TINGKAT KECEMASAN SISWI KELAS VII DALAM MENGHADAPI MENARCHE DI SMP WARGA SURAKARTA TAHUN 2013
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh : DESTRI RIFRIANTI NIM. B10.011
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2013
HALAMAN PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT KECEMASAN SISWI KELAS VII DALAM MENGHADAPI MENARCHE DI SMP WARGA SURAKARTA TAHUN 2013
Diajukan Oleh : DESTRI RIFRIANTI NIM. B10.011
Telah diperiksa dan disetujui Pada tanggal Juli 2013
Pembimbing
(AMBARSARI, SST) NIK. 201087048
HALAMAN PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT KECEMASAN SISWI KELAS VII DALAM MENGHADAPI MENARCHE DI SMP WARGA SURAKARTA TAHUN 2013
Diajukan Oleh : DESTRI RIFRIANTI NIM. B10.011
Telah diperiksa dan disetujui Pada tanggal
Juli 2013
Telah dipertahankan di depan dewan penguji Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta Pada tanggal Penguji I
Penguji II
(DHENY ROHMATIKA, S.SiT) NIK. 200582015
(AMBARSARI, SST) NIK. 201087048
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan Ka.Prodi DIII Kebidanan
(DHENY ROHMATIKA, S.SiT) NIK. 200582015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ”Tingkat Kecemasan Siswi Kelas VII dalam Menghadapi Menarche di SMP Warga Surakarta tahun 2013”. Karya Tulis Imiah ini disusun
dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Imiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta. 3. Ibu Ambarsari, SST selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis. 4. Drs. B Agus Harsono selaku Kepala Sekolah SMP Warga Surakarta yang telah memberi ijin kepada penulis untuk pengambilan data awal dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah. 5. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan.
6. Bagian perpustakaan yang telah membantu penulis dalam memperoleh referensi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Seluruh responden yang telah bersedia diambil datanya guna penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini 8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta,
Penulis
Juni 2013
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juli 2013 Destri Rifrianti B10.011 TINGKAT KECEMASAN SISWI KELAS VII DALAM MENGHADAPI MENARCHE DI SMP WARGA SURAKARTA TAHUN 2013 xiii + 44 halaman + 11 lampiran + 4 tabel + 3 gambar ABSTRAK Latar Belakang : Banyak remaja memandang menarche adalah hal yang menakutkan karena menarche akan menimbulkan ketidaknyamanan, sakit, pusing dan sebagainya. Menarche haid yang pertama terjadi yang merupakan ciri khusus kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil. menstruasi adalah sesuatu yang banyak ditakuti para gadis atau perempuan remaja. Dari 4 siswi yang telah mengalami menarche menyebutkan timbul perasaan cemas antara lain takut, khawatir dan gelisah karena tidak tahu dan tidak mengira akan mengalami menarche. Timbulnya kecemasan tersebut karena kurangnya pengetahuan tentang menarche. Sedangkan 6 siswi yang belum mengalami menarche merasa takut dan khawatir serta timbul perasan negatif lainnya karena mereka menyebutkan belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang menarche. Tujuan : Mengetahui tingkat kecemasan siswi kelas VII dalam menghadapi Menarche di SMP Warga Surakarta tahun 2013 pada tingkat tidak kecemasan, ringan, sedang, berat dan berat sekali. Metode Penelitian : Menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dilakukan di SMP Warga Surakarta pada 6 – 11 Mei 2013. Populasi siswi kelas VII yang berjumlah 175 siswi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 35 siswi. Instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur skala kecemasan adalah Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) yang terdiri dari 14 pertanyaan. variabel tunggal yaitu tingkat kecemasan siswi kelas VII SMP Warga Surakarta dalam menghadapi menarche. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat untuk mendapatkan distribusi frekuensi tentang kecemasan Hasil Penelitian : Tingkat kecemasan siswi kelas VII dalam menghadapi Menarche di SMP Warga Surakarta tahun 2013 pada tingkat tidak ada kecemasan tidak ada, tingkat cemas ringan sebanyak 8 responden (22,9%), tingkat cemas sedang sebanyak 17 responden (48,6%), cemas berat sebanyak 10 responden (28,5%). Kesimpulan : Tingkat Kecemasan Siswi kelas VII dalam Menghadapi Menarche di SMP Warga Surakarta tahun 2013 yaitu pada kecemasan sedang sebanyak 17 responden (48,6%). Kata Kunci : Kecemasan, Siswi, Menarche Kepustakaan : 23 literatur (tahun 2003 – 2012)
MOTTO
Benih Paling Kecil Dari Kepercayaan Masih Lebih Baik Daripada Buah Paling Besar Dari Kebahagiaan
Beranilah mengambil resiko, sebab tidak ada hal lain yang bisa menggantikan pengalaman Jarak Antara Kita Dan Sukses Harus Dipupuk Dengan Jembatan Pengembangan yaitu Pembentangan Kekuatan Yang Ada Pada Diri Kita. Jangan Dirusak Secara Sengaja Oleh Kemalasan, Keminderan dan Ketakutan Menyeberang
PERSEMBAHAN Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahan kepada : 1. Kepada Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan dan kemudahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 2. Kepada bapak - ibu yang aku sayang terima kasih atas doa nya tanpamu diriku bukanlah apa-apa. 3. Ibu Ambarsari, SST, terima kasih atas kesabaran dalam membimbing kami. 4. Buat adik - adik aku tercinta terima kasih semangatnya yaa. 5. Sahabat-sahabatku kalian akan selalu ada di dalam jiwa, di relung hati dan di setiap kehidupanku, semoga ini akan abadi. 6. Almamaterku tercinta
CURICULUM VITAE
BIODATA Nama
: Destri Rifrianti
Tempat / Tanggal Lahir
: Jambi, 9 Desember 1992
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Perum Puncak Solo B7 Mojosongo Jebres Surakarta
RIWAYAT PENDIDIKAN 1. SD Negeri 1 Pelepat Ilir Jambi
Lulus tahun 2004
2. SMP 1 Negeri Pelepat Ilir Jambi
Lulus tahun 2007
3. SMA Negeri Pelepat Ilir Jambi
Lulus tahun 2010
4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2010
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii KATA PENGANTAR .................................................................................. iv ABSTRAK ................................................................................................... vi MOTTO PERSEMBAHAN ......................................................................... vii CURRICULUM VITAE .............................................................................. viii DAFTAR ISI ................................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian .................................................................... 5 E. Keaslian Studi Kasus ................................................................. 6 F. Sistematika Penulisan ................................................................ 6 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori .......................................................................... 8 1. Kecemasan........................................................................... 8 2. Remaja ................................................................................ 14
3. Menarche ............................................................................ 18 B. Kerangka Teori .......................................................................... 24 C. Kerangka Konsep ..................................................................... 25 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................ 26 B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 26 C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................... 26 D. Instrumen Penelitian ................................................................. 28 E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 30 F. Variabel Penelitian ................................................................... 31 G. Definisi Operasional ................................................................. 31 H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ...................................... 33 I. Etika Penelitian ......................................................................... 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................... 37 B. Hasil Penelitian ......................................................................... 38 C. Pembahasan ............................................................................. 39 D. Keterbatasan penelitian ............................................................. 42 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. 43 B. Saran ......................................................................................... 44 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori ....................................................................... 25 Gambar 2.2 Kerangka Konsep ..................................................................... 26 Gambar 4.1 Tingkat Kecemasan Siswi Kelas VII dalam Menghadapi Menarche .............................................................. 39
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Stadium Pubertas pada Perempuan ............................................ 16
Tabel 2.2
Stadium Pertumbuhan Rambut .................................................. 17
Tabel 3.1
Definisi Operasional ................................................................. 32
Tabel 4.4
Tingkat Kecemasan Siswi Kelas VII dalam Menghadapi Menarche di SMP Warga Surakarta tahun 2013 ......................... 38
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Jadwal Penyusunan KTI
Lampiran 2.
Surat Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3.
Surat balasan Studi Pendahuluan
Lampiran 4.
Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 5.
Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 6.
Surat Permohonan menjadi Responden
Lampiran 7.
Lembar Kesediaan Menjadi Responden
Lampiran 8.
Koesioner Penelitian
Lampiran 9.
Data Tabulasi
Lampiran 10. Distribusi Frekuensi Tingkat kecemasan. Lampiran 11. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masa Remaja merupakan salah satu tahap perkembangan dalam rentang kehidupan manusia. Pada tahap ini remaja akan mengalami suatu perkembangan fisik, seksual dan psikososial sebagai ciri dalam masa pubertas. Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk dalam golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke dalam golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak-anak dan orang dewasa. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. (Monks & Knoers, 2002). Banyak remaja memandang menarche adalah hal yang menakutkan karena menarche akan menimbulkan ketidaknyamanan, sakit, pusing dan sebagainya. Menarche haid yang pertama terjadi yang merupakan ciri khusus kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil (Paath, 2005). Didukung oleh Maulana, (2008) menstruasi adalah sesuatu yang banyak ditakuti para gadis atau perempuan remaja. Mereka yang tidak mengenal tubuh mereka dan proses reproduksi dapat mengira bahwa haid merupakan bukti adanya penyakit atau bahkan hukuman akan tingkah laku yang buruk. Didukung pula adanya
fakta bahwa banyak perempuan mengalami
ketidaknyamanan fisik selama beberapa hari sebelum periode haid mereka
datang. Kira-kira setengah dari seluruh perempuan menderita akibat dismenore atau haid yang menyakitkan. Hal ini khususnya sering terjadi pada awal-awal masa dewasa. Masalah yang sering muncul pada menarche hampir sama dengan menstruasi, hanya saja faktor ketidaksiapan remaja menghadapi menarche menyebabkan masalah yang muncul pada menarche lebih berat. Gejala psikologis yang mencolok kepada menarche yang disampaikan (Kartini Kartono 2006) adalah kecemasan dan ketakutan yang kuat oleh keinginan untuk menolak proses fisiologis tersebut. Bahwa perasaan remaja putri yang mengalami menarche dilanda kesedihan dan kebingungan (Dianawati, 2006). Keluhan-keluhan saat menarche sama dengan haid biasa. Biasanya selama 2 hari sebelum haid dimulai, banyak wanita merasa tidak enak badan, mereka mengalami pusing-pusing, perut kembung, letih atau mudah tersinggung dan mungkin merasakan tekanan di daerah pinggul. Pada umumnya gejala hilang ketika haid dimulai. Banyak gadis merasa sakit saat haid. Keluhan ini disebut dysmenorrea dan biasanya baru timbul 2 atau 3 tahun sesudah menarche (Aryani, R. 2010). Menurut Murray dalam Trismiati (2004), bahwa sumber-sumber kecemasan adalah need-need untuk menghindar dari terluka (harmavoidance), menghindari
teracuni
(infavoidance),
menghindar
dari
disalahkan
(blamavoidance) dan bermacam sumber-sumber lain. Disamping ketiga need tersebut, Murray (dalam Arndt, 1974) juga menyebutkan bahwa kecemasan dapat merupakan reaksi emosional pada berbagai kekhawatiran, seperti
kekhawatiran pada masalah sekolah, masalah finansial, kehilangan objek yang dicintai dan sebagainya, sedangkan simtom-simtom somatis yang dapat menunjukkan ciri-ciri kecemasan menurut Stern (1964 dalam Trismiati, 2004) adalah muntah-muntah, diare, denyut jantung yang bertambah keras, seringkali buang air, nafas sesak disertai tremor pada otot. Kartono (1981 dalam Trismiati, 2004) menyebutkan bahwa kecemasan ditandai dengan emosi yang tidak stabil, sangat mudah tersinggung dan marah, sering dalam keadaan excited atau gempar gelisah. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 22 Oktober 2012 di SMP Warga kelas VII didapatkan jumlah siswi 175 setelah dilakukan wawancara kepada 10 siswi, yang telah mengalami menarche sebanyak 4 siswi (40%), dan 6 siswi (60%) yang belum mengalami menarche. Dari 4 siswi yang telah mengalami menarche menyebutkan timbul perasaan cemas antara lain takut, khawatir dan gelisah karena tidak tahu dan tidak mengira akan mengalami menarche. Timbulnya kecemasan tersebut karena kurangnya pengetahuan tentang menarche. Sedangkan 6 siswi yang belum mengalami menarche merasa takut dan khawatir serta timbul perasan negatif lainnya karena mereka menyebutkan belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang menarche. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang ”Tingkat Kecemasan Siswi Kelas VII dalam Menghadapi Menarche di SMP Warga Surakarta tahun 2013.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut ”Bagaimana Tingkat Kecemasan Siswi kelas VII dalam Menghadapi Menarche di SMP Warga Surakarta tahun 2012?.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui tingkat kecemasan siswi kelas VII dalam menghadapi Menarche di SMP Warga Surakarta tahun 2013. 2. Tujuan khusus 1. Mengetahui tingkat kecemasan siswi kelas VII dalam menghadapi Menarche di SMP Warga Surakarta tahun 2013 pada tingkat tidak ada kecemasan. 2. Mengetahui tingkat kecemasan siswi kelas VII dalam menghadapi Menarche di SMP Warga Surakarta tahun 2013 pada tingkat cemas ringan. 3. Mengetahui tingkat kecemasan siswi kelas VII dalam menghadapi Menarche di SMP Warga Surakarta tahun 2013 pada tingkat cemas sedang. 4. Mengetahui tingkat kecemasan siswi kelas VII dalam menghadapi Menarche di SMP Warga Surakarta tahun 2013 pada tingkat cemas berat. 5. Mengetahui tingkat kecemasan siswi kelas VII dalam menghadapi Menarche di SMP Warga Surakarta tahun 2013 pada tingkat kecemasan berat sekali.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi ilmu pengetahuan Hasil penelitian diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan disiplin ilmu
tentang kesehatan reproduksi remaja
khususnya
kecemasan
menghadapi menarche dan dapat menambah wacana kepustakaan khususnya mengenai kecemasan menghadapi menarche. 2. Bagi diri sendiri Menambah wawasan dan memberi pengalaman nyata dalam melakukan penelitian tentang kecemasan khususnya kecemasan siswi menghadapi menarche. 3. Bagi Institusi 1. Bagi Pendidikan Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dan peningkatan
kualitas
pendidikan
kesehatan
reproduksi
remaja
khususnya kecemasan menghadapi menarche. 2. Bagi SMP Warga Surakarta Menambah pengetahuan siswi SMP Warga Surakarta tentang kesehatan reproduksi remaja khususnya kecemasan menghadapi menarche serta meningkatkan kualitas pendidikan.
E. Keaslian Penelitian Penelitian serupa pernah diteliti oleh Iwha Nirhabel (2011), dengan judul “Tingkat Kecemasan Siswa dalam Menghadapi Menarche di SLTPN 1
Kindang Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan”. metode penelitian yaitu deskriptif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner dan inform consent. Sampel yaitu siswa kelas satu usia 12-16 tahun yang bersekolah di SLTPN 1 Kindang Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba sejumlah 40 orang. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi menarche dengan tidak ada kecemasan (0), Kecemasan ringan 11 orang (27.5 %), Kecemasan sedang 19 orang (47,5%) kecemasan berat 10 orang (25 %) dan kecemasan berat sekali (0). Persamaan keaslian di atas dengan penelitian yang penulis lakukan adalah jenis penelitian dengan metode deskriptif, variabel penelitian dan hasil penelitian sedangkan perbedaannya pada waktu, tempat, subyek penelitian.
F. Sistematika Penelitian Untuk mengetahui secara menyeluruh dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dibuat sitematika penulisan meliputi: BAB I
PENDAHULUAN Pada Bab ini diuraikan mengenai persoalan remaja putri terutama dalam menghadapi menarche dan hal tersebut terdiri atas latar belakang,
perumusan
masalah,
manfaat
penelitian,
tujuan
penelitian, keaslian penelitian, dan sitematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang teori tentang tingkat kecemasan meliputi pengertian, tingkat kecemasan, pengukuran kecemasan, faktor
predisposisi, stresor pencetus kecemasan dan respon fisiologi terhadap kecemasan serta remaja meliputi pengertina, tahap-tahap remaja, perekembagan remaja dan menarche meliputi pengertian, usia remaja yang mengalami menarche, periode menarche, tanda dan gejala menarche, masalah yang muncul pada saat menarche kerangka teori dan kerangka konsep. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang jenis dan rancangan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi, sample dan teknik pengambilan sample, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, variable penelitian, definisi operasional, metode pengolahan dan analisis data serta etika penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum tempat penelitian, hasil penelitian, pembahasan dan keterbatasan.
BAB V
PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
͘ dŝŶũĂƵĂŶdĞŽƌŝ ϭ͘ <ĞĐĞŵĂƐĂŶ
a. Pengertian Kecemasan Kecemasan
adalah
perasaan
yang
tidak
jelas
tentang
keprihatinan dan khawatir karena ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan seseorang. Individu mungkin dapat mengidentifikasi situasi (misal, persalinan), tetapi pada kenyataannya ancaman terhadap diri berkaitan dengan khawatir dan keprihatinan yang terlibat di dalam situasi. Situasi tersebut adalah sumber dari ancaman, tetapi bukan ancaman itu sendiri (Carpenito, 2007). Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut yang kadang-kadang kita alami dalam tingkat yang berbeda (Atkinson, 1996 dalam Maimunah, 2011) b.
Tingkatan Kecemasan (ansietas) Menurut Stuart (2007), Tingkatan kecemasan adalah sebagai berikut: 1) Ansietas ringan Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari; ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ini dapat
memotivasi
belajar
dan
menghasilkan
pertumbuhan
serta
kreativitas. 2) Ansietas sedang Ansietas memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting
dan
mengesampingkan
yang
lain.
Ansietas
ini
mempersempit lapang persepsi individu. Individu tidak mengalami perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya. 3) Ansietas berat Ansietas berat sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain. 4) Tingkat panik Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun
dengan
arahan.
Panik
mencakup
disorganisasi
kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang
rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian. c. Pengukuran Kecemasan Menurut Hawari (2004), instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur skala kecemasan adalah Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masingmasing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik, yaitu : 1)
Perasaan cemas
2)
Ketegangan
3)
Ketakutan
4)
Gangguan tidur
5)
Gangguan kecerdasan
6)
Perasaan depresi (murung)
7)
Gejala somatik (fisik otot)
8)
Gejala sensorik
9)
Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
10) Gejala respiratori (pernafasan) 11) Gejala gastrointestinal (pencernaan) 12) Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin 13) Gejala autonom 14) Tingkah laku sikap
Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka skore antara 0 – 4, yang artinya adalah sebagai berikut: 1) 0 = tidak ada gejala 2) 1 = gejala ringan 3) 2 = gejala sedang 4) 3 = gejala berat 5) 4 = gejala berat sekali Masing-masing nilai (Skor) dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu : 1) < 14
: Tidak ada kecemasan
2) 14 -20
: Kecemasan ringan
3) 21 – 27
: Kecemasan sedang
4) 28 – 41
: Kecemasan berat
5) 42 – 56
: Kecemasan berat sekali
d. Faktor Predisposisi Menurut Stuart (2007), teori yang di kembangkan untuk menjelaskan kecemasan, antara lain: 1) Teori psikoanalitis Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi anatara dua elemen kepribadian dan superego. Psikoanalis mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau aku, berfungsi
menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya. 2) Teori interpersonal Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami ansietas yang berat. 3) Teori perilaku Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap ansietas sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan. 4) Teori keluarga Teori keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam keluarga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas dengan depresi. 5) Teori Biologis Teori biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan ansietas. Kesehatan umum individu dan riwayat ansietas
pada keluarga memiliki efek nyata sebagai predisposisi ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi stressor. e. Stresor Pencetus Kecemasan Menurut Stuart (2007), stressor pencetus dari kecemasan dapat berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori: 1) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. 2) Ancaman terhadap sistem dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu. f.
Respon fisiologis terhadap kecemasan Menurut Stuart (2007), respon fisiologis terhadap kecemasan antara lain: 1) Gastrointestinal ditandai dengan kehilangan nafsu
makan,
menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati, diare. 2) Saluran perkemihan ditandai dengan Tidak dapat menahan kencing, sering berkemih. 3) Kulit ditandai dengan wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.
4) Kardiovaskuler ditandari palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa ingin pingsan, pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun. 5) Pernafasan ditandai dengan napas cepat, sesak napas, tekanan pada dada, napas dangkal, pembengkakan pada tenggorokan, sensasi tercekik, terengah-engah. 6) Neuromuskuler refleks meningkat, reaksi terkejut, mata berkedipkedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, mondar-mandir, wajah tegang, kelemahan umum, tungkai lemah, gerakan yang janggal. 2. Remaja a. Pengertian remaja Remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual (Aryani, 2010) b. Tahap – Tahap Masa Remaja Tahap – tahap masa remaja menurut Aryani (2010) dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : 1) Masa Remaja Awal / Dini (Early Adoloscence) Umur 10 – 15 tahun. Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan perkembangan intelektual yang sangat intensif sehingga minat anak pada dunia luar sangat
besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi namun sebelum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Selain itu pada masa ini remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa. 2) Masa Remaja Pertengahan (Middle Adolescence) Umur 15 – 18 tahun. Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi pada masa remaja ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri. Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan Terhadap pemikiran filosofis dan etis. Maka dari perasaan yang penuh keraguan pada masa remaja awal maka pada rentan usia ini mulai timbul kemantapan pada diri sendiri. 3) Masa Remaja Akhir ( Late Adolescence ) Umur 18 – 21 tahun. Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan keberanian. Remaja mulai memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya yang baru ditemukannya.
c. Perkembangan Remaja
Menurut Depkes (2007), perkembangan remaja perempuan dan lakilaki, yaitu: 1) Remaja Perempuan Anak perempuan mulai tumbuh pesat fisiknya pada usia 10 tahun dan paling cepat terjadi pada usia 12 tahun. Sedangkan pada lakilaki, 2 tahun lebih lambat mulainya, namun setelah itu bertambah tinggi 12 – 15 cm dalam tempo 1 tahun pada usia 13 tahun sampai menjelang 14 tahun. Pertumbuhan fisik perempuan meliputi: a) Pinggul membesar b) Perumbuhan rahim dan vagina c) Menstruasi awal d) Pertumbuhan buah dada (payudara) saat pubertas, buah dada berkembang. Pertumbuhan buah dada dapat dipakai sebagai salah satu indikator maturitas perempuan. Pertumbuhan payudara dapat diurutkan sebagai berikut : Tabel 2.1 : Stadium Pubertas Pada Perempuan Stadium Keterangan Stadium I Hanya berupa penonjolan puting, dan sedikit pembengkakan jejaring di bawahnya, stadium ini terjadi pada usia 10 – 12 tahun Stadium II Payudara mulai sedikit membesar di sekitar puting dan areola (daerah hitam di seputar puting), disertai dengan perluasan areola Stadium III Areola, puting susu dan jejaring payudara tampak semakin menonjol dan membesar, tetapi areola dan puting masih belum tampak terpisah dari jejaring sekitarnya Stadium IV Stadium matang, papila menonjol, areola melebar, jejaring payudara membesar dan menonjol membentuk payudara dewasa Sumber : (Depkes RI, 2007)
Daerah puting susu merupakan daerah seksual yang sensitif. pada perempuan yang sudah mempunyai anak, buah dada memproduksi dan menyimpan Air Susu Ibu (ASI) yaitu makanan bayi yang paling utama dan seharusnya diberikan pertama kali ke bayi. Kemampuan memproduksi ASI tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya payudara. e) Pertumbuhan rambut Beberapa anak perempuan dapat tumbuh rambut atau tumbuh kumis yang tipis, hal ini merupakan variasi yang normal. Rambut yang lepas secara berlebihan dapat terjadi, dan akan hilang dengan sendirinya. Namun apabila terjadi dalam jangka waktu lama atau beberapa anak tidak menginginkan tumbuh rambut yang berlebihan dapat menghubungi dokter. Tabel 2.2. Stadium Pertumbuhan Rambut Pubis Stadium Keterangan Stadium I Bulu halus pubis, tetapi tidak mencapai dinding abdomen. Stadium II Pertumbuhan rambut tipis panjang, halus agak kehitaman atau sedikit keriting, tampak sepanjang labia Stadium III Rambut lebih gelap, lebih kasar, keriting dan meluas sampai batas pubis Stadium IV Rambut sudah semakin dewasa, terdistribusi dalam bentuk segitiga terbalik, penyebaran mencapai bagian medial paha Stadium V Rambut pubis dewasa, terdistribusi dalam bentuk segitiga terbalik, penyebaran mencapai bagian medial paha Sumber : (Depkes RI, 2007)
2) Remaja laki-laki Pertumbuhan pesat pada laki-laki terjadi pada 12 -13 tahun, dimana penis mulai membesar. Usia 11 – 12 tahun testis dan skrotum membesar kulit skrotum menjadi gelap dan rambut pubis mulai tumbuh. Rambut ketiak, rambu badan, kumis cambang dan jenggot tumuh pada usia 13 – 15 tahun dan pertumuhannya pada badan sangat bervariasi (Depkes, 2007). Perubahan fisik remaja laki-laki, yaitu: a) Otot dada dan lengan membesar b) Kening menonjol, rahang dan dagu melebar c) Perubahan suara d) Pertumbuhan kumis dan jambang e) Ejakulasi awal/mimpi basah f) Pertumbuhan rambut kelamin, ketiak, dada g) Pertumbuhan lemak dan keringat h) Pertambahan berat badan.
3. Menarche a. Pengertian Menarche Menarche adalah haid pertama yang terjadi akibat proses sistem hormonal yang kompleks. Menarche salah satu tanda bahwa remaja tersebut telah mengalami perubahan didalam dirinya dan juga disertai dengan berbagai masalah dan perubahan - perubahan baik fisik, biologi,
psikologik maupun sosial, harus dihadapi oleh remaja karena ini merupakan masa yang sangat penting karena merupakan masa peralihan kemasa dewasa (Moersintawati, 2008). b. Usia remaja yang mengalami menarche Menurut Suryani dkk (2010),
secara normal menstruasi
berlangsung lebih pada usia 11 – 16 tahun. Cepat atau lambatnya kematangan seksual (menstruasi, kematangan fisik) ini kecuali ditentukan konstitusi fisik individu, juga dipegaruhi oleh faktor ras atau suku bangsa, faktor iklim, cara hidup, dan milieu yang melingkungi anak. Badan yang lemah atau penyakit yang menderita seorang anak gadis dapat memperlambat timbanya menarche. Anak-anak perempuan yang tidak diajari untuk menganggap menstruasi sebagai fungsi tubuh normal dapat mengalami rasa malu dan perasaan kotor saat menstruasi pertama mereka. Apabila tidak mempunyai pengetahuan dan kesiapan tentang menarche menurut Darvill and Powell (2003) dalam Ezra, (2009) anak-anak mengira bahwa menstruasi merupakan bukti adanya penyakit atau bahkan yang sedang mengalami pendarahan haid dianggap sebagai penyakit yang penyebab kematian. Pengamatan secara psikoanalistis, bahwa ada reaksi psikis tertentu pada saat haid pertama. Beberapa peristiwa kompleks kastrasi atau trauma genetalia itu muncul macam-macam gambaran fantasi yang aneh-aneh dibarengi kecemasan dan ketakutan-ketakutan yang tidak
riil, disertai perasaan bersalah/berdosa yang semuanya dikaitkan dengan masalah perdarahan pada organ kelamin dalam proses haidnya. Adanya informasi yang salah yang kemudian dikembangkan menjadi satu reaksi yang tidak riil maka proses menstruasi itu senantiasa dikaitkan dengan bahaya-bahaya tertentu juga di dihubungkan dengan kotoran dan hal-hal yang najis (Suryani, 2010). c. Fisiologi Menarche Menarche tidak pernah lepas dari menstruasi karena merupakan bagian dari peristiwa tersebut. Menarche maupun menstruasi terjadi oleh karena perubahan dari tubuh perempuan yang memasuki masa pubertas. Hubungan dari hipotalamus, hormonal, ovarium, dan uterus inilah yang menjadi penyebab peristiwa tersebut (Wiknosastro, 2006) Fisiologi menarche dijelaskan secara singkat melalui peristiwa berikut ini (Wiknosastro, 2006) . 1) Hipotalamus memberikan signal bagi pituitari untuk mengeluarkan FSH dan LH. 2) FSH berfungsi untuk pematangan folikel primer di dalam ovarium. 3) Seiring pematangan folikel, hormon estrogen diproduksi ovarium. 4) Hormon estrogen berfungsi untuk merangsang pertumbuhan endometrium dan juga pertumbuhan ciri seks skunder. 5) Fluktuasi tingkat hormon estrogen menyebabkan perubahan suplai darah pada endometrium.
6) Kematian sebagian jaringan endometrium atau fluktasi suplai darah menyebabkan luruhnya endometrium yang di sertai dengan perdarahan melalui vagina. 7) Pada masa menarche hormon estrogen adalah hormon yang mendominasi sehingga bentuk anovulatoir. d. Periode Menarche Menarche yang dalam hal ini sama dengan haid maka dapat didefinisikan seperti haid biasa yaitu perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan endometrium. Lama haid biasanya antara 3 – 5 hari, ada yang 1 – 2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian ada yang sampai 7 – 8 hari. Siklus haid adalah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berukutnya. Panjang siklus haid normal atau dianggap sebagai siklus haid klasik ialah 28 hari bisa ditambah atau dikurangi 2 – 3 hari. Pada setiap wanita biasanya lama haid itu tetap (Mursintowati, B. N., 2008). Haid bukanlah suatu penyakit. Haid merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri yang sedang menginjak dewasa sebagai tanda bahwa sudah mampu hamil (Mursintowati, B. N., 2008). e. Tanda dan Gejala Menarche Menurut Wiknjosastro (2006), tanda dan gejala menarche meliputi : 1) Perdarahan yang seringkali tidak teratur. 2) Anovalatoir menstruasi pada 1-2 tahun atau lebih sebelum ovulasi yang teratur, tetapi tidak pada semua remaja karena terdapat
beberapa remaja yang telah mengalami ovulasi sebelum menstruasi yang teratur. 3) Darah yang keluar berwarna lebih muda dan terang dengan jumlah yang tidak terlalu banyak (spotting ). 4) Lama perdarahan 4-7 hari atau kurang 5) Kadang-kadang disertai kram pada perut bawah (disminorhea). Menurut Suryani, dkk (2010), gejala yang sering terjadi dan sangat mencolok pada peristiwa menarche adalah kecemasan atau ketakutan diperkuat oleh keinginan untuk menolak proses fisiologis tadi. f. Masalah yang muncul pada saat menarche Menurut Ajen Dianawati (2006), masalah yang sering muncul pada menarche hampir sama dengan menstruasi, hanya saja faktor ketidak siapan remaja menghadapi menarche menyebabkan masalah yang muncul pada menarche lebih berat. Masalah tersebut meliputi : 1) Keputihan. 2) Ketegangan emosi menjelang menstruasi. 3) Disminorea (kram pada perut). 4) Gejala premenstruasi syndrome: rasa sangat tidak menyenangkan, mudah marah,
gampang tersinggung,
mual,
tegang,
lesu,
pembengkaan payudara, rasa nyeri terutama bila payudara ditekan. 5) Masalah personal hygine. 6) Masalah hubungan sosial. 7) Masalah psikologis. Gejala psikologis yang mencolok kepada menarche yang disampaikan Kartono (2006), adalah kecemasan dan ketakutan yang
kuat oleh keinginan untuk menolak proses fisiologis tersebut. Bahwa perasaan remaja putri yang mengalami menarche dilanda kesedihan dan kebingungan. Keluhan-keluhan saat menarche sama dengan haid biasa. Biasanya selama 2hari sebelum haid dimulai, banyak wanita merasa tidak enak badan, mereka mengalami pusing-pusing, perut kembung, letih atau mudah tersinggung dan mungkin merasakan tekanan di daerah pinggul. Pada umumnya gejala hilang ketika haid dimulai. Banyak gadis merasa sakit saat haid. Keluhan ini disebut dysmenorrea dan biasanya baru timbul 2 atau 3 tahun sesudah menarche (Aryani, 2010). Perlindungan selama haid sangat penting karena pada saat haid pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terkena penyakit infeksi. Apabila kebersihan alat kelamin tidak dijaga, kuman akan mudah masuk melalui kemaluan, mulut rahim dan masuk kealiran darah melalui pembuluh darah di dinding rahim yang dapat menimbulkan penyakit pada saliran reproduksi. Selama haid tidak seorang wanita pun ingin bajunya tercemar oleh darah haid. Dulu sobekan kain digunakan sebagia penyerap haid yang ditempatkan pada vulva. Sekarang tersedia pembalut untuk ditempelkan pada celana wanita dengan tujuan melindungi terhadap noda haid. Penggunaan pembalut selama haid harus diganti secara teratur 2 – 3 kali sehari atau setelah mendi dan buang air kecil (Ezra, 2009).
B. Kerangka Teori
Tingkat Kecemasan Siswi kelas VII dalam menghadapi menarche
Kecemasan
Remaja
Menarche
Faktor predisposisi : 1. Pandangan psikoanalitik 2. Pandangan Interpersonal 3. Pandangan Perilaku 4. Penelitian Keluarga 5. Biologis
Alat ukur tingkat kecemasan telah diukur berdasarkan HARS yaitu: 1. Tidak ada kecemasan 2. Kecemasan ringan 3. Kecemasan Sedang 4. Kecemasan Berat 5. Kecemasan berat sekali
Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : Modifikasi Carpenito (2007), Stuart (2007), Hawari (2004), Aryani (2010)
C. Kerangka Konsep
Tidak ada kecemasan Kecemasan Ringan Tingkat Kecemasan Siswi kelas VII dalam menghadapi menarche
Kecemasan Sedang Kecemasan berat Kecemasan berat sekali
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
BAB III METODE PENELITIAN
͘ :ĞŶŝƐWĞŶĞůŝƚŝĂŶ Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2007), deskriptif kuantitatif merupakan suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data selama penelitian berlangsung (Budiarto, 2003). Penelitian ini dilakukan di SMP Warga Surakarta. 2. Waktu penelitian Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk memperoleh data penelitian yang dilaksanakan (Budiarto, 2003). Penelitian ini dilaksanakan pada 6 – 11 Mei 2013.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti dan dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2010). Populasi yang diteliti adalah seluruh siswi kelas VII yang berjumlah 175 siswi. 2. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Jumlah sampel yang diambil, jika populasi kurang dari 100 lebih baik diambil semua, tetapi jika populasi lebih dari 100 dapat diambil 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih (Arikunto, 2006). Sampel yang digunakan adalah (175 x 20% = 35). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 35 siswi. 3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik
sampling
adalah
cara-cara
yang
ditempuh
dalam
pengambilan sampel agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2008). Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Menurut Hidayat (2007), simple random sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan yang ada dalam anggota populasi. Cara pengambilan sampel yang dilakukan pada penelitian ini mengundi nomor lotere.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. a. Kriteria inklusi Menurut Nursalam (2008), kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitia ini meliputi: 1) Bersedia menjadi responden 2) Sudah mengalami menarche b. Kriteria eksklusi Menurut Nursalam (2008), kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena berbagai sebagai. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah: 1) Tidak bersedia menjadi responden 2) Belum mengalami menarche
D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian ini adalah angket. Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2010) Instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur skala kecemasan adalah Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) yang terdiri dari 14 pertanyaan.
1. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini tidak dilakukan uji validitas dikarenakan kuesioner tentang kecemasan merupakan pertanyaan yang sudah baku. Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini tidak dilakukan uji reliabilitas dikarenakan instrumen penelitian sudah baku, yaitu Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS).
E. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data yang diperoleh dari: 1. Data Primer
Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya atau objek penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2009). Data primer dalam penelitian ini didapatkan dari pengisian angket tentang gejala kecemasan menghadapi menarche dan wawancara. a. Angket Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2010). b. Wawancara Wawancara
adalah
suatu
metode
yang
dipergunakan
untuk
mengumpulkan data dimana penulis mendapatkan keterangan atau bercakap-cakap berhadapan muka (face to face) dengan orang tersebut (Notoatmodjo, 2010). 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian (Riwidikdo, 2009). Data sekunder diperoleh dari bagian TU yaitu jumlah siswi kelas VII SMP Warga Surakarta.
F. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat kecemasan siswi kelas VII SMP Warga Surakarta dalam menghadapi menarche.
G. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup atau
pengertian
variabel-variabel
yang
diamati
atau
diteliti
(Notoatmodjo, 2010).
Tabel 3.1 Definisi Operasional Nama Variabel Tingkat kecemasan
Definisi Opeasional Kekhawatiran, dan rasa takut
Parameter 15) Perasaan cemas
Alat Ukur Hamilton Rating
Skala Ordinal
Skor 1) < 14 : Tidak ada
siswi dalam menghadapi menarche
siswi dalam menghadapi menarche
16) Ketegangan 17) Ketakutan 18) Gangguan tidur 19) Gangguan kecerdasan 20) Perasaan depresi (murung) 21) Gejala somatik (fisik otot) 22) Gejala sensorik 23) Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) 24) Gejala respiratori (pernafasan) 25) Gejala gastrointestina l (pencernaan) 26) Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin 27) Gejala autonom 28) Tingkah laku sikap
Sumber: Data Primer, 2012
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data
Scale for Anxiety (HRS-A)
kecemasan 2) 14-20: Kecemasan ringan 3) 21 – 27 : Kecemasan sedang 4) 28 – 41 : Kecemasan berat 5) 42 – 56 : Kecemasan berat sekali (Hawari, 2004).
Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Sebelum melaksanakan analisis data beberapa tahapan harus dilakukan terlebih dahulu guna mendapatkan data yang valid sehingga saat menganalisis data tidak mendapat kendala. Menurut Notoatmodjo (2010), tahapan tersebut terdiri dari: a. Editing Tahapan ini dilakukan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner. b. Coding Tahapan ini mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. c. Memasukkan Data Entry atau Processing Memasukkan data entry atau Processing yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau “software” komputer. d. Pembersihan Data (Cleaning) Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinankemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. 2. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat. Analisis univariat yaitu menganalisis terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini hanya mendeskripsikan tingkat kecemasan siswi kelas VII SMP Warga Surakarta dalam menghadapi menarche. Menurut Hawari (2004), Instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur skala kecemasan adalah Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Masingmasing kelompok gejala diberi penilaian angka skore antara 0 – 4, yang artinya adalah sebagai berikut: 6) 0 = tidak ada gejala (jika tidak ada gejala) 7) 1 = gejala ringan (terdapat 1 dari gejala yang ada) 8) 2 = gejala sedang (terdapat separuh dari gejala yang ada) 9) 3 = gejala berat (terdapat lebih dari separuh gejala yang ada) 10) 4 = gejala berat sekali (terdapat semua gejala ada) Masing-masing nilai (Skor) dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu : a. < 14
: Tidak ada kecemasan
b. 14 -20
: Kecemasan Ringan
c. 21 – 27
: Kecemasan sedang
d. 28 – 41
: Kecemasan berat
e. 42 – 56
: Kecemasan berat sekali
Menurut Silalahi (2012), untuk menghitung distribusi frekuensi kecemasan siswa menghadapi menarche dengan menggunakan rumus presentase. rumus untuk distribusi frekuensi yaitu: fi Persen = ––– x 100 n Keterangan: fi = Frekuensi n = jumlah kasus
I. Etika Penelitian Setelah mendapat persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian dengan memperhatikan masalah etika menurut Hidayat (2010), meliputi : 1. Informed Consent ( lembar persetujuan menjadi responden) Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subyek penelitian, peneliti menjelaskan maskud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta manfaat dilakukannya penelitian. Setelah diberikan penjelasan, lembar persetujuan diberikan kepada subyek penelitian. Jika subyek penelitian bersedia diteliti maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan, namun jika subyek penelitian menolak untuk diteliti maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya dan penelitian terhadap subyek tersebut tidak dapat dilakukan.
2. Anonimity (tanpa nama) Untuk menjaga kerahasiaan subyek penelitian, peneliti tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan inisial dan memberi nomor atau kode pada masing–masing lembar tersebut. 3. Confidentiality (kerahasiaan) Kerahasiaan semua informasi yang diperoleh dari subyek penelitian dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Warga Surakarta yang beralamat di Jl. Monginsidi 15 Surakarta no telp 0271-638874 dengan status terakreditasi A. Jumlah siswa SMP Warga yaitu sebanyak 525 siswa dengan jumlah tenaga pengajar yaitu sebanyak 63 staf pengajar serta karyawan tata usaha. SMP Warga Surakarta memberikan Sarana dan Prasarana yatu berupa gedung olah raga yang berlokasi di belakang bangunan sekolah. Sangat potensial untuk lapangan Basket, Bulu Tangkis, Volley, Futsal, Multimedia yang membantu memvisualisasikan pelajaran kepada siswa sehingga siswa tidak merasa jenuh dalam menerima pelajaran, Laboratorium Komputer yang bisa digunakan siswa untuk mengakses internet sehingga siswa bisa lebih luas menjangkau dunia informasi, Laboratorium IPA yang lengkap, Ruang Boga yang memadai. Jenis Ekstrakurikuler di SMP Warga Surakarta adalah Pramuka, Badminton, Basket, Sepak Bola, Voli, Bahasa Inggris dan Bahasa China. Letak SMP Warga Surakarta sangat setrategis karena berada di daerah perkotaan yang mudah dijangkau bagi siswa.
B. Hasil Penelitian Penelitian ini mengambil judul “Tingkat Kecemasan Siswi Kelas VII dalam Menghadapi Menarche di SMP Warga Surakarta tahun 2013”. Responden dalam penelitian ini terdiri dari 35 siswi. Berdasarkan tingkat kecemasan responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
No 1 2 3 4 5
Tabel 4.4 Tingkat Kecemasan Siswi Kelas VII dalam Menghadapi Menarche di SMP Warga Surakarta tahun 2013 Persentase Pengetahuan Jumlah (%) Tidak ada Kecemasan 0 Kecemasan Ringan 8 22,9 Kecemasan Sedang 17 48,6 Kecemasan Berat 10 28,5 Kecemasan Berat Sekali – 0 Total 35 100 Sumber: Data Primer, 2013
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dikategorikan tingkat kecemasan siswi kelas VII dalam menghadapi menarche yaitu sebanyak 17 responden (48,6%) dengan kecemasan sedang, sebanyak 10 responden (28,5%) dengan kecemasan berat, sebanyak 8 responden (22,9%) dengan kecemasan ringan. Jadi responden mengalami cemas dalam menghadapi Menarche dan paling banyak pada kecemasan sedang yaitu sebanyak 17 responden (48,6%).
Tingkat kecemasan tingkat kecemasan siswi kelas VII dalam menghadapi menarche dapat digambarkan dengan diagram yaitu:
Gambar 4.1 Tingkat Kecemasan Siswi Kelas VII dalam Menghadapi Menarche
B. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian dapat dikategorikan tingkat kecemasan siswi kelas VII dalam menghadapi menarche yaitu sebanyak sebanyak 8 responden (22,9%) dengan kecemasan ringan, 17 responden (48,6%) dengan kecemasan sedang, sebanyak 10 responden (28,5%) dengan kecemasan berat, Jadi responden mengalami cemas dalam menghadapi Menarche dan paling banyak pada kecemasan sedang yaitu sebanyak 17 responden (48,6%).
Hasil penelitian tingkat kecemasan Siswi Kelas VII dalam menghadapi menarche yaitu kecemasan ringan sebanyak 8 responden (22,9%), dikarenakan sebagian responden mempunyai pengetahuan yang baik sehingga responden lebih siap dalam menghadapi menarche yang ditandai dengan tidak enak badan, pusing, letih dan mudah tersinggung. Kecemasan adalah perasaan yang tidak jelas khawatir karena ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan seseorang (Carpenito, 2007). Hasil penelitian menyebutkan semua responden yang mengalami cemas dalam menghadapi Menarche dan paling banyak pada kecemasan sedang yaitu sebanyak 17 responden (48,6%), dikarenakan responden hanya berfokus kepada dirinya sendiri dan tidak mengira akan mengalami menarche, sehingga timbul rasa takut, khawatir, kegelisahan dan mudah tersinggung. Apabila tidak mempunyai pengetahuan dan kesiapan tentang menarche. Anak-anak mengira bahwa menstruasi merupakan bukti adanya penyakit atau bahkan yang sedang mengalami pendarahan haid dianggap sebagai penyakit yang penyebab kematian. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan kecemasan siswi kelas VII dalam menghadapi menarche dengan kecemasan berat sebanyak 10 responden (28,5%), dikarena kuranganya pengetahuan responden mengenai menarche sehingga menyebabkan ketidaksiapan dalam menghadapi menarche yang mengakibatkan reaksi emosional pada berbagai kekhawatiran pada masalah sekolah, masalah finansial dan lain-lain. Responden yang mengalami menarche dilanda kesedihan dan kebingungan serta sangat mudah tersinggung dan marah.
Menurut Suryani dkk (2010), anak-anak perempuan yang tidak diajari untuk menganggap menstruasi sebagai fungsi tubuh normal dapat mengalami rasa malu dan perasaan kotor saat menstruasi pertama mereka. Menarche adalah haid pertama yang terjadi akibat proses sistem hormonal yang kompleks (Moersintawati, 2008). Menarche salah satu tanda bahwa remaja tersebut telah mengalami perubahan didalam dirinya dan juga disertai dengan berbagai masalah dan perubahan - perubahan baik fisik, biologi, psikologik maupun sosial, harus dihadapi oleh remaja karena ini merupakan masa yang sangat penting karena merupakan masa peralihan kemasa dewasa. Gejala psikologis yang mencolok pada menarche kecemasan dan ketakutan yang kuat oleh keinginan untuk menolak proses fisiologis tersebut. Bahwa perasaan remaja putri yang mengalami menarche dilanda kesedihan dan kebingungan (Kartono, 2006). Keluhan-keluhan saat menarche sama dengan haid biasa. Biasanya selama 2 hari sebelum haid dimulai, banyak wanita merasa tidak enak badan, mereka mengalami pusing-pusing, perut kembung, letih atau mudah tersinggung dan mungkin merasakan tekanan di daerah pinggul. Pada umumnya gejala hilang ketika haid dimulai. Banyak gadis merasa sakit saat haid. Keluhan ini disebut dysmenorrea dan biasanya baru timbul 2 atau 3 tahun sesudah menarche (Aryani, 2010). Kecemasan adalah perasaan yang tidak jelas tentang keprihatinan dan khawatir karena ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan seseorang. Individu mungkin dapat mengidentifikasi situasi (misal, persalinan), tetapi
pada kenyataannya ancaman terhadap diri berkaitan dengan khawatir dan keprihatinan yang terlibat di dalam situasi. Situasi tersebut adalah sumber dari ancaman, tetapi bukan ancaman itu sendiri (Carpenito, 2007).
C. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini mempunyai kelemahan, yaitu : 1.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal, sehingga hasil penelitian terbatas pada tingkat kecemasan.
2.
Kendala dalam penelitian ini adalah pada saat pengisian angket responden kurang memahami bahasa khususnya bahasa ilmiah dalam kesehatan yang digunakan dalam angket, sehingga berpengaruh pada jawaban tentang kecemasan.
BAB V PENUTUP
Sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh peneliti yaitu untuk mengetahui “Tingkat Kecemasan Siswi Kelas VII dalam Menghadapi Menarche di SMP Warga Surakarta tahun 2013 dengan 35 responden, dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut : A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian mengambil judul “Tingkat Kecemasan Siswi Kelas VII dalam Menghadapi Menarche di SMP Warga Surakarta tahun 2013” dapat disimpulkan bahwa : 1. Tingkat kecemasan siswi kelas VII dalam menghadapi Menarche di SMP Warga Surakarta tahun 2013 pada tingkat tidak ada kecemasan tidak ada. 2. Tingkat kecemasan siswi kelas VII dalam menghadapi Menarche di SMP Warga Surakarta tahun 2013 pada tingkat cemas ringan sebanyak 8 responden (22,9%). 3. Tingkat kecemasan siswi kelas VII dalam menghadapi Menarche di SMP Warga Surakarta tahun 2013 pada tingkat cemas sedang sebanyak 17 responden (48,6%). 4. Tingkat kecemasan siswi kelas VII dalam menghadapi Menarche di SMP Warga Surakarta tahun 2013 pada tingkat cemas berat sebanyak 10 responden (28,5%). 5. Tingkat kecemasan siswi kelas VII dalam menghadapi Menarche di SMP Warga Surakarta tahun 2013 pada tingkat kecemasan berat sekali tidak ada.
B. Saran 1. Bagi Institusi a. Pendidikan Diharapkan agar dilakukan penelitian yang sejenis dengan variabel dan jumlah sampel yang lebih banyak agar diperoleh hasil yang lebih baik. b. Institusi SMP Warga Diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan siswa dengan bekerja sama dengan tenaga kesehatan terkait untuk memberikan penyuluhan-penyuluhan khususnya menarche agar siswi lebih siap dalam menghadapi menarche dan tidak menimbulkan kecemasan.
2. Responden Diharapkan siswi lebih aktif mencari informasi tentang menarche baik media masa maupun media elektronik agar siswi
lebih siap dalam
menghadapi menarche dan tidak menimbulkan kecemasan.. 3. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan untuk peneliti selanjutnya lebih dengan menambah variabel penelitian serta meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan sehingga akan didapatkan hasil yang lebih maksimal
DAFTAR PUSTAKA
Arikunta, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi V, Jakarta: PT Rineka Cipta –––––––––––.
2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta
Aryani, R. 2010. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. .Salemba Medika, Jakarta. Budiarto, E. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : EGC Carpenito, 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta: EGC Dianawati, A 2006..Pendidikan dan Seks untuk Remaja. Jakarta : Kawan Pustaka Hawari, D. 2004. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Hidayat, A. 2010. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi kedua. Jakarta: Salemba Medika Kartono, K. 2006. Psikologi Wanita: Mengenal Wanita Sebagai Ibu dan Nenek. Bandung: Mandar Maju Monks F.J., Knoers A.M.P., Haditono S.R., 2002. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Edisi Keempat Belas. Yogyakarta Gadjah Mada University Press.
Maimunah, 2011. Kecemasan Ibu Hamil Menjelang Persalinan Pertama. Jurnal : Fakultas Psikologi. Universitas Muhammadiyah Malang Mursintowati, B. N., 2008. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : Sagung Seto Nototatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Nirhabel, I, 2011. Tingkat Kecemasan Siswa dalam Menghadapi Menarche di SLTPN 1 Kindang Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba. Karya Tulis Ilmiah. Tidak dipublikasikan Paath, E. F, Yuyum R., & Heryati. 2005. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC Riwidikdo, Handoko, 2009. Statistik Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi Program R dan SPSS. Yoyakarta: Pustaka Rihana Silalahi, U. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama Stuart, 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC Suryani, E. 2010. Psikologi Ibu dan Anak. Yogyakarta: Fitramaya Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Trismiati, 2004. Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Pria dan Wanita Akseptor Kontrasepsi Mantap Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (The Anxiety Level Differences Among Male and Female Sterilization Acceptors at RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta) Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasa Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo