TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS PADA SISWA KELAS X DI SMA WARGA KOTA SURAKARTA TAHUN 2014
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh:
Anna Laila NIM B11005
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014
i
ii
iii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS Pada Siswa Kelas X di SMA WARGA Surakarta”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Stadi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti M.Si, Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Retno Wulandari, S.S.T, Ketua Program Studi D III Kebidanan Kusuma Husada Surakarta. 3. Ibu Wahyu Dwi Agussafutri, S.ST, Dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis. 4. Ibu Dra. Ch. Titik Purwanti, M.Pd, Kepala Sekolah SMA WARGA Surakarta yang telah bersedia untuk memberikan ijin pada penulis dalam pengambilan data. 5. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan. 6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya, Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, 5 Juni 2014
Penulis
iv
PRODI DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juni 2014 Anna Laila B11005 TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS PADA SISWA KELAS X DI SMA WARGA KOTA SURAKARTA TAHUN 2014 Xii + 59 halaman + 20 lampiran + 6 tabel + 2 gambar ABSTRAK
Latar Belakang : Penyakit HIV/AIDS merupakan virus yang memperlemah kekebalan tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan infeksi atau mudah terkena tumor. Tanda gejala HIV/AIDS berupa demam, diare, dan kehilangan berat badan. Berdasarkan WHO tahun 2009 bahwa lebih dari 33 juta orang terinfeksi HIV di seluruh dunia, dan 90% dari mereka berada di negara berkembang. Berdasarkan Kemenkes RI di Indonesia pada bulan Januari sampai Juni tahun 2013 yaitu 10.210 kasus HIV dan 780 kasus AIDS. Sekitar 3,4% terjangkit infeksi HIV/AIDS pada usia 15-19 tahun akibat pergaulan bebas dan gaya hidup seksual pranikah. Tujuan : Mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di SMA Warga Surakarta dalam tingakat baik, cukup, dan kurang. Metode penelitian : Jenis penelitian ini Deskriptif kuantitatif, lokasi penelitian di SMA Warga Surakarta pada tanggal 31 Mei 2014. Jumlah sample 55 siswa/siswi, dengan menggunakan teknik pengambilan sample Simple Random Sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, sedangkan untuk analisa data dilakukan dengan analisa univariat. Hasil penelitian : Tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas X di SMA WARGA Surakarta, remaja dengan pengetahuan baik sebanyak 12 responden (21,8%), pengetahuan cukup sebanyak 37 responden (67,3%) dan pengetahuan kurang sebanyak 6 responden (10,9%). Kesimpulan : Tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas X di SMA WARGA Surakarta sebagian besar dalam kategori cukup yaitu sebanyak 37 responden (67,3%). Kata kunci : Pengetahuan, Remaja, HIV/AIDS Kepustakaan : 22 literatur (Tahun 2005 s/d 2013)
v
MOTTO
à Dibalik segala kesulitan, temukanlah secercah kemudahan kemudian telusurilah hingga ujung (penulis) à “Sesungguhnya setiap kesulitan itu pasti disertai dengan kemudahan” (QS. Al-Insyiroh : 6) à Jika seseorang ingin mendapatkan apa yang dia inginkan DIA HARUS BERUSAHA karena dimana ada usaha disitu ada jalan (penulis) à “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan kepadanya” (QS. An-Najm : 39-40)
PERSEMBAHAN
Dengan segala rendah hati, Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan untuk: à Kepada Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan dan kemudahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah à Kepada Ayah dan Ibu tercinta, yang telah menjadi kekuatan “super” untukku dengan ridho ayah dan ibu aku bisa seperti ini. à Kepada bu Wahyu Dwi Agussafutri, yang telah memberi bimbingan dengan sabar dan senyuman dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiahku à Kepada Sucipto, yang telah memberikan dukungan dan motivasi untukku dalam menyelesaikan studiku. à Kepada sahabat-sahabatku Nurhidayah, Siti Sundari, dan Desi Andriyani, yang telah memberikan nasehat, saran, dan motivasi dalam menyelesaikan studiku. à Kepada teman-teman seperjuangan STIKes Kusuma Husada Surakarta à Kepada Almamater tercinta STIKes Kusuma Husada Surakarta
vi
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................
iii
KATA PENGANTAR ..........................................................................
iv
ABSTRAK ............................................................................................
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................
vi
CURICULUM VITAE .........................................................................
vii
DAFTAR ISI .........................................................................................
viii
DAFTAR TABEL .................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................................
1
B. Perumusan Masalah ......................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
5
D. Umum ..........................................................................................
5
E. Khusus .........................................................................................
5
F. Manfaat Penelitian ........................................................................
5
G. Keaslian Penelitian .......................................................................
6
H. Sistematika Penelitian ...................................................................
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ..............................................................................
10
B. Kerangka Teori ........................................................................... ......
32
C. Kerangka Konsep Penelitian .........................................................
33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................. .....
34
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................
35
viii
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .................. ....
35
D. Variabel Penelitian ..................................................................... ....
39
E. Definisi Operasional .................................................................. ....
39
F. Instrumen Penelitian .................................................................. ....
40
G. Teknik Pengumpulan Data ..............................................................
44
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data .........................................
45
I. Etika Penelitian ........................................................................... ....
47
J. Jadwal Penelitian ........................................................................ ....
49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ..............................................
50
B. Hasil Penelitian ........................................................................... ....
50
C. Pembahasan .....................................................................................
53
D. Keterbatasan ................................................................................ ....
57
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. ....
58
B. Saran ........................................................................................... ....
58
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Rekomendasi memulai terapi antiretroviral penderita dewasa menurut WHO (2006) ...................................................................................... 29 Tabel 3.1 Definisi Operasional .......................................................................... 40 Tabel 3.2 Kisi – kisi kuisoner Uji Coba Instrumen Penelitian............................ 41 Tabel 3.3 Kisi – kisi kuisoner Penelitian ........................................................... 41 Tabel 4.1 Hasil Pengolahan Data ...................................................................... 51 Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS Pada Siswa Kelas X di SMA WARGA Surakarta ......................................................... 52
x
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Teori ...................................................................... 32 Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ................................................. 33
xi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal Penelitian Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 6. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 7. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 8. Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 9. Surat Persetujuan Responden Lampiran 10. Kuesioner Penelitian Lampiran 11. Kunci Jawaban Kuesioner Penelitian Lampiran 12. Data Tabulasi Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 13. Data Hasil Uji Validitas Lampiran 14. Data Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 15. Data Tabulasi Hasil Penelitian Lampiran 16. Penghitungan Manual Hasil Penelitian Mean DAN Standar Deviasi Lampiran 17. Lembar Konsultasi
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV), termasuk penyakit infeksi yang mengancam jiwa. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus RNA
dari
famili
Retroviridae
dan
subfamili
Lentivirinae
(Nasronudin, 2007). HIV memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan infeksi ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan (Sunaryati, 2011). Tanda gejala AIDS, menurut Robert P Masland dan David Estridge (2000), menyatakan bahwa akan terlihat gejala berupa demam, dingin, keringat malam, diare dan kehilangan berat badan. Wikipedia mencatat bahwa berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik, kebanyakan kondisi tersebut ialah akibat infeksi oleh bakteri, virus, jamur dan parasit yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV (Sunaryati, 2011).
1
2
Penyakit HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia dewasa ini, terdapat hampir di seluruh dunia. Masalah yang berkembang sehubungan dengan penyakit infeksi HIV/AIDS adalah insidensi yang cenderung terus meningkat dengan angka kematian yang tinggi (Nasronudin, 2007). Peningkatan angka kejadian HIV/AIDS tidak hanya disebabkan oleh faktor perilaku seksual tetapi juga penggunaan jarum suntik narkoba secara bergantian. Kurangnya pengetahuan mengenai hal ini merupakan salah satu penyebab tetap tingginya kasus HIV/AIDS di Indonesia (Suryoputro, 2006). Angka
kejadian
HIV/AIDS
menunjukkan
peningkatan.
Berdasarkan WHO tahun 2009 bahwa lebih dari 33 juta orang terinfeksi HIV di seluruh dunia, dan 90% dari mereka berada di negara berkembang. HIV telah menginfeksi 4,4 juta anak-anak dan telah mengakibatkan kematian 3,2 juta. Setiap hari, 1800 anak-sebagian besar bayi baru lahir terinfeksi HIV. Sekitar 7% dari populasi di sub-Sahara Afrika terinfeksi HIV, orang-orang ini mewakili 64% dari yang terinfeksi HIV populasi dunia (Judarwanto, 2012). Angka kejadian HIV/AIDS di Indonesia pada bulan Januari sampai Juni tahun 2013 yaitu 10.210 kasus HIV dan 780 kasus AIDS (Kemenkes RI, 2013). Jumlah penderita AIDS sampai bulan September 2013, menunjukkan bahwa persentase infeksi HIV/AIDS tertinggi di laporkan pada kelompok umur 25-49 tahun (73%), di ikuti kelompok umur 20-24
3
tahun (15,1%), dan kelompok umur 15-19 tahun (3,4%). Rasio HIV antara laki-laki dan perempuan adalah 1:1. Sedangkan persentase faktor risiko HIV tertinggi adalah hubungan seks berisiko pada heteroseksual (49,8%), penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun (10,4%) dan LSL (Lelaki Seks Lelaki) (9,7%). Data lain persentase pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS pada kelompok usia 15-24 tahun masih rendah sebesar 21,28% (Kemenkes RI, 2013). Angka kejadian HIV/AIDS di Jawa Tengah pada bulan Januari sampai Juni tahun 2013 yaitu 5.406 kasus HIV dan 2.990 kasus AIDS. Persentase kasus 9,23 % per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2013). Hal tersebut dapat terjadi karena remaja Indonesia sekarang sudah terbiasa dengan gaya hidup seksual pranikah. Misalnya, penelitian yang dilakukan untuk memperkuat gambaran adanya peningkatan risiko pada perilaku seksual kaum remaja yang mengindikasikan bahwa 5-10% pria muda usia 15-24 tahun yang tidak/belum menikah, telah melakukan aktifitas seksual yang berisiko. Selain itu penelitian tersebut menunjukkan bahwa peningkatan aktifitas seksual dikalangan kaum remaja, tidak diiringi dengan peningkatan pengetahuan tentang kesehatan seksual dan reproduksi termasuk HIV/AIDS, penyakit menular seksual (PMS) dan alat-alat kontrasepsi (Suryoputro, 2006). Fenomena remaja yang terungkap belakangan ini adalah banyaknya remaja yang hamil di luar nikah, aborsi, prostitusi dan penyebaran video porno serta penggunaan obat-obat terlarang. Sementara sarana informasi
4
tentang kesehatan pada umumnya dan penyakit menular seksual (PMS) khususnya HIV/AIDS dibeberapa sekolah menengah atas masih kurang, baik itu berupa bacaan yang mendidik maupun penyuluhan dari pihakpihak yang terkait (Hasanudin, 2008). Hal yang menghambat penyampaian informasi ini yaitu masalah budaya dimana banyak kalangan yang masih beranggapan bahwa pendidikan seks masih tabu untuk dibicarakan pada remaja baik di lingkungan
keluarga
maupun
di
lingkungan
sekolah,
sehingga
menyebabkan para remaja mendapatkan pendidikan dan pengetahuan yang kurang. Semua pengetahuan yang tanggung ini justru membuat banyak remaja malah mencoba mencari tahu dengan cara melakukannya sendiri dan kurang menyadari akibat yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut. Selain itu, kurangnya peran orang tua dalam kehidupan remaja mengakibatkan banyaknya remaja terjerumus dalam pergaulan bebas dan narkoba (Hasanudin, 2008). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis di SMA WARGA Surakarta pada bulan November 2013, kelas X terdiri dari kelas IPA dan IPS masing-masing 3 kelas, dengan jumlah siswa sebanyak 195 siswa. Studi Pendahuluan ini dengan melakukan wawancara terhadap 10 siswa dengan memberikan 3 pertanyaan tentang HIV/AIDS dan didapatkan hasil wawancara yaitu 7 siswa (70%) belum mengerti tentang HIV/AIDS, sedangkan 3 siswa (30%) sudah cukup mengerti tentang HIV/AIDS.
5
Berdasarkan latar belakang diatas pengetahuan tentang HIV/AIDS penting diketahui remaja, karena makin meningkatnya jumlah penderita HIV/AIDS di dunia tiap tahunnya. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS Pada Siswa Kelas X di SMA WARGA Surakarta”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah penelitian: “Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS Pada Siswa Kelas X di SMA Warga Surakarta?”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di SMA Warga Surakarta. 2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui jumlah remaja dengan tingkat pengetahuan baik, cukup, kurang mengenai HIV/AIDS di SMA Warga Surakarta.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan dan sumber data untuk penelitian selanjutnya.
6
2. Bagi Penulis Penulis mampu menerapkan secara langsung ilmu yang diperoleh selama pendidikan dan melakukan penelitian yang diperlukan dalam menyelesaikan tugas akademis. 3. Bagi Institusi a. SMA WARGA Surakarta Memberi data konkrit dan bahan masukan tentang pengetahuan siswa SMA tentang HIV/AIDS. b. STIKes Kusuma Husada Surakarta Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi dan sumber bacaan mengenai pengetahuan tentang HIV/AIDS dan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya.
E. Keaslian Penelitian Multaji
(2011),
dalam
penelitian
yang
berjudul
“Tingkat
Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS di SMAN 1 Torjun Kabupaten Sampang Madura”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini remaja kelas III SMA 1 Torjun Kabupaten Sampang sebanyak 120 responden dan jumlah sampel sebanyak 92 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik Simple Random Sampling. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir setengah dari 92 responden yaitu 35 responden (38%) mempunyai pengetahuan cukup, 32 responden
7
(34.8%) mempunyai pengetahuan baik dan 25 responden (27.2%) mempunyai pengetahuan kurang tentang HIV/AIDS. Putrie Kalina (2012), dalam peneliti yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS Pada Siswa Kelas XI Di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen”. Penelitian ini menggunakan metode deksriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja kelas XI IPS di Sekolah Menengah Atas PGRI 1 Karangmalang Sragen yang berjumlah 83 responden dan sampel yang digunakan adalah siswa kelas XI IPS yang berjumlah 83 responden. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik Total Sampling. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas XI di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen dalam kategori baik yaitu sebanyak 53 responden (63,85%) sedangkan untuk kategori cukup sebanyak 24 responden (28,91%) dan untuk kategori kurang sebanyak 6 responden (7,22%). Perbedaan dengan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada lokasi penelitian, waktu penelitian, responden penelitian dan teknik pengambilan sampel.
8
F. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran secara ringkas mengenai isi Karya Tulis Ilmiah ini, secara sistematis dapat diuraikan sebagai berikut : BAB 1
PENDAHULUAN Berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian umum dan khusus, manfaat penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan membahas mengenai : pengertian pengetahuan, tingkat pengetahuan, faktor-faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan,
pengertian
remaja, perkembangan dan ciri-ciri remaja, tugastugas perkembangan remaja, perubahan psikologis masa remaja, masalah kesehatan remaja, definisi HIV/AIDS,
epidemiologi
HIV/AIDS,
HIV/AIDS,
manifestasi
klinis
penatalaksanaan
penderita
gejala
HIV/AIDS,
HIV/AIDS,
cara
pencegahan HIV/AIDS, nutrisi bagi penderita HIV/AIDS. Selain itu juga berisi kerangka teori dan kerangka konsep penelitian. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini terdiri dari jenis dan rancangan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi,
9
sampel, dan teknik pengambilan sampel, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian,
definisi
operasional,
metode
pengumpulan dan analisa data, serta etika penelitian. BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini menjelaskan tentang gambaran umum,
hasil
penelitian,
pembahasan
keterbatasan. BAB V
PENUTUP Dalam bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori A. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’ dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni, indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). b. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007), bahwa pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu: 1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
10
11
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. 2) Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (Application) Aplikasi
diartikan
sebagai
kemampuan
untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat
dari
penggunaan
menggambarkan
kata
(membuat
kerja, bagan),
seperti
dapat
membedakan,
12
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5) Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007), bahwa tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut: 1) Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah serta berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dalam
13
rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan di bidang kesehatan, bidang kesehatan membina hubungan lintas sektoral dengan bidang pendidikan agar pendidikan kesehatan dicantumkan dalam kurikulum dasar. 2) Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara
untuk
memperoleh
kebenaran
pengetahuan
yang
diperoleh dengan cara memecahkan masalah yang dihadapi. Pengalaman
belajar
selama
bekerja
akan
dapat
mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata sesuai dengan bidang kerjanya (Notoatmodjo, 2007). 3) Usia Usia berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah tua akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan
yang
diperolehnya
semakin
membaik
mendukung
tingginya
(Notoatmodjo, 2007). 4) Sosial ekonomi Lingkungan
sosial
akan
pengetahuan seseorang, sedangkan ekonomi dikaitkan dengan pendidikan, ekonomi baik tingkat pendidikan akan tinggi,
14
sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi juga (Notoatmodjo, 2007). 5) Budaya Budaya
sangat
berpengaruh
terhadap
tingkat
pengetahuan seseorang karena informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut (Notoatmodjo, 2007). 6) Media Informasi Media informasi
hakikatnya
adalah
alat bantu
pendidikan termasuk pendidikan kesehatan. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan kesehatan, media dibagi menjadi tiga (Notoatmodjo, 2007), yaitu: a) Media Cetak Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan informasi dan pesan-pesan yang sangat bervariasi antara lain: (1) Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar. (2) Leaflet ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasinya dapat dalam bentuk kalimat maupun gambaran atau kombinasi.
15
(3) Flyer (selebaran) ialah seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan. (4) Flip chart (lembar balik) ialah media penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana setiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan di baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi berkaitan dengan gambar tersebut. (5) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. (6) Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan informasi kesehatan yang biasanya ditempel di tempat-tempat umum, di tembok atau di kendaraan umum. (7) Foto
yang
mengungkapkan
informasi-informasi
kesehatan. b) Media Elektronik Media
elektronik
sebagai
sarana
untuk
menyampaikan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan dan jenisnya berbeda-beda, antara lain: (1) Televisi, media penyampaian pesan atau informasiinformasi kesehatan melalui media televisi dapat
16
dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya jawab sekitar masalah kesehatan, pidato (ceramah), TV, sport, kuis atau cerdas cermat, dan sebagainya. (2) Radio, penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui radio juga dapat berbentuk macammacam antara lain: obrolan (tanya jawab), sandiwara radio, ceramah, radio spot, dan sebagainya. (3) Video, penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan dapat melalui video. (4) Slide, slide dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi-informasi kesehatan. (5) Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. c) Media Papan (Bill Board) Bill Board yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai dan diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan disini dapat mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum (bus dan taksi).
17
B. Remaja a. Pengertian Remaja sebagai periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau jika seseorang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah terangsang perasaannya dan sebagainya (Sarwono, 2012). Pengertian Remaja menurut UU No. 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, menganggap semua orang di bawah usia 21 tahun dan belum menikah sebagai anak-anak dan karenanya berhak mendapatkan perlakuan dan kemudahan-kemudahan yang diperuntukkan bagi anak (pendidikan, perlindungan dari orang tua, dan lain-lain) (Sarwono, 2012). Remaja ditinjau dari sudut perkembangan fisik yaitu dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu yang terkaitan (seperti biologi dan ilmu faal) remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik, yaitu masa alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya (Sarwono, 2012). Batasan usia remaja menurut WHO adalah 10 sampai 20 tahun. Selanjutnya WHO menyatakan membagi kurun usia dalam 2 bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Menurut PBB usia 15-24 tahun sebagai usia pemuda (youth) (Sarwono, 2012).
18
Definisi remaja dari sosial-psikologis bahwa remaja merupakan masa penyempurnaan dari perkembangan pada tahaptahap sebelumnya. Hal ini terlihat dalam teori Piaget tentang perkembangan kognitif (kesadaran, inteligensi), teori Kohlberg tentang perkembangan seksual. Csilzentimihalyi & Larson menyatakan bahwa puncak perkembangan jiwa itu ditandai dengan adanya proses perubahan dari kondisi entropy ke kondisi negentropy. Entropy adalah keadaan di mana kesadaran menusia masih belum tersusun rapi. Sedangkan negentropy adalah keadaan di mana isi kesadaran tersusun dengan baik, pengetahuan yang satu terkait dengan pengetahuan yang lain dan pengetahuan jelas berhubungannya dengan perasaan atau sikap (Sarwono, 2012). Definisi remaja untuk masyarakat Indonesia belum bisa untuk ditetapkan karena Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat, dan tingkatan sosial-ekonomi maupun pendidikan. Walaupun demikian, sebagai pedoman umum kita dapat menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah (Sarwono, 2012).
19
b. Perkembangan dan ciri-ciri remaja Menurut Widyastuti (2009), berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja terdiri dari 3 tahap, yaitu: 1) Masa Remaja Awal (10-12 tahun) a) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya b) Tampak dan merasa ingin bebas c) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berfikir yang khayal (abstrak) 2) Masa Remaja Tengah (13-15 tahun) a) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri b) Ada keinginan untuk berkencan atau keterkaitan pada lawan jenis c) Timbul perasaan cinta yang mendalam d) Kemampuan
berfikir
abstrak
(berkhayal)
makin
berkembang e) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual 3) Masa Remaja Akhir (16-19 tahun) a) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri b) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif
20
c) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya d) Dapat mewujudkan perasaan cinta e) Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak c. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja Menurut Yusuf (2011), salah satu periode dalam rentan kehidupan individu adalah fase remaja. Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu. Adapun tugas-tugas perkembangan remaja, yaitu: 1) Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya 2) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figurfigur yang mempunyai otoritas 3) Mengembangkan ketrampilankomunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok 4) Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya 5) Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuan sendiri 6) Merupakan self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip atau falsafah hidup 7) Mampu
meninggalkan
reaksi
(sikap/perilaku) kekanak-kanak
dan
penyesuaian
diri
21
d. Perubahan Psikologis Masa Remaja Menurut Widyastuti (2009), perubahan psikologis masa remaja terdiri dari 4 perubahan, yaitu: 1) Perubahan Kemampuan Intelektual Pesatnya perkembangan kemampuan intelektual remaja akan terjadi pada saat usia 11 hingga 15 tahun. Biasanya mereka terdorong memahami dunia luar, mengembangkan ataupun mengorganisasikan ide-idenya. 2) Perubahan Emosi Perubahan emosi remaja merupakan akibat perubahan hormonal dan terhenti seiring bertambah usia. Remaja dikatakan matang secara emosi, jika mampu menguasai dan mengontrol emosi, menunggu dalam mengungkapkan emosi, mengungkapkan emosi dengan cara-cara yang lebih dapat diterima, kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosi, bereaksi dengan berfikir, emosi lebih stabil dan tidak berubahubah. 3) Perubahan Perilaku Sosial Salah satu tugas pokok perkembangan dari remaja yang tersulit ialah penyesuaian diri secara sosial dan hateroseksual, seperti meningkatkan pengaruh teman sebaya, perubahan perilaku dan kelompok sosial baru. Dampak dari keterlibatan kegiatan sosial remaja ialah meningkatkan wawasan sosial,
22
meningkatkan
kompetensi
sosial,
bertambah
dan
berkurangnya prasangka dan diskriminasi. 4) Perubahan Minat Banyaknya minat selama periode remaja, namun tidak semua minat harus dimiliki oleh remaja, karena hal ini sangat tergantung dengan karakteristik dan kebutuhan remaja itu sendiri. e. Masalah Kesehatan Remaja Menurut Judarwanto (2010), masalah kesehatan yang mempengaruhi remaja adalah sebagai berikut: 1) Kehamilan dan Persalinan Dini Sekitar 16 juta anak perempuan berusia 15 sampai 19 tahun melahirkan setiap tahun sekitar 11% dari semua kelahiran di seluruh
dunia.
Risiko
kematian
dari
penyebab
yang
berhubungan dengan kehamilan jauh lebih tinggi dari pada orang yang lebih tua. 2) HIV Usia 15 sampai 24 tahun menyumbang 40% perkiraan dari semua infeksi HIV baru di kalangan orang dewasa di seluruh dunia pada tahun 2008. Setiap hari 2500 lebih remaja terinfeksi dan global ada lebih dari 5,7 juta remaja yang hidup dengan HIV/AIDS.
23
3) Malnutrisi Banyak
remaja
laki-laki
dan
perempuan
di
Negara
berkembang kekurangan gizi, membuat remaja lebih rentan terhadap penyakit dan kematian dini. Gizi yang cukup dan makan yang sehat serta kebiasaan latihan fisik pada usia ini adalah dasar bagi kesehatan yang baik di usia dewasa. 4) Kesehatan Mental Dalam setiap tahun tertentu, sekitar 200% dari remaja akan mengalami masalah kesehatan mental, yang paling sering depresi atau kecemasan. Risiko meningkat oleh pengalaman kekerasan, devaluasi penghinaan dan kemiskinan dan bunuh diri merupakan salah satu penyebab utama kematian pada remaja. 5) Penggunaan Tembakau dan Rokok Sebagian besar pengguna tembakau di seluruh dunia dimulai ketika remaja. Setengah dari para pengguna akan mati sebagai akibat dari penggunaan tembakau. 6) Bahaya Penggunaan Alkohol Bahaya alkohol di kalangan remaja adalah kekhawatiran meningkat di banyak negara. Ini merupakan penyebab utama dari cedera (termasuk yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas jalan).
24
7) Kekerasan Kekerasan adalah salah satu penyebab utama kematian di kalangan remaja. 8) Trauma Trauma tidak sengaja adalah penyebab utama kematian dan cacat di kalangan remaja. C. HIV/AIDS a. Definisi HIV/AIDS Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV), termasuk penyakit infeksi yang mengancam jiwa. HIV merupakan virus RNA dari famili Retroviridae dan subfamili Lentivirinae (Nasronudin, 2007). Seperti retrovirus yang lain, HIV menginfeksi tubuh dengan periode inkubasi yang panjang (klinik-laten), dan utamanya menyebabkan
munculnya
menyebabkan
beberapa
tanda
dan
kerusakan
gejal
AIDS.
HIV
sistem
imun
dan
menghancurkannya. Hal tersebut terjadi dengan menggunakan DNA dari CD4 dan limfosit-T untuk mereplikasi diri. Dalam proses itu, virus tersebut menghancurkan CD4 dan limfosit-T (Nursalam, 2007).
25
b. Epidemiologi HIV/AIDS Transmisi HIV ke dalam tubuh manusia melalui 3 cara, yaitu: 1) Secara vertikal dari ibu ke anak Kebanyakan bayi/anak terinfeksi berasal dari ibu yang terinfeksi HIV. Jadi transmisi pada masa perinatal terjadi pada masa intrauterina (transplasenta), intrapartum, postpartum (terutama melalui ASI). Sekitar 85%-90% infeksi HIV pada anak didapatkan pada persalinan dari ibu yang terinfeksi HIV, sedangkan sebagian karena transfusi darah atau komponen darah yang tercemar HIV. Transmisi melalui ASI, 14% terjadi pada 6 bulan pertama postpartum. Oleh karena itu, Centers for Disease Control (CDC) menyarankan agar ibu hamil dengan HIV agar tidak menyusui bayinya. 2) Secara transeksual (homoseksual maupun heteroseksual) 3) Secara horizontal yaitu kontak antardarah (pemakai jarum suntik bersama-sama secara bergantian, tato, tindik, transfusi darah, transplantasi organ, tindakan hemodialisis, perawatan gigi, khitanan massal, dan lain-lain) (Nasronudin, 2007).
26
c. Gejala HIV Diagnosis
infeksi
HIV
&
AIDS
dapat
ditegakkan
berdasarkan klasifikasi klinis WHO dan atau CDC. Di Indonesia diagnosis AIDS untuk keperluan surveilans epidemiologi dibuat bila menunjukkan tes HIV positif dan sekurang-kurangnya didapatkan 2 gejala mayor atau satu gejala minor (Nasronudin, 2007). Gejala mayor dan minor pada pasien HIV & AIDS (Nasronudin, 2007). 1. Mayor a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan b. Diare kroniks yang berlangsung lebih dari 1 bulan c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis e. Ensefalopati HIV 2. Minor a) Batuk menetap lebah dari 1 bulan b) Dermatitis generalisata c) Herpes zoster multisegmental berulang d) Kandidiasis orofaringeal e) Herpes simpleks kroniks progresif f) Limfadenopati generalisata g) Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
27
h) Retinitis oleh virus sitomegalo d. Manifestasi Klinis HIV/AIDS Menurut WHO (2002), manifestasi klinis penderita HIV/AIDS dewasa dibagi menjadi empat stadium, yaitu: Stadium I 1) Asimtomatis 2) Limpadenopati generalisata persisten Dengan penampilan klinis derajat I : asimtomatis dan aktivitas normal Stadium II 1) Penurunan berat badan, < 10% 2) Manifestasi mukokutaneus minor (dermatitis seborreic, prurigo, infeksi jamur pada kuku, ulserasi pada mulut berulang, cheilitis angularis) 3) Herpes Zoster, dalam 5 tahun terakhir 4) Infeksi saluran napas atas berulang (misalnya: sinusitis bakterial) Dengan atau penampilan klinis derajat 2: simtomatis, aktivitas normal Stadium III 1) Penurunan berat badan, > 10% 2) Diare kronis dengan penyebab yang tidak jelas, > 1 bulan
28
3) Demam tanpa penyebab yang jelas (intermittent atau menetap), > 1 bulan 4) Kandidiasis oral 5) Tuberkulosis paru, dalam 1 tahun terakhir 6) Terinfeksi bakteri berat (pneumonia, piomiositis) Dengan atau penampilan klinis derajat 3: berbaring di tempat tidur, < 50% sehari dalam satu bulan terakhir Stadium IV 1) HIV wasting sindrome 2) Pneumonia pneumokistik karinii 3) Infeksi toksoplasmosis di otak 4) Diare karena cryptosporidiosis, > 1 bulan 5) Mengalami infeksi sitomegalovirus 6) Infeksi herpes simpleks, maupun mukokutaneus, > 1 bulan 7) Infeksi mikosis (histoplasmosis, coccidioidomycosis) 8) Kandidiasis esofagus, trakhea, bronkus, maupun paru 9) Infeksi mikobaktereriosis atypical 10) Sepsis 11) Tuberkulosis ekstrapulmoner 12) Limfoma maligna 13) Sarkoma kaposi Dengan penampilan klinis derajat 4: berada di tempat tidur, > 50% setiap hari dalam bulan-bulan terakhir (Nasronudin, 2007).
29
e. Penatalaksanaan penderita HIV/AIDS 1) Penatalaksanaan umum Istirahat, dukungan nutrisi yang memadai berbasis makronutrien dan mikronutrien untuk penderita HIV & AIDS, konseling termasuk pendekatan psikologis dan psikososial (Nasronudin, 2007). 2) Penatalaksanaan khusus Pemberian antiretroviral therapy (ART) kombinasi, terapi infeksi sekunder sesuai jenis infeksi yang ditemukan, terapi malignansi (Nasronudin, 2007). a) Rekomendasi terapi antiretroviral Rekomendasi
memulai
terapi
antiretroviral
pederita dewasa menurut WHO (2006): Tabel 2.1 Rekomendasi memulai terapi antiretroviral penderita dewasa menurut WHO (2006) Stadium Pemeriksaan Pemeriksaan CD4 dapat Klinis CD4 tidak dapat dilakukan WHO dilakukan I ARV belum Terapi bila CD4 < 200 direkomendasi sel/mm³ II ARV belum Mulai terapi bila CD4 < 200 sel/mm³ direkomendasi III Mulai Terapi Pertimbangan terapi < 350 sel/mm³acd dan mulai ARV ARV sebelum turun < 200 sel/mm³ Terapi tanpa Mulai terapi IV mempertimbangkan jumlah CD4 Sumber : (Nasronudin, 2007)
30
b) Tujuan terapi antiretroviral (1) Menurunkan angka kesakitan akibat HIV, dan menurunkan kematian akibat AIDS. (2) Memperbaiki
dan
meningkatkan
kualitas
hidup
penderita seoptimal mungkin. (3) Mempertahankan dan mengembalikan status imun ke fungsi normal, dengan CD4 di atas 500 (4) Menekan replikasi virus serendah dan selama mungkin sehingga kadar HIV dalam plasma < 50 kopi/ml. (Nasronudin, 2007). f. Cara Pencegahan HIV/AIDS Menurut Nasronudin (2007) dan Nursalam (2007), hal-hal yang
perlu
diperhatikan
dalam
pencegahan
infeksi
HIV
diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Pengurangan dampak buruk penggunaan narkotika suntik termasuk melalui puskesmas atau lembaga permasyarakatan (lapas). 2) Menerapkan prinsip ABC, yaitu Abstinence (tidak melakukan hubungan seksual), Be faithful (setia pada pasangan) dan Condom (penggunaan kondom jika terpaksa melakukan hubungan dengan pasangan. 3) Prevention Of Mother-To-Child Transmission (PMTCT) yaitu pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi.
31
4) Pemakaian transfusi darah yang aman. 5) Penggunaan peralatan kewaspadaan universal. 6) Mengikuti program Voluntary Counseling and Testing (VCT) g. Nutrisi bagi Penderita HIV Nutrisi yang sehat dan seimbang diperlukan oleh penderita HIV/AIDS untuk mempertahankan kekuatan tubuh dan berat badan, mengganti kehilangan vitamin dan mineral, meningkatkan fungsi sistem imun dan kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi, memperpanjang periode dari infeksi hingga berkembang menjadi
penyakit
AIDS,
meningkatkan
respons
terhadap
pengobatan, menjaga orang yang hidup dengan HIV/AIDS agar dapat tetap aktif, menjaga orang dengan HIV/AIDS agar tetap produktif (Nursalam, 2007). Menurut Nursalam (2007), bahan-bahan makanan yang baik untuk nutrisi penderita HIV/AIDS, yakni: 1) Tempe atau produknya yang mengandung protein dan vitamin B12 yang mengandung bakterisida yang dapat mencegah diare. 2) Kelapa dan produknya yang mengandung medium chain trigliserida (MCT) yang mudah diserap. MCT merupakan sumber energi yang dapat digunakan untuk pembentukan sel. 3) Wortel kaya kandungan beta karogen. Beta karogen berfungsi sebagai antiradikal bebas yang dihasilkan oleh perusakan HIV pada sel tubuh.
32
B. Kerangka Teori Faktor yang mempengaruhi pengetahuan: 1. Pendidikan REMAJA
2. Pengalaman 3. Usia 4. Sosial ekonomi 5. Budaya 6. Media Informasi
Tingkat Pengetahuan HIIV/AIDS:
tentang
1. Definisi HIV/AIDS 2. Epidemiologi HIV/AIDS 3. Gejala HIV/AIDS 4. Manifestasi Klinis HIV/AIDS 5. Penatalaksanaan HIV/AIDS
Penderita
6. Cara Pencegahan HIV/AIDS
7. Nutrisi
bagi
penderita
HIV/AIDS
Gambar 2.1 Kerangka Teori ( Sumber Notoatmodjo, 2007, Sarwono, 2012 dan Nasronudin, 2007).
33
C. Kerangka Konsep Penelitian
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan: 1. Pendidikan
BAIK Tingkat Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS
2. Pengalaman 3. Usia 4. Sosial ekonomi
CUKUP
KURANG
5. Budaya 6. Media Informasi
: Variabel tidak diteliti
: Variabel yang diteliti
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Rancangan penelitian atau desain penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deksriptif kuantitatif. Deksriptif yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian yang terjadi berdasarkan karakteristik tempat, waktu, umur, jenis kelamin, sosial, ekonomi, pekerjaan, status perkawinan, cara hidup (pola hidup), dan lain-lain (Hidayat, 2007). Kuantitatif yang digunakan untuk mengolah data yang berbentuk angka, baik sebagai hasil pengukuran maupun hasil dari konveksi ini lebih banyak digunakan dalam penelitian, karena menghasilkan kesimpulan yang lebih tepat (Notoatmodjo, 2005). Deksriptif
kuantitatif apabila dalam mendeskripsikan, peneliti
menggunakan angka-angka dengan analisis univariat berupa persentase dan ukuran tendesi sentral seperti rerata, maupun standar deviasi, kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi (Saryono, 2011). Penelitian ini menggunakan pendekatan waktu secara eksploratif. Penelitian Eksploratif merupakan salah satu pendekatan penelitian yang digunakan untuk meneliti sesuatu (yang menarik perhatian) yang belum diketahui, belum dipahami, belum dikenali, dengan baik, biasanya
34
35
penelitian eksploratif kearah menjelaskan fenomena suatu variabel dalam bentuk deskriptif (Riwidikdo, 2013).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian Menjelaskan
tempat
atau
lokasi
tersebut
dilakukan
(Notoatmodjo, 2012). Lokasi dalam penelitian ini akan dilakukan di SMA WARGA Surakarta. 2. Waktu penelitian Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan peneliti
untuk
memeroleh
data
penelitian
yang
dilakukan
(Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini dilakukan pada tanggal 31 Mei 2014.
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah remaja kelas X IPA dan IPS di SMA WARGA Surakarta dengan jumlah 195 siswa.
36
2. Sampel penelitian Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Rumusan untuk menentukan sampel adalah sebagai berikut : ܰെ݊ െݍ ݔඨ ݀ ൌ ݔݖට ܰെͳ ݊ Keterangan : d
: Penyimpangan terhadap populasi / derajat kecepatan yang diinginkan, biasanya 0,05 atau 0,001
Z
: Standar deviasi normal, biasanya ditentukan pada 1,95 atau 2,0 yang sesuai dengan derajat kemaknaan 95%
p
: Proporsi untuk sifat tertentu yang diperkirakan terjadi pada populasi. Apabila tidak diketahui proporsi / sifat tertentu tersebut maka p=0,05
q
: 1,0 – p
N
: Besarnya populasi
n
: Besarnya sampel
(Sumber : Notoatmodjo, 2005)
37
Dari jumlah populasi 195 siswa sampel yang akan digunakan antara lain sebagai berikut : ܰെ݊ െݍ ݔඨ ݀ ൌ ݔݖට ܰെͳ ݊ ଶ
ͷ ͻͷ ͷ ඨͳͲͲ ͲͲͳ ݔඨͳͻͷ െ ݊ ൌ ʹݔ ݔ ൲ ൮ ͳͻͷ െ ͳ ͳͲͲ ݊ ͷ ͷͻݔͷ ͳͻͷ െ ݊ ቌ ൌ ʹݔඨ ݔඨ ቍ ͳͲͲ ͳͲǤͲͲͲ݊ ͳͻͶ ሺͳͻͷ െ ݊ሻ ʹͷ ͷͻݔͷ ൌ ݔ ͶͲǤͲͲͲ ͳͲǤͲͲͲ݊ ͳͻͶ ሺͳͻͷ െ ݊ሻ ݊ ൌ ͳͻͶ
194n = 76 x ( 194-n) 194n = 14820 – 76n 270n = 14820
݊ൌ
ͳͶͺʹͲ ʹͲ
N = 54,8
N = 55 orang
ଶ
38
3. Teknik pengambilan sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Simple Random Sampling. Menurut Notoatmodjo (2012), Simple Random Sampling adalah bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel secara acak sederhana ini dibedakan dua cara, yaitu dengan mengundi anggota populasi (lottery technique) dan dengan menggunakan tabel bilangan atau angka acak (Random number). Pada penelitian ini cara pengambilan sampel dengan mengundi anggota populasi atau lottery technique. Dalam penelitian ini sampel yang dibutuhkan adalah 55 responden yang diambil dari 6 kelas yaitu : 5 kelas akan diambil sebanyak 9 responden dan 1 kelas akan diambil sebanyak 10 responden dan dilakukan pengundian sebanyak 2 kali untuk menentukan responden. Undian pertama untuk menentukan kelas yang akan diambil responden sebanyak 10 responden diantara 6 kelas, dengan cara menuliskan nama kelas di kertas undian yaitu : kelas ipa 1, ipa 2, ipa 3, ips 1, ips 2, dan ips 3 dan nama kelas yang keluar menjadi kelas yang akan diambil respondennya sebanyak 10 responden dan yang terpilih adalah kelas ipa 1. Undian yang kedua untuk menentukan jumlah responden yang akan diambil dari tiap-tiap kelas yaitu : 9 responden untuk 5 kelas dan 10 responden untuk 1 kelas, dengan cara menuliskan Nomer Induk Siswa (NIS) pada kertas
39
undian dan NIS yang keluar akan dijadikan sebagai
responden.
Setelah jumlah pengambilan sampel terpenuhi semua responden dikumpulkan pada aula untuk dilakukan penelitian.
D. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang memiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel tunggal yaitu pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS.
E. Definisi Operasional Definisi
operasional
adalah mendefinisikan variabel
secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2007). Skala ukur ordinal dapat dikategorikan sebagai berikut:
40
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variable Definisi operasional Tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS
Skala ukur
Hasil
Alat ukur
Segala sesuatu yang Ordinal a. Baik, bila nilai Kuisoner diketahui remaja responden (x) > mean + 1 SD tentang pengertian b. Cukup, bila nilai HIV/AIDS, penyebab, gejala, mean –1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD cara penularan, c. Kurang, bila nilai penanganan, cara responden (x) < pencegahan, nutrisi mean –1 SD bagi penderita HIV
F. Instrumen penelitian Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012). Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner yaitu alat ukur berupa angket atau kuesioner dengan beberapa pertanyaan (Hidayat, 2007). Kuesioner yang digunakan dalam bentuk pernyataan tertutup (closed ended) yang mempunyai keuntungan mudah mengarahkan jawaban responden dan mudah diolah (Notoatmodjo, 2012). Instrumen ini ada 30 soal, dimana permasalahan soal tersebut mengenai tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS. Sistem penilaian pernyataan dengan kriteria positif (favorable) yaitu bila menjawab “benar” skornya 1 jika menjawab “salah” skornya 0 dan kriteria negatif (unfavorable) bila menjawab “salah” skornya 1 dan jika menjawab “benar” skornya 0. Pengisian kuesioner tersebut dengan memberi tanda centang (√) pada jawaban yang dianggap benar.
41
Tabel 3.2 Kisi – kisi kuisoner Uji Coba Instrumen Variabel Sub variable Jumlah ݂ܽ ݈ܾ݁ܽݎݒ݂ܷ݈ܾܽ݊݁ܽݎݒsoal Tingkat Definisi HIV/AIDS 1, 2*, 3, 4,6 5 6 pengetahuan Penularan HIV/AIDS 11 7, 8, 9, 10, 7 remaja 12, 13 14, 15*,16 tentang Gejala HIV/AIDS 3 Manifestasi Klinis 17, 18 HIV/AIDS 2 HIV/AIDS 20, 21, 22 19 4 Penatalaksanaan penderita HIV/AIDS Cara pencegahan 24, 26 23, 25 4 HIV/AIDS Nutrisi bagi penderita 27, 30* 28, 29 4 HIV/AIDS Jumlah 30 *= Soal yang tidak valid Tabel 3.3 Kisi – kisi kuisoner Penelitian Variabel Sub variable Tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS
Jumlah ݂ܽ ݈ܾ݁ܽݎݒ݂ܷ݈ܾܽ݊݁ܽݎݒsoal Definisi HIV/AIDS 1, 3, 4, 6 5 5 Penularan HIV/AIDS 11 7, 8, 9, 10, 7 12, 13 2 14, 16 Gejala HIV/AIDS 2 Manifestasi Klinis 17, 18 HIV/AIDS Penatalaksanaan 4 20, 21, 22 19 penderita HIV/AIDS Cara pencegahan 24, 26 23, 25 4 HIV/AIDS Nutrisi bagi penderita 27 28, 29 3 HIV/AIDS Jumlah 27
Sebelum kuesioner diberikan pada responden, kuesioner dilakukan uji coba terlebih dahulu. Uji coba dilakukan untuk mendapat instrumen yang benar-benar valid dan reliabel. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di SMA Batik 1 Surakarta.
42
Menurut Notoatmodjo (2005), dapat diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal, apabila jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 20 orang. 1. Uji Validitas Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2012). Sebuah instrumen dikatakan valid sejauh mana mampu mengukur instrumen ini. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus product moment dengan bantuan program komputer SPSS for Windows. Instrumen dikatakan valid jika nilai p < 0,05. Menurut Riwidikdo (2013), rumus product moment adalah: ݎ௫௬ ൌ
ܰ൫Ɖ௫௬ ൯ െ ൫Ɖ௫ Ɖ௬ ൯
ඥሼσ ܰ σ ݔଶ െ ሺ ݔଶ ሻሽሼሺܰ σ ݕଶ ሻ െ ሺσ ݕሻଶ ሽ
Keterangan: r
: Korelasi antara masing-masing butir pertanyaan
N : Jumlah responden x
: Skor pertanyaan
y
: Skor total pertanyaan
xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total Setelah dilakukan uji coba instrumen di SMA Batik 1 Surakarta kepada 20 responden, 27 item soal dinyatakan valid dan 3 soal dinyatakan tidak valid nomor 2, 15, 30. Pernyataan yang tidak valid sebanyak 3 pernyataan dikeluarkan karena pernyataan valid sudah memenuhi kriteria kisi-kisi kuesioner.
43
2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat atau instrumen pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2012). Untuk menguji reliabilitas instrumen peneliti menggunakan Alpha Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS for Windows. Kuesioner atau angket dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha (α) minimal 0,7 (Riwidikdo, 2013). Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut: ݎ ൌ
σ ܵ݅ ଶ ݇ ൨ ቈͳ െ ܵ݅ ଶ ݇െͳ
Keterangan: ri
: Reliabilitas Instrument
k
: Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
σ ܵ݅ ଶ
: Jumlah varian butir
ܵ݅ ଶ
: Varians total Hasil perhitungan dengan Alpha Chronbach dinyatakan reliabel
jika nilai alpha (α) minimal 0,7, dari hasil perhitungan didapatkan nilai alpha (α) 0,911, karena nilai alpha (α) > 0,7 maka dinyatakan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipercaya atau reliabel.
44
G. Teknik Pengumpulan Data Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembar pernyataan persetujuan dan membagikan kuesioner kepada siswa kelas X IPA dan IPS SMA WARGA Surakarta, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden diminta mengisi kuesioner dan kuesioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Menurut Riwidikdo (2013), cara memperoleh data dibagi menjadi 2 yaitu data primer dan data sekunder; 1. Data primer Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari subjek/objek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi Riwidikdo (2013). Dalam penelitian ini data primer diperoleh secara langsung dari siswa kelas X di SMA WARGA Surakarta dan diperoleh jawaban dari pertanyaan yang disediakan melalui kuesioner. 2. Data sekunder Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak dengan berbagai cara metode baik secara komersial maupun nonkomersial Riwidikdo (2013). Dalam penelitian ini data sekunder berupa data yang didapatkan dari Ketua TU yaitu data jumlah siswa kelas X yang berada di SMA WARGA Surakarta sebanyak 195 siswa.
45
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data 1. Metode Pengolahan Data Menurut Notoatmodjo (2012), setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Proses pengolahan data ada 4 yaitu: a. Editing Editing
merupakan
kegiatan
untuk
pengecekan
dan
perbaikan isian formulir atau kuesioner. Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing dilakukan di tempat penelitian sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak sesuai dapat segera dilengkapi. b. Coding Coding merupakan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahap-tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data selanjutnya. Untuk pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS: 1) Untuk jawaban benar diberi skor 1 2) Untuk jawaban salah diberi skor 0 c. Memasukkan data atau processing Jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang
46
dalam bentuk ‘kode’ (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program SPSS 17. d. Pembersihan data (cleaning) Semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinankemungkinan
adanya
kesalahan-kesalahan
kode,
ketidak
lengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. 2. Analisis Data Analisis data penelitian
merupakan media untuk menarik
kesimpulan dari seperangkat data hasil pengumpulan (Saryono, 2011). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis univariat. Analisis univariat adalah menganalisis terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2012). Dari data tentang hasil pengukuran tingkat pengetahuan tersebut dapat dikategorikan dalam beberapa kategori, yaitu: baik, cukup, kurang. Menurut Riwidikdo (2013), untuk membuat 3 kategori yaitu baik, cukup dan kurang maka menggunakan parameter: a) Baik, bila nilai responden (x) > Mean + 1 SD b) Cukup, bila nilai Mean -1 SD ≤ x ≤ Mean + 1 SD
47
c) Kurang, bila nilai responden (x) < Mean -1 SD Menurut Riwidikdo (2013), untuk mencari rata-rata diperoleh dengan rumus: σ୬୧ୀ୧ ୧ ൌ
Keterangan : X
: Rata – rata (mean)
Ɖx : Jumlah seluruh jawaban responden n
: Jumlah data Menurut
Riwidikdo
(2013),
simpangan
baku
(standart
deviation) adalah ukuran yang dapat dipakai untuk mengetahui tingkat penyebaran nilai-nilai (data) terhadap rata-ratanya. ሺσ ୧ ሻଶ ଶ σ െ ୧ ඨ ൌ െͳ
Keterangan :
SD : Simpangan Baku ( Standart Deviation ) Xi : Nilai responden n
: Jumlah data Rumus persentase untuk jumlah siswa menurut tingkat
pengetahuan menurut Riwidikdo (2013), yaitu: ൌ
ͳͲͲΨ
=
ଵଶ ହହ
x 100 % = 21,8 %
2. Pengetahuan Cukup =
ଷ ହହ
x 100 % = 67,3 %
1. Pengetahuan Baik
48
3. Pengetahuan Kurang =
ହହ
x 100 %
= 10,9 %
I. Etika Penelitian Melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subjek penelitian adalah manusia, peneliti harus memahami hak dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia. Setiap penelitian yang menggunakan objek manusia tidak boleh bertentangan dengan etika agar hak responden dapat terlindungi, kemudian kuesioner dikirim ke subjek yang diteliti dengan menekankan pada masalah etika penelitian. Menurut Hidayat (2007), masalah etika dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Informed Consent Informed Consent diberikan sebelum melakukan penelitian dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian. Pemberian Informed Consent ini bertujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui
dampaknya.
Jika
subjek
bersedia,
maka
harus
menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati keputusan tersebut. Pada penelitian
49
ini semua responden akan diberi lembar persetujuan. 2. Anonimity (Kerahasiaan nama/identitas) Anonimity berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data (kuisioner). Peneliti hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data tersebut. Pada penelitian ini peneliti tidak akan mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data. 3. Confidentiality (kerahasiaan hasil) Confidentiality ini menjelaskan masalah-masalah responden yang harus dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian. Kerahasiaan hasil/informasi yang telah dikumpulkan dari setiap subjek akan dijamin oleh peneliti.
J. Jadwal Penelitian Dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun proposal sampai dengan penulisan laporan proposal, beserta waktu berlangsungnya setiap kegiatan tersebut (Notoatmodjo, 2012). Jadwal penelitian ini terlampir.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMA WARGA Surakarta terletak di Jl. Monginsidi 17, Kelurahan Tegalharjo, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta dengan luas 3138,15 m2. SMA WARGA Surakarta dipimpin oleh kepala sekolah yang bernama Dra. Ch. Titik Purwanti, M.Pd. Tenaga pengajar dan staf karyawan di SMA WARGA Surakarta terdiri dari 46 guru, 12 karyawan dan TU. SMA WARGA Surakarta memiliki berbagai Fasilitas pendukung yaitu 18 ruang kelas, Laboratorium fisika, Laboratorium Bahasa Inggris, Laboratorium Biologi, Laboratorium Multimedia, Laboratorium kimia, Laboratorium TIK (Teknik Informasi dan Komunikasi), Perpustakaan, ruang UKS (Unit Kesehatan Sekolah), ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang TU (Tata Usaha), ruang BK (Badan Konseling), lapangan upacara dan olahraga, Koperasi, mushola dan kantin. SMA WARGA Surakarta dengan jumlah 609 siswa yaitu kelas X terdiri 6 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 195 siswa, kelas XI terdiri 5 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 187 siswa, kelas XII terdiri 7 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 227 siswa.
B. Hasil Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas X di SMA WARGA Surakarta yang berjumlah 55 siswa. Untuk memperoleh data
50
51
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada responden untuk dijawab kemudian kuesioner dikembalikan oleh peneliti untuk diolah dan dianalisis. Berdasarkan perhitungan dengan program spss diperoleh sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Pengolaha Data Mean Pengetahuan remaja tentang 22,2 HIV/AIDS di SMA WARGA Surakarta Sumber: Data Primer
Standar Deviasi 2,5
Berdasarkan tabel diatas pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu: 1. Baik
: (x) ≥ mean + 1 SD (x) ≥ 22,2 + 1 x 2,5 (x) ≥ 24,7
Jadi nilai responden dikatakan baik jika nilai (x) ≥ 24,7 2. Cukup
: mean - 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD 22,2 - 1 x 2,5 ≤ x ≤ 22,2 + 1 x 2,5 (x) 19,7 ≤ x ≤ 24,7
Jadi nilai responden dikatakan cukup jika (x) 19,7 ≤ x ≤ 24,7 3. Kurang : (x) ≤ mean - 1 SD (x) ≤ 22,2 - 1 x 2,5 (x) 19,7 Jadi nilai responden dikatakan kurang jika (x) ≤ 19,7
52
Dari hasil tabulasi Tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas X di SMA WARGA Surakarta disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS Pada Siswa Kelas X di SMA WARGA Surakarta No.
Pengetahuan
Frekuensi
Persentase
1
Baik
12
21,8 %
2
Cukup
37
67,3 %
3
Kurang
6
10,9 %
Jumlah
55
100 %
Sumber: Data Primer Juni 2014 Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas X di SMA WARGA Surakarta dalam kategori baik yaitu sebanyak 12 responden (21,8%), kategori cukup sebanyak 37 responden (67,3%) dan untuk kategori kurang sebanyak 6 responden (10,9%). Jadi tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada kelas X di SMA WARGA Surakarta dapat dikategorikan berpengetahuan cukup yaitu 37 responden (67,3%).
C. Pembahasan Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’ dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni, indera penglihatan,
53
pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2007). Salah satu pengetahuan yang harus dimiliki oleh remaja adalah pengetahuan tentang HIV/AIDS karena Angka kejadian HIV/AIDS di Indonesia pada bulan Januari sampai Juni tahun 2013 yaitu 10.210 kasus HIV dan 780 kasus AIDS. Usia 15 sampai 19 tahun menyumbang 3,4% perkiraan dari semua infeksi HIV/AIDS dikalangan remaja di Indonesia tahun 2013. Data lain persentase pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS pada kelompok usia 15-24 tahun masih rendah sebesar 21,28% (Kemenkes RI, 2013). Hal tersebut dapat terjadi karena remaja sekarang pergaulannya bebas dan terbiasa dengan gaya hidup seksual pranikah. Selain itu, peningkatan aktifitas seksual dikalangan kaum remaja, tidak diiringi dengan peningkatan
pengetahuan tentang kesehatan seksual dan
reproduksi termasuk HIV/AIDS, penyakit menular seksual (PMS). Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV), termasuk penyakit infeksi yang mengancam jiwa. HIV merupakan virus RNA dari famili Retroviridae dan subfamili Lentivirinae (Nasronudin, 2007). Menurut Nasronudin (2007), gejala mayor pada pasien HIV & AIDS, yaitu ditandai dengan berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan, diare kroniks yang berlangsung lebih dari 1 bulan, demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan, penurunan kesadaran dan gangguan neurologis.
54
Menurut Nasronudin (2007) dan Nursalam (2007), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencegahan infeksi HIV adalah pengurangan dampak buruk penggunaan narkotika suntik termasuk melalui puskesmas atau lembaga permasyarakatan (lapas), Menerapkan prinsip ABC, yaitu Abstinence (tidak melakukan hubungan seksual), Be faithful (setia pada pasangan) dan Condom (penggunaan kondom jika terpaksa melakukan hubungan dengan pasangan, Prevention Of Mother-To-Child Transmission (PMTCT) yaitu pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi, Pemakaian transfusi darah yang aman, Penggunaan peralatan kewaspadaan universal, dan Mengikuti program Voluntary Counseling and Testing (VCT). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA WARGA Surakarta menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas X di SMA tersebut dalam kategori baik yaitu sebanyak 12 responden (21,8%), kategori cukup sebanyak 37 responden (67,3%) dan untuk kategori kurang sebanyak 6 responden (10,9%). Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Kalina Putrie (2012), dengan judul “Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS Pada Siswa Kelas XI IPS di SMA PGRI 1 Sragen” dengan hasil sebagian besar responden mempunyai pengetahuan baik sebanyak 53 responden (63,85%). Perbedaan dengan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah hasil penelitiannya yaitu pada penelitian ini didapatkan responden berpengetahuan cukup sebanyak 37 responden dan pada
55
penelitian sebelumnya responden berpengetahuan baik sebanyak 53 responden. Menurut Notoatmodjo (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan, pengalaman, usia, sosial ekonomi, budaya dan media informasi. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang diperoleh dengan cara memecahkan masalah yang dihadapi. Usia berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah tua akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang, sedangkan ekonomi dikaitkan dengan pendidikan, ekonomi baik tingkat pendidikan akan tinggi, sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi juga. Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut. Media informasi hakikatnya adalah alat bantu pendidikan termasuk pendidikan kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden mempunyai pengetahuan cukup tentang HIV/AIDS. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan tersebut adalah informasi dan jurusan yang ada di SMA. Di SMA WARGA Surakarta, belum pernah mengadakan penyuluhan tentang
56
HIV/AIDS sehingga pengetahuan siswanya belum baik. Selain itu, di SMA WARGA Surakarta ada 2 jurusan IPA dan IPS, dari analisis yang telah dilakukan didapatkan siswa yang berpengetahuan cukup lebih banyak dari jurusan IPA dibandingkan jurusan IPS dikarenakan IPA diberikan mata pelajaran tentang kesehatan sedangkan jurusan IPS lebih banyak diberikan mata pelajaran tentang ilmu sosial. Selain itu, ada kemungkinan faktor budaya yaitu alamat responden yang dapat mempengaruhi pengetahuan responden karena sebagian responden tinggal di desa, sehingga informasi yang didapat responden kurang khususnya informasi tentang kesehatan. Berdasarkan
penelitian
diatas
sebagian
besar
responden
mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 37 responden (67,3%) mengenai HIV/AIDS dan sebagian besar responden berusia 15 sampai 16 tahun. Oleh karena itu, pengetahuan tentang HIV/AIDS penting diketahui oleh remaja karena kelompok umur 15 sampai 19 tahun masih menyumbang sebanyak 3,4% perkiraan dari semua infeksi HIV/AIDS di Indonesia tahun 2013 akibat pergaulan bebas dan gaya hidup seksual pranikah.
D. Keterbatasan 1. Kendala Penelitian Pada saat penelitian bersamaan dengan kegiatan pembelajaran siswa di SMA WARGA Surakarta sehingga waktunya terbatas.
57
2. Keterbatasan Penelitian a. Variabel Penelitian Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal sehingga hasil penelitian terbatas pada tingkat pengetahuan saja. b. Kuesioner Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup sehingga responden tidak dapat menguraikan jawaban selain jawaban yang tersedia.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS di SMA WARGA Surakarta tahun 2014”, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Tingkat pengetahuan remaja kelas X tentang HIV/AIDS di SMA WARGA Surakarta dalam kategori baik sebanyak 12 responden (21,8%). 2. Tingkat pengetahuan remaja kelas X tentang HIV/AIDS di SMA WARGA Surakarta dalam kategori cukup sebanyak 37 responden (67,3%). 3. Tingkat pengetahuan remaja kelas X tentang HIV/AIDS di SMA WARGA Surakarta dalam kategori kurang sebanyak 6 responden (10,9%).
B. Saran Berbagai keterbatasan dan kekurangan selama jalannya penelitian, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat digunakan sebagai sumber data dan bacaan untuk penelitian selanjutnya.
58
59
2. Bagi Institusi a. SMA WARGA Surakarta Diharapkan pihak sekolah bekerjasama dengan institusi kesehatan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada siswanya khususnya
mengenai
HIV/AIDS
agar
siswa-siswanya
berpengetahuan baik tentang HIV/AIDS. b. STIKes Kusuma Husada Surakarta Diharapkan institusi menambah referensi tentang HIV/AIDS di perpustakaan sebagai bahan bacaan. 3. Bagi Peneliti selanjutnya Diharapkan penelitian selanjutnya mengembangan variabel dan instrument penelitian sehingga diperoleh hasil penelitian yang bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Hasanudin. 2008. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Keluarga Dengan Upaya Pencegahan HIV/AIDS Pada Siswa SMAN 5 Palu dalam Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol. 1, No. 4, Mei 2008. Sulawesi. Hidayat, A.A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Judarwanto. 2010. Permasalahan Kesehatan Remaja, http://childrenclinic.wordpress.com. 23 Desember 2010
diakses
__________. 2012. Epidemiologi Dan Angka Kejadian HIV AIDS Di Indonesia Dan Dunia. http://hivaidsclinic.wordpress.com. 13 Agustus 2012 Kalina, P. 2012. Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS Kelas XI Di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen. STIKes Kusuma Husada Surakarta. KTI. Tidak Dipublikasikan. Kemenkes RI. 2013. Angka Kejadian Terkini HIV AIDS di Indonesia. Jakarta : Direktorat Jendral Pengedalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. ___________. Manuaba dkk. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC Multaji. 2011. Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS di SMAN 1 Torjun Kabupaten Sampang Madura Malang. FK UMM. Nasronudin. 2007. HIV & AIDS Pendekatan Biologis Molekuler, Klinis dan Sosial. Surabaya : Airlangga University Press Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. _____________. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta _____________. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Pengetahuan. Jakarta : Rineka Cipta ___________, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika. Riwidikdo, H. 2013. Statistik Kesehatan Dengan Aplikasi SPSS dalam Prosedur Penelitian. Yogyakarta : Rohima Press. Sarwono, S.W. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1, Dan S2. Jakarta : Nuha Medika Sunaryati, S.S. 2011. 14 Penyakit Paling Sering Menyerang Dan Sangat Mematikan. Yogyakarta : FlashBooks. Suryoputro Antono, Ford J Nicholas, dan Zahroh Shaluhiyah. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja di Jawa Tengah: Implikasinya Terhadap Kebijakan dan Layanan Kesehatan Seksual dan Reproduksi dalam Jurnal Makara Kesehatan. Vol. 10, No. 1, Juni 2006. Universitas Diponegoro, Semarang. Widyastuti, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya. Yusuf LN, D. 2011. Psikologis Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.