ARTIKEL Judul PERSEPSI GURU TERHADAP PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN SEJARAH (STUDI KASUS GURU SEJARAH DI SMAN 1 SAWAN)
Oleh I Nengah Ciptasari NIM 1114021026
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2015
PERSEPSI GURU TERHADAP PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN SEJARAH (STUDI KASUS GURU SEJARAH DI SMAN 1 SAWAN) Oleh: I Nengah Ciptasari*, Dr. Tuty Maryati, M.Pd. **, Ketut Sedana Arta, S.Pd., M.Pd.*** Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected], ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui persepsi Kepala SMA Negeri 1 Sawan dan Wakasek Kurikulum SMA Negeri 1 Sawan terhadap pelaksanaan Kurikulum 2013; (2) Mengetahui persepsi guru sejarah terhadap mata pelajaran sejarah pada Kurikulum 2013; (3) Mengetahui persepsi siswa terhadap proses pembelajaran sejarah pada Kurikulum 2013. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan langkah-langkah: (1) penentuan lokasi penelitian; (2) teknik penentuan informan; (3) teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, kuesioner, studi dokumen); (4) teknik penjaminan keabsahan data; dan (5) teknik analisis data. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa; (1) Persepsi Kepala SMA Negeri 1 Sawan dan Wakasek Kurikulum SMA Negeri 1 Sawan memberikan apresiasi dan penilaian positif terhadap Kurikulum 2013, karena Kurikulum 2013 menerapkan metode scientific approach dalam proses pembelajaran; (2) Persepsi guru sejarah terhadap mata pelajaran sejarah pada Kurikulum 2013 menunjukan bahwa guru sejarah di SMA Negeri 1 Sawan mendukung sepenuhnya mata pelajaran sejarah dikelompokan menjadi wajib dan peminatan, Kurikulum 2013 dinilai oleh guru sangat lengkap dan lebih rinci, namun tidak diimbangi dengan pelatihan sejak dini sehingga guru sejarah mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan Kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran terutama pada aspek penilaian yang dinilai terlalu rumit; (3) Persepsi siswa terhadap proses pembelajaran sejarah dengan menggunakan Kurikulum 2013 menunjukan bahwa minat siswa untuk belajar sejarah pada Kurikulum 2013 cukup tinggi, hal ini tampak pada persepsi siswa terhadap pentingnya pelajaran sejarah dan siswa sangat antusias untuk belajar sejarah pada Kurikulum 2013 karena dengan mata pelajaran sejarah pada Kurikulum 2013 siswa dapat berinovasi dan mengetahui metode pembelajaran yang baru. Kata Kunci: Persepsi, Guru Sejarah, Mata Pelajaran Sejarah, Kurikulum 2013
ABSTRACT This research aims (1) knowing the perception of the Head of SMA Negeri 1 Sawan and Vice Principal of Curriculum SMAN 1 Sawan on the implementation of the 2013 curriculum; (2) knowing the history teacher's perception of the historical subjects on 2013 curriculum; (3) knowing the students' perception of the process of teaching history on the 2013 curriculum. This study used a qualitative approach with measures: (1) the determination of research location; (2) the determination of informants techniques; (3) data collection techniques (observation, interview, questionnaire, study document); (4) the validity of data guarantee techniques; and (5) data analysis techniques. The results of the research show that; (1) the perception Head of SMA Negeri 1 Sawan and Vice Principal of Curriculum SMAN 1 Sawan give appreciation and positive assessment to the 2013 curriculum, because the 2013 curriculum is implement the scientific approach method on the learning process; (2) the history teacher's perception of the historical subjects on 2013 curriculum shows history teachers in SMA Negeri 1 Sawan fully support historical subjects are divided into compulsory and specialization and 2013 curriculum assessed by teacher was complete and more detail but not in balance with training from the outset so that history teacher experienced difficulty in applying the 2013 curriculum in the process of learning especially from the perspective of an assessment that was thought to be too complicated; (3) the students' perception of the process of teaching history on the 2013 curriculum showed that interest on the part of the student to study history at the 2013 curriculum is quite high, it looks on the view of students on the importance of the lessons of history and students are very enthusiastic to learn history on the 2013 curriculum because with historical subjects on the 2013 curriculum students can innovate and know the new method of learning. Keywords: Perception, History Teacher, History Subject, 2013 Curriculum.
*Penulis **Pembimbing I ***Pembimbing II
PENDAHULUAN Di dalam pembukaan UUD 1945, tercantum bahwa tujuan utama berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam pembukaan UU tersebut didefinisikan bahwa yang dapat bangkit dapat dikatakan sebagai bangsa yang telah mampu mengatasi berbagai tantangan (Tilaar, 2000:1). Agar dapat mewujudkan hal tersebut, maka penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang telah diamanahkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan mampu mengembangkan peserta didik yang merupakan salah satu tulang punggung bangsa dan negara (Faturahman, dkk, 2014 : 1). Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan secara empirik dapat ditentukan oleh berbagai komponen, salah satu diantaranya adalah kurikulum. Hal ini dikarenakan kurikulum adalah salah satu komponen yang akan dijadikan sebagai acuan oleh satuan pendidikan dalam mengembangkan proses pembelajaran sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam kurikulum. Dalam penerapan kurikulum pendidikan, pihak-pihak yang terlibat diantaranya adalah siswa yang menjadi objek bagi diterapkannya kurikulum dan guru sebagai subjek penerapan proses pendidikan (Akhinah, 2013 : 2). Secara etimologis, istilah kurikulum berasal dari kata bahasa latin yaitu curir yang artinya pelari, dan curere yang berarti tempat berlari. Pengungkapan istilah kurikulum pada awalnya digunakan oleh pelari untuk mencapai garis finish. Istilah kurikulum mengalami perkembangan dalam dunia pendidikan yang diartikan sebagai tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran pada lembaga pendidikan (Indasari, 2012 : 3). Dalam perjalanan sejarah pendidikan di Indonesia, kurikulum sebagai salah satu komponen pendidikan sering mengalami pergantian, mulai dari Kurikulum 1964, Kurikulum 1968, kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, tahun 2004 diberlakukan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK),
tahun 2006 diberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan pada tahun 2013 diberlakukan Kurikulum 2013 yang pelaksanaannya secara serentak dilaksanakan pada bulan Juni 2014 (Zuhroh 2011 dalam Akhinah, 2013 : 2). Penerapan Kurikulum 2013 secara mendasar ada empat elemen yang mengalami perubahan, yakni Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi (kompetensi inti dan kompetensi dasar), Standar Proses, dan Standar Penilaian. Penyempurnaan Standar Kompetensi Lulusan harus selalu memperhatikan pengembangan nilai pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara terpadu dengan fokus pada pencapaian kompetensi. Perubahan Standar Isi dari kurikulum sebelumnya yang mengembangkan kompetensi dari mata pelajaran menjadi fokus pada kompetensi yang dikembangkan menjadi mata pelajaran melalui pendekatan tematik integratif (Standar Proses) (Supianto, 2014). Sehingga perumusan kompetensi tiap mata pelajaran mampu mencakup kelompok kompetensi dasar pada ranah pengetahuan, kompetensi dasar pada ranah keterampilan, dan kompetensi dasar pada ranah sikap secara utuh dan menyeluruh. (Kemdikbud, 2013 : iii). Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, salah satu mata pelajaran yang turut mendapatkan sentuhan adalah mata pelajaran sejarah. Proses pelaksanaan Kurikulum 2013 terutama dalam mata pelajaran Sejarah Indonesia untuk jenjang Pendidikan Menangah tidak hanya mampu mengasah kompetensi pengetahuan peserta didik semata, melainkan dengan pelaksanaan Kurikulum 2013 diharapkan mampu mengasah kompetensi keterampilan dan sikap secara menyeluruh. Sejarah Indonesia adalah suatu mata pelajaran yang mampu membekali peserta didik dengan pengetahuan tentang dimensi ruang dan waktu perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia, keterampilan dalam menyajikan pengetahuan yang dikuasainya secara konkret dan abstrak, serta dengan sikap yang mampu menghargai jasa para pahlawannya yang telah meletakan pondasi bangunan
1
Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta peninggalan-peninggalan kebudayaan yang masih diwarisi sampai sekarang. Sehingga dengan diakumulasikannya beberapa kompetensi tersebut, peserta didik diharapkan mampu membentuk suatu pola pemikiran yang sadar akan sejarah (Kemendikbud, 2013). Sebagai salah satu lembaga pendidikan formal, pelaksanaan Kurikulum 2013 juga wajib dilaksanakan oleh seluruh lembaga pendidikan yang ada di Indonesia. Salah satu diantaranya adalah SMA Negeri 1 Sawan yang secara serentak menerapkan Kurikulum 2013 pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015. Dengan diterapkannya Kurikulum 2013 tersebut, muncul berbagai respon dari berbagai kalangan diantaranya dari peserta didik sebagai objek pendidikan dan guru sebagai subjek pendidikan. Permasalahan yang muncul dari guru berdasarkan hasil diskusi dengan guru pamong, Made Suteja, S.Pd pada tanggal 18 Oktober 2014 ketika penulis melaksanakan PPL-Real di SMA Negeri 1 Sawan, menyatakan bahwa penerapan Kurikulum 2013 sangat banyak tuntutan yang harus dipenuhi yaitu diantaranya dari aspek proses evaluasi/penilaian yang dilakukan terhadap peserta didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Selain pada proses pengajaran, berbagai keluhan juga bermunculan dari aspek perangkat pengajaran, yaitu mulai dari RPP, penerapan KI yang sangat sulit untuk diaplikasikan. Proses pengajaran yang dilaksanakan harus selalu mengacu pada keempat KI yang telah disusun dalam silabus dan dipadukan dengan KD dengan selalu mengacu pada pola pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik. Sementara menurut Ni Ketut Parni, S.Pd berdasarkan hasil wawancara tanggal 17 Januari 2015 selaku guru tetap di SMA Negeri 1 Sawan yang sekaligus juga menjabat sebagai Ketua MGMP Sejarah di SMA Negeri 1 Sawan, beliau menyatakan bahwa pelaksanaan Kurikulum 2013 mempunyai arah, tujuan, dan sistem yang sangat baik. Beliau memberikan penilaian yang positif terkait dengan dilaksanakannya Kurikulum 2013,
karena peserta didik harus selalu dituntut aktif dalam melakukan proses pembelajaran. Dari perspektif peserta didik, menurut Kadek Dandi Wirawan siswa kelas X6 berdasarkan hasil wawancara tanggal 17 Januari 2015 menyatakan bahwa pelaksanaan Kurikulum 2013 memberikan pengetahuan yang luas dalam proses pembelajaran dan mampu berkreasi memilih materi pelajaran secara mandiri. Jika dibandingkan dengan pelaksanaan Kurikulum 2006, proses pemilihan jurusan dilakukan pada kelas XI yang justru membuatnya bingung jurusan apa yang akan dipilih. Lebih lanjut seperti yang dikemukakan oleh Kadek Damayanti siswi kelas XI IPS 3 berdasarkan hasil wawancara tanggal 17 Januari 2015 yang menyatakan bahwa pelaksanaan Kurikulum 2013 sangat baik. Pada Kurikulum 2013 siswa dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa mampu berkreasi untuk menyatakan pemikirannya sesuai dengan pengetahuan yang diperoleh. Jika dibandingkan dengan sekarang kembali ke KTSP, materi yang sudah diperoleh ketika kelas XI semester I lagi diulang di kelas XI semester II. Materi yang diulang tersebut mubazir untuk dipelajari kembali. Penelitian ini masih relevan dilakukan karena, pemberhentian Kurikulum 2013 masih menimbulkan pro dan kontra dari berbagai pihak. Sehingga melalui penelitian ini, diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai pelaksanaan Kurikulum 2013 secara nyata di lapangan agar ke depannya nanti pihak pemerintah dalam hal ini adalah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan akan tetap menerapkan Kurikulum 2013 ataukah kembali ke kurikulum 2006. Mengenai penelitian yang bertemakan persepsi terhadap pendidikan sudah pernah dilakukan yaitu diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Suratni 2013 yang berjudul “Persepsi Peserta Didik Terhadap Proses Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) (Studi Kasus di Kelas VIII A SMP Bhaktiyasa Singaraja)”. Penelitian tersebut mengkaji tentang persepsi siswa terhadap mata pelajaran IPS jika ditinjau
2
dari aspek proses pembelajarannya. Lebih lanjut penelitian yang dilakukan oleh Harianti 2013 yang berjudul “Persepsi Siswa Terhadap Guru Sejarah yang Ideal (Studi Kasus pada Kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial Tahun Pelajaran 2012/2013 di SMA N 1 Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali)” yang mengkaji tentang bagaimana guru sejarah ideal bagi peserta didik maupun seluruh warga yang ada di sekolah. Namun secara lebih khusus, penelitian mengenai persepsi guru sejarah terhadap mata pelajaran sejarah pada Kurikulum 2013 belum pernah dilakukan. Selain itu, jika ditinjau dari segi lokasi penelitian, belum pernah ada yang mengkaji tentang persepsi guru yang ada di SMA Negeri 1 Sawan terjadap mata pelajaran sejarah pada Kurikulum 2013. Jika ditinjau dari segi waktu pelaksanaannya, Kurikulum 2013 masih tergolong kurikulum yang baru diterapkan dalam pendidikan di Indonesia. Sehingga penulis ingin mengkaji lebih lanjut tentang persepsi guru terhadap pelaksanaan Kurikulum 2013 sebagai bahan rekomendasi bagi pemerintah dalam melakukan proses evaluasi terhadap Kurikulum 2013. Berawal dari informasi tersebut, penulis ingin mengkaji lebih lanjut penelitian yang berjudul “Persepsi Guru terhadap Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran Sejarah (Studi Kasus Guru Sejarah di SMA Negeri 1 Sawan)”. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimana persepsi guru sejarah terhadap mata pelajaran sejarah pada Kurikulum 2013? (2) Bagaimana persepsi siswa terhadap proses pembelajaran sejarah pada Kurikulum 2013?
secara jelas kepada pembaca (Harianti, 2013 : 34). Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Sawan yang merupakan satu-satunya SMA Negeri yang ada di Kecamatan Sangsit. Dipilihnya SMA Negeri 1 Sawan dikarenakan selama penulis melakukan PPL-Real muncul permasalahan yang mengemuka dari kalangan guru maupun siswa terkait dengan dilaksanakannya Kurikulum 2013 salah satu diantaranya adalah aspek penilaian yang belum dipahami secara optimal. Teknik penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Yang kemudian merujuk pada teknik penentuan informan “Snow Ball” yaitu teknik penentuan informan berdasarkan informan kunci. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas X 6 yang berjumlah 23 siswa dan kelas XI IPS 3 berjumlah 17 siswa yang dianggap telah mewakili kelas yang lain. Dalam penelitian ini, penulis juga menggunakan guru sebagai informan kunci, khususnya guru pada bidang studi sejarah. Adapun jumlah guru sejarah yang digunakan sebagai informan berjumlah dua orang, yaitu : Made Suteja, S.Pd dan Ni Ketut Parni, S.Pd. selain guru sejarah, dalam penelitian ini juga digunakan narasumber Kepala SMA Negeri 1 Sawan (Made Sutawa Redina, S.Pd., M.Pd), Wakasek Kurikulum SMA Negeri 1 Sawan (Drs. I Nyoman Sutama). dan pihak dinas pendidikan sebagai representasi dari pemerintah pusat yang merekomendasikannya ke pihak pengawas SMA yaitu (Drs. Ketut Artana, M.Si). Tekhnik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui observasi, wawancara, kuesioner, studi dokumen, triangulasi data, triangulasi metode, dan teknik analisis data. Teknik observasi dilakukan melalui pengamatan terhadap media pembelajaran sejarah yang digunakan oleh sekolah. Wawancara dilakukan dengan Kepala SMA Negeri 1 Sawan dan Wakasek Kesiswaan SMA Negeri 1 Sawan agar memperoleh data tentang persepsi beliau terhadap Kurikulum 2013.
METODE Penelitian yang berjudul “Persepsi Guru terhadap Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran Sejarah (Studi Kasus Guru Sejarah di SMA Negeri 1 Sawan)” termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran
3
Wawancara juga dilakukan dengan guru sejarah yang jumlahnya dua orang agar memperoleh data tentang persepsi guru sejarah terhadap Kurikulum 2013 pada mata pelajaran sejarah. Wawancara juga dilakukan dengan siswa agar memperoleh data tentang persepsi siswa terhadap proses pembelajaran sejarah pada Kurikulum 2013. Teknik kuesioner yang disebar di kelas X6 dan kelas XI IPS 3 bertujuan agar memperoleh data tentang persepsi siswa terhadap proses pembelajaran sejarah pada Kurikulum 2013. Teknik studi dokumen dilakukan agar memperoleh keabsahan data antara hasil wawancara dengan dokumendokumen, baik itu dokumen Kurikulum 2013 maupun dokumen dari guru. Teknik triangulasi data dilakukan dengan hasil wawancara yang diperoleh dari sumber informan satu dengan sumber informan yang lain. Teknik triangulasi metode dilakukan untuk menyempurnakan hasil data observasi dengan data studi dokumen. Teknik analisis data dilakukan dalam rangka memperoleh kesahihan data yang dilakukan secara berulangulang sampai data yang diperoleh berada pada tahap akhir dan menunjukan adanya suatu kemantapan dalam data penelitian. Dalam artian, data yang diperoleh di lapangan berada pada tingkat kejenuhan, antara sumber satu dengan sumber yang lain menunjukan kesamaan, sehingga data yang diperoleh sudah dianggap memadai.
sekolah yang dijadikan sebagai sekolah percontohan didasarkan atas 3 hal, yaitu sekolah yang maju, menengah, dan tertinggal. Ketiga aspek sekolah percontohan tersebut didasarkan atas Sumber Daya Manusia (SDM) dan sarana penunjang pembelajaran yang dimiliki oleh sekolah. Kemudian untuk gelombang II penerapan Kurikulum 2013 dilakukan secara serentak untuk seluruh sekolah yang ada di Indonesia termasuk untuk Kabupaten Buleleng. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa penerapan pendidikan di Indonesia untuk mencegah terjadinya penerapan dua kurikulum pada pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Persepsi Kepala SMA Negeri 1 Sawan dan Wakasek Kurikulum SMA Negeri 1 Sawan terhadap pelaksanaan Kurikulum 2013 secara umum dapat dikatakan positif. Hal ini dikarenakan menurut Made Sutawa Redina, S.Pd., M.Pd berdasarkan hasil wawancara tanggal 6 April 2015 yang menyatakan bahwa proses pendekatan yang digunakan pada Kurikulum 2013 yaitu berpusat pada siswa. Posisi dan peran guru adalah hanya sebagai fasilitator. Adapun penerapan Kurikulum 2013 menurut beliau adalah keinginan dari pemerintah yang sejak dulu ingin membuat suatu proses pembelajaran yang berpusat pada siswa dan meningkatkan keaktifan siswa dari kurikulum yang pernah diterapkan belum bisa secara terlaksana secara optimal. Lebih lanjut seperti yang dikemukakan oleh Drs. I Nyoman Sutama selaku Wakasek Kurikulum SMA Negeri 1 Sawan bahwa penerapan Kurikulum 2013 didukung sepenuhnya oleh beliau. Hal ini dikarenakan apa yang diprogramkan oleh pihak pemerintah harus didukung sepenuhnya, karena apa yang diprogramkan oleh pemerintah pada dasarnya adalah demi kebaikan kita bersama sebagai salah satu lembaga pendidikan. Persepsi guru sejarah terhadap mata pelajaran sejarah pada Kurikulum 2013 menunjukan bahwa guru sejarah yang ada di SMA Negeri 1 Sawan terkait dengan pelajaran sejarah pada Kurikulum 2013, Ni Ketut Parni, S.Pd berdasarkan hasil wawancara tanggal 1 April 2015
HASIL DAN PEMBAHASAN Proses implementasi Kurikulum 2013 dilakukan melalui dua tahap yaitu gelombang pertama untuk sekolah yang ditunjuk langsung oleh pemerintah pusat dan gelombang II yang dilakukan secara serentak oleh seluruh sekolah yang ada di Indonesia. Menurut Drs. Ketut Artana, M.Si berdasarkan hasil wawancara tanggal 8 Juni 2015 yang menyatakan bahwa proses implementasi Kurikulum 2013 dilakukan pada gelombang I untuk di Kabupaten Buleleng ada 6 sekolah pillot project untuk jenjang SMA. Pemilihan
4
memberikan penilaian yang positif terhadap pelaksanaan Kurikulum 2013 karena proses pelaksanaan evaluasinya sangat lengkap dan mencakup semua aspek yang terdiri dari penilaian pengetahuan, keterampilan, sikap, dan portofolio. Lebih lanjut seperti yang dikemukakan oleh Made Suteja, S.Pd berdasarkan hasil wawancara tanggal 2 April 2015 yang menyatakan bahwa mata pelajaran sejarah pada Kurikulum 2013 sangat bagus, karena uraian materi sejarah pada Kurikulum 2013 sangat lengkap dan dijabarkan secara lebih spesifik dan mendetail. Lebih lanjut beliau menyatakan bahwa pelajaran sejarah pada Kurikulum 2013 dikelompokan menjadi sejarah wajib dan sejarah peminatan, sehingga dengan dikembangkannya materi sejarah pada Kurikulum 2013 mampu mengembangkan pemahaman siswa terhadap pelajaran sejarah khususnya muatan materi Sejarah Lokal dan mampu menghargai Sejarah Lokal. Persepsi guru sejarah terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sejarah pada Kurikulum 2013 secara umum dapat dikatakan positif. Hal ini dikarenakan pencantuman Kompetensi Inti (KI) yang harus disisipkan oleh guru dalam proses pembelajaran. Keempat KI yang telah tersusun secara sistematis bertujuan untuk memadukan kecerdasan intelektual dan emosional siswa melalui proses pembelajaran. Siswa tidak hanya dituntut pintar dalam bidang akademik, melainkan siswa harus taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan dapat bersosialisasi serta kerjasama dengan teman-temannya. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil wawancara dengan Ni Ketut Parni, S.Pd tanggal 1 April 2015 yang menyatakan bahwa dalam proses Perencanaan Pembelajaran terutama untuk di kegiatan Inti tercantum lima M yang harus dilaksakan oleh guru. Adapun lima M itu adalah Mengamati, Menanya, Mengumpulkan Informasi, Mengasosiasi/Menganalisis, dan Mengomunikasikan. Kesemuanya itu harus dipadukan menjadi suatu kesatuan dalam mengajar. Kemudian untuk proses
evaluasi pada Kurikulum 2013 harus tercantum proses evaluasi pengetahuan, sikap siswa sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok, keterampilan, dan portofolio. Lebih lanjut seperti yang dikemukakan oleh Made Suteja, S.Pd berdasarkan hasil wawancara tanggal 2 April 2015 yang menyatakan bahwa pada proses Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada Kurikulum 2013 terutama untuk bidang studi sejarah secara sistematika telah mengalami perubahan yang signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya lima M yang harus diaktualisasikan guru dalam mengajar. Adapun lima M tersebut meliputi Mengamati, Menanya, Menemukan Informasi, Mengasosiasi, dan Mengomunikasikan yang harus dilakukan oleh siswa. Proses pembelajaran sejarah pada Kurikulum 2013 harus selalu mengacu pada Kompetensi Inti (KI) yang telah tercantum dalam proses perencanaan pengajaran yang tersusun secara sistematis. Menurut Ni Ketut Parni, S.Pd berdasarkan hasil wawancara tanggal 1 April 2015 yang menyatakan bahwa penerapan KI ketika mengajar sangat bagus. Hal ini tidak bisa terlepas dari peran seorang siswa yang tidak hanya mampu pintar dalam bidang akademik, namun siswa dituntut agar mampu taqwa terhadap Tuhan Yang Esa sebagai insan yang beragama. Dalam KI yang tersebut, siswa juga harus mampu menghargai pendapat teman dan mampu menunjukan sikap sosial sebagai bagian dari anggota kelompok. Sisipan nilai karakter pada proses pembelajaran Kurikulum 2013 untuk bidang studi sejarah harus selalu ditekankan sesuai dengan apa yang telah tercantum dalam visi dan misi Kurikulum 2013 yaitu untuk membentuk siswa yang mempunyai karakter dan akhlak mulia. Lebih lanjut seperti yang dikemukakan oleh Made Suteja, S.Pd berdasarkan hasil wawancara tanggal 2 April 2015 yang menyatakan bahwa penerapan KI ketika mengajar sangat bagus. Terutama untuk bidang studi sejarah yang sarat akan penanaman nilainilai karakter, siswa diharapkan mampu menghargai jasa-jasa pahlawan dan
5
mampu menghargai setiap bentuk peristiwa sejarah. Dalam penerapan model pembelajaran sejarah pada Kurikulum 2013 Menurut Made Suteja S.Pd berdasarkan hasil wawancara tanggal 2 April 2015 yang menyatakan bahwa model pembelajaran sebagai salah satu komponen di dalam melaksanakan proses pembelajaran. Menurut beliau model pembelajaran yang sering digunakan dalam mengajar adalah model pembelajaran Inquiry atau model pembelajaran dengan mengaktifkan siswa untuk aktif dalam mencari informasi sendiri. Lebih lanjut seperti yang dikemukakan oleh Ni Ketut Parni, S.Pd berdasarkan hasil wawancara tanggal 8 April 2015 yang menyatakan bahwa model pembelajaran yang paling sering digunakan ketika mengajar adalah model pembelajaran ceramah, diskusi dan penugasan. Untuk sampai dengan saat ini, model pembelajaran aktif yang digunakan oleh Ni Ketut Parni, S.Pd selama mengajar adalah dengan aktif mengembangkan sumber pembelajaran. Model pembelajaran inovatif menurut Ni Ketut Parni, S.Pd belum pernah diterapkan. Hal ini dikarenakan penerapan model pembelajaran inovatif harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah tersebut berada. Mengenai metode pembelajaran sejarah pada Kurikulum 2013 menurut Made Suteja, S.Pd berdasarkan hasil wawancara tanggal 2 April 2015 yang menyatakan bahwa untuk metode pembelajaran inovatif bapak belum pernah menggunakan, karena terbatasnya pengetahuan beliau tentang penguasaan teknologi untuk mengembangkan proses pembelajaran. Menurut beliau, sangat tidak setuju sekali dengan penghilangan metode ceramah pada proses pembelajaran, hal tersebut dikembalikan dengan materi pelajaran sejarah dan situasi dan kondisi sekolah. Namun untuk metode ceramah porsinya lebih sedikit dibandingkan dengan metode diskusinya. Lebih lanjut seperti yang dikemukakan oleh Ni Ketut Parni, S.Pd berdasarkan hasil wawancara tanggal 8 April 2015 yang menyatakan bahwa
metode pembelajaran yang diberikan ketika mengajar adalah metode pembelajaran dengan menggunakan ceramah, tanya jawab, diskusi kelompok, dan penugasan kelompok maupun individu. Metode tersebut sangat tepat diberikan terhadap siswa mengingat tuntutan Kurikulum 2013 yang tercantum dalam keempat KI yang telah tersusun tersebut harus disasar dan dikuasai oleh peserta didik. Mengenai buku sumber pembelajaran sejarah pada Kurikulum 2013 menurut Made Suteja, S.Pd berdasarkan hasil wawancara tanggal 2 April 2015 yang menyatakan bahwa sumber yang digunakan dalam proses pembelajaran beragam mulai dari buku paket, internet, dan objek sejarah di sekitar sekolah. Lebih lanjut seperti yang dikemukakan oleh Ni Ketut Parni, S.Pd berdasarkan hasil wawancara tanggal 8 April 2015 yang menyatakan bahwa sumber pembelajaran yang digunakan oleh guru ketika mengajar adalah dengan menggunakan buku sumber yang diberikan oleh pemerintah maupun sumber-sumber yang relevan terkait dengan materi yang dibahas. Mengenai proses evaluasi pembelajaran sejarah pada Kurikulum 2013 berdasarkan hasil wawancara dengan Made Suteja, S.Pd tanggal 2 April 2015 yang menyatakan bahwa proses evaluasi pembelajaran pada Kurikulum 2013 dinilai terlalu rumit. Hal ini dikarenakan dalam proses evaluasi mencakup tiga penilaian yang autentik. Adapun ketiga penilaian tersebut adalah penilaian pengetahuan yang diambil dari tingkat pengetahuan siswa terhadap pelajaran sejarah, penilaian keterampilan yang diambil dari tugas-tugas yang telah dikerjakan selama mengikuti proses pembelajaran termasuk penilaian portofolio, penilaian sikap yang dibagi menjadi tiga tahap (penilaian diri, teman sejawat, dan penilaian oleh guru) yang diakomodasikan dalam suatu kesatuan hasil belajar yang autentik. Lebih lanjut seperti yang dikemukakan oleh Ni Ketut Parni, S.Pd berdasarkan hasil wawancara tanggal 8 April 2015 yang menyatakan bahwa untuk
6
proses evaluasi pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk bidang studi sejarah pada dasarnya sangat bagus sekali, karena substansi kelengkapan evaluasi yang sangat baik untuk diterapkan terhadap peserta didik. Namun mengenai proses evaluasi dalam pembelajaran sejarah juga dinilai oleh beliau sangat sulit untuk diaplikasikan yang terlalu banyak aspek yang dinilai, sehingga proses pembelajaran hanya akan habis untuk proses evaluasi saja. Kendala-kendala yang dialami oleh guru sejarah terhadap pelaksanaan Kurikulum 2013 terutama pada aspek proses evaluasi pembelajarannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Made Suteja, S.Pd tanggal 2 April 2015 yang menyatakan bahwa dalam proses evaluasi yang belum dipahami oleh beliau secara penuh. Proses evaluasi pembelajaran pada Kurikulum 2013 terlalu banyak tuntutan sehingga berimplikasi pada proses penilaian yang kurang maksimal. Lebih lanjut seperti yang dikemukakan oleh Ni Ketut Parni, S.Pd berdasarkan hasil wawancara tanggal 8 April 2015 yang menyatakan bahwa kendala-kendala yang dialami oleh beliau dalam menerapkan Kurikulum 2013 untuk bidang studi sejarah adalah masalah proses evaluasi pembelajaran terutama pada aspek penilaian portofolio. Menurut beliau dalam proses penilaian portofolio yang sangat sulit untuk diterapkan di SMA Negeri 1 Sawan. Hal ini dikarenakan banyak siswa yang tidak mengumpulkan tugas. Kemudian kendala yang selanjutnya adalah masalah media pembelajaran yang dinilai oleh beliau masih sangat terbatas, dimana pihak sekolah hanya baru bisa menyediakan LCD 5 buah dan globe 1 buah. Dalam menggunakan media pembelajaran, guruguru harus pintar dalam mengakomodasi media pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal. Persepsi siswa terhadap proses pembelajaran sejarah pada Kurikulum 2013 dari 40 responden yang diperoleh di dua kelas yaitu, kelas X 6 (23 siswa) dan kelas XI IPS 3 (17 siswa) menyatakan bahwa siswa yang menyatakan bahwa
proses pembelajaran sejarah pada Kurikulum 2013 sangat menyenangkan berjumlah 6 siswa dengan persentase 15 %. Hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran sejarah pada Kurikulum 2013 ada mata pelajaran sejarah wajib dan peminatan. Sebanyak 17 siswa dengan persentase 42,5% menyatakan menyenangkan karena proses pembelajaran sejarah pada Kurikulum 2013 menggunakan metode dan penilaian belajar yang sangat lengkap. Siswa yang menyatakan kurang menyenangkan berjumlah 14 siswa dengan persentase 45%, 1 siswa dengan persentase 2,5% menyatakan tidak menyenangkan, dan 2 siswa dengan persentase 5% menyatakan proses pembelajaran sejarah pada Kurikulum 2013 sangat tidak menyenangkan, karena siswa lebih sering diberikan tugas dan durasi belajarnya yang relatif lebih lama. Persepsi siswa terhadap jam pelajaran sejarah pada Kurikulum 2013 menyatakan bahwa sebanyak 7 siswa dengan persentase 17,5% menyatakan sangat setuju pelajaran sejarah dikelompokan menjadi wajib dan peminatan. Sebanyak 19 siswa dengan persentase 47,5% menyatakan setuju dengan diterapkannya wajib dan peminatan pada materi sejarah pada Kurikulum 2013 dengan alasan dapat belajar sejarah dengan porsi jam yang lebih banyak sehingga wawasan siswa tentang sejarah akan bertambah. Sebanyak 9 siswa dengan persentase 22,5% menyatakan kurang setuju, dan 5 siswa dengan persentase 12,5% menyatakan tidak setuju jika pelajaran sejarah dikelompokan menjadi mata pelajaran wajib dan peminatan. Dalam penggunaan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru sebanyak 5 siswa dengan persentase 12,5% menyatakan metode yang paling sering digunakan oleh guru ketika mengajar adalah ceramah. Sebanyak 22 siswa dengan persentase 55% menyatakan bahwa metode yang paling sering digunakan oleh guru ketika mengajar adalah dengan menggunakan metode diskusi kelompok. Dan 13 siswa dengan persentase 32,5% menyatakan metode yang paling sering digunakan oleh
7
guru ketika mengajar adalah dengan menggunakan metode tanya jawab. Persepsi siswa terhadap penggunaan media pembelajaran dalam melaksanakan proses pembelajaran sejarah pada Kurikulum 2013 bahwa 14 siswa dengan persentase 35% menyatakan guru selalu menggunakan media pembelajaran ketika mengajar di kelas. Sebanyak 23 siswa dengan persentase 57,5% menyatakan bahwa guru kadang-kadang dalam menggunakan media pembelajaran ketika mengajar, karena penggunaan media pembelajaran hanya pada materi tertentu saja. Dan sebanyak 3 siswa denga persentase 7,5% menyatakan bahwa guru tidak pernah menggunakan media ketika mengajar, karena terbatasnya media pembelajaran yang disediakan oleh pihak sekolah. Adapun media pembelajaran yang paling sering digunakan oleh guru ketika mengajar berdasarkan data yang diperoleh dari kuesioner menunjukan sebanyak 16 siswa dengan persentase 40% bahwa media pembelajaran yang paling sering digunakan oleh guru adalah gambar. Sebanyak 1 siswa dengan persentase 2,5% menyatakan media pembelajaran yang paling sering digunakan adalah miniatur benda bersejarah. Penggunaan media film kesejarahan diberikan respon oleh siswa sebanyak 7 orang dengan persentase 17,5% karena tugas yang diberikan oleh guru salah satunya adalah dengan menganalisis isi film kesejarah yang ditayangkan oleh guru. Sebanyak 8 siswa dengan persentase 20% menyatakan bahwa penggunaan media pembelajaran yang paling sering digunakan adalah LCD, karena media pembelajaran sejarah hanya terbatas pada LCD yang disediakan oleh pihak sekolah. Dan siswa yang menyatakan peta konsep berjumlah 8 orang dengan persentase 20% karena dengan peta konsep siswa lebih mudah memahami pelajaran sejarah. Media pembelajaran yang paling disukai oleh siswa berdasarkan data kuesioner yang disebar di kelas X 6 dan kelas XI IPS 3 yang menyatakan bahwa 10 siswa dengan persentase 25% media pembelajaran yang paling disukai siswa adalah gambar, karena dengan media
gambar siswa dapat melihat lebih nyata tentang peristiwa sejarah. Kesukaan siswa terhadap miniatur benda bersejarah sebanyak 2 siswa dengan persentase 5% karena dengan miniatur benda bersejarah siswa dapat memegang secara langsung, dan tidak hanya melihat pada gambar saja. Sebanyak 17 siswa dengan persentase 42,5% menyatakan media pembelajaran yang paling disukai adalah film kesejarahan, karena siswa dapat memahami peristiwa sejarah tidak hanya dari cerita saja. Sebanyak 7 siswa dengan persentase 17,5% menyatakan media pembelajaran yang paling disukai adalah LCD, karena dengan media LCD siswa tidak cepat bosan dalam menerima pelajaran. Dan sebanyak 4 siswa dengan persentase 10% menyatakan bahwa media pembelajaran yang paling disukai adalah peta konsep karena siswa lebih mudah memahami isi pelajaran. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi Kepala SMA Negeri 1 Sawan, Made Sutawa Redina, S.Pd., M.Pd terhadap Kurikulum 2013 sangat positif. Hal ini dikarenakan metode pembelajaran pada Kurikulum 2013 sangat sesuai dengan proses pembelajaran di era sekarang, yaitu proses pembelajaran dengan menggunakan metode Scientifik Approach dan merubah metode pembelajaran konvensional yang diterapkan oleh guru sebelumnya. Sedangkan persepsi Wakasek Kurikulum SMA Negeri 1 Sawan, Drs I Nyoman Sutama bahwa setiap program pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah harus didukung sepenuhnya oleh penyelenggara pendidikan, karena apa yang diprogramkan oleh pemerintah pada prinsipnya adalah demi kebaikan seluruh komponen pendidikan. Persepsi guru terhadap mata pelajaran sejarah pada Kurikulum 2013 cukup positif. Hal ini dikarenakan mata pelajaran sejarah pada Kurikulum 2013 dikelompokan atas mata pelajaran sejarah wajib yang berlabel Sejarah Indonesia dan materi sejarah peminatan yang diberikan kepada siswa yang memilih program Ilmu
8
Sosial. Namun, untuk proses evaluasi pembelajaran yang dinilai oleh guru masih terlalu rumit untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. Kemudian persepsi siswa terhadap proses pembelajaran sejarah pada Kurikulum 2013 secara umum menunjukan arah yang positif. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran sejarah pada Kurikulum 2013 memperkenalkan metode baru dalam proses pembelajaran. Sehingga dengan belajar sejarah pada Kurikulum 2013, siswa dapat mengenal proses pembelajaran dengan metode yang baru, yaitu “Scientifik Approach”. Saran penulis melalui penelitian ini yaitu agar pihak pemerintah lebih memantapkan dulu proses pelatihan Kurikulum 2013 kepada kepala sekolah maupun guru agar pihak sekolah dalam menerapkan Kurikulum 2013 memang benar-benar siap baik itu secara fisik, teoritis, dan sarana penunjang pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA Akhinah, Nurul Umi. 2013. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Berbasis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di kelas XI Agama Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta II. Universitas Islam Negeri Yogyakarta : Skripsi Tidak Diterbitkan. Fathurrahman, Muhammad, dkk. 2014. Struktur dan Arah Implementasi Kurikulu 2013 (Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kajian Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Dasar). Universitas Negeri Semarang : Tidak Diterbitkan. Harianti, Ni Putu Wahyu. 2013. Persepsi Siswa Terhadap Guru Sejarah yang Ideal (Studi Kasus pada Kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial Tahun Pelajaran 2012/2013 di SMA N 1 Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali). Undiksha Singaraja : Skripsi Tidak Diterbitkan.
UCAPAN TERIMA KASIH Dalam penelitian ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berperan dalam penyelesaian penelitian ini. adapun ucapan terima kasih yang pertama penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Tuty Maryati, M.Pd selaku pembimbing I yang telah memberikan saran dan masukan terhadap penelitian ini. Ucapan terima kasih yang kedua penulis sampaikan kepada Bapak Ketut Sedana Arta, S.Pd., M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahannya agar penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Dan ucapan terima kasih yang ketiga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. I Wayan Mudana, M.Si selaku dewan penguji yang telah bersedia memberikan masukanmasukan demi kesempurnaan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang terlibat dalam penelitian ini yang tidak penulis sebutkan satu persatu atas segala dukungan moral maupun material yang telah disumbangkan demi tercapainya kelancaran penelitian ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan anugerah dan perlindungan.
Indasari, Miftha. 2012. “Perkembangan Kurikulum Di Indonesia “Sebuah Perjalanan Panjang Mencari Kesempurnaan”. Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Dasar. Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak Diterbitkan. Kemendikbud, 2013. Kurikulum 2013 SMA/MA/SMK/MAK Mata Pelajaran Sejarah Indonesia. Jakarta : Tidak Diterbitkan. Supianto, Anton. 2014. “Persepsi Guru IPS terhadap Kurikulum 2013 (Studi Kasus Pada SMP Negeri 10 Pontianak)”. Universitas Tanjung Pura Pontianak : Artikel penelitian. Tilaar, H.A.R. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta : PT Rineka Cipta.
9