Analisis kesalahan berbahasa pada karya tulis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali
Oleh: Wahyu Tyas Cahyaningrum K.1206043 Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 i
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA KARYA TULIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 ANDONG KABUPATEN BOYOLALI
Oleh: WAHYU TYAS CAHYANINGRUM K1206043
Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 ii
HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. Dr. Herman J Waluyo, M.Pd.
Dr. Andayani, M.Pd.
NIP 19440315 197804 1 001
NIP 19601030 198601 2 001
iii
PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi Nama Terang
Tanda tangan
Ketua
: Dra. Raheni Suhita, M.Hum.
Sekretaris
: Drs. Edy Suryanto, M.Pd.
Anggota I
: Prof. Dr. Herman J Waluyo, M. Pd.
Anggota II : Dr. Andayani, M. Pd.
..................... ...................... .................... ......................
Disahkan oleh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP 19600727 198702 1 001
iv
ABSTRAK Wahyu Tyas Cahyaningrum. K1206043. ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA KARYA TULIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 ANDONG KABUPATEN BOYOLALI Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan mengenai (1) bentuk kesalahan penggunaan ejaan pada karya tulis siswa, (2) bentuk kesalahan penggunaan pilihan kata atau diksi pada karya tulis siswa, (3) bentuk kesalahan penggunaan kalimat pada karya tulis yang dibuat oleh siswa, dan (4) persentase persebaran komponen ejaan, pilihan kata, dan penyusunan kalimat pada karya tulis siswa, (5) penyebab terjadinya kesalahan penulisan karya tulis siswa. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan strategi tunggal terpancang. Sumber data dalam penelitian ini adalah dokumen yang berupa arsip karya tulis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong, Kabupaten Boyolali dan catatan lapangan hasil wawancara dengan narasumber. Selain dokumen, sumber data yang lain adalah informan, yaitu guru bahasa Indonesia, guru pembimbing karya tulis dan beberapa siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan mengkaji dokumen atau arsip dengan menggunakan teknik analisis isi atau disebut content analysis. Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi teori, trianggulasi sumber, triangulasi metode, dan review informan. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis interaktif (interaktif model of analysis). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ditemukan kesalahan penggunaan ejaan pada karya tulis siswa, terdapat kesalahan penggunaan pilihan kata atau diksi pada karya tulis siswa, dan terdapat kesalahan penggunaan kalimat pada karya tulis siswa. Besarnya persentase kesalahan pada komponen kebahasaan tersebut adalah antara lain: (a) kesalahan huruf kapital 20, 46%; (b) tanda titik 13, 20%; (c) tanda koma 10,56 %; (d) tanda titik dua 1, 32 %; (e) tanda titik koma 5, 94 %; (f) tanda apostrof 1, 32 %; (g) tanda hubung 0,99 %; (h) tanda petik 0,99 %; (i) tanda pisah 0,33 %; (j) kata depan 5, 62 %; (k) kata turunan 6, 60 %; (l) cetak miring 23, 76 %; (m) garis bawah 1, 32 %; (n) kata denotasi 3, 30%; (o) kata sinonim 0,99 %; (p) penggunaan kata tidak ekonomis 2, 97 %; (q) kata baku 3, 63 %; (r) kata cakapan 1, 32 %; (s) kohesi 1, 32 %; (t) koherensi 2, 31 %; dan (u) kesejajaran 1, 32%. Faktor peyebab terjadinya kesalahan pada karya tulis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali tersebut antara lain: (1) sumber kesalahan yang berasal dari guru pembimbing yaitu pembimbing yang kurang sungguh-sungguh dalam membimbing pembuatan karya tulis siswa, (2) sumber kesalahan yang berasal dari siswa sendiri yaitu kekurangtelitian siswa dalam membuat karya tulis siswa, dan (3) sumber kesalahan yang berasal dari pihak lain, dalam hal ini yaitu kesalahan yang berasal dari pihak luar yang membantu dalam pembuatan karya tulis siswa. v
MOTTO Tinggalkanlah segala keragu-raguan untuk menuju kepastian, sebab kejujuran itu melahirkan ketenangan dan kebohongan adalah keragu-raguan. (H.R. Tirmidzi)
Hadapilah masa depan yang muram tanpa rasa takut, tetapi dengan hati yang jantan. (Longfellow)
Cinta adalah satu-satunya kebebasan di dunia karena cinta itu membangkitkan yang hukum-hukum kemanusiaan dan gejala alami pun tak mampu mengubah perjalanannya. (Kahlil Gibran)
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada: 1. Bapak dan Ibu tercinta, atas doa yang tiada pernah berhenti mengalir untukku; 2. Mbak Endang dan keluarga, mas Dwi dan keluarga, mbak Naning serta Najwa, yang telah memberikan semangat hingga studiku selesai; 3. A’ Joko Febri Suhartono, Ak., atas cinta dan dukungan yang tak pernah terhenti untukku; 4. Sahabatku (Jenny, Rihi, Asih, dan Hesti), terimakasih
untuk
semua
yang
telah
diberikan; 5. Rekan-rekan Bastind ’06, terimakasih atas kebersamaan yang telah kita lalui selama ini; 6. Teater Peron, yang telah mendidik dan mendewasakan aku; dan 7. Almamater.
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kesehatan, karunia, rahmat, dan hidayah-Nya kepada kita semua, terutama penulis dan keluarga. Hanya kepada-Nya kembali segala sanjungan, kepada-Nya kami memohon pertolongan dan ampunan, dan atas ridhonya sehingga penulis mampu menyusun skripsi ini dengan baik, yang merupakan persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Dalam mengumpulkan data dan informasi selama proses penyusunan skripsi ini, penulis menyadari tidak dapat bekerja seorang diri melainkan bekerja sama dengan berbagai pihak. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi ini; 2. Drs. Suparno, M. Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin dalam penulisan skripsi ini; 3. Drs. Slamet Mulyono, M. Pd., Ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin dalam penulisan skripsi ini; 4. Prof. Dr. Herman J Waluyo, M. Pd., sebagai pembimbing skripsi I yang senantiasa dengan sabar dan perhatian membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini; 5. Dr. Andayani, M.Pd., selaku pembimbing skripsi II yang selalu sabar memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini; 6. Bapak Ahmad Sochib, S.Pd., selaku guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Andong yang senantiasa memberikan informasi dan semangat kepada penulis; 7. Bapak Drs. Agus Suyono; selaku guru pembimbing karya tulis siswa SMA Negeri 1 Andong yang telah bersedia menjadi narasumber sehingga penulis memperoleh informasi yang mendalam;
viii
8. Siswa dan siswi SMA Negeri 1 Andong kelas XII yang memberikan informasi yang dapat membantu penulis dalam mengumpulkan data-data dalam penelitian; dan 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan skripsi ini serta tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan, khususnya dalam bidang bahasa dan sastra Indonesia.
Surakarta, Juni 2010
Penulis
ix
DAFTAR ISI JUDUL............................................................................................................. i PENGAJUAN .................................................................................................. ii PERSETUJUAN .............................................................................................. iii PENGESAHAN ............................................................................................... iv ABSTRAK ....................................................................................................... v MOTTO ........................................................................................................... vi PERSEMBAHAN............................................................................................ vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii DAFTAR ISI.................................................................................................... x DAFTAR TABEL............................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5 D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 7 1. Analisis Kesalahan Berbahasa .................................................... 7 a. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa ........................... 7 b. Pengertian tentang Kesalahan ............................................... 8 c. Fungsi Analisis Kesalahan .................................................... 12 d. Kesalahan Berbahasa ........................................................... 12 2. Jenis Kesalahan Berbahasa ......................................................... 13 a. Kesalahan Ejaan.................................................................... 14 b. Pilihan Kata atau Diksi ......................................................... 29 c. Penyusunan Kalimat ............................................................. 31
x
3. Pengertian Menulis ..................................................................... 33 4. Pengertian Karya Tulis Ilmiah .................................................... 35 5. Bahasa dalam Tulisan Ilmiah...................................................... 36 B. Penelitian yang Relevan.................................................................... 36 C. Kerangka Berpikir............................................................................. 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu ............................................................................ 41 B. Bentuk dan Strategi Penelitian.......................................................... 41 C. Sumber Data...................................................................................... 42 D. Teknik Sampling ............................................................................... 42 E. Teknik Pengumpulan Data................................................................ 43 F. Uji Validitas Data.............................................................................. 43 G. Teknik Analisis Data......................................................................... 44 H. Prosedur Penelitian ........................................................................... 46 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian .............................................................. 47 B. Hasil Penelitian ................................................................................. 48 1. Kesalahan Penggunaan Ejaan ..................................................... 48 2. Kesalahan Pemilihan Kata atau Diksi ......................................... 64 3. Kesalahan Penggunaan Kalimat ................................................. 71 4. Persentase Kesalahan Berbahasa ................................................ 75 5. Sumber Penyebab Terjadinya Kesalahan.................................... 78 C. Pembahasan Penelitian ..................................................................... 79 1. Kesalahan Penggunaan Ejaan ..................................................... 79 2. Kesalahan Pemilihan Kata atau Diksi......................................... 81 3. Kesalahan Penggunaan Kalimat.................................................. 82 4. Persentase Kesalahan Berbahasa ................................................ 83 5. Sumber Penyebab Terjadinya Kesalahan.................................... 83 D. Keterbatasan Penelitian .................................................................... 86 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ........................................................................................... 88 xi
B. Implikasi............................................................................................ 89 C. Saran.................................................................................................. 91 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 92 LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1. Pembagian Waktu Penelitian ..................................................................... 41 2. Identifikasi Data Sampel ............................................................................ 48 3. Data Kesalahan Huruf Kapital ................................................................... 49 4. Data Kesalahan Penggunaan Tanda Titik .................................................. 52 5. Data Kesalahan Penggunaan Tanda Koma ................................................ 53 6. Data Kesalahan Penggunaan Tanda Titik Dua .......................................... 55 7. Data Kesalahan Penggunaan Tanda Titik Koma ....................................... 56 8. Data Kesalahan Penggunaan Tanda Apostrof............................................ 57 9. Data Kesalahan Penggunaan Tanda Petik.................................................. 58 10. Data Kesalahan Penggunaan Kata Depan.................................................. 60 11. Data Kesalahan Penggunaan Kata Turunan............................................... 61 12. Data Kesalahan Penggunaan Cetak Miring ............................................... 62 13. Data Kesalahan Penggunaan Garis Bawah ................................................ 64 14. Data Kesalahan Berbahasa......................................................................... 75
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
1. Kerangka Berpikir...................................................................................... 40 2. Model Analisis Interaktif ........................................................................... 48
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1. Data Kesalahan Karya Tulis Siswa.............................................................. 95 2. Data Hasil Wawancara dengan Guru Pembimbing Karya Tulis.................. 191 3. Data Hasil Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia.............................. 195 4. Data Hasil Wawancara dengan Siswa.......................................................... 198 5. Dokumentasi Wawancara ............................................................................ 205
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluhan tentang rendahnya kemampuan menulis di kalangan siswa khususnya siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) bukan masalah baru lagi dalam dunia pendidikan. Kegiatan pengamatan yang telah dilakukan kurang begitu diperhatikan. Biasanya kegiatan menulis ini hanya digunakan untuk memenuhi persyaratan nilai suatu mata pelajaran ataupun syarat kenaikan kelas saja. Hasil menulis siswa tersebut biasanya berbentuk karya tulis. Isi yang akan disampaikan melalui karya tulis akan mencapai sasarannya secara efektif apabila bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan isi karya tulis tersebut sesuai dengan penggunaan bahasa dalam karya tulis, teknik penulisan ilmiah dan teknik notasi ilmiah. Dalam hal ini bahasa sebagai alat komunikasi dalam karya tulis sangat memegang peranan terpenting di samping bentuk-bentuk nonbahasa. Karya tulis pada hakikatnya adalah sebuah komposisi atau karangan. Oleh karena itu, semua ketentuan mengenai komposisi berlaku juga untuk karya tulis. Sebagai salah satu bentuk komposisi khusus, karya tulis terikat oleh kaidah karya tulis. Kaidah-kaidah itu perlu diperhatikan supaya karya tulis itu memenuhi syarat penulisan ilmiah dan notasi ilmiah serta dapat mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Untuk menghadirkan karya tulis dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak hanya berpatokan pada ada tidaknya aturan yang mengatur, tetapi juga perlu diketahui bagaimana sumber daya pendukung dalam hal ini penulis karya tulis menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dalam penulisan karya ilmiah, terdapat potensi kesalahan yang besar dari faktor Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini disebabkan oleh lemahnya penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, oleh sumber daya manusia khususnya dalam penulisan karya tulis. Dilihat dari bentuk dan bahasanya, karya tulis dibagi menjadi dua jenis, yaitu karya tulis penelitian dan karya tulis nonpenelitian. Penelitian in hanya xvi
difokuskan pada karya tulis nonpenelitian, karena siswa SMA biasanya hanya menulis karya tulis yang nonpenelitian. Yang menjadi pembeda antara karya tulis penelitian dan nonpenelitian terutama terletak pada penyajian. Karya tulis nonpenelitian disajikan dengan gaya dan bahasa yang lebih bebas. Diksi atau pilihan kata cenderung lebih lentur baris demi baris. Kata-kata teknik profesional tertentu tidak dipergunakan lagi. Walaupun demikian bahasa yang digunakan tetaplah bahasa resmi, yaitu bahasa baku. Hasil karya tulis akan lebih efektif bila bahasa yang digunakan adalah bahasa dengan ejaan yang benar, pilihan kosa kata yang baku, susunan atau struktur kalimat yang tertib dan sitematis. Oleh karena itu, penulis karya tulis harus mempunyai pengetahuan yang cukup memadai mengenai komponenkomponen kebahasaan. Karya tulis atau karya ilmiah banyak ragamnya, misalnya ada yang berbentuk laporan, artikel, jurnal, skripsi, buku-buku ilmiah dan sebagainya. Setiap ragam sudah tentu memiliki ciri-ciri masing-masing. Oleh karena itu, sulit untuk memberikan pengertian yang mewakili semua karya ilmiah. Brotowidjojo (dalam Amir, 2007: 105) menyatakan bahwa karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta umum dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Selain itu, di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 2005: 511 ) menjelaskan mengenai karya ilmiah berupa laporan yaitu 1) sesuatu yang dilaporkan, 2) berita. Dari semua kepentingan dituliskannya suatu karya ilmiah ada satu maksud yang sama, yaitu berkomunikasi dengan orang lain tentang ilmu. Penulis karya ilmiah yang kurang teliti atau memang kurang memahami penggunaan bahasa Indonesia yang benar dapat dikatakan bahwa mereka kurang menyadari kaidah-kaidah penggunaan bahasa Indonesia dalam karya tulis. Oleh sebab itu, sering penulis menemukan penggunaan bahasa Indonesia yang tidak tepat dalam karya tulis yang dibuat oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali. Penulis sebagai calon pengajar bahasa Indonesia sekaligus berperan sebagai mahasiswa bahasa Indonesia merasa terpanggil untuk
xvii
memecahkan masalah penulisan karya tulis yang baik dan benar. Keadaan ini tidak dapat dibiarkan begitu saja dan terus berlanjut. Kebakuan bahasa dalam karya ilmiah harus diupayakan melalui proses. Untuk mengadakan perbaikan diperlukan deskripsi data tentang kemampuan riil penggunaan bahasa Indonesia dalam karya tulis. Kegiatan menganalisis pemakaian bahasa Indonesia dalam karya tulis dipandang sangat penting. Berdasarkan pengamatan penulis, penulis sering menemukan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia dalam karya tulis siswa yang ditulis oleh siswa SMA. Dalam hal yang sama, penulis juga sering menemukan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia dalam karya tulis yang ditulis oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali. Perlu ditegaskan bahwa penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah yang berlaku merupakan cermin dari sikap si pemakai bahasa tersebut terhadap bahasa Indonesia yang dipakainya. Jika bahasa Indonesia yang dipakainya acak-acakkan atau serampangan, ini menunjukkan bahwa pemakai bahasa kurang memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Analisis kesalahan bahasa memberikan banyak keuntungan terutama yang bertalian dengan kegiatan pengajaran bahasa. Dengan analisis tersebut, akan dapat dipahami dan dapat diungkapkan berbagai kesalahan bahasa yang dibuat oleh siswa kelas XI SMA Nageri 1 Andong Kabupaten Boyolali dan dapat dipahami
latar
belakang
atau
faktor
penyebabnya.
Sebagaimana
telah
dikemukakan dapat digunakan sebagai masukan atau umpan balik dalam upaya memperbaiki kesalahan sejenis pada waktu yang akan datang, yang pada akhirnya dapat memperbaiki atau menyempurnakan pengajaran bahasa. Di samping keunggulan di atas, harus pula diakui bahwa analisis kesalahan berbahasa mengandung beberapa kelemahan. Dulay, dkk (dalam Suwandi, 1997: 21) berpendapat bahwa sekurang-kurangnya ada tiga kelemahan analisis kesalahan berbahasa. Pertama, kekacauan antara aspek penjelasan dan aspek deskriptif (proses dan produk) analisis kesalahan. Pemerian suatu kesalahan mengacu pada produk pemerolehan bahasa, sedangkan penjelasan (explanation) suatu kesalahan penentuan asal-usul mengacu pada bahasa dari sudut xviii
pemerolehannya. Kedua, kurangnya ketepatan dan spesifikasi yang memadai dalam definisi kategori kesalahan. Dan ketiga, pemakaian klasifikasi yang simplistic yang tidak tepat untuk menjelaskan kesalahan. Penulis masih sering menemukan kesalahan penggunaan bahasa dalam karya tulis siswa. Masih ditemukan kesalahan yang sama dengan penelitian yang relevan di tempat penulis melakukan penelitian, yaitu: dalam komponen ejaan, pilihan kata dan penyusunan kalimat dalam karya tulis yang ditulis oleh siswa kelas XI SMA. Kendala bagi terwujudnya karya tulis atau karya ilmiah bermutu karena kurangnya
kemampuan
berbahasa
sangatlah
beralasan.
Sebagaimana
dikemukakan Lawrence (1972) (dalam Suwandi, 1997: 9 ) bahwa pada hakikatnya menulis adalah mengkomunikasikan apa dan bagaimana pikiran penulis. “Apa” menyangkut substansi persoalan (gagasan) yang akan dikemukakan, sedangkan “bagaimana” merupakan persoalan media yang digunakan, untuk menyampaikan gagasan itu. Dengan kata lain, persoalan kedua adalah kemampuan berbahasa. Sehubungan dengan itu, maka upaya peningkatan kemampuan berbahasa siswa perlu dilakukan. Pembinaan kemampuan menulis perlu dilakukan. Pembinaan kemampuan menulis perlu mendapat prioritas. Untuk dapat melakukan upaya peningkatan kemampuan menulis siswa secara tepat, yang pertama harus dipahami adalah apa yang menjadi kebutuhan (need) mereka. Berdasarkan pada rumusan kebutuhan itu akan dapat diformat materi yang diperlukan serta ditentukan pendekatan dan strategi yang tepat sehingga upaya peningkatan tersebut efektif. Kebutuhan itu dapat dirumuskan dengan memahami adanya kesenjangan antara pengetahuan dan keterampilan yang dituntut atau dipersyaratkan bagi terwujudnya tulisan yang baik dengan pengetahuan dan keterampilan nyata yang dimiliki siswa. Yang pertama dapat diperoleh dengan melakukan kajian teoretis (kajian pustaka), sedangakn kedua dapat dipahami, antara lain, dengan melakukan analisis kesalahan berbahasa (tulis) siswa. Studi atau analisis kesalahan berbahasa dalam kaitannya dengan pengajaran bahasa sangat fungsional. Dengan analisis tersebut akan dapat xix
diungkapkan berbagai hal mengenai kesalahan bahasa yang dibuat siswa. Hal itu dapat digunakan sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki dan menyempurnakan pengajaran bahasa. Untuk itu, analisis di atas sangat penting artinya untuk lebih mengefektifkan pengajaran mata pelajaran bahasa Indonesia, yang difokuskan pada pembinaan kemampuan menulis siswa. Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa Pada Karya Tulis Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Andong, Kabupaten Boyolali.
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah bentuk kesalahan penggunaan ejaan pada karya tulis yang dibuat oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali? 2. Bagaimanakah bentuk kesalahan penggunaan pilihan kata pada karya tulis yang dibuat oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali? 3. Bagaimanakah bentuk kesalahan penggunaan kalimat pada karya tulis yang dibuat oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali? 4. Kesalahan komponen manakah yang memiliki persentase persebaran terbesar di antara komponen ejaan, pilihan kata atau diksi, dan penyusunan kalimat yang ada pada karya tulis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali? 5. Apa sajakah sumber-sumber penyebab kesalahan penggunaan bahasa Indonesia dalam karya tulis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali?
C. Tujuan Penelitian Penelitian tentang penggunaan bahasa Indonesia pada karya tulis ini dilaksanakan dengan tujuan: 1. Mendeskripsikan kesalahan penggunaan ejaan pada karya tulis yang dibuat oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali. xx
2. Mendeskripsikan kesalahan penggunaan pilihan kata atau diksi pada karya tulis yang dibuat oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali. 3. Mendeskripsikan kesalahan penggunaan kalimat pada karya tulis yang dibuat oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali. 4. Mendeskripsikan persentase persebaran kesalahan penggunaan bahasa Indonesia pada setiap komponen kebahasaan seperti ejaan, pilihan kata atau diksi, dan penyusunan kalimat yang ada pada karya tulis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali. 5. Mendeskripsikan penyebab kesalahan pemakaian bahasa Indonesia dalam karya tulis yang dibuat oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Memberikan sumbangan teoretis dalam bidang analisis kesalahan berbahasa khususnya dalam karya tulis yang ditulis siswa dan dapat memperkaya dan melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa dapat menambah pengetahuan tentang teknik penulisan ilmiah dan teknik notasi ilmiah yang pada akhirnya dapat membuat karya tulis dengan baik dan benar. b. Bagi guru pengajar bahasa dan sastra Indonesia di SMA Negeri 1 Andong yaitu memberikan pengetahuan kepada guru agar dapat menyampaikan materi pembelajaran menulis ilmiah kepada siswa dengan tepat. c. Dapat digunakan sebagai acuan atau referensi dalam pembuatan karya ilmiah lain agar terhindar dari kesalahan berbahasa.
xxi
BAB II KAJIAN TEORETIK
A. Tinjauan Pustaka 1. Analisis Kesalahan Berbahasa a. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa Analisis kesalahan sering disingkat anakes. Analisis kesalahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah analisis kesalahan berbahasa. Analisis kesalahan terdengar hanya sebagai pekerjaan yang membosankan yang berusaha mencari-cari kesalahan. Sesungguhnya analisis kesalahan bukan hanya memiliki pengertian yang sesempit itu, supaya lebih jelas pada bab ini juga akan sedikit menyinggung tentang analisis kesalahan berbahasa yang berkaitan erat dengan penelitian ini. Parera (1993: 7) berpendapat bahwa analisis merupakan proses menjelaskan
gejala-gejala
alam
dengan
cara:
(1)
membedakan,
(2)
mengelompokkan, (3) menghubung-hubungkan, (4) mengendalikan, dan (5) meramalkan. Berdasar pengertian tentang analisis tersebut, sepertinya Parera (1993: 7) berusaha menyampaikan pengertian tentang analisis kesalahan secara tersendiri. Menurutnya, analisis kesalahan adalah kajian dan analisis mengenai kesalahan berbahasa yang dibuat oleh siswa atau peserta didik atau pelajar asing atau seseorang atau bahasa kedua. Hastuti (1989: 45) menjelaskan bahwa analisis merupakan suatu penyelidikan dengan tujuan ingin mengetahui sesuatu dengan kemungkinan dapat menemukan inti permasalahan, kemudian dikupas dari berbagai segi, dikritik, diberi ulasan (komentar) akhirnya hasil dari tindakan tersebut dapat diberi kesimpulan untuk kemudian dipahami. Ternyata perlu adanya suatu pengertian tentang apa sebenarnya analisis kesalahan bahasa itu dari sekian yang telah menyampaikan pemaparannya tentang analisis kesalahan. Guna memperoleh pengertian ini, diambilah pendapat Ellis (dalam Tarigan dan Tarigan, 1990: 170) tentang analisis kesalahan berbahasa.
xxii
Menurutnya, analisis kesalahan berbahasa ialah suatu prosedur yang digunakan oleh para peneliti dan para guru, yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu. Pendapat lain datang dari Tarigan (dalam Ardiana, 1998: 2.6) bahwa yang dimaksud dengan analisis kesalahan berbahasa adalah suatu proses kerja yang digunakan oleh para guru dan peneliti bahasa dengan langkah-langkah pengumpulan data, pegidentifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian taraf keseriusan kesalahan itu. Sehubungan dengan kata analisis dalam penelitian ini, dapat diberikan pengertian sebagai suatu kegiatan penelitian untuk menyelidiki atau meneliti (menguraikan, menjabarkan, menelaah, mengkaji) bahasa pada karya tulis yang dibuat oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali. Telaah kajian yang diselidiki sebagaimana uraian bab terdahulu meliputi
kesalahan
ejaan, pemilihan kata atau diksi, dan penyusunan kalimat.
b. Pengertian Tentang Kesalahan Penelitian ini akan berusaha mencari kesalahan bahasa dalam karya tulis siswa. Sebelum membahas penelitian secara mendalam perlu adanya pemahaman tentang konsep kesalahan. Berikut adalah sedikit konsep atau gambaran tentang kesalahan berbahasa. Arti kata kesalahan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 2005: 983)adalah atau bersinonim dengan kekeliruan atau kealpaan, tetapi Tarigan dan Tarigan (1990:75) memberikan pengertian yang berbeda antara kesalahan dengan kekeliruan dalam konteks bahasa. Istilah kesalahan lebih erat dengan pengertian error dan kekeliruan dengan mistake. According to Brown (Xing, 2008: 175), a “mistake” refers to a performance error in that it is a failure to utilize a known system correctly. While an “error” is a noticeable deviation from the adult grammar of a native speaker, reflecting the interlanguage competence of the learner. This recognition process xxiii
is followed by the error description process. We compare learners’ sentences with the correct sentences in target language, and find the errors. Then we come to the next step- explanation stage, finding the sources of errors. Senada dengan pendapat di atas, Corder (dalam Suwandi, 1997: 19) juga mengusulkan adanya perbedaan antara kekeliruan (mistake) dan kesalahan (error), kekeliruan menurutnya ialah penyimpangan-penyimpangan yang tidak sistematis seperti kekeliruan ucapan disebabkan oleh faktor keletihan, emosi, dan sebagainya. Kekeliruan terletak pada performance, sedangkan kesalahan pada competence yang merupakan penyimpangan-penyimpangan yang sifatnya sistematis, konsisten, dan menggambarkan kemampuan siswa pada tahap tertentu. Tarigan dan Tarigan (1990: 75) memberikan pengertian bahwa kekeliruan pada umumnya disebabkan oleh faktor performansi. Keterbatasan dalam mengingat menyebabkan kekeliruan dalam pelafalan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata atau kalimat, dan sebagainya. Kekeliruan dapat terjadi pada setiap tataran linguistik, karena bersifat acak. Kekliruan dapat diperbaiki dengan lebih mawas diri, lebih sadar atau memusatkan perhatian. Kekliruan biasanya tidak bersifat lama. Tarigan dan Tarigan (1990: 75-76) memberikan pengertian bahwa kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi. Maksudnya, pelaku memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakan. Kesalahan biasanya terjadi secara konsisten sehingga dapat berlangsung dalam kurun waktu yang lama. Kesalahan ini bisa diperbaiki dengan belajar, latihan, praktik dan sebagainya. Untuk memudahkan pemahaman tentang kesalahan dan kekeliruan, dapat dilihat melalui ilustrasi berikut. 1) Idrus adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa. Ia sedang mengerjakan tugas proposal penelitian di rumahnya. Ketika telah hampir selesai menulis kalimat tiba-tiba temannya ke rumahnya. Karena sudah dipanggil-panggil oleh ibunya, agar ia segera menemui temannya, maka Idrus segera mematikan komputer dan lupa memberi tanda titik pada kalimat penutup pada proposalnya tadi.
xxiv
2) Heri adalah siswa kelas satu sekolah dasar. Heri telah hafal abjad bahasa Indonesia dan mampu menulis kata-kata bahasa Indonesia. Hari ini ia belajar menulis. Heri sangat senang karena berhasil menulis kalimat yang sederhana, seperti: ini Budi, Amir makan nasi, dan sebagainya. Tetapi semua kalimat yang ditulis Heri tersebut seluruhnya tidak diakhiri dengan tanda titik karena memang ia belum mendapat pelajaran tentang tanda baca. Ilustrasi (1) merupakan contoh kekeliruan (mistake) karena sebenarnya Idrus telah sangat menguasai prinsip atau teori bahwa kalimat yang ia tulis harus diakhiri dengan tanda titik, tetapi karena tergesa-gesa maka ia lupa memberi tanda titik pada kalimat penutup proposal yang ia kerjakan. Ilustrasi (2) adalah contoh kesalahan (error) karena Heri yang sedang belajar memang belum menguasai teori atau prinsip penggunaan tanda baca titik, sehingga semua kalimat yang ia tulis tidak diakhiri dengan tanda baca titik. Memperjelas perbedaan antara kesalahan dengan kekeliruan, Parera (1993: 74) menyampaikan bahwa kesalahan adalah kekhilafan berlatar belakang tentang bahasa yang memang sudah salah, kekhilafan itu dilakukan berulangulang karena pengetahuan tentang kaidah bahasa yang sudah tidak benar. Pemaparan tadi telah cukup jelas membedakan antara kesalahan dalam arti (error) dengan kekeliruan (mistake). Adanya perbedaan antara keduanya ternyata meminta penanganan yang berbeda pula untuk memperbaikinya. Kesalahan karena sifatnya yang sitematis, maka perlu adanya pemerolehan prinsip kebahasaan yang benar, baik dengan latihan remedial maupun yang lain. Sementara itu, untuk memperbaiki kekeliruan cukup dengan pemusatan perhatian. Pendapat lain muncul dari Hastuti (1989: 75-76) tentang konsep kesalahan berbahasa sebagai berikut: 1) Salah adalah apa yang dilakukan (kalau ia salah) tidak betul, tidak menurut aturan. Hal ini mungkin disebabkan oleh ketidaktahuan. Jika kesalahan ini dihubungkan dengan penggunaan kata, maka pelaku tidak tahu kata apa yang setepat-tepatnya dipakai. 2) Penyimpangan adalah menyimpang dari aturan yang telah ditetapkan. Penyimpangan disebabkan oleh ketidakmauan, enggan atau malas mengikuti xxv
aturan yang ada. Sikap berbahasa ini cenderung menuju ke pembentukan kata, istilah, slang, jargon atau prokem. 3) Pelanggaran adalah saat pelaku dengan penuh kesadaran tidak mau menurut aturan yang telah ditentukan. Terdapat indikasi pengaruh kedwibahasaan dalam pelanggaran ini. 4) Kekhilafan adalah proses psikologis seseorang khilaf menerapkan teori atau norma bahasa yang ada pada dirinya. Khilaf mengakibatkan sikap keliru pakai. Kekhilafan dapat diartikan kekeliruan. Seperti salah ucap atau salah susun karena kurang cermat. Contoh berikut berusaha memberi penjelasan tentang empat konsep kesalahan yang disampaikan oleh Hastuti tersebut. 1) a. Untuk memberantas hama tikus menggunakan alat tangkap atau bubuk mati hewan. (salah) b. Untuk memberantas hama tikus digunakan alat tangkap atau bubuk mati hewan. (betul) 2) a. Banyak anak-anak membaca buku komik. (menyimpang-salah) b. Banyak anak membaca buku komik. (tepat) 3) a. Ia mau berdatangan dalam pertemuan itu. (melanggar-salah) b. Ia mau datang dalam pertemuan itu. (tak melanggar) 4) a. Di mana ada uang ingin aku memperbaiki rumahku. (khilaf-salah) b. Jika ada uang ingin aku memperbaiki rumahku. (mengena) Dari beberapa pendapat tentang kesalahan berbahasa yang telah disampaikan, penulis justru condong pada pendapat Tarigan dan Tarigan (1990: 75) karena pendapat mereka ringkas sehingga mudah dipahami. Hadirnya pendapat serta istilah lain yang memandang kesalahan, bukanlah sesuatu yang membingungkan. Pemaparan di atas telah jelas. Walaupun istilahnya berbeda ternyata penjelasan di dalamnya telah relatif lengkap mampu menjelaskan inti yang dimaksud. Setelah diketahui berbagai pengertian kesalahan, perlu dijelaskan bahwa penelitian ini berusaha mencari kesalahan berbahasa berupa penyimpangan terhadap aturan. Dengan penjelasan ini maka penelitian tidak terlalu xxvi
mempersoalkan tentang kesalahan sebagai mistake atau error atau yang lain, tetapi dengan penjelasan ini dapat diketahui penyebab kesalahan penggunaan bahasa dan bagaimana penanganannya.
c. Fungsi Analisis Kesalahan Fungsi atau kegunaan analisis kesalahan sangat erat dengan kegiatan pembelajaran. Supaya lebih jelas tentang fungsi atau kegunaan analisis kesalahan perlu dilihat pendapat para pakar bahasa. Berikut akan dibicarakan tentang fungsi atau kegunaan analisis kesalahan. Fungsi analisis kesalahan akan disampaikan oleh dua ahli dengan pendapat mereka masing-masing. Menurut Parera (1993: 7), analisis kesalahan dilakukan untuk: (1) menemukan seberapa baik dan benar seseorang mengetahui bahasa ajaran, (2) mengetahui bagaimana seseorang belajar bahasa, dan (3) memperoleh informasi tentang kesulitan-kesulitan dalam belajar bahasa. Untuk memperkuat pendapat tersebut, perlu pendapat lain sebagai pembanding. Pendapat tersebut datang dari Sidhar (dalam Tarigan dan Tarigan, 1990: 69). Analisis kesalahan antara lain berfungsi untuk: (1) menentukan urutan penyajian butir-butir yang diajarkan dalam kelas dan buku teks, misalnya urutan mudah-sukar, (2) menentukan urutan jenjang relatif penekanan, penjelasan, dan latihan berbagai butir bahan yang diajarkan, (3) merencanakan latihan dan remedial, dan (4) memilih butir-butir bagi pengujian kemahiran siswa. Dari pendapat kedua ahli di atas dapat ditarik kesimpulan secara garis besar bahwa fungsi analisis kesalahan bahasa adalah untuk mengarahkan seseorang agar berhasil dalam belajar bahasa.
d. Kesalahan Berbahasa Kesalahan berbahasa adalah bagian konversi atau komposisi yang menyimpang dari beberapa norma baku (norma terpilih) dari performansi bahasa orang dewasa (Tarigan, 1990: 141). Jenis kesalahan berbahasa dapat ditinjau dari segi penyebabnya dan dapat pula dari segi kebahasaan.
xxvii
Kesalahan berbahasa bertalian dengan faktor pribadi pemakai bahasa dan faktor sosial budaya. Ditinjau dari faktor kebahasaan, kesalahan berbahasa terjadi dari segi keterbatasan, semantik dan ejaan. Faktor pribadi pemakai bahasa yang menimbulkan kesalahan berbahasa menyangkut segi fisiologis dan psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang terjadi kemudian.
2. Jenis Kesalahan Berbahasa Sebelum lebih jauh membahas tentang kesalahan berbahasa perlu diketahui pengertian tentang bahasa itu sendiri. Sumardi (1993: 3) memberi pengertian bahwa bahasa adalah alat untuk menyampaikan pikiran dan perasaan dari seseorang kepada orang lain. Penyampaian perasaan dan pikiran ini dapat dinyatakan dengan tanda yang berupa bunyi atau tulisan. Keraf (2001: 2) memberikan pengertian bahwa bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer, yang dapat diperkuat dengan diperkuat dengan gerak-gerik badani yang nyata. Kesimpulan dari pendapat tersebut, bahasa adalah alat untuk menyampaikan pikiran dan perasaan dengan suatu sistem yang mempergunakan lambang bunyi yang arbitrer dan digunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Keraf (2001: 3) menjelaskan pendukung pengertian bahasa berupa fungsi bahasa, yaitu sebagai alat: (a) menyatakan ekspresi diri; (b) berkomunikasi; (c) mengadakan integrasi dan adaptasi sosial: dan (d) alat untuk mengadakan kontrol sosial. Dengan pengertian tentang bahasa tersebut dapat diketahui bagaimana dampak yang terjadi jika pengguna bahasa melakukan suatu kesalahan dalam penggunaannya. Pemahaman ini memberikan kesadaran bahwa bahasa harus digunakan secara benar, oleh karena itu pemakainya harus berhati-hati dalam menggunakan bahasa agar terhindar dari kesalahan yang dapat mengakibatkan terganggunya komunikasi. Bahasa tidak hanya memiliki satu pengertian atau satu macam saja. Penelitian ini tidak membahas bahasa secara umum, tetapi satu bentuk bahasa berupa ragam bahasa baku. Bahasa baku memiliki pengertian tersendiri yang xxviii
berbeda dengan ragam yang lain. Menurut Chaer (1988: 4) bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok, yang dijadikan dasar ukuran atau tang dijadikan dasar ukuran atau yang dijadikan standar. Mendukung pendapat tersebut, Moeliono (1988: 12) mengemukakan bahwa ragam itulah yang dijadikan tolak bandingan bagi pemakaian bahasa yang benar. Selanjutnya kesalahan bahasa yang ada yang akan dibahas pada penelitian ini meliputi ejaan, diksi, dan penyusunan kalimat. Berikut ini akan diuraikan dasar-dasar atau aturan yang akan digunakan untuk mencari kesalahan penggunaan bahasa pada karya tulis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali.
a. Kesalahan Ejaan Sabariyanto (1992: 189) mengungkapkan bahwa ejaan adalah kaidah penulisan huruf, kata-kata, dan tanda baca. Tarigan (1986: 2) mengemukakan bahwa ejaan adalah cara atau aturan menulis kata-kata dengan huruf menurut disiplin ilmu bahasa. Sementara Wibowo (2002: 47) menjelaskan bahwa ejaan adalah seperangkat kaidah, aturan, atau ketentuan yang mengatur pelambangan bunyi bahasa, termasuk bagaimana menggunakan tanda baca. Pendapat lain dari Suryaman (1997: 7) menyatakan bahwa ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran, bagaimana menempatkan tandatanda baca,
bagaimana memotong-motong
suatu
kata,
dan
bagaimana
menghubungkan kata-kata. Berdasarkan pengertian tentang ejaan di atas dapat disimpulkan bahwa ejaan adalah cara ataua aturan atau kaidah menulis kata-kata dengan huruf disertai tanda baca untuk menggambarkan bunyi ejaan suau bahasa. Kesalahan penggunaan ejaan bahasa Indonesia banyak macamnya. Adapun yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu: 1) Pemakaian Huruf Kapital Huruf kapital secara umum disebut juga sebagai huruf besar. Pengertian ini tidaklah salah, tetapi akan lebih baik digunakan istilah huruf
xxix
kapital, karena istilah huruf besar berhubungan dengan ukuran tetapi yang dimaksudkan sebenarnya tentu bukan ukuran hurufnya. Huruf besar atau huruf kapital dalam penggunaannya harus disesuaikan dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan yang diterbitkan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (2007: 6-12). Penggunaan huruf kapital tersebut harus disesuaikan dengan aturan sebagai berikut: a) Sebagai huruf pertama awal kalimat. Misalnya: Dia mengantuk. Apa maksudnya? b) Huruf pertama petikan langsung. Misalnya: Adik bertanya, ”Kapan kita pulang?” ”Besok pagi, dia akan berangakat.”, kata Ibu. c) Huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti Tuhan. Misalnya: Alkitab Yang Maha Pengasih d) Huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya: Haji Agus Salim Sultan Hasanuddin
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. Misalnya: Dia baru saja diangkat sebagai sultan. Tahun ini dia pergi naik haji. xxx
e) Huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama istansi, atau nama tempat. Misalnya: Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian Gubernur Jawa Tengah
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat. Misalnya: Siapa gubernur yang baru dilantik itu? Kemarin Brigadir jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal f) Huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya: Amir Hamzah Dewi Sartika
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya: Mesin diesel 10 volt g) Huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya: Bangsa Indonesia Suku Sunda Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan. Misalnya: Mengindonesiakan kata asing Keinggris-inggrisan xxxi
h) Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya: hari Lebaran Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama. Misalnya: Soekarno dan Hatta memproklamasikan. Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia. i) Huruf pertama nama geografi. Misalnya: Banyuwangi Danau Toba
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak dipakai menjadi unsur nama diri. Misalnya: Berlayar ke teluk Mandi di kali
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang dipakai sebagai nama jenis. Misalnya: Gula jawa Pisang ambon j) Huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatnegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata dan. Misalnya: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972 xxxii
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi. Misalnya: Menjadi sebuah republik Beberapa badan hukum k) Huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa Rancangan Undang-Undang Kepegawaian l) Huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nam buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya: Bacalah majalah Bahasa dan sastra Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan m) Huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Misalnya: Prof.
profesor
Sdr.
saudara
n) Huruf pertama petunjuk unsur kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Misalnya: ”Silakan duduk, Dik!” kata Ucok. Besok Paman akan datang. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
xxxiii
Misalnya: Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. Semua kaka dan adik saya sudah berkeluarga. o) Huruf pertama kata ganti Anda. Sudahkah Anda tahu? Surat Anda telah kami terima.
2) Penggunaan Tanda Baca Tanda baca terkadang dipakai oleh beberapa penulis untuk menghasilkan suatu gaya atau kesan tersendiri. Tidak jarang terlihat suatu tulisan mengandung titik-titik sederetan panjang, bahkan diulang-ulang dalam tulisan itu. Ada pula yang menggunakan tanda seru (!) sampai tiga buah, berdiri tegak berjajar. Atau tanda seru didampingi tanda tanya (!?), atau banyak yang diberi tanda petik (”...”) atau dicetak miring dan digarisbawahi. Sebenarnya pemakaian tanda-tanda baca yang tidak lazim ini tidak perlu. Dalam karya tulis tentu tidak bisa lepas dari pemakaian ejaan. Karya tulis juga menggunakan bahasa terikat oleh aturan. Keberadaan aturan atau kaidah tersebut ternyata belum sepenuhnya bisa dipatuhi dengan benar oleh penulis, sehingga sangat dimungkinkan dalam karya tulis terjadi kesalahan. Bentuk-bentuk aturan kebahasaan yang mungkin dilanggar antara lain sebagai berikut. a) Tanda titik (.) Tanda titik bentuknya sangat sederhana. Meskipun demikian tanda titik memiliki arti tersendiri yang tidak kalah penting dengan tanda baca yang lain. Mungkin karena bentuknya yang sangat sederhana terkadang terjadi kesalahan dalam penggunaannya. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (2007: 42-44) telah menjelaskan bagaimana menggunakan tanda titik (.). Adapun penggunaannya sebagai berikut. (1) Dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan
xxxiv
(2) Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar (3) Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu (4) Dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu (5) Dipakai diantara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka (6) (a) Dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. (b) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. (7) Tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya (8) Tidak dipakai dibelakang alamat pengirim dan tanggal surat atau nama dan alamat penerima surat Bentuk tanda baca titik memang sangat sederhana, tetapi penggunaannya tidak bisa sembarangan. Dalam berbahasa, khususnya tulis, pengguna bahasa harus mentaati aturan atau tata cara penggunaan tanda titik seperti telah dibicarakan di atas. Oleh sebab itu, penguasaan penggunaan tanda titik harus dimiliki oleh setiap penulis. b) Tanda koma (,) Tanda baca koma di antaranya dipergunakan sebagai berikut. (1) Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. (2) Tanda koma dipakai untuk memisahkan suatu kalimat setara yang satu dengan kalimat setara berikutnya yang didahului kata tetapi atau melainkan. (3) (a) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat, jika anak kalimat itu mendahului anak kalimat. (b) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimat. xxxv
(4) Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh, karena itu, namun, jadi,lagi pula, meskipun, begitu, dan akan tetapi. (5) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat. (6) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. (7) Tanda koma dipakai diantara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang dituliskan berurutan. (8) Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. (9) Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. (10) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. (11) Tanda koma dipakai di muka angka persepuluh atau diantara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. (12) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. (13) tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. (14) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2007: 44-48). c) Penggunaan Tanda Hubung (-) Kegunaan tanda hubung adalah untuk menyambung. Meski demikian, ada tata cara atau aturan pemakaian tanda hubung ini. Berikut adalah hal-hal yang perlu yang perlu diperhatikan dalam penggunaan tanda hubung seperti pendapat Tarigan (1986: 168-172). xxxvi
(1)
Tanda hubung dipakai untuk menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris.
(2)
Tanda hubung dipakai untuk menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
(3)
Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
(4)
Tanda hubung dipakai untuk menyambung huruf kata yang dieja satu-satu, bagian-bagian tanggal, dan suku kata yang dipisahpisahkan.
(5)
Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagianbagian ungkapan.
(6)
Tanda hubung dipakai untuk merangkai se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan –an, dan singkatan huruf kapital dengan imbuhan dan kata-kata.
d) Penggunaan Tanda titik dua (:) Tanda titik dua umum dipakai pada karya tulis. Walaupun demikian, karya tulis juga belum tentu telah tepat menggunakan tanda titik dua. Agar terhindar dari kesalahan penggunaan tanda titik dua seorang penulis harus menguasai pemakaian titik dua secara benar. Berikut adalah hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian titik dua yang dikemukakan oleh Tarigan (1986: 161-162). (1) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta mempunyai empat jurusan: Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Pendidikan Bahasa dan Seni, dan Ilmu Pendidikan. (2) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
xxxvii
Misalnya: Tempat Sidang
: Ruang 104
Pengantar Acara
: Bambang S
Hari
: Senin
Waktu
: 09.30
(3) Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Misalnya: Ibu
: ”Bawa kopor ini, Mir!”
Amir
: ”Baik, Bu.” (mengangkat kopor dan masuk)
Ibu
:” Jangan lupa, letakkan baik-baik!”
(4) Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pertanyaan. Misalnya: Fakultas Bahasa dan Seni IKIP Bandung mempunyai Jurusan bahasa Indonesia, Jurusan bahasa daerah, dan Jurusan bahasa asing. (5) Tanda titik dua dipakai (a) di antara jilid atau nomor dan halaman, (b) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, (c) di antara anak judul dan judul suatu karangan, atau nama kota dan penerbit buku. Misalnya: Tempo, I (1971), 34: 7 Samuel 1: 20 Karya Henry Guntur Tarigan, membaca: Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa, sudah terbit. Gorys Keraf. 2001.Komposisi. Jakarta: Nusa Indah e) Penggunaan Tanda titik koma (;) Masyarakat pada umumnya belum menguasai fungsi atau kegunaan tanda baca titik koma (;). Tanda baca titik koma sering kali tidak digunakan oleh pengguna bahasa. Para penulis lebih memilih menggunakan tanda baca koma dari pada tanda baca titik koma. Walaupun demikian, bukan berarti
xxxviii
tanda titik koma ditinggalkan oleh para penulis. Para penulis tetap ada yang menggunakan tanda titik koma walau tidak tepat penggunaannya. Supaya terhindar dari kesalahan penggunaan tanda titik koma menurut Tarigan (1986: 161-162) penulis harus menguasai fungsi atau kegunaan pemakaian tanda titik koma adalah untuk memisahkan bagianbagian kalimat yang sejenis dan setara, serta memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. Pemakaian tnda titik koma akan lebih mudah dimengerti dalam contoh sebagai berikut. (1) Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Misalnya: Hari telah sore; makanan belum datang juga; kami sudah merasa sangat lapar. Badannya penat; nafasnya sesak; hatinya sedih dan duka. (2) Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat suatu majemuk sebagai pengganti kata penghubung. Misalnya: Para petani giat bekerja; anak-anak main layang-layang; para ibu mempersiapkan makanan dan minuman. Ani sedang menggambar pemandangan; Ida membaca buku cerita; Umi asyik merenda; Leni asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar. Setiap pemakai bahasa, khususnya tulis harus memberi perhatian tersendiri jika akan menggunakan tanda baca ini. Tanpa pemahaman yang benar dan mantap penggunaan tanda baca ini justru akan menimbulkan masalah karena tidak ketidaksesuaian dengan aturan yang ada. f) Penggunaan Tanda pisah (-) Tanda pisah sepintas seperti tanda hubung, tetapi pemakaian tanda pisah tentu berbeda dengan tanda hubung. Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam
pemakaian
tanda
Pengembangan Bahasa, 2007: 53). xxxix
pisah
(Pusat
Pembinaan
dan
(1) Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat-kalimat menjadi lebih jelas. (2) Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan khusus di luar bangunan kalimat. (3) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti ’sampai ke’ dengan’ atau’sampai dengan’.
g) Tanda ellipsis (…) Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan. Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik, tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
h) Tanda Tanya (?) Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
i) Tanda seru (!) Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
j) Tanda kurung ((…)) Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di teks dapat dihilangkan. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci satu urutan keterangan.
xl
k) Tanda kurung siku ([…]) Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. l) Tanda petik (“…”) Penggunaan
tanda
petik
menurut
Pusat
Pembinaan
dan
Pengembangan Bahasa (2007: 56) harus memerhatikan 5 hal. (1) Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tulisan lain. (2) Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan buku apabila dipakai dalam kalimat. (3) Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang masih kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. (4) Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung. (5) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan dibelakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. m) Tanda petik tunggal (‘…’) Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing. n) Tanda garis miring (/) Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, atau tiap. o) Tanda apostrof (‘) Tanda penyingkat atau apostrof digunakan untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun. xli
3) Penulisan Kata a) Penulisan Kata Depan Kata depan adalah kata yang bertugas merangkaikan kata atau bagian kalimat. Tempatnya terletak di depan kata. Kata depan dimunculkan dalam kaitannya dengan kelas kata, bukan dalam kaitan dengan fungsinya dalam kalimat. Kata-kata depan yang termasuk dalam kelompok di, ke, dari, antar, hingga, dan lewat berfungsi merangkaikan sebuah kata dengan kata yang lain yang menyatakan tempat atau waktu (Keraf, 1991: 108). Kata depan di- dan ke- penulisannya terpisah dengan kata yang diikutinya, sedangkan awalan didan ke- penulisannya serangkai dengan kata yang diikutinya. Kata di, ke dan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. b) Penulisan Kata Ganti -ku, kau-, -mu, dan -nya Kata gantu ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; sedang ku, mu dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. c) Penulisan Kata Turunan Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata mendapat awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. d) Penulisan Gabungan Kata Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
xlii
e) Penulisan Unsur Serapan Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, I’exploitation de I ‘homme par I’homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapannya dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. f) Penulisan Huruf Huruf adalah lambang atau gambaran dari bunyi. Alfabet atau aksara adalah rangkaian urutan huruf menurut suatu sistem tulisan. Huruf dibedakan menjadi huruf abjad, vokal, konsonan, diftong, gabungan huruf konsonan, pemenggalan kata. Huruf yang digunakan adalah huruf latin dari a sampai z. Hurufhuruf q dan x tidak digunakan untuk menuliskan kata-kata bahasa Indonesia, kecuali untuk menuliskan nama atau istilah. Huruf-huruf yang tidak dapat menempati posisi akhir adalah c, ny, v, w, dan y.
4) Penggunaan Cetak Miring dan Garis Bawah Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (2007: 12-13) menyatakan bahwa di dalam tulisan, semua kata-kata yang bukan kata-kata bahasa Indonesia seharusnya kita cetak miring atau italic, istilah yang biasa dipakai untuk itu. Kalau kita menggunakan mesin ketik, atau tulis tangan, kata-kata asing itu kita beri satu garis di bawahnya. Dari pengertian tersebut telah jelas bagaimana penggunaan garis bawah dan cetak miring. Tidak bisa sembarang huruf atau kata benar untuk xliii
ditulis miring atau digaris bawah. Hanya kata-kata asing yang benar dicetak miring atau digaris bawah dalam bahasa Indonesia.
b. Pilihan Kata atau Diksi Pilihan kata menurut Mustakim (1994: 41) adalah proses atau tindakan memilih kata yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat, sedangkan pilihan kata adalah hasil dari proses atau tindakan tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa pilihan kata tidak hanya mempersoalkan apakah kata yang dianggap tepat itu dapat disesuaikan dengan konteks nilai atau norma sosial pembaca atau pendengarnya. Dari sini dapat dijabarkan bahwa diksi atau pilihan kata menyangkut dua hal yang perlu diperhatikan oleh pemakai bahasa, yakni tentang ketepatan dan kesesuaian. Sebenarnya tentang ketepatan dan kesesuaian dalam pemilihan kata bukan hal yang sederhana. Menjelaskan permasalahan ini, Wibowo (2002: 26-34) menyampaikan bahwa ketepatan dan pemilihan kata meliputi: (1) pemahaman kata sebagai simbol, (2) pemahaman adanya struktur leksikal, (3) pemahaman makna denotatif dan konotatif, (4) pemahaman kata umum dan kata khusus, (5) pemahaman adanya perubahan makna, (6) pemahaman adanya kata asing, kata serapan, dan kata baru, dan (7) pemahaman pentingnya kelangsungan pilihan kata. Sementara tentang kesesuaian pilihan kata meliputi: (1) kesadaran terhadap eksistensi bahasa baku dan non baku, (2) kesadaran terhadap konteks sosial bahasa, (3) kesadaran terhadap eksistensi kata kajian dan kata popular, (4) kesadaran terhadap keberadaan jargon, slang, dan kata percakapan, serta (5) kesadaran terhadap keberadaan makna idiomatis. 1) Ketepatan Dapat dikatakan dapat memilih kata-kata dengan tepat jika ia dapat dengan cermat menggunakannya ke dalam kalimat dengan tepat, yaitu dengan ide yang akan disampaikan, sesuai dengan situasi, dan sesuai dengan posisi pembicara.
xliv
a) Penggunaan Denotatif-Konotatif Menurut Keraf (1981: 28) makna denotatif disebut juga dengan beberapa istilah lain seperti: makna denotasional, makna kognitif, makna konseptual, makna ideasional, makna referensial, atau makn aproporsional. Disebut makna denotasional, referensial, konseptual, atau ideasional, karena makna itu menunjuk (denote) kepada suatu referen, konsep, atau ide tertentu dari suatu referen. Disebut makna kognitif karena makna itu bertalian dengan kesadaran atau pengetahuan; stimulus (dari pihak pembicara) dan respons (dari pihak pendengar) menyangkut hal-hal yang dapat diserap pancaindra (kesadaran) dan rasio manusia. Dan makna itu disebut juga makna proporsional karena ia bertalian dengan informasi-informasi atau pernyataanpernyataan yang bersifat aktual. Makna ini, yang mengacu dengan bermacammacam nama, adalah makna yang paling dasar pada suatu kata. Dalam bentuk yang murni, makna denotatif dihubungkan dengan bahasa ilmiah. Makna konotatif masih menuruf Keraf (1981: 29) disebut juga dengan makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna di mana stimulus dan respons mengandung nilai-nilai emosional. Makna konotatif sebagian terjadi karena pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju-tidak setuju, senang-tidak senang dan sebagainya pada pihak pendengar; di pihak lain, kata yang dipilih itu memperlihatkan bahwa pembicaranya juga memendam perasaan yang sama. b) Penggunaan Sinonim Matthews (1997: 158) sinonim is the relation between two lexical units with a shared meaning. Sedangkan Fromkin (1998: 165) menjelaskan bahwa sinonim adalah beberapa kata yang mempunyai kemiripan makna tetapi bunyi pelafalan (sound) berbeda. Dari kedua pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sinonim adalah dua atau beberapa kata yang memiliki kemiripan makna.
xlv
c) Penggunaan Verba Berpreposisi Verba berpreposisi ialah verba taktransitif yang selalu diikuti oleh preposisi tertentu (Alwi, dkk, 2003: 95). Preposisi yang mengikuti verba tersebut sudah tentu, seperti cinta pada/akan, terbagi atas, terdiri atas/dari, bertentangan dengan, bergantung pada, dan terbuat dari. d) Penggunaan Kata secara Ekonomis Dalam karya tulis pasti dituntut untuk selalu menggunakan kata yang ekonomis. Kata ekonomis di sini dimaksudkan kata yang dipakai tidak berlebihan, tidak menggunakan kata-kata mubazir, dan sebagainya. Tidak jarang penggunaan kata tidak ekonomis sering digunakan, dengan tujuan untuk memperjelas suatu kalimat namun justru maksud dari kalimat tersebut tidak tersampaikan secara sempurna atau bahkan membingungkan pembaca.
2) Kesesuaian a) Penggunaan Kata Baku Kata baku adalah kata yang cara pengucapannya atau penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah standar atau kaidah yang telah dibakukan. Kaidah standar yang dimaksud dapat berupa pedoman (EYD), tata bahasa baku, kamus umum (Kosasih, 2001: 117). b) Penghindaran Kata Cakapan Karya tulis siswa merupakan salah satu jenis karya tulis ilmiah, maka dalam penulisannya hendaknya dihindari penggunaan kata-kata cakapan. Semua kata dalam karya tulis siswa harus merupakan kata-kata bahasa tulis. Bahasa tulis di sini yakni bahasa yang sesuai dengan kaidah kebahasaan, yaitu sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku.
c. Penyusunan Kalimat Tentang kalimat, Akhadiah, dkk (1988: 116) mengatakan: Setiap gagasan pikiran atau konsep yang dimiliki seseorang pada praktiknya harus dituangkan ke dalam bentuk kalimat. Kalimat yang baik pertama sekali haruslah memenuhi persyaratan gramatikal. Hal ini berati kalimta itu harus xlvi
disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku. Kaidah-kaidah tersebut meliputi: (1) unsur-unsur penting yang harus dimiliki sebuah kalimat, (2) aturanaturan tentang Ejaan yang Disempurnakan, (3) cara memilih kata dalam kalimat (diksi). Pendapat lain dikemukakan oleh Mustakim (1994: 65). Menurutnya kalimat adalah rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, perasaan atau pikiran yang relatif lengkap. Kesimpulan dari pendapat tersebut sebagai berikut. Kalimat adalah suatu alat atau sarana untuk menyampaikan pernyataaan berupa gagasan, perasaan atau pikiran yang relatif lengkap berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku. Kesimpulan tentang kalimat telah dirumuskan di atas, tetapi untuk lebih dalam mempelajarinya berikut adalah pengertian kalimat efektif. Parera (dalam Sabariyanto, 1992: 14) menjelaskan bahwa kalimat efektif adalah bentuk kalimat yang dengan sadar dan sengaja disusun untuk mencapai daya informasi yang tepat dan baik. Akhadiah, dkk (1998: 116-117) menjelaskan bahwa kalimat yang baik harus memenuhi ciri atau unsur: (1) kesepadanan dan kesatuan, (2) kesejajaran bentuk, (3) penekanan, (4) kehematan dalam mempergunakan kata, dan (5) kevariasian dalam struktur kalimat. Pendapat berikutnya dari Wibowo (2002: 8290) menyatakan bahwa kalimat yang baik harus memenuhi unsur atau ciri: (1) keharmonisan, (2) keparalelan, (3) ketegasan, (4) kehematan, (5) kecermatan, (6) kelogisan, dan (7) kevariasian. Pendapat maupun pandangan tentang kalimat datang dari beberapa pakar. Pendapat mengenai kalimat, selain dari ahli di atas, masih ada dari para ahli berikut ini. Mustakim (1994: 90-107) berpendapat bahwa kalimat yang baik itu memiliki unsur antara lain: (1) kelengkapan, (2) kesejajaran, (3) kehematan, dan (4) variatif. Ahli lain memberikan pengertian tentang kalimat yang baik. Menurut keraf (dalam Sabariyanto, 1992: 14) kalimat yang baik adalah kalimat yang memiliki unsur atau ciri: (1) kesatuan pikiran, (2) kesatuan susunan, dan (3) kelogisan. Pendapat dari ahli yang terakhir inilah yang selanjutnya dijadikan acuan menganalisis kalimat dalam karya ilmiah. Penulis mengikuti jejak dari pendapat
xlvii
ahli yang terakhir di atas karena lebih memusatkan pandangan pada kalimatkalimat karya tulis yang berbeda dengan kalimat dalam media atau bentuk yang lain. Penulis mengambil contoh dari pendapat Mustakim, disebutkan bahwa salah satu unsur atau ciri kalimat yang baik adalah adanya variasi. 1) Kohesi dan Koherensi Kohesi dan koherensi adalah dua unsur yang menyebabkan sekelompok kalimat membentuk kesatuan makna. Kohesi merujuk pada keterkaitan antar proposisi yang secara eksplisit diungkapkan oleh kalimatkalimat yang digunakan. Koherensi juga mengaitkan dua proposisi atau lebih, tetapi keterkaitan di antara proposisi-proposisi tersebut tidak secara eksplisit dinyatakan dalam kalimat-kalimat yang dipakai (Alwi, dkk, 2003: 41) 2) Kesejajaran Menurut Suwandi (1997: 69-70) kalimat yang kurang baik dapat dilihat dari segi kesejajaran gagasan-gagasan yang ingin diungkapkan penulis. Ketidaksejajaran tersebut dapat dilihat pada contoh berikut. “Dewasa ini kesadaran wanita untuk melangsingkan tubuh, perawatan kecantikan amat gencar dipromosikan, terutama oleh produk-produk dari lusr negeri.” Kalimat tersebut tidak menempatkan gagasan-gagasan yang sama penting dan sama fungsinya ke dalam suatu struktur atau konstruksi gramatikal yang sama. 3) Keekonomisan Keekonomisan sangat erat kaitannya dengan keefektivan kalimat. Kalimat efektif adalah kalimat yang tidak banyak menggunakan kata-kata mubazir dan tidak menggunkan kata yang berkonstruksi meliuk-liuk. Sebagai contoh kalimat yang tidak efektif yaitu, “ Peran serta sponsor dalam mendukung adanya kompetisi ini adalah sangat besar sekali.” Kata sangat besar sekali seharusnya tidak digunakan, cukup menggunakan kata sangat besar atau besar sekali.
3. Pengertian Menulis Menurut Tarigan (1993: 21), menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang xlviii
dipahami seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami lambang grafik itu. Jadi, menulis merupakan suatu kegiatan mengungkapkan informasi kepada pembaca dengan media kertas dan tinta yang menggunakan huruf-huruf (lambang-lambang grafik) sebagai sistem tanda. Lebih jelas lagi Kurniawan (2006: 56 ) menjelaskan bahwa menulis adalah sebuah kemampuan berbahasa yang terpadu, yang ditujukan untuk menghasilkan sesuatu yang disebut tulisan. Sekurang-kurangnya, ada tiga komponen yang tergabung dalam kemampuan menulis yaitu: (1) penguasaan bahasa tulis, meliputi kosa kata, struktur, kalimat, paragraf, ejaan, pragmatik, dan sebagainya; (2) penguasaan isi karangan sesuai dengan topik yang akan ditulis; dan (3) penguasaan tentang jenis-jenis tulisan, yaitu bagaimana merangkai isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga membentuk sebuah komposisi yang diinginkan, seperti esai, artikel, cerita pendek, makalah, dan sebagainya. Kegiatan menulis sangat penting dalam dunia pendidikan karena dapat membantu siswa berlatih berpikir, mengungkapkan gagasan, dan memecahkan masalah. Menulis adalah salah satu bentuk berpikir, yang juga merupakan alat untuk membuat orang lain (pembaca) berpikir. Dengan menulis, seorang siswa mampu mengkonstruk berbagai berbagai ilmu atau pengetahuan yang dimiliki dalam sebuah tulisan, baik dalam bentuk esai, artikel, laporan ilmiah, cerpen, puisi, dan sebagainya. (Rosidi, 2009: 2-3). Menulis adalah sebuah aktivitas yang kompleks, bukan hanya sekadar mengguratkan kalimat-kalimat, tetapi lebih daripada itu. Menulis adalah proses menuangkan pikiran dan menyampaikannya kepada khalayak. Ide yang sudah tertuang dalam tulisan, kelak memiliki kekuatan untuk menembus ruang dan waktu sehingga keberadaan ide atau gagasan tersebut akan abadi. Lain kata, proses menulis adalah satu upaya untuk mewariskan dan meneruskan ide atau gagasan kepada generasi selanjutnya agar ide tersebut terpelihara dan tetap “hidup”. (Kartono, 2009: 17). Mengacu pada uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang berwujud kegiatan xlix
mengekspresikan segala pikiran, perasaan, dan sikap yang dituangkan ke dalam susunan kata atau kalimat yang runtut dan sistematis sehingga dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain (pembaca) dengan baik.
4. Pengertian Karya Tulis Ilmiah Tulisan atau karangan pada hakikatnya merupakan organisasi ide atau pesan secara tertulis. Jika kata itu dikaitkan dengan kata ilmiah, maka hasil organisasi ide atau pesan itu disebut tulisan ilmiah. Menurut Moersaleh dan Musanef (dalam Suwandi, 1997: 97), karya ilmiah adalah suatu karya yang ditulis berdasarkan kenyataan-kenyataan ilmiah yang diperoleh sebagai hasil penelitian kepustakaan (library research) maupun penelitian lapangan (field research). Dengan kata lain, karya ilmiah merupakan suatu karangan yang membahas suatu masalah yang timbul berdasarkan teori-teori ilmiah dan data atau kenyataan yang objektif sehingga dapat dibuat suatu analisis yang menghaslkan simpulan yang benar guna menjawab permasalahan tersebut. Dardjowidjojo (dalam Suwandi, 1997: 17) mengemukakan sejumlah ciri bahasa ilmu pengetahuan: (1) wujud bahasanya haruslah lengkap (artinya afiksasi yang di dalam ragam informal opsional, dalam bahasa ilmiah wajib), (2) kosa kata yang dipakai harus utuh, (3) menggunakan tanda baca yang tepat, (4) padat isi, bukan padat kata-kata, (5) adanya ketepatan ungkapan dan ketunggalan arti, (6) pemakaian bahasanya bersifat abstrak, (7) lebih menekankan pada peristiwa yang digambarkan (banyak ditemukan kalimat pasif), dan (8) adanya kelengkapan unsur kalimat seperti subjek dan predikat. Berdasarkan uraian di atas terlihat secara jelas bahwa dalam penulisan karya
ilmiah
hendaknya
digunakan
bahasa
baku.
Alwi,
dkk
(1993)
mengemukakan ciri bahasa baku. Pertama, bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis, yang berupa kaidah dan aturan yang tetap. Kedua, bahasa baku memiliki sifat cendekia. Perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan pemahaman atau pemikiran yang teratur dan masuk akal. Ketiga, baku atau standar berpraanggapan adanya
l
keseragaman. Pembakuan, sampai taraf tertentu, berarti penyeragaman kaidah, bukan penyeragaman bahasa atau variasi bahasa.
5. Bahasa dalam Tulisan Ilmiah Penulisan karya ilmiah hendaknya menggunakan bahasa baku. Alwi, dkk (2003) mengemukakan ciri-ciri bahasa baku, yaitu: (a) bahasa baku memiliki sifat kemantapan, dinamis, yang berupa kaidah dan aturan yang tetap, (b) bahasa baku memiliki sifat keilmuan, perwujudannya dalam kalimat, paragraf dan satuan bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan pemahaman atau pemikiran yang teratur dan masuk akal, (c) baku atau standar, yaitu adanya keseragaman. Pembakuan sampai taraf tertentu, berarti penyeragaman kaidah, bukan penyeragaman bahasa atau variasi bahasa. Dari penjelasan di atas, sangat jelas bahwa bahasa dalam penulisan ilmiah harus memenuhi ciri-ciri bahasa baku dan memenuhi cari-ciri bahasa keilmuan. Dengan terpenuhinya ciri-ciri tersebut, seorang penulis tidak dapat dengan seenaknya menggunakan aturannya sendiri dalam menulis ilmiah. Hal inilah yang membedakan dengan bahasa dalam penulisan imajinatif.
B. Penelitian yang Relevan Hasil penelitian sebelumnya yang relevan dalam penelitian ini di antaranya adalah
(1) Penelitian yang dilakukan Sarwidji (1997) terhadap kemampuan
menulis mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP UNS, menemukan bahwa mereka kurang mahir dalam menggunakan bahasa Indonesia. Kekurangan itu mencakupi bidang tata bahasa, pendiksian, penyusunan kalimat, penggunaan piranti kohesi, ejaan, dan penalaran; (2) Penelitian yang dilakukan Budi Santoso (2009) terhadap kemampuan menulis mahasiswa jurusan nonbahasa dan sastra Indonesia Universitas Islam Malang, menemukan bentuk kesalahan berbahasa dalam skripsi mahasiswa jurusan nonbahasa dan sastra Indonesia Universitas Islam Malang dalam hal penyusunan kalimat efektif: (1) syarat kelengkapan, (2) syarat kesejajaran, (3) syarat kebernalaran, (4) syarat kecermatan, dan (5) syarat kegramatikalan; (3) Penelitian yang dilakukan Denny Oktavina Radianto yang li
berjudul Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Pada Surat Dinas Keluar Kantor Gerakan Pramuka Kwartir Cabang 11.13 Karanganyar Periode Januari sampai Desember 2006, yang bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan penggunaan bahasa berupa kesalahan ejaan, pemilihan kata dan kalimat. Penelitian yang dilakukan Sarwiji Suwandi, menemukan bahwa mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP UNS kurang mahir dalam menggunakan bahasa Indonesia. Kekurangan itu mencakupi bidang tata bahasa, pendiksian, penyusunan kalimat, penggunaan piranti kohesi, ejaan, dan penalaran. Dalam penelitian tersebut hanya menjelaskan tentang bentuk kesalahan pemakaian bahasa Indonesia dan penyebab kesalahan pemakaian. Dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam skripsi maka akan menunjukkan citra kecendikiaan seseorang. Penelitian yang dilakukan Budi Santoso, terhadap kemampuan menulis mahasiswa jurusan nonbahasa dan sastra Indonesia Universitas Islam Malang, menemukan bentuk kesalahan berbahasa dalam skripsi mahasiswa jurusan nonbahasa dan sastra Indonesia Universitas Islam Malang dalam hal penyusunan kalimat efektif: (1) syarat kelengkapan, (2) syarat kesejajaran, (3) syarat kebernalaran, (4) syarat kecermatan, dan (5) syarat kegramatikalan. Perbedaan spesifik antara penelitian yang dilakukan oleh Budi Santoso dengan penelitian ini terletak pada objek kajiannya. Budi Santoso mengkaji mengenai bahasa dalam skripsi mahasiswa jurusan nonbahasa, yaitu hanya mengenai syarat kelengkapan, kesejajaran, kebernalaran, kecermatan, dan kegramatikalan tanpa mencari faktor penyebab terjadinya kesalahan tersebut. Sedangkan dalam penelitian ini mengkaji mengenai bahasa yang digunakan dalam karya tulis siswa. Tidak hanya jenis-jenis kesalahan yang dikaji dalam penelitian ini, dan juga faktor yang menyebabkan timbulnya kesalahan dalam penulisan karya tulis siswa. Penelitian yang dilakukan Denny Oktavina Radianto menunjukkan: (1) terdapat kesalahan penggunaan ejaan yang berupa penggunaan huruf kapital, cetak miring dan garis bawah, kata depan, serta tanda baca yang berupa tanda: titik, koma, titik koma, titik dua, pisah, hubung, kurung, dan petik dalam surat lii
dinas dengan presentase kesalahan 17, 65% dari seluruh jumlah kesalahan yang mencapai 326 kasus, (2) terdapat kesalahan penggunaan diksi dari segi kebakuan, ketepatan, kehematan, dan keumuman dalam surat dinas dengan presentase 17, 65% dari kasus 146 kesalahan diksi keseluruhan, dan (3) terdapat kesalahan penggunaan kalimat dari segi kelogisan dan kesatuan susunan pada surat dinas dengan presentase kesalahan 67, 71% dengan jumlah kasus sebanyak 16. Perbedaan spesifik antara penelitian yang dilakukan oleh Denny Oktavina Radianto dengan penelitian ini, yaitu terletak pada objek kajiannya. Denny Oktavina Radianto mengkaji mengenai bahasa dalam surat dinas, yaitu hanya meneliti mengenai bentuk-bentuk kesalahan berbahasa yang meliputi kata, ejaan, dan kalimat tanpa mencari tahu faktor-faktor penyebab terjadinya kesalahan tersebut. Sedangkan dalam penelitian ini mengkaji mengenai bahasa yang digunakan dalam karya tulis siswa. Tidak hanya jenis-jenis kesalahan yang dikaji dalam penelitian ini, dan juga faktor yang menyebabkan timbulnya kesalahan dalam penulisan karya tulis siswa.
C. Kerangka Berpikir Kegiatan Berdasarkan uraian di muka kiranya dapat dinyatakan bahwa menulis ilmiah merupakan suatu keterampilan kognitif yang kompleks. Terdapat sejumlah komponen yang harus dipahami dan dikuasai penulis agar ia dapat menyusun sebuah tulisan yang baik. Komponen-komponen itu adalah tujuan menulis, isi tulisan, kemahiran atau keterampilan bahasa sebagai medium ekspresi dan kemampuan mekanis atau teknik penulisan. Berdasarkan uraian itu terlihat, sesungguhnya penulis bertalian dengan dua hal pokok: (1) substansi persoalan atau isi yang akan disampaikan dan (2), bagaimana menyampaikan isi itu kepada pembaca (atau cara penyampaian gagasan). Kedua hal itu tidak dapat dipisahkan. Arena menulis merupakan kegiatan kognitif yang kompleks, maka wajar jika di dalam sebuah tulisan terdapat kesalahan (termasuk kesalahan penggunaan bahasa).
Tetapi
bagaimanapun
kesalahan
adalah
kesalahan.
Kesalahan
mempergunakan bahasa menghambat proses komunikasi. Gagasan yang dikemukakan penulis tidak dapat sepenuhnya dipahami oleh pembaca. Dalam liii
konteks pengajaran bahasa, para pakar linguistik dan pengajar bahasa sependapat bahwa kesalahan berbahasa itu mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Oleh karena itu, kesalahan berbahasa yang sering dibuat siswa harus dikurangi dan kalau dapat dihilangkan sama sekali, karena kalau tidak, dikhawatirkan kesalahan itu akan memfosil. Karya tulis dapat dibedakan menjadi karya tulis ilmiah dan karya tulis nonilmiah. Karya tulis yang dibuat siswa biasanya berbentuk karya tulis ilmiah. Karya ilmiah tersebut berbentuk laporan. Dalam laporan penelitian yang dilakukan siswa masih saja terdapat kesalahan-kesalahan. Kesalahan bisa saja disebabkan ketidak sengajaan maupun adanya kekurangannya pengetahuan siswa tentang dunia tulis menulis. Banyak bentuk kesalahan bahasa yang ditemukan pada karya tulis siswa yang peneliti teliti. Kesalahan yang paling sering terjadi yakni kesalahan ejaan, pemilihan kata atau diksi, dan penyusunan kalimat. Setelah dicari bentuk-bentuk kesalahan yang ada kemudian akan penulis simpulkan kesalahan mana yang paling sering terjadi, sehingga dikemudian dari kesalahan tersebut tidak akan terulang lagi. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau mengatasi kesalahan tersebut adalah dengan mengadakan analisis kesalahan penggunaan bahasa siswa. Dengan analisis itu akan dapat diketahui dan dipahami kesalahan apa sajakah yang masih dibuat siswa, tipe-tipe kesalahan sumber-sumber penyebab kesalahan, dan taraf keseriusan kesalahan-kesalahan itu. Dari analisis itu pula dapat diungkapkan hal-hal apa sajakah yang sebenarnya menjadi kebutuhan siswa sehingga mereka memiliki kemampuan menulis karya ilmiah yang baik. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas, maka alur kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut.
liv
Penulis
Karya Tulis
Karangan Nonilmiah
Karangan Ilmiah
Kesalahan ejaan Pilihan kata Penyusunan kalimat
Kesimpulan
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran
lv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali. Waktu yang digunakan dalam penelitian dari menyusun proposal sampai laporan skripsi adalah selama 7 bulan, yaitu bulan Desember 2009 sampai dengan Juni 2010. Adapun rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat dilihat dalam Tabel berikut. Tabel 1. Pembagian Waktu Penelitian No
Nama Kegiatan
Bulan Des
1
Pengajuan Judul
2
Pengajuan dan
Jan
Feb
Mar
April
Mei
Juni
Revisi Proposal 3
Perijinan Penelitian
4
Pengumpulan dan Analisis Data
5
Penyusunan Laporan
B. Bentuk dan Strategi Penelitian Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif ini berdasarkan objek penelitian yang diperoleh dari data penelitian, yaitu karya tulis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali. Strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tunggal terpancang. Menurut Yin (dalam Sutopo, 2002: 41), strategi tunggal terpancang adalah strategi penelitian deskriptif kualitatif yang fokus penelitiannya telah lvi
ditentukan berdasarkan tujuan dan minat peneliti sebelum terjun ke lapangan studinya. Dalam penelitian ini, masalah telah difokuskan pada satu situasi, yaitu mengenai kesalahan berbahasa Indonesia. Penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan berbagai kesalahan berbahasa Indonesia dalam karya tulis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali.
C. Sumber Data Data yang dikaji dalam penelitian ini berupa data kualitatif. Menurut Sutopo (2002: 49-51), jenis-jenis sumber data dalam penelitian kualitatif adalah narasumber/informan, peristiwa/aktivitas, tempat/lokasi, dan dokumen/arsip. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Dokumen Dokumen yang digunakan ini berupa arsip karya tulis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong, Kabupaten Boyolali dan transkrip hasil wawancara terhadap narasumber, baik guru bahasa Indonesia dan guru pembimbing karya tulis maupun siswa. 2. Informan Informan yang dipilih adalah salah satu guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Andong, Kabupaten Boyolali, yaitu Bapak Ahmad Sochib, S.Pd. selaku yang orang memberikan informasi mengenai karya tulis yag dibuat oleh siswa, Bapak Drs. Agus Suyono selaku guru pembimbing karya tulis, dan beberapa siswa selaku penulis karya tulis yaitu Wanda dan Nanik kelas XII IA 1, Anisa serta Bulan kelas XII IS 2.
D. Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Sumber data yang digunakan tidak sebagai yang mewakili populasinya tetapi lebih cenderung mewakili informasinya. Objek penelitian yang diambil adalah kelas XI, dengan pertimbangan bahwa kelas tersebut sudah pernah membuat karya tulis, yaitu sebagai syarat kenaikan kelas.
lvii
Teknik sampling lain yang digunakan adalah teknik sampling yang bersifat internal, yaitu sampel diambil untuk mewakili informasinya, dengan kelengkapan dan kedalaman informasi yang tidak perlu ditentukan oleh jumlah sumber data, karena jumlah informan yang kecil bisa saja menjelaskan informasi secara lebih lengkap dan benar. Sampling ini mengarah pada generalisasi teoretis (Sutopo, 2002: 55). Dalam penelitian ini mengambil sampel yang dibutuhkan yaitu karya tulis yang dibuat oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong, Kabupaten Boyolali, yang selanjutnya diseleksi untuk memperoleh sampel yang mewakili dan memungkinkan untuk dilakukan penerapan teori yang ada.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan mengkaji dokumen atau arsip dengan menggunakan teknik analisis isi atau disebut content analysis. Teknik ini diterapkan untuk mengetahui bentuk-bentuk kesalahan berbahasa Indonesia dalam karya tulis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali. Teknik lain yang digunakan adalah teknik in-dept interview atau wawancara mendalam dengan beberapa penulis karya tulis, yaitu siswa untuk memperoleh data mengenai faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya kesalahan berbahasa dalam penulisan karya tulis dan pada guru bahasa Indonesia serta guru pembimbing untuk menanyakan apakah kesalahan berbahasa tersebut terjadi karena kesalahan siswa atau dari guru pembimbing . F. Uji Validitas Data Cara yang paling umum digunakan untuk peningkatan validitas dalam penelitian kualitatif adalah teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data itu (Moleong, 2001: 178). Dalam peneltian ini digunakan triangulasi teori, triangulasi metode, dan review informan.
lviii
Triangulasi teori yaitu menggunakan beberapa perspektif teori yang berbeda untuk membahasa permasalahan yang dikaji agar nantinya dapat ditarik kesimpulan lebih mantap dan bisa diterima kebenarannya. Peneliti menggunakan teknik triangulasi teori karena teknik ini sesuai dengan karakteristik datanya. Dalam hal ini, peneliti bisa menggunakan beberapa teori dari disiplin ilmu yang berbeda atau bisa juga dengan teori yang berbeda tetapi masih dalam satu disiplin ilmu. Triangulasi metode digunakan untuk mendapatkan data yang sama dengan menggunakan metode yang berbeda. Misalnya, untuk mendapatkan data yang sama, selain menggunakan teknik catat, peneliti juga menggunakan teknik wawancara. Triangulasi metode digunakan peneliti karena peneliti masih mendapatkan kesimpulan yang valid dari metode yang digunakan tersebut, yaitu teknik catat dan wawancara. Review informan dilakukan dengan peneliti meneliti ulang data yang diperoleh dari informasi agar memperoleh perbaikan dan kebenaran data jika seandainya terdapat kesalahan dan informasi yang tertinggal. Dengan kata lain, teknik ini digunakan untuk mengonfirmasikan kembali kepada informan, mengenai data hasil wawancara tersebut sudah valid dan sesuai dengan kesepakatan atau belum dengan mengirimkan deskripsi hasil wawancara. Wawancara dilakukan pada hari Jumat, 19 Maret 2010. deskripsi wawancara ini dapat dilihat pada lampiran 2, lampiran 3, dan lampiran 4 pada halaman 218-231.
G. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini pada dasarnya dilakukan secara bersamaan dengan proses pelaksanaan pengumpulan data. Pada hakikatnya, penelitian ini terdiri dari tiga komponen pokok yang saling berkaitan dan berinteraksi, tidak bisa dipisahkan dari kegiatan pengumpulan data. Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis interaktif, artinya bahwa ketiga komponen analisis tersebut aktivitasnya dapat dilakukan dengan cara interaksi baik antarkomponennya maupun dengan proses pengumpulan data dalam
lix
bentuk proses yang berbentuk siklus (Sutopo, 2002: 94). Adapun ketiga komponen itu antara lain: 1. Reduksi data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Kegiatan ini berlangsung terus menerus selama penelitian. Dalam penelitian ini, setelah data tentang tipe-tipe kesalahan berbahasa Indonesia dalam karya tulis siswa selesai dilakukan, kemudian data tersebut disederhanakan dan diseleksi yang kiranya dapat mewakili analisis. 2. Penyajian data Sajian data merupakan bagian yang penting dalam analisis data. Miles dan Huberman (1992: 17) mengartikan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Setelah reduksi data selesai dilakukan, kemudian disajikan
dalam
bentuk
laporan
yang sistematis
yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. 3. Penarikan kesimpulan/Verifikasi Kesimpulan merupakan jawaban dari permasalahan yang muncul dalam penelitian. Selain itu, dalam kesimpulan dapat diketahui apakah tujuan penelitian ini dapat dicapai atau tidak. kesimpulan ini juga untuk memperkuat dan mempertanggungjawabkan temuan penelitian. Penarikan kesimpulan didasarkan pada pengorganisasian informasi yang diperoleh dalam analisis data.
lx
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Sajian Data
Penarikan Kesimpulan Gambar 2. Model Analisis Interaktif (Miles dan Huberman, 2002: 96)
H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian adalah rangkaian tahap kegiatan penelitian dari awal hingga akhir. Tahap-tahap penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan a. Melakukan prapenelitian untuk mendapatkan gambaran tentanng objek penelitian b. Mengajukan judul dan membuat proposal c. Mengumpulkan data sesuai dengan teknik pengumpulan data yang telah direncanakan 2. Tahap Analisis Data a. Mengelompokan data yang terkumpul sesuai dengan tujuan peneliti b. Menganalisis dokumen berupa karya tulis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali. 3. Tahap Akhir a. Menulis kesimpulan akhir dari seluruh analisis yang telah dilakukan b. Menyusun laporan penelitian
lxi
BAB IV HASIL PENELITIAN
I. Deskripsi Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini berlangsung di SMA Negeri 1 Andong, Kabupaten Boyolali. Sekolah ini beralamat di jalan Solo-Karanggede km 30, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali, 57384. Lokasi sekolah ini terletak di area pemukiman penduduk yang asri. Keadaan yang demikian sangat mendukung proses belajar mengajar sehingga siswa bisa lebih berkonsentrasi dalam belajar. Di lingkungan sekolah ini selain didirikan bangunan, masih ada area kosong dan sangat memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Meskipun letak sekolah yang bisa dikatakan berada di pinggiran kota, namun kualitas anak didik di sekolah tersebut tidak kalah dengan kualitas sekolah-sekolah yang berada di daerah kota kabupaten. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana penggunaan bahasa Indonesia dalam karya tulis yang dibuat oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali. Guna lebih memfokuskan penelitian, maka dengan berbagai pertimbangan, maka dipilihlah sekolah tersebut untuk pengambilan sampel penelitian. Pengambilan sampel mempertimbangkan tujuan dan maksud tertentu dari peneliti dengan jumlah sampel 10 karya tulis. Dalam penelitian tentang karya tulis sesungguhnya banyak aspek yang bisa diteliti, seperti bentuk, bahasa, dan lain-lain. Walaupun demikian penelitian ini meneliti pada masalah kebahasaannya saja. Adapun peneliti akan meneliti masalah kebahasaan dengan mencari ada atau tidak kesalahan penggunaan bahasa Indonesia pada karya tulis siswa tersebut. Kesalahan bahasa sendiri meliputi ejaan, diksi atau pilihan kata, dan penyusunan kalimat. Untuk memudahkan analisis data maka sampel yang perlu diidentifikasi, sebagai berikut:
lxii
Tabel 2. Identifikasi Data Sampel Judul Karya Tulis Objek Pariwisata di Daerah Bandung Selatan Tahun 2008/2009 Studi Tentang Proses Prduksi The Rancabali bandung Ranca Bali Objek Pariwisata di Daerah bandung Selatan Tahun 2008/2009 Pabrik Teh Rancak Bali Bandung Museum Dirgantara Mandala Pabrik Teh Ranca Bali Bandung Ranca Bali Pabrik Teh Rancabali Perkebunan Teh Ranca Bali Bandung Jawa Barat
Identifikasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Data yang terdapat dalam tabel tersebut adalah sampel yang penulis gunakan untuk diteliti. Sampel diteliti berdasarkan kesalahan ejaaan, pilihan kata atau diksi, dan penyusunan kalimat.
J. Hasil Penelitian 1. Kesalahan Penggunaan Ejaan a. Pemakaian Huruf Kapital Dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa, kesalahan merupakan faktor penghambat tercapainya tujuan. Dalam komunikasi umum, kesalahan berbahasa mengganggu pemahaman komunikasi. Oleh karena itu, baik dalam kaitanya dengan pembelajaran bahasa atau komunikasi umum, kesalahan berbahasa harus dikurangi semaksimal mungkin. Untuk dapat menekan kesalahan tersebut perlu diadakan analisis yang disebut analisis kesalahan berbahasa. Penggunaan huruf kapital harus sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempunakan. Terdapat banyak ketentuan penggunaan huruf kapital dalam kalimat Di bawah ini adalah bentuk-bentuk kesalahan penggunaan huruf kapital yang berperan sebagai perwakilan dari setiap data yang digunakan sebagai sampel.
lxiii
Tabel 3. Data Kesalahan Huruf Kapital No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Data Kesalahan Berbahasa Karya Tulis Ini Telah Diketahui dan Disahkan Buku Adalah Sumber Ilmu Dan Belajar Adalah Kunci Pembukanya. Pengalaman Membuat Kita Menjadi Lebih Baik. Perbuatan Nyata Lebih Baik Dari Pada Kata-Kata. Jangan Takut Salah Sebelum Mencoba. Ambillah Hikmah Dari Semua Kesalahan Yang Terjadi. Karya Tulis Ini Kami Persembahkan Kepada Yang Terhormat: Bapak Dan Ibu Di Rumah Bapak Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Andong Bapak Dan Ibu Guru SMA Negeri 1 Andong Bapak Dan Ibu Guru Pembimbing Teman-Teman SMA Negeri 1 Andong Pembaca Yang Terhormat Bapak Joko Subandi selaku Kepala Sekolah SMA.... Karya Tulis ini dibuat sebagai laporan Karya Wisata ... Adapun ... penyusunan Karya Tulis berdasarkan ... Karya Tulis ini merupakan ... Alasan memilih Judul Untuk laporan Karya Wisata ke Bandung ... ... diabdikan kepada Nusa dan Bangsa. ... Bandung 15 Km ke arah selatan atau 50 Km dari Bandung. Lingkungan Perkebunan Tempat Peristirahatan ... Tahapan Pengolahannya ... Dengan terselesainya Karya Tulis ini... ... anjuran Dinas Perkebunan ... ... terselesai-Nya ... Sedangkan Granding: untuk ... ... oleh Kepala SMA N 1 Andong dan Pembimbing … . … petunjuk dan rohmadnya ... .
lxiv
Pembenaran Karya tulis ini telah diketahui dan disahkan Buku adalah sumber ilmu dan belajar adalah kunci pembukanya. Pengalaman membuat kita menjadi lebih baik. Perbuatan nyata lebih baik dari pada kata-kata. Jangan takut salah sebelum mencoba. Ambillah hikmah dari semua kesalahan yang terjadi. Karya tulis ini kami persembahkan kepada yang terhormat: Bapak dan Ibu di rumah Bapak kepala sekolah SMA Negeri 1 Andong Bapak dan ibu guru SMA Negeri 1 Andong Bapak dan ibu guru pembimbing Teman-teman SMA Negeri 1 Andong Pembaca yang terhormat Bapak Joko Subandi selaku kepala sekolah SMA... Karya tulis ini dibuat sebagai laporan karya wisata ... Adapun ... penyusunan karya tulis berdasarkan ... Karya tulis ini merupakan ... Alasan Memilih Judul Untuk laporan karya wisata ke Bandung ... ... diabdikan kepada nusa dan bangsa. ... Bandung 15 km ke arah selatan atau 50 km dari Bandung. Lingkungan perkebunan Tempat peristirahatan ... Tahapan pengolahannya ... Dengan terselesainya karya tulis ini... ... anjuran dinas perkebunan ... ... terselesainya ... Sedangkan granding untuk ... ... oleh kepala SMA N 1 Andong dan pembimbing … . … petunjuk dan rohmad-Nya ... .
Lanjutan Tabel 3. Data Kesalahan Huruf Kapital No 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52.
53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62.
Data Kesalahan Berbahasa ... tidak panas (Udara lembab). ... pada tahun 2009/2010, Pada: … Kepala Sekolah SMA … . … Tuhan YME yang melimpahkan rahmatnya ... . ... tentang Pabrik teh Ranca Bali. ... judul “RANCA BALI” Pabrik teh dengan ... . ... berdirinya Pabrik Teh Ranca bali. ... berbagai Ilmu Pengetahuan. … memberikan Rahmad kepada ... . ... mengenai Teh. Pembuatan Teh Rancak Bali ... pada hari sabtu s.d senin tanggal 2022 juli 2009. ... bagi Investor asing ... . ... di Era persaingan ... . SELASA jepang april desember Kepala Staf TNI-Au M² Tujuan Pelayuan adalah untuk mengurangi ... Dengan mengucap syukur kepada Tuhan YME atas rahmat dan karunianya … ... untuk Ibumu, sebab Ibu adalah jembatan ... ... teh RANCABALI ... selaku Kepala Sekolah SMA ... ... selaku Wali Kelas ... ... selaku Pembimbing ... Adapun Proses Pembuatan Teh Yaitu: ... menyelesaikan Karya tulis ini dengan baik. ... khususnya Perkebunan Teh Rancabali. Beberapa Objek Wisata yang dapat dikunjungi … … maka the akan gosong.
lxv
Pembenaran ... tidak panas (udara lembab). … pada tahun 2009/2010, pada: … kepala sekolah SMA … . … Tuhan YME yang melimpahkan rahmatNya ... . ... tentang pabrik teh Ranca Bali. ... judul “Ranca Bali” pabrik teh dengan ... . ... berdirinya pabrik teh Ranca bali. ... berbagai ilmu pengetahuan. … memberikan rahmat kepada ... ... mengenai teh. Pembuatan teh Rancakbali ... pada hari Sabtu s.d. Senin tanggal 20-22 Juli 2009. ... bagi investor asing ... ... di era persaingan ... . Selasa Jepang April Desember Kepala staf TNI-AU m² Tujuan pelayuan adalah untuk mengurangi ... Dengan mengucap syukur kepada Tuhan YME atas rahmat dan karunia-Nya … ... untuk ibumu, sebab ibu adalah jembatan ... ... teh Rancabali ... selaku kepala sekolah SMA ... ... selaku wali kelas ... ... selaku pembimbing ... Adapun proses pembuatan teh yaitu: ... menyelesaikan karya tulis ini dengan baik. ... khususnya perkebunan teh Rancabali. Beberapa objek wisata yang dapat dikunjungi … … maka the akan gosong.
1) Penulisan huruf kapital dalam tabel di atas nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 31, 32, 35, 37, 39, 40, 41, 43, 44, 51, 54, 58, 59, 60, 61, dan 62 tidak tepat karena huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada awal kalimat. Penulisan yang tepat dapat dilihat pada kolom pembenaran. 2) Penulisan huruf kapital dalam tabel di atas nomor 9, 29, 33, 53, 55, 56, dan 57 tidak tepat karena huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Penulisan yang tepat dapat dilihat pada kolom pembenaran. 3) Penulisan huruf kapital dalam tabel di atas nomor 20, 46, dan 49 tidak tepat karena huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan, dan ketatanegaraan serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan. Penulisan yang tepat dapat dilihat pada kolom pembenaran. 4) Penulisan huruf kapital dalam tabel di atas nomor 21 dan 50 tidak tepat karena huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Penulisan yang tepat dapat dilihat pada kolom pembenaran. 5) Penulisan huruf kapital dalam tabel di atas nomor 27, 30, 34, dan 52 tidak tepat karena huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Penulisan yang tepat dapat dilihat pada kolom pembenaran. 6) Penulisan huruf kapital dalam tabel di atas nomor 36 dan 38 tidak tepat karena huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.. Penulisan yang tepat dapat dilihat pada kolom pembenaran. 7) Penulisan huruf kapital dalam tabel di atas nomor 42, 45, 47, dan 48 tidak tepat karena huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Penulisan yang tepat dapat dilihat pada kolom pembenaran. lxvi
b. Pemakaian Tanda Baca 1) Tanda titik (.) Tanda titik kadang dianggap sepele bagi penggunanya, namun bukan berarti tanda titik tidak ada gunanya. Tanda titik salah satunya digunakan sebagai tanda henti pada akhir setiap kata. Berikut kesalahan tanda titik yang ditemukan pada sampel.
Tabel 4. Data Kesalahan Penggunaan Tanda Titik No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.
Data Kesalahan Berbahasa NIP. 131759521 ... ... di Ciwedey Bandung Selatan ... masing-masing jenis teh ... ke negeri Cina … di dalam hidupmu ... dalam segala hal ... dapat dipisahkan ... kebodohan bangsa ... hingga akhir hayat ... selamanya tidak maju ... seperti apa adanya ... pasti ada jalan ... kesalahan yang terjadi ... jadi sempurna ... untuk meraih sukses ... baik moral maupun material ... penduduk Indonesia ... program pembangunan ... mengumpulkan data ... teh ranca bali ... usaha dan keuntungan Karena jatuhnya pemerintahan. Belanda ... . ... berjalan tanpa tujuan ... orang yang malas ... dari hari ini ... untuk ditakuti ... berkaitan dengan pabrik teh ranca bali ... hampir mirip dengan teh murni ... tanggal 20-22 juli 2009 ... gambar secara langsung ... berlibur ke kota Bandung ... tentang Dokumentasi. Sejarah dan Museum AU Republik Indonesia.
lxvii
Pembenaran NIP 131759521 ... ... di Ciwedey Bandung Selatan. ... masing-masing jenis teh. ... ke negeri Cina. ... di dalam hidupmu. ... dalam segala hal. ... dapat dipisahkan. ... kebodohan bangsa. ... hingga akhir hayat. ... selamanya tidak maju. ... seperti apa adanya. ... pasti ada jalan. ... kesalahan yang terjadi. ... jadi sempurna. ... untuk meraih sukses. ... baik moral maupun material. ... penduduk Indonesia. ... program pembangunan. ... mengumpulkan data. ... teh ranca bali. ... usaha dan keuntungan. Karena jatuhnya pemerintahan Belanda ... . ... berjalan tanpa tujuan. ... orang yang malas. ... dari hari ini. ... untuk ditakuti. ... berkaitan dengan pabrik teh ranca bali. ... hampir mirip dengan teh murni. ... tanggal 20-22 juli 2009. ... gambar secara langsung. ... berlibur ke kota Bandung. ... tentang Dokumentasi Sejarah dan Museum AU Republik Indonesia.
Lanjutan Tabel 4. Data Kesalahan Penggunaan Tanda Titik No 33. 34.
35. 36. 37. 38. 39. 40.
Data Kesalahan Berbahasa ... luar biasa dan berharga bagi Indonesia ... berjudul ”PABRIK TEH RANCA BALI (BANDUNG)”. Tanpa suatu hambatan ... Bapak Basroni M. S. Ag ... meraih keberhasilan ... permulaan pengetahuan ... waktu sangat berharga ... menciptakan sesuatu yang baru Ibu Rahayu Winarni, S. Pd
Pembenaran ... luar biasa dan berharga bagi Indonesia. ... berjudul ”PABRIK TEH RANCA BALI (BANDUNG)”, tanpa suatu hambatan ... Bapak Basroni M, S. Ag. ... meraih keberhasilan. ... permulaan pengetahuan. ... waktu sangat berharga. ... menciptakan sesuatu yang baru. Ibu Rahayu Winarni, S. Pd.
1. Penulisan tanda titik dalam tabel di atas selain nomor 34 dan 40 tidak tepat karena tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Penulisan yang tepat dapat dilihat pada kolom pembenaran. 2. Penulisan tanda titik dalam tabel di atas nomor 34 dan 40 tidak tepat karena tanda titik dipakai untuk mengakhiri singkatan nama gelar. Penulisan yang tepat dapat dilihat pada kolom pembenaran.
2) Tanda koma (,) Tanda koma banyak memunyai kegunaan, namun terkadang pemakainya kurang memperhatikan arti pentingnya tanda koma tersebut. Hal tersebut dapat dilihat juga pada karya tulis siswa yang dibuat oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong, Kabupaten Boyolali. Kesalahan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 5. Data Kesalahan Penggunaan Tanda Koma No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Data Kesalahan Berbahasa Basroni Mukhlis S. Ag Mesin OTR, Rotervane dan PCR ... … warna, ukuran dan granding. ... bisflavanol, theavlafin dan thearubigin ... . … pengeringan, sortasi dan granding … … memisahkan, memurnikan membentuk … . Bapak Joko Subandi selaku…
Pembenaran Basroni Mukhlis, S. Ag. Mesin OTR, Rotervane, dan PCR ... … warna, ukuran, dan granding. ... bisflavanol, theavlafin, dan thearubigin ... . … pengeringan, sortasi, dan granding … dan … memisahkan, memurnikan, dan membentuk … . Bapak Joko Subandi, selaku ...
lxviii
Lanjutan Tabel 5. Data Kesalahan Penggunaan Tanda Koma No 8.
9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
23. 24.
25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.
Data Kesalahan Berbahasa ... tidak mengering, tangkai muda menjadi lentur, bila digenggam terasa lembut dan bila dilemparkan tidak akan buyar ... . ... sholat, belajar dan bekerja keras sampai ... . Ayah, ibu dan keluarga ... ” Pengolahan Teh Rancabali” Yaitu: ... karya tulis ini, pada tahun 2009/2010 ... . ... karya tulis ini, kami memilih ... . ... penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit. ... oksidasi biasa, pengeringan dan proses penyortiran. … bau, warna dan mutu dari teh. Tapi, harus memperhatikan ... . Crushing, tearing and curling Andong 14 Agustus 2009 ... menarik kesimpulan yaitu: ... karya tulis ini, Oleh karena itu ... . ... pengamatan langsung, dari wawancara dan dari guru pembimbing ... ... kegiatan bidang sejarah, budaya dan museum angkatan udara. ... bahwa dalam penyusunan karya tulis ini, banyak kesalahan dan kekurangan ... Sabtu 12 September 2009 ... teh jahe, teh hijau, teh lemon dll. Bapak Amat Saevudin, S.Pd. selaku pembimbing ... ... dari bahasa Cina Chah Mula-mula diperkenalkan … ... teh rosehip, camomile, krisan dan jiaogulan. Rasa, aroma, aperen dan ampas. Bapak Drs. M. Joko Subandi selaku kepala ... Bapak Drs. Agus Suyono selaku pembimbing ...
lxix
Pembenaran ... tidak mengering, tangkai muda menjadi lentur, bila digenggam terasa lembut, dan bila dilemparkan tidak akan buyar ... . ... sholat, belajar, dan bekerja keras sampai ... . Ayah, ibu, dan keluarga ... ” Pengolahan Teh Rancabali”, yaitu: ... karya tulis ini pada tahun 2009/2010 ... . ... karya tulis ini kami memilih ... ... penyiangan, pemupukan, dan pengendalian hama penyakit. ... oksidasi biasa, pengeringan, dan proses penyortiran. … bau, warna, dan mutu dari teh. Tapi harus memperhatikan ... . Crushing, tearing, and curling Andong, 14 Agustus 2009 ... menarik kesimpulan, yaitu: ... karya tulis ini. Oleh karena itu ... ... pengamatan langsung, dari wawancara, dan dari guru pembimbing ... ... kegiatan bidang sejarah, budaya, dan museum angkatan udara. ... bahwa dalam penyusunan karya tulis ini banyak kesalahan dan kekurangan ... Sabtu, 12 September 2009 ... teh jahe, teh hijau, teh lemon, dll. Bapak Amat Saevudin, S.Pd., selaku pembimbing ... ... dari bahasa Cina, Chah, Mulamula diperkenalkan … ... teh rosehip, camomile, krisan, dan jiaogulan. Rasa, aroma, aperen, dan ampas. Bapak Drs. M. Joko Subandi, selaku kepala ... Bapak Drs. Agus Suyono, selaku pembimbing...
a) Penulisan tanda koma dalam tabel di atas nomor 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 14, 15, 16, 18, 23, 26, 29, dan 30 tidak tepat karena tanda koma di antara unsurunsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Penulisan yang tepat dapat dilihat pada kolom pembenaran. b) Penulisan tanda koma dalam tabel di atas nomor 1 tidak tepat karena tanda koma dipakai di antara nama orang atau gelar akademik, yang mengikutinya untuk membedakannya dengan singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Penulisan yang tepat dapat dilihat pada kolom pembenaran. c) Penulisan tanda koma dalam tabel di atas nomor 7, 11, 12, 13, 17, 20, 21, 22, 24, 27, 28, 31, dan 32 tidak tepat karena tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Penulisan yang tepat dapat dilihat pada kolom pembenaran. d) Penulisan tanda koma dalam tabel di atas nomor 19 dan 25 tidak tepat karena tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Penulisan yang tepat dapat dilihat pada kolom pembenaran.
3) Tanda Titik Dua (:) Tanda titik dua umum dipakai pada karya tulis. Walaupun demikian, karya tulis juga belum tentu telah tepat menggunakan tanda titik dua. Hal tersebut terjadi pula pada karya tulis yang peneliti teliti. Meskipun tidak semua sampel terdapat kesalahan dalam penggunaan tanda titik dua, tetapi tetap saja ada kesalahan yang penulis temukan dalam beberapa karya tulis. Kesalahan tersebut diantaranya adalah berikut ini. Tabel 6. Data Kesalahan Penggunaan Tanda Titik Dua No 1. 2. 3. 4.
Data Kesalahan Berbahasa Sedangkan granding: untuk memisahkan ... . NIP: 19620305 ... NIP: 19690221 ... ... telah diresmikan berdirinya museum pusat TNI-AU oleh: Menpangan Laksamana Udara Roemin Nuryadin.
lxx
Pembenaran Sedangkan granding untuk memisahkan ... . NIP 19620305 ... NIP 19690221 ... ... telah diresmikan berdirinya museum pusat TNI-AU oleh Menpangan Laksamana Udara Roemin Nuryadin.
a) Penulisan tanda titik dua dalam tabel di atas nomor 1 dan 4 tidak tepat karena tanda titik
dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau perintah. Penulisan yang tepat dapat dilihat pada kolom pembenaran. b) Penulisan tanda titik dua dalam tabel di atas nomor 2 dan 3 tidak tepat karena tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan perintah. Penulisan yang tepat dapat dilihat pada kolom pembenaran.
4) Tanda Titik Koma (;) Banyak siswa yang belum menguasai fungsi atau kegunaan tanda baca titik koma (;). Tanda baca titik koma sering kali tidak digunakan. Siswa lebih memilih menggunakan tanda baca koma dari pada tanda baca titik koma. Walaupun demikian, bukan berarti tanda titik koma tidak digunakan sama sekali. Tabel 7. Data Kesalahan Penggunaan Tanda Titik Koma No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Data Kesalahan Berbahasa 1. Bapak dan ibu di rumah 2. Bapak kepala sekolah SMA Negeri 1 Andong 3. Bapak dan ibu guru SMA Negeri 1 Andong 4. Bapak dan ibu pembimbing 5. Teman-teman SMA Negeri 1 Andong ... ke Bandung, Jawa Barat. ... membuat karya tulis ini. ... penyusunan karya tulis ini. 1. ... bapak kepala sekolah 2. ... pembimbing utama 3. ... membiayai kami 1) ... kami cintai 2) ... kami hormati 1. Bapak Drs. M joko Subandi ... SMA N 1 Andong. 2. Bapak Amat Saevudin ...karya tulis. 3. Bapak Basroni ... XII IS3 1. Bapak Drs. M joko Subandi ... SMA N 1 Andong. 2. Bapak Amat Saevudin ...karya tulis.
lxxi
Pembenaran 1. Bapak dan ibu di rumah; 2. Bapak kepala sekolah SMA Negeri 1 Andong; 3. Bapak dan ibu guru SMA Negeri 1 Andong; 4. Bapak dan ibu pembimbing; 5. Teman-teman SMA Negeri 1 Andong; dan ... ke Bandung, Jawa Barat; ... membuat karya tulis ini; ... penyusunan karya tulis ini; dan 1. ... bapak kepala sekolah; 2. ... pembimbing utama; 3. ... membiayai kami; dan 1) ... kami cintai; 2) ... kami hormati; 1. Bapak Drs. M joko Subandi ... SMA N 1 Andong; 2. Bapak Amat Saevudin ...karya tulis; 3. Bapak Basroni ... XII IS3; 1. Bapak Drs. M joko Subandi ... SMA N 1 Andong; 2. Bapak Amat Saevudin ...karya tulis;
Penulisan tanda titik koma dalam tabel di atas semuanya tidak tepat. Kesalahan tersebut tidak tepat karena tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Penulisan yang tepat dapat dilihat pada kolom pembenaran.
5) Tanda Penyingkat atau Apostrof (’) Banyak orang yang terkadang tidak memahami fungsi dari tanda apostof atau penyingkat. Tanda penyingkat atau apostrof digunakan untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun. Berikut kesalahan peneliti temukan dalam kaitannya dengan tanda apostrof atau penyingkat dalam sampel.
Tabel 8. Data Kesalahan Penggunaan Tanda Penyingkat atau Apostrof No 1. 2. 3. 4.
Data Kesalahan Berbahasa Jum’at Do’a ... berdo’a. ... mendo’akan ...
Pembenaran Jumat Doa ... berdoa. ... mendoakan ...
Penulisan tanda penyingkat atau apostrof dalam tabel di atas tidak tepat karena tanda penyingkat hanya menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian anka tahun. Penulisan yang tepat dapat dilihat pada kolom pembenaran.
6) Tanda Hubung (-) Tanda hubung seringkali tidak terlalu diperhatikan, kegunaan tanda hubung adalah untuk menyambung. Meski demikian, ada tata cara atau aturan pemakaian tanda hubung ini. Peneliti menemukan kesalahan tanda hubung ini dalam karya tulis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong. Kesalahan tersebut adalah sebagai berikut. Tabel 9. Data Kesalahan Penggunaan Tanda Hubung No 1. 2. 3.
Data Kesalahan Berbahasa ... terselesai-Nya ... . ... karyawan karyawati ... . ... di sana sini ...
lxxii
Pembenaran ... terselesainya ... . ... karyawan-karyawati ... . ... di sana-sini ...
a) Penulisan tanda hubung dalam tabel di atas nomor 1 tidak tepat karena tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap. Penulisan yang tepat dapat dilihat pada kolom pembenaran. b) Penulisan tanda hubung dalam tabel di atas nomor 2 dan 3 tidak tepat karena tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur-unsur kata ulang. Penulisan yang tepat dapat dilihat pada kolom pembenaran.
7) Tanda Petik (”... ”) Tanda petik diantaranya digunakan untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tulisan lain; mengapit judul syair, karangan, dan buku apabila dipakai dalam kalimat; mengapit istilah ilmiah yang masih kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus; penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung; dan penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan dibelakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. Berikut kesalahan penggunaan tanda petik yang peneliti temukan.
Tabel 10. Data Kesalahan Penggunaan Tanda Petik No 1. 2. 3.
Data Kesalahan Berbahasa ... sebab “Tak ada gading yang tak retak” ... ... penelitian di ”RANCABALI” ... Istilah “teh” juga ...
Pembenaran ... sebab tak ada gading yang tak retak ... ... penelitian di Rancabali ... Istilah teh juga ...
Penulisan tanda petik dalam tabel di atas tidak tepat karena tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain; mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat; mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus; sebagai penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung; dan sebagai tanda baca penutup kalimat atau bagian lxxiii
kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. Penulisan yang tepat dapat dilihat pada kolom pembenaran.
8) Tanda Pisah (-) Tanda pisah sepintas seperti tanda hubung, tetapi pemakaian tanda pisah tentu berbeda dengan tanda hubung. Tanda pisah diantaranya digunakan untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat-kalimat menjadi lebih jelas; membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan khusus di luar bangunan kalimat; dan dipakai diantara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti ’sampai ke’
dengan’ atau’sampai dengan’.
Kesalahan penggunaan tanda pisah dalam sampel adalah berikut. Pada kalimat ’...maka pimpinan TNI AU memutuskan ...’ tidak tepat karena tidak menggunakan tanda pisah. Tanda pisah berfungsi untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat. Kalimat tersebut pembenarannya, yaitu ’ ... maka pimpinan TNI-AU memutuskan ...’.
c. Penulisan Kata Depan Kata depan adalah kata yang bertugas merangkaikan kata atau bagian kalimat. Tempatnya terletak di depan kata. Kata depan dimunculkan dalam kaitannya dengan kelas kata, bukan dalam kaitan dengan fungsinya dalam kalimat. Berikut kesalahan yang terdapat dalam karya tulis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong.
lxxiv
Tabel 11. Data Kesalahan Penulisan Kata Depan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Data Kesalahan Berbahasa ditempat didaerah disamping dibelakang diatas disini didunia didalam diBandung kedalam disitu ketangan kekota-kota kebawah disana dipabrik keruang
Pembenaran di tempat di daerah di samping di belakang di atas di sini di dunia di dalam di Bandung ke dalam di situ ke tangan ke kota-kota ke bawah di sana di pabrik ke ruang
Data di atas adalah data kesalahan penulisan kata depan yang peneliti temukan pada sampel yang peneliti teliti. Kesalahan penggunaan kata depan pada sampel hanya ditemukan pada bentuk penggunaan di dan ke. Kata depan di dan ke ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
d. Penggunaan Kata Turunan (imbuhan, awalan, sisipan) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata mendapat awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Berikut kesalahan yang peneliti temukan dalam karya tulis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong.
lxxv
Tabel 12. Data Kesalahan Penulisan Kata Turunan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Data Kesalahan Berbahasa di pakai di segala menyebar luaskan di tuangkan di keluarkannya di manfaatkan di gunakan di jangkau di capai di perbaiki di nikmati di ekspor di ketinggian di petik di simpan di ukur di masukkan di temukan di sediakan di konsumsi
Pembenaran dipakai disegala menyebarluaskan dituangkan dikeluarkannya dimanfaatkan digunakan dijangkau dicapai diperbaiki dinikmati diekspor diketinggian dipetik disimpan diukur dimasukkan ditemukan disediakan dikonsumsi
Data di atas adalah data kesalahan penulisan kata turunan yang peneliti temukan pada sampel yang peneliti teliti. Kesalahan penggunaan kata turunan pada sampel hanya ditemukan pada bentuk penggunaan imbuhan dan gabungan kata. 1) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Pada tabel di atas terdapat kesalahan penulisan imbuhan yang berupa awalan, yakni data nomor 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, dan 20. Penulisan yang tepat dapat dilihat pada kolom pembenaran. 2) Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Pada data nomor 3 pada tabel di atas merupakan contoh kesalahan yang terdapat pada sampel. Penulisan yang tepat dapat dilihat pada kolom pembenaran.
e. Penggunaan Cetak Miring atau Garis Bawah Dari pengertian di bab sebelumnya telah dijelaskan bagaimana penggunaan garis bawah dan cetak miring. Tidak bisa sembarang huruf atau lxxvi
kata benar untuk ditulis miring atau digaris bawah. Hanya kata-kata asing yang benar dicetak miring atau digaris bawah dalam bahasa Indonesia. Berikut kesalahan penggunaan tanda garis miring atau garis bawah pada sampel yang peneliti teliti.
Tabel 13. Data Kesalahan Penggunaan Cetak Miring No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.
Data Kesalahan Berbahasa ... kunci pembukanya. ... menjadi lebih baik. ... pada kata-kata. ... sebelum mencoba. ... kesalahan yang terjadi. orthodoxs cottage pouching Oolong Camelia Sinensis Assamica Sinensis Withering Trough Polifenol katekin Teaflafin Trearubigin Open top roller Rotervane Press Cup Roller Endheles Chaina Pressure dryer Fluid Bed Dryer granding tea bulker blending grade orthoqunion bisvlavanol sangray Rotary Panner Type Single Action Rotary Dryer Type Repeat Roll Camellia Sinensis L Kuntze study tour Pelayuan Proses penggilingan atau rolling room
38.
Oksidasi enzimatis
lxxvii
Pembenaran ... kunci pembukanya. ... menjadi lebih baik. ... pada kata-kata. ... sebelum mencoba. ... kesalahan yang terjadi. Orthodoxs Cottage Pouching Oolong Camelia Sinensis Assamica Sinensis Withering Trough Polifenol Katekin Teaflafin Trearubigin Open top roller Rotervane Press Cup Roller Endheles Chaina Pressure Dryer Fluid Bed Dryer Granding Tea bulker Blending grade orthoqunion bisvlavanol Sangray Rotary Panner Type Single Action Rotary Dryer Type Repeat Roll Camellia Sinensis L Kuntze study tour Pelayuan Proses penggilingan atau rolling room Oksidasi enzimatis
Lanjutan Tabel 13. Data Kesalahan Penggunaan Cetak Miring No 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67.
68. 69. 70. 71. 72.
Data Kesalahan Berbahasa Praskirap druller Rotel ven outlide Lide Pengeringan Sortasi Pengepakan/pengemasan alternative interview marketing purchasing production quality control engineering Teh Waktu selama dua hari tiga malam Cutting Ditambah jahe, lemon, atau hanya sekedar wangi melati wire mesh fanning dusting Kesuksesan berasal dari kemauan yang kuat. Prestasi tidak dapat diraih tanpa antusias. Tindakan adalah buah pengetahuan yang paling tepat. Kesalahan adalah pelajaran untuk menjadi bijak. Pusat pengendalian hidup adalah sikap. Mengoreksi diri adalah model sebuah tindakan. Chah Hamparan permadani hijau areal kebun teh, pabrik teh, dan tatanan kehidupan masyarakat desa yang maju dan asri bebas dari polusi. Egif Pack Lemon tea green tea aperen
lxxviii
Pembenaran Praskirap druller Rotel ven Outlide Lide Pengeringan Sortasi Pengepakan/pengemasan alternative/alternatif interview Marketing Purchasing production quality control engineering Teh Waktu selama dua hari tiga malam Cutting Ditambah jahe, lemon, atau hanya sekedar wangi melati Wire mesh Fanning Dusting Kesuksesan berasal dari kemauan yang kuat. Prestasi tidak dapat diraih tanpa antusias. Tindakan adalah buah pengetahuan yang paling tepat. Kesalahan adalah pelajaran untuk menjadi bijak. Pusat pengendalian hidup adalah sikap. Mengoreksi diri adalah model sebuah tindakan. Chah Hamparan permadani hijau areal kebun teh, pabrik teh, dan tatanan kehidupan masyarakat desa yang maju dan asri bebas dari polusi. Egif Pack Lemon tea Green tea Aperen
1) Penulisan huruf miring dalam tabel di atas nomor 1, 2, 3, 4, 5, 36, 37, 38, 43, 44, 45, 53, 54, 56, 60, 61, 62, 63, 64, 65 dan 67 tidak tepat karena huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan, serta dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Penulisan yang tepat dapat dilihat pada kolom pembenaran. 2) Penulisan huruf miring dalam tabel di atas nomor 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 39, 40, 41, 42, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 55, 57, 58, 59, 66, 68, 69, 70, 71, dan 72 tidak tepat karena huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Penulisan yang tepat dapat dilihat pada kolom pembenaran.
Tabel 14. Data Kesalahan Penggunaan Garis Bawah No 1.
Data Kesalahan Berbahasa Karya tulis ini dipersembahkan kepada:
2. 3. 4.
a. Teh Murni (Kualitas I) b. Teh Kualitas 2 c. Teh Kualitas 3
Pembenaran Karya tulis ini dipersembahkan kepada: a. Teh Murni (Kualitas I) b. Teh Kualitas 2 c. Teh Kualitas 3
Penulisan garis bawah pada tabel di atas tidak
tepat. Garis bawah
digunakan sebagai pengganti garis miring. Apabila sudah menggunakan garis miring, maka garis bawah tidak dipergunakan lagi. Penggunaan yang tepat dapat dilihat pada kolom pembenaran.
2. Kesalahan Pemilihan Kata Atau Diksi Pemilihan kata dalam sebuah karya tulis sangat berpengaruh terhadap makna yang terkandung dalam sebuah kalimat. Pemilihan kata tersebut meliputi ketepatan dan kesesuaian. Ketepatan dalam hal ini mencakup penggunaan denotatif-konotatif, sinonim, verba berpreposisi, dan penggunaan kata secara ekonomis. Kesesuaian meliputi kebakuan kata dan penghindaran kata cakapan.
lxxix
a. Ketepatan 1) Penggunaan Denotatif-Konotatif Sebagaimana telah dikemukakan analisis ketepatan pilihan kata dilihat dari segi dnotatif dan konotatif kata, dalam penelitian ini hanya dibatasi pada ketepatan denotasi. Berikut ini dikemukakan kata yang tidak tepat dari segi denotasinya. a) Penulisan telah mengunjungi tempat wisata di daerah Bandung Selatan. b) Teh merupakan salah satu sumber daya alam yang dihasilkan dari pengolahan pucuk (daun muda) ... c) ... adalah penunjang keberhasilan kaum petani, untuk keaktifan dalam memberikan penerangan demi kemajuan bersama. d) ...
dipercaya
dapat
melangsingkan
tubuh
oleh
orang
yang
mengkonsumsinya. e) ... kita wajib melestarikan dan menjaga kebedaan pabrik tersebut. f) Untuk pengarahan atau fasilitas yang terdapat di pabrik teh itu supaya ditingkatkan seperti pemandu penjelasan tentang pembuatan teh ... g) ... yang telah melahirkan dan membesarkan kita dengan ... h) ... keterbatasan bahan dan pengetahuan di dalam penelitian ini maka penulis bertujuan sebagai berikut. i) Sebaiknya pabrik teh Rancabali meningkatkan kualitas pengolahan teh dengan cara menambah profesionalisasi pekerjanya dan ... j) Seharusnya lebih diefektivitaskan kinerja tenaga kerjanya agar teh hijau dapat menembus pasar ekspor dunia.
Jika kalimat a) kita cermati, maka akan segera kita ketahui bahwa penggunaan kata penulisan dalam kalimat tersebut tidak tepat. Kata penulis akan lebih tepat digunakan melihat konteks kalimat yang telah ada. Penggunaan kata pengolahan pada kalimat b) kurang tepat sebab konteks kalimat seperti itu akan lebih tepat jika menggunakan kata olahan. Kata keaktifan jelas berbeda dengan kata aktif. Kata keaktifan diartikan ”kegiatan; kesibukan’ (KBBI, 2005: 23). Sementara itu, kata aktif lxxx
anatar lain berarti ’giat (bekerja,beruasaha); dinamis; mampu beraksi dan bereaksi’. Tentu yang dimaksudkan penulis dalam kalimat c) adalah ’bekerja’. Jika demikian, maka penggunaan kata keaktifan dalam kalimat tersebut tidak tepat, sedangkan kata yang lebih tepat adalah aktif. Kata oleh dalam kalimat d) tidak tepat digunakan karena tidak sesuai dengan konteks kalimat tersebut. Kalimat tersebut akan lebih tepat jika menggunakan kata pada. Untuk kata kebedaan pada kalimat e) juga tidak tepat penggunaannya. Kata kebedaan tidak dikenal dalam bahasa Indonesia. Kata penjelasan berbeda dengan
kata menjelaskan.
Kata
penjelasan berbentuk kata benda sedangkan kata menjelaskan berbentuk kata kerja. Dalam kalimat f) jelas dibutuhkan kata yang berbentuk kata kerja, oleh karena itu kalimat tersebut lebih tepat jika menggunakan kata menjelaskan bukan penjelasan. Pada kalimat g) terdapat penggunaan kata kita. Kata kita dalam konteks tersebut berarti meliputi penulis dan pembaca. Sedangkan dalam kenyataannya pembaca tidak berperan serta dalam pembuatan karya tulis tersebut. Oleh karena itu, kata kita dalam kalimat tersebut akan lebih tepat jika diganti dengan kata kami. Pada kalimat h) terdapat penggunaan kata penulis. Kalau kita cermati kata penulis akan membingungkan kita. Kalimat tersebut akan lebih jelas maksudnya bila kata penulis diganti dengan kata karya tulis. Imbuhan –isasi dalam kata profesionalisasi pada kalimat i) dapat diartikan proses profesional. Sedang bila kita cermati kata profesionalisasi tidak akan cocok bila digunakan dalam kalimat tersebut. Kata tersebut akan menjadi benar jika kata profesionalisasi diganti dengan kata profesionalitas. Profesionalitas dalam KBBI (2005: 897) diartikan ’perihal profesi; keprofesian; kemampuan bertindak secara profesional’. Dalam kalimat j) terdapat kata diefektifitaskan. Kata tersebut akan terasa janggal dan berpengaruh pada makna dari kalimat itu sendiri. Jika lebih teliti, maka kata diefektifkan akan lebih tepat digunakan dibanding kata diefektifitaskan.
lxxxi
Kesalahan-kesalahan di atas dapat diperbaiki berikut ini. a) Penulis telah mengunjungi tempat wisata di daerah Bandung Selatan. b) Teh merupakan salah satu sumber daya alam yang dihasilkan dari olahan pucuk (daun muda) ... c) ... adalah penunjang keberhasilan kaum petani, untuk aktif dalam memberikan penerangan demi kemajuan bersama. d) ...
dipercaya
dapat
melangsingkan
tubuh
pada
orang
yang
mengkonsumsinya. e) ... kita wajib melestarikan dan menjaga perbedaan pabrik tersebut. f) Untuk pengarahan atau fasilitas yang terdapat di pabrik teh itu supaya ditingkatkan seperti pemandu menjelaskan tentang pembuatan teh ... g) ... yang telah melahirkan dan membesarkan kami dengan ... h) ... keterbatasan bahan dan pengetahuan di dalam penelitian ini maka karya tulis ini mempunyai tujuan sebagai berikut. i) Sebaiknya pabrik teh Rancabali meningkatkan kualitas pengolahan teh dengan cara menambah profesionaltas pekerjanya dan ... j) Seharusnya lebih diefektifkan kinerja tenaga kerjanya agar teh hijau dapat menembus pasar ekspor dunia.
2) Sinonim Penggunaaan kata bersinonim di bawah ini tidak tepat. a) Adapun maksud dan tujuan penyusunan karya tulis ini adalah untuk laporan hasil karya tulis. b) Kepada para pengelola hendaknya semakin tekun dan rajin dalam bekerja demi tercapainya ... c) Produksi teh Rancabali mempunyai bermacam-macam dan bervariasi rasa. Kata maksud, antara lain berarti ‘yang dikehendaki; tujuan; niat; kehendak’ (KBBI, 2005: 704). Dengan demikian jelaslah bahwa kata maksud bersinonim dengan kata tujuan. Karena kedua kata tersebut bersinonim maka penggunaan kata dan dalam kalimat a) tidak tepat, sedangkan yang tepat lxxxii
adalah konjungtor atau. Kata tekun bersinonim dengan kata rajin, begitu pula dengan kata bermacam-macam dan bervariasi. Dengan demikian penggunaan kedua kata tersebut secara bersamaan tentu kurang tepat. Kesalahan ketiga kalimat di atas dapat diperbaiki berikut ini. a) Adapun maksud atau tujuan penyusunan karya tulis ini adalah untuk laporan hasil karya tulis. b) Kepada para pengelola hendaknya semakin tekun dalam bekerja demi tercapainya ... c) Kepada para pengelola hendaknya semakin rajin dalam bekerja demi tercapainya ... d) Produksi teh Rancabali mempunyai bermacam-macam rasa. Produksi teh Rancabali mempunyai bervariasi rasa.
3) Penggunaan Kata secara Ekonomis Penggunaan kalimat secara tidak ekonomis dalam sampel terlihat pada kalimat-kalimat berikut ini. a) Semua bapak ibu guru serta karyawan-karyawati yang kami hormati. b) Dengan terselesainya penulisan karya tulis ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada. c) ... penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dikarenakan masih dalam tahap pembelajaran. d) Penulis menyadari bahwa di sana-sini masih terdapat banyak kekurangan dan kekhilafan dalam penyusunan karya tulis ini ... e) Adapun alasan pemilihan judul tersebut di atas adalah. f) Selain terdapat diorama juga terdapat bermacam-macam jenis pesawat yang dipergunakan pada masa perjuangan. g) ... tentang pembuatan teh itu sangat kurang sekali jumlahnya dibandingkan dengan orang yang akan mendengarkannya. h) Rancabali adalah pabrik teh yang benar-benar berkualitas, karena di dalam pabriknya ruangannya sangat bersih dan terjaga.
lxxxiii
i) Kami menyadari bahwa karya tulis ini sangat belum dapat dikatakan sempurna. Penggunaan kata yang dicetak miring pada kalimat-kalimat di atas tidak digunakan secara ekonomis. Penggunaan kata yang dicetak miring pada kalimat a), b), c), d), g), h), i) bersifat redundan. Kata tersebut dan frasa di atas sama-sama mengacu pada sesuatu yang telah dikatakan (judul). Oleh karena itu, cukup dikatakan judul di atas, judul tersebutBermacam-macam dalam kalimat f) bersinonim dengan kata jenis, maka penggunaannya dalam kalimat cukup digunakan salah satu. Perbaikan kalimat-kalimat di atas dikemukakan berikut ini. a) Bapak ibu guru serta karyawan-karyawati yang kami hormati. b) Dengan terselesainya penulisan karya tulis ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada. c) ... penulis mohon maaf dikarenakan masih dalam tahap pembelajaran. d) Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan kekhilafan dalam penyusunan karya tulis ini ... e) Adapun alasan pemilihan judul tersebut adalah. f) Selain terdapat diorama juga terdapat bermacam-macam pesawat yang dipergunakan pada masa perjuangan. g) ... tentang pembuatan teh itu sangat kurang jumlahnya dibandingkan dengan orang yang akan mendengarkannya. h) Rancabali adalah pabrik teh yang berkualitas, karena di dalam pabriknya ruangannya sangat bersih dan terjaga. i) Kami menyadari bahwa karya tulis ini belum dapat dikatakan sempurna.
b. Kesesuaian 1) Penggunaan Kata Baku Penggunaan kata tidak baku pada sampel dapat dilihat berikut ini. a) Keinginan untuk mengetahui teori maupun praktek tentang proses produksi teh di Bandung Selatan.
lxxxiv
b) ... Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan petunjuk dan rohmadNya. c) Kenaikan harga solar membuat keuntungan yang diperoleh makin sedikit. d) Tapi harus memperhatikan konsumen secara serius. e) Agar nambah pengetahuan kita mengenai teh. f) Tahap tersebut harus diimbangi dengan pensortiran daun-daun yang ... g) ... lalu daun teh yang sudah kering dimasukkan kantung dan tentunya dengan rasa yang berfareasi. h) Karya tulis ini telah disetujui dan disyahkan pada. i) Terlebih berdasarkan nasehat ahli botani negeri Belanda, Junghun ... j) Sartasi adalah proses yang bertujuan untuk memisahkan jenis teh sesuai dengan ukuran (kwalitas) masing-masing. k) Atas terselesainya karya tulis ini kami ucapkan terimakasih kepada:
Kata-kata yang dicetak miring pada kalimat-kalimat di atas tidak baku. Adapun bentuk bakunya adalah sebagai berikut. Bentuk Tidak Baku
Bentuk Baku
1. praktek
Praktik
2. rohmad
rahmat
3. makin
semakin
4. tapi
tetapi
5. nambah
menambah
6. pensortiran
penyortiran
7. berfareasi
bervariasi
8. disyahkan
disahkan
9. nasehat
nasihat
10. kwalitas
kualitas
11. ucapkan
mengucapkan
lxxxv
2) Penghindaran Kata Cakapan Karena karya tulis siswa merupakan salah satu jenis karya tulis ilmiah, maka dalam penulisannya hendaknya dihindari penggunaan kata-kata cakapan. Berikut kata-kata ucapan yang peneliti temukan pada sampel. a) Dan salawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. b) Akhir kata semoga karya tulis ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua. c) Dengan jadinya penggarapan karya tulis ini yang memakan waktu cukup lama ... d) Dalam penghujung karya tulis ini, bisa kami ambil kesimpulan ... Kata haturkan yang berarti sama dengan ucapkan termasuk kata cakapan. Dalam tulisan ilmiah kata tersebut dapat diganti dengan kata mengucapkan. Kata akhir kata tidak pernah digunakan dalam ragam bahasa ilmiah. Dalam ragam ilmiah kata tersebut dapat diganti akhirnya bila kata tersebut mengakhiri suatu uraian atau pernyataan. Kata-kata yang dicetak miring pada kalimat c) tidak tepat jika digunakan dalam tulisan ilmiah dalam hal ini tulisan dalam karya tulis siswa. Kata-kata tersebut tepat bila diganti dengan selesainya. Pada kalimat d) juga demikian, kata-kata yang dicetak miring tidak tepat penggunaannya. Kata penghujung tidak dipakai dalam tulisan ilmiah. Kata tersebut dapat diganti dengan pada akhir. Kalimat-kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi kalimat-kalimat berikut ini. a) Dan salawat serta salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW. b) Akhirnya semoga karya tulis ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua. c) Dengan terselesainya karya tulis ini yang memakan waktu cukup lama ... d) Pada akhir karya tulis ini, bisa kami ambil kesimpulan ...
3. Kesalahan Penyusunan Kalimat Pendapat maupun pandangan tentang kalimat datang dari beberapa pakar. Namun yang pasti sebuah karya tulis akan dapat dipahami oleh pembaca jika kalimat-kalimatnya tersusun dengan baik, runtut, dan saling bertautan. lxxxvi
Kalimat-kalimat dalam karya tulis hendaknya logis dan memunyai kesatuan pikiran. a. Kohesi 1) Di dalam uraian laporan ini penulis hanya menulis sesuai data-data yang penulis dapatkan. 2) Tanpa bimbingan dan bantuan pihak tersebut penulis akan banyak kesulitan-kesulitan ... 3) Karya tulis ini merupakan hasil peninjauan di tempat wisata dan penulis mengambil judul ... 4) Dari berbagai penjelasan dan pernyataan-pernyataan yang tercantum dalam karya tulis ini ... Ketidakkohesifan kalimat 1) dan 4) disebabkan oleh pengulangan kata data dan pernyataan. Kata data dan pernyataan dalam kalimat tersebut sudah mempunyai arti jamak, oleh karena kata data dan pernyataan tidak perlu diulang. Kata banyak berfungsi menjelaskan kata kesulitan. Dengan demikian, tidak perlu digunakan kata kesulitan-kesulitan karena kata banyak sudah jelas menunjuk pengertian jamak(lebih dari satu). Kata depan di pada kalimat 3) tidak tepat penggunaannya. Kalimat tersebut menginginkan hasil, oleh karena itu kata depan yang tepat yaitu ke. Kalimat di atas dapat diperbaiki sebagai berikut. 1) Di dalam uraian laporan ini penulis hanya menulis sesuai data yang penulis dapatkan. 2) Tanpa bimbingan dan bantuan pihak tersebut penulis akan banyak kesulitan ... 3) Karya tulis ini merupakan hasil peninjauan ke tempat wisata dan penulis mengambil judul ... 4) Dari berbagai penjelasan dan pernyataan yang tercantum dalam karya tulis ini ...
lxxxvii
b. Koherensi Kalimat yang tidak koheren terlihat berikut ini. 1) Dalam penyusunan karya tulis ini, kami memilih judul ... 2) Karena daerahnya masih dianggap baik, baik jenis dan iklimnya yang sangat cocok untuk ditanami teh ... 3) Dapat memberi informasi tentang dunia usaha dan mengetahui cara untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam memproduksi teh. 4) Serta sejarah berdirinya pabrik teh Rancabali. 5) Dapat menjadi pengalaman kami yang penuh manfaat , agar kami kelak nanti bisa menciptakan wahana kerja dalam bidang apapun. 6) Dan dalam penyusunan karya tulis ini tentu belumlah sempurna, sebaiknya di masa yang akan datang dapat disempurnakan lagi. 7) Dikarenakan adanya faktor keterbatasan bahan dan pengetahuan di dalam penelitian ini maka penulis bertujuan sebagai berikut. Kesatuan susunan (koherensi) kalimat 1), 4), dan 6) di atas menjadi kabur karena kedudukan subjek dan predikat tidak jelas, terutama karena salah menggunakan kata depan. Kalimat-kalimat tersebut dapat diperbaiki berikut ini. 1) Penyusunan karya tulis ini memilih judul ... Dalam penyusunan karya tulis ini dipilih judul ... 4) Sejarah berdirinya pabrik teh Rancabali. 6) Penyusunan karya tulis ini tentu belumlah sempurna, sebaiknya di masa yang akan datang dapat disempurnakan lagi. Kalimat 2), 3), 5), dan 7) juga tidak koheren. Ketidakkoherenan kalimat tersebut disebabkan kalimat tersebut tidak memiliki subjek. Tidak adanya subjek mengakibatkan kalimat tersebut menjadi kabur dan tidak logis.
lxxxviii
c. Kesejajaran Kalimat yang kurang baik dilihat dari segi kesejajaran gagasangagasan yang ingin diungkapkan penulisnya terlihat pada kalimat-kalimat berikut ini. 1) Proses ini bertujuan untuk memisahkan, memurnikan, dan membentuk jenis mutu agar teh dapat diterima baik dipasaran lokal maupun ekspor. 2) Yaitu kami mengumpulkan data melalui pengamatan langsung dan catatan dengan sistematika terhadap objek yang dituju yaitu pembuatan teh. 3) Eratnya hubungan antara ilmu pengetahuan dengan ilmu ekonomi melalui usaha dan keuntungan. 4) Selanjutnya diikuti dengan proses oksidasi biasa, pengeringan, dan proses penyortiran. Kalimat 1) di atas tidak menempatkan posisi yang sama. Kata lokal akan sejajar posisinya bila disandingkan dengan kata internasional. Kalimat 2) tidak menempatkan gagasan-gagasan yang sama penting dan sam fungsinya de dalam suatu struktur atau konstruksi gramatikal yang sama. Gagasan pertama dikemukakan dalam bentuk verba, pengamatan, sedangkan yang kedua dikemukakan dengan bentuk nomina, catatan. Demikian juga dengan kalimat 3) dan 4) gagasan-gagasan yang dikemukakan dalam kalimat tersebut tidak dikemukakan dalam konstruksi gramatikal yang sama. Perbaikan kalimatkalimat di atas agar menjadi kalimat efektif adalah berikut. 1) Proses ini bertujuan untuk memisahkan, memurnikan, dan membentuk jenis mutu agar teh dapat diterima baik dipasaran lokal maupun internasional. 2) Yaitu kami mengumpulkan data melalui pengamatan langsung dan pencatatan dengan sistematika terhadap objek yang dituju yaitu pembuatan teh. 3) Eratnya hubungan antara ilmu pengetahuan dengan ilmu ekonomi melalui usaha dan untung.
lxxxix
4) Selanjutnya diikuti dengan proses pengoksidasian biasa, pengeringan, dan proses penyortiran. 4. Persentase Kesalahan Bahasa Setelah analisis kesalahan bahasa pada karya tulis siswa yang dibuat oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong, Kabupaten Boyolali dilakukan, perlu diadakan rekapitulasi atau perhitungan kesalahan yang telah tercatat untuk memperjelas bentuk dan besaran kesalahan yang terjadi. Sebelum melangkah ke tahap berikutnya, maka untuk lebih mempermudah perhitungan atau rekapitulasi perlu dibuat gambaran kesalahan yang terjadi dalam bentuk tabel. Besaran frekuensi kesalahan bahasa keseluruhan dapat dilihat pada tabel. Tabel 15. Data Kesalahan Berbahasa
Diksi atau pilihan kata
Jenis Kesalahan Berbahasa Huruf kapital Tanda titik Tanda koma Tanda titik dua Tanda titik koma Tanda apostrof Kesalahan ejaan Tanda hubung Tanda petik Tanda pisah Kata depan Kata turunan Cetak miring Garis bawah Ketepatan Kata denotasi Kata sinonim Kata secara ekonomis Kesesuaian Kata baku Kata cakapan Penyusunan kalimat Kohesi Koherensi kesejajaran Jumlah total
xc
Jumlah 62 40 32 4 18 4 3 3 1 17 20 72 4 10 3 9 11 4 4 7 4 303
Dari tabel tersebut maka dapat dicari persentase kesalahan berbahasanya. Penghitungan kesalahan berbahasa tersebut sebagai berikut. Jumlah sampel yang mengalami kesalahan X 100% Jumlah keseluruhan sampel a. Kesalahan ejaan 1) Huruf kapital 62 X 100% = 20, 46 % 303 2) Tanda titik 40 X 100% = 13, 20 % 303 3) Tanda koma 32 X 100% = 10,56 % 303 4) Tanda titik dua 4 X 100% = 1, 32 % 303 5) Tanda koma 18 X 100% = 5, 94 % 303 6) Tanda apostrof 4 X 100% = 1, 32 % 303 7) Tanda hubung 3 X 100% = 0,99 % 303 8) Tanda petik 3 X 100% = 0,99 % 303
xci
9) Tanda pisah 1 X 100% = 0,33 % 303 10) Kata depan 17 X 100% = 5, 62 % 303 11) Kata turunan 20 X 100% = 6, 60 % 303 12) Cetak miring 72 X 100% = 23, 76 % 303 13) Garis bawah 4 X 100% = 1, 32 % 303 b. Kesalahan diksi atau pilihan kata 1) Ketepatan a) Kata denotasi 10 X 100% = 3, 30 % 303 b) Kata sinonim 3 X 100% = 0,99 % 303 c) Kata secara ekonomis 9 X 100% = 2, 97 % 303 2) Kesesuaian a) Kata baku 11 X 100% = 3, 63 % 303
xcii
b) Kata cakapan 4 X 100% = 1, 32 % 303 c. Kesalahan penyusunan kalimat 1) Kohesi 4 X 100% = 1, 32 % 303 2) Koherensi 7 X 100% = 2, 31 % 303 3) Kesejajaran 4 X 100% = 1, 32 % 303
5. Sumber Penyebab Terjadinya Kesalahan Sumber dan sebab merupakan dua istilah yang berbeda. Pada kesempatan ini akan dikemukakan sebagai dua hal yang berbeda dengan prinsip bahwa sebab berkaitan dengan pemberian alasan, diksi yang banyak atau sering digunakan adalah karena, dan berkaitan dengan pemberian jawaban atas pertanyaan mengapa. Sebaliknya, sumber berkaitan dengan asal terjadinya kesalahan. Pembahasan masalah sumber penyebab terjadinya kesalahan berbahasa, tidak lepas dari berbagai macam kesalahan yang dihasilkan. Artinya, membahas kesalahan tertentu sekaligus sumber dan faktor penyebabnya. Terjadinya berbagai bentuk kesalahan berbahasa Indonesia dalam karya tulis siswa ini tidak lepas dari sumber-sumber
yang
mempengaruhinya.
Sumber-sumber
tersebut
dapat
dijabarkan sebagai berikut.
a. Sumber Kesalahan yang Berasal dari Guru Pembimbing Sumber kesalahan yang berasal dari guru pembimbing ini terjadi karena pembimbing tidak sungguh-sungguh membimbing siswa dalam membuat karya tulis. Guru hanya sekilas dan tidak teliti dalam meneliti. Hal ini disebabkan guru xciii
pembimbing bukan guru bahasa Indonesia, maka pengetahuan tentang kebahasaan tersebut sering diabaikan atau bahkan terkadangg guru pembimbing kurang mengetahui secara benar tentang kebahasaan. Akibatnya karya tulis yang dibuat oleh siswapun masih banyak terdapat kesalahan.
b. Sumber Kesalahan yang Berasal dari Siswa Sendiri Kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam karya tulis siswa tersebut tidak semuanya diakibatkan karena ketidaksungguhan guru pembimbing dalam melakukan bimbingan. Kesalahan tersebut juga berasal dari diri siswa sendiri. Siswa banyak yang kurang teliti dalam membuat karya tulis. Banyak siswa yang hanya mengandalkan guru pembimbing mereka, kalau tidak disalahkan berarti sudah benar.
c. Sumber Kesalahan yang Berasal dari Pihak Lain Kesalahan penulisan karya tulis siswa tidak hanya berasal dari guru pembimbing dan siswa. Kesalahan tersebut juga berasal dari pihak lain, dalam hal ini yaitu kesalahan yang berasal dari pihak luar yang membantu dalam pembuatan karya tulis siswa. Siswa terkadang malas karena tugas pembuatan karya tulis tersebut tugas kelompok, maka agar tidak bingung bagaimana membagi tugas dan saling iri, siswa tidak mengetik sendiri tugas mereka. Tugas karya tulis tersebut sebagian besar direntalkan pada jasa perentalan. Oleh karena itu, banyak kesalahan-kesalahan sepele yang seharusnya tidak terjadi masih peneliti temukan.
K. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Kesalahan Penggunaan Ejaan Berbicara mengenai kesalahan ejaan dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan ejaan dalam penulisan karya tulis siswa seharusnya sesuai dengan ketentuan. Namun, bila melihat tabel di atas banyak ditemukan kesalahan penggunaan ejaan khususnya penggunaan huruf kapital dan cetak miring. Penggunaan huruf kapital dan cetak miring sering kali tidak diperhatikan oleh siswa. Siswa hanya beranggapan yang terpenting mereka menyelesaikan tugas xciv
mereka tanpa paham dengan tulisan mereka, sehingga tanda baca tidak terlalu diperhatikan. Padahal, sekecil apapun kesalahan yang terjadi dalam pembuatan karya tulis dapat membingungkan pemahaman pembaca karya tulis tersebut terutama siswa lain yang masih berada di tingkat lebih bawah. Oleh karena itu, seorang penulis karya tulis dalam hal ini siswa hendaknya selalu memperhatikan keberadaan karya tulis yang mereka hasilkan, dalam hal ini biasanya karya tulis terdahulu akan menjadi contoh dalam pembuatan karya tulis berikutnya. Mengingat pendapat dari Tarigan ((1993: 21) bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami lambang grafik itu. Jadi, menulis merupakan suatu kegiatan mengungkapkan informasi kepada pembaca dengan media kertas dan tinta yang menggunakan huruf-huruf (lambang-lambang grafik) sebagai sistem tanda. Berbicara mengenai kesalahan berbahasa pada bidang ejaan, peneliti menemukan kesalahan yang paling dominan adalah kesalahan pada penulisan cetak miring. Penulisan kata yang tidak tepat tersebut sebagai besar terjadi karena menuliskan kata kata asing, kata ilmiah, maupun kata serapan yang belum ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Sebagai contohnya adalah penulisan kata ilmiah Camellia Sinensis. Kata ilmiah, kata asing, dan kata serapan sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (2007: 58) harus dicetak miring. Namun terkadang siswa kurang memperhatikan aturan-aturan yang ada dalam EYD tersebut. Selain penulisan tanda baca, kesalahan lain pada bidang ejaan adalah penggunaan kata depan dan kata turunan yang tidak tepat. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti selalu menemukan penggunaan kata depan sebagai contohnya kata di depan penulisannya dirangkai, sedangkan kata turunan, misalnya kata diekspor penulisannya dipisah. Penulisan kata-kata tersebut jelas tidak sesuai dengan Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan.
xcv
Berdasarkan data tesebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar siswa belum mengetahui ketepatan suatu ejaan padahal ejaan yang tergolong baku adalah ejaan yang sesuai dengan EYD. Seorang penulis hanya berpedoman pada EYD yang dikenalnya pada tahun-tahun sebelumnya. Perkembangan dalam hal kata begitu cepat sehingga peneliti berharap selain meningkatkan kualitas menulis, siswa harus memperkaya ilmu pada bidang kebahasaan karena penggunaan ejaan yang tepat dapat membantu pembaca dalam memahami maksud dari tulisan seorang penulis.
2. Kesalahan Penggunaan Diksi atau Pilihan Kata Berbicara mengenai kesalahan berbahasa pada bidang pilihan kata, peneliti menemukan kesalahan yang paling dominan adalah kesalahan pada penulisan kesesuaian kata, misalnya pada penulisan kata kwalitas. Kata tersebut tidak baku karena tidak sesuai dengan KBBI halaman 603. Pada halaman tersebut kata yang benar seharusnya adalah kualitas. Semua kata beku harus sesuai dengan KBBI, EYD, dan tata bahasa baku, hal ini sesuai dengan pernyataan Kokasih ( 2001: 117) bahwa kata baku adalah kata yang cara pengucapannya atau penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah standar atau kaidah yang telah dibakukan. Kaidah standar yang dimaksud dapat berupa pedoman (EYD), tata bahasa baku, kamus umum. Selain kesesuaian kata, kesalahan lain pada bidang pilihan kata adalah penggunaan ketepatan kata. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti selalu menemukan penggunaan kata denotatif, sinonim, dan penggunaan kata tidak ekonomis pada sampel yang diteliti. Kata denotatif misalnya terdapat pada kalimat berikut, “Penulisan telah mengunjungi tempat wisata di daerah Bandung selatan.” Pada kata yang digaris bawah tidak tepat karena tidak sesuai dengan konteks. Kata yang tepat untuk mengganti kata tersebut yakni kata penulis. Berdasarkan data tesebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa belum dapat menggunakan penggunaan pilihan kata secara tepat. Siswa sering menggunakan kata secara serampangan, tanpa melihat dampak apa yang bisa disebabkan karenanya. Perkembangan dalam hal kata begitu cepat sehingga xcvi
peneliti berharap siswa dapat meningkatkan pengetahuan pada bidang kebahasaan karena penggunaan bahasa yang tepat dapat membantu pembaca atau siswa lain dapat memahami isi dari karya tulis yang mereka hasilkan.
3. Kesalahan Penggunaan Kalimat Kesalahan bahasa selain penggunaan ejaan, pilihan kata atau diksi yaitu penggunaan kalimat. Kesalahan penggunaan kalimat yang penulis temukan pada sampel yakni kohesi, koherensi, dan kesejajaran. Kesalahan kohesi, contohnya yaitu pada kalimat ”Tanpa bimbingan dan bantuan pihak tersebut penulis akan banyak kesulitan-kesulitan ...” Kata banyak berfungsi menjelaskan kata kesulitan. Dengan demikian tidak perlu digunakan kata kesulitan-kesulitan karena banyak sudah jelas menunjuk pengertian jamak (lebih dari satu). Penggunaan kalimat selanjutnya yang tidak tepat yakni koherensi. Contoh koherensi tidak tepat pada kalimat, ”Serta sejarah berdirinya pabrik teh Rancabali.” Kalimat tersebut menjadi kabur karena kedudukan subjek dan predikat tidak jelas, terutamasalah menggunakan kata depan. Kalimat tersebut akan tepat jika menjadi ” Sejarah berdirinya pabrik teh Rancabali.” Penggunaan kesejajaran kata juga peneliti temukan pada sampel. Hal ini bertentangan dengan pernyataan Akhadiah, dkk (1988: 116-117) yakni menjelaskan bahwa kalimat yang baik harus memenuhi ciri atau unsur: (1) kesepadanan dan kesatuan, (2) kesejajaran bentuk, (3) penekanan, (4) kehematan dalam mempergunakan kata, dan (5) kevariasian dalam struktur kalimat. Salah satu syarat kalimat yang baik yakni harus memenuhi unsur kesejajaran. Contoh ketidaksejajaran kalimat pada sampel yaitu pada kalimat, ”Yaitu kami mengumpulkan data melalui pengamatan langsung dan catatan dengan ...” Kedua kata tersebut tidak sejajar karena fungsi kata pengamatan tidak sejajar dengan kata catatan. Kedua kata tersebut akan sejajar jika kata catatan diganti dengan kata pencatatan. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesalahan yang berhubungan dengan penggunaan kalimat harus mengetahui unsur-unsur yang membangun dalam kalimat, misalnya kalimat tersebut harus mengandung unsur xcvii
kohesi, koherensi, dan memiliki kesejajaran. Sepintas memang tidak merasa terganggu karena kalimat-kalimat tersebut bisa dipahami. Namun, perlu dipahami bahwa berbahasa itu tidak hanya asal dapat dimengerti.
4. Persentase Kesalahan Berbahasa Kesalahan-kesalahan yang sudah peneliti temukan tidak berhenti sampai di sini. Untuk menunjukkan jumlah kesalahan yang peneliti temukan maka peneliti membuat persentase dari semua kesalahan yang telah penelit temukan. Persentase tersebut yakni, kesalahan ejaan yang meliputi huruf kapital 20, 46%; tada titik 13, 20%; tanda koma 10,56 %; tanda titik dua 1, 32 %; tanda titik koma 5, 94 %; tanda apostrof 1, 32 %; tanda hubung 0,99 %; tanda petik 0,99 %; tanda pisah 0,33 %; kata depan 5, 62 %; kata turunan 6, 60 %; cetak miring 23, 76 %; dan garis bawah 1, 32 %. Kesalahan diksi dan pilihan kata juga peneliti persentasekan. Pilihan kata atau diksi meliputi ketepatan dan kesesuaian, dan masing-masing penulis persentasekan secara sendiri-sendiri. Persentase tersebut, 3, 30% untuk kata denotasi; 0,99 % untuk kata sinonim; 2, 97 % untuk penggunaan kata tidak ekonomis; 3, 63 % untuk kata baku; dan 1, 32 % untuk kata cakapan. Selain penggunaan ejaan dan pilihan kata atau diksi masih ada penggunaan kalimat. Persentase kesalahannya yaitu, kohesi 1, 32 %; koherensi 2, 31 %; dan kesejajaran 1, 32%.
5. Sumber Penyebab Terjadinya Kesalahan Penggunaan bahasa Indonesia dalam karya tulis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali ini tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor pertama yang mempengaruhi penggunaan bahasa Indonesia dalam karya tulis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong berasal dari guru pembimbing. Kesalahan ini muncul karena guru pembimbing tidak memperhatikan penggunaan bahasa yang digunakan dalam karya tulis siswa. Guru pembimbing hanya mempertimbangkan isi dari karya tulis tersebut. Guru pembimbing seharusnya meneliti karya tulis yang dibuat siswanya dengan teliti, xcviii
tidak hanya isi namun juga dari segi kebahasaannya. Adapun kaitannya dengan kesalahan tersebut terdapat pendapat dari guru pembimbing yang mengemukakan penyebab kesalahan tersebut. Berikut kutipan pendapat Agus Suyono yang merupakan guru pembimbing pembuatan karya tulis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong. “Siswa itu konsultasi pada saya ketika waktu pengumpulannya sudah dekat. Dan biasanya konsultasi itu dilakukan pada saat jam istirahat. Sebenarnya sebelum study tour siswa sudah diberi kerangka penulisan karya tulis. Pembimbing seperti saya ini tidak tahu menahu, anak buat gitu saja. Jujur karena saya guru seni, maka hal-hal mengenai teknik penulisan serta hal-hal yang njlimet saya abaikan. Saya mengecek paling dalam hal penulisan yang kurang bagus, kata-kata yang sering diulang dan sebagainya.” (Sumber: Agus Suyono). Kesalahan tersebut tidak semata-mata berasal dari guru pembimbing. Dalam proses bimbingan tersebut tidak melibatkan guru bahasa Indonesia, maka kesalahan-kesalahan teknik yang sebenarnya bisa dibenarkan oleh guru bahasa Indonesia tidak bisa terjadi karena tidak ada keterlibatan guru bahasa Indonesia. Berikut pendapat tentang ketidakadanya keterlibatan guru bahasa Indoesia dalam bimbingan. Berikut kutipan dari Agus Suyono, selaku guru pembimbing dan Achmad Sochib, selaku guru bahasa Indonesia. “Iya Mbak, ya itu tadi karena guru bahasa Indonesia tidak ada yang ikut dalam study tour.” (Sumber: Agus Suyono). “Ya, benar. Kalau tanya keterlibatan saya dalam pembuatan karya tulis siswa, bagaimana ya Mbak? Saya memang tidak terlibat sama sekali dalam pengerjaan karya tulis itu. Saya juga beberapa tahun terakhir ini tidak ikut studi wisata, karena suatu hal. Ya mungkin masalah prinsip.” (Sumber: Achmad Sochib). Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesalahan berbahasa terjadi karena guru pembimbing kurang memperhatikan secara sungguh-sungguh karya tulis siswa yang menjadi siswa bimbingannya. Untuk memudahkan pembaca atau siswa lain dalam memahami karya tulis siswa tidak perlu mengesampingkan kaidah kebahasaan terutama penggunaan ejaan, pemilihan kata, dan penyusunan kalimat.
xcix
Faktor kedua yang menjadi penyebab timbulnya kesalahan penggunaan bahasa Indonesia adalah kesalahan berbahasa bersumber dari diri siswa sendiri. Kesalahan tersebut biasanya terjadi karena siswa tidak memperhatikan kaidah kebahasaan dan membuatnya asal-asalan. Siswa kurang menggunakan bahasa Indonesia dengan benar karena mereka hanya merasa dituntut untuk mengumpulkan tugas sebagai syarat kenaikan kelas saja. Berikut pendapat tentang pembuatan karya tulis yang tidak memperhatikan kaidah kebahasaan dengan baik dan benar. Berikut kutipan dari beberapa siswa selaku pembuat karya tulis, yakni Anisa dan Winda. “Paham Mbak, tapi terkadang kalau sudah mengerjakan jadi lupa dan nggak digunakan Mbak ...” (Sumber: Anisa). ”Sudah Mbak, tapi kadang kita juga nggak terlalu memperhatikan.” (Sumber: Wanda). Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa kesalahan berbahasa dapat terjadi karena kesalahan siswa. Siswa terkesan sesuka hatinya tanpa memperhatikan kaidah-kaidah kebahasaan yang seharusnya diterapkan dalam karya tulis siswa, mengngat bahwa karya ilmiah adalah suatu karya yang ditulis berdasarkan kenyataan-kenyataan ilmiah yang diperoleh sebagai hasil penelitian kepustakaan (library research) maupun penelitian lapangan (field research) (Moersaleh dan Musanef (dalam Suwandi, 1997: 97). Faktor ketiga yang mempengaruhi adanya kesalahan penggunaan bahasa Indonesia dalam karya tulis siswa adalah sumber kesalahan yang berasal dari pihak lain. Kesalahan tersebut terjadi karena keterlibatan pihak lain dalam pembuatan karya tulis siswa. Pembuatan karya tulis ini biasanya siswa akan melibatkan pihak lain untuk membantunya. Tugas membuat karya tulis merupakan tugas kelompok, oleh karena itu untuk mempermudah dan agar tidak terjadi saling tunjuk siswa menyerahkan tugas tersebut pada pihak dalam hal ini kepada penyedia jasa rental. Berikut kutipan beberapa siswa, yakni Nanik dan Bulan untuk memperkuat penyebab kesalahan berbahasa tersebut. “Itu karena ada yang direntalkan Mbak, kita kan nggak ngecek lagi. Tahutahu jadi saja.”(Sumber: Nanik).
c
“O iya Mbak, dirental. Kadang kan saling iri kalau disuruh ngetik gitu. Akhirnya dirental saja, yang penting jadi.”(Sumber: Bulan). Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kesalahan berbahasa bisa terjadi karena pihak lain. Pihak lain tersebut ikut menjadi penyebab karena ditunjuk siswa untuk membantu dalam pembuatan karya tulis. Oleh karena itu, sebaiknya penyedia jasa rentalpun seharusnya mengetahui penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai kaidah kebahasaan yang sudah ditentukan.
L. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini mengkaji tentang kesalahan berbahasa pada karya tulis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong, Kabupaten Boyolali. Peneliti melakukan penelitian di tempat tersebut karena setelah peneliti melakukan observasi terhadap karya tulis siswa, karya tulis siswa tersebut masih banyak terdapat kesalahan. Selain itu, sekolah tersebut merupakan satu-satunya sekolah negeri di wilayah kecamatan Andong, yang notabene sebagai sekolah favorit. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah karya tulis siswa tahun ajaran 2008/2009, dengan alasan bahwa tahun ajaran itu adalah tahun ajaran terakhir bagi siswa yang membuat karya tulis. Karya tulis sebelumnya sebenarnya masih terdapat kesalahan, tetapi karya tulis yang dibuat paling akhirlah yang peneliti teliti. Hal ini dikarenakan mengingat siswa yang membuat karya tulis masih belajar di sekolah tersebut sehingga peneliti bisa melakukan wawancara secara langsung dan tidak akan kesulitan mendapatkan informasi dari penulis karya tulis. Sedangkan jenis kesalahan yang digunakan untuk menganalisis kesalahan karya tulis siswa tersebut yakni berdasarkan kesalahan ejaan, pemilihan kata atau diksi, dan penyusunan kalimat. Kesalahan bahasa sebenarnya tidak hanya ketiga komponen itu saja, namun setelah penulis teliti kesalahan ejaan, pemilihan kata atau diksi, dan penyusunan kalimatlah yang banyak ditemukan. Ketiga komponen tersebut seharusnya tidak asing lagi bagi siswa, namun pada kenyataannya masih saja dijumpai kesalahan tersebut. ci
Setelah penelitian ini peneliti mengharapkan agar kesalahan-kesalahan yang sudah terjadi tidak akan terjadi lagi. Dan tidak akan terjadi kesalahan yang mentradisi, karena siswa yang biasanya akan membuat karya tulis pasti akan melihat karya tulis sebelumnya sebagai bahan referensi. Jika yang dijadikan referensi saja sudah salah, dapat dipastikan karya tulis yang barupun akan salah juga.
cii
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
M. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap adanya kesalahan penggunaan bahasa Indonesia dalam penulisan karya tulis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali seperti yang dijelaskan pada bab IV maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Terdapat kesalahan penggunaan ejaan pada karya tulis yang dibuat oleh siswa SMA Negeri 1 Andong, Kabupaten Boyolali. Kesalahan-kesalahan tersebut meliputi (a) penggunaan huruf besar; (b) tanda baca (tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik dua (:), tanda titik dua (;), tanda hubung (-), tanda pisah (), tanda penyingkat atau apostrof (‘), tanda petik (“…”); (c) penulisan kata depan; (d) penggunaan kata turunan (imbuhan, awalan, sisipan); (e) penggunaan cetak miring; dan (f) garis bawah. 2. Terdapat kesalahan penggunaan diksi atau pilihan kata pada karya tulis yang dibuat oleh siswa SMA Negeri 1 Andong, Kabupaten Boyolali. Kesalahankesalahan tersebut meliputi ketepatan dan kesesuaian kata. (a) Ketepatan meliputi penggunaan kata denotasi, kata bersinonim, dan penggunaan kata secara ekonomis. (b) Kesesuaian meliputi penggunaan kata baku dan penghindaran kata cakapan. 3. Terdapat kesalahan penggunaan kalimat pada karya tulis yang dibuat oleh siswa SMA Negeri 1 Andong, kabupaten Boyolali. Kesalahan-kesalahan tersebut meliputi (a) kohesi, (b) koherensi, dan (c) kesejajaran. 4. Persentase kesalahan berbahasa dalam karya tulis siswa yang dibuat oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong, Kabupaten Boyolali, sebagai berikut. a. Kesalahan ejaan Persentase kesalahan huruf kapital 20, 46%; tanda titik 13, 20%; tanda koma 10,56 %; tanda titik dua 1, 32 %; tanda titik koma 5, 94 %; tanda apostrof 1, 32 %; tanda hubung 0,99 %; tanda petik 0,99 %; tanda pisah
ciii
0,33 %; kata depan 5, 62 %; kata turunan 6, 60 %; cetak miring 23, 76 %; dan garis bawah 1, 32 %. b. Kesalahan pilihan kata/diksi Persentase kesalahan pilihan kata/diksi terbagi menjadi 5 komponen, yaitu 3, 30% untuk kata denotasi; 0,99 % untuk kata sinonim; 2, 97 % untuk penggunaan kata tidak ekonomis; 3, 63 % untuk kata baku; dan 1, 32 % untuk kata cakapan. c. Kesalahan kalimat Persentase kesalahan kalimat dalam karya tulis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong, Kabupaten Boyolali yang ditinjau dari tiga aspek yaitu kohesi 1, 32 %; koherensi 2, 31 %; dan kesejajaran 1, 32%. 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan bahasa Indonesia dalam penulisan karya tulis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong, Kabupaten Boyolali tersebut antara lain: (1) Sumber kesalahan yang berasal dari guru pembimbing, (2) Sumber kesalahan yang berasal dari siswa sendiri, dan (3) Sumber kesalahan yang berasal dari pihak lain. N. Implikasi Berdasarkan kajian teori serta mengacu pada hasil penelitian, peneliti akan memaparkan implikasi yang berupa implikasi teoretis, pedagogis, dan praktis sebagai berikut. 1. Implikasi teoretis dalam penelitian ini berupa keterkaitan hasil penelitian dengan tori-teori yang digunakan peneliti. Penelitian ini meyakinkan bahwa penguasaan kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penulisan karya tulis siswa dapat menjadikan informasi yang akan disampaikan penulis dalam hal ini siswa dapat tersampaikan dengan baik kepada pembaca. Informasi yang ingin disampaikan bersifat penting, namun apabila terjadi kesalahan dalam penggunaan bahasa maka pembaca akan sulit menerima informasi tersebut dengan benar, dan mungkin akan terjadi salah informasi. Banyaknya kesalahan yang terjadi tersebut tidak hanya terjadi karena ketidaktahuan siswa, namun juga karena kesalahan dari guru pembimbing. Guru pembimbing terkadang kurang dalam penguasaan bahasa civ
dan tidak sungguh-sungguh dalam membimbing. Penguasaan kebahasaan pada siswa dan guru pembimbing tersebut akhirnya berimplikasi pada penulisan karya tulis siswa yang juga menjadi lebih baik dan lebih mudah dipahami. 2. Implikasi pedagogis berupa keterkaitan hasil penelitian ini dengan pembelajaran. Dengan menerapkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penulisan karya tulis siswa maka secara tidak langsung siswa dapat menghasilkan karya tulis yang baik, sehingga kemudian siswa dapat membedakan penggunaan bahasa yang benar dan yang kurang benar, dan pada akhirnya kesalahan-kesalahan tersebut tidak akan mereka lakukan lagi. Dalam hal ini peran guru bahasa (terutama guru bahasa Indonesia atau guru pembimbing karya tulis) sangat penting dalam pembinaan bahasa Indonesia bagi para siswanya. Guru pembimbing harus dapat mengoreksi penggunaan bahasa yang digunakan siswa dalam karya tulis yang mereka hasilkan. Apabila ternyata masih ada yang kurang benar maka menjadi tugas guru pembimbing untuk dapat menunjukkan kepada siswa kesalahan mereka agar dapat diperbaiki. Hal ini harus diketahui dikarenakan kelas XII merupakan tingkat akhir di SMA yang merupakan pembelajaran terakhir sebelum memasuki perguruan tinggi. 3. Implikasi praktis dalam penelitian ini berupa keterkaitan hasil penelitian terhadap pelaksanaan pembuatan karya tulis selanjutnya. Pemaparan hasil penelitian terhadap jenis-jenis kesalahan berbahasa dapat membantu siswa dalam menulis karya tulis sebagai acuan dalam pembuatan karya tulis selanjutnya sehingga dapat menghasilkan karya tulis yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dapat juga digunakan sebagai contoh konkret bahwa penguasaan kaidah bahasa Indonesia merupakan salah satu syarat mutlak yang harus dimiliki seorang penulis karya tulis. Pembaca dalam hal ini siswa yang belum membuat karya tulis tidak akan mendapatkan acuan yang salah. Karena apabila yang dijadikan acuan saja sudah salah maka dapat dipastikan karya tulis yang akan dibuatpun akan salah juga. Untuk mencapai tujuan tersebut maka penulis karya tulis hendaknya menghindari kesalahan baik ejaan, pemilihan kata, dan kalimat. Dengan demikian diharapkan siswa cv
yang menulis karya tulis dan guru pembimbing khususnya memperkaya pengetahuan tentang kebahasan serta memahami kaidah-kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. O. Saran Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian di atas, peneliti dapat merumuskan saran sebagai berikut: 1. Bagi guru bahasa Indonesia Guru hendaknya memberikan pengetahuan tentang kebahasaan kepada siswa disetiap proses pembelajaran yang dilakukan. 2. Bagi guru pembimbing a. Guru pembimbing hendaknya memerhatikan kaidah-kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan karya tulis. Hal ini agar siswa dapat mengetahui kesalahan-kesalahan mereka sehingga dapat memperbaiki kesalahan tersebut. b. Guru pembimbing hendaknya dalam membimbing siswa dalam pembuatan karya tulis dilakukan dengan sungguh-sungguh, tidak hanya formalitas membimbing dan asal siswa mengumpulkan karya tulis. 3. Bagi siswa a. Siswa diharapkan dapat memerhatikan penjelasan guru terutama materimateri yang berhubungan dengan kebahasaan seperti penulisan ejaan, pemilihan kata, dan penyusunan kalimat. b. Siswa
diharapkan
saat
berkonsultasi
benar-benar
memperhatikan
penjelasan pembimbing agar kesalahan yang mereka lakukan dapt dihindari dan kemudian diperbaiki. c. Siswa diharapkan memilih waktu yang tepat saat berkonsultasi. Konsultasi dapat dilakukan diluar jam sekolah dan waktu berkonsultasi tidak mepet dengan tenggat waktu yang telah ditentukan. 4. Bagi sekolah Pihak sekolah hendaknya memilih pembimbing karya tulis yang benar-benar berkompeten dalam bidang kebahasaan, misalnya guru bahasa Indonesia atau guru yang benar-benar paham dalam bidang kebahasaan. cvi
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti, dkk. 1998. Pembinaan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka. Amir. 2007. Dasar-dasar Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press. Ardiana, Leo Indra dan Yonohudiono. 1998. Analisis Kesalahan Berbahasa EPNA 3302/2/2sks/modul 1-6. Jakarta: Universitas Terbuka Chaer, Abdul. 1988. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Bhratara Karya Aksara. Depdikbud. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Fromkin.
1998. Sinonim, Antonim, dan Homonim. http://organisasi..org//sinonim_antonim_homonim. Diakses tanggal 19 Juni 2010, pukul 11.00 WIB.
Hastuti, Sri. 1989. Sekitar Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya. Kartono, St. 2009. Menulis Tanpa Rasa Takut: Membaca Realitas dengan Kritis. Yogyakarta: Kanisius. Keraf, Gorys. 1991.Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. -------------------. 2001. Komposisi. Flores: Nusa Indah. Kosasih. 2001. Intisari Bahasa Indonesia. Surakarta: Putra Angkasa. Kurniawan. 2006. Model Pengajaran Menulis Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing Tingkat lanjut. http://www.ialf.edu/kipbipa/papers/khaerudinkurniawan.doc. diakses tanggal 19 Juni 2010, pukul 15.00 WIB. Matthews, P.H. 1997. The Consise Oxford Dictionary of Linguistics. New York: Oxford University Press http://oxforddictionary.com diakses tanggal 19 Juni 2010, pukul 11.30 WIB. cvii
Meleong, J Lexy 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Tarsito Miles, B Matthew dan Huberman, A Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentan Metode-Metode Baru (Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta: UI Press. Moeliono, Anton M. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka. Parera, Jos Daniel. 1993. Leksikon Istilah Pembelajaran Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2007. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Yogyakarta: CV Indonesiatera. Radianto, Denny Oktavina. 2007. “Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa pada Surat Dinas Kantor Gerakan Pramuka Kwartir Cabang 11.13 Karanganyar Periode Januari sampai dengan Desember 2006”. Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta. (Tidak Diterbitkan). Rosidi, Imron. 2009. Menulis... Siapa Takut?. Yogyakarta: Kanisius. Sabariyanto, Dirgo. 1992. Bahasa Surat Dinas. Yogyakarta: PT Mitra Gama Widya. Santosa, Budi. 2009. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan Nonbahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Malang http://www.infodiknas.com/analisis-kesalahan-berbahasa-dalam-skripsimahasiswa-jurusan-nonbahasa-dan-sastra-indonesia-universitas-islammalang/ diakses tanggal 23 November 2009, pukul 09.30 WIB. Sumardi, Muljanto. 1993. ”Pengajaran Bahasa Inggris di Sekolah Menengah: Tinjauan Kritis dari Masa ke Masa” dalam PELIBA 6 (Penyunting Bambang Kaswanti Purwo). Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atmajaya. Suryaman, Ukun. 1997. Dasar-dasar Bahasa Indonesia Baku. Bandung: PT Alumni. Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Penerapannya dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press Suwandi, Sarwiji. 1997. Analisis Kesalahan Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Skripsi Mahasiswa. Surakarta: UNS Press. cviii
Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 1990. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa. --------------------- 1990. Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. --------------------- 1993. Eksposisi dan Deskripsi: Komposisi Lanjutan II. Nusa Indah: Flores. Xing, Janet Zhiqun. 2008. ”Teaching and Learning Chinese as a Foreign Language” Vol 5, Suppl. 1, PP 174-176. Center for Lnaguage Studies: National University of Singapore. (http://eflt.nus.edu.sg/v5sp12008/rev_mcdonald.pdf) diunduh 21 Februari 2010, pukul 13.05 WIB. Wibowo, Wahyu. 2002. Enam Langkah Jitu Agar Tulisan Anda Makin Hidup dan enak Dibaca. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
cix