TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS PADA SISWA KELAS XI DI SMA AL ISLAM I SURAKARTA
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
Chasy Meilana Haryanto Putri NIM : B.12 065
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
HALAMAN PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS PADA SISWA KELAS XI DI SMA AL ISLAM I SURAKARTA
Diajukan Oleh : Chasy Meilana Haryanto Putri NIM B12065
Telah diperiksa dan disetujui Pada tanggal……………………………
Pembimbing
Hutari Puji Astuti, S.SiT, M. Kes NIK 200580012
ii
HALAMAN PENGESAHAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS PADA SISWA KELAS XI DI SMA AL ISLAM I SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Oleh : Chasy Meilana Haryanto Putri NIM B12065
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Ujian Akhir Program D III Kebidanan Pada tanggal…………………
PENGUJI 1
PENGUJI II
Deny Eka W, S.ST, M.Kes
Hutari Puji Astuti, S.SiT, M. Kes
NIK 201188075
NIK 200580012
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan Mengetahui, Ka. Prodi D III Kebidanan
Retno Wulandari, S.ST NIK 20098534
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS Pada Siswa Kelas XI di SMA Al Islam I Surakarta”. Karya tulis ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, karya tulis ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2.
Ibu Retno Wulandari, S.ST, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3.
Ibu Hutari Puji Astuti, S.SiT, M. Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
4.
Bapak Drs. Abdul Halim yang telah memberikan ijin penulis untuk melakukan penelitian di SMA Al Islam I Surakarta.
5.
Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
6.
Semua pihak yang telah membantu
dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Mei 2015
Penulis
iv
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juni 2015 Chasy Meilana Haryanto Putri B 12 065 TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS PADA SISWA KELAS XI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA xii + 58 halaman + 20 lampiran + 7 tabel + 3 gambar ABSTRAK Latar belakang : Penyakit HIV/AIDS merupakan virus yang memperlemah kekebalan tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terkena berbagai penyakit. Tanda gejala HIV/AIDS berupa demam, diare, dan kehilangan berat badan. Berdasarkan Kemenkes RI di Indonesia pada bulan Januari sampai dengan Maret 2014 jumlah infeksi HIV dilaporkan sebanyak 6.626 kasus. Sekitar 3,1% adalah kelompok umur 15-19 tahun. Setelah dilakukan studi pendahuluan di SMA Al Islam 1 Surakarta dengan memberikan 5 pertanyaan terhadap 10 siswa kelas XI yang diambil secara acak didapatkan hasil 2 siswa mengerti baik, 5 siswa cukup mengerti, dan 3 siswa kurang mengerti tentang HIV/AIDS. Tujuan : Mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di SMA Al Islam 1 Surakarta dalam tingkat baik, cukup, dan kurang serta faktor pendorong dan penghambatnya. Metode penelitian : Jenis penelitian ini Deskriptif kuantitatif, lokasi penelitian di Al Islam 1 Surakarta pada tanggal 16 Maret 2015. Jumlah sampel 61 siswa-siswi, dengan menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu Simple Random Sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya menggunakan analisa univariat. Hasil penelitian : Tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas XI di HIV/AIDS, remaja dengan pengetahuan baik 14 responden (22,95%), pengetahuan cukup sebanyak 37 responden (60,65%) dan untuk pengetahuan kurang sebanyak 10 responden (14,75%). Kesimpulan : Tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas XI di Al Islam 1 Surakarta sebagian besar dalam kategori cukup yaitu sebanyak 37 responden (60,65%). Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS di SMA Al Islam I Surakarta adalah lingkungan kelas. Kata kunci : Pengetahuan, Remaja, HIV/AIDS Kepustakaan : 22 literatur (Tahun 2005 s/d 2014)
v
MOTTO
·
“Kuliah memang sulit, namun lebih sulit lagi perjuangan orang tua yang telah menguliahkan kita” (penulis)
·
“Sesungguhnya setiap kesulitan itu pasti disertai dengan kemudahan” (Q.S Al-Insyiroh:6)
·
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan kepadanya” (Q.S An-Najm : 39-40)
·
"Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak." (Aldus Huxley)
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendah hati, Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan untuk: ·
Kepada Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan, kemudahan serta kelancaran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
·
Kepada Mama dan Papa tercinta, yang selalu menjadi kekuatan “super” untukku sehingga aku bisa seperti ini.
·
Kepada Adiku Ivana yang telah membantuku dalam mengerjakan dan merevisi Karya Tulis Ilmiahku.
·
Kepada Ibu Hutari Puji Astuti, yang telah memberi bimbingan dengan sabar dan senyuman dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiahku
·
Kepada sahabat-sahabatku yang telah membantu dalam pengehitungan hasil Karya Tulis Ilmiahku.
·
Kepada teman-temanku seperjuangan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
·
Kepada Almamater tercinta STIKes Kusuma Husada Surakarta.
vi
CURICULUM VITAE
Nama
: CHASY MEILANA HARYANTO PUTRI
Tempat/Tanggal Lahir
: SURAKARTA / 26 MEI 1995
Agama
: ISLAM
Jenis Kelamin
: PEREMPUAN
Alamat
: Purwosari Rt 02 Rw 14 Laweyan, Surakarta
Riwayat Pendidikan 1. SD Negeri Jajar 1 Surakarta
LULUS TAHUN 2006
2. SMP Negeri 2 Surakarta
LULUS TAHUN 2009
3. SMA Negeri 5 Surakarta
LULUS TAHUN 2012
4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma
Angkatan 2012
Husada Surakarta
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
iii
KATA PENGANTAR .................................................................................
iv
ABSTRAK ...................................................................................................
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..............................................................
vi
CURRICULUM VITAE .............................................................................
vii
DAFTAR ISI ................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xii
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................
1
B. Perumusan Masalah ........................................................
4
C. Tujuan Penelitian ............................................................
4
D. Manfaat Penelitian ..........................................................
5
E. Keaslian Penelitian ..........................................................
6
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori .................................................................
8
B. Kerangka Teori................................................................
31
C. Kerangka Konsep Penelitian ...........................................
32
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................
33
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..........................................
33
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .......
34
D. Variabel Penelitian ..........................................................
37
E. Definisi Operasional........................................................
37
F. Instrumen Penelitian........................................................
38
G. Teknik Pengumpulan Data ..............................................
42
viii
BAB IV
BAB V
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ...........................
43
I. Etika Penelitian ...............................................................
46
J. Jadwal Penelitian.............................................................
47
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ..............................
48
B. Hasil Penelitian ...............................................................
49
C. Pembahasan .....................................................................
52
D. Keterbatasan ....................................................................
54
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kesimpulan .....................................................................
56
B. Saran ................................................................................
57
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Rekomendasi memulai terapi antiretroviral penderita dewasa menurutWHO (2006) .......................................................
29
Tabel 3.1 Definisi Operasional .....................................................................
38
Tabel 3.2 Kisi-kisi kuesioner Penelitian .......................................................
39
Tabel 4.1 Karakteristik Remaja Tentang HIV/AIDS Pada Siswa Kelas XI di SMA Al Islam I Surakarta berdasarkan Lingkungan Kelas IPA ......................................................................................
50
Tabel 4.2 Karakteristik Remaja Tentang HIV/AIDS Pada Siswa Kelas XI di SMA Al Islam I Surakarta berdasarkan Lingkungan Kelas IPS ......................................................................................
50
Tabel 4.3 Hasil Pengolahan Data ..................................................................
51
Tabel 4.4 Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS Pada Siswa Kelas XI di SMA Al Islam 1 Surakarta .............................
x
51
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori ..........................................................................
31
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian .....................................................
32
Gambar 4.1 Diagram Tingkat Pengetahuan Tentang HIV/AIDS Pada Siswa Kelas XI di SMA Al Islam I Surakarta ..................
xi
52
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 6. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 7. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 8. Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 9. Surat Persetujuan Responden (Inform Consent) Lampiran 10. Kuesioner Uji Validitas Lampiran 11. Pedoman Penskoran Uji Validitas Lampiran 12. Kuesioner Penelitian Lampiran 13. Pedoman Skoring Kuesioner Lampiran 14. Data Tabulasi Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 15. Data Hasil Uji Validitas Lampiran 16. Data Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 17. Data Tabulasi Hasil Penelitian Lampiran 18. Penghitungan Manual Lampiran 19. Dokumentasi Penelitian Lampiran 20. Lembar Konsultasi
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah AIDS atau Acquired Immuno Deficiency Syndrom merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Kerusakan progresif pada sistem kekebalan tubuh menyebabkan ODHA (orang dengan HIV/AIDS) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun lama kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah bahkan meninggal (Nugroho,2011). HIV melumpuhkan sistem kekebalan tubuh, terutama sel-sel darah putih yang membantu dalam menghalau berbagai penyakit. Jika sitem kekebalan ini lemah hingga taraf tertentu, maka orang tersebut akan mudah diserang oleh penyakit-penyakit yang dalam keadaaan normal tidak dapat bertahan di dalam tubuh kita (Hutapea,2011). Penularan HIV/AIDS dapat terjadi melalui hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS, ibu dan bayinya, darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS, dan pemakaian alat-alat yang tidak steril (Djuanda,2007). Penyakit infeksi HIV/AIDS (Human Imunodeficiency Virus/ Acquired Immuno Deficiency Syndrom) masih merupakan masalah kesehatan global, masalah yang berkembang sehubungan dengan penyakit infeksi HIV
1
2
dan AIDS adalah angka kejadian dan kematian yang masih tinggi (Nasronudin,2007). Di Indonesia kasus HIV/AIDS pertama kali di Bali tahun 1997 (Nasronudin,2007). Dari bulan Januari sampai dengan Maret 2014 jumlah infeksi HIV dilaporkan sebanyak 6.626 kasus. Jumlah penderita AIDS sampai bulan Maret 2014 menunjukkan bahwa presentase infeksi HIV/AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 20-29 tahun (33,1%), kemudian di ikuti kelompok umur 30-39 tahun (28,2%), lalu kelompok umur 40-49 tahun (10,5%), kelompok umur 15-19 tahun (3,1%), dan kelompok umur 50-59 tahun (3,2%). Rasio HIV antara laki-laki dan perempuan adalah 1:1. Sedangkan persentase faktor risiko HIV tertinggi adalah hubungan seks berisiko pada heteroseksual (55,6%), LSL (Lelaki Seks Lelaki) (14,7%) dan penggunaan jarum suntik tidak steril (7%) (Kemenkes RI,2014). Angka kejadian HIV/AIDS di Jawa Tengah sampai bulan September 2014 yaitu 9032 kasus HIV dan 3767 kasus AIDS. Persentase kasus 11,63% per 100.000 penduduk (Kemenkes RI,2014). Hal tersebut dapat terjadi karena remaja Indonesia sekarang sudah terbiasa dengan gaya hidup seksual pranikah. Misalnya, penelitian yang dilakukan untuk memperkuat adanya peningkatan resiko pada perilaku seksual kaum remaja yang mengindikasikan bahwa 5-10% pria muda usia 1524 tahun yang tidak/belum menikah, telah melakukan aktifitas seksual yang beresiko. Selain itu penelitian tersebut menunjukkan bahwa peningkatan aktifitas seksual dikalangan kaum remaja, tidak diiringi dengan peningkatan
3
pengetahuan tentang kesehatan seksual dan reproduksi termasuk tentang HIV/AIDS, penyakit menular seksual (PMS) dan alat-alat kontrasepsi (Suryoputro,2006) Pencegahan AIDS difokuskan terhadap tiga cara penularan utama, yaitu kontak seks, penggunaan jarum suntik, dan transfuse darah. Upaya untuk menguji calon-calon donor darah sebelum mendonorkan darahnya telah dilakukan, namun upaya untuk mengurangi infeksi melalui hubungan seksual dan penggunaan jarum suntik masih belum memberikan hasil yang meyakinkan (Hutapea,2011). Di Uganda dilakukan upaya pencegahan sedini mungkin terhadap penduduk berusia 15-24 tahun, melalui program sosialisasi pendidikan tentang HIV/AIDS terhadap 10 juta murid sekolah berumur 13-16 tahun dalam kurun waktu 1994-2001. Hasil sosialisasi tersebut risiko penularan infeksi meular seksual dan HIV menurun drastis dari 60% (tahun 1994) menjadi 5% (tahun 2001). Prevalensi terinfeksi HIV pada remaja (15-19 tahun) dengan kehamilan menurun dari 22% menjadi 7% (Nasronudin,2007). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis di SMA Al Islam I Surakarta pada bulan November 2014, kelas XI terdiri dari kelas 4 kelas IPA dan 5 kelas IPS, dengan jumlah siswa sebanyak 310 siswa. Studi pendahuluan ini dilakukan dengan wawancara terhadap 10 siswa dengan memberikan 5 pertanyaan tentang HIV/AIDS dan didapatkan hasil wawancara yaitu 2 siswa (20%) mengerti dengan baik tentang HIV/AIDS, 5
4
siswa (50%) cukup mengerti tentang HIV/AIDS, sedangkan 3 siswa (30 %) kurang mengerti tentang HIV/AIDS. Berdasarkan latar belakang diatas pengetahuan tentang HIV/AIDS penting diketahui remaja, karena makin meningkatnya jumlah penderita HIV/AIDS di dunia tiap tahunnya. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS Pada Siswa Kelas XI di SMA Al Islam I Surakarta”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS Pada Siswa Kelas XI di SMA Al Islam I Surakarta?”.
C. Tujuan Penulisan 1.
Tujuan Umum Mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di SMA Al Islam I Surakarta Surakarta.
2.
Tujuan Khusus a.
Mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di SMA Al Islam I pada tingkat Baik.
b.
Mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di SMA Al Islam I pada tingkat Cukup.
5
c.
Mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di SMA Al Islam I pada tingkat Kurang.
d.
Mengetahui
faktor
pendorong
dan
pengahambat
tingkat
pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di SMA Al Islam I
D. Manfaat Penulisan 1.
Bagi Ilmu Pengetahuan Sebagai bahan pertimbangan dan sumber data untuk penelitian selanjutnya khususnya tentang HIV/AIDS.
2.
Bagi Peneliti Sebagai proses belajar dan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan dapat mengembangkan kemampuan di bidang penelitian tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di SMA Al Islam I Surakarta.
3.
Bagi Institusi a.
SMA Al Islam I Surakarta Memberi data konkrit dan bahan masukan tentang pengetahuan siswa SMA tentang HIV/AIDS.
b.
STIKes Kusuma Husada Surakarta Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi dan sumber bacaan mengenai pengetahuan tentang HIV/AIDS dan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya.
6
E. Keaslian Penelitian Penelitian yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh : 1. Dini Ristanti (2013), dengan judul Tingkat Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS pada Siswa Kelas XI Di SMA Negeri 1 Bulu Sukoharjo tahun 2013. Jenis penelitian ini adalah Kualitatif. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas XI yang berjumlah 218 orang. Sampel berjumlah 55 orang responden dan alat yang digunakan kuesioner. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang telah diuji vadilitas dan reabilitasnya, teknik
analisis
datanya
dengan analisis
univariat.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan Tingkat Pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS berpengetahuan cukup dengan hasil 40 % dari sampel yang diteliti. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada lokasi penelitian, waktu penelitian dan responden penelitian. Sedangkan persamaan dengan penelitian sebelumnya yaitu pada hasil penelitian dan teknik pengambilan sampel. 2. Novita Ningtyas, dkk (2013), dengan judul Tingkat Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS pada Siswa SMA Negeri di Banjarmasin tahun 2013. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan pendekatan cross sectional. Sebanyanyak 380 orang siswa dipilih sebagai sampel dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Penelitian ini
7
dilakukan di SMA Negeri 1, SMA Negeri 3, SMA Negeri 5, SMA Negeri 6 dan SMA Negeri 9 Banjarmasin. Instrument yang digunakan untuk menentukan tingkat pengetahuan siswa adalah HIV Knowledge Quesioner (HIV-KQ) versi 45 yang dibuat oleh Carey. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar siswa SMA Negeri di Banjarmasin memiliki tingkat pengetahuan yang kurang mengenai HIV/AIDS yaitu sebanyak 312 orang (82,10%). Siswa yang memiliki tingkat pengetahuan cukup berjumlah 65 orang (17,11%) dan hanya 3 orang yang memiliki tingkat pengetahuan baik (0,79%) yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang HIV/AIDS. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada lokasi penelitian, waktu penelitian, responden penelitian, teknik pengambilan sampel dan hasil penelitian. Sedangkan persamaan dengan penelitian sebelumnya adalah pada pengambilan tema tentang tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1.
Pengetahuan a.
Definisi pengetahuan Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo,2010).
b.
Cara memperoleh pengetahuan Menurut
(Notoatmodjo,
2012),
untuk
memperoleh
kebenaran pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu cara tradisional (non alamiah) yaitu tanpa melaui penelitian dan cara modern (ilmiah) yaitu melalui proses penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Cara Tradisional (non ilmiah) terdiri dari a) Cara coba-salah (Trial and error) Cara
coba-coba
ini
dilakukan
dengan
menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba
8
9
kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba dengan kemungkinan ketiga, dan
apabila
kemungkinan
ketiga
gagal
dicoba
kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba salah ( coba-coba). b) Cara kebetulan Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh yang bersangkutan. c) Cara kekuasaan atau otoritas Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali
kebiasaan-kebiasaan
dan
tradisi-tradisi
yang
dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaankebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya, dengan kata lain pengetahuan
tersebut
diperoleh
berdasarkan
pada
otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas
pemimpin
agama,
maupun
ahli-ahli
ilmu
pengetahuan. Prinsip ini adalah, orang lain menerima pendapat uang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas,
10
tanpa
terlebih
dulu
menguji
atau
membuktikan
kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa yang dikemukakannya adalah benar. d) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman adalah guru terbaik, oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. e) Cara akal sehat (Common Sense) Kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Misalnya pemberian hadiah dan hukuman merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dan konteks pendidikan. f)
Kebenaran secara intuitif Diperoleh manusia secara cepat sekali melaui proses
diluar
kesadaran
tanpa
melalui
proses
penalaran/berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakkan cara-cara yang rasional dan sistematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati/bisikan hati saja.
11
g) Melalui jalan pikiran Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperolah pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung
melalui
pernyataan-pernyataan
yang
dikemukakan, kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan–pernyataan khusus kepada yang umum dinamakan induksi. Sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan– pernyataan umum kepada yang khusus. h) Induksi Proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris yang ditangkap oleh indra kemudian disimpulkan kedalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang
12
untuk memahami suatu gejala. i) Deduksi Pembuatan
kesimpulan
dari
pernyataan-
pernyataan umum ke khusus. Di dalam proses berpikir deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara
umum
pada
kelas
tertentu,
berlaku
juga
kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu. 2) Cara ilmiah / modern Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” atau lebih populer disebut metodologi penelitian (research methodology). Pencatatan ini mencakup 3 hal pokok : a) Segala sesuatu yang positif yaitu gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukakan pengamatan. b) Segala sesuatu yang negatif yaitu gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukakan pengamatan. c) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejalagejala yang berubah-ubah pada kondisi kondisi tertentu.
13
c.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Mubarak (2007), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu : 1) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang
dimilikinya.
Sebaliknya
jika
seseorang
tingkat
pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. 2) Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. 3) Umur Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis. Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada 4 kategori pertumbuhan. Pertama, perubahan ukuran; kedua, perubahan proporsi; ketiga, hilangnya ciri-ciri lama; keempat, timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi
14
akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa. 4) Minat Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. 5) Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dioalami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya. 6) Kebudayaan lingkungan sekitar Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan
15
lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap, pribadi atau sikap seseorang. 7) Informasi Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu
mempercepat
seseorang
untuk
memperoleh
pengetahuan yang baru. d.
Tingkat pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif sangat penting menentukan tindakan seseorang. Pengetahuan yang termasuk dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu: 1) Tahu (Knowledge) Diartikan sebagain recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. 2) Memahami (Comprehension) Diartikan sebagai memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan,
tapi
orang
tersebut
harus
dapat
mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
16
3) Menerapkan (Aplication) Diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. 4) Analisa (Analisys) Adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
memisahkan,
kemudian
mencari
hubungan
antar
komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. 5) Sintesis (Syntesis) Menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi formulasi yang telah ada. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang
17
ditentukan
sendiri
atau
norma-norma
yang
berlaku
di
masyarakat. e.
Pengukuran pengetahuan Menurut Riwidikdo (2010), kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan kategori di bawah ini : 1) Tingkat pengetahuan baik bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD 2) Tingkat pengetahuan cukup bila nilai mean -1 SD ≤ x ≤ mean + SD 3) Tingkat pengetahuan kurang bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean - 1 SD
2.
Remaja a.
Pengertian Remaja sebagai periode transisi masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau jika seseorang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah terangsang perasaannya dan sebagainya (Sarwono,2005). Pengertian remaja menurut UU No. 4 Tahun 1979 tetang kesejahteraan anak, menganggap semua orang di bawah usia 21 tahun dan belum menikah sebagai anak-anak dan karenanya berhak mendapat
perlakuan
dan
kemudahan-kemudahan
yang
18
diperuntukkan bagi anak (pendidikan, perlindungan dari orang tua, dan lain lain) (Sarwono,2005). Batasan usia remaja menurut WHO adalah 10 sampai 20 tahun. Selanjutnya WHO mengatakan membagi kurun usia dalam 2 bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Menurut PBB usia 15-24 tahun sebagai usia pemuda (youth) (Sarwono,2005). Definisi remaja dari social-psikologis bahwa remaja merupakan masa penyempurnaan dari perkembangan pada tahaptahap sebelumnya. Hal ini terlihat dalam teori Piaget tentang perkembangan kognitif (kesadaran, intelegensi), teori Kohlberg tentang perkembangan seksual. Csilzentimihalyi dan Larson menyatakan bahwa puncak perkembangan jiwa itu ditandai dengan adanya proses perubahan kondisi entropy ke kondisi negentropy. Entropy adalah keadaan dimana kesadaran manusia masih belum tersusun rapi. Sedangkan negentropy adalah keadaan dimana isi kesadaran tersusun dengan baik, pengetahuan yang satu terkait dengan pengetahuan yang lain dan pengetahuan jelas berhubungan dengan perasaan atau sikap (Sarwono,2005). Definisi remaja untuk masyarakat Indonesia belum bisa untuk ditetapkan karena Indonesia terdiri dari berbagai suku, adat, dan tingkatan social-ekonomi maupun pendidikan. Walaupun
19
demikian, sebagai pedoman umum kita dapat menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah (Sarwono,2005). b. Perkembangan dan ciri ciri remaja Menurut Widyastuti (2009), berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja terdiri dari 3 tahap, yaitu : 1)
Masa Remaja Awal (10-12 tahun) a) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya b) Tampak dan merasa ingin bebas c) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keaadaan tubuhnya dan mulai berfikir khayal (abstrak)
2)
Masa Remaja Tengah (13-15 tahun) a) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri b) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis c) Timbul perasaan cinta yang mendalam d) Kemampuan
berfikir
abstrak
(berkhayal)
makin
berkembang e) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual 3)
Masa Remaja Akhir (16-19 tahun) a) Menampakan pengungkapan kebebasan diri b) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif
20
c) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya d) Dapat mewujudkan perasaan cinta e) Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak c.
Tugas perkembangan remaja Menurut Kusmiran (2007), tugas perkembangan adalah halhal yang harus dipenuhi atau dilakukan oleh remaja dan dipengaruhi oleh harapan sosial. Adapun tugas perkembangan remaja adalah sebagai berikut : 1)
Menerima keadaan dan penampilan diri, serta menggunakan tubuhnya secara efektif.
2)
Belajar berperan sesuai dengan jenis kelamin (sebagai laki-laki atau perempuan).
3)
Mencapai relasi yang baru dan lebih matang dengan dengan teman sebaya, baik sejenis maupun lawan jenis.
4)
Mengharapkan
dan
mencapai
perilaku
sosial
yang
bertanggungjawab. 5)
Mencapai kemandirian secacra emosional terhadap orang tua dan orang dewasa lainnya.
6)
Mempersiapkan karier dan kemandirian secara ekonomi.
7)
Menyiapkan diri
(fisik dan psikis)
perkawinan dan kehidupan keluarga.
dalam
menghadapi
21
8)
Mengembangkan kemampuan dan keterampilan intelektual untuk hidup bermasyarakat dan untuk mencapai masa depan (dalam bidang pendidikan atau pekerjaan).
9) d.
Mencapai nilai-nilai kedewasaan.
Perubahan Kejiwaan Masa Remaja Menurut Widyastuti (2009), perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada masa remaja yaitu: 1) Perubahan Emosi Perubahan tersebut berupa kondisi : a) Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja putri, lebih-lebih sebelum menstruasi. b) Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya mudah terjadi perkelahian. Suka mencari perhatian dan bertindak tanpa berfikir terlebih dahulu. 2) Perkembangan Intelegensia Pada perkembangan ini menyebabkan remaja : a) Cenderung mengembangkan cara berfikir abstrak, suka memberikan kritik. b) Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba.
22
e.
Masalah Kesehatan Remaja Menurut Kusmiran (2007), masalah seksualitas pada remaja adalah 1) Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tentang masalah seksualitas, misalnya mitor yang tidak benar. 2) Kurangnya bimbingan untuk bersikap positif dalam hal yang brekaitan dengan seksualitas. 3) Penyalahgunaan
dan
ketergantunagn
NAPZA
yang
mempengaruhi pada penularan HIV/AIDS. 4) Penyalahgunaan seksual. 5) Kehamilan remaja. 6) Kehamilan pranikah atau di luar ikatan pernikahan.
3.
HIV/AIDS a.
Pengertian Acquired Immuno Deficiency Syndrom (AIDS) disebabkan oleh Human Imunodeficiency Virus (HIV), termasuk penyakit infeksi yang mengancam jiwa. HIV adalah virus sitopatik diklasifikasikan dalam family Retroviridae, sub family Lentivirinae, genus Lentivirus. Berdasarkan strukturnya HIV termasuk family Retrovirus (Nasronudin,2007). AIDS
atau
Acquired
Immuno
Deficiency
Syndrom
merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Kerusakan progresif
23
pada sistem kekebalan tubuh menyebabkan ODHA (orang dengan HIV/AIDS) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun lama kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah bahkan meninggal (Nugroho,2011). AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh factor luar (bukan dibawa sejak lahir). AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi Acquired Immuno Deficiency Syndrom, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi (Nugroho,2011). AIDS atau Sindrom Kehilangan Kekebalan Tubuh adalah sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia sesudah sistem kekebalannya dirusak oleh virus HIV. Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS mudah terkena berbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus tertentu yang bersifat oportunistik. Selain itu penderita AIDS sering kali menderita keganasan, khususnya sarkoma kopasi dan limfoma yang hanya menyerang otak (Djuanda,2007).
24
b.
Epidemiologi HIV/AIDS Menurut Nasronudin (2007), transmisi HIV ke dalam tubuh manusia melalui 3 cara, yaitu: 1) Transmisi melalui kontak seksual Kontak seksual merupakan salah satu cara utama transmisi HIV, baik melalui hubungan seksual lewat anus (pada homoseksual)
maupun
kontak
seks
pervaginal
(pada
heteroseksual). Hubungan seksual dengan pasangan yang beresiko tanpa menggunakan kondom dapat secara langsung menularkan HIV/AIDS. Virus ini ditemukan di dalam cairan semen, cairan vagina dan cairan serviks. 2) Transmisi melalui darah atau produk darah Terutama pada individu yang pengguna narkotika intravena dengan pemakaian jarum suntik secara bersamaan tanpa sterilisasi ataupun individu yang menerima transfusi darah dan produk darah yang tercemar HIV. HIV/AIDS juga dapat ditularkan lewat perlukaan kulit melalui pembuatan tato dengan alat yang digunakan berulang-ulang dan tidak disterilkan terlebih dahulu. 3) Transmisi secara vertical Terjadi pada ibu yang terinfeksi HIV kepada janinnya sewaktu hamil, sewaktu persalinan dan setelah melahirkan melaui pemberian ASI. Angka penularan sewaktu kehamilan 5-
25
10%, sewaktu persalinan 10-20% dan saat pemberian ASI 1020%. c.
Gejala HIV Menurut Nasronudin (2007), diagnosis infeksi HIV/AIDS dapat ditegakkan berdasarkan klasifikasi klinis WHO. Di Indonesia diagnosis AIDS untuk keperluan surveylens epidemiologi dibuat bila menunjukkan tes HIV positif dan sekurang-kurangnya di dapat gejala mayor dan minor, yaitu : 1) Mayor a) Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan b) Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan c) Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan d) Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis e) Ensefalopati 2) Minor a) Batuk menetap lebih dari 1 bulan b) Dermatitis generalisata c) Herpes zooter multisegmental berulang d) Kandidiasis orofaringeal e) Herpes simpleks kronis progresif f)
Limfadenopati generalisata
g) Infeksi jamur berulang pada kelamin wanita h) Retinitis oleh virus sitomegalo
26
d.
Manifestasi klinis HIV/AIDS Menurut (Nasronudin,2007) manifestasi klinis infeksi HIV merupakan gejala infeksi virus akut. Manifestasi klinis dibagi menjadi 4, yaitu : 1) Tingkat klinis 1 (asimptomatik/ Limfadenopati Generalisata Persisten/ LGP) a) Tanpa gejala sama sekali b) LGP Pada tingkat ini penderita belum mengalami kelainan dan dapat melakukan aktivitas normal. 2) Tingkat klinis 2 (dini) a) Penurunan berat badan kurang dari 10% b) Kelaianan mulut dan kulit yang ringan, misalnya dermatitis seboroik, prurigo, onikomikosis, ulkus pada mulut yang berulang dan keilitis angularis. c) Herpes zoster yang timbul pada 5 tahun terakhir. d) Infeksi saluran nafas bagian atas berulang, misalnya sinusitis. Pada tingkat ini penderita sudah menunjukkan gejala, tetapi aktivitas tetap normal. 3) Tingkat klinis 3 (menengah) a) Penurunan berat badan lebih dari 10% b) Diare kronik lebih dari 1 bulan, tanpa diketahui sebabnya
27
c) Demam yang tidak diketahui sebabnya selama lebih dari 1 bulan, hilang lalu timbul lagi. d) Kandidiasis mulut e) Bercak putih berambut di mulut f)
Infeksi bakterial berat, misalnya pneumonia
4) Tingkat klinis 4 (lanjut) a) Badan menjadi kurus HIV wasting syndrome, yaitu berat badan turun lebih dari 10% dan diare kronik tanpa diketahui sebabnya selama lebih dari 1 bulan atau kelemahan kronik dan demam tanpa diketahui sebabnya lebih dari 1 bulan b) Pnemonia Pneumocystis carinii c) Toksoplasmolisis otak d) Kriptokokosis dengan diare akut lebih dari 1 bulan e) Kriptokokosis di luar paru f)
Infeksi sitomegalo virus pada organ tubuh kecuali lympa, hati atau kelenjar getah bening
g) Infeksi virus herpes simplek di mukosa lebih dari 1 bulan atau alat dalam (visceral) lamanya tidak dibatasi h) Mikosis
apa
saja
(misalnya
histoplasmolisis,
koksidiodomikosis) yang endemic, menyerang banyak organ tubuh (diseminata) i)
Kandidiasis esophagus, trakea, bronkus, atau paru
j)
Mikobakteriosis atipik diseminata
28
k) Septicemia salmonella non tifoid l)
Tubercolusis di luar paru
m) Limfoma n) Sarcoma kaposi o) Enselofati HIV, sesuai criteria CDC, yaitu gangguan kognitif atau disfungsi motorik yang mengganggu aktivitas sehari-hari, progresif sesudah beberapa minggu atau bulan, tanpa dapat ditemukan penyebab lain kecuali HIV. e.
Penatalaksanaan penderita HIV/AIDS Menurut Nasronudin (2007), penatalaksanaan penderita HIV ada 2, yaitu : 1) Penatalaksanaan umum Istirahat, dukungan nutrisi yang memadai berbasis makronutrien dan mikronutrien untuk penderita HIV & AIDS, konseling termasuk pendekatan psikologis dan psikososial. 2) Penatalaksanaan khusus Pemberian antiretroviral therapy (ART) kombinasi, terapi infeksi sekunder sesuai jenis infeksi yang ditemukan, terapi malignansi. a) Rekomendasi terapi antiretroviral Rekomendasi memulai terapi antiretroviral penderita dewasa menurut WHO (2006) :
29
Tabel 2.1 Rekomendasi memulai terapi antiretroviral penderita dewasa menurut WHO (2006) Stadium Pemeriksaan CD4 tidak Klinis dapat dilakukan WHO ARV belum direkomendasi I II
ARV belum direkomendasi
III
Mulai terapi ARV
IV
Mulai terapi ARV
Pemeriksaan CD4 dapat dilakukan Terapi bila CD4 < 200 sel/mm3 Mulai terapi bila CD4 < 200 sel/mm3 Pertimbangan terapi < 350 sel/mm3acd dan mulai ARV sebelum turun < 200 sel/mm3 Terapi tanpa pertimbangan jumlah CD4
Keterangan : a. CD4 perlu diperiksa segera terutama untuk penetapan terapi, seperti pada TB pulmoner dan infeksi bakteriil berat b. Total limfosit 1200/mm3 atau kurang, dapat dipergunakan bila CD4 tak dapat diperiksa dan infeksi HIV mulai manifest. Tidak diberlakukan pada asimptomatis, stadium klinis 2 c. Memulai ARV direkomendasikan pada infeksi HIV stadium 3 dengan kehamilan dan CD4 < 350 sel/mm3 d. Memulai ARV direkomendasi pada semua infeksi HIV dengan CD4 < 350 sel/mm3 dengan TB pulmoner Sumber : (Nasronudin,2007) b) Tujuan terapi antiretroviral menurut Nasronudin (2007) , yaitu : (1) Menurunkan
angka
kesakitan
akibat
HIV
dan
menurunkan kematian akibat AIDS. (2) Memperbaiki
dan
meningkatkan
kualitas
hidup
penderita seoptimal mungkin. (3) Mempertahankan dan mengembalikan status imun ke fungsi normal, dengan CD4 diatas 500.
30
(4) Menekan replikasi virus serendah dan selama mungkin sehingga kadar HIV dalam plasma < 50 kopi/ml. f.
Cara mencegah HIV/AIDS Menurut Nugroho (2011) , belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human Imunodeficiency Virus atau HIV untuk mencegahnya, hal yang dilakukan adalah 1) Menerapkan prinsip ABC, yaitu Abstinence (tidak melakukan hubungan seksual), Be faithful (setia pada pasangan) dan Condom (penggunaan kondom jika terpaksa melakukan hubungan seksual dengan penderita HIV). 2) Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak terlindungi. 3) Tidak bertukar jarum suntik, jarum tato dan sebagainya. 4) Prevention Of Mother-To-Child Transmission (PMTCT) yaitu pencegahan infeksi ke janin/bayi baru lahir. 5) Pemakaian transfusi darah yang aman . 6) Mengikuti program Volutary Counseling and Testing (VCT)
31
B. Kerangka Teori Tingkat Pengetahuan :
1. Tahu (knowledge) 2. Memahami (Comprehenson) 3. Menerapkan (Aplication) 4. Analisis (Analisis) 5. Sintesis (Syntesis) 6. Evaluasi (Evaluation)
Pengetahuan
Faktor-faktor yang berpengaruh pada pengetahuan :
1. Pendidikan 2. Informasi 3. Sosial Budaya dan ekonomi 4. Lingkungan 5. Pengalaman 6. Usia
Remaja
HIV/AIDS
Teori Remaja :
Teori AIDS :
1. Pengertian 2. Perkembangan dan ciri ciri 3. Tugas perkembangan 4. Perubahan kejiwaan 5. Masalah kesehatan
1. 2. 3. 4.
Pengertian Epidemiologi Gejala Manifestasi klinis 5. Penatalaksanaan 6. Cara Pencegahan
Gambar 2.1 Kerangka Teori (Sumber : Modifikasi Mubarak 2007, Sarwono 2005 dan Nasronudin 2007)
32
C. Kerangka Konsep Penelitian Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan :
1. Lingkungan
Baik Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang AIDS
Cukup
Kurang
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan :
1. Sosial Budaya dan Ekonomi 2. Pengalaman 3. Usia 4. Pendidikan 5. Informasi atau media masa
Keterangan :
=
Faktor yang diteliti
=
Faktor yang tidak diteliti
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
33
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (Arikunto, 2013). Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengolah data penelitian berupa
angka-angka (Sugiyono, 2012). Cross sectional merupakan
rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara faktor resiko/paparan dengan penyakit (Hidayat, 2011). Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas XI SMA Al Islam I Surakarta.
B. Lokasi dan Waktu 1.
Lokasi Penelitian Lokasi merupakan tempat atau lokasi pengambilan penelitian (Notoadmodjo, 2010). Lokasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah SMA Al Islam I Surakarta.
33
34
2.
Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah rentang waktu yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian (Notoadmodjo, 2010). Penelitian ini dilakukan pada bulan November sampai Juni 2015.
C. Populasi , Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi
adalah
wilayah
generalisasi
yang
terdiri
atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari (Sugiyono, 2012). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI yang berjumlah 310 siswa. 2. Sampel Penelitian Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus representatif (mewakili) (Sugiyono, 2012). Rumusan untuk menentukan sampel adalah sebagai berikut :
d=zxට
ି
xට
ேି ேିଵ
35
Keterangan : d
: Penyimpangan terhadap populasi / deraajat kecepatan yang diinginkan, biasanya 0,05 atau 0,001
Z
: Standar deviasi normal, biasanya ditentukan pada 1,95 atau 2,0 yang sesuai dengan derajat kemaknaan 95%
p
: Proporsi untuk sifat tertentu yang diperkirakan terjadi pada populasi. Apabila tidak diketahui proporsi / sifat tertentu tersebut maka p=0,05
q
: 1,0 – p
N
: Besar populasi
n
: Besarnya sampel
(Sumber : Notoatmodjo,2005) Dari jumlah populasi 310 siswa, sampel yang akan digunakan antara lain sebagai berikut :
d=zxට ହ
ቆଵ
ି
xට ఱ
ேି ேିଵ వఱ
௫ ଷଵି 2 ൌ ʹݔටభబబ భబబ ݔට ቇ
ହ
ଷଵିଵ
ହ௫ଽହ
ቆଵ ൌ ʹݔටଵ ݔට ଶହ
ସ
ൌ
ൌ
ହ௫ଽହ
ଵ
ሺଷଵିሻ ଷଽ
ݔ
ଷଵି ଷଽ
ሺଷଵିሻ ଷଽ
ቇ2
36
309 n = 23560 – 76n 385n = 23560 N = 61,194 N = 61 orang 3.
Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode Simple Random Sampling. Simple Random Sampling adalah bahwa setiap anggota atau populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi. Teknik pengambilan sampel secara acak sederhana ini dibedakan 2 cara, yaitu dengan mengundi anggota populasi (lottery technique) dan dengan menggunakan tabel bilangan atau angka acak (random number). Pada penelitian ini cara pengambilan sampel dengan mengundi anggota populasi atau lottery technique (Notoatmojo,2012). Menurut Arikunto (2010), untuk mendapatkan sampel dari tiap kelas digunakan perhitungan sebagai berikut :
n =
n = Sampel dari masing masing kelas N = Jumlah semua populasi F = Jumlah responden di masing masing kelas a. Kelas XI IPA 1 = b. Kelas XI IPA 2 = c. Kelas XI IPA 3 =
͵ʹ ݔͳ ͵ͳͲ
ൌ ǡʹͻܾ݀݅݊ܽ݇ݐ݈ܽݑ
͵Ͷ ݔͳ ͵ͳͲ
ൌ ǡͻܾ݀݅݊ܽ݇ݐ݈ܽݑ
͵Ͷ ݔͳ ͵ͳͲ
ൌ ǡͻܾ݀݅݊ܽ݇ݐ݈ܽݑ
37
d. Kelas XI IPA 4 = e. Kelas XI IPS 1 = f. Kelas XI IPS 2 = g. Kelas XI IPS 3 = h. Kelas XI IPS 4 = i. Kelas XI IPS 5 =
͵͵ ݔͳ ͵ͳͲ
ൌ ǡͶͻܾ݀݅݊ܽ݇ݐ݈ܽݑ
͵ ݔͳ ͵ͳͲ
ൌ ǡͲͺܾ݀݅݊ܽ݇ݐ݈ܽݑ
͵Ͷ ݔͳ ͵ͳͲ
ൌ ǡͻܾ݀݅݊ܽ݇ݐ݈ܽݑ
͵ ݔͳ ͵ͳͲ
͵ͷ ݔͳ ͵ͳͲ
͵ ݔͳ ͵ͳͲ
ൌ ǡͲͺܾ݀݅݊ܽ݇ݐ݈ܽݑ ൌ ǡͺͺܾ݀݅݊ܽ݇ݐ݈ܽݑ
ൌ ǡͲͺܾ݀݅݊ܽ݇ݐ݈ܽݑ
Jadi sampel yang digunakan pada penelitian adalah 61 siswa.
D. Variabel Penelitian Variabel Penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel tunggal yaitu pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS.
E. Definisi Operasional Definisi
Operasional
adalah
mendefinisikan
variabel
secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena. Ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian. Sedangkan cara pengukuran merupakan cara dimana variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya (Hidayat,2011).
38
Definisi pada penelitian ini dijabarkan sebagai berikut : Tabel 3.1 Definisi Operasional Definisi Alat Operasional Ukur Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner remaja yang diketahui tentang remaja tentang HIV/AIDS pengertian, penyebab, gejala, cara penularan, penanganan dan cara pencegahan HIV/AIDS Variabel
Skala Indikator Ukur Ordinal a. Baik, bila nilai responden (x) > mean + 1 SD b. Cukup, bila nilai responden mean -1 SD < x < mean + 1 SD c. Kurang, bila nilai responden (x) < mean -1 SD
(Sumber : Riwidikdo,2013)
F. Instrument Penelitian Instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrument penelitian ini dapat berupa kuesioner, formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini instrument yang digunakan untuk pengumpulan data adalah kuesioner. Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak), digunakan untuk mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir-formulir, diajukan secara tertulis kepada subjek untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012). Kuesioner yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan remaja kelas XI tentang HIV/AIDS adalah kuesioner tertutup dimana sudah
39
disediakan
jawabannya
sehingga
responden
tinggal
memilih
(Arikunto,2013). Pernyataan disusun berdasarkan kisi-kisi yang diambil dari sumber teori tentang HIV/AIDS. Pernyataan terdiri dari pernyataan positif (favourable) dan pernyataan negatif (unfavourable) dengan pilihan jawaban benar dan salah. Penilaian pernyataan positif (favourable) jika responden menjawab dengan benar mendapat skor 1 dan jika responden menjawab salah mendapat skor 0. Pernyatan negatif (unfavourable) jika responden menjawab dengan benar mendapat skor 0 dan jika responden menjawab salah mendapat skor 1. Pengisian kuesioner tersebut dengan memberikan tanda chek (√) pada jawaban yang dianggap benar. Kisi-kisi kuesioner tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3.2 Kisi-Kisi kuesioner Variabel Indikator
Pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS
1. Pengertian HIV/AIDS 2. Penularan HIV/AIDS 3. Gejala HIV/AIDS 4. Manifestasi klinis HIV/AIDS 5. Penatalaksanan HIV/AIDS 6. Cara mencegah HIV/AIDS
Total *= Soal yang tidak valid
Pernyataan
Jumlah Soal Favourable Unfavourable valid 1,3,4,6* 2,5,7 6 9,10,12, 14*
8,11,13*, 15 17
6
23
4
19,20*,21, 22 24,25,26, 31*,33* 34,36,38
27,28,29, 30*,32 35,37
7 5
16
14
2
16*,18
30
40
Sebelum kuesioner diberikan terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reabilitas. Uji validitas dilakukan di MA Al Islam Jamsaren Surakarta pada tanggal 13 Maret 2015 dengan 30 siswa dan 38 item pernyataan. Untuk mengetahui kuesioner penelitian ini berkualitas, terlebih dahulu harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan karakteristik sejenis di luar lokasi penelitian untuk mengetahui apakah kuesioner valid atau tidak. 1.
Uji Validitas Validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrument pengukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (Riwidikdo, 2013). Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus korelasi pearson product moment dengan bantuan program SPSS 21. Instrument ini dikatakan valid jika nilai Pvalue < 0,05 . Rumus : rxy =
NSXY - (SX )(SY ) {NSX 2 - (SX ) 2 {NSY 2 - (SY ) 2 }
Keterangan : N
: Jumlah Responden
rxy
: Koefisien korelasi pearson product moment
x
: Skor pertanyaan
y
: Skor total
xy
: Skor pertanyaan dikalikan skor total Setelah dilakukan uji coba instrumen di MA Al Islam Jamsaren
Surakarta pada tanggal 13 Maret 2015 kepada 30 responden dengan 38
41
item pernyataan. Didapatkan 30 pernyataan valid dan 8 pernyataan tidak valid. Pernyataan yang tidak valid yaitu nomor 6, 13, 14, 16, 20, 30, 31 dan 32. Pernyataan yang tidak valid dikeluarkan dari kuesioner karena pernyataan valid sudah memenuhi kriteria kisi-kisi kuesioner. 2.
Uji Reliabilitas Reabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2012). Menurut Notoatmodjo (2012), Untuk menguji reabilitas instrumen digunakan Alpha Chonbach adalah sebagai berikut : ݇
ri = ቂ݇െͳቃ ͳ െ
Keterangan :
σܵ݅ʹ ܵʹݐ
൨
ri
: Reliabilitas Instrument
k
: Banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑ si2
: Jumlah varian butir
st 2
: Varians total Menurut Riwidikdo (2013) instrument dikatakan reliabel bila
nilai Alpha Chonbach> r
kriteria
(0,7). Hasil perhitungan dengan Alpha
Chonbach dinyatakan reliabel jika nilai alpha (α) minimal 0,7 dari hasil perhitungan didapatkan nilai 0,929 ,karena nilai alpha (α) > 0,7 maka
42
dinyatakan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipercaya atau reliabel.
G. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan kegiatan penelitian untuk mendapatkan
data (Sugiyono,2012). Cara pengumpulan data yang akan
dilakukan dengan cara memberikan lembar pernyataan persetujuan dan membagikan kuesioner atau angket pada siswa kelas XI SMA Al Islam I Surakarta, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden dipersilakan mengisi angket sampai selesai dan angket diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Maka data yang diperoleh ,yaitu : 1.
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui pengisian kuesioner (Riwidikdo,2013). Data primer didapatkan dari hasil pengisian kuesioner secara langsung oleh responden tentang HIV/AIDS.
2.
Data Sekunder adalah pengumpulan data yang diperoleh dari orang atau tempat lain bukan dilakukan oleh peneliti sendiri (Riwidikdo,2013). Data sekunder diperoleh dari bagian Tata Usaha (TU) di SMA Al Islam I Surakarta dan diperoleh data jumlah siswa kelas XI sebanyak 310 siswa.
43
H. Metode Pengolahan Data dan Analisa Data 1.
Metode Pengolahan Data Menurut Notoadmodjo (2012), setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Proses pengolahan data ada 4, yaitu : a.
Editing Editing
merupakan kegiatan untuk
pengecekan dan
perbaikan isian formulir atau kuesioner. Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing dilakukan di tempat penelitian sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak di tempat penelitian sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak sesuai dapat segera dilengkapi. b.
Coding Coding merupakan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahap-tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data selanjutnya. Untuk pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS : 1) Untuk jenis pernyataan favourable jika benar diberi nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0.
44
2) Untuk jenis pernyataan unfavourable jika benar diberi nilai 0 dan jika salah diberi nilai 1. c.
Memasukkan data atau processing Jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk ‘kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program SPSS 21.
d.
Pembersihan data (cleaning) Semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
2.
Analisa Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis univariat. Analisis univariat adalah menganalisis terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo,2012). Menurut riwidikdo (2013), untuk membuat 3 kategori yaitu baik, cukup dan kurang maka menggunakan parameter, yaitu : a) Baik, bila nilai responden (x) > Mean + 1 SD b) Cukup, bila nilai Mean -1 SD ≤ x ≤ Mean + 1 SD c) Kurang, bila nilai responden (x) < Mean -1 SD
45
Menurut Hidayat (2011), rumus mean yaitu : Rumus : X = Keterangan :
σݔ ݊
X
: Rata-rata (mean)
∑x
: Jumlah seluruh jawaban responden
n
: Jumlah responden Menurut
Riwidikdo
(2013)
simpangan
baku
(standard
deviation) adalah ukuran yang dapat dipakai untuk mengetahui tingkat penyebaran nilai-nilai data terhadap rata-ratanya. Rumus :
s=
൫σೣ ൯
మ ඨσ௫ ି
మ
ିଵ
Keterangan : x
: Nilai responden
n
: Jumlah responden Untuk mendapatkan distribusi persentase Tingkat Pengetahuan
Remaja Tentang HIV/AIDS digunakan rumus persentase. Menurut Riwidikdo (2013) rumus persentase yaitu : Persentase = Keterangan :
x 100%
fi
: Frekuensi
n
: Total kasus
46
I.
Etika Penelitian Menurut Hidayat (2011), etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian. Meningat penelitian berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus berlangsung diperhatikan. Yang perlu diperhatikan antara lain: 1.
Informed concent Merupakan
bentuk
persetujuan
antara
peneliti
dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan yang diberikan sebelum penelitian. Dilakukan dengan memberi lembar persetujuan oleh responden. Tujuannya agar subjek mengerti maksud dan
tujuan
penelitian.
Jika
responden
bersedia,
maka
harus
menandatangani lembar persetujuan. 2.
Anonymity (kerahasiaan nama/ identitas) Merupakan pemberian jaminan dalam penggunaan subjek penelitian. Dengan cara tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.
3.
Confidentiality (kerahasiaan hasil) Merupakan etika dalam pemberian jaminan kerahasiaan hasil penelitian. Baik informasi ataupun masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Hanya pada kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil riset.
47
J.
Jadwal Penelitian Dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian, beserta waktu berjalan dan berlangsungnya tiap kegiatan tersebut (Notoatmodjo, 2010). Jadwal penelitian dapat dilihat di lampiran.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMA Al Islam I Surakarta terletak di Jl. Honggowoso No. 94, Kelurahan Panularan, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta dengan luas 3138,15 m2. SMA Al Islam I Surakarta dipimpin oleh kepala sekolah yang bernama Drs. Abdul Halim. Tenaga pengajar dan staf karyawan di SMA Al Islam I Surakarta terdiri dari 46 orang guru, 4 orang karyawan dan 8 orang TU. SMA Al Islam I Surakarta memiliki berbagai fasilitas pendukung yaitu 27 ruang kelas, Aula, Laboratorium fisika, Laboratorium Bahasa Inggris, Laboratorium Biologi, Laboratorium Multimedia, Laboratorium
kimia,
Laboratorium
TIK
(Teknik
Informasi
dan
Komunikasi), Perpustakaan, ruang UKS (Unit Kesehatan Sekolah), ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang TU (Tata Usaha), ruang BK (Badan Konseling), lapangan upacara dan olahraga, Koperasi, mushola dan kantin. SMA Al Islam I Surakarta dengan jumlah 998 siswa yaitu kelas X terdiri 9 kelas yaitu 4 kelas IPA dan 5 kelas IPS dengan jumlah siswa sebanyak 356 siswa , kelas IX terdiri 9 kelas yaitu 4 kelas IPA dan 5 kelas IPS dengan jumlah siswa sebanyak 310 siswa, kelas XII terdiri 9 kelas yaitu 4 kelas IPA dan 5 kelas IPS dengan jumlah siswa sebanyak 342 siswa.
48
49
B. Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dimana pengambilan data penelitian menggunakan kuesioner tentang pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas X di SMA Al Islam I Surakarta. Penelitian ini dimulai dari penyebaran kuesioner kepada responden dan kemudian kuesioner dikembalikan kepada peneliti, setelah data terkumpul langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data dengan menggunakan bantuan SPSS. Penelitian ini mengambil judul “Tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas XI di SMA Al Islam I Surakarta” yang dilaksanakan pada tanggal 16 Maret 2015 terhadap 61 responden siswa kelas XI di SMA Al Islam I Surakarta. 1. Karakteristik responden Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS Pada Siswa Kelas X di SMA Al Islam I Surakarta. Dalam penelitian ini terdiri dari beberapa karakteristik diantaranya : a. Lingkungan Kebudayaan lingkungan sekitar, kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan,
karena
lingkungan
sangat
berpengaruh
dalam
pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang (Mubarak,2007).
50
Lingkungan yang dimaksudkan disini adalah lingkungan kelas yaitu kelas IPA dan kelas IPS. Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.1 Karakteristik Remaja Tentang HIV/AIDS Pada Siswa Kelas XI di SMA Al Islam I Surakarta berdasarkan Lingkungan Kelas IPA No 1 2 3
Kategori Frekuensi Baik 9 Cukup 16 Kurang 1 Jumlah 26 Sumber : Data Primer, 2015
Persentase 34,61 % 61,33 % 42,65 % 100 %
Tabel 4.2 Karakteristik Remaja Tentang HIV/AIDS Pada Siswa Kelas XI di SMA Al Islam I Surakarta berdasarkan Lingkungan Kelas IPS No 1 2 3
Kategori Frekuensi Baik 5 Cukup 21 Kurang 9 Jumlah 35 Sumber : Data Primer, 2015
Persentase 14,28 % 60 % 25,71 % 100 %
Berdasarkan dua tabel diatas, karakteristik responden menurut lingkungan kelas sebagian besar terdiri dari kelas IPS yaitu sebanyak 35 responden. Dan didapatkan hasil terbanyak yaitu kategori cukup yaitu sebanyak 21 responden dari kelas IPS dengan presentase 60%. 2. Hasil Penelitian Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS Pada Siswa Kelas XI di SMA Al Islam I Surakarta Berdasarkan perhitungan dengan program SPSS 21 diperoleh sebagai berikut: Tabel 4.3 Hasil Pengolahan Data
51
Mean
Standar Deviasi 6,29
Pengetahuan remaja tentang 21,44 HIV/AIDS di SMA Al Islam I Surakarta Sumber : Data Primer,2015 Dari hasil tabulasi Tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas XI di SMA Al Islam I Surakarta disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4.4 Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS Pada Siswa Kelas XI di SMA Al Islam I Surakarta Pengetahuan Frekuensi Persentase 1 Baik 14 22,95 % 2 Cukup 37 60,65 % 3 Kurang 10 14, 75 % Jumlah 61 100 % Sumber: Data Primer,2015 Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas XI di SMA Al Islam I Surakarta dalam kategori baik yaitu sebanyak 14 responden (22,95%), kategori cukup sebanyak 37 responden (60,65%) dan untuk kotegori kurang sebanyak 10 responden (14,75%). Jadi tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada kelas XI di SMS Al Islam I Surakarta dapat dikategorikan berpengetahuan cukup yaitu 37 responden (60,65%). Tingkat pengetahuan responden dapat digambarkan pada diagram di bawah ini, yaitu :
52
baik cukup kurang
Gambar 4.1 Diagram Tingkat Pengetahuan Tentang HIV/AIDS Pada Siswa Kelas XI di SMA Al Islam I Surakarta (Sumber: Data Primer,2015)
C. Pembahasan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMA Al Islam I Surakarta dengan menggunakan kuesioner yang berjumlah 30 pernyataan didapatkan hasil berupa responden yang berkategori baik sebanyak 14 responden (22,95%), responden yang berkategori cukup sebanyak 37 responden (60,65%) dan untuk responden yang berkategori kurang sebanyak 10 responden (14,75%). Jadi tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada kelas XI di SMA Al Islam I Surakarta dapat dikategorikan berpengetahuan cukup yaitu 37 responden (60,65%). Faktor-faktor mempengaruhi tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada Kelas XI di SMA Al Islam I Surakarta adalah usia, pendidikan dan lingkungan. Dari faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS tersebut dibedakan menjadi faktor pendorong dan faktor pengahambat. Yang termasuk faktor pendorong
53
adalah usia dan pendidikan. Sedangkan yang termasuk dalam faktor penghambat adalah lingkungan. Usia merupakan salah satu faktor pendorong tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/ AIDS pada Kelas XI di SMA Al Islam I Surakarta. Hal tersebut dikarekan usia responden yang rata-rata memiliki usia yang sama yaitu berkisar antara 16-17 tahun. Sehingga usia tidak terlalu berpengaruh dan dapat dikategorikan sebagai faktor pendorong. Pendidikan merupakan salah satu faktor pendorong tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/ AIDS pada Kelas XI di SMA Al Islam I Surakarta. Hal tersebut dikarenakan responden memiliki pendidikan yang sama yaitu masih bersatatus pelajar kelas XI di SMA Al Islam I Surakarta. Sehingga rata-rata responden memiliki tingkat pengetahuan yang sama tentang HIV/AIDS. Lingkungan merupakan satu-satunya faktor penghambat tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/ AIDS pada Kelas XI di SMA Al Islam I Surakarta. Faktor lingkungan yang dimaksudkan disini adalah lingkungan kelas pada jurusan siswa. Yaitu dibedakan menjadi kelas IPA dan kelas IPS, yang mana lingkungan dari program studi tersebut mempengaruhi pengetahuan. Dilihat dari segi mata pelajaran yang didapatkan, kelas IPA lebih banyak mendaparkan pelajaran tentang biologi dan kesehatan sedangkan jurusan IPS lebih banyak diberikan mata pelajaran tentang ilmu sosial. Namun setelah dilakukan penelitian hasilnya menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan yang berkategori cukup lebih banyak berasal dari
54
kelas IPS dikarenakan responden paling banyak berasal dari kelas IPS dengan
total
responden
35
responden
dengan
21
responden
berpengetahuan cukup. Sedangkan responden yang berasal dari kelas IPA berjumlah 26 responden dengan 16 responden. Sehingga kelas merupakan satu-satunya faktor penghambat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS.
D. Keterbatasan 1. Kendala Penelitian Pada saat penelitian bersamaan dengan kegiatan pembelajaran siswa di SMA Al Islam I Surakarta sehingga waktunya terbatas. 2. Keterbatasan Penelitian a. Variabel Penelitian Variabel penelitian ini merupakan tunggal sehingga hasil penelitian terbatas pada tingkat pengetahuan saja. b. Kuesioner Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup sehingga responden tidak dapat menguraikan jawaban selain jawaban yang tersedia pada kuesioner.
\
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS di SMA Al Islam I Surakarta”, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Tingkat pengetahuan remaja kelas XI tentang HIV/AIDS pada kelas XI di SMA Al Islam I Surakarta dalam kategori baik sebanyak 14 responden (22,95%).
2.
Tingkat pengetahuan remaja kelas XI tentang HIV/AIDS pada kelas XI di SMA Al Islam I Surakarta dalam kategori cukup sebanyak 37 responden (60,65%).
3.
Tingkat pengetahuan remaja kelas XI tentang HIV/AIDS pada kelas XI di SMA Al Islam I Surakarta dalam kategori kurang sebanyak 10 responden (14,75%).
4.
Faktor pendorong Tingkat Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS pada kelas XI di SMA Al Islam I Surakarta adalah usia dan pendidikan sedangakan faktor pengahambat Tingkat Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS pada kelas XI di SMA Al Islam I Surakarta adalah lingkungan kelas.
55
56
B. Saran Berbagai keterbatasan dan kekurangan selama jalannya penelitian, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Responden Diharapkan responden lebih banyak membaca atau mencaritahu informasi tentang kesehatan khususnya mengenai HIV/AIDS agar pengetahuannya meningkat menjadi baik. 2. Bagi Institusi a. SMA Al Islam I Surakarta Diharapkan pihak sekolah bekerjasama dengan institusi kesehatan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada siswanya khususnya
mengenai
HIV/AIDS
agar
siswa-siswinya
berpengetahuan baik tentang HIV/AIDS. b. STIKes Kusuma Husada Surakarta Diharapkan institusi menambah referensi tentang HIV/AIDS di perpustakaan sebagai bahan bacaan. 3. Bagi Peneliti selanjutnya Diharapkan penelitian selanjutnya mengembangkan variabel dan instrument penelitian sehingga diperoleh hasil penelitian yang bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Djuanda, 2007. Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Hidayat, A.A. 2011. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba medika. Hutapea, Ronald. 2011. AIDS & PMS dan Perkosaan. Jakarta : Adi Mahasatya. Sarwono, Kementerian Kesehatan RI. 2014. Angka Kejadian Terkini HIV/AIDS di Indonesia. Jakarta : Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehat Lingkungan Kementerian Kesehatan RI. Kusmiran, Eny. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba Medika. Nasronudin. 2007. HIV & AIDS Pendekatan Biologis Molekuler, Klinis dan Sosial. Surabaya : Airlangga University Press. Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. ___________. 2012. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta. Nugroho, Taufan. 2011. Mengungkap Tuntas 9 PMS. Yogyakarta: Mulia Medika. Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Riwidikdo. 2013. Statistik Kesehatan Dengan Aplikasi SPSS dalam Prosedur Penelitian. Yogyakarta : Rohma Press. Suryoputro,dkk. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja di Jawa Tengah: Implikasinya Terhadap Kebijakan dan Layanan Kesehatan Seksual dan Reproduksi dalam Jurnal Makara Kesehatan. Vol 10, No 1, Juni 2006. Universitas Diponegoro Semarang. Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Pendidikan, Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sarwono, 2005. Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Widyastuti, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya