pelajaran sudah berlalu. Kamipun memahami materi dengan mudah, teman-teman berani berbicara untuk mendeskripsikan gambar yang disajikan oleh guru tanpa takut salah,” ungkap Raisa salah seorang siswa kelas VIII. Dampaknya, Tongkat Bicara dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar speaking hal itu terbukti dari pembelajaran menggunakan Talking Stick Technique score speaking siswa meningkatkan dari biasanya 60-70, menjadi 85. Respon siswa dalam pembelajaran speaking khususnya materi Describing People menjadi lebih aktif, lebih tertarik dan termotivasi serta suasana kelas selama proses pembelajaran sangat menyenangkan. Siswa yang mendapatkan tongkat menjadi lebih termotivasi untuk berani berbicara dalam bahasa Inggris.
Dalam pembelajaran ini, guru membangun diskusi di antara mereka dengan meminta siswa lain memberi
Bahasa Inggris
57
Siswa berada di kantor sekolah dan berusaha mengidentifikasi benda-benda di dalamnya untuk disusun dalam kalimat bahasa Inggris.
MTs Jabal Nur, Parepare, Sulawesi Selatan
Merangkai Kata Bahasa Inggris Lewat Metode Discovery Learning Oleh Khairunnisa Hatta Guru MTs Jabal Nur Belajar bahasa Inggris sering kali hanya belajar di ruang kelas saja, padahal bahasa adalah media mengungkapkan semua hal yang ada di sekitar kita. Dengan metode discovery learning, saya berusaha mengajar siswa berbahasa Inggris secara praktis dimulai dari lingkungan sekitar. Dalam metode discovery learning, bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir atau sudah jadi, tetapi siswa dituntut melakukan berbagai kegiatan menghimpun, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasi informasi dan membuat kesimpulan. Guru berfungsi sebagai pemandu.
58
Agar siswa kelas VII MTs yang baru saja belajar bahasa Inggris ini bisa mengomunikasikan hal-hal yang terkait lingkungannya, berikut langkahlangkah pembelajaran yang saya terapkan dengan metode discovery learning. Pertama, siswa dibentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang; Kedua, guru menentukan tempat setiap kelompok: office (kantor), canteen (kantin), field (lapangan), dan toilet (WC). Masing-masing kelompok berpencar dan mencari benda-benda yang ada di tempat dituju. Misalnya di kantin: gelas, mangkok, kue dan lainlain. Demikian juga di tempat lainnya. Mereka langsung mencari kosa kata
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
padanannya dalam bahasa Inggris lewat kamus yang mereka bawa dan dicatat di buku kecil. Bukan sekadar menuliskan nama benda-benda yang didapatkannya dalam bahasa Inggris, tapi juga setiap benda dibuatkan kalimat deskriptif yang menggambar-kan letaknya. Misalnya, there are glasses in the cabinet, the plate is near the window dan lainlain. Oleh karena itu, proses pembelajarannya mencakup dua hal, yaitu mencari benda-benda di tempat tersebut, dan menggambarkan dalam kalimat yang menunjukkan tem-pat benda itu berada. Tiap kelompok kemudian mempresentasikan hasil menulisnya. Masing-masing kelompok
ditugaskan minimal mencatat tujuh kosa kata baru yang bisa dikembangkan dalam kalimat baru. Salah satu hasil karya kelompok siswa yang bertugas mengamati kantor, mereka tulis tujuh kata benda yang mereka dapatkan disana. Kata tersebut adalah table, chair, pen, computer, and lamp. Mereka juga menguraikan masing-masing menjadi kalimat seperti, there is a table beside a chair; there is a pen in the pail dan lain-lain. Beberapa kalimat yang disusun memang masih salah dan tugas saya sebagai guru adalah membimbingnya. Kegiatan ini tanpa disadari membuat siswa mampu mengungkapkan bendabenda di lingkungannya dalam bahasa Inggris dengan cukup baik. Dari awal mereka dikenalkan bahwa berbahasa Inggris itu bukan hal yang kompleks, bisa dimulai dari hal sederhana seperti mengungkapkan benda-benda di lingkungan kita sendiri. “Saya sangat senang dengan pembelajaran seperti ini. Belajar bahasa Inggris tidak melulu lewat buku paket. Lebih cepat menangkap kalau membahasakan dahulu apa-apa yang ada di sekitar saya,” ujar Syahrir siswa kelas VII.
Salah satu hasil karya siswa kelompok.
Bahasa Inggris
59
MTsN 2 Tangerang, Banten
Buat Komik Berbahasa Inggris
Hasil karya siswa membuat komik aktivitas sehari-hari dalam bahasa Inggris.
60
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
Ibu Haryati, guru bahasa Inggris kelas VIII MTsN 2 Tangerang mengajak siswanya untuk lebih terampil mengungkapkan pendapatnya dengan bahasa Inggris. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah siswa mampu menyampaikan pendapat secara tertulis dengan tepat dan baik. “Good morning class! Today we learn how to express our opinion through daily activities. In the beginning, what do you do usually every morning?” tanya Ibu Haryati kepada seluruh siswa. Siswa saling bersahutan tunjuk tangan menjawab pertanyaan gurunya. “Okay, thank you for quick response.” Ibu Haryati menuliskan satu per satu jawaban siswa di papan tulis seperti pray, take a bath; have breakfast; go to school, dll. Lalu Ibu Haryati bertanya lagi, “What time do you have breakfast, Rina?” Siswa yang bernama Rina menjawab, “I have breakfast at 6 am.” Kemudian Ibu Haryati membagikan karton, pensil dan crayon ke setiap kelompok siswa yang beranggotakan 4-5 siswa. “Class, I'd like to ask all of you to work in groups. Kalian sekarang bekerja dalam kelompok. Make one comic of daily activities for each group! Buat satu komik secara runut dalam
bahasa Inggris tentang kegiatan seharihari!” seru Ibu Haryati. “Any questions? Ada pertanyaan?” tanyanya lagi. Dalam kelompok siswa berbagi tugas dengan teman yang bisa menggambar dengan baik. Meskipun menurut Ibu Haryati, penilaian bukan dari gambar melainkan isi penulisan dalam bahasa Inggris seperti grammar dan vocabulary. Siswa berdiskusi dalam kelompok menyusun rencana gambar dan kalimat untuk tiap satu kotak komik. Setelah idenya sudah disepakati, siswa yang ahli menggambar membuat gambar tiap kotak komik. Seluruh siswa di kelompok membantu memberi warna dan menuliskan kalimat aktivitas per kotak komik. Selesai membuat komik, komik dipasang di dinding kelas dan siswa melakukan kunjung karya untuk menyimak dan menilai hasil karya kelompok lain. Guru tidak menentukan hasil kelompok dari gambar yang bagus tetapi dari kalimat berbahasa Inggris yang baik dan benar dari setiap adegan komik dalam tiap kelompok. Hasil kelompok dipajang di dinding kelas. Kelompok yang memiliki gambar yang menarik dan sedikit kesalahan dalam penulisan dipamerkan di mading sekolah.
Bahasa Inggris
61
Siswa menunjukkan hasil karyanya.
MTsN Peudada, Bireuen, Aceh
Plural Form Bertema Snake and Ladder Oleh Laini Wati SPd Guru MTsN Peudada Saya membuat media pembelajaran bahasa Inggris snake and ladder ini dilatar belakangi oleh kurang pahamnya siswa untuk mengubah bentuk kata benda yaitu dari bentuk tunggal menjadi bentuk jamak. Selain itu untuk menepis pemahaman sebagian siswa kelas VII yang menganggap jika bentuk jamak itu hanya dengan menambahkan huruf “S” saja di belakang kata benda. Hal itu
62
terlihat dari hasil karya tulis mereka selama ini dalam menggunakan kalimat yang mengandung kata benda jamak. Padahal untuk membentuk kata benda bentuk jamak, terdapat beberapa aturan seperti, menambahkan huruf “es” di belakang kata benda berakhiran huruf “ch, sh, ss, x, z” yang harus diikuti. Ditambah lagi aturan lain yaitu dari kata benda yang berakhiran “f” atau “fe” dengan terlebih dahulu mengubah “f” menjadi “v” + es / “fe” menjadi
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
“ve” + s bahkan sampai kata benda yang tidak beraturan perubahan bentuk jamaknya seperti “child” menjadi “children”. Masih ada beberapa aturan lain dalam pembetukan kata benda bentuk tunggal menjadi jamak. Karena itu saya mencoba membuat media pembelajaran yang menarik dan berwarna-warni di sertai gambar dengan bahan mudah dan murah. Salah satunya adalah dengan permainan “snake and ladder” sebagai media
pembelajaran. Komponen permainan snake and ladder ini terdiri atas papan permainan berupa 36 bidang kotak yang berisikan kata benda yang bervariasi dalam aturan pembentukan “plural form” nya. Papan ini juga berisi instruksi bahwa pemain harus mengganti singular form untuk menjadi plural form. Bahan lain pendukung permainan ini adalah bidak dan dadu besar dari kertas karton. Adapun bahan yang harus disediakan yaitu: kertas karton putih, spidol, pensil warna, penggaris, dan bidak. Cara bermainnya tidak sulit, permainan ini dapat dimainkan secara individu atau berkelompok. Cara kerjanya mirip permainan ular tangga biasa. Pertama, guru meminta siswa berpasangan dan dimulai dengan mengocok dadu secara bergiliran, siswa melangkahi kotak demi kotak pada papan permainan dengan bidak sesuai jumlah mata yang muncul pada dadu. Siswa yang bidaknya berhenti pada kotak tersebut harus mengubah kata benda tersebut menjadi bentuk plural form secara tertulis dan mengucapkannya dengan tepat permainan di lanjutkan hingga mencapai finish. Pada permainan ini, jika ada pemain yang berhenti dikotak dengan gambar kaki tangga, dia berhak menaiki tangga sampai kekotak di ujung tangga. Sebaliknya jika pemain berhenti di kepala ular, maka harus turun ke kotak bergambar ekor di bawahnya. Bagi
siswa yang tidak mampu menggubah bentuk plural form-nya, maka sangsinya adalah bidak pemain kembali lagi ke tempat semula “Metode pembelajaran seperti ini sangat menyenangkan dan kami mudah memahami perubahan bentuk kata benda tunggal menjadi jamak,” jelas Nurul, siswa kelas VII. “Benar, selama ini kami pikir setiap bentuk jamak dalam bahasa inggris cukup hanya menambahkan huruf s saja,” timpal Razi.Yang terpenting dalam
permainan ini adalah siswa mengetahui jika ada aturan-aturan tertentu dalam membentuk plural form dari sebuah benda dalam bahasa Inggris. Di samping itu siswa akan memperoleh tambahan kosa kata baru khusunya kata benda melalui media pembelajaran yang menarik tersebut.
Media pembelajaran bahasa Inggris Snake and Ladder
Bahasa Inggris
63
MTsN 2 Medan, Sumatera Utara
Pak Yazid: Jurnal Refleksi Membuat Saya Lebih Kreatif
Oleh Dedy Hutajulu Jurnalis Harian Analisa Medan
Bapak Muhammad Yazid, guru bahasa Inggris MTsN 2 Medan rutin menulis jurnal refleksi. Keberhasilan dan kendala selama pembelajaran dicatatnya dengan detail. Selepas mengajar Pak Yazid bergegas ke kantor guru. Diambilnya sebuah buku bersampul biru dongker dari atas lemari. "Respons siswa kali ini semakin tajam dalam menanggapi presentasi yang disampaikan temannya di depan kelas. Mereka sudah menerapkan
64
pertanyaan tingkat tinggi. Saya semakin kagum pada mereka. Vocabulary and pronounciation siswa meningkat tajam,” tulisnya di buku itu. Sore itu Pak Yazid baru selesai mengajar kelas IX. Ia meminta siswa membahas topik kesehatan. Putri salah satu siswa yang presentasi. Ia menjelaskan soal pentingnya mengonsumsi sayuran. Materinya menuai banyak pertanyaan. Seorang anak lelaki di bangku tengah bertanya,
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
“Adakah sayur yang berbahaya bagi tubuh?” Putri bilang sayuran busuk dan mengkonsumsi sayuran secara berlebih tidak baik bagi tubuh. “Parents must to do provide fresh vegetable every day,” ungkapnya. Pak Yazid segera bereaksi. Ia bilang struktur kalimat Putri tidak tepat. Dia meminta teman sekelompok Putri untuk memperbaikinya. Namun
kelompok tersebut gagal meralatnya.Yazid kemudian melemparkannya ke kelompok lain. “Parents should provide fresh vegetable every day,” jawab seorang dari kelompok yang lain. Pak Yazid memuji anak tersebut. “You're right! Please give applause to your friends,” kata Pak Yazid. Tepuk tanganpun membahana di kelas. Pak Yazid sudah mengajar 32 tahun. Ia mulai rutin menulis jurnal refleksi sejak 2013 lalu. Ide itu muncul pascapelatihan yang digelar USAID PRIORITAS. "Cara berpikir saya berubah drastis dalam mengajar sejak mendapat pelatihan dari USAID PRIORITAS," ujarnya yang sore itu mengenakan kemeja batik biru lengan pendek. Dari catatan jurnalnya, terbaca kesukaannya dalam mengajar, yaitu memperhatikan perkembangan anakanaknya satu demi satu serta secara klasikal. Di jurnal sebelumnya dia menulis, kelas speaking dipersiapkan guna membangun kelenturan lidah mereka dalam berbahasa dan kepercayaan diri anak-anaknya. Juga untuk meningkatkan kosa-kata serta kecakapan berbahasa secara logis dengan struktur yang baik. Karena itu saya patut mengapre-siasi usaha mereka. Saya akan beri tepuk-tangan. Saya akan tunjukkan tata bahasa yang perlu dikoreksi dan saya semangati
mereka untuk terus berpartisipasi. Minimal untuk berani bertanya. Begitu. Pun di akhir pembelajaran tempo hari, semua jalannya proses pembelajaran di kelas dikekalkan-nya dalam jurnal. Jurnal Pak Yazid berisi catatan keadaan, evaluasi, dan tindaklanjut pembelajaran di kelas.“Kalau perbaikan itu bisa formal atau informal. Kalau formal, ada waktunya di akhir pembelajaran. Kalau informal bisa dimana saja kita ketemu si anak. Kita ajak dia berdiskusi. Macam-macam caranya,” terangnya. Menurut Pak Yazid, memberi koreksi secara klasikal, bagi guru, itu mudah sekali.Tetapi bagaimana secara individu? “Tentu sulit,” sahutnya kemudian cepat-cepat ditambahkannya, “Tetapi dengan adanya jur-nal refleksi, kita bisa lebih objektif (mengevaluasi). Juga lebih mudah memberikan perbaikan karena semua catatan itu lengkap per tiap pertemuan. Makanya jurnal refleksi selalu saya isi secara detail.”
untuk mencatatkannya. Ia terbiasa menulis tanpa menunda-nunda. Sebab ia mengaminkan betul bahwa tulisan lebih tajam dari ingatan. Jurnal biru dongkernya sudah lebih separuh terisi. "Jurnal-jurnal sebelumnya saya simpan baik di rumah. Semua bercerita tentang proses pengajaran yang saya lakukan. Semuanya saya rangkum di situ sehingga kalau dibuka lagi, saya jadi tahu perkem-bangan anak-anak. Lompatan-lompatan berpikir mereka. Dan saya suka tersenyum sendiri," sambungnya. Dan jurnal itu multi fungsi: refleksi terhadap siswa juga terhadap dirinya sebagai guru.Ya, ibarat pedang bermata dua.“Dari jurnal inilah saya tahu kekurangan-kekurangan saya dalam membelajarkan materi.”
Memang jurnal itu masih tulisan tangan. Namun itu lebih dari cukup bagi guru. Semarak teknologi digital, mungkin kelak akan dirambah Pak Yazid. "Jurnal ini sebenarnya bersifat pribadi. Tetapi mungkin suatu saat bisa ditulis ulang untuk dibuat ke blog. Jadi saya harus belajar (ngeblog) dululah," ujarnya. Pak Yazid rajin mengisi jurnalnya. Rutin.Tiap pertemuan diisinya. Ia luangkan waktu 10 sampai 15 menit
Bahasa Inggris
65
PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
MTs Al-Wasliyah 27 Firdaus, Serdang Bedagai, Sumatera Utara
Membedakan Peta dan Globe Menggunakan Bola Plastik Oleh Erwansyah, Guru MTs Al-Washliyah 27 Firdaus Bola plastik mempunyai manfaat dalam kegiatan pembelajaran IPS di kelas VII Tts Al-Washliyah 27 Firdaus pada kompetensi dasar menggunakan peta, atlas, dan globe untuk mendapatkan informasi keruangan. Indikator pembelajaran adalah mengidentifikasi perbedaan antara peta, atlas, dan globe. Siswa sedang memotong bola plastik yang sudah diberi gambar peta dunia.
IPS bila diajarkan dengan lebih banyak praktik, dapat meningkatkan pemahaman siswa dan melatih keterampilan sosialnya. Untuk itu Bapak Erwansyah, lebih banyak mengajar IPS kepada siswanya dengan media sederhana dan mempraktikkannya yang dikaitkan dengan lingkungan sosial siswa.
68
Pada kegiatan pembelajaran ini, guru dan siswa bersamasama mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut, yaitu: 1. Satu buah bola plastik 2. Spidol 3. Pisau kertas (cutter) Langkah-langkah pembelajarannya yaitu: a. Siswa dibagi menjadi tujuh kelompok yang terdiri dari 5-6 orang siswa, kemudian masingmasing kelompok menyiapkan peralatan yang dibutuhkan.
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
b. Secara berkelompok masingmasing menggambari bola plastik dengan kondisi permukaan bumi. Setelah selesai digambar, guru menjelaskan ini adalah “globe” kelompok mengamati dan mempresentasikan hasilnya. Kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi tanggapan serta masing masing kelompok membuat pengertian “Globe” dari kondisi bola yang sudah bergambar kondisi permukaan bumi. c. Kemudian masing masing bola yang sudah bergambar kondisi permukaan bumi tadi diletakkan di atas meja. Lalu masing-masing kelompok dengan menggunakan cutter, membelah bola tersebut, dan membentangkannya di atas meja menjadi sebuah bidang datar, dan ini adalah peta. Setiap kelompok mengamati dan mempresentasikan hasilnya, kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi tanggapan serta masing masing kelompok membuat pengertian peta dari kondisi bola yang sudah bergambar kondisi permukaan bumi dan dibelah lalu dibentangkan menjadi sebuah bidang datar.
d. Selanjutnya guru memberikan beberapa pertanyaan untuk didiskusikan di masing-masing kelompok, yaitu: - Apakah Globe itu ? - Apakah Peta itu ? - Dimanakah letak perbedaan antara Globe dengan Peta? Uraikan!
pertanyaan, masing-masing kelompok mendiskusikan untuk menjawab pertanyaan dan menyimpulkan pengertian Globe dan Peta. Mereka juga mengidentifikasi perbedaan antara Globe dan Peta, kemudian mempresentasikannya, sedangkan kelompok lain memberikan tanggapan dan masukan.
Berdasarkan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran, dan beberapa
Dari kegiatan praktik ini siswa lebih mudah memahami tentang pengertian Globe dan Peta, serta mencari perbedaan antara Globe dan Peta. Hal ini dapat dilihat dari hasil diskusi dan presentasi, dengan arahan dan panduan guru, siswa dapat menyimpulkan dengan menggunakan bahasanya sendiri. “Globe adalah gambaran (miniatur) bumi dalam bentuk bola, sedangkan Peta adalah gambaran kondisi permukaan bumi pada sebuah bidang datar,” tukas salah seorang siswa. Siswa sangat senang
Dari kegiatan ini siswa dapat membedakan peta dan globe.
dengan kegiatan praktik pembelajaran ini. Siswa menjadi lebih mudah memahami karena ada benda-benda yang digunakan sebagai model untuk mewakili kondisi yang sebenarnya.
Memodelkan Terjadinya Dangkalan Menggunakan Baki dan Batu Pada pembelajaran untuk kompetensi dasar membuat sketsa dan peta wilayah yang menggambarkan objek geografi, dengan indikator mengidentifikasi proses terbentuknya dangkalan/laut dangkal (laut trangresi), siswa saya ajak memanfaatkan baki/ talam, batu, air, dan es batu sebagai media pembelajaran. Pada kegiatan pembelajaran, guru dan siswa secara bersama sama mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan pada kegiatan praktik untuk mengidentifikasi terjadinya dangkalan/laut dangkal akibat kenaikan permukaan air laut yang disebabkan pencairan gletser/gunung es. Bahan-bahan yang dipersiapkan adalah: 1. Satu buah baki/ talam 2. Beberapa buah batu yang berbeda ukuran dan ketebalannya 3. Air 4. Sebongkah es batu 5. Sebuah mistar/ penggaris Langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut: 1. Siswa dibagi menjadi 7 kelompok yang terdiri dari 5-6 orang siswa,
Ilmu Pengetahuan Sosial
69
Kemudian masing masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, dan kelompok lain diberi kesempatan untuk menanggapi dan memberi masukan.
Melalui media baki, batu, air, dan es batu, siswa dapat memahami proses terbentuknya dangkalan/laut dangkal (laut trangresi).
kemudian masing-masing kelompok mempersiapkan perlengkapan seperti yang telah disebutkan. 2. Secara berkelompok siswa meletakkan baki/ talam di atas meja, kemudian baki diisi dengan air secukupnya. Setelah cukup, langkah berikutnya adalah meletakkan batu dengan berbagai ukuran dan ketebalan ke dalam baki yang telah diisi air. 3. Kemudian siswa meletakkan bongkahan es ke dalam baki, dan mengukur ketinggian permukaan air pada baki (sebelum dipengaruhi oleh cairan es yang mencair). Baki yang telah terisi dibawa keluar kelas dan diletakkan di tempat yang terkena sinar matahari agar bongkahan es dapat mencair/ meleleh sampai batu batu yang berukuran lebih tipis tenggelam oleh kenaikan permukaan air akibat mencairnya bongkahan es batu.
70
4. Siswa mengamati dan mencatat semua perubahan dan informasi yang didapatkan dari kegiatan tersebut. 5. Siswa mengukur perubahan kenaikan permukaan air (setelah dipengaruhi oleh es yang mencair) dan mencatat perbedaan permukaan air sebelum dan sesudah es mencair. Untuk melengkapi praktik, guru mengajukan pertanyaan sebagai bahan diskusi, yaitu: 1. Apa yang terjadi pada permukaan air saat sebelum dan sesudah es mencair ? 2. Apa yang terjadi pada batu batu yang berukuran lebih tipis ? Hasil pengamatan yang diperoleh selanjutnya didiskusikan oleh kelompok masing-masing, dan hasil diskusinya dituliskan pada kertas HVS yang telah disiapkan kelompoknya.
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
Dari kegiatan praktik ini ternyata siswa lebih mudah memahami proses terbentuknya dangkalan. Hal itu dapat dilihat dari hasil diskusi dan presentasi, dengan arahan dan panduan guru, siswa dapat menyimpulkan proses terbentuknya dangkalan/ laut dangkal sebagai akibat mencairnya gunung es/ gletser yang terjadi di kutub utara dan kutub selatan. Batu batu yang berada pada permukaan baki mewakili pulau pulau atau dataran yang rendah dan tinggi di permukaan bumi. Air di permukaan baki mewakili permukaan lautan dan bongkahan es mewakili gunung es/ gletser yang mencair, yang kemudian menyebabkan kenaikan permukaan air. Akibat kenaikan permukaan air, ada beberapa batu yang berukuran lebih tipis menjadi tenggelam dan tergenang oleh air, dan inilah yang menjadi dangkalan atau laut dangkal (laut transgresi) di permukaan bumi. Berdasarkan refleksi siswa, mereka sangat senang dengan kegiatan praktik pembelajaran ini seperti yang disampaikan oleh Poppy Lisandri, "Pembelajaran dengan cara seperti ini, saya dapat mudah mengerti, karena ada benda benda yang digunakan sebagai model, untuk mewakili kondisi yang sebenarnya."
Siswa mengamati kondisi lingkungan yang ada di sekolah.
MTsN Unggul Susoh, Aceh Barat Daya
Amati Lingkungan Tanamkan Rasa Cinta Siswa pada Alam Oleh Tirta Jannah SPdI Guru MTsN Unggul Susoh Kerusakan lingkungan akibat perilaku manusia yang tidak peduli lingkungan telah menjadi hal biasa. Jika dibiarkan, kerusakan yang terjadi akan semakin parah. Pentingnya memberikan pemahaman kepada siswa tentang kepedulian dan merawat lingkungan mendorong kami mendekatkan siswa terhadap lingkungannya. Sebagai generasi penerus, siswa harus memahami materi ini sebagai bekal keikutsertaan mereka dalam melestarikan lingkungan kelak. Tujuan pembelajaran ini yaitu siswa dapat mengidentifikasikan unsur-unsur yang ada pada lingkungan sekitar, mengidentifikasikan bentuk-bentuk kerusakan lingkungan, faktor penyebab dan solusi penanganannya, serta memberi gambaran penanganan sampah sebagai salah satu penyebab
kerusakan lingkungan. Langkah pembelajarannya, guru menjelaskan materi kerusakan lingkungan yang menyebabkan terjadinya berbagai bencana dan pencemaran. Langkah berikutnya guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil, kemudian membagikan LK tentang pengamatan terhadap lingkungan dan dampak kerusakannya. Guru menjelaskan langkah apa yang harus dilakukan oleh siswa sesuai LK tersebut, selanjutnya, siswa langsung melakukan pengamatan di lingkungan sekitar sekolah selama 30 menit. Lokasi yang diamati adalah lokasi pembuangan sampah dan lokasi saluran air yang tidak lancar. Setelah kegiatan pengamatan selesai dilaksanakan, langkah berikutnya, siswa kembali ke kelas untuk mendiskusikan hasil temuan mereka selama
melakukan pengamatan di lapangan. Materi yang didiskusikan adalah identifikasi kerusakan lingkungan, faktor penyebab dan penanggulangannya. Di akhir sesi, hasil pengamatan masingmasing kelompok dipresentasikan di depan kelas. Melalui pembelajaran tersebut siswa lebih memahami unsur-unsur lingkungan, bentuk kerusakan, penyebab dan penanganannya. Langkah berikutnya siswa diminta mencoba menerapkan penanganan masalah lingkungan yang terjadi di dekat sekolah secara berkelompok. “Kami jadi tahu dampak dan penyebab kerusakan lingkungan serta penanganannya, terutama penanganan sampah seperti sampah rumah tangga jika tidak tertangani secara baik maka akan merusak lingkungan,” jelas Syarifah Yuli Wirza, siswa MTs N Unggul Susoh.
Ilmu Pengetahuan Sosial
71
Siswa menggunakan laptop dan internet untuk mencari sejarah kebudayaan
MTsN Telukdalam Nias Selatan, Sumatera Utara
Manfaatkan Internet untuk Belajar Peninggalan Sejarah Kebudayaan Islam di Indonesia Oleh Sulaiman Waruwu SPd Guru MTsN Telukdalam
belajar siswa untuk mengatasi keterbatasan informasi.
Nias Selatan merupakan daerah kepulauan serta daerah minoritas penduduk beragama Islam sehingga bukti peninggalan sejarah Islam jumlahnya sedikit. Mengatasi situasi tersebut saya tertarik melaksanakan pembelajaran tentang peninggalan sejarah kebudayaan Islam di Indonesia menggunakan internet sebagai sumber
MTsN Telukdalam sudah menyediakan fasilitas internet yang memudahkan saya mencari sumber belajar meskipun di daerah belum ada museum peninggalan sejarah.
72
Fasilitas internet saya manfaatkan pada saat siswa mendapat tugas membuat laporan tentang peninggalan sejarah
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
Kebudayaan Islam di Indonesia. Laporan disusun berdasarkan lembar kerja (LK) yang berisi beberapa petunjuk, yaitu: 1. Cari sumber berita tentang peninggalan sejarah kebudayaan Islam di Indonesia. 2. Deskripsikan pengaruh kebudayaan Islam dalam bidang politik, sosial, pendidikan, sastra dan bahasa, dan bidang arsitektur dan kesenian.
3. Setelah selesai setiap kelompok mempresentasikan hasil kelompoknya dan memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapinya. Dari hasil tugas individu dan kelompok, berikut beberapa materi pembelajaran yang dapat dipahami oleh siswa, yaitu: 1. Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia terdiri kerajaan Perlak, Samudra Pasai, Kerajaan Aceh, Kerajaan Demak, Kerajaan Mataram dan Kerajaan Banten. 2. Pengaruh kebudayaan Islam dalam kehidupan masyarakat Indonesia antara lain: a. Bidang politik, sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar sultan atau sunan seperti halnya para wali. Jika rajanya meninggal, tidak dimakamkan di candi tetapi dimakamkan secara Islam. b. Bidang Sosial, kebudayaan Islam tidak menerapkan aturan kasta seperti kebudayaan Hindu.Nama-nama Arab seperti Muhammad, Abdullah, Umar, Ali, Musa,Ibrahim, Hasan, Hamzah, dan lainnya mulai digunakan. Kosakata bahasa Arab juga banyak digunakan, contohnya rahmat, rezeki, majelis (majlis), mukadimah. Begitu pula dengan sistem penanggalan menggunakan
perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam). c. Bidang Pendidikan, setelah Islam masuk, mata pelajaran dan proses pendidikan pesantren berubah menjadi pendidikan Islam. Pesantren adalah sebuah asrama tradisional pendidikan Islam. Siswa tinggal bersama untuk belajar ilmu keagamaan di bawah bimbingan guru yang disebut kiai
ini. Media yang sering digunakan adalah nisan makam, dinding masjid, mihrab, kain tenunan, kayu, dan kertas sebagai pajangan Pada akhir pembelajaran, saya meminta siswa menuliskan perasaannya dalam mengikuti pelajaran IPS sebagai refleksi. Siswa merasa senang dengan mengunakan media internet karena dapat memperkaya sumber belajar serta memperoleh keterampilan dalam mengoperasikan media TIK.
d. Bidang Sastra dan Bahasa, pada mulanya, memang hanya kaum bangsawan yang pandai menulis dan membaca huruf dan bahasa Arab, namun rakyat kecil pun mampu membaca huruf Arab. Penggunaan huruf Arab di Indonesia pertama kali terlihat pada batu nisan, karya sastra yang berkembang pada masa kerajaan-kerajaan Islam di antaranya Hikayat, Babad, Suluk, dan Syair. e. Bidang Arsitektur dan Kesenian, Islam telah memperkenalkan tradisi baru dalam teknologi arsitektur seperti masjid dan istana. Islam juga memperkenalkan seni kaligrafi. Kaligrafi adalah seni menulis aksara indah yang merupakan kata atau kalimat. Teks-teks dari Al-Quran merupakan tema yang sering dituangkan dalam seni kaligrafi
Ilmu Pengetahuan Sosial
73
MTsN Lampahan, Bener Meriah, Aceh
Belajar Kependudukan ke Kantor Kecamatan matan siswa menggali informasi tentang pertambahan penduduk, komposisi penduduk, jumlah penduduk terkini, dan metode sensus penduduk yang dilakukan oleh kecamatan. Siswa juga menggali informasi tentang data tenaga kerja, sosial, dan pertanian.
Siswa sedang bertanya jawab dengan petugas kecamatan menggali informasi tentang data kependudukan.
Oleh Muliani SPd Guru MTsN Lampahan, Bener Meriah Kantor kecamatan merupakan sumber belajar yang kontekstual dan menarik untuk belajar mengenai kependudukan. Kami memanfaatkan kantor kecamatan untuk mendapatkan informasi penyebaran dan penghitungan penduduk yang dilakukan
74
pada setiap kecamatan. Sebelumnya kami juga sudah meminta izin ke pihak kecamatan untuk mengajak siswa belajar langsung tentang kependudukan. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mempermudah pelaksanaan observasi dan menghindari terganggunya jam kerja pegawai kecamatan. Di kantor keca-
Praktik yang Baik: Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
Sekembalinya dari kantor kecamatan, semua informasi dan data yang diperoleh dituliskan pada kertas plano dalam bentuk grafik pertumbuhan penduduk. Setelah semua kelompok menyelesaikan data pertumbuhan penduduk dalam bentuk grafik, masing-masing kelompok mempresentasikan hasilnya di depan kelas. Selanjutnya mereka menjelaskan mengapa terjadi pertumbuhan penduduk, kondisi sosial ekonomi dan tenaga kerja, serta hal lain yang terkait dengan pertumbuhan penduduk. Grafik yang ditampilkan oleh setiap kelompok memang tidak ada perbedaan yang signifikan artinya setiap kelompok menjabarkan data pertumbuhan penduduk menjadi sebuah grafik.Yang berbeda dari setiap kelompok adalah saat mereka menjelaskan mengapa terjadi pertumbuhan dan bagaimana data kependudukan diperoleh. Masingmasing kelompok menjelaskan sesuai dengan pemahaman informasi yang
mereka terima. Siswa dengan mudah dapat menjelaskan jumlah penduduk yang lahir dan meninggal serta dapat mengetahui jumlah penduduk yang masuk dan keluar dari kecamatan. Dampak dari pembelajaran ini, ternyata dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam bertanya. Mereka juga menjadi lebih kritis terhadap lingkungannya, menjadi lebih terbuka dengan permasalahan yang ada di sekitarnya, dan berani menggali informasi dari narasumber tentang data dan informasi yang sebenarnya.
Hasil karya individu siswa setelah belajar kependudukan di kecamatan.
Ilmu Pengetahuan Sosial
75
USAID PRIORITAS Ratu Plaza Office Tower Lt. 25. Jl. Jenderal Sudirman Kav 9, Jakarta-10270 Telp: (021) 722 7998 Fax: (021) 722 7978 email:
[email protected] www.prioritaspendidikan.org