TINGKAT PENGETAHUAN KADER TENTANGPERAN DAN FUNGSI KADER DI KELURAHAN KADIPIRO SURAKARTA TAHUN 2013
KARYA TULIS ILMIAH Untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh: CAHYA HARDYTA B10 128
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2013
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Tingkat PengetahuanKader tentang Peran dan Fungsi Kader Di Kelurahan Kadipiro Surakarta Tahun 2013”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Ibu Desy Handayani, SST., M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis. 4. Bp Cahyo Pamuji, STselakukepala di Kelurahan Kadipiro Surakarta yang bersedia memberikan ijin kepada penulis dalam penggunaan lahan. 5. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta yang secara tidak langsung telah membantu dalam penyusunanKarya Tulis Ilmiah ini.
iv
6. Seluruh Kader Kelurahan Kadipiro Surakarta yang bersedia menjadi responden dalam penulisn Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Ayah dan Ibu yang tercinta yang selalu memberi inspiransi dan memberikan serta dukungan secara moral, material, dan spiritual. 8. Teman-teman STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah membantu dan memberikan informasi serta dukungan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisanini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, diharapkan masukan dari semua pihak berupa saran yang bersifat membangun demi kesempurnaanKarya Tulis Ilmiah ini.
Surakarta,
Juli 2013
Penulis
v
Program Diploma III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juni 2013 Cahya Hardyta B10 128
TINGKAT PENGETAHUAN KADER TENTANG PERAN DAN FUNGSI KADER DI KELURAHAN KADIPIRO SURAKARTA Xii + 45 halaman + 3 tabel + 2 gambar + 13 lampiran
ABSTRAK Latar Belakang :Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat. Departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai pelatihan untuk kader yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.Keaktifan kader dalam kegiatan akan meningkatkan keterampilan karena selalu hadir dalam kegiatan posyandu. Dari 10 orang kader aktif yang diwawancarai tentang peran dan fungsi kader, terdapat kader yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 5 orang (50%), kader yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 3 orang (30%), dan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 2 orang kader (20%). Hal ini menunjukkan masih kurangnya pengetahuan kader tentang peran dan fungsi kader. Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan kader tentang peran dan fungsi kader di Kelurahan Kadipiro Surakarta. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dilaksanakan di Kelurahan Kadipiro Surakarta pada tanggal 25 Maret sampai 25 April 2013 dengan jumlah sampel 81 responden dan tehnik pengambilan sampel menggunakansimple random sampling. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah kuesioner tertutup yang telah melalui uji validitas dan ujireliabilitas.Analisis data menggunakan univariat. Hasil Penelitian : Tingkat pengetahuan kader tentang peran dan fungsi kader di Kelurahan Kadipiro Surakarta sebanyak 30 responden (33%) berpengetahuan baik, 36 responden (47%) berpengetahuan cukup, 15 responden (19%) berpengetahuan kurang. Kesimpulan : Tingkat pengetahuan kader tentang peran dan fungsi kader di Kelurahan Kadipiro Surakarta sebagian besar pada kategori cukup 36 responden (47%). Kata Kunci : pengetahuan, kader peran dan fungsi Kepustakaan : 18 Literatur ( 2002 – 2012 )
vi
MOTTO
Jangan salahkan dirimu atas keputusan yang salah.Setiap orang membuatnya.Jadikan mereka pelajaran tuk keputusanmu selanjutnya. IkhLaslah menerima kesalahan, dan belajar dari setiap kesalahan, karena itu yang menjadikanmu kuat dalam menjalani kehidupan. Ketika kamu jatuh, jangan tetap di bawah.Jatuh bukan berarti kalah, itu hanya berarti kamu harus bangkit dan mencoba kembali. Tak ada kata terlambat untuk berubah.Masa lalu hanyalah pendewasaan dirimu. Hidupmu tak ditentukan oleh orang lain tapi kamu sendiri.
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini aku persembahkan : 1. Allah SWT yang telah memberikan Ramat dan Hidayah-Nya sehingga terwujud karya tulis ini. 2. Bapak, Ibu yang tak telah mendampingiku karena tanpa mereka aku bukan apa – apa dan terimakasih atas doa yang selalu menyertaiku. 3. Adikku tercinta yang selalu membantuku dan memberiku semangat dalam setiap langkahku. 4. Guru – guru TK, SD, SMP, SMA yang sabar mendidikku dan Dosen – dosen yang membimbingku. 5. Someone yang selama ini selalu ada di saat duka maupun suka. 6. Sahabat – sahabatku yang selalu membantu lewat doa maupun yang telah berpartisipasi dalam membuat karya tulis ini. 7. Almamaterku.
vii
viii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN................................ ......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv ABSTRAK........................................................................................................ vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................... vii CURICULUM VITAE .................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ........................................................................... ............ xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Perumusan Masalah .................................................................. 3 C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 3 D. Manfaat penelitian .................................................................... 4 E. Keaslian Penelitian ................................................................... 5 F. Sistematika Penulisan ............................................................... 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori .......................................................................... 8 B. KerangkaTeori .......................................................................... 27
ix
C. Kerangka Konsep ..................................................................... 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian................................................ 29 B. Lokosi dan Waktu Penelitian.................................................... 29 C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengumpulan Sampel ............... 30 D. Istrumen Penelitian ................................................................... 31 E. Teknik Pengambilan Data ........................................................ 35 F. Variabel Penelitian ................................................................... 36 G. Definisi Operasional ................................................................. 36 H. Metode Pengolahan dan Analisa Data ...................................... 37 I. Etika Penelitian ......................................................................... 39 J. Jadwal .......................................................................................40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum dan tempat penelitian ..................................... 41 B. Hasil penelitian ........................................................................... 41 C. Pembahasan ................................................................................ 42 D. Keterbatasan penelitian .............................................................. 46 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. 48 B. Saran ........................................................................................ 48 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Kisi-kisi kuesioner ........................................................................... 32 Table 3.2 Definisi Operasional Penelitian ....................................................... 36 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Kader Tentang Peran dan Fungsi Kader di Kelurahan Kadipiro ................................... 42
xi
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Kerangka Teori ............................................................................ 27 Gambar 2.2 Kerangka Konsep ....................................................................... 28
xii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Jadwal Penelitian Lampiran 2 : Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3 : Surat Permohonan Uji Validitas Lampiran 4 : Surat Balasan Uji Validitas Lampiran 5 : Surat Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 6 : Surat Balasan Ijin Penelitian Lampiran7 : Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 8 : Lembar Persetujuan Responden Lampiran 9 : Kuesioner Penelitian Lampiran 10 : Jawaban Kuesioner Lampiran 11 : Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Lampiran 12 : Hasil Penelitian Lampiran 13 : Lembar Konsultasi
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Yulifah dan Yuswanto (2009), salah satu upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat adalah dengan mengikut sertakan masyarakat atau kader yang bersedia secara sukarela terlibat dalam masalah-masalah kesehatan. Posyandu merupakan milik masyarakat maka pelaksanaan kegiatan posyandu agar hasilnya baik perlu peran serta masyarakat itu sendiri khususnya keaktifan kader posyandu. Kader posyandu dipilih oleh pengurus posyandu dari anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu. Kader posyandu menyelenggarakan kegiatan posyandu secara sukarela. Namun dalam pelaksanaan kegiatan posyandu ada hambatan-hambatan, salah satunya adalah hambatan dari kader diantaranya kurang aktifnya kaderkader posyandu (Depkes RI, 2006). Melalui sistem pengkaderan dengan pelatihan, penyuluhan, dan bimbingan dapat menumbuhkan sikap mandiri sehingga mampu menggali dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia serta menumbuhkan dan memecahkan masalah yang dihadapi guna mencapai pelayanan yang optimal (Depkes RI, 2006).
1
2
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat.Departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai pelatihan
untuk
kader
yang
dimaksudkan
untuk
meningkatkan
pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.Para kader kesehatan masyarakat seyogyanya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis dan menghitung secara sederhana (Meilani dkk, 2009). Untuk
itu
diperlukan
kader
yang
baik,
yang
dapat
menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.Petugas kesehatan hanya mengawasi dan membantu upaya yang bukan wewenang kader posyandu.Pada kenyataanya pada setiap pelaksanaan kegiatan posyandu peran petugas kesehatan dan bidan lebih menonjol (Depkes RI, 2006). Keaktifan kader dalam kegiatan akan meningkatkan keterampilan karena selalu hadir dalam kegiatan posyandu, kader akan mendapatkan keterampilan dari pembinaan petugas maupun dengan belajar dari teman sekerjanya. Pengetahuan sangat penting dalam memberikan pengaruh terhadap sikap dan tingkah laku kader terhadap pelayanan posyandu (Meilani dkk, 2011). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober 2012 di Kelurahan Kadipiro Surakarta didapatkan hasil secara keseluruhan kader jumlah yang aktif adalah 416 orang dari 10 orang kader aktif yang diwawancarai tentang peran dan fungsi kader, terdapat
3
kader yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 5 orang (50%), kader yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 3 orang (30%), dan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 2 orang kader (20%). Hal ini menunjukkan masih kurangnya pengetahuan kader tentang peran dan fungsi kader. Berdasarkan latar belakang di atas, alasan mengambil penelitian di Kelurahan Kadipiro karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman kader dalam menerapkan dan melakukan peran dan fungsi kader sehingga penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Kader tentang Peran dan Fungsi Kader di Kelurahan KadipiroSurakarta 2013”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, dapat dirumuskan permasalahan ”Bagaimana Tingkat Pengetahuan Kader tentang Peran dan Fungsi Kader di Kelurahan KadipiroSurakarta 2013?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui tingkat pengetahuan kader tentang peran dan fungsi kader di Kelurahan Kadipiro Surakarta.
4
2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan kader tentang peran dan fungsi kader dengan kategori baik. b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan kader tentang peran dan fungsi kader dengan kategori cukup. c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan kader tentang peran dan fungsi kader dengan kategori kurang.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi ilmu pengetahuan Menambah wawasan dan pengetahuan bagi ilmu pengetahuan dibidang kesehatan khususnya mengenai peran dan fungsi kader di masyarakat maupun di posyandu. 2. Bagi penulis Hasil Penelitian ini dapat digunakan untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari perkuliahan dan pengalaman nyata khususnya mengenai peranan dan fungsi kader. 3. Bagi institusi a. Kelurahan Kadipiro Surakarta Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pembinaan dan pengembangan pelayanan kesehatan dan sebagai bahan pertimbangan bagi profesi bidan dalam
5
memberikan pelayanan kepada kader tentang peran dan fungsi kader di Kelurahan Kadipiro Surakarta. b. Pendidikan Dapat digunakan sebagai sumber bacaan untuk penelitian selanjutnya atau dijadikan referensi untuk peningkatan kualitas pendidikan kebidanan khususnya tentang pengetahuan kader tentang peran dan fungsi kader.
E. Keaslian Penelitian Berdasarkan survey yang telah penulis lakukan telah di temukan penelitian yang hampir sama dengan metode yang di susun penulis yaitu : 1. Tyas Ika Ayuning (2010) dengan judul “Pengetahuan Kader tentang Posyandu di Purwosari Surakarta Tahun 2010”. Jenis penelitian adalah deskriptif. Populasi penelitian ini adalah kader posyandu di Purwosari Surakarta pada bulan Juni tahun 2010 sejumlah responden denagn menggunakan tehnik accidental sampling. Alat pengumpulan data menggunakan format kuesioner. Hasil penelitian yaitu gambaran pengetahuan kader tentang posyandu dengan 6 responden (20%) mempunyai pengetahuan baik, 20 responden (66,67%) mempunyai pengetahuan
cukup
dan
4
responden
(13,33%)
mempunyai
pengetahuan kurang. 2. Andriani Dian (2009) dengan judul “Pengetahuan Kader tentang Posyandu di Posyandu Ngudi Santosa Donohudan Ngemplak Boyolali
6
Tahun 2009”. Jenis penelitian adalah deskriptif. Populasi penelitian ini adalah kader posyandu di Posyandu Ngudi Donohudan Ngemplak Boyolali Tahun 2009 sejumlah 47 responden dengan menggunakan tehnik accidental sampling. Alat pengumpulan data menggunakan format kuesioner. Hasil penelitian yaitu gambaran pengetahuan kader tentang posyandu mayoritas mempunyai pengetahuan baik yaitu sebanyak 31 responden (65,96%), 10 responden (21,09%) mempunyai pengetahuan
cukup
dan
6
responden
(12,95%)
mempunyai
pengetahuan kurang. Persamaan dengan penelitian ini yaitu jenis penelitian deskriptifdan alat pengumpulan data menggunakan format kuesioner. Selain itu perbedaannya yaitu pada tehnik pengambilan sampel, jumlah responden, lokasi penelitian dan waktu penelitian.
F. Sistematika Penelitian Untuk mengetahui cara menyeluruh karya tulis ini. Penulis akan menguraikan sistematika penulisan Bab I sampai Bab V yang saling berhubungan satu sama lainnya. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Dalam bab ini berisikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian (tujuan umum dan tujuan
7
khusus), manfaat penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penulisan. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini menjelaskan teori-teori dari masalah yang akan diteliti meliputi pengetahuan, pengertian kader, peran dan fungsi kader, tugas – tugas kader, strategi menjaga eksistensi kader, kerangka teori dan konsep kerangka penelitian.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini penulis menjelaskan jenis dan rancangan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi sampel dan teknik pengambilan sampel, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, definisi operasional, metode pengolahan dan analisis data, etika penelitian, jadwal penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisikan tentang gambaran umum dan tempat penelitian, hasil penelitian, pembahasan dan keterbatasan penelitian.
BAB V
PENUTUP Dalam bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis 1. Pengetahuan (Knowledge) a. Pengertian 1) Pengetahuan (knowledge) adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indra yang dimiliki (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Pada waktu pengindraan sampai hasil pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek (Notoatmodjo, 2010). 2) Pengetahuan
merupakan
sesuatu
yang tertinggal
dari
hasil
pengindraan manusia terhadap dunia luar. Selain itu, pengetahuan merupakan deskripsi arsip informasi konsep dan kenyataan tentang alam semesta, baik yang ada dalam memori perseorangan maupun tertulis (Mahmud, 2011). b. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif Menurut Notoatmodjo (2007), dalam domain kognitif berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat intelektual (cara berpikir, berintraksi, analisa, memecahkan masalah dan lain-lain) yang berjenjang sebagai berikut : 1) Tahu (Knowledge) Menunjukkan keberhasilan mengumpulkan keterangan apa adanya. Termasuk dalam kategori ini adalah kemampuan mengenali atau
8
9
mengingat kembali hal-hal atau keterangan yang pernah berhasil dihimpun atau dikenali (recall of facts). 2) Memahami (Comprehension) Pemahaman diartikan dicapainya pengertian (understanding) tentang hal yang sudah kita kenali. Karena sudah memahami hal yang bersangkutan maka juga sudah mampu mengenali hal tadi meskipun diberi bentuk lain. Termasuk dalam jenjang kognitif ini misalnya kemampuan menterjemahkan, mengiterpretasikan, menafsirkan, meramalkan, dan mengeksplorasikan. 3) Menerapkan (Aplication) Penerapan diartikan sebagai kemampuan menerapkan hal yang sudah dipahami ke dalam situasi dan kondisi yang sesuai. 4) Analisa (Analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan hal tadi menjadi rincian yang terdiri unsur-unsur atau komponen-komponen yang berhubungan antara yang satu dengan lainnya dalam suatu bentuk susunan berarti. 5) Sintesis (Syntesis) Sintesis adalah kemampuan untuk menyusun kembali bagian-bagian atau unsur-unsur tadi menjadi suatu keseluruhan yang mengandung arti tertentu.
10
6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk membandingkan hal yang bersangkutan dengan hal-hal serupa ataupun setara lainnya, sehingga diperoleh kesan yang lengkap dan menyeluruh tentang hal yang sedang dinilainya. c. Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut
Notoadmojo
(2010),
ada
beberapa
cara
untuk
memperoleh pengetahuan, yaitu : 1) Cara Coba-Salah (Trial and Error) Cara
coba-coba
ini
dilakukan
dengan
menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan
kedua
ini
gagal
pula, maka
dicoba dengan
kemungkinan ketiga dan seterusnya, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba salah coba-coba. 2) Secara Kebetulan Penemuan
kebenaran
secara
kebetulan
terjadi
karena
tidakdisengaja oleh orang yang bersangkutan. 3) Cara Kekuasaan atau Otoritas Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaankebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa
11
melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. 4) Berdasarkan Pengalaman Pribadi Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan. 5) Cara Akal Sehat (Common Sense) Akal
sehat
atau
common
sense
kadang-kadang
dapat
menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasehat orang tuanya, atau agar anak disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah, misalnya dijewer telinganya atau dicubit. Ternyata cara menghukum anak ini sampai sekarang berkembang menjadi teori kebenaran bahwa hukuman merupakan metode (meskipun bukan yang paling baik)bagi pendidikan anak. 6) Kebenaran Melalui Wahyu Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima
dan
bersangkutan.
diyakini
oleh
pengikut-pengikut
agama
yang
12
7) Kebenaran Secara Intuitif Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan yang sistematis. 8) Melalui Jalan Pikiran Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. 9) Induksi Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam berfikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman empiris yang ditangkap oleh indra. 10) Deduksi Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyatan umum ke khusus. Silogisme yaitu suatu bentuk deduksi yang memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai kesimpulan yang lebih baik.
13
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu: 1) Pendidikan Pendidikan
adalah
suatu
usaha
untuk
mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. 2) Informasi/MediaMassa Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. 3) Sosial budaya dan Ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang
akan
bertambah
pengetahuannya
walaupun
tidak
melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan
14
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. 4) Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. 5) Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. 6) Umur Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. e. Pengukuran Pengetahuan Menurut Arikunto (2010), pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ukur atau kita ketahui dapat kita
15
sesuaikan dengan tingkatan-tingkatannya. Adapun pertanyaan yang dapat digunakan utuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu : 1) Pertanyaan subyektif, misalnya jenis pertanyaan essay. Pertanyaan essay disebut pertanyaan subyektif karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subyektif dari penilai, sehingga nilainya akan berbeda dari seseorang penilai satu dibandingkan dengan yang lain dari satu waktu ke waktu yang lainnya. 2) Pertanyaan obyektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choise), betul salah dan pertanyaan menjodohkan. Pertanyaan pilihan ganda, betul salah menjodohkan disebut pertanyaan obyektif karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh penilai. Dari kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan obyektif khususnya petanyaan pilihan ganda lebih disukai untuk dijadikan sebagai alat ukur dalam pengukuran pengetahuan karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan penilainnya akan lebih cepat (Arikunto, 2010). Pengukuran menurut Riwidikdo (2010), yaitu : 1) Baik 2) Cukup 3) Kurang
16
2. Kader a. Pengertian 1) Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat. Departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai pelatihan untuk kader yang dimaksud untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Para kader kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis, dan menghitung secara sederhana (Meilani dkk, 2009). 2) Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk mengenai masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan (Meilani dkk, 2009). 3) Kader kesehatan adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat. Dalam hal ini kader disebut juga sebagai penggerak atau promotor kesehatan (Yulifah dan Yuswanto, 2009). b. Peran dan fungsi 1) Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat menurut Meilani dkk (2009) : a) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
17
b) Pengamatan terhadap masalah kesehatan di desa. c) Upaya penyehatan lingkungan. d) Peningkatan kesehatan ibu, bayi, dan anak balita. e) Pemasyarakatan keluarga sadar gizi (Kadarzi). c. Fungsi kader Menurut Depkes RI (2010), fungsi kader adalah : 1) Melakukan pencatatan, memantau dan evaluasi kegiatan Poskesdes bersama Bidan. 2) Mengembangkan dan mengelola UKBM (PHBS, Kesling, KIBBBalita, Kadarzi, Dana Sehat, TOGA, dll). 3) Mengidentifikasi dan melaporkan kejadian masyarakat yang berdampak terhadap kesehatan masyarakat (surveilance ber-basis masyarakat) 4) Pemecahan masalah bersama masyarakat d. Peran tambahan kader 1) Berdasarkan Depkes RI (2010), peran tambahan kader meliputi : a) Penanggulangan kegawat-daruratan sehari-hari b) Penyiapan untuk menghadapi bencana c) Pengelolaan Pos Kesehatan Desa (POSKESDES) atau Upaya Kesahatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) lainnya. 2) Berdasarkan Yulifah
dan Yuswanto (2009) Kader kesehatan
mempunyai peran besar dalam upaya meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan
18
yang optimal. Kader juga berperan dalam pembinaan masyarakat di bidang kesehatan melalui kegiatan yang dilakukan di posyandu. Selain dalam kegiatan posyandu, kader juga mempunyai peran di luar kegiatan posyandu, yaitu sebagai berikut: a) Merencanakan
kegiatan,
antara
lain
menyiapkan
dan
melaksanakan survei mawas diri, membahas hasil survei, menentukan masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat desa, menentukan
kegiatan
penanggulangan
masalah
kesehatan
bersama masyarakat, serta membahas kegiatan pembagian tugas menurut jadwal kerja. b) Melakukan komunikasi, memberikan informasi, dan motivasi tatap muka (kunjungan) dengan menggunakan alat peraga, serta melakukan demonstrasi (memberikan contoh). c) Menggerakkan
masyarakat,
mendorong
masyarakat
untuk
bergotong-royong, memberikan informasi, serta mengadakan kesepakatan kegiatan yang akan dilaksanakan. d) Memberikan
pelayanan,
mengumpulkan didesanya
dan
bahan
yaitu
membagi
pemeriksaan,
melaporkannya,
obat,
membantu
mengawasi
pendatang
memberikan
pertolongan
pemantauan penyakit, serta memberikan pertolongan pada kecelakaan.
19
e) Melakukan pencatatan seperti berikut ini : (1) Keluarga Berencana (KB) atau jumlah pasangan usia subur, jumlah peserta KB aktif. (2) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), jumlah ibu hamil, vitamin A yang dibagikan. (3) Imunisasi, seperti jumlah imunisasi Tetanus Toksoid (TT) ibu hamil dan jumlah bayi atau balita yang diimunisasikan. (4) Gizi, seperti jumlah bayi yang mempunyai KMS, balita yang ditimbang dan yang naik timbangannya. (5) Diare, seperti jumlah oralit yang dibagikan, penderita yang ditemukan, dan dirujuk. f) Melakukan pembinaan mengenai lama program keterpaduan KBkesehatan dan upaya kesehatan lainnya. g) Melakukan kunjungan rumah kepada masyarakat terutama keluarga binaan. h) Melakukan pertemuan kelompok. e. Macam-macam dan peran Kader Kesehatan Berdasarkan Iinrosita (2012),Saat ini pada umumnya kader kesehatan ada beberapa kelompok, misalnya : 1) Kader Posyandu Balita Kader yang bertugas di pos pelayanan terpadu (posyandu) dengan kegiatan rutin setiap bulannya melakukan pendaftaran, pencatatan, penimbangan bayi dan balita.
20
2) Kader Posyandu Lansia Kader yang bertugas di posyandu lanjut usia (lansia) dengan kegiatan rutin setiap bulannya membantu petugas kesehatan saat pemeriksaan kesehatan pasien lansia. 3) Kader Gizi Kader
yang
bertugas
membantu
petugas
puskesmas
melakukan pendataan, penimbangan bayi dan balita yang mengalami gangguan gizi (malnutrisi). 4) Kader Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Kader KPKIA Kader
yang
bertugas
membantu
bidan
puskesmas
melakukan pendataan, pemeriksaan ibu hami dan anak-anak yang mengalami gangguan kesehatan (penyakit). 5) Kader Keluarga Berencana (KB) Kader yang bertugas membantu petugas KB melakukan pendataan, pelaksanaan pelayanan KB kepada pasangan usia subur di lingkungan tempat tinggalnya. 6) Kader Juru Pengamatan Jentik (Jumantik) Kader yang bertugas membantu
petugas puskesmas
melakukan pendataan dan pemeriksaan jentik nyamuk di rumah penduduk sekitar wilayah kerja puskesmas.
21
7) Kader Upaya Kesehatan Kerja (UKK) Kader
yang
membantu
petugas
puskesmas
melakukan
pendataan dan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja di lingkungan pos tempat kerjanya. 8) Kader Promosi Kesehatan (Promkes) KADER PHBS Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas melakukan penyuluhan kesehatan secara perorangan maupun dalam kelompok masyarakat. 9) Kader Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas melakukan penjaringan dan pemeriksaan kesehatan anak-anak usia sekolah pada pos pelayanan UKS. f. Tugas-tugas kader Sesuai dengan pengertian WHO (2002), kader berkerja di tempat pemberian pelayanan kesehatan yang terdekat di masyarakat, seperti Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU). Tugas-tugas kader dalam rangka menyelenggarakan posyandu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai berikut menurut Yulifah dan Yuswanto (2009): 1) Tugas kader pada saat persiapan hari buka posyandu, meliputi beberapa hal berikut ini. a) Menyiapkan alat penimbangan bayi, Kartu Menuju Sehat (KMS), alat peraga, alat pengukur lingkar lengan atas untuk ibu hamil dan
22
bayi/anak, obat-obatan yang dibutuhkan (misalnya, tablet tambah darah/zat besi, vitamin A, oralit), bahan atau materi penyuluhan. b) Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu dengan memberitahu ibu-ibu untuk datang ke posyandu, serta melakukan pendekatan
dengan
tokoh-tokoh
masyarakat
yang
dapat
posyandu,
yaitu
memotivasi masyarakat untuk datang ke posyandu. c) Menghubungi
kelompok
kerja
(pokja)
menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa dan meminta untuk memastikan apakah petugas dapat hadir pada hari buka posyandu. d) Melaksanakan pembagian tugas di antara kader posyandu baik untuk persiapan maupun pelaksaan kegiatan. 2) Tugas kader pada hari buka posyandu. Tugas kader pada hari buka posyandu disebut juga dengan tugas pelayanan pada lima meja : a) Meja 1 (meja pendaftaran) Mendaftar bayi atau balita dengan menuliskan nama balita pada KMS dan secarik kertas yang diselipkan pada KMS, dan mendaftarkan ibu hamil dengan menuliskan nama ibu hamil pada formulir atau register ibu hamil. b) Meja 2 (penimbangan). Menimbang bayi atau balita dan mencatat hasil penimbangan pada kertas.
23
c) Meja 3 (pengisian KMS) Mengisi KMS atau memindahkan catatan hasil penimbangan balita dari kertas ke dalam KMS. d) Meja 4 (penyuluhan) (1) Menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan data kenaikan berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS kepada ibu. (2) Memberikan penyuluhan kepada setiap ibu mengacu pada data KMS atau dari hasil pengamatan masalah yang dialami sasaran. (3) Memberikan rujukan ke puskesmas apabila diperlukan. (4) Memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar oleh kader posyandu, misalnya pemberian tablet tambah darah, vitamin A dan oralit. e) Meja 5 (pelayanan). Meja 5 merupakan kegiatan pelayanan sektor yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Pelayanan yang diberikan antara lain pelayanan imunisasi, keluarga berencana, pengobatan, pemberian tablet tambah darah, dan kapsul yodium. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan kader agar kegiatan kelima meja dapat berjalan dengan baik, yaitu sebagai berikut :
24
(1) Selama menunggu, berikan makanan tambahan (PMT) atau mainan kepada balita agar anak tenang. (2) Untuk menghindari rasa takut pada anak, usahakan kegiatan pembinaan menggunakan teknik bermain. (3) Dalam melakukan penyuluhan didasarkan kepada kebutuhan, lakukan penyuluhan secara kelompok sebelum pendaftaran. (4) Lakukan kegiatan membuka posyandu dengan disiplin waktu. 3) Tugas kader setelah membuka posyandu a) Memindahkan catatan-catatan pada KMS ke dalam buku register atau buku bantu kader. b) Menilai hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari posyandu bulan berikutnya. c) Kegiatan diskusi kelompok bersama ibu-ibu. Kegiatan kunjungan rumah, sekaligus memberikan tindak lanjut dan mengajak ibu-ibu datang ke posyandu pada kegiatan bulan berikutnya. 4) Tugas kader di luar posyandu Kader ditunjuk oleh masyarakat dan biasanya kader melaksanakan tugas-tugas kader kesehatan masyrakat yang secara umum hampir sama tugasnya di beberapa negara yaitu : a) Pertolongan pertama pada kecelakaan dan penanganan penyakit yang ringan. b) Melakukan pengobatan sederhana.
25
c) Pemberian motivasi dan saran – saran pada ibu – ibu sebelum dan sesudah melahirkan. d) Pemberian motivasi dan saran – saran tentang perawatan anak. e) Memberikan dan motivasi dan peragaan tentang gizi (program UPGK). f) Program penimbangan balita dan pemberian makanan tambahan. g) Pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan. h) Melakukan penyuntukan imunisasi (Kolombia, Papua New Guinea, dan Sudan). i) Pemberian motivasi KB. j) Membagikan alat – alat KB. k) Pemberian motivasi tentang sanitasi lingkungan, kesehatan perorangan dan kebiasaan sehat secara umum. l) Pemberian
motivasi
tentang
penyakit
menular
seksual,
pencegahan dan perujukan. m) Pemberian motivasi tentang perlunya follow up pada penyakit menular dan perlunya memastikan diagnosis. n) Penanganan dalam mencegah penyakit menular. o) Membantu kegiatan di klinik. p) Merujuk penderita ke puskesmas atau ke rumah sakit. q) Membina kegiatan UKS secara teratur. r) Mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh puskesmas, membantu pencatatan dan pelaporan.
26
g. Strategi menjaga eksistensi kader Berdasarkan Meilani dkk (2009), perlu adanya srategi agar mereka dapat selalu eksis membantu masyarakat di bidang kesehatan. Beberapa upaya yang dapat dilaksanakan adalah : 1) Refresing kader posyandu pada saat posyandu telah selesai dilaksanakan, oleh bidan desa maupun petugas lintas sektor yang mengikuti kegiatan posyandu. 2) Adanya paguyuban kader posyandu tiap desa dan dilaksanakan pertemuan rutin tiap bulan secara bergilir di setiap posyandu. 3) Revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa kecamatan. Di mana semua kader diundang dan diberikan penyegaran materi serta hiburan dan bisa juga diberikan rewards. 4) Pemberian rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis ke puskesmas untuk kader dan keluarganya dan juga dalam bentuk materi yang lain yang diberikan setiap tahun.
27
B. Kerangka Teori
Tingkat pengetahuan : 1. Tahu 2. Memahami 3. Menerapkan 4. Analisa 5. Sintesis 6. Evaluasi
Pengetahuan
Kader: 1. Pengertian 2. Peran dan fungsi 3. Tugas – tugas 4. strategi menjaga eksistensi
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan : 1. Pendidikan 2. Informasi/media masa 3. Sosial Budaya dan Ekonomi 4. Lingkunan 5. Pengalaman 6. Umur
Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber: Modifikasi Notoatmodjo (2010), Meilani, dkk (2009)
28
C. Kerangka Konsep
Baik Pengetahuan kader tentang peran dan fungsi kader
Cukup
Kurang
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Ditinjau dari tujuan penelitian yang akan dicapai, penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Notoatmodjo (2010), deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap sekelompok objek yang bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu. Selanjutnya menurut Riwidikdo (2010), Kuantitatif yaitu data yang dipaparkan
dalam
bentuk
angka-angka.
Pada
penelitian
ini
menggambarkan tentang “Tingkat Pengetahuan Kader tentang Peran dan Fungsi Kader di Kelurahan Kadipiro Surakarta Tahun 2013”.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data selama kasus berlangsung (Notoadmojo, 2010). Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kadipiro Surakarta. 2. Waktu penelitian Waktu penelitian adalah rentang waktu yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian (Notoatmodjo, 2010). Penelitian dilaksanakan pada tanggal 25 Maret sampai 30 April 2013.
29
30
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader yang aktif di Kelurahan Kadipiro Surakarta berjumlah 416 kader. 2. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Menurut Arikunto (2010), apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika subjeknya besar atau lebih dari 100 maka dapat diambil 10 - 15%, atau 20 – 30% atau lebih. Perhitungan sampel menurut Nursalam (2008), rumus dalam pengambilan sampel, yaitu:
n=
N 1 + N (d 2 )
Dimana : n = Besarnya sampel N = Populasi d = Tingkat Signifikansi 10% n=
416 1 + 416 (0,12 )
31
=
416 = 80,6 = 81 1 + 4,16
Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 81 kader. 3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehinga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2009). Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan simple random sampling. Menurut Hidayat (2009), teknik simple random sampling yaitu dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi, pengambilannya dilakukan dengan cara dilotere dari seluruh jumlah populasi. Pada penelitian pengambilannya menggunakan nomor dan nama dengan cara dilotere.
D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini instrumen penelitian atau alat yang digunakan untuk pengambilan data adalah kuesioner. 1. Kuesioner Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum atau banyak orang (Notoatmodjo, 2010). Kuesioner
32
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner yang bersifat langsung dan pertanyaan tertutup. Arikunto (2010), menyatakan bahwa kuesioner tertutup adalah pernyataan yang membutuhkan jawaban atau isian telah dibatasi atau ditentukan jawabannya yaitu benar dan salah. 2. Kriteria penilaian Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup, yang berbentuk pernyatan dimana dalam pernyatan tersebut disediakan pilihan jawaban “benar” atau “salah” dan responden diminta memilih salah satu jawaban tersebut. Pernyataan positif (favorabel) bila respon den menjawab benar nilainya 1 dan menjawab salah nilainya 0. Pernyataan negatif (unfavorable) bila responden menjawab benar nilainya 0 dan menjawab salah nilainya 1. Pengisian kuesioner tersebut dengan memberi tanda centang (√) pada lembar kuesioner yang sudah disediakan. 3. Kisi-kisi kuesioner Ada pun kisi-kisi kuesioner pengetahuan tentang peran dan fungsi kader sebagai berikut : Tabel 3.1 Kisi-kisi kuesioner No. 1. 2. 3. 4. 5.
Indikator Pengertian kader Peran kader Fungsi kader Tugas kader Strategi eksistensi Jumlah Soal
Pernyataan Total Favourable Unfavourable 1,2,3 4,5 5 8,9,10,11,12,13,14,16 17,19*,21 24,25,26 29*,30
6,7*,15 18,20 22,23 27,28
11 5 5 4
19
11
30
33
Keterangan : Yang bertanda (*) tidak valid Untuk mengetahui kuesioner untuk penelitian ini berkualitas, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan karakteristik seperti sejenis di luar lokasi penelitian. Uji validitas dilakukan di Kelurahan Nusukan Surakarta jumlah dengan 30 kader pada tanggal 23 Maret 2013. Menurut Mahfoed (2007), alasan jumlah responden 30 adalah karena kaidah umum penelitian agar diperoleh distribusi nilai hasil penelitian mendekati kurva normal. 4. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument (Arikunto, 2010). Instrumen dikatakan valid apa bila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus product moment. dibantu program SPSS (Statistical Product and Service Solution)for Windows.Instrumen dikatakan valid jika nilai p-value lebih kecil (<) 0,05 dengan taraf signifikan 0,05. Menurut Riwidikdo (2010), rumus product moment adalah:
rxy =
N . SXY - SX.SY {N SX 2 - (SX ) }{N SY 2 - (SY ) } 2
Keterangan: N : Jumlah responden rxy : Koefisien korelasi product moment X : Skor pertanyaan
2
34
Y : Skor total XY
: Skor pertanyaan dikalikan skor total Untuk jumlah responden 30 dengan taraf signifikannya adalah 5%.
Uji validitas dilaksanakan di Kelurahan Nusukan Surakarta dengan menyebarkan kuesioner sebanyak 30 butir pertanyaan. Responden yang diuji sebanyak 30 kader. Dari 30 pertanyaan yang telah dilakukan uji validitas didapatkan kesimpulan 27 butir yang dinyatakan valid sedangkan yang tidak valid tiga butir yaitu nomor 7, 19, 29 dan dimana ketiga butir soal tersebut telah mewakili beberapa indikator yang diujikan sehingga pertanyaan tersebut tidak digunakan. 5. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu instrument penelitian atau alat ukur dalam mengumpulkan data untuk bisa diandalkan dan dipercaya keabsahannya serta uji reliabilitas untuk mengetahui tingkat data yang bias dinyatakan reliabel dalam
data
yang
dikumpulkan
dalam
waktu
yang
berbeda
(Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach. Menurut Riwidikdo (2010), rumus dari Alpha Cronbach adalah sebagai berikut :
Ssb 2 ù é k ùé r11 = ê ê1 - s 2t ú ú 1 k ë ûë û
35
Keterangan: r11 = Reliabilitas Instrument k
= Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σb2= Jumlah varian butir σt2 = Varians total Dinyatakan reliabel bila nilai alpha cronbach’s > rkriteria (0,60) (Ghozali, 2005). Dari 27 butir pertanyaan dinyatakan reliabel dan di daparkan harga riil sebesar 0,921 > 0,60 sehingga intrumen penelitian dikatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara peneliti untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian (Riwidikdo, 2010). Data yang diperoleh terdiri dari: 1. Data Primer Data primer adalah data dikumpulkan sendiri oleh peneliti dari yang sebelumnya tidak ada dan tujuannya disesuaikan dengan keperluan penelitian (Hidayat, 2007). Data primer diperoleh dari hasil pengisian kuesioner. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data telah dikumpulkan oleh pihak lain dan data sudah ada (Hidayat, 2007). Cara mendapat data sekunder ini
36
adalah dari studi dokumentasi. Studi dokumentasi adalah data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku dan surat kabar (Arikunto, 2010). Data sekunder yang diperoleh dari bagian ruang periksa yaitu data dari Kelurahan Kadipiro dengan jumlah populasi yaitu 416 orang kader.
F. Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan ukuran yang dimiliki dalam anggota dari kelompok yang berbeda (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menggunakan variable tunggal yaitu pengetahuan kader tentang peran dan fungsi kader.
G. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup atau pengertian variable - variabel
yang
diamati atau diteliti
(Notoatmodjo, 2010). Tabel 3.2 Definisi Operasional Nama Variabel
Pengertian
Indikator
Alat Ukur
Skala
Pengetahu an kader tentang peran dan fungsi kader.
Segala sesuatu informasi diketahui dan dimengerti oleh kader tentang pengertian, peran, fungsi.
Baik :Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD Cukup :Bila nilai responden mean -1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD Kurang :Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD (Riwidikdo, 2010)
Kuesioner
Ordinal
37
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data Setelah data terkumpul,
langkah yang dilakukan berikutnya
adalah pengolahan data. Menurut Notoatmodjo (2010), proses pengolahan data ada 5 yaitu: a. Editing Editing adalah suatu kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner. b. Coding Coding adalah kegiatan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. c. Data entry Data entry adalah kegiatan memasukkan data ke dalam program atau “software” komputer. d. Tabulating Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan kedalam tabel. e. Pembersihan data (cleaning) Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali untuk
melihat
ketidaklengkapan
kemungkinan dan
pembetulan atau koreksi.
adanya
sebagainya
kesalahan
kemudian
kode,
dilakukan
38
2. Analisa Data Analisa data yang akan digunakan dalam penelitian adalah Analisa Univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase dari variabel (Notoatmodjo, 2010). Untuk mengetahui tingkat pengetahuan menurut Riwidikdo (2010), adalah sebagai berikut: 4) Baik
: Bila nilai responden (x) > mean + 1 SD
5) Cukup : Bila nilai responden mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD 6) Kurang: Bila nilai responden (x) < mean – 1 SD Untuk mencari simpangan baku dengan menggunakan rumus menurut Riwidikdo (2010), yaitu:
ܵ ܦൌ
ଶ ඩσୀଵ ݔଵ െ
Keterangan: SD
: Simpangan baku
xi
: Nilai dari data
n
: Banyaknya data
൫σ సభ ௫భ ൯
ሺ݊ െ ͳሻ
మ
Untuk menghitung mean menggunakan rumus menurut Riwidikdo (2010), yaitu:
Rumus : X =
åx n
39
Keterangan : X
: Rata-rata ( mean )
åx
: Jumlah seluruh jawaban responden
n
: Jumlah maksimal yang harus diperoleh responden
Untuk memperoleh skor prosentase menurut Riwidikdo (2010), yaitu sebagai berikut:
Jumlah responden pada setiap kategori Skor prosentase = –––––––––––––––––––––––––––––––––––––– x100% Total jumlah responden
I. Etika Penelitian Pada penelitian ini, tetap menjunjung tinggi kebebasan dan hak dari setiap orang dalam memberikan masukan, pendapat serta jawaban dari kuesioner yang ada. Sehingga nilai untuk tetap menjunjung tinggi etika penelitian menjadi salah satu wujud akan tidak adanya intervensi dari pihak manapun. Dan standar etika dalam melakukan penelitian, menurut (Hidayat, 2009), antara lain: 1. Anonimity Jaminan untuk tidak menyebutkan nama dan serta menerangkan sumber data atau responden yang menjadi sumber data dalam penelitian. 2. Informed Consent Pernyataan persetujuan antara peneliti dengan responden yang ditandai dengan pemberian tanda tangan pada surat persetujuan.
40
3. Confidentiality ( Kerahasiaan ) Kerahasiaan merupakan salah satu bentuk jaminan kepada responden, apa bila yang bersangkutan tidak bersedia untuk diberitahukan segala informasi tentang responden yang bersangkutan.
J. Jadwal Penelitian Terlampir
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Kelurahan Kadipiro Surakarta memiliki wilayah yang terdiri 33 RW 242 RT serta 12,528 KK, seluruh total penduduk sebanyak 46,867 jiwa. Memiliki batas wilayah yaitu Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sekip, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Nusukan, sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Banyuanyar. Memiliki jumlah posyandu sebanyak 40 dan jumlah kader 416 yaitu kader balita sejumlah 302 orang, kader lansia 114 orang. Memiliki 1 Puskesmas induk, 2 Puskesmas pembantu dan 5 BPS.
B. Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan simple random sampling dan pengambilannya dilakukan dengan cara dilotere. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tertutup.
41
42
Tabel 4.1 Tabel Kuantitas Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Kader Tentang Peran dan Fungsi Kader di Kelurahan Kadipiro Surakarta No.
Pengetahuan
1. 2. 3.
Baik Cukup Kurang Jumlah
Frekuensi (Orang) 30 36 15 81
Prosentase (%) 37 44 19 100
. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa tinggkat pengetahuan kader tentang peran dan fungsi kader di Kelurahan Kadipiro adalah 36 responden (44%) memiliki pengetahuan cukup, 30 responden (33%) memiliki pengetahuan baik, 15 responden (19%) memiliki pengetahuan kurang. Jadi dapat disimpulkan bahwa Tingkat Pengetahuan Kader Tentang Peran dan Fungsi Kader di Kelurahan Kadipiro Surakarta yang terbanyak dalam kategori cukup yaitu 36 responden (44%).
C. Pembahasan Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan di Kelurahan Kadipiro Surakarta dengan jumlah responden 81 kader. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini bahwa tingkat pengetahuan kader tentang peran dan fungsi kader yaitu di kategori baik ada 30 responden (37%), kategori cukup ada 36 responden (44%), kategori kurang 15 responden (19%).
43
Dari hasil penelitian kader yang berpengetahuan cukup sebagian besar kader telah memahami pengertian sebagai kader yaitu sebagai penggerak atau promotor kesehatan, peran kader dalam posyandu maupun di luar posyandu terutama pengamat terhadap masalah kesehatan masyarakat, dan fungsi kader pada kegiatan posyandu. Adapun yang belum dimengerti kader yaitu tugas sebagai kader terutama tugas diluar posyandu. Kader yang berpengetahuan baik sebagian basar kader telah mengenai pengertian kader, peran kader di dalam maupun di luar posyandu, fungsi kader, tugas – tugas kader, maupun strategi eksistensi kader. Selain itu kader yang berpengetahuan kurang rata – rata kader telah mengerti tentang pengertian kader yaitu kader merupakan orang yang dekat dengan masyarakat, fungsi kader di dalam posyandu. Akan tetapi kurang memahami tentang peran kader terutama di luar masyarakat, tugas – tugas kader maupun strategi eksistensi kader. Pengertian kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk mengenai masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan (Meilani dkk, 2009). Sedangkan menurut Yulifah danYuswanto(2009) Kader kesehatan adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat dan
44
bertugas mengembangkan masyarakat.Dalam hal ini kader disebut juga sebagai penggerak atau promotor kesehatan. Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat menurut Meilani dkk (2009) adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), pengamatan terhadap masalah kesehatan di desa, upaya penyehatan lingkungan, peningkatan kesehatan ibu, bayi, dan anak balita, pemasyarakatan keluarga sadar gizi (Kadarzi). Fungsi Kader menurut Depkes RI (2010) adalah melakukan pencatatan, memantau dan evaluasi kegiatan Poskesdes bersama Bidan, mengembangkan dan mengelola UKBM (PHBS, Kesling, KIBB-Balita, Kadarzi, Dana Sehat, TOGA, dll), mengidentifikasi dan melaporkan kejadian masyarakat yang berdampak terhadap kesehatan masyarakat (surveilance
ber-basis
masyarakat),
pemecahan
masalah
bersama
masyarakat. Tugas-tugas kader dalam rangka menyelenggarakan posyandu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai berikut menurut Yulifah dan Yuswanto (2009) adalah tugas kader pada saat persiapan hari buka posyandu, meliput menyiapkan alat penimbangan bayi, Kartu Menuju Sehat (KMS), alat peraga, alat pengukur lingkar lengan atas untuk ibu hamil dan bayi/anak, obat-obatan yang dibutuhkan (misalnya, tablet tambah darah/zat besi, vitamin A, oralit), bahan atau materi penyuluhan, mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu dengan memberitahu ibu-ibu untuk datang ke posyandu, serta melakukan pendekatan dengan
45
tokoh-tokoh masyarakat yang dapat memotivasi masyarakat untuk datang ke posyandu, menghubungi kelompok kerja (pokja) posyandu, yaitu menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa dan meminta untuk memastikan apakah petugas dapat hadir pada hari buka posyandu, melaksanakan pembagian tugas di antara kader posyandu baik untuk persiapan maupun pelaksaan kegiatan. Tugas kader pada hari buka posyandu disebut juga dengan tugas pelayanan pada lima meja. Tugas kader di luar posyandu kader ditunjuk oleh masyarakat dan biasanya kader melaksanakan tugas-tugas kader kesehatan masyrakat yang secara umum. Pertolongan pertama pada kecelakaan dan penanganan penyakit yang ringan, melakukan pengobatan sederhana, pemberian motivasi dan saran – saran pada ibu – ibu sebelum dan sesudah melahirkan, pemberian motivasi dan saran – saran tentang perawatan anak, memberikan dan motivasi dan peragaan tentang gizi (program UPGK), program penimbangan balita dan pemberian makanan tambahan, pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan, pemberian motivasi KB, membagikan alat – alat KB, pemberian motivasi tentang sanitasi lingkungan, kesehatan perorangan dan kebiasaan sehat secara umum, pemberian motivasi tentang penyakit menular seksual, pencegahan dan perujukan, pemberian motivasi tentang perlunya follow up pada penyakit menular dan perlunya memastikan diagnosis, penanganan dalam mencegah penyakit menular, membantu kegiatan di klinik, merujuk penderita ke puskesmas atau ke rumah sakit,
46
membina kegiatan UKS secara teratur, mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh puskesmas, membantu pencatatan dan pelaporan. Berdasarkan Meilani dkk (2009), perlu adanya srategi agar mereka dapat selalu eksis membantu masyarakat di bidang kesehatan. Beberapa upaya yang dapat dilaksanakan adalah refresing kader posyandu pada saat posyandu telah selesai dilaksanakan, oleh bidan desa maupun petugas lintas sektor yang mengikuti kegiatan posyandu, adanya paguyuban kader posyandu tiap desa dan dilaksanakan pertemuan rutin tiap bulan secara bergilir di setiap posyandu, revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa kecamatan. Di mana semua kader diundang dan diberikan penyegaran materi serta hiburan dan bisa juga diberikan rewards, pemberian rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis ke puskesmas untuk kader dan keluarganya dan juga dalam bentuk materi yang lain yang diberikan setiap tahun. Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagian besar kader berpengetahuan cukup mengenai peran dan fungsi kader di dalam posyandu maupun di luar posyandu tetapi kader kurang memahami tentang tugas – tugas kader terutama di luar posyandu seperti pemberian dan pemahaman tentang KB, pencegahan dan penanganan pada penyakit menular seksual di dalam masyarakat. Oleh karena itu sebaiknya kualitas pelayanan kader kesehatan dapat ditingkatkan dengan cara memberikan penyegaran materi mengenai kesehatan dan pertemuan rutin setiap bulannya ataupun lomba kesehatan lingkungan untuk meningkatkan
47
motivasi kader dalam melakukan peran dan fungsi maupun tugas kader di dalam posyandu maupun di masyarakat sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
D. Keterbatasan Peneliti Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memiliki beberapa kendala dan keterbatasan yaitu : 1. Kendala Penelitian Kendala dalam penelitian ini adalah peneliti membutuhkan waktu yang lama karena waktu untuk bertemu responden sulit, karena sebagian besar responden bekerja disiang hari, sehingga penelitian tidak bisa diselesaikan dalam waktu 1 hari. 2. Keterbatasan Penelitian a. Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal sehingga hasil penelitian terbatas pada tingkat pengetahuan saja. b. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup sehingga responden hanya bisa menjawab benar atau salah serta jawaban responden belum bisa untuk mengukur pengetahuan secara mendalam.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Penelitian ini mengambil judul Tingkat Pengetahuan Kader Tentang Peran dan Fungsi Kader di Kelurahan Kadipiro dengan jumlah 81 responden, sehingga tingkat pengetahuan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Tingkat Pengetahuan Kader Tentang Peran dan Fungsi Kader di Kelurahan Kadipiro kategori pengetahuan baik sebanyak 30 responden (37%). 2. Tingkat Pengetahuan Kader Tentang Peran dan Fungsi Kader di Kelurahan Kadipiro kategori pengetahuan cukup sebanyak 36 reponden (44%). 3. Tingkat Pengetahuan Kader Tentang Peran dan Fungsi Kader di Kelurahan Kadipiro kategori pengetahuan kurang sebanyak 15 responden (19%).
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian mengenai Tingkat Pengetahuan Kader Tentang Peran dan Fungsi Kader di Kelurahan Kadipiro maka saran yang dapat peneliti sampaikan adalah:
48
49
1. Bagi Kader Diharapkan dengan adanya penelitian ini, para kader lebih aktif mencari informasi melalui media cetak, tenaga kesehatan, dan pokja IV tetapi sebaiknya ikut serta dalam menerapkan dan melaksanakan ilmu yang diperoleh terutama peran dan fungsi kader di dalam posyandu maupun di luar posyandu. 2. Bagi Institusi a. Kelurahan Kadipiro Diharapkan bagi kelurahan maupun pokja IV dapat membimbing, mengarahkan para kader dengan memberikan penyegaran materi kesehatan, pertemuan rutin, dan memotivasi kader dalam melaksanakan peran dan fungsi kader di posyandu maupun di luar posyandu. b. STIKes Kusuma Husada Surakarta Diharapkan akan lebih mengembangkan penelitian lebih lanjut mengenai peran dan fungsi kader sehingga dapat dijadikan referensi dan bahan bacaan. 3. Bagi peneliti lain Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut tentang peran dan fungsi kader dengan metode penelitian yang berbeda, variabel yang berbeda, instrumen yang berbeda, sehingga akan diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, D. 2009. Pengetahuan Kader tentang Posyandu di Posyandu Ngudi Santoso DonohudanNgemplak Boyolali Tahun 2009. Jawa Tengah : Bagian Kependidikan dan Biostatistik Falkutas Kesehatan Universitas Sebelas Maret. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Depkes RI. 2006. Buku Pegangan Kader dan Toma.Jakarta : Depkes RI ––––––––––––
.2010.Buku Pedoman Desa Siaga Aktif. Jakarta : Depkes RI
–––––––––––––-.2006.Kurikulum –––––––––––––-.2006.Modul
Pelatihan Desa Siaga. Jakarta : Depkes RI
Desa Siaga. Jakarta : Depkes RI
Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hidayat,A.A.2009. MetodePenelitianKeperawatan Jakarta: Salemba Medika.
danTeknisAnalisis
Iinrosita, 2012.Macam dan Peran Kader. http://iinrosita.wordpress.com/2012/01/14/peran-kader-kesehatan/. 18 Februari 2013
Data.
diakses
Mahmud, H. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia. Meilani, N. N. Setyawati. D. Estiwidani. Sumarah. 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : 2009 Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta. –––––––––––––-–.
2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Riwidikdo, H. 2010. Statistik Kesehatan. Yokyakarta : Mitra Cendekia Press.
Tyas,I.A. 2010. Pengetahuan Kader tentang Posyandu di Purwosari Surakarta Tahun 2010. Jawa Tengah : Bagian Kependidikan dan Biostatistik Falkutas Kesehatan Universitas Sebelas Maret. WHO. 2002. Kader Kasehatan Masyarakat (The Community Health Worker). Jakarta : EGC Yulifah, R. T.J.A. Yuswanto. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas.Jakarta : Penerbit Salemba Medika.