DAYA SERAP SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH (Studi Kasus di SMA Se-Kota Gorontalo) OLEH: KARMILA, TRISNOWATY TUAHUNSE*, RESMIYATI YUNUS*
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
ABSTRAK Skripsi, dengan formulasi judul yang digunakan “Daya Serap Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah” (study kasus di SMA Se-Kota Gorontalo) Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo Tahun 2013. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah di SMA se-Kota Gorontalo. Objek penelitian ini terfokus pada empat sekolah yaitu SMA Negeri 1 Gorontalo, SMA Negeri 2 Gorontalo, SMA Negeri 3 Gorontalo, dan SMA Negeri 4 Gorontalo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah di SMA se-Kota Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang membahas tentang studi kasus dan diungkapkan secara deskriptif analitis kritis. Penelitian tentang daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah merupakan bagian integral dalam proses belajar mengajar artinya secara utuh atau seluruhnya. Di dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah di SMA se-Kota Gorontalo dapat memberi pengaruh pada prestasi siswa pada bidang studi sejarah sendiri. Proses daya serap yang dialami akan menghasilkan perubahan-perubahan pemahaman, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Adanya perubahan itu tampak dalam prestasi belajar siswa. Setiap siswa berbeda dalam tingkat prestasinya ini merupakan cerminan dari daya serap siswa. Daya serap siswa yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam diri (factor intern) maupun dari luar diri (factor ekstern) individu.
Pendahuluan Latar Belakang, Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan perubahan paradigma baru belajar dan pembelajaran di abad XXI lebih menekan pada belajar sepanjang hayat. Berbagai desain model dan metode pembelajaran di Indonesia dengan tujuan membawa kita pada kemerdekaan belajar dan berfikir kritis artinya mampu bersaing di kanca internasional. Kajian ihwal metodologi pembelajaran dalam kaitannya dengan gaya belajar siswa dan otak yang berimplikasi pada perlunya perubahan pembelajaran, dan kebijakan pemerintah terhadap peningkatan mutu pendidikan, baik proses maupun hasil pembelajaran dengan mencanangkan kebijakan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik. Kenyataan yang ada sekarang, pembelajaran sejarah jauh dari harapan untuk memungkinkan anak melihat relevansinya dengan kehidupan masa kini dan masa depan. Mulai dari jenjang SD hingga SMA, pembelajaran sejarah cenderung hanya memanfaatkan fakta sejarah sebagai materi utama. Tidak aneh bila pendidikan sejarah terasa kering, tidak menarik, dan tidak memberi kesempatan kepada anak didik untuk belajar menggali makna dari sebuah peristiwa sejarah. Harus memperhatikan permasalahan tentang peningkatan kualitas pembelajaran dan berbagai masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran maka harus merencanakan dan menemukan desain atau pembelajaran yang tepat dan efektif yang bisa memecahkan masalah-masalah tersebut. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran, baik secara eksternal maupun internal diidentifikasikan sebagai berikut. Faktor-faktor eksetrnal mencakup guru, materi, pola interaksi, media dan teknologi, situasi belajar dan sistem. Masih ada pendidik yang kurang menguasai materi dan dalam mengevaluasi siswa menuntut jawaban yang persis seperti yang ia jelaskan. Di lain pihak siswa tidak diberi peluang untuk berfikir kreatif dalam memaknai materi yang di berikan guru. Guru juga mempunyai keterbatasan dalam mengakses informasi baru yang memungkinkan ia mengetahui perkembangan
terakhir dibidangnya (state of the art) dan kemungkinan perkembangan yang lebih jauh dari yang sudah dicapai sekarang (frontier of knowledge). Sistem pembelajaran sejarah yang dikembangkan sebenarnya tidak lepas dari pengaruh budaya lokal yang telah mengakar. Model pembelajaran yang bersifat satu arah dimana guru menjadi sumber pengetahuan utama dalam kegiatan pembelajaran menjadi sangat sulit untuk dirubah. Pembelajaran sejarah saat ini mengakibatkan peran siswa sebagai pelaku sejarah pada zamannya menjadi terabaikan. Pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki oleh siswa sebelumnya atau lingkungan sosialnya tidak dijadikan bahan pelajaran di kelas, sehingga menempatkan siswa sebagai peserta pembelajaran sejarah yang pasif. Hal ini akan mengerogoti daya serap siswa dalam proses belajar mengajar sejarah. Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau berdasarkan metode dan metodologi tertentu. Suatu kenyataan bahwa pelajaran sejarah merupakan suatu polemik bagi siswa dalam proses belajar mengajar. Ini tak dapat kita elakkan lagi dan harus menjadi pekerjaan rumah kita bersama, daya serap siswa adalah bagian terpenting atau Output berhasil tidaknya proses belajar mengajar yang dilakukan. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka, penulis tertarik dengan formulasi judul “Daya Serap Siswa pada Mata Pembelajaran Sejarah” suatu penelitian di SMA Se-Kota Gorontalo. Rumusan Masalah, Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut, Bagaimana daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah di SMA se-Kota Gorontalo dan Faktor-faktor apakah yang menjadi pendukung dan penghambat daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah. Tujuan Penelitian, Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah di SMA se-Kota Gorontalo dan Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat daya serap siswa di SMA se-Kota Gorontalo. Manfaat Penelitian, Dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: Bagi sekolah diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan bagi pihak sekolah maupun
praktisi sosial kemasyarakatan untuk mengetahui dan memecahkan permasalahan yang terjadi di kalangan pelajar, Bagi siswa diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam upaya meningkatkan daya serap pada mata pelajaran sejarah, bagi peneliti, bermanfaat sebagai media untuk menerapkan teori-teori yang diperoleh selama kuliah dan untuk menambah pengalaman di bidang penelitian dan Juga dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya dalam pelaksanaan teori baik secara teknik ataupun analisis data dan bagi guru, hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai bahan masukan yang konstruktif sekaligus bahan acuan terhadap inplementasi guru dalam meningkatkan daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah. Metode Penelitian Bentuk dan Strategi Penelitian, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang membahas tentang studi kasus dan diungkapkan secara deskriptif analisis kritis. Penelitian tentang daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah merupakan bagian integral dalam proses belajar mengajar artinya secara utuh atau seluruhnya. Sumber Data, sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dilihat dari berbagai sumber informasi sebagai berikut: Informan atau nara sumber terdiri dari, guru mata pelajaran sejarah di SMA Negeri Se-kota Gorontalo dan Arsip yaitu dokumen atau data-data yang relevan dengan objek penelitian meliputi data tentang guru mengajar. Tekhnik Pengumpulan data, Sugiyono (2011:224) mengemukakan bahwa Tekhnik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui tekhnik pengumpulan data, maka penliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Di dalam penelitian ini, data dikumpulkan melalui observasi dan wawancara. Nasution (dalam Sugiyono 2011: 226)
mengungkapkan bahwa,
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui
observasi. Teknik observasi atau teknik pengamatan yang digunakan adalah pengamatan partisipatif. Pengamatan partisipatif adalah pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dengan berperan serta di dalamnya. Pengamatan ini dilakukan untuk memperoleh kondisi sesungguhnya dari daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah. sedangkan Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur, artinya bahwa peneliti dalam pelaksanaannya mengajukan pertanyaan secara bebas, pokok-pokok pertanyaan yang dirumuskan tidak perlu dipertanyakan secara berurutan dan pemilihan kata-katanya juga tidak baku tetapi dimodifikasi pada saat wawancara berdasarkan situasinya. Wawancara dilakukan guna mendapatkan informasi yang berkaitan dengan daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat menemukan data yang akurat terkait dengan kondisi siswa melalui guru pengajar mata pelajaran sejarah. Teknik Cuplikan (Sampling), sesuai dengan metodologi penelitian kualitatif maka teknik sampling (cuplikan) yang di gunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Sampling ini bersifat internal sampling, karena sama sekali tidak mewakili populasi dalam arti jumlah, melainkan mewakili informasinya. Dalam cuplikan yang bersifat internal, kelengkapan dan kedalaman data tidak perlu ditentukan oleh jumlah informasi yang bisa saja menjelaskan informasi tertentu secara lebih lengkap dan besar daripada informasi yang diperoleh dari jumlah narasumber yang lebih banyak, tetapi kurang mengetahui dan memahami informasi yang sebenaranya. Di dalam meneliti daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah di SMA se-Kota Gorontalo. Teknik cuplikan sampling maka dalam penelitian ini peneliti lebih fokus pada infoman yang terlibat atau menjadi sumber langsung. Penelitian ini di lakukan di empat sekolah yang berbeda se-kota Gorontalo, informasi dalam penelitian ini tidak melibatkan semua unsur didalam kelas namun informan yang menjadi sumber informasi dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran sejarah di SMA se-kota Gorontalo. Validitas Data, data yang telah berhasil digali di lapangan, dikumpul dan dicacat dalam kegiatan penelitian, diusahakan bukan hanya untuk kedalaman, kemantapan
dan kebenarannya. Di dalam penelitian ini digunakan triangulasi sumber atau disebut juga sebagai triangulasi data. Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dari berbagai sumber untuk pengecekan atau sebagai pembanding data. Hal ini dilaksanakan dengan cara membanding dan mengecek baik tingkat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber data yang berbeda. Cara ini mengarahkan peneliti agar di dalam pengumpulan data, ia wajib menggunakan beragam sumber yang berbeda tersedia. Artinya, data yang sama atau sejenis, akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. Fokus penelitian ini adalah daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah di SMA se-kota Gorontalo demi, menggali kebenaran dalam penelitian ini maka yang menjadi objek penelitian adalah SMA Negeri 1 Gorontalo, SMA Negeri 2 Gorontalo, SMA Negeri 3 Gorontalo dan SMA Negeri 4 Gorontalo. Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber yang satu, bisa lebih teruji kebenarannya bila dibandingkan dengan data sejenis yang dipeoleh dari sumber lain yang berbeda, baik kelompok sumber sejenis atau sumber yang berbeda jenisnya. a. Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dari berbagai sumber untuk pengecekan atau sebagai pembanding data. Selain itu teknik triangulasi juga merupakan cara yang paling umum yang digunakan penelitian kualitatif guna mewujudkan validitas data. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan triangulasi metode. b. Triangulasi data (sumber) adalah teknik triangulasi yang dilaksanakan dengan cara membandingkan dan mengecek balik tingkat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber data yang berbeda. c. Triangulasi metode adalah menggali data yang berbeda. Data teknik pengumpulan data tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat ditarik simpulan data yang lebih kuat validitasnya. Tekhnik Analisi Data, analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, dan catatan lapangan. Dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, data setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai setelah di analisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, di peroleh data yang kredibel. Miles dan Haberman (dalam Sugiyono 2011: 246), mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data, yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verivikasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif, teknik ini menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono 2011: 246), diterapkan melalui tiga alur yaitu : Reduksi data, reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus menerus sejalan dengan pelaksanaan penelitian berlangsung. Tentu saja proses reduksi ini tidak harus menunggu hingga data terkumpul banyak, konsep ini berbeda dengan model kuantitatif yang mengharuskan peneliti menunggu data terkumpul semuanya dahulu baru melakukan analisis, namun dapat dilakukan sejak data masih sedikit sehingga selain meringankan kerja peneliti, juga dapat memudahkan peneliti dalam melakukan kategorisasi data yang telah ada, jika hal tersebut telah dilakukan, data akan secara mudah dimasukkan dalam kelompokkelompok yang telah dibuat peneliti. Peneliti dalam hal ini memfokuskan pada daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah se-kota Gorontalo dan faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah.
Penyajian data, penyajian data adalah sekumpulan informasi dan pengambilan tindakan. Sehingga mencermati penyajian data ini, peneliti akan lebih mudah memahami apa yang sedang terjadi dan yang harus dilakukan. Artinya apakah peneliti meneruskan analisisnya atau mencoba untuk mengambil sebuah tindakan dengan memperdalam temuan tersebut. Kegiatan reduksi data dan proses penyajian data adalah aktifitas-aktifitas yang terkait langsung dengan proses analaisis dan model interaktif. Dengan begitu, kedua proses inipun berlangsung dengan proses penelitian berlangsung dan belum berakhir sebelum laporan hasil akhir penelitian disusun sehingga jangan terburu-buru untuk menghentingkan kegiatan penyajian data ini sebelum yakin bahwa semua yang seharusnya diteliti telah dipaparkan atau disajikan. Verification/Penarikan kesimpulan, tahap terakhir pengumpulan data adalah verivikasi dan penarikan kesimpulan, yang dimaknai sebagai penarikan arti data yang telah ditampilkan. Pemberian makna ini tentu saja sejauh pemahaman peneliti dan interpretasi yang dibuatnya. Beberapa cara yang dapt dilakukan dalam proses ini adalah dengan melakukan pencatatan untuk pola-pola dan tema yang sama, pengelompokan, dan pencarian kasus-kasus negative ( kasus khas, berbeda, mungkin pula menyimpang dari kebiasaan dari masyarakat. Ketiga kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis. Ketiga kegiatan ini dalam penelitian daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah terdapat berbagai indikator baik pedukung maupun penghambat dan bagaimana daya serap siswa sekota Gorontalo pada mata pelajaran sejarah. Pada tahap ini mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga output pada proses belajar mengajar. Hasil Penelitian Proses Pembelajaran SMA Se-Kota Gorontalo, Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Wirdawaty Hasan S.Pd dan Ibu Yulia Mustapa S.Pd pada (senin 13 Mei 2013) bahwa Kemampuan guru dalam mengoptimalkan daya serap siswa terdapat perbedaan antara kelas IPS dan kelas IPA. Namun rata-rata Siswa SMA
Negeri 1 Gorontalo lebih suka dengan model pembelajaran diskusi dan tanya jawab pada mata pelajaran sejarah. Artinya bahwa masih banyak siswa SMA Negeri 1 Gorontalo yang memiliki kemauan untuk belajar sejarah. Pemahaman siswa terhadap mata pelajaran sejarah korelasi dengan kemampuan guru dalam menjelaskan dengan menggunakan contoh-contoh yang kontentekstual misalnya kondisi politik di kota Gorontalo. Kreatifitas guru dalam meningkatkan daya serap siswa dapat di sesuaikan dengan kondisi siswa pada saat berlangsungnya proses belejar mengajar. Hal ini lakukan karena dalam menjelaskan mata pelajaran sejarah yang memiliki cakupan cukup luas. Sehingga terkadang tidak di sesuaikan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Sumber hasil wawancara dengan Ibu Yulia Mustapa S.Pd pada (senin 13 Mei 2013). Model pembelajaran disesuaikan dengan materi yang di sampaikan. Artinya setiap kali pertemuan tentunya ada perbedaan materi sehingga model pada setiap pertemuan juga berubah-ubah. Hal ini dapat meminimalisir sikap bosan siswa dalam menerima materi. Model yang sering digunakan adalam diskusi dan tanya jawab dan tidak monoton pada salah satu model saja misalnya ceramah. Pengelolaan kelas menurut Ibu Wirdawaty Hasan S.Pd pada (senin 13 Mei 2013), dapat dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Sederhananya adalah mempersiapkan siswa sebelum memulai pelajaran dengan prosedur yang di tetapkan secara umum. Selanjutnya prilaku siswa dalam suatu ruangan tentu sangatlah berbeda. Kalau misalnya dikelas terdapat 20 siswa maka yang juga terdapat 20 karakter yang berbeda. Nah sehingga kemampuan guru dalam hal mengatasi perbedaan ini menjadi satu prinsip. Berdasarkan hasil waawancara dengan Ibu Habiba L. Hulopi S.Pd pada (senin, 06 Mei 2013) selaku guru sejarah di SMA Negeri 2 mengatakan bahwa kemampuan guru dalam meningkatkan daya serap siswa ditentukan oleh hasil belajar siswa, jika hasil belajar siswa tinggi maka kemampuan guru juga meningkat. Jika hasil belajar siswa rendah maka kemampuan guru juga rendah.
Oleh karena itu kemampuan guru berkorelasi positif dengan hasil belajar siswa. Dalam upaya peningkatan daya serap siswa sebab subtansi guru dalam pembelajaran adalah membelajarkan siswa dalam peningkatan daya serap siswa dalam pembelajaran. Pemahaman siswa terhadap pembelajaran sejarah yaitu ditentukan oleh kualitas guru dalam pengajaran jika kualitas pengajaran guru tinggi maka tentunya pemahaman siswa meningkat, begitu pun sebaliknya. Kualitas pengajaran tinggi apabila dalam pembelajaran terjadi interaksi antara siswa dengan siswa lainnya dan berinteraksi dengan sumber belajar serta, didukung oleh hasil belajar siswa yang besar. Kreatifitas guru delam meningkatkan daya serap siswa yaitu menciptakan pembelajaran efektif dan menyenangkan dengan cara: (1) Memusatkan perhatian dan konsentrasi siswa dalam pembelajaran (2) Mendengarkan pembelajaran siswa dalam pembelajaran (3) Mengajukan pertanyaan kepada siswa agar tetap fokus pada pembelajaran (3) Menunjukkan semangat guru dalam mengajar (4) Pemberian materi yang efektif dan menyenangkan (5) Melakukan pendekatan secara persuasif terhadap siswa yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata. Model pembelajaran yang di gunakan guru adalah model pembelajaran kontekstual dibarengi dengan diskusi dengan harapan ada muatan informasi terbaru dari siswa kemudian tanya jawab sebagai pembelajaran sejarah yang kaku tidak kontekstual dan terlihat membosankan bagi siswa karena sejarah dalam presepsi siswa hanya mempelajari peristiwa masa lampau yang tidak sesuai dengan trend masa kini. Pengeloaan kelas dalam memujudkan daya serap siswa terjadi apa bila dalam pembelajaran dapat membelajarkan siswa sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru. Adapun langkah-langkah pembelajaran yang harus ditempuh guru dalam meningkatkan daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah sebagai berikut: Menguasai materi / bahan ajar, Mampu berkomunikasi dengan siswa, Kemampuan guru dalam menyajikan materi dan Kemampuan guru dalam
menyusun perangkat perangkat pembelajaran yang berkualitas terdiri dari persiapan, penyajian, perbandingan, penyampaian dan penerapan. Strategi pembelajaran yang sering di gunakan dalam upaya meningkatkan daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah yaitu: memberikan metode pembelajaran kontekstual, menyiapkan alat atau media pembelajaran berupa audio visual yang berkorelasi dengan materi yang diajarkan, mempersingkat waktu penyajian materi pembelajaran dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengekplorasi pengetahuan yang dimiliki. Prilaku siswa dalam proses belajar siswa antusias mengikuti pelajaran sejarah karena metode dan penyajian materi dilakukan secara kontekstual dan menyenangkan. Prilaku siswa yang beragam mengharuskan untuk melibatkan siswa dalam belajar sehingga merasa bertanggung jawab. Sesuai hasil wawancara dengan Ibu Habiba L. Hulopi S.Pd pada (senin, 06 Mei 2013) menguraikan faktor pendukung dan penghambat daya serap sebagai berikut: Faktor-faktor pendukung daya serap siswa dalam belajar yaitu: tersedianya sumber belajar yang relevan, tersedianya media pembelajaran, termotifasinya siswa dalam belajar, menciptakan suasana kelas yang efektif dan menyenangkan. Sedangkan Faktor-faktor penghambat daya serap siswa dalam belajar yaitu: tidak tersedianya sumber belajar yang relevan, Kurangnya media dalam pembelajaran, Ketidaksesuaiannya metode dengan materi yang diajarkan dan Semangat siswa yang menurun dengan kondisi waktu yang tidak memadai. Perbedaan daya serap siswa ketika menggunkan media pembantu dengan tidak menggunakan media pembantu hal ini dapat ditunjukkan pada hasil belajar siswa. Di dalam mempertahankan daya serap siswa dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara, siswa tidak hanya belajar di dalam ruangan kelas tetapi juga banyak malakukan belajar tambahan di rumah. Hal ini sering di lakukan apa bila siswa merasa bertanggung jawab pada apa yang menjadi pesan dari guru di sekolah. Pesan itu berupa tugas dan lain-lain. Berdasarkan hasil wawancara (Senin, 13 Mei 2013) dengan Ibu Siti Z. Afriani Arif selaku guru sejarah di SMA Negeri 3 Gorontalo mengatakan bahwa
Kemampuan guru dalam meningkatkan daya serap siswa guru harus memiliki wawasan, kemampuan akademik, trik dan teknik. Fenomena yang sering terjadi pada siswa adalah situasi yang membosankan. Menguasai materi dan suasana kelas. Sejarah seharusnya tidak monoton pada cerita, malainkan menunjukkan berbagai bukti kejadian misalnya, gambar dan benda-benda yang berhubungan dengan sekeliling kita. Pada tahap ini guru seharusnya tidak terlalu monoton pada bahasa baku dengan harapan siswa dapat memahami apa yang dijelaskan oleh guru. Karena kalau guru selalu menggunakan bahasa baku maka siswa sulit memhami apa yang di sampaikan oleh guru sehingga proses tranfer ilmu tersedat pada kurangnya pemahaman siswa pada makna apa yang sebenarnya di sampaikan oleh guru tersebut. Tergantung pada kompetensi dasar. Pemahaman sering terjadi secara bertahap, pemahaman juga terjadi pada siswa yang memiliki minat belajar sejarah. Sering terjadi tekanan bagi siswa dalam belajar namun hal ini juga dapat memicu daya serap siswa walaupun secara psokologis tidak baik untuk siswa. Memotifasi siswa dalam belajar sangat penting karena ketika siswa menyadari dirinya membutuhkan pengetahuan yang lebih maka selain dengan guru siswa juga mampu belajar sendiri (otodidak). Kreatifitas guru dalam meningkatkan daya serap siswa, berdasarkan karakter siswa di kelas. Sering dilakukan dengan berbagai macam cara, mulai dari media pembelajaran harus menarik dan lengkap, contohnya Power Point harus dibuat seunik mungkin sesuai dengan materi apa yang di sampaikan, ini terbukti ketika media Power Point di secara sederhana maka fenomena yang sering terjadi adalah akan memicu rasa bosan dan malas pada siswa. Biasanya di SMA 3 saya berikan tugas misalnya dalam bentuk Cart, power point kemudian mereka menjelaskan sendiri di setiap kelompok selanjutnya akan terjadi tanya jawab antar kelompok. Model pembelajaran yang sering di gunakan di SMA menurut Ibu Siti Z. Afriani Arif sesuai dengan hasil wawancara pada Senin, 13 Mei 2013 adalah Picture to picture yang akan memberikan pemahaman khusus terhadap materi-
materi tertentu misalnya bagaimana bentuk manusia purba, contoh lain tradisi lisan misalnya hunungo atau tradisi lisan. Nah akan dimengerti siswa ketika guru langsung memberikan contoh konkrit. Model pembelajaran dengan menggunakan gambar atau film, lalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk jajak pendapat kemudian guru mengarahkan siswa. Tetapi pada esensinya bagaimana model pembelajan ini membuat siswa merasa penasaran untuk bertanya-tanya, misalnya ibu benar pantai selatan itu ada.? atau ibu Apa bedanya antara mitos Jawa dengan Gorontalo? Sebelum memulai pelajaran tentunya pengelolaan kelas terlenih dahulu, contoh ada siswa yang tidak menggunakan sepatu dikelas, ini sisa-sisa manusia yang ada di SMA 3, kemudian siswa juga sering mengantuk bisa kita menberikan seperti ini manusia nomaden yang kelebihan makan singkong. Hal ini sebenarnya dengan tujuan agar siswa merasa refres sebelum belajar. Memancing keadan kelas dan semangat belajar sebelum merangkai materi pelajaran sejarah. Memahami kelas tentu terjadi perbedaan misalnya kelas XII dengan pandangan bahwa sejarah bukanlah mata pelajaran ujian Nasional melainkan mata pelajaran UAS, dan berfikir bahwa akan diberikan nilai terbaik oleh guru dengan pendekatan dll.
Strategi pembelajaran simpel yaitu belajar sambil bermain
misalnya dengan menggunakan tongkat berjalan. Strategi pembelajaran biasa berbeda misalnya di jam terakhir dengan menggunakan strategi. Mimik dalam menyampaikan juga menjadi strategi untuk meyakinkan siswa dalam memahami pelajaran sejarah. Selnjutnya berdasarkan wawancara dengan Ibu Siti Z. Afriani Arif S.Pd dan Bapak Hasrun Awumbas S.Pd pada (Senin, 13 Mei 2013) menjelaskan terkait dengan prilaku siswa tentunya akan berbeda misalnya 20 bibimbingan belajar siswa maka akan terdapat 20 macam karakter juga. Kemampuan guru dalam mengarahkan 20 macam karakter tadi manjadi 1 karakter. Kadang-kadang saat serius diskusi, ada seorang siswa memancing untuk keluar dari pembahasan pada materi tersebut maka semua siswa yang ada di kelas juga akan mengikutinya.
Dalam menghadapi masalah seperti ini guru harus mampu memahami karakter siswa dengan positif kemudian mengarahkan ke proses belajar. Misalnya siswa akan bertanya Nabi Adam dengan Meganthoropus siapa yang paling tua? dengan jawaban spontan guru akan menjawab yang pasti dalam sejarah belum pernah menjelaskan Adamthoropus suasana kelas akan berbeda seketika. Faktor pendukung belajar misalnya fasilitas ada tetapi tidak bisa dijangkau sehingga akan memicu faktor penghamabat dalam penjelasan misalnya kurangnya bikti fisik seperti monumen, prasasti, cagar budaya. Konteks Gorontalo misalnya peninggalan Belanda seperti kantor pos, hotel
Hal lain dalam menjelaskan
kerajaan Gorontalo misalnya hanya bisa diceritakan tetapi dalam bentuk bukti fisiknya tidak ada seperti kraton atau bahkan tiangnya saja sebagai bukti otentik dalam menunjukkan keraton yang dimaksud, dalam membuktikan bahwa Gorontalo terdapat 4 kerajaan. Tidak seperti seperti daerah lain di Indonesia Ternate, Makassar dan Jawa pada umumnya. Daya dukung pemerintah juga kurang dalam hal melestarikan peninggalan sejarah, sehingga sejarah gorontalo dianggap seperti mitos secara turun temurun. Keberadaan guru sejarah harus mampu mengembalikan sejarah pada titah yang sebenarnya. Artinya animo siswa sekarang seakan memudar ketikan mendengar mata pelajaran sejarah. Padahal proklamator kita telah memberikan pesan “ jangan sekali-kali melupakan sejarah” sejarah akan menjadi guru besar kehidupan bila tidak dilupakannya. Ini menjadi tugas guru dalam mengembalikan eksistensi sejarah dalam kehidupan generasi muda. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Hastina Lasido satu-satunya guru sejarah di SMA Negeri 4 gorontalo pada (Rabu, 15 Mei 2013) mengatakan bahwa Kamampuan guru meningkatkan daya serap siswa. Kemamuan dalam mengelola kelas, menguasai materi dan menciptakan suasanan belajar yang menyenangkan. Berdasarkan pemberian materi secara berulang-ulang sehingga guru dapat mengukur kemampuan siswa dalam meningkatkan daya serap siswa. Prestasi siswa menjadi menjadi barometer kemampuan guru, prestasi siswa
merupakan iplementasi dari kemampuan guru dalam memberikan materi sesuai standar ketuntasan. Pemahaman siswa dalam kelas tentu berbeda antara satu dengan yang lainnya. Ada siswa yang memahami materi secara sepenuhnya dan ada juga yang memahami tidak materi yang diajarkan secarah utuh. Perbedaan kemampuan dalam menangkap apa di ajarkan oleh guru, sehingga terkadang guru harus memberikan kesempatan kepada untuk bertanya apa tidak dimengerti atau guru bertanya kepada siswa (evaluasi langsung). Menurut Ibu Hastina Lasido selaku guru sejarah di SMA Negeri 4 Gorontalo pada (rabu, 15 Mei 2013) Mengatakan bahwa Kreatifitas guru yaitu diukur dengan memberikan tugas kepada siswa, memberikan evaluasi, maka dari situlah guru dapat mengukur daya serap siswa sampai dimana siswa untuk memahami pelajaran yang sudah diberikan oleh guru. Model pembelajaran tidak tergantung dari RPP, guru melihat dari siswa apa mereka dapat memahami materi yang guru berikan dengan model-model pembelajaran yang guru gunakan sehingga guru dapat menggunakan model pembelajaran apa saja yang penting model pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat meningkatkan daya serap siswa. Pengelolaan kelas adalah suatu tuntutan bagi guru dalam proses belajar mengajar. Pengelolaan kelas menjadi penting karena kelas dalam kondisi yang tidak memungkinkan dalam menjalankan pembelajaran maka hasilnya juga tidak maksimal. Sebelum memulai pelajaran di kelas hingga selesai harus tertata dengan baik, mulai dari pengaturan ruangan, perhatian siswa kepada materi dan lingkungan kelas juga harus mendukung. Pengelolaan kelas bertujuan agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Strategi pembelajaran, bermacam-macam sebelum guru menjelaskan materi yang akan dibawakan hari ini, guru menanyakan sedikit kepada siswa sampai dimana materi yang minggu lalu, setelah itu guru membentuk suatu strategi pembelajaran yang bisa di gunakan oleh siswa sehingga dapat meningkatkan daya serap siswa.
Prilaku siswa, itu bermacam-macam misalnya guru berada di dalam kelas sementara dalam proses kegiatan belajar mengajar ada siswa yang bisa memahami materi yang guru itu berikan dan ada juga siswa yang tidak memahami materi yang guru berikan. Model pembelajaran yang sering di gunakan dalam upaya peningkatan daya serap siswa adalah model jigsaw yaitu membagi kelompok terdiri dari kelompok awal dan kelompok akhir. Faktor-faktor yang menjadi penghamabat dan pendukung adalah penyediaan media belajar misalnya LCD, Layar dan Power Poin objek atau situssitus bersejarah lainnya. Kemampuan guru dalam mengoperasikan media juga menjadi penghambat dalam memberikan daya serap siswa secara maksimal, Daya jangkau
situs
sejarah
sebagai
bukti
otentik
dalam
meyakinkan
dan
memperkenalkan siswa terhadap sejarah-sejarah nasional. Faktor pendukung daya serap siswa di lakukan baik secara kelompok maupun individual melalui pembelajaran di luar sekolah seperti mengerjakan tugas dengan memanfatkan media online, media elektronik dengan informasi terkait. Teknik yang sering di gunakan guru dalam mempertahankan daya serap siswa dengan berbagai cara seperti pemberian tugas, pemberian kuis-kuis, soal latihan dan ulangan harian.
Pembahasan Daya Serap Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di SMA Se-Kota Gorontalo, Daya serap siswa merupakan hasil dari suatu proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sesuai dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan presepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa “suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila Tujuan Instruksional Khusus (TIK)nya dapat tercapai”.
Indikator yang banyak dipakai sebagai tolok ukur keberhasilan daya serap dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar yang dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian adalah sebagai berikut: Tes Formatif, Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu,
Tes Subsumatif, Tes ini meliputi sejumlah bahan
pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Hasil tes sub sumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai raport dan Tes Sumatif, Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran mutu sekolah (Djamarah dan Aswan Zain 2006 : 106-107) Tes merupakan pengujian terhadap setiap manusia dalam menentukan sejauh mana kemampuannya. SMA Negeri Se-Kota Gorontalo juga sama seperti sekolah-sekolah lain pada umumnya. Tes merupakan hal wajib dalam proses pembelajaran yang dilaksanan sesuai dengan ketentuan yang belaku. Bagi guru dalam tes harus dalam posisi yang objektif mungkin dalam hal ini pemahaman terhadap mata pelajaran sejarah baik pada terori hingga pada iplementasinya. Meningkatkan Daya Serap Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah,
pada
saat
seorang guru melihat perilaku anak didik seperti itu maka perlu diambil langkahlangkah yang dapat meningkatkan daya serap belajar siswa. Ada lima langkah yang harus dikerjakan oleh seorang guru untuk meningkatkan daya serap siswa, yaitu: 1) Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar; 2) Menjelaskan secara konkret kepada anak didik apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran; 3) Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai anak didik sehingga dapat merangsangnya untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik
di kemudian hari; 4) Membentuk kebiasaan yang baik dalam belajar; 5)Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok. Penilaian Daya Serap Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah, menurut Mardapi (dalam Aman 2011 : 74) secara umum, penilaian merupakan proses mengumpulkan informasi untuk mengetahui pencapaian belajar peserta didik. Dengan demikian penilaian merupakan seranngkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sitematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakana dalam pengambilan keputusan. Selanjutnya pengambilan keputusan harus dilakukan secara objektif sehingga dapat mendeteksi kemampuan secara mendalam terkait dengan daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah. Evalusi penghasilan program pembelajaran sejarah tidak cukup hanya berdasarkan hasil belajar siswa yang terbatas pada aspek akademis saja, melainkan juga menjangkau penilaian hasil belajar terhadap kesadaran sejarah dan nasionalisme. Evaluasi program pembelajaran sejarah yang didasarkan pada penilaian hasil belajar berupa kecakapan akademik saja, merupakan kelemahan evaluasi program pembelajaran sejarah selama ini. Oleh karena itu untuk lebih mengoptimalkan evaluasi program pembelajaran sejarah di SMA perlu dilakukan secara lebih komprehensif yang tidak hanya terfokus pada aspek output pembelajaran semata, melainkan juga menyentuh ranah proses pemebelajaran sejarah. Daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah seakan hanya terfokus pada kecakapan akademik saja. Menurut Aman (2011 : 77) menjelaskan bahwa hasil belajar mata pelajaran sejarah mencakup kecakapan akademik, kesadaran sejarah, dan nasionalisme. Kecakapan akademik menyangkut ranah kognitif yang mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembengkan dalam pembelajaran yang bersumber dari kurikulum yang berlaku. Penilaian kesadaran sejarah meliputi kemampuan : 1) menghayati makna dan hakikat sejarah bagi masa kini dan masa yang akan datang; 2) mengenali diri sendiri dan bangsanya; 3) membudayakan sejarah bagi budaya bangsa; dan 4) menjaga
peninggalan sejarah bangsa. Sedangkan aspek nasionalisme menyangkut : 1) perasaan bangsa siswa sebagai bangsa Indonesia; 2) rasa cinta tanah air dan bangsa; 3) rela berkorban demi bangsa; 4) menerima kemajemukan; 5) bangga pada budaya yang beraneka ragam; 6) menghargai jasa para pahlawan; dan 7) mengutamakan kepentingan umum. secara umum dapat dikatakan bahwa daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah hanya mengacu pada kecakapan akademik tuntutan terhadap nilai sebenarnya harus mengacu pada penjelasan diatas. Kondisi siswa dilingkungan masyarakat terasa meresahkan bukan karena kurangnya pengetahuan namun terlebih pada pengaplikasian pengtahuan yang tidak tahu bagaimana seharusnya menghargai antara sesama tanpa memiliki kesadaran sejarah dan nasionalisme. Mencapai daya serap yang maksimal merupakan harapan besar bagi setiap guru. Di SMA Negeri 1 dengan jumlah tenaga pengajar memadai sehingga dapat menopang daya serap siswa selain itu, kemauan siswa untuk belajar sejarah juga sangat besar, alat dan media pendukung juga tersedia. Hal ini terlihat pada hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah, yang menunjukkan rata-rata siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penutup Kesimpulan, Berdarkan hasil penelitian yang telah dibahan pada bab sebelumnya, maka dapat kesimpulan bahwa, daya Serap siswa pada mata pelajaran sejarah akan mempengaruhi prestasi belajar siswa pada bidang studi tersebut. Proses daya serap siswa yang dialami akan menghasilkan perubahan-perubahan pemahaman, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Adanya perubahan itu tampak dalam prestasi belajar siswa. Setiap siswa berbeda dalam tingkat prestasinya. Ada yang berprestasi tinggi, ada pula yang rendah. Daya serap siswa yang dicapai seorang inidividu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam diri (factor intern) maupun dari luar diri (fator ekstern) individu. SMA se-Kota Gorontalo dalam hal daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah sangat efektif dan efisien dalam mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sebagai mana siswa pada umumnya siswa SMA se-Kota Gorontalo juga
masih ada yang beragapan bahwa mata pelajaran sejarah adalah salah satu pelajaran yang membosankan. Kurangnya kesadaran sejarah akibat dari tenaga pangajar yang minim hal ini terjadi di SMA Negeri 3 Gorontalo. Hal lain dapat di lihat pada kemampuan guru dalam proses pembelajaran sejarah. Saran, Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, beberapa saran yang perlu dipertimbangkan oleh siswa, guru, sekolah dan pemerintah dalam hal daya serap siswa pada mata pembelajaran sejarah: 1. Peran orang tua dalam mengontor anaknya sehingga dapat mengoptimalkan pelajaran dari sekolah dengan mengulas kembali pelajaran di sekolah. Hal di maksudkan untuk meningkatkan daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah. 2. Guru harus mampu mengembalikan pembelajaran sejarah kepada titahnya yang sebenarnya. Sebab berbagai anggapan akhir-akhir ini baik lahir dari siswa maupun masyarakat umum bahwa sejarah merupakan salah satu pelajaran yang membosankan. Sebaiknya guru lebih variatif dalam menggunakan media pembelajaran, bisa dengan menggunakan Powerpoint berbantu proyektor LCD, transparansi dengan OHP, ataupun dengan media lain agar proses pembelajaran lebih efektif. 3. Bagi siswa perlu meningkatkan keaktifannya dalam mengikuti pelajaran setelah mengetahui bahwa faktor keaktifan siswa menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap daya serap belajar, selain itu siswa juga tidak hanya kecakapan akademik tetapi juga memiliki kesadaran sejarah dan nasionalisme hal ini dapat mendukung daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah. 4. Pihak pemerintah dan sekolah dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan wisata sejarah. Hal ini di maksudkan agar teori sebanding dengan praktek. Misalnya mengunjungi situs-situs sejarah lokal, regional maupun Nasional.