HEDONISME DAN DAMPAKNYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH (Suatu Penelitian di SMA Negeri I Gorontalo)1 Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo. ABSTRAK Erna Marhaba, 231410031, Hedonisme Dan Dampaknya Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah (Suatu Penelitian di SMA Negeri 1 Gorontalo). Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian ini bermaksud untuk dapat mengungkapkan permasalah tentang hedonisme dan dampaknya terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Gorontalo. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh gaya hidup hedonisme terhadap hasil belajar siswa di SMA Negeri 1 Gorontalo. Penulis menetapkan populasi yaitu siswa kelas X dan kelas XI di sekolah SMA Negeri 1 Gorontalo yang berjumlah 70 siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan bentuk regresi korelasi, instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket untuk variabel Hedonisme dan tes hasil belajar siswa dalam bentuk soal objektif untuk variabel hasil belajar siswa. Data-data yang diperoleh selanjutnya diolah namun sebelum data diolah, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dan koefisien korelasi. Sesuai dengan hasil analisis dan pembahasannya, hipotesis yang berbunyi “terdapat pengaruh Hedonisme Dan Dampaknya Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di SMA Negeri 1 Gorontalo”. Dinyatakan diterima dan teruji kebenarannya. Hal ini dibuktikan melalui perhitungan dimana diperolah harga thitung = 6,32 . sedangkan dari daftar tersebut diperoleh tdaftar = 2,65 sehingga thitung lebih besar dari tdaftrar atau harga thitung telah berada diluar daerah penerimaan Ho, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Hi diterima. Kata Kunci : Hedonisme, Hasil Belajar, Mata Pelajaran Sejarah
1
ERNA MARHABA, 231410031, JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH, FAKULTAS ILMU SOSIAL, RESMIYATI YUNUS, DARWIN UNE.
1
Globalisasi merupakan proses perkembangan peradaban yang pergerakannya meliputi tiga dimensi kehidupan umat manusia, yaitu ekonomi, politik, dan kebudayaan. Di dunia zaman sekarang globalisasi telah menggeser sedikit-demi sedikit moral dan etika masyarakat Indonesia. Moral yang telah di bangun dan dibentuk dengan susah payah selama ini, telah terkikis oleh arus globalisasi yang dengan gencarnya mempengaruhi pemikiran dan paradigma setiap insan manusia Indonesia. Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki terhadap berbagai hal, baik nilai-nilai yang berkaitan dengan aspek- aspek kejiwaan, dan psikologi. Aspekaspek kewijiwaan ini menjadi penting artinya, apabila disadari, tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran. Era globalisasi dapat berpengaruh terhadap nilai nilai budaya ataupun pola pemikiran remaja-remaja Indonesia. Era globalisasi tersebut mau, suka atau tidak suka , telah datang dan menggeser nilai-nilai yang telah ada. Nilai tersebut dapat bersifat positif maupun yang besifat negatif. Perubahan dunia yang berlangsung sangat cepat ini mengakibatkan perubahan pola pemikiran remaja-remaja di dunia, terutama remaja Indonesia (secara khusus siswa-siswa SMA), baik itu yang menyangkut perubahan perilaku, sikap, maupun pengalaman mereka. Perubahan ini akan dijadikan sebagai pegangan untuk bagaimana mereka berusaha mencari jati diri serta eksistensinya dalam berbuat sesuatu. Timbul berbagai macam sikap yang akan berdampak negatif ataupun berdampak positif. Disinyalir hedonisme telah erat melekat dalam hidup kita. Kelekatan itu berupa seringnya kita terjebak dalam pola hidup hedonisme. Pola hidup seperti ini mudah kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. Dimana orientasi hidup selalu diarahkan pada kenikmatan, kesenangan atau menghindari perasaan-perasaan tidak enak. 2
Manusiawi memang manusia hidup untuk mencari kesenangan, karena sifat dasar manusia adalah ingin selalu bermain (homo ludens = makhluk bermain) dan bermain adalah hal hakiki yang senantiasa dilakukan untuk memperoleh kesenangan. Akan tetapi bukan berarti kita bisa dengan bebas dan brutal mendapatkan kesenangan, hingga menghalalkan berbagai cara demi memperoleh kesenangan. Sikap menghalalkan segala cara untuk memperoleh kesenangan telah banyak menghinggapi pola hidup para remaja saat ini. Sebagai contohnya, remaja yang suka ML ( making love-bercinta ) atas dasar senang-senang saja. Ternyata luar biasa infiltrasi budaya liberal sehingga berhasil mencengkram norma-norma kesusilaan manusia. Tidak salah lagi ini suatu propaganda yang sukses mengakar dalam jiwajiwa pemuja hedonisme. Namun ironisnya, mereka para pemuja kesenangan dunia semata, tak menyadari bahwa hal yang dilakukannya adalah perilaku hedon. Hedonisme adalah pandangan hidup yang mengangap bahwa kenikmatan dan kesenangan merupakan tujuan hidup. Para penganut paham ini beranggapan bahwa hidup hanya sekali, sehigga mereka ingin menikmati hidup senikmat-nikmatnya dan sebebas-bebasnya. Gaya hedonisme ini sudah banyak di anut oleh para remaja, baik remaja yang ada diperkotaan maupun diperkampungan, gaya hidup hedonisme sangat memprihatinkan karena remaja banyak yang mulai terperangkap kedunia hedonisme. Para remaja khusunya para siswa siswi berlomba-lomba untuk mencapai kenikmatan, kemewahan, dan kesenangan dibandingkan dengan mengejar prestasi. Bagi remaja gaya hidup hedonisme merupakan hal utama yang harus dipenuhi, mereka sangat senang mengikuti perkembangan tren yang ada, salah satu contoh gaya hidup remaja yang mengikuti tren yakni dengan mengikuti model pakaian. Masalah berpakaian para remaja masa kini selalu dikaitkan dengan perkembangan zaman karena, sebagian besar remaja Indonesia khususnya, dalam berpakaian selalu mengkuti mode yang berlaku. Bahkan di stasiun-stasiun tv banyak ditampilkan contoh gaya hidup dalam berpakaian para remaja yang mengikuti mode tren sekarang otomatis bukan hanya remaja metropolitan saja yang mengikuti mode tersebut, tetapi juga orang-orang yang berada dalam perkampungan atau pedalaman. selain perkembangan zaman, 3
kecangihan teknologi yang semakin meluas baik itu di perkotaan ataupun perkampungan juga ikut mempengaruhi para pelajar untuk masuk kedunia hedonisme. Seperti kita lihat bukan hanya dikota besar saja gaya hidup hedonisme menjamaur tetapi mencapai seluruh pelosok kota ataupun desa. Contoh yang kita hadapi saat ini misalnya, segala media informasi dari berbagai penjuru berusaha terus menginvasi diri kita melalui life style. Gaya hidup yang terus disajikan bagaikan fast food melalui media televisi. Gambaran yang ada seperti mimpi tentang kehidupan orang miskin yang tiba-tiba kaya layaknya dalam telenovela. Sinetron cinta yang terus mengguyur dan memprovokasi kita untuk merealisasikan cinta lewat bercinta membuat kita gila dan terbuai kehidupan duniawi. Cerita sinetron yang kian jauh dari realita ternyata telah menyihir para pemirsa. Dengan setengah sadar para penikmat sinema telah tergiring untuk meniru dan menjadikannya paradigma baru dalam menikmati hidup di masa muda. Banyak siswa SMA yang secara tidak sadar telah terperangkap dalam jurang hedonisme yang sangat dalam misalnya siswa SMA Negeri 1 Gorontalo. Semakin hari gaya hidup hedonisme semakin menjadi-jadi. Hal ini disebabkan oleh semakin majunya sistem teknologi dan komunikasi yang mengakibatkan perubahan sosial semakin menggubrak. Penelitian ini menggunakan metode peneitian kuantitatif guna menemukan apakah ada dampak gaya hidup hedonisme dikalangan remaja terhadap hasil belajarnya seseorang anak. Adapun Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survey yaitu pengumpulan data secara langsung dilapangan dengan pendekataan kuantitatif. Adapun penelitian ini mengambil sampel dari populasi dan sebagai alat pengumpul data pokok yang digunakan adalah kuesioner (angket). Untuk memperoleh hasil penelitian tentang hubungan antara variable bebas (X) dengan variable terikat (Y) maka perlu dibuat desain penelitian. Adapun desain penelitian menurut Sugiono, (2011: 66) adalah sebagai berikut: X
Y
4
Ket
: X = Hedonisme Y = Hasil Belajar Siswa Sesuai dengan variabel penelitian yang telah disebutkan di atas, ada
dua
sumber data yang akan dijaring untuk keperluan penelitian ini. Kedua data tersebut adalah 1) Data tentang hedonisme yang dijaring melalui kuesioner, 2) data hasil belajar siswa yang dijaring dengan menggunakan instrumen tes mata pelajaran sejarah semester genap. Adapun yang menjadi Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini adalah: 1. Observasi Untuk memperoleh data yang akurat dalam suatu penelitian, maka sebagai langka awal yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah observasi ke sekolah SMA Negeri 1 Gorontalo. 2. Kuesioner Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Adapun data yang akan diberikan kepada responden yaitu berjumlah 35 butir soal, Kuesioner terdiri dari pernyataan-pernyataan atau pertanyaan yang disertai jawaban dalam bentuk skala likerts dengan lima kategori pilihan yaitu: sangat setuju (ss), sangat tidak setuju (sts), ragu-ragu (rr), tidak setuju (ts) dan sangat tidak setuju (sts). Untuk pernyataan yang positif diberi skor sebagai berikut: a.
Sangat setuju
: nilai 5
b.
Setuju
: nilai 4
c.
Ragu-ragu
: nilai 3
d.
Tidak setuju
: nilai 2
e.
Sangat tidak setuju
: nilai 1
Sedangkan untuk pernyataan yang bersifat negatif, skor penilaiannya adalah sebagai berikut:
5
a.
Sangat setuju
: nilai 1
b.
Setuju
: nilai 2
c.
Ragu-ragu
: nilai 3
d.
Tidak setuju
: nilai 4
e.
Sangat tidak setuju
: nilai 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Deskripsi hasil penelitian ini menyajikan tentang data yang diolah dengan statistik deskriptif, seperti perhitungan distribusi frekuensi yang disertai dengan grafik berupa histogram, perhitungan nilai median, modus dan rata-rata. Deskripsi data hasil penelitian untuk Hedonisme (X) dan Hasil Belajar Siswa (Y) adalah sebagai berikut. Variabel (X) jumlah siswa yang menjadi sampel penelitian berjumlah 70 siswa. Hedonisme sebagai variabel X memperoleh skor sebagai berikut: untuk median (Me) = 75; modus (Mo) = 91,5; rata-rata
= 78,5; dan simpangan baku (S) = 8,81
(perhitungan terlampir pada lampiran 6).
Deskripsi tentang frekuensi skor data
hedonisme (variabel X) dapat dilihat di lampiran 6. Pada tabel tersebut menunjukan bahwa lebih banyak responden menjawab 83 sampai 88 dan 77 sampai dengan 82 dengan frekuensi 20, yang kedua yaitu menjawab 71 sampai 76 dengan frekuensi 17, ketiga yaitu menjawab 65 sampai 64 dengan frekuensi 6, yang keempat yaitu menjawab 65 sampai 70 dengan frekuensi 3, dan yang kelima yaitu menjawab 89 sampai 94 dan 95-100 dengan frekuensi 2. Dalam variabel (Y)jumlah siswa yang menjadi sampel penelitian berjumlah 70 siswa. Hasil belajar siswa sebagai variabel Y memperoleh skor sebagai berikut: untuk
median (Me) = 65,8; modus (Mo) 77,3; rata-rata X = 69,2; dan simpangan baku (S) = 10,19 (perhitungan terlampir pada lampiran 6). Deskripsi tentang frekuensi skor data hasil belajar siswa (variabel Y) dapat dilihat pada tabel di lampiran 6. Dari tabel tersebut menunjukan bahwa lebih banyak responden menjawab 76 sampai 81 dengan 6
frekuensi 22, yang kedua yaitu menjawab 52 sampai 57 dengan frekuensi 16, ketiga yaitu menjawab 64 sampai 69 dengan frekuensi 9, keempat yaitu menjawab 58 sampai 63 dengan frekuensi 6,
yang kelima menjawab 82 sampai 87 dengan
frekuensi 3 dan yang keenam yang menjawab 88 sampai 93 dengan frekuensi 1. Untuk kepentingan pengujian normalitas data digunakan uji Liliefors pada taraf nyata ά = 0,01 atau ά = 0,05. Dengan hipotesis bahwa skor variabel X (Hedonisme) dan variabel Y (Hasil belajar siswa) berdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas data untuk variabel X (Hedonisme) menunjukan skor Lhitung= 0,076. Sedangkan dari daftar distribusi frekuensi diperoleh harga Ldaftar dengan taraf nyata ( ) 0,01 dan sampel 70 yaitu
1,031 70
0,123 . Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa Lo < Ldaftar (0,076 < 0,123. Maka data hasil penelitian untuk variabel X berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas data untuk variabel Y (Hasil belajar siswa) menunjukan skor Lo=0,110. Sedangkan dari daftar distribusi frekuensi diperoleh harga Ldaftar dengan taraf nyata ( ) 0,01 dan sampel 70 yaitu Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
1,031 70
Lo < Ldaftar (0,110 < 0,125)
0,123 . Hal ini
menunjukan data hasil penelitian untuk variabel Y berasal dari populasi berdistribusi normal. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini diadakan pengujian terhadap persamaan regresi linier sederhana, uji linieritas dan, dan keberartian koefisien korelasi. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut. Untuk mencari persamaan regresi digunakan rumus Ŷ = a + bX, sehingga dari hasil penelitian (lampiran 9) diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: ˆ 49,20 0.25X . Hal ini berarti setiap terjadi perubahan sebesar satu unit pada Y
variabel X (Hedonisme), maka akan diikuti oleh perubahan (penurunan atau peningkatan) rata-rata sebesar 0,25 unit variabel Y (Hasil Belajar Siswa) dan ini
7
berarti setiap terjadi perubahan pada indikator Hedonisme, maka akan diikuti oleh perubahan rata-rata indikator Hasil belajar siswa di SMA Negeri 1 Gorontalo. Dari hasil diperoleh harga thitung diajukan thitung
>
ttabel atau - thitung
<
ttabel
6,32 dan ttabel 2,65 sesuai kriteria yang =
H0 ditolak dan Ha diterima. Dan kriteria
tersebut ternyata thitung lebih kecil dari ttabel jadi dapat disimpulkan bahwa variabel Hedonisme (X) berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar siswa, pada tingkat kepercayaan 95 % Jika garis regresi dari sekumpulan data pengamatan berbentuk linier, maka dapat ditentukan sejauh mana derajat pengaruh antara variabel Hedonisme (X) dan Variabel Hasil belajar siswa (Y) melalui koefisien korelasi (r). Dari hasil perhitungan pada lampiran 9, maka koefisien korelasi sebesar = 0,609.
B. Pembahasan Hedonisme merupakan pandangan hidup yang mengangap bahwa kenikmatan dan kesenangan merupakan tujuan hidup. Para penganut paham ini beranggapan bahwa hidup hanya sekali, sehingga mereka ingin menikmati hidup senikmatnikmatnya dan sebebas-bebasnya. Bahkan di stasiun-stasiun tv banyak ditampilkan contoh gaya hidup dalam berpakaian para remaja yang mengikuti mode tren sekarang otomatis bukan hanya remaja metropolitan saja yang mengikuti mode tersebut, tetapi juga orang-orang yang berada dalam perkampungan atau pedalaman. selain perkembangan zaman, kecangihan teknologi yang semakin meluas baik itu di perkotaan ataupun perkampungan juga ikut mempengaruhi para pelajar untuk masuk kedunia hedonisme. Dunia pendidikan pun tidak luput dari pengaruh hedonisme terutama terhadap gaya hidup para peserta didik. Terlebih lagi siswa yang mengenyam pendidikan di sekolah – sekolah yang berada di wilayah kota, pengaruh hedonisme ini sangat kuat karena akses para peserta didik kepada informasi – informasi tentang gaya hidup sangat mudah. Seperti halnya yang ada di sekolah SMA Negeri 1 Kota Gorontalo
8
yang notabenenya berada di kawasan kota, sehingga dampak hedonisme akan semakin dirasakan. Ritzer (dalam bagong suyanto, 2013:23-24) mencatat beberapa perubahan dalam masyarakat fost-modernisme yang merusak konsumen antara lain: pertama pertumbuhan kartu kredit yang menyebabkan seseorang membelanjakan uang lebih banyak dari pada semestinya dan melebihi uang persediaan yang ada. Sering terjadi karena di fasilitasi kepemilikan kartu kredit yang mudah, konsumen acap kali membeli sesuatu yang tidak diperlukan. Kedua Perkembangan Shopping Mall yang menjamur di berbagai sudut kota, bukan hanya mendemonstrasikan kemunculan tanpa henti produk-produk industri budaya terbaru, tetapi juga menawarkan dan membujuk konsumen untuk membeli sesuatu yang tidak mereka butuhkan. Ketiga, Perkembangan jaringan TV shopping dan cryber mall yang memberi kesempatan masyarakat dapat berbelanja setiap waktu, 24 jam sehari, tujuh hari dalam seminggu yang dengan cara demikian meningkatkan kemungkinan konsumen untuk membelanjakan uang mereka lebih dari pada semestinya, dan yang terakhir yakni dengan adanya berbagai katalog yang menawarkan produk-produk industri budaya dengan berbagai variasi memungkinkan masyarakat membeli produk dari mana saja didunia, dan mereka dibujuk untuk membeli produk yang sebetulnya tidak diperlukan. Masa ketika masyarakat mulai memasuki era fost-modrnisme sesungguhnya adalah sebuah era dimana yang namanya keinginan dan kebutuhan telah menjadi sesuatu yang baur, cair, tidak jelas, dan makin sulit dibedakan satu dengan yang lain. Ketika gengsi masyarakat lebih mengedepan, berbelanja menjadi sebuah gaya hidup, berbagai fasilitas perbelanjaan tumbuh pesat diberbagai sudut kota, penggunaan kartu kredit makin masif- memudahkan serta menggoda masyarakat untuk membeli apapun seketika tanpa khawatir tabungannya cukup atau tidak, maka yang terjadi kemudian adalah lahirnya masyarakat konsumen di era post-modernisme, sudah makin jamak terjadi masyarakat membeli barang dan jasa bukan karena sekadar karena nilai kemanfaatannya atau karena didesak kebutuhan yang tidak bisa ditunda, melainkan 9
karena dipengaruhi oleh gaya hidup (life style), demi sebuah citra yang diarahkan dan dibentuk oleh cara berpikir masyarakat konsumer yang acap kali yang telah terhegemoni oleh pengaruh iklan dan mode lewat televisi, tayangan infotainment, majalah fashion, gaya hidup selebritas, dan berbagai bentuk industri budaya populer lain. Bagong Suyanto,( 2013 : 106-107). Berbicara tentang gaya hidup dan budaya populer lainnya tentunya tidak lepas dari globalisasi, yang secara umum globalisasi ditandai dengan adanya ekspansi pasar kapitalis yang luar biasa agresif dan ekskalasi perilaku konsumtif masyarakat diberbagai bidang kehidupan. Nugroho (dalam Bagong suyanto, 2013 : 92) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1 Gorontalo bahwa Para siswa tentunya telah dapat merasakan perubahan demi perubahan yang telah terjadi di dunia yang makin canggih ini. Mereka pasti akan dapat menetukan masalahmasalah yang seharusnya dapat dilakukan dan tidak seharusnya dilakukan. Kaitannya dengan paham globalisasi yang makin merubah sikap manusia tersebut seolah-olah telah merasuk dan mempengaruhi jalan pikiran setiap siswa. Oleh karena itu tidak dapat disangkal bahwa pengaruh hedonisme telah dapat merubah total pikiran sebagian para siswa di SMA Negeri 1 Gorontalo. misalnya yang kaya, akan menggunakan harta kekayaanya untuk kepentingan-kepentingan yang tidak bermanfaat, menghambur-hambur uang hanya untuk kesenangan sesaat. Bagi Para siswa seharusnya paham ini ada sikap selektif dimana ketika paham ini mulai masuk kedalam tatanan kehidupan ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar terhindar dari paham hedonisme tersebut. yang pertama yaitu menerima era globalisasi dan modernisasi dengan fikiran terbuka (open-minded), agar lebih dinamis dalam menerima hal-hal baru. yang kedua adalah mengembangkan sikap antisipatif yaitu sikap peka dalam menilai hal-hal yang akan atau sedang terjadi yang berkaitan dengan pengaruh modernisasi dan globalisasi. Serta sikap selektif atau mampu memilih pengaruh mana yang baik bagi kita dan pengaruh mana yang tidak baik bagi kita. Dan yang terakhir adalah tidak meninggalkan unsur-unsur budaya asli karena sesuai dengan realita yang ada bahwa banyak para siswa yang mulai meninggalkan 10
budaya-budaya tradisional karena mereka lebih mementingkan pola gaya hidup modern. Seringkali
kemajuan
zaman
mengubah
perilaku
siswa,
mengaburkan
kebudayaan yang sudah ada, bahkan menghilangkannya. Kondisi ini menyebabkan seseorang atau masyarakat kehilangan jati diri, oleh karena itu, kondisi ini harus dapat dihindari. Bagi mereka, semaju apa pun dampak modernisasi yang dilalui, tidak seharusnya meninggalkan budaya asli Indonesia melainkan melestarikan budaya asli Negara, bukan berarti kita tidak menerima kemajuan globalisasi dan modernisasi, akan tetapi semata-mata untuk mempertahankan identitas diri. Dalam hal ini, hendaknya kita dapat berkaca terhadap negara Jepang. Jepang merupakan salah satu negara yang moderen dan maju, namun Jepang tetap mempertahankan identitas diri mereka sebagai masyarakat Jepang. Bahkan mereka bangga dan memperkenalkan budaya-budaya mereka kepada negara-negara lain melalui Japan Festival yang diselenggarakannya. Gaya hedonisme ini sudah banyak di anut oleh para siswa-siswi, terutama siswa-siswi di SMA Negeri 1 Gorontalo, gaya hidup hedonisme sangat memprihatinkan karena sebagian dari mereka mulai terperangkap kedunia hedonisme. Adapun dampak buruk hedonisme terhadap hasil belajar siswa yakni siswa dan siswi tidak lagi memperhatikan berbagai macam mata pelajaran terutama pada mata pelajaran sejarah sehingga kondisi seperti sangat mempengaruhi penurunan hasil belajar mereka. Proses belajar dianggap hal yang menjenuhkan dan dianggap sebagai rutinitas belaka. Belajar tidak lagi dianggap sebagai media untuk menggapai cita-cita melainkan hanya sebagai hoby saja. Bagi para siswa materi dipandang sebagai tujuan hidup yang akan membawa kesenangan. Paradigma seperti ini akan membawa konsekwensi bahwa belajar bukanlah hal yang penting bagi mereka, dimana Sekolah hanya dijadikan sebagai media untuk mendapatkan ijazah semata. Sedangkan, untuk masalah keilmuan seakan-akan tidak dipedulikan karena yang ada dibenak mereka hanyalah kesenangan yang bisa didapatkan dari materi dan barang-barang mewah.
11
Dimana dalam pengujian r2 = 0,3708 = 37,08%. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 37,08% variasi yang terjadi pada Hedonisme berdampak terhadap Hasil belajar siswa.
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian berupa pengujian dan analisis statistik maupun pembahasan data yang diperoleh dari lapangan penelitian tentang hedonisme dan dampaknya terhadap hasil belajar siswa Di SMA Negeri 1 Gorontalo : 1. Nilai hasil uji koefisien regresi variabel Hedonisme sebesar 0,25. 2. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi untuk variabel Hedonisme telah signifikan. 3. Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa Hedonisme Di SMA Negeri 1 Gorontalo dapat berdampak terhadap hasil belajar siswa. 4. Data tersebut didukung dengan nilai koefisien determinasi diperoleh nilai RSquare 0,3708. Nilai berarti bahwa sebesar 37.08% variabilitas mengenai Hedonisme di SMA Negeri 1 Gorontalo berdampak terhadap hasil belajar siswa.
B. Saran Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan diatas, berikut ini beberapa saran yang dikemukakan oleh peneliti yang dianggap relevan dengan penelitian, yakni : 1.
Hasil analisis penelitian, membuktikan bahwa ternyata, hedonisme berdampak terhadap hasil belajar siswa sebesar 37,08%. maka disarankan kirannya untuk dapat menghilangkan pengaruh hedonisme tidak dapat dilakukan dengan pengendalian diri saja. Namun, adanya peran aktif dari semua komponen mulai dari diri sendri, keluarga dan kontrol dari pihak sekolah solusi yang harus dicoba untuk dilakukan agar tidak akan berdampak terhadap hasil belajar siswa yang buruk. 12
2.
Adapun variabel lain yang juga berdampak yang tidak di desain dalam penelitian ini diharapkan dapat di teliti oleh yang lain.
3.
Adapun saran untuk sekolah yakni : kiranya bisa bekerja sama untuk dapat mengatasi hal ini agar tidak berdampak terhadap hasil belajar siswa serta demi menciptakan
sebuah generasi muda yang mampu diharapkan untuk masa
depan.
DAFTAR RUJUKAN Bagong suyanto, 2013, Sosiologi Ekonomi Kapitalisme dan Konsumsi di Era Masyarakat Post-Modernisme, Jakarta, kencana prenanda media group. Sugiono. 2011. Metode penelitian kualitatif, kuantitatif dan RND, Bandung, Rineka cipta
13