PERSEPSI GURU TENTANG PELAKSANAAN WORKSHOP KURIKULUM 2013 BAGI GURU SD DI SEKOLAH PILOTING KABUPATEN SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Ari Wahyudi NIM 11101241050
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FEBRUARI 2016
i
ii
iii
iv
MOTTO “Ilmu yangbermanfaat adalahilmu yangdapatmenambahrasa takutmu kepadaAllah Taala” (Hadist Nabi Muhammad SAW) “Ilmu tanpa amal, Amal tanpa ikhlas bagaikan angka sepuluh yang kehilangan angka satu, tiada berarti” (Roswida Wida) “Aku dengar lalu aku lupa, Aku lihat lalu aku ingat, Aku lakukan maka aku mengerti” (Confucius)
v
PERSEMBAHAN Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, tiada kata yang lebih indah untuk diucapkan atas selesainya satu amanah, tanggung jawab dan impian ini. Sebagai bentuk cintaku pada semua yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini, saya persembahkan karya ini untuk: 1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Jumidah dan Ibu Haniyah yang begitu sabar
merawat
dan
mendidik
anak-anaknya
dengan
penuh
pengorbanan. Ribuan nasehat dan do’a dalam sujudnya selalu memberikan semangat sehingga mampu menyelesaikan pendidikan pada jenjang ini 2. Kakak dan adik tersayang, Suparti Handayani dan Tri Mulyanto yang selalu memberikan inpirasi untuk mencapai masa depan yang lebih baik serta dukungan untuk survive dalam hidup 3. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta 4. Agama, Nusa dan Bangsa
vi
PERSEPSI GURU TENTANG PELAKSANAAN WORKSHOP KURIKULUM 2013 BAGI GURU SD DI SEKOLAH PILOTING KABUPATEN SLEMAN Oleh Ari Wahyudi NIM 11101241050 ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan ketercapaian tujuan workshop; (2) mendeskripsikan relevansi materi workshop; (3) mendeskripsikan kepuasan pelaksanaan workshop (4) mendeskripsikan pencegahan hambatan workshop; dan (5) mendeskripsikan dampak pelaksanaan workshop kurikulum 2013 terhadap efektivitas pembelajaran di sekolah. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Lokasi penelitian di SD Piloting Kurikulum 2013 Kabupaten Sleman. Subyek penelitian ini adalah para guru yang sudah mengikuti workshop kurikulum 2013 dengan jumlah sampel penelitian 109 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut: (1) pelaksanaan workshop kurikulum 2013 meliputi ketercapaian tujuan workshop dengan hasil 63% responden menyatakan tercapai; (2) relevansi materi dengan hasil 85% responden menyatakan tercapai; (3) kepuasan pelaksanaan workshop dengan hasil 72% responden menyatakan tercapai; (4) pencegahan hambatan yang timbul selama workshop dengan hasil 67% responden menyatakan tercapai; dan (5) kebermanfaatan workshop dengan hasil 71% responden menyatakan tercapai. Kata kunci: kurikulum 2013, workshop, guru SD
vii
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad, taufik dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul “Studi Deskriptif Pelaksanaan Workshop Kurikulum 2013 bagi Guru SD di Sekolah Piloting Kabupaten Sleman” diajukan sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan. Terselesaikannya skripsi ini berkat bantuan dari berbagai pihak baik dukungan langsung ataupun dukungan moril. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terimakasih dengan tulus kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian. 2. Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini. 3. Dosen Pembimbing Skripsi Bapak Dr. Cepi Safrudin A. J., M. Pd yang dengan sabar membimbing dan memberi motivasi, meluangkan waktu dan tenaga sehingga skripsi ini dapat selesai. 4. Penguji Utama Ibu Prof. Dr. C. Asri Budiningsih dan Sekretaris Penguji Bapak Slamet Lestari, M. Pd yang telah berkenan memberikan koreksi dan masukan terhadap hasil penelitian ini. 5. Seluruh Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan yang telah memberikan ilmunya dan dengan tulus hati membimbing kami. 6. Seluruh Kepala Sekolah SD Piloting Kurikulum 2013 di Kabupaten Sleman dan guru-guru, terimakasih telah berkenan memberi izin dan membantu penelitian kami. 7. Bapak Siswanto sekeluarga yang telah dengan tulus hati memberikan dorongan moril dan meteriil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dan dapat menyelesaikan pendidikan S1.
viii
ix
DAFTAR ISI hal HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................
vi
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................
vii
KATA PENGANTAR ................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
x
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..............................................................................
7
C. Batasan Masalah ...................................................................................
8
D. Rumusan Masalah .................................................................................
9
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................
9
F. Manfaat Penelitian ................................................................................
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengembangan Sumber Daya Manusia .................................................
11
B. Pendidikan dan Pelatihan ......................................................................
16
C. Kurikulum .............................................................................................
18
D. Kurikulum 2013 ....................................................................................
24
E. Penelitian yang Relevan ........................................................................
36
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ..................................................................................
38
B. Waktu dan Tempat Penelitian ...............................................................
38
x
C. Populasi dan Sampel .............................................................................
38
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................
40
E. Instrumen Penelitian .............................................................................
41
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen .....................................................
42
G. Teknik Analisis Data .............................................................................
43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ..................................................................
45
B. Penyajian Data Hasil Penelitian ............................................................
47
C. Pembahasan ...........................................................................................
59
D. Keterbatasan Penelitian .........................................................................
72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...........................................................................................
74
B. Saran .....................................................................................................
75
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
77
LAMPIRAN .................................................................................................
80
xi
DAFTAR TABEL hal Tabel 1.
Daftar SD Piloting Kurikulum 2013 Kab. Sleman....................
39
Tabel 2.
Interval Skor Penelitian Skala Guttman ...................................
40
Tabel 3
Kisi-kisi Instrumen Penelitian ...................................................
42
Tabel 4.
Daftar Pengawas dan Sekolah Binaan Pelaksana K. 13 ...........
46
Tabel 5.
Analisis Data Variabel Ketercapaian Tujuan Workshop .........
48
Tabel 6.
Analisis Data Variabel Relevansi Materi .................................
50
Tabel 7.
Analisis DataVariabel Kepuasan Pelaksanaan Workshop .......
52
Tabel 8.
Analisis DataVariabel Hambatan Workshop ...........................
54
Tabel 9.
Analisis DataVariabel Kebermanfaatan workshop ..................
56
xii
DAFTAR GAMBAR hal Gambar 1. Diagram Dampak Kurikulum 2013 terhadap Guru ...................
xiii
71
DAFTAR LAMPIRAN hal Lampiran 1.
Surat Permohonan Penelitian dari FIP UNY ..................
80
Lampiran 2.
Surat Ijin Penelitian dari Kesbanglinmas .......................
81
Lampiran 3.
Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ................
84
Lampiran 4.
Instrumen Uji Coba Penelitian .......................................
89
Lampiran 5.
Instrumen Penelitian .......................................................
93
Lampiran 6.
Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas ............................
97
Lampiran 7.
Hasil Rapat Koordinasi ...................................................
105
Lampiran 8.
Data Hasil Penelitian .......................................................
108
Lampiran 9.
Alokasi Waktu Penyelenggaraan Workshop ...................
110
Lampiran 10.
Struktur Kurikulum Workshop Kurikulum .....................
111
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang telah diberikan akal untuk berfikir. Berawal dengan mengenal baik dan buruk sesuatu hingga manusia ingin mengetahui semua yang ada di lingkungan sekitarnya. Telah berabad-abad lamanya manusia saling mengungguli dalam upaya mencari ilmu pengetahuan (pendidikan) untuk menambah kualitas hidup. Pendidikan semakin dicari dan menjadi kebutuhan manusia, bahkan pendidikan dilakukan sepanjang hidup. Proses mencari pengetahuan dapat dilakukan secara disengaja ataupun tidak disengaja, bertahap ataupun bebas dan dapat terjadi dimana saja. Berlandaskan pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah: “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” Berlandaskan pengertian pendidikan tersebut, maka pendidikan sangat penting bagi Negara Indonesia untuk dilaksanakan bagi seluruh masyarakat. Diperlukan sistem pendidikan yang maju, sesuai dengan tuntutan jaman dan komprehensif untuk menjadikan masyarakat madani. Indonesia telah menjadikan pendidikan sebagai perhatian utama dalam pembangunan. Pendidikan dianggap menjadi investasi masa depan untuk dapat membangun bangsa menjadi bangsa yang bermartabat dan menjadikan
1
masyarakatnya
yang
sejahtera.
Pendidikan
dijadikan
sebagai
prioritas
pembangunan, dengan pendidikan nasional yang mempunyai fungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan yang diselenggarakan harus dapat berfungsi secara optimal sebagai tempat membangun karakter untuk dapat melanjutkan pembangunan bangsa dan negara. Pendidikan di Indonesia juga dilaksanakan untuk mewujudkan cita-cita negara Indonesia yang termaktub dalam landasan negara yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pelaksanaan pendidikan diwujudkan dengan diselenggarakannya proses belajar mengajar di setiap sekolah. Selain itu disusunnya kurikulum nasional menjadi suatu alat untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar, serta untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Kurikulum yang disusun disesuaikan dengan tuntutan pendidikan dan untuk menghadapi tantangan global serta berbagai permasalahan lingkungan. Kurikulum nasional yang digunakan terakhir adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menekankan pada pemanfaatan sumber daya sekolah. Kurikulum KTSP yang telah digunakan selama 8 tahun sejak 2006 dianggap sudah tidak relevan dengan kondisi zaman sekarang, sehingga perlu dilakukan perubahan kurikulum. Perubahan kurikulum dilakukan guna menghadapi tantangan internal
2
maupun eksternal. Sesuai dalam Lampiran Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar /Madrasah Ibtidaiyah, perlu diketahui bahwa tantangan internal yang harus dihadapi terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Penyempurnaan pola pikir terhadap proses pendidikan yang dilaksanakan dan penguatan tata kelola kurikulum serta penguatan materi sehingga dapat menjadikan pendidikan yang semakin berkualitas. Perlu diketahui bahwa perubahan kurikulum juga digunakan untuk menjawab tantangan eksternal yang terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Hal ini juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Perubahan kurikulum oleh Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah disusun pada tahun 2012 dan mulai diimplementasikan pada tahun 2013 bertujuan untuk mencetak generasi yang siap menghadapi masa depan. Kurikulum disusun dan dilaksanakan untuk menyetarakan dengan perkembangan yang akan muncul dimasa depan dengan memfokuskan pada
3
kemajuan peserta didik agar mampu meneliti, mengkomunikasikan, dan menalar terhadap materi pelajaran yang telah diterima. Sebagai langkah awal untuk mengenalkan serta untuk mengetahui tingkat kesesuaian dan ketepatan kurikulum 2013 serta melihat kesiapan stakeholder pendidikan terhadap perubahan perlu dilakukan sosialisasi kurikulum baru terhadap pengawas, kepala sekolah dan guru baik jenjang TK, SD, SMP maupun SMA. Seperti yang tercantum dalam Modul Materi Pelatihan Guru Imlementasi Kurikulum 2013, disebutkan bahwa tujuan dilaksanakannya
pelatihan
implementasi Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut. (1) Guru mampu melaksanakan tugas sesuai dengan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian Kurikulum 2013; (2) Kepala sekolah mampu mengerahkan sumber daya yang dimiliki dalam rangka menjamin keterlaksanaan implementasi Kurikulum 2013; dan (3) Pengawas sekolah mampu memberikan bantuan teknis secara benar Kepada Sekolah dalam mengatasi hambatan selama implementasi Kurikulum 2013. Hal ini sesuai dengan tujuan dan harapan yang dikatakan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis Jawa Barat dalam Harian Online Pikiran Rakyat, tanggal 19 November 2013, bahwa tujuan dilaksanakannya sosialisasi adalah untuk memberikan konsep pemahaman dan gambaran mengenai metode pembelajaran serta seluruh komponen yang diterapkan dalam kurikulum 2013. Sebab dalam kurikulum yang baru ini berbeda dengan metode kurikulum yang selama ini diterapkan (KTSP). Tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah diharapkan mampu mengetahui dan menguasai kurikulum pembelajaran yang baru, sehingga dapat mengimplementasikan dalam pembelajaran di kelas. Workshop kurikulum 2013 dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan semua Pemerintah Daerah. Pelaksanaan workshop Kurikulum 2013 di Kabupaten
4
Sleman sendiri diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Dasar, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sleman sebagai pelaksana tingkat daerah serta Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) DIY sebagai pelaksana tingkat pusat. Pelaksanaan workshop kurikulum 2013 dimulai dari tahun 2013 hingga 2015. Pelaksanaan workshop di Kabupaten Sleman dilaksanakan dalam beberapa tahap dan tempat. Hal ini karena jumlah sekolah dasar dan jumlah pengawas, kepala sekolah, guru yang berbanding dengan jumlah sekolah tersebut. Jumlah sekolah dasar negeri dan swasta di Kabupaten Sleman berjumlah 498 sekolah. Implementasi kurikulum 2013 yang akan dilaksanakan terlebih dahulu diterapkan pada beberapa sekolah piloting yang telah dianggap mampu untuk melaksanakan kurikulum 2013. Penerapan kurikulum 2013 pada sekolah piloting ini adalah untuk memperkenalkan dan mengetahui sejauh mana keefektifan serta sebagai uji coba kurikulum baru tersebut. Maka dari itu, pelaksanaan workshopkurikulum diperuntukan untuk guru-guru SD piloting yang akan melaksanakan kurikulum 2013 terlebih dahulu. Penerapan kurikulum 2013 pada sekolah piloting di Kabupaten Sleman diselenggarakan sesuai dengan Rapat Koordinasi antara Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sleman dengan Sekolah Pelaksana Piloting Kurikulum 2013 menghasilkan keputusan yakni Kecamatan Pakem: SD Percobaan 3; Kecamatan Depok: SD Muh. Condongcatur, SD Budi Mulia Dua Pandeansari, SDN Babarsari, SDN Nogopuro, dan SD Budi Mulia Dua Seturan; Kecamatan Berbah: SD Muh. Pajangan; Kecamatan Kalasan: SD Kalasan 1 dan SD Purwomartani; Kecamatan Sleman: SD Tlacap; Kecamatan Godean: SD
5
Godean 1; Kecamatan Ngaglik: SD Gentan dan MIN Tempel; dan Kecamatan Mlati: SD Cebongan. Sementara pelaksanaan workshop kurikulum 2013 untuk semua sekolah dilaksanakan secara bertahap. Hal ini karena melihat jumlah guru dan kepala sekolah yang banyak untuk mengikuti workshop kurikulum. Jumlah guru SD di Kabupaten Sleman yang telah mengikuti workshop kurikulum adalah berjumlah 912 guru SD kelas 1, 2, 4 dan 5. Sementara guru kelas 3 dan 6 baru akan mengikuti workshop pada tahun 2015. Penyelenggaraannya dilaksanakan dengan kerjasama Dinas Pendidikan dan sekolah-sekolah yang mempunyai banyak gedung serta berlokasi strategis. Workshop kurikulum baru 2013 yang telah dilaksanakan memberikan pemahaman dan gambaran tentang teori maupun praktik pembelajaran pada kurikulum 2013. Komponen kurikulum yang diajarkan kepada para guru adalah menyangkut isi /bahan ajar, proses dan strategi belajar, media pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Workshop yang hanya dilakukan selama lima hari diharapkan dapat berpengaruh terhadap pelaksanaan pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan lancar. Bermodalkan dari materi-materi yang telah diberikan oleh nara sumber, proses kegiatan belajar mengajar di kelas secara perlahan harus sesuai dengan komponen dan indikator dalam kurikulum 2013. Penekanan terhadap kompetensi sikap (karakter), pengetahuan dan keterampilan setiap peserta didik menuntut guru untuk dapat memberikan tauladan serta dapat mengamati perkembangan peserta didik.
6
Namun, workshop kurikulum baru yang hanya dilakukan secara maraton tersebut, belum dapat membekali guru dalam melakukan pembelajaran di kelas secara maksimal. Buku pegangan guru dan siswa yang belum tersedia dengan lengkap juga membuat guru bingung terhadap pelaksanaan pembelajaran di kelas. Guru harus merencanakan isi pembelajaan sendiri sesuai dengan kurikulum 2013 yang didapatkan dari workshop. Guru kembali ke sekolah dengan membawa pengetahuan baru tentang pelaksanaan kurikulum baru yang sedikit menimbulkan berbagai permasalahan yang muncul. Banyak guru yang belum memahami dengan benar komponenkomponen kurikulum terbaru yang berbeda dari kurikulum sebelumnya. Selain itu, pengawas sekolah yang bertugas melakukan pembinaan terhadap guru juga belum menguasai kurikulum 2013 dengan baik, sehingga antara supervisor dan guru belum mempunyai kematangan pengetahuan tentang kurikulum 2013. Berdasarkan uraian diatas, penyelenggaraan workshop dalam rangka pelaksanaan kurikulum 2013 dan berbagai masalah yang ada, peneliti bermaksud mengadakan penelitian untuk mengetahui Persepsi Guru tentang Workshop Kurikulum 2013 bagi Guru SD di Sekolah Piloting Kabupaten Sleman yang berkaitan dengan peran guru dalam mengikuti workshop kurikulum 2013. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pelaksanaan workshop kurikulum 2013 terhadap kinerja guru SD piloting di Kabupaten Sleman. Identifikasi masalah tersebut adalah sebagai berikut:
7
1. Perubahan kurikulum yang dilakukan dengan singkat memunculkan kekurangan-kekurangan terhadap pelaksanaan kurikulum yang baru, terutama dalam hal implementasi kurikulum. 2. Sebagai upaya untuk mengetahui tingkat kesiapan, kesesuaian dan ketercapaian kurikulum 2013, maka dilakukan uji coba kurikulum 2013 pada sekolah-sekolah tertentu (piloting school) selama dua semester. Namun dalam pelaksanaannya terdapat beberapa permasalahan yaitu guru masih merasa bingung terhadap teknik mengajar yang sesuai dengan kurikulum 2013. 3. Meskipun telah mengikuti workshop kurikulum 2013, ternyata masih banyak stakeholder sekolah terutama guru belum siap dengan kurikulum 2013. Hal ini karena kurikulum 2013 membutuhkan kejelian dan ketelitian dalam pelaksanaannya. 4. Pelaksanaan kurikulum 2013 di sekolah ternyata belum diiringi dengan kelengkapan sarana pendukung yang memadai, hal ini terlihat dari terlambatnya pengiriman buku pegangan guru dan siswa yang mestinya sudah harus digunakan dalam pembelajaran. C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang terlihat bahwa permasalahan yang berkaitan dengan implementasi kurikulum 2013 terutama pada proses workshop kurikulum 2013 sangat kompleks. Maka penelitian akan dibatasi pada lingkup deskriptif pelaksanaan workshop kurikulum 2013 bagi guru SD sekolah piloting di Kabupaten Sleman. Penelitian ini ditujukan kepada Guru SD di SD Piloting Kurikulum 2013 se-Kabupaten Sleman.
8
D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, hasil observasi dan kenyataan yang ada, dalam melakukan penelitian dapat dirumuskan masalah yaitu: 1. Apakah tujuan workshop kurikulum 2013 telah tercapai? 2. Apakah materi yang disampaikan relevan dengan struktur kurikulum dan karakteristik siswa di sekolah? 3. Apakah peserta workshop merasa puas terhadap workshop kurikulum 2013 yang diikutinya? 4. Apakah
pencegahan
hambatan
yang
muncul
saat
workshop
dapat
diminimalisir? 5. Apakah pelaksanaan workshop kurikulum 2013 memberikan dampak terhadap efektivitas pembelajaran di sekolah? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai berdasarkan rumusan masalah di atas adalah untuk : 1. Mendeskripsikan ketercapaian tujuan workshop kurikulum 2013. 2. Mendeskripsikan relevansi materi workshop kurikulum 2013 dengan struktur kurikulum dan karakteristik siswa di sekolah. 3. Mendeskripsikan kepuasan pelaksanaan workshop kurikulum 2013. 4. Mendeskripsikan pencegahan hambatan yang muncul saat workshop. 5. Mendeskripsikan dampak /manfaat workshop kurikulum 2013 terhadap efektivitas pembelajaran di sekolah.
9
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Menambah pengetahuan khususnya mengenai perubahan kurikulum dan pelaksanaan kurikulum serta dapat dijadikan referensi dalam evaluasi pelaksanaan kurikulum 2013. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam mengikuti perkembangan pelaksanaan kurikulum 2013 pada guru SD piloting seKabupaten Sleman. b. Bagi Guru Penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk melihat kesiapan guru dalam melaksanakan kurikulum 2013 di sekolah, sehingga dapat menjadi evaluasi. c. Bagi Sekolah Penelitian ini bisa menjadi bahan masukan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan kurikulum 2013 di sekolah, sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengembangan Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia dapat dikatakan sebagai pegawai yang mempuyai potensi-potensi yang dapat dikembangkan dan diberdayakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Sebagai upaya untuk menghadapi tuntutan tugas dan untuk menjawab tantangan masa depan, pengembangan SDM merupakan suatu keharusan mutlak bagi seseorang yang berkecimpung di suatu organisasi. Seorang kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi kepercayaan untuk mengelola sekolahnya, maka ia harus selalu mengembangkan diri dan bawahannya guna memenuhi tuntutan tugas dan organisasi. Randy L. DeSimone & Jon M. Werner (2012: 4) menjelaskan “human resources development (HRD) can be defined as a set of systematic and planned activities designed by an organization to provide its members with the opportunities to learn necessary skills to meet current and future job demands”. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan secara sistematis dan terencana yang dirancang oleh suatu organisasi untuk memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk belajar keterampilan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan pekerjaan saat ini dan masa depan. Berdasarkan uraian atau penjelasan dari para ahli di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pelatihan dan pengembangan bagi pegawai mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan kompetensinya guna meningkatkan produktivitas kerja. Perbedaan dari pelatihan dan pengembangan hanya pada penyebutan istilah dan ditujukan kepada siapa,
11
pelatihan lebih sering ditujukan bagi para pegawai (bawahan), sedangkan pengembangan ditujukan bagi seorang pimpinan (atasan). Bila didalam dunia pendidikan sebutan bawahan untuk para guru/tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, sedangkan pimpinan untuk kepala sekolah, kepala dinas, dan lain sebagainya yang mempunyai jabatandalam struktural. Maka untuk menciptakan guru /tenaga pendidik yang profesional diperlukan strategi pengembangan yang tersusun dengan baik. 1. Pengembangan Guru Guru sebagai tenaga pendidik memegang peranan penting dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Tugas utama sebagai pengajar harus diikuti denganberbagai kompetensi untuk mendukung dalam melaksanakan perannya menjadikan pendidikan yang maju. Selain itu perlu adanya dukungan dan motivasi agar berkembang dan mampu bersaing sesuai dengan perubahan jaman. Maka untuk meningkatkan, dan membentuk guru yang profesional perlu dilakukan upaya pembinaan, pendidikan dan pelatihan. Menurut Soedijarto (Kunandar, 2010 : 57) guru harus memiliki kemampuan profesional yang meliputi (1) merancang dan merencanakan program pembelajaran; (2) mengembangkan program pembelajaran; (3) mengelola pelaksanaan pembelajaran; (4) menilai proses dan hasil pembelajaran; dan (5) mendiagnosis faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan
12
Angka Kreditnya pasal 13 ayat 1-2, peran guru terhadap kemampuan yang dimilikinya meliputi: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
menyusun kurikulum pembelajaran pada satuan pendidikan; menyusun silabus pembelajaran; menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran; melaksanakan kegiatan pembelajaran; menyusun alat ukur /soal sesuai mata pelajaran; menilai dan mengevaluasi proses dan hasil belajar pada mata pelajaran yang diampunya; 7) menganalisis hasil penilaian pembelajaran; 8) melaksanakan pembelajaran /perbaikan dan pengayaan dengan memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi; 9) menjadi pengawas penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar tingkat sekolah dan nasional; 10) membimbing guru pemula dalam program induksi; 11) membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler proses pembelajaran 12) melaksanakan pengembangan diri 13) melaksanakan publikasi ilmiah; dan 14) membuat karya inovatif. Guna menunjang kemampuan dan peran para guru tersebut, maka perlu dilakukan upaya pengembangan guru. Pengembangan guru merupakan proses yang harus ditempuh oleh guru sehingga perlu koordinasi secara tepat. Saat ini terdapat banyak kecenderungan dalam pengembangan guru sesuai menurut Sudarwan Danim (2015 : 7) yaitu (1) berbasis pada program pendidikan; (2) menyiapkan guru untuk menguji dan mengakses kemampuan praktis dirinya; (3) diorganisasikan dengan pendekatan kolegialitas; (4) berfokus pada partisipasi guru dalam proses pembuatan keputusan mengenai isu-isu esensial di lingkungan sekolah; dan (5) membantu guru-guru yang dipandang masih lemah pada beberapa aspek tertentu dari kompetensinya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan guru sebagai tenaga pendidik memiliki banyak peranan yang harus dilakukan dan dituntut untuk
13
menguasai berbagai kemampuan. Kemampuan tersebut yang akan membantu dalam melaksankan tugasnya. Seiring dengan berbagai tantangan dan tuntutan peran maka perlu adanya pengembangan terhadap guru. Guru harus selalu diberi dukungan dan motivasi untuk selalu meningkatkan kompetensinya 2. Strategi Pengembangan Guru Pengembangan guru dapat dilakukan dengan berbagai cara dengan pola terpadu, konsepsional dan sistematis. Pendekatan yang digunakan dapat berupa pelimpahan tugas, pemberian feedback, pengembangan diri, dukungan sistem, dll. Menurut Ali Mudlofir (2012 : 135-137) secara teknis dan operasional teknik peningkatan pengembangan guru dapat dilakukan dengan: 1) In-house Training (IHT) 2) Program magang 3) Kemitraan sekolah 4) Belajar jarak jauh 5) Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus 6) Kursus singkat di lembaga pendidikan 7) Pembinaan internal oleh sekolah 8) Pendidikan lanjut 9) Diskusi masalah-masalah pendidikan 10) Mengikuti seminar ilmiah 11) Mengikuti workshop 12) Terlibat dalam penelitian 13) Penulisan buku /bahan ajar 14) Pembuatan media pembelajaran 15) Pembuatan karya teknologi /karya seni Berdasarkan uraian diatas, maka banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan /mengembangkan profesionalitas guru terutama terkait dengan implementasi kurikulum 2013. Perlu dirumuskan suatu instrumen untuk meningkatkan guru, dan dalam rangka implementasi kurikulum 2013 telah dicanangkan adanya pelatihan atau workshop. Pelaksanaan pelatihan atau
14
workshop perlu direncanakan dengan baik dari konsep hingga komponenkomponen yang mendukung terlaksananya pelatihan atau workshop. Proses tersebut menurut Oemar Hamalik (2005 : 10-12) tersusun dalam konsep pelatihan yang meliputi : (1) pelatihan adalah suatu proses; (2) pelatihan dilaksanakan dengan sengaja; (3) pelatihan diberikan dalam bentuk pemberian bantuan; (4) sasaran pelatihan adalah unsur ketenagakerjaan; (5) pelatihan dilaksanakan oleh tenaga profesional; (6) pelatihan berlangsung dalam satuan waktu tertentu; (7) pelatihan meningkatkan kemampuan kerja peserta; dan (8) pelatihan harus berkenaan dengan pekerjaan tertentu. Masih menurut Oemar Hamalik (2005 : 31) prinsip-prinsip latihan yaitu (1) latihan dilakukan untuk menguasai bahan pelajaran, melatih keterampilan; (2) peserta menyadari bahwa latihan itu bermakna; (3) latihan dilakukan untuk mengembangkan pengetahuan yang sudah dimiliki; (4) latihan berfungsi sebagai diagnosis mengoreksi kesalahan; (5) latihan dilakukan bertahap; (6) latihan dilakukan dalam sejumlah kurun waktu tertentu; (7) kegiatan latihan harus menarik; (8) latihan jangan dianggap upaya sambilan; (9) diperlukan ketekunan dan kedisiplinan; dan (10) latihan akan berhasil dengan mengurangi unsur emosi. Pelatihan juga bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan sesuai pendapat Noe (Kaswan, 2011 : 94) dengan cara : (1) memberitahu tentang tujuan pelatihan untuk meningkatkan kinerja; (2) memberi informasi tentang program pelatihan; (3) menunjukkan kesuksesan dari pelatihan; dan (4) memberi umpan balik dari pelatihan tersebut.
15
Pengembangan guru dapat harus dilakukan dan dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan instrumen pengembangan yang direncanakan. Terkait dengan pengembangan guru terhadap perannya untuk melaksanakan kurikulum 2013, maka perlu dilakukan adanya pelatihan /workshop dan sejenisnya. Melalui berbagai pendekatan konsep dan prinsip, pelatihan /workshop perlu dilaksanakan dengan sistematis dan terstruktur sehingga guru dapat memperoleh apa yang telah dirumuskan dalam pelatihan /workshop. B. Pendidikan dan Pelatihan Pendidikan dan pelatihan dalam bahasa inggris disebut ‘training’ atau ‘workshop’ merupakan pelatihan yang meliputi teori dan praktek secara terintegrasi atau bersifat “learning by doing”. Secara operasional, menurut Oemar Hamalik (2005 : 10) pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindak (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas dalam suatu organisasi. Menurut Soebagio Atmodiwirio (1993 : 2) Pendidikan dan pelatihan (training) adalah serangkaian kegiatan pendidikan
yang
mengutamakan perubahan pengetahuan, keterampilan dan peningkatan sikap seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya. 1. Tujuan Pendidikan dan Pelatihan Secara umum pendidikan dan pelatihan menurut Abdullah Tuasikal (2014) bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada personil dalam meningkatkan
16
kecakapan dan keterampilan mereka, terutama dalam bidang-bidang yang diperlukan dalam pencapaian tujuan organisasi. MenurutPeraturan Pemerintah No 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan pasal 2, diklat mempunyai tujuan: 1) meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas jabatan secara profesional dengan dilandasi kepribadian dan etika sesuai dengan kebutuhan instansi; 2) menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharuan dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa; 3) memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat; dan 4) menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudnya kepemerintahan yang baik. Kebutuhan akan
pendidikan
dan
pelatihan
selalu
dibutuhkan
untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terutama terhadap guru dan kepala sekolah sebagai tenaga pendidik. Selain itu adanya perubahan kurikulum sehingga perlu adanya sosialisasi dan pelatihan terhadap kurikulum baru.
2. PrinsipPelatihan Pelatihan /workshop yang diselenggarakan harus mempunyai prinsip sesuai dalam Oemar Hamalik (2005 : 31) meliputi : 1) pelatihan dilakukan dengan maksud untuk menguasai bahan pelajaran tertentu; 2) para peserta menyadari bahwa pelatihan itu bermakna bagi kehidupannya; 3) latihan harus dilakukan terhadap hal-hal yang telah diperoleh peserta; 4) latihan berfungsi sebagai diagnosis melalui usaha membaca berkalikali, mengadakan koreksi atas kesalahan-kesalahan yang timbul; 5) latihan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: mula-mula latihan untuk mendapat ketepatan, selanjutnya antara keduanya dicari keseimbangan; 6) latihan dibagi-bagi menjadi sejumlah kurun waktu latihan yang singkat; 7) kegiatan latihan harus hidup, menarik dan menyenangkan; 8) latihan jangan dianggap sebagi upaya sambilan untuk dilakukan seenaknya secara insidental; 9) latihan dapat mencapai kemajuan berkat ketekunan dan kedisiplinan tinggi; dan
17
10) latihan yang dilaksanakan lebih berhasil, bila unsur emosi sedapat mungkin dikurangi. Pola keterpaduan dan modal pelatihan berupa pendekatan yang bertitik tolak dari keseluruhan komponen untuk saling berinteraksi, berinteralasi dan bersinergi bersama. Keterpaduan tersebut menurut Oemar Hamalik (2005 : 17) meliputi: 1) Keterpaduan dalam tingkat makro Pelatihan terintegrasi dengan berbagai disiplin ilmu 2) Keterpaduan pada tingkat struktural Pelatihan dilaksanakan berdasarkan tanggung jawab bersama antar lembaga pelatihan, pemerintah, masyarakat, dll. 3) Keterpaduan pada tingkat mikro Pelatihan menggunakan program tenaga terpadu untuk memajukan nilai-nilai kemanuasiaan, kebutuhan pembangunan dan kemajuan iptek 4) Keterpaduan pada tingkat individual Penggunaan strategi pengajaran terpadu yang menitikberatkan pada proses pembelajaran kelompok dan individual dengan berbagai pendekatan. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan harus sesuai dengan tujuan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Keterpaduan dan sinergi terhadap semua faktor pendukung dan stakeholder yang terlibat harus terjalin dengan baik, sehingga akan terlaksana pendidikan dan pelatihan yang optimal. C. Kurikulum Secara etimologis curriculum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya ‘pelari’ dan curere yang berarti ‘tempat berpacu’. Istilah ini pertama kali digunakan dalam bidang olahraga. Baru pada tahun 1855, istilah kurikulum digunakan dalam dalam bidang pendidikan. Pengertian kurikulum dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 9 adalah “seperangkat rencana dan
18
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.” Secara terminologis, istilah kurikulum dalam dunia pendidikan berarti sejumlah mata pelajaran yang berisi pengetahuan-pengetahuan yang harus diselesaikan oleh siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut para ahli, Tanner & Tanner (Rakhmat Hidayat, 2011) mendefinisikan kurikulum sebagai “The planned and guided learning experiences and intended learning outcomes, formulated through the systemic recontruction of knowledge and experience, under the auspices of the school, for the learner’s continuous and wilfil in personal social competence.” Menurutnya, kurikulum adalah pengalaman belajar yang direncanakan dan dibimbing dan dimaksudkan sebagai hasil belajar, dirumuskan melalui rekonstruksi pengetahuan dan pengalaman yang sistematis, yang dibimbing sekolah, bagi kesinambungan perkembangan kompetensi sosial pembelajar (murid). Berbeda pula definisi dari James Popham & Eva Baker (1970). Menurut mereka, kurikulum adalah seluruh hasil belajar yang direncanakan dan merupakan tanggung jawa sekolah. Materi kurikulum mengacu kepada tujuan pengajaran yang diinginkan. Pengertian kurikulum terus berkembang seiring dengan perkembangan berbagai hal yang menjadi tugas pendidikan. Purwadi (Suparlan, 2011 : 40) menganalisis dimensi kurikulum menjadi enam bagian, yakni (a) kurikulum sebagai ide; (b) kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan sebagai
19
pedoman dan panduan dalam melaksanakan kurikulum; (c) kurikulum menurut persepsi pengajar; (d) kurikulum operasional, yakni kurikulum yang dilaksanakan oleh pengajar di dalam kelas; (e) curriculum experience, yakni kurikulum yan dialami oleh peserta didik; dan (f) kurikulum yang diperoleh dari proses penerapan kurikulum itu sendiri. Hamid Hasan (Sholeh Hidayat, 2013) mengemukakan untuk menyatukan berbagai pandangan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu (a) kurikulum sebagai suatu ide, yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan; (b) kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide, yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat dan waktu; (c) kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis; dalam bentuk praktik pembelajaran; dan (d) kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik. Berdasarkan berbagai definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan bukan hanya menyampaikan pelajaran, tetapi untuk mengembangkan karakter siswa dan belajar cara hidup dalam masyarakat sehingga diperlukan suatu alat untuk melaksanakan yang biasa disebut dengan kurikulum Pengertian kurikulum sangat luas, meliputi semua kegiatan persekolahan dan lembaga terkait. Kurikulum akan semakin kompleks dan fokus seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan nalar manusia. Kurikulum
20
tidak dibatasi oleh ruang dan lingkup, dapat dilaksanakan di dalam atau di luar ruangan sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang telah dicanangkan. Strategi dan metode penerapan kurikulum yang diterapkan bervariasi serta penggunaan berbagai media pembelajaran yang sesuai, hal ini karena beragamnya siswa dan perkembangan teknologi sehingga tujuan pembelajaran tetap dapat tercapai. Tercapainya tujuan pembelajaran akan searah dengan tercapainya tujuan pendidikan nasional sebagai tujuan bersama suatu bangsa. 1. Fungsi Kurikulum Menurut Hendyat Soetopo & Wasty Soemanto (Joko Susilo, 2007: 83) fungsi kurikulum dibagi menjadi tujuh bagian, yaitu: a. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Maksudnya bahwa kurikulum merupakan suatu alat atau usaha untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan oleh sekolah yang dianggap cukup tepat dan penting untuk dicapai. Tujuan yang diinginkan tidak tercapai maka orang cenderung untuk meninjau kembali alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. b. Fungsi kurikulum bagi anak Maksudnya kurikulum sebagai organisasi belajar tersusun yang disiapkan untuk siswa sebagai salah satu konsumsi bagi pendidikan mereka. Diharapkan akan mendapat sejumlah pengalaman baru yang kelak kemudian hari dapat dikembangkan seirama dengan perkembangan anak. c. Fungsi kurikulum bagi guru Fungsi kurikulum bagi tenaga pendidik ada tiga macam, yaitu:
21
1) Sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar bagi anak didik 2) Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan 3) Sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan dan pengajaran d. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan pembina sekolah Fungsi kurikulum bagi pimpinan sekolah mempunyai arti: 1) Sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi yaitu memperbaiki situasi belajar 2) Sebagai
pedoman
dalam
melaksanakan
fungsi
supervisi
dalam
menciptakan situasi utnuk menunjang situasi belajar anak ke arah yang lebih baik 3) Sebagai
pedoman
dalam
melaksanakan
fungsi
supervisi
dalam
memberikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki situasi mengajar 4) Sebagai pedoman untuk mengembangkan kurikulum lebih lanjut 5) Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi kemajuan belajar mengajar e. Fungsi kurikulum bagi orang tua murid Maksudnya orang tua dapat turut serta membantu usaha sekolah dalam memajukan putra-putrinya. Bantuan orangtua ini dapat melalui konsultasi langsung dengan sekolah /guru, dana, dan sebagainya. f. Fungsi kurikulum bagi sekolah pada tingkatan diatasnya Ada dua jenis berkaitan dengan fungsi ini, yaitu pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan dan penyiapan tenaga kerja.
22
g. Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah Terdapat dua hal yan bisa dilakukan dalam fungsi ini, yaitu pemakai lulusan untuk turut memberikan bantuan guna memperlancar pelaksanaan program pendidikan yang membutuhkan kerja sama dengan pihak orang tua /masyarakat. Memberikan kritik atau saran yang membangun dalam rangka menyempurnakan program pendidikan di sekolah agar bisa lebih serasi dengan kebutuhan masyarakat dan lapangan kerja. Kurikulum pada dasarnya berfungsi sebagai pedoman atau acuan, baik untuk guru, kepala sekolah, pengawas, orangtua dan peserta didik itu sendiri. Kurikulum menjadi kemudi terhadap pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar dan hubungan antara semua pemangku kepentingan. 2. Komponen Kurikulum Kurikulum sebagai alat pendidikan mempunyai komponen-komponen penunjang yang saling mendukung. Menurut Subandijah (Abdullah Idi, 2007: 51) membagi komponen kurikulum ke dalam: a. Tujuan b. Isi atau materi c. Organisasi atau strategi d. Media; dan e. Komponen proses belajar mengajar. Sedangkan yang termasuk kategori komponen penunjang kurikulum mencakup: a. Sistem /administrasi dan supervisi
23
b. Pelayanan bimbingan dan penyuluhan; dan c. Sistem evaluasi Kurikulum
merupakan
sebuah
sistem
yang
komponen-komponen
pendukungnya saling berkaitan. Bila komponen kurikulum tersebut mengalami masalah, maka sistem kurikulum akan terganggu. Sesuai pendapat Toto Ruhimat, dkk (2012: 46) komponen kurikulum sebagai penyusun sistem kurikulum terdiri dari: 1) Komponen tujuan 2) Isi kurikulum 3) Metode atau strategi pencapaian tujuan; dan 4) Komponen evaluasi D. Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 yang telah disusun dalam Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini dijadikan dasar pelaksanaan implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar. 1. Pengertian Kurikulum 2013 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 19 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai
24
tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 memenuhi kedua dimensi tersebut. Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sesuai dalam Lampiran Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar /Madrasah Ibtidaiyah sebagai berikut: a. Tantangan Internal Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian
pendidikan.
Tantangan
internal
lainnya
terkait
dengan
perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. b. Tantangan Eksternal Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan.
25
c. Penyempurnaan Pola Pikir Kurikulum 2013 juga dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut: 1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama; 2) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakatlingkungan alam, sumber/ media lainnya); 3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet); 4) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains); 5) pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim); 6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia; 7) pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik; 8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan 9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis. d. Penguatan Tata Kelola Kurikulum Pelaksanaan kurikulum selama ini menempatkan kurikulum sebagai daftar mata pelajaran. Pada Pendekatan Kurikulum 2013 diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut: 1) tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif;
26
2) penguatan
manajeman
sekolah
melalui
penguatan
kemampuan
manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader); dan 3) penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran. e. Penguatan Materi Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik. Sebagai upaya untuk menghadapi tantangan tersebut, kurikulum harus mampu membekali peserta didik dengan berbagai kompetensi yang diperlukan di masa depan sesuai perkembangan global. Kompetensi-kompetensi tersebut antara lain kemampuan berkomunikasi yang baik, kemampuan berpikir jernih dan kritis, mempertimbangkan segi moral suatu masalah, kemampuan menjadi warga negara yang bertanggungjawab dan bersaing secara global, mempunyai minat yang luas, menguasai pengetahuan dan mengembangkannya sesuai bakat /minat, dll. 2. Tujuan Kurikulum 2013 Kurikulum sebagai landasan pelaksanaan pendidikan mempunyai tujuan yang mendukung terhadap kemajuan Bangsa dan Negara. Kurikulum disusun dengan matang, sehingga tujuan yang diinginkan akan dapat tercapai dengan baik. Kurikulum 2013 dalam Lampiran Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar /Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif,
27
kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. 3. Dasar Kebijakan Kurikulum 2013 Landasan yuridis Kurikulum 2013 dalam Lampiran Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar /Madrasah Ibtidaiyah adalah: a. b. c. d.
Pancasila Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional; e. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; dan f. INPRES Nomor 1 tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional, penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa. Landasan konseptual Kurikulum 2013 dalam Mulyasa (2014: 65) adalah: a. Relevansi pendidikan (link and match) b. Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter c. Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) d. Pembelajaran aktif (student active learning) e. Penilaian yang valid, utuh dan menyeluruh 4. Karakteristik Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik yang sedemikian rupa sehingga dapat diimplementasikan dengan optimal sesuai dalam Lampiran
28
Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. a. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik; b. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar; c. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat; d. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan; e. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran; f. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti; g. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal). 5. Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013 Kurikulum disusun dan dirancang dengan tujuan untuk memberikan pedoman kepada para pelaksana pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kurikulum diharapkan dapat menjadi landasan dan pedoman bagi pelaksanaan
pendidikan,
sehingga
diperlukan
prinsip-prinsip
dalam
pengembangannya. Menurut Nana Syaodih (2005 : 150-154), prinsip-prinsip pengembangan kurikulum adalah : a. Prinsip-prinsip umum 1) Relevansi 2) Fleksibilitas 3) Kontinuitas
29
4) Praktis 5) Efektivitas b. Prinsip-prinsip khusus 1) Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan 2) Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan 3) Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar 4) Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran 5) Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan kondisi negara, kebutuhan masyarakat dan berbagai perkembangan serta perubahan yang sedang berlangsung sekarang. Perlu memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinisp sesuai dalam Balitbang Kemdikbud (Mulyasa, 2014: 81-82) : a. pengembangan kurikulum dilakukan mengacu pada standar nasional pendidikan utnuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional; b. kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik; c. mata pelajaran merupakan wahana untuk mewujudkan pencapaian kompetensi; d. Standar Kompetensi Lulusan dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional dan kebutuhan masyarakat, negara, serta perkembangan global; e. Standar Isi dijabarkan dari Standar Kompetensi Lulusan; f. Standar Proses dijabarkan dari Standar Isi; g. Standar Penilaian dijabarkan dari Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, dan Standar Proses; h. Standar Kompetensi Lulusan dijabarkan ke dalam Kompetensi Inti; i. Kompetensi Inti dijabarkan ke dalam Kompetensi Dasar yang dikontekstualisasikan dalam suatu mata pelajaran; j. kurikulum satuan pendidikan dibagi menjadi kurikulum tingkat nasional, daerah dan satuan pendidikan; k. proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, seta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
30
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik; l. penilaian hasil belajar berbasis proses dan produk; dan m. proses belajar dengan pendekatan ilmiah (scientific approach). 6. Implementasi Kurikulum 2013 Proses kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan kegiatan untuk melaksanakan dan menguji kurikulum. Semua konsep, prinsip, metode dan kemampuan guru dalam menguasai kurikulum baru diwujudkan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Sehingga peran guru sangat penting untuk mencapai keberhasilan implementasi kurikulum. Menurut Mars (Rusman, 2009: 74), “Terdapat lima elemen yang mempengaruhi implementasi kurikulum sebagai berikut: dukungan dari kepala sekolah, dukungan dari rekan sejawat guru, dukungan dari siswa, dukungan dari orangtua, dan dukungan dari dalam diri guru unsur yang utama.”Diperlukan kerjasama dari semua pihak untuk membantu tercapainya implementasi Kurikulum 2013. Implementasi kurikulum menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Dokumen Kurikulum 2013 (2012 : 18) adalah usaha bersama antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten /Kota dengan pembagian peran (1) Pemerintah mempersiapkan guru dan kepala sekolah untuk melaksanakan kurikulum; (2) Pemerintah melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum secara nasional; (3) Pemerintah Propinsi bertanggungjawab melakukan supervisi dan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum; dan (4) Pemerintah Kabupaten /Kota bertanggungjawab memberikan
31
bantuan profesional kepada guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan kurikulum. Stategi implementasi kurikulum sesuai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Dokumen Kurikulum 2013 (2012 : 18) terdiri atas (1) Pelaksanaan kurikulum di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan secara bertahap setiap tahun; (2) Pelatihan untuk pendidik dan tenaga kependidikan; (3) Pengembangan buku siswa dan buku pegangan guru; (4) Pengembangan manajemen, kepemimpinan, sistem administrasi, dan pengembangan budaya sekolah (budaya kerja guru); dan (5) Pendampingan dalam bentuk monitoring dan evaluasi untuk menemukan kesulitan dan masalah implementasi dan upaya mengatasinya. Berdasarkan panduan di atas, maka sebelum sekolah menerapkan Kurikulum 2013, semua stakeholder sekolah harus mengikuti dan mendapatkan pelatihan dan pendampingan implementasi kurikulum baru. Menurut Soetrisno, dkk (1993 : 21) sebaiknya: (1) peserta workshop diutus oleh suatu lembaga baik dari lembaga swasta, pemerintahan atau kemasyarakatan; (2) peserta diutus dalam bentuk tim; (3) jumlah peserta setiap angkatan dibatasi, hal ini agar lebih mudah dalam pengembangan sikap peserta; (3) peserta tidak terlalu heterogen, maksudnya tidak terlalu berbeda dalam profesi, pendidikan, pengalaman dan umur; dan (5) peserta disiapkan sebelum mengikuti latihan berupa penjelasan terhadap workshop yang akan diselenggarakan. Pelatihan dan pendampingan dilakukan oleh Pemerintah sebagai penanggungjawab pelaksanaan kurikulum baru. Sesuai dalam Permendikbud No. 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan
32
Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013 menyebutkan bahwa setiap satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang belum melaksanakan Kurikulum 2013 harus mendapatkan pelatihan danpendampingan bagi: a. Kepala satuan pendidikan; b. Pendidik; c. Tenaga Kependidikan; dan d. Pengawas Satuan Pendidikan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pelatihan dan pendampingan bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan penyiapan pelaksanaanKurikulum 2013 bagi stakeholder
pendidikan
yang akan
melaksanakan
kegiatan
di
sekolah.
Impelementasi kurikulum baru akan dapat berhasil dengan baik jika terdapat komitmen dari semua pihak yang terlibat. Menurut Sugiyono (1998 : 3) tujuan utama latihan bagi pegawai adalah (1) memperoleh dan meningkatkan ketrampilan dalam suatu pekerjaan tertentu, sehingga pekerjaan yang dibebankan dapat dikerjakan dengan lebih tepat dan cepat; (2) memperoleh dan meningkatkan pengetahuan yang berhubungan dengan pekerjaan, sehingga lebih kreatif dan kritis dalam mengembangkan metode kerja; dan (3) memperoleh dan mengembangkan sikap kerja yang positif, sehingga menimbulkan kemauan kerjasama, meningkatkan moral kerja dan bertanggungjawab. Sesuai gambaran tersebut, tujuan dari pelaksanaan workshop kurikulum 2013 sendiri adalah mampu mendukung terwujudnya guru SD yang kompeten dan profesional dalam pelaksanaan pembelajaran berdasarkan pada Kurikulum SD tahun 2013. Mars (Oemar Hamalik, 2013: 239) menyebutkan bahwa tiga faktor yang mempengaruhi
33
implementasi kurikulum adalah dukungan kepala sekolah, dukungan rekan sejawat guru, dan dukungan internal di dalam kelas. Guru sebagai pengajar menjadi penentu utama keberhasilan implementasi kurikulum, namun pelaksanaan implementasi akan menjadi lebih mudah bila semua stakeholder saling mendukung dan menguatkan. Pelatihan dan pendampingan dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh KementerianPendidikan dan Kebudayaan. Kebijakan tersebut yang akan mendasari pelaksanaan pelatihan dan pendampingan Kurikulum 2013 disetiap daerah. Sesuai petunjuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Dokumen Kurikulum 2013 (2012 : 19), penyelenggaraan pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan merupakan bagian dari pengembangan kurikulum. Pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan disesuaikan dengan strategi implementasi, yaitu: tahun pertama 2013 sampai tahun 2015 ketika kurikulum sudah dinyatakan sepenuhnya diimplementasikan. Strategi pelatihan dimulai dengan melatih calon pelatih (master trainer) yang terdiri atas unsur-unsur yaitu dinas pendidikan, dosen, widyaiswara, guru inti nasional, pengawas, dan kepala sekolah berprestasi. Langkah berikutnya adalah melatih master teacher yang terdiri dari guru inti, pengawas dan kepala sekolah. Pelatihan diselenggarakan bersifat massal dengan melibatkan semua guru kelas dan guru mata pelajaran di tingkat SD, SMP dan SMA /SMK. Pelatihan kurikulum baru untuk berbagai pihak perlu dilakukan secara matang agar dapat dipahami dan diterapkan secara optimal. Hal ini karena
34
pelatihan kurikulum merupakan langkah penting yang akan menentukan keberhasilan implementasi kurikulum di sekolah. Mulyasa (2014 : 48) menambahkan bahwa pelatihan /sosialisasi di tingkat sekolah bisa langsung dilakukan oleh kepala sekolah yang sudah mengenal dan memahami. Pelatihan juga sebaiknya mengundang komite sekolah dan orang tua siswa untuk mendapat masukan, dukungan dan pertimbangan tentang implementasi kurikulum. Setelah sosialisasi, kemudian mengadakan musyawarah antara kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan komite sekolah untuk mendapatkan persetujuan dan pengesahan dari berbagai pihak dalam rangka menyukseskan implementasi kurikulum 2013. 7. Indikator Keberhasilan Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 yang telah disusun dan dilaksanakan akan berhasil bila dapat membawa perubahan pada pendidikan sesuai dengan tujuan kurikulum 2013. Taufikur Rochman (2014) juga menyebutkan bahwa indikator keberhasilan implementasi kurikulum 2013 adalah sebagai berikut: a. Peserta didik lebih produktif, kreatif, inovatif, afektif, dan lebih senang belajar. b. Pendidik dan tenaga kependidikan lebih bergairah dalam melakukan proses pembelajaran dan lebih mudah dalam memenuhi ketentuan 24 jam perminggu. c. Manajemen
Satuan
Pendidikan
lebih
mengedepankan
layanan
pembelajaran termasuk bimbingan dan penyuluhan terjadinya proses pembelajaran yang lebih variatif di sekolah.
35
d. Negara dan Bangsa memiliki reputasi internasional pendidikannya menjadi lebih baik dan memiliki daya saing yang lebih tinggi, sehingga lebih menarik bagi investor. e. Masyarakat umum memperoleh lulusan sekolah yang lebih kompeten dan dapat berharap kebutuhan pendidikan akan dipenuhi oleh sekolah (tidak perlu kursus tambahan). E. Penelitian yang Relevan Pada penelitian ini terdapat penelitian yang relevan sebagai bahan pendukung dalam melaksanakan penelitian. Krisna Nara Ardya Mahardika meneliti tentang Kesiapan Guru Pendidikan Jasmani dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Wates. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesiapan guru pendidikan jasmani dalam pelaksanaan kurikulum 2013 pada pelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar seKecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo. Populasi penelitian adalah 31 Guru Penjas di Kecamatan Wates. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dengan membuat persentase pada masing-masing variabel berdasarkan kuisioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesiapan guru pendidikan jasmani dalam pelaksanaan kurikulum 2013 pada pelajaran pendidikan jasmani mayoritas pada kategori cukup siap sebanyak 25 orang (80,6%). Sementara sisanya berada pada kategori siap sebanyak 2 orang (6,5%) dan kategori kurang siap sebanyak 4 orang (12,9%).
36
Penelitian lain yang relevan adalah penelitian tentang Kesulitan Guru SD Negeri Glagah dalam Mengimplementasikan Penilaian Autentik pada Kurikulum 2013 oleh Nur Sasi Enggarwati. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan penyebab guru SDN Glagah mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan penilaian autentik pada kurikulum 2013. Penelitianmenggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Subjek penelitian adalah guru kelas IV A. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi non partisipasi, wawancara semiterstruktur dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif model Miles dan Haberman. Hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa guru mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan penilaian autentik karena pemahaman guru tentang penilaian autentik masih kurang, rendahnya kreatifitas guru, karakteristik siswa yang tidak mendukung, kurangnya pelatihan penilaian autentik dan waktu yang tidak mencukupi. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil kedua penelitian tersebut adalah kesiapan guru terhadap implementasi kurikulum 2013 telah dilakukan. Banyak guru yang sudah berupaya untuk mengimplementasikan kurikulum 2013 di sekolah. Tetapi masih terdapat guru yang belum siap dan beberapa materi yang belum dikuasai sepenuhnya oleh guru. Perlu dilakukan suatu upaya yang dapat memecahkan permasalahan tersebut yaitu dengan merumuskan kembali pelatihan bagi guru dan terjalinnya komunikasi antar guru pelaksana implementasi kurikulum 2013.
37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis deskriptif. Penggunaan metode kuantitatif disini karena kegiatan workshop merupakan suatu tindakan yang dapat didefinisikan atau diukur. Kegiatan workshop dalam penelitian ini berdasarkan pada sosialisasi kurikulum 2013 yang telah dilakukan oleh LPMP DIY dan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sleman kepada guru SD. Kriteria yang akan digunakan berdasarkan pada tujuan sosialisasi kurikulum 2013. Sedangkan tujuan penelitian menggunakan jenis deskriptif adalah untuk melihat fakta-fakta yang terjadi pada subjek penelitian. Metode ini akan memunculkan gambaran-gambaran mengenai aktualisasi dari pelaksanaan workshop kurikulum 2013. B. Waktu dan Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilaksanakan di SD Piloting Kurikulum 2013seKabupaten Sleman dengan subyek penelitian adalah Guru yang sudah mengikuti workshop /pelatihan Kurikulum 2013. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sleman terdapat 13 SD Piloting Kurikulum 2013. Adapun waktu dalam penelitian ini dimulai pada bulan Juni 2015 sampai bulan Agustus 2015. C. Populasi dan Sampel Menurut Nanang Martono (2012: 74) populasi merupakan keseluruhan subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu
38
berkaitan dengan masalah penelitian, atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti. Sedangkan sampel merupakan bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Sampel dapat didefinisikan sebagai anggota populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasi. Berdasarkan definisi di atas maka dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua guru SD piloting se-Kabupaten Sleman yang telah mengikuti workshop kurikulum 2013 yang terdiri dari 13 sekolah SD piloting dengan jumlah 165 guru. Teknik pengambilan sampel menggunakan tipe probabilitas yaitu Simple Random Sampling. Alasan peneliti menggunakan teknik tersebut adalah setiap subjek memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel namun sesuai proporsi jumlah guru pada sekolah tersebut. Cara ini dilakukan dengan menentukan jumlah sampel yang diperlukan sesuai dengan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi Issac dan Michael. Seluruh jumlah sampel yang diketahui yaitu berjumlah 109 responden yang tersebar dalam 13 SD piloting. Tabel 1. Daftar SD Piloting Kurikulum 2013 Kab. Sleman No
Nama SD
Kecamatan
1.
SD Percobaan 3
Pakem
2.
SD Muh. Condongcatur
Depok
3.
SD Budi Mulia Dua Pandeansari
Depok
4.
SDN Babarsari
Depok
5.
SDN Nogopuro
Depok
6.
SD Muh. Pajangan
Berbah
39
7.
SDN Kalasan 1
Kalasan
8.
SDN Purwomartani
Kalasan
9.
SDN Tlacap
Sleman
10.
SDN Godean 1
Godean
11.
SDN Gentan
Ngaglik
12.
MIN Tempel
Ngaglik
13.
SDN Cebongan
Mlati
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, menggunakan teknik pengambilan data kuesioner tertutup dan studi dokumentasi. Teknik ini digunakan untuk memperoleh bahan, keterangan dan persepsi guru SD piloting se-Kabupaten Sleman. Secara sederhana, teknik pengumpulan data menggunakan angket yaitu berupa memilih salah satu jawaban sesuai dengan pendapat responden yang telah disusun dengan skala Guttman. Skala Guttman merupakan skala pengukuran dengan tipe jawaban yang tegas terdiri dari dua interval. Interval yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dalam Sugiyono (2011 : 89) yaitu: Tabel 2. Interval Skor Penelitian Skala Guttman Interval
Skor
Ya
1
Tidak
0
Responden tersebut adalah guru-guru SD piloting Kurikulum 2013. Kuesioner dibagikan kepada para guru dengan cara menilai pelaksanaan workshop
40
kurikulum 2013 yang mereka ikuti. Pengumpulan data dilakukan dengan memanfaatkan waktu luang agar tidak mengganggu kinerja guru dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Teknik pengumpulan data disusun berdasarkan variabel penelitian yang telah ditentukan untuk mencari tujuan dari penelitian yang dilakukan. Hasil dari pengumpulan data akan berupa angka-angka dalam tabel sehingga dapat dianalisa menggunakan metode statistika dan didiskripsikan dalam pembahasan. E. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini menggunakan angket yang berisi daftar pertanyaan untuk diberikan kepada subyek penelitian yang akan dijawab. Variabel yang digunakan pada instrumen ini adalah variabel pelaksanaan workshop kurikulum 2013 bagi guru SD sekolah piloting. Langkah-langkah penyusunan instrumen dilakukan melalui tahap-tahap pembuatan instrumen berdasarkan kisi-kisi. Kisi-kisi sebelumnya dibuat berbentuk tabel yang dikonsultasikan kepada Dosen Pembimbing yang selanjutnya akan dibuat butir-butir angket. Berikut kisi-kisi instrumen penelitian tentang Pelaksanaan Workshop Kurikulum 2013 adalah:
41
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian No 1.
Variabel Ketercapaian tujuan workshop
2.
Relevansi materi
-
SubVariabel Ketuntasan workshop Bobot pelaksanaan Kejelasan dan kemanfaatan
No item 1,2 3,4 5,6,7
- Materi yang disampaikan sesuai dengan kurikulum workshop - Materi sesuai dengan karakteristik kelas di sekolah
8,9 10,11
3.
Kepuasan pelaksanaan workshop
- Kejelasan penyampaian materi - Ketuntasan penyampaian materi - Kenyamanan pembelajaran
12,13,14 15,16,17,18 19,20
4.
Hambatan workshop
21 22,23,24
5.
Kebermanfaatan workshop
- Ketepatan pembicara - Kelengkapan fasilitas: buku penunjang, sarana prasarana workshop - Kemudahan penguasaan guru terhadap Kurikulum 2013 - Kedukungan terhadap pembelajaran di sekolah - Kemudahan pembelajaran
25,26 27,28,29 30,31,32
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Uji coba instrumen dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen yang disusun benar-benar sesuai dengan tujuan penelitian yang dilakukan. Sebagai cara untuk mendapatkan validitas yang tinggi, maka semua pertanyaan yang disusun tentang pelaksanaan workshop kurikulum 2013, kajian teori yang berkaitan dan kisi-kisi yang dibuat. Selain itu, konsultasi dengan para ahli dalam hal ini Dosen Pembimbing agar instrumen benar-benar valid. Analisis uji validitas instrumen
42
menggunakan koefisien reprodusibilitas dengan hasil 0.96 yang melebihi batas minimum dan koefisien skalabilitas dengan hasil 0.75 yang melebihi batas minimal, sehingga instrumen penelitian tersebut dinyatakan valid. Selain itu, untuk melihat tingkat validitas pada butir soal digunakan koefisien korelasi biserial. Berdasarkan analisis, diketahui terdapat tiga butir soal yang invalid. Setelah dilakukan pengecekan hal ini karena ketiga butir soal tersebut terjawab semua oleh responden uji instrumen, dan solusinya yaitu dengan menghilangkan ketiga butir soal tersebut dalam penelitian. Penghilangan ketiga butir soal tersebut tidak akan berpengaruh terhadap sub variabel instrumen, karena telah dibuat lebih dari satu pernyataan setiap sub variabel. Reliabilitas atau kehandalan sama artinya dengan kemantapan, konsistensi, dan ketepatan. Tingkat reliabilitas ditentukan berdasarkan besarnya koefisien reliabilitas yang dimiliki. Semakin tinggi koefisien korelasi, semakin tinggi pula reliabilitas
instrumen
tersebut.
Reliabilitas
atau
kehandalam
instrumen
menggunakan Kr20 dan diperoleh hasil 0.71 dengan kategori instrumen baik. Kesimpulan dari analisis uji validitas dan uji reliabilitas diatas adalah instrumen penelitian yang disusun tersebut valid dan reliabel sehingga dapat digunakan untuk penelitian. G. Teknik Analisis Data Teknis analisis data dilakukan ketika semua data telah diperoleh guna melakukan pembahasan dan menarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Model analisis yang digunakan adalah analisis data kuantitatif dengan teknik deskriptif. Rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
43
mencari persentase dari setiap butir pernyataan dan akan dideskripsikan. Hasil pengolahan data yang telah diperoleh akan dideskripsikan untuk dibuat kesimpulan. Langkah yang dilakukan setelah data terkumpul yaitu dengan input data dan kemudian dilakukan mencari nilai persentase menurut Riduan (2004: 71) 𝐷𝑃 =
𝑛 × 100% 𝑁
Keterangan: DP : deskriptifpersentase (%) n
: skor empirik (skor yang diperoleh)
N
: skor ideal untuk setiap item pertanyaan
Setelah diketahui nilai persentase, kemudian dilakukan deskripsi hasil berdasarkan nilai tersebut.
44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian Berdasarkan rapat koordinasi antara Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sleman dengan sekolah pelaksana piloting Kurikulum 2013 bersepakat bahwa workshop kurikulum 2013 yang dilaksanakan ini bertujuan mempersiapkan guru untuk memahami dan melaksanakan kurikulum 2013. Hasil yang diharapkan dengan adanya workshop kurikulum 2013 ini sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan kebijakan pengembangan dan implementasi kurikulum agar berjalan secara efektif dan efisien. Strategi kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pelatihan dan workshop yang meliputi : 1. Melakukan pelatihan untuk penyusunan rencana kegiatan, panduan evaluasi, dan instrumen evaluasi. Kegiatan ini melibatkan nara sumber dan peserta dari jenjang SD, SMP, SMA dan SMK serta unsur pengawas SD, SMP, SMA, SMK dan LPMP. 2. Melakukan pembinaan, supervisi klinis dan evaluasi pelaksanaan kurikulum 2013. 3. Penyusunan laporan akhir mencakup kegiatan deskripsi tahapan kegiatan beserta hasil-hasil kegiatan dan rekomendasinya. Penyusunan laporan melibatkan nara sumber dan tim TPK SD, SMP, SMA, dan SMK. Sebagai upaya untuk memudahkan koordinasi dan komunikasi antar sekolah pelaksana implementasi kurikulum 2013, maka dibentuk forum komunikasi sekolah. Terbentuknya forum ini akan mempermudah bagi setiap sekolah dalam menghadapi kendala dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Struktur Forum
45
Komunikasi Sekolah Pelaksana Piloting Kurikulum 2013 jenjang SD Kabupaten Sleman sebagai berikut: Ketua
: Prihamanto (SD Babarsari)
Sekretaris
: Yudi Wardana (SD Muh. Condongcatur)
Bendahara
: Yustina Sumarni (SD Godean 1)
Selain itu, perlu dibentuk pengawas untuk membina sekolah piloting Kurikulum 2013. Pembagian pengawas dan sekolah binaan pelaksana kurikulum 2013 tercantum dalam tabel dibawah ini. Tabel 4. Daftar Pengawas dan Sekolah Binaan Pelaksana Kurikulum 2013 No 1. 2.
Nama Wilayah Binaan Drs. Santosa Kec. Pakem Drs. Untung Budiyono Kec. Depok
3.
Mustamar, S. Pd
Kec. Depok
4. 5.
Tugiyo K, S. Pd Sunardi, S. Pd
Kec. Berbah Kec. Kalasan
6. 7. 8.
Sajiyono, S. Pd Dra. Sumirah Dra. Prabanintyas
Kec. Sleman Kec. Godean Kec. Ngaglik
9.
Dra. Suwarti
Kec. Mlati
SD Binaan SD Percobaan 3 Pakem 1. SD Muh. Condongcatur 2. SD Budi Mulia Dua Pandeansari 1. SDN Babarsari 2. SDN Nogopuro 3. SD Budi Mulia Dua Seturan SD Muh. Pajangan 1. SDN Kalasan 1 2. SDN Purwomartani SDN Tlacap SDN Godean 1 1. SDN Gentan 2. MIN Tempel SDN Cebongan
Nara sumber pelaksanaan workshop kurikulum 2013 diambilkan dari Instruktur Nasional (guru yang sudah mendapatkan pelatihan IN) dan dari Pengawas. Peserta workshop kali ini terdiri dari para guru kelas 1, kelas 2, kelas 4
46
dan kelas 5. Pelaksanaan workshop dilakukan pada bulan Juni-Juli 2014 yang bertempat di SMKN 2 Depok, SMAN 1 Ngaglik, dan SMAN 1 Seyegan secara bertahap. Penelitian ini berjudul Persepsi Guru tentang Pelaksanaan Workshop Workshop Kuirkulum 2013 bagi Guru SD di Sekolah Piloting Kabupaten Sleman. Penelitian ini mengambil data persepsi guru SD terhadap kegiatan workshop yang telah mereka ikuti. Responden penelitian yaitu para guru yang sudah mengikuti workshop baik yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten ataupun LPMP DIY. Responden penelitian berasal dari 13 SD Piloting Kurikulum 2013 dengan jumlah responden sebanyak 109 guru SD yang diambilkan sesuai proporsi jumlah guru disetiap sekolah. Hal ini berarti jumlah guru setiap sekolah yang dijadikan sampel berbeda sesuai dengan jumlah keseluruhan guru di sekolah. Sebagian besar responden terdiri dari guru kelas 1, 2, 4 dan 5 serta guru mata pelajaran. Sedangkan guru kelas 3 dan kelas 6 tidak dijadikan responden karena baru akan mengikuti workshop pada bulan Agustus sebelum memasuki tahun ajaran baru 2015/2016. B. Penyajian Data Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan variabel tunggal, yaitu Pelaksanaan Workshop Kurikulum 2013 bagi Guru SD. Guna melihat faktafakta yang terjadi dan gambaran mengenai aspek-aspek yang didapatkan pada pelaksanaan workshop dijabarkan dalam variabel penelitian. Pada bagian ini, disajikan deskripsi terhadap upaya pelaksanaan workshop kurikulum 2013 hingga pelaksanaan
kurikulum
2013
di
sekolah,
47
sehingga
dapat
diketahui
penyelenggaraan workshop hingga implementasi kurikulum 2013. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Ketercapaian Tujuan Workshop Variabel ketercapaian tujuan workshop digunakan untuk mengetahui keberhasilan dari pelaksanaan workshop yang telah dilaksanakan. Keberhasilan workshop tidak hanya dilihat dari suksesnya pelaksanaan kegiatan, namun juga dilihat dari tingkat pemahaman peserta workshop tentang kurikulum 2013 setelah mengikuti workshop. Tabel 5. Analisis Data Variabel Ketercapaian Tujuan Workshop No
Sub Variabel
Jawaban ya
tdk
a
Ketuntasan workshop
61%
39%
b
Kesesuaian alokasi
67%
33%
60%
40%
63%
37%
pemberian materi workshop c
Kegunaan dan kemanfaatan workshop Rata-rata
Pada sub variabel pertama yaitu ketuntasan workshop terdapat dua butir pernyataan. Pernyataan pertama bahwa guru mendapatkan semua materi kurikulum 2013 saat workshop adalah sebesar 68% atau 74 responden dan sisanya 32% atau 35 responden hanya memperoleh sebagian materi. Pada pernyataan kedua yaitu guru menangkap esensi kurikulum 2013 secara lengkap hanya 54% atau 59 responden yang memperoleh esensi secara lengkap, 46% atau 50 responden sisanya tidak menangkap esensi dari kurikulum 2013 secara lengkap.
48
Berdasarkan analisis data tersebut, dapat diketahui bahwa pada sub variabel ketuntasan workshop diperoleh persentase 61%. Sub
variabel
kedua
yaitu
kesesuaian
alokasi
pemberian
materi
workshopterdiri dari dua butir pernyataan. Pada pernyataan pertama yaitu pengalokasian waktu penyampaian materi disesuaikan dengan urgensi materi hanya 54% atau 59 responden yang menjawab ‘Ya’ dan sisanya 46% atau 50 responden menjawab ‘Tidak’. Selanjutnya pada pernyataan kedua, 79% atau 86 responden menyatakan materi yang disampaikan saat workshop sangat banyak dan sisanya 21% atau 23 responden menjawab ‘Tidak’. Berdasarkan analisis data tersebut, dapat diketahui bahwa sub variabel alokasi pelaksanaan penyampaian materi mendapat persentase jawaban 67%. Sub variabel ketiga yaitu kegunaan dan kemanfaatan workshop terdiri daritiga pernyataan. Pada pernyataan pertama bahwa guru tahu dan mengerti sedikit tentang kurikulum 2013 setelah mengikuti workshop dijawab ‘Ya’ oleh 94% atau 103 responden dan sisanya 6% atau 6 responden menjawab ‘Tidak’. Pernyataan kedua tentang guru tahu dan mengerti semua tentang kurikulum 2013 setelah mengikuti workshop dijawab ‘Ya’ oleh 22% atau 24 responden dan sisanya 78% atau 85 responden menjawab ‘Tidak’. Sedangkan pernyataan ketiga tentang workshop menjawab kebingungan guru dalam pelaksanaan kurikulum 2013 dijawab ‘Ya’ oleh 64% atau 70 responden dan sisanya 36% atau 39 responden menjawab ‘Tidak’. Berdasarkan analisis data tersebut dapat diketahui bahwa sub variabel kegunaan dan kemanfaatan workshop tentang guru paham dan
49
mengerti serta workshop menjawab kebingungan guru dalam pelaksanaan kurikulum 2013 diperoleh prosentase jawaban 60%. Berdasarkan ketiga sub variabel tersebut, dapat diketahui ketercapaian tujuan workshop dengan melihat rerata nilai yang diperoleh yaitu 63%. Rerata nilai pada sub variabel ini dengan melihat jawaban pada pernyataan-pernyataan yang peneliti berikan, terdapat beberapa pernyataan yang mendapat skor rendah. 2. Relevansi Materi Variabel relevansi materi digunakan untuk mengetahui keterkaitan antara materi yang disampaikan dengan tujuan workshop yang akan dicapai. Pemberian materi tersebut akan mempermudah pelaksanaan, menjawab dan mengatasi masalah yang akan timbul dari implementasi kurikulum 2013 di sekolah. Untuk mengetahui ketercapaian variabel ini, akan dijabarkan dalam tabel dibawah ini. Tabel 6. Hasil Analisis Data Variabel Relevansi Materi No a
Sub Variabel Relevansi materi yang
Jawaban ya
tdk
90%
10%
80%
20%
85%
15%
diampaikan dengan kurikulum workshop b
Relevansi materi yang disampaikan dengan karakteristik kelas di sekolah Rata-rata
50
Sub variabel pertama terdiri dari dua pernyataan. Pernyataan pertama yaitu peserta diberitahu tentang struktur kurikulum workshop yang akan dipelajari diperolehnilai persentase 93% atau 101 respondenmenjawab ‘Ya’ dan sisanya 7% atau 8 responden menjawab ‘Tidak’. Sedangkan pada pernyataan kedua yaitu tentang materi disampaikan sesuai dengan struktur kurikulum workshop diketahui 87% atau 95 responden menjawab ‘Ya’ dan sisanya 13% atau 14 responden menjawab ‘Tidak’. Berdasarkan analisis data tersebut dapat diketahui sub variabel materi yang disampaikan sesuai dengan kurikulum workshop diperoleh persentasi jawaban 90%. Pada sub variabel kedua yaitu relevansi materi yang disampaikan dengan karakteristik kelas di sekolah terdiri dari dua pernyataan. Pernyataan pertama yaitu hasil yang diperoleh saat workshop dapat diterapkan di sekolah diketahui prosentase jawaban 83% atau 91 responden menjawab ‘Ya’ dan sisanya 17% atau 18 responden menjawab ‘Tidak’. Sedangkan pada pernyataan kedua yaitu hasil workshop dapat mempermudah dan memperlancar pembelajaran di kelas diperoleh persentase jawaban 76% atau 83 responden menjawab ‘Ya’ dan sisanya 24% atau 26 responden menjawab ‘Tidak’. Berdasarkan analisis data sub variabel kesesuaian materi dengan karakteristik kelas di sekolah diperoleh persentase jawaban 80%. Berdasarkan kedua sub variabel tersebut, dapat diketahui ketercapaian relevansi materi workshop dengan melihat rerata 85%.
51
3. Kepuasan Pelaksanaan Workshop Variabel kepuasan pelaksanaan workshop digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan peserta dalam mengikuti workshop kurikulum 2013. Hal ini sesuai asumsi bahwa bila peserta merasa puas maka peserta telah mendapatkan tujuan bahkan dapat memahami esensi dari kurikulum 2013. Pada variabel ini, peneliti lebih menekankan pada cara penyampaian materi oleh narasumber. Keterampilan berkomunikasi dan gaya penyampaian materi akan dilihat dari beberapa sub variabel dibawah ini. Tabel 7. Hasil Analisis Data Variabel Kepuasan Pelaksanaan Workshop No a
Jawaban
Pernyataan Kejelasan penyampaian
Ya
tdk
71%
29%
57%
43%
87%
13%
72%
28%
materi b
Ketuntasan penyampaian materi
c
Kenyamanan pembelajaran Rata-rata
Pada sub variabelpertama terdiri dari tiga pernyataan. Pernyataan pertama yaitu nara sumber menyampaikan materi dengan jelas, sehingga dapat dipahami semua peserta workshop diperoleh persentase jawaban ‘Ya’ 50% atau 55 responden dan sisanya 50% atau 54 responden menjawab ‘Tidak’. Pernyataan selanjutnya yaitu penyampaian materi dilakukan secara urut dari materi yang bersifat umum dan mendasar hingga materi yang bersifat khusus dan fokus
52
diketahui memperoleh persentase 74% atau 81 responden menjawab ‘Ya’ dan sisanya 26% atau 28 responden manjawab ‘Tidak’. Pada pernyataan terakhir yaitu narasumber dapat memberi motivasi kepada peserta workshop terhadap pembelajaran memperoleh persentase jawaban 89% atau 97 responden menjawab ‘Ya’ dan sisanya 11% atau 12 reponden menjawab ‘Tidak’. Berdasarkan analisis data pada sub variabel kejelasan penyampaian materi dapat diketahui persentase jawaban 71%. Pada sub variabel yang kedua yaitu ketuntasan penyampaian materi terdapat empat pernyataan. Pernyataan pertama yaitu materi yang disampaikan dikemas dengan menarik diperoleh persentase 61% atau 66 responden menjawab ‘Ya’ dan sisanya 39% atau 43 responden menjawab ‘Tidak’. Pada pernyataan kedua yaitu semua materi disampaikan dengan rinci, sehingga tidak ada yang terlewatkan diperoleh nilai persentase jawaban 43% atau 47 responden menjawab ‘Ya’ dan sisanya 57% atau 62 responden menjawab ‘Tidak’. Pada pernyataan selanjutnya yaitu peserta dapat bertanya dan memperoleh jawaban yang memuaskan terhadap materi yang belum jelas diketahui persentase yang diperoleh 58% atau 63 responden menjawab ‘Ya’ dan sisanya 42% atau 46 responden menjawab ‘Tidak’. Pada pernyataan keempat yaitu terdapat penyampaian materi yang kekurangan waktu, sehingga langsung disampaikan kesimpulannya diketahui 67% atau 73 responden menjawab ‘Ya’ dan 33% atau 36 responden menjawab ‘Tidak’. Berdasarkan analisis data yang dilakukan diketahui sub variabel ketuntasan penyampaian materi diperoleh nilai persentase sebesar 57%.
53
Sub variabel ketiga adalah kenyamanan pembelajaran terdiri dari dua pernyataan. Pernyataan pertama yaitu suasana tempat belajar kondusif dan menyenangkan memperoleh persentase jawaban 80% atau 87 responden menjawab ‘Ya’ dan sisanya 20% atau 22 responden menjawab ‘Tidak’. Pada pernyataan selanjutnya yaitu semua peserta saling mendukung dan menjaga suasana pembelajaran, persentase yang diperoleh 94%atau 103 responden menjawab ‘Ya’ dan hanya 6% atau 6 responden yang menjawab ‘Tidak’. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan pada sub variabel kenyamanan pembelajaran diperoleh nilai persentase 87%. Berdasarkan ketiga sub variabel tersebut, dapat diketahui kepuasan pelaksanaan workshop dengan melihat rerata nilai yang diperoleh yaitu 72%. 4. Hambatan Workshop Pelaksanaan workshop kurikulum 2013 diharapkan dapat berjalan dengan baik. Namun pelaksanaan workshop yang melibatkan banyak stakeholder pendidikan bisasaja menjadi penghambat. Perlu dicarikan tindak pencegahan untuk mengatasi hal-hal yang mungkin terjadi. Tabel 8. Hasil Analisis Data Variabel Hambatan Workshop No
Jawaban
Pernyataan
ya
tdk
a
Kredibilitas pembicara
67%
33%
b
Kelengkapan fasilitas buku
66%
34%
67%
33%
penunjang dan sarana prasarana workshop Rata-rata
54
Sub variabel pertama yaitu kredibilitas narasumber yang terdiri dari satu pernyataan yaitu pemberian contoh analisis kasus sesuai materi dan faktual memperoleh persentase jawaban 67% atau 73 responden menjawab ‘Ya’ dan sisanya 33% atau 36 responden menjawab ‘Tidak’. Berdasarkan analisis tersebut, pada sub variabel ketepatan pembicara dapat diketahui persentase hitung 67%. Pada sub variabel kedua yaitu kelengkapan buku penunjang dan sarana prasarana workshop meliputi dari tiga pernyataan. Pernyataan pertama yaitu tentang fasilitas pembelajaran memadai dan berfungsi dengan baik memperoleh persentase jawaban 77% atau 84 responden menjawab ‘Ya’dan sisanya 23% atau 25 responden menjawab ‘Tidak’. Pernyataan kedua yaitu tentang buku pegangan pembelajaran tersedia lengkap dan mudah dipahami diperoleh persentase jawaban 66% atau 72 responden menjawab ‘Ya’ dan sisanya 34% atau 37 responden menjawab ‘Tidak’. Pernyataan ketiga yaitu tentang ketersediaan alat praktek pembelajaran, dapat digunakan dan mudah dipahami diperoleh persentase jawaban 54% atau 59 responden menjawab ‘Ya’ dan responden yang menjawab ‘Tidak’ sebesar 46% atau 50 responden.Berdasarkan analisis data tersebut, sub variabel kelengkapan buku penunjang dan sarana prasarana workshop dapat diketahui persentase jawaban 66%. Berdasarkan kedua sub variabel tersebut, dapat diketahui hambatan pelaksanaan workshop telah dilakukan pencegahan dengan melihat rerata 67%. Artinya upaya penyelenggara untuk mencegah adanya hambatan dalam pelaksanaan workshop sudah berjalan dengan baik.
55
5. Kebermanfaatan Workshop Variabel kelima yaitu tentang kebermanfaatan workshop bagi peserta workshop setelah kembali ke sekolah dan mengimplementasikan kurikulum 2013 di sekolah. Responden penelitian yang diambilkan dari guru yang sudah mengikuti workshop kurikulum 2013 dan sudah kembali mengajar di kelas, dapat memberikan gambaranmanfaat workshop kurikulum 2013 dalam pembelajaran. Workshop dapat diketahui seberapa jauh dalam memberikan manfaat terhadap pelaksanaan pembelajaran di kelas. Tabel 9. Hasil Analisis Data Variabel Kebermanfaatan Workshop No a
Jawaban
Pernyataan Kemudahan penguasaan
ya
Tdk
50%
50%
89%
11%
73%
27%
71%
29%
guru terhadap kurikulum 2013 b
Dukungan terhadap pembelajaran di sekolah
c
Kemudahan proses pembelajaran di sekolah Rata-rata
Pada sub variabel pertama kemudahan penguasaan guru terhadap kurikulum 2013 terdapat dua pernyataan untuk mengetahui tingkat penguasaan guru. Pada pernyataan pertama guru menjadi mudah menguasai kurikulum 2013 diperoleh peesentase jawaban 57% atau 62 responden menjawab ‘Ya’ dan sisanya 43% atau 47 responden menjawab ‘Tidak’. Pada pernyataan kedua tentang semua hal yang
56
berkaitan dengan kurikulum 2013 dapat ditemui saat workshop memperoleh persentase jawaban 42% atau 46 responden menjawab ‘Ya’ dan sisanya 58% atau 63 responden menjawab ‘Tidak’. Berdasarkan analisis data tersebut, sub variabel kemudahan penguasaan guru terhadap kurikulum 2013 diperoleh persentase 50%. Sub variabel yang kedua yaitu dukungan terhadap pembelajaran di sekolah meliputi tiga pernyataan. Pada pernyataan pertama yaitu hasil yang diperoleh saat workshop dapat mempermudah pembelajaran di sekolah memperoleh hasil persentase sebesar 84% atau 92 responden menjawab ‘Ya’ dan sisanya 16% atau 17 responden menjawab ‘Tidak’. Pada pernyataan kedua yaitu guru dapat menggali potensi yang ada pada siswa diperoleh persentase jawaban 91% atau 99 responden menjawab ‘Ya’ dan sisanya 9% atau 10 responden menjawab ‘Tidak’. Sedangkan pada pernyataan ketiga yaitu penggunaan metode pembelajaran dapat menjadikan pembelajaran yang aktif, kreatif dan penuh semangat memperoleh persentase 92% atau 100 responden menjawab ‘Ya’ dan sisanya 8% atau 9 responden menjawab ‘Tidak’. Berdasarkan analisis data tersebut dapat diketahui pada sub variabel dukungan terhadap pembelajaran di sekolah yang terdiri dari tiga pernyataan diketahui persentase yang diperoleh 89%. Sub variabel ketiga yaitu tentang kemudahan proses pembelajaran di sekolah terdiri dari tiga pernyataan. Pernyataan pertama yaitu implementasi kurikulum 2013 dari persiapan pembelajaran hingga evaluasi dapat dengan mudah dilaksanakan diperoleh persentase 39% atau 43 responden menjawab ‘Ya’ dan sisanya 61% atau 66 responden menjawab ‘Tidak’. Pernyataan kedua yaitu tentang pembelajaran di sekolah menjadi semakin baik memperoleh persentase
57
83% atau 91 responden menjawab ‘Ya’ dan sisanya 17% atau 18 responden menjawab ‘Tidak’. Pada pernyataan terakhir yaitu tentang terjalin kerjasama antara guru dan siswa dalam pembelajaran diketahui persentase sebesar 96% atau 105 responden yang menjawab ‘Ya’ dan sisanya 4% atau 4 responden menjawab ‘Tidak’. Berdasarkan analisis data tersebut dapat diketahui bahwa pada sub variabel kemudahan pembelajaran memperoleh prosentase 73%. Berdasarkan kedua sub variabel tersebut, dapat diketahui manfaat workshop perolehanpersentase 71%. Hasil analisis sub variabel ini menggambarkan masih terdapat beberapa pernyataan yang tidak mendapat skor maksimal. Pada studi pustaka, peneliti menemukan perangkat pelatihan yang harus disiapkan terlepas dari sarana-prasarana workshop berdasarkan Syawal Gultom (2013: 176), adalah : 1) Video Pembelajaran Tematik Terpadu 2) Bahan Tayang a) Konsep Pembelajaran Tematik Terpadu b) Implementasi Pembelajaran Tematik Terpadu c) Konsep Pendekatan Scientific Contoh Penerapan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Tematik Terpadu d) Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada Pembelajaran Tematik Terpadu e) Analisis Buku Guru dan Buku Siswa
58
3) Lembar kerja 4) Bahan bacaan a) Konsep Pembelajaran Tematik Terpadu b) Implementasi Pembelajaran Tematik Terpadu c) Konsep Pendekatan Scientific d) Contoh Penerapan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran e) Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar f) Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada Pembelajaran Tematik Terpadu 5) ATK Berdasarkan hasil penelitian diatas, selanjutnya akan dilakukan deskripsi tentang pelaksanaan workshop kurikulum 2013. Pembahasan tentang pelaksanaan workshop kurikulum dengan melihat fakta berupa data yang telah diolah, studi pustaka dan kajian ilmiah sebagai acuan. C. Pembahasan Pelaksanaan workshop kurikulum merupakan salah satu cara yang dilakukan Pemerintah dalam rangka implementasi kurikulum baru. Perubahan kurikulum harus segera diikuti dengan sosialisasi kurikulum kepada stakeholder yang akan melaksanakan di lapangan. Hal ini sesuai dengan adanya kegiatan workshop merupakan bagian dari implementasi kurikulum 2013. Begitu pentingnya pelaksanaan workshop kurikulum bagi stakeholder pelaksana di lapangan, maka harus dilaksanakan dengan baik. Workshop kurikulum harus direncanakan dengan baik dan dilaksanakan dengan optimal.
59
Sesuai penjelasan Oemar Hamalik (2005: 37-38) prinsip-prinsip penyusunan program pelatihan yaitu: (1) program pelatihan harus memiliki tujuan yang jelas sehubungan dengan upaya mencapai tujuan organisasi; (2) program pelatihan disusun berdasarkan kebutuhan lapangan dan tujuan tertentu; (3) ruang lingkup program pelatihan ditentukan berdasarkan kebijakan dan tujuan guna menjadi landasan kesepakatan dan kerjasama; (4) penetapan metode dan teknik serta proses-proses dalam suatu program latihan harus dikaitkan secara langsung dengan upaya memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan pelatihan itu; (5) berdasarkan kebutuhan dan tujuan manejemen, maka semua lini dalam manajemen tersebut harus bertanggungjawab, sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing; (6) tenaga staf pelatihan berfungsi membantu tenaga lini, guna melakukan penjagaan kebutuhan pelatihan, mengembangkan program pelatihan, memberikan pelayanan administrasi, dan melaksanakan tindak lanjut pelatihan; (7) pelatihan yang efektif berdasarkan prinsip-prinsip belajar, antara lain belajar aktif, perpaduan antara teori dan praktek, pengalaman lapangan disamping belajar reseptif dan modifikasi tingkah laku; dan (8) penyelenggaraan pelatihan sebaiknya didalam lingkungan pekerjaan, sehingga benar-benar terkait dengan kebutuhan, kondisi dan situasi, serta tuntutan pekerjaan sesungguhnya. Gagasan tersebut dapat dijadikan referensi atau panduan dalam pelaksanaan workshop kurikulum bagi para guru, kepala sekolah dan pengawas. Diperlukan kemampuan yang serasi, pantang menyerah dan antusiasme dalam kegiatan workshop yang telah direncanakan dengan baik. 1. Ketercapaian Tujuan Workshop Tujuan workshop merupakan suatu hal yang ingin dicapai. Tujuan harus dijabarkan secara jelas dan spesifik untuk memudahkan dalam menentukan keberhasilan workshop. Tujuan dari pelaksanaan workshop kurikulum 2013 sendiri adalah mampu mendukung terwujudnya guru SD yang kompeten dan profesional dalam pelaksanaan pembelajaran berdasarkan pada Kurikulum SD tahun 2013. Guru mampu melaksanakan tugas sesuai dengan tuntutan kompetensi lulusan, kompetensi isi, proses pembelajaran, dan penilaian Kurikulum 2013.
60
Diperlukan aspek-aspek pendukung workshop antara lain peserta, nara sumber, materi /bahan ajar, organisasi diklat, dll. Menurut Musliar Kasim (2013 : 95) kegunaan dan kemanfaatan pelaksanaan workshop Kurikulum 2013 dapat dilihat dari indikator keberhasilan program ini yaitu adanya Guru SD yang mengikuti Bimtek /diklat implementasi Kurikulum SD tahun 2013, dengan karakteristik peserta : (1) mampu memahami latar belakang implementasi kurikulum 2013; (2) memiliki kesamaan persepsi dan komitmen yang tinggi untuk mengembangkan karir Kepala /Guru SD sesuai dengan kebutuhan di Kabupaten /Kota terkait; (3) mampu membuat perencanaan kurikulum sesuai dengan rambu-rambu implementasi kurikulum 2013; (4) mampu menerapkan kurikulum 2013 yang dimulai pada tahun ajaran 2013; (5) mampu meningkatkan motivasi, frekuensi, dan intensitas kegiatan peningkatan karier Guru SD masing-masing di Kabupaten/Kota terkait; (6) mampu meningkatkan mutu pembelajaran pada satuan pendidikan di Kabupaten /Kota terkait; dan (7) mampu meningkatkan peningkatan karier dan kompetensi Guru SD sesuai dengan kebutuhan di Kabupaten /Kota terkait. Beberapa indikator tersebut sudah terangkum dalam beberapa pernyataan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini. Peserta workshop yang juga dijadikan sasaran penelitian merupakan guru SD piloting kurikulum 2013 Kabupaten Sleman yang terdiri dari guru kelas 1, kelas 2, kelas 4, dan kelas 5. Kegunaan dan kemanfaatan workshop bagi guru meliputi kemampuan dasar yakni paham dan mengerti tentang kurikulum 2013 sehingga dapat berimbas pada workshop menjawab kebingungan guru terhadap kurikulum 2013. 2. Relevansi Materi Salah satu upaya untuk mencapai tujuan, diperlukan keserasian antara proses belajar dan proses mengajar. Maksud keserasian adalah peserta harus memberikan tanggapan positif terhadap bahan/materi yang dibahas bersama nara
61
sumber, dipihak lain nara sumber harus mengusahakan tumbuhnya tanggapan positif dengan cara menyiapkan dan menyajikan materi secara baik. Nara sumber, peserta workshop dan penyelenggara harus saling bekerjasama dengan baik. Nara sumber yang berperan penting dalam penyajian materi hendaknya disampaikan secara bertahapdan menjamin semua materi telah tersampaikan dengan baik. Nara sumber menyampaikan dan menjelaskan semua materi harus dilakukan dengan baik sesuai kemampuan nara sumber, dalam hal ini karena nara sumber juga telah mendapat pelatihan dari instruktur nasional. Materi workshop merupakan hal yang paling utama untuk disampaikan dan harus diperoleh serta dipahami oleh semua peserta workshop. Menurut Musliar Kasim (2013 : 30) pelaksanaan workshop Kurikulum 2013 dilaksanakan selama 5 (lima) hari mulai pukul 08.00 – 17.00 waktu setempat (sudah termasuk istirahat) atau setara dengan ±52 jam @ 45 menit.Sesuai alokasi waktu yang telah ditentukan,maka proses penyampaian materi harus disusun dengan baik, dalam arti tidak terlalu singkat dan tidak terlalu luas tetapi harus fokus. Pemberian waktu untuk setiap materi dapat menyesuaikan sesuai kebutuhan peserta workshop. Pelaksanaan workshop kurikulum menurut Musliar Kasim (2013 : 30-31) pada struktur program bimtek /diklat implementasi Kurikulum SD tahun 2013 untuk guru kelas dan guru mata pelajaran, sebagai berikut: pada kurikulum 2013, penekanan pembelajaran untuk mengarahkan peserta didik dapat menguasai aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan baik selama pembelajaran berlangsung (proses) maupun setelah pembelajaran usai dilaksanakan (hasil belajar). Kemampuan mengajar guru yang sesuai dengan konsep kurikulum 2013 akan
62
memberikan efek positif bagi hasil yang ingin dicapai seperti perubahan hasil akademik, sikap dan keterampilan peserta didik, serta kinerja guru yang semakin meningkat. Pembelajaran menggunakan kurikulum 2013 telah dirasakan oleh guru dapat diterapkan disekolah dan mempermudah pembelajaran yang dilaksanakan. Menurut Yuli Sopiah (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, 2013 : 94) guru inti dari SDSN Ujung Menteng 04 Jakarta Timur dalam testimoni kurikulum 2013, bahwa kurikulum 2013 ini pendekatan tematiknya terpadu, sehingga dalam mengajar lebih menyenangkan. Kurikulum 2013 ini lebih menekankan kepada sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Harapan besar semoga dapat meningkatkan pendidikan kita lebih maju dan lebih bagus lagi. Terutama sikap anak-anak indonesia yang selama ini kurang santun. 3. Kepuasan Pelaksanaan Workshop Kepuasan pelaksanaan workshop merupakan keinginan dari penyelanggara, nara sumber dan peserta workshop. Penyelenggara akan merasa puas dengan terlaksananya workshop yang berjalan dengan baik dan tidak ada hambatan ataupun permasalah berat yang muncul. Sebagai nara sumber akan merasa senang bila semua materi yang diampukan dapat disampaikan dengan baik dan mudah dipahami oleh peserta workshop. Nara sumber dapat memberi masukan dan motivasi kepada peserta sehingga implementasi kurikulum 2013 dapat berjalan. Peserta workshop sebagai objek bisa merasa puas bila telah mendapatkan materi dan bisa memahami dengan baik. Selain itu peserta mendapat pencerahan terhadap kurikulum baru yang harus dilaksanakan di kelas, sehingga workshop
63
merupakan salah satu keinginan yang ingin diikuti oleh guru sebagai peserta workshop. Metode cara penyampaian yang sesuai dengan situasi dan materi serta penggunaan alat peraga yang tepat, akan mempermudah peserta dalam menerima materi workshop. Banyak metode penyampaian materi yang dapat digunakan oleh narasumber dalam membawakan materinya. Beberapa metode yang dapat digunakan sesuai petunjuk dalam pelaksanaan bimtek /diklat Kurikulum SD tahun 2013 ini, antara lain: ceramah, tanya jawab, diskusi, brainstorming, role play, kerja kelompok, simulasi, peragaan, eksperimen, studi dokumen, presentasi, dan metode lain yang relevan. Strategi pembelajaran yang digunakan oleh narasumber juga sangat menentukan keberhasilan dalam penyampaian materi. Nara sumber harus bisa membawa peserta workshop untuk masuk dalam inti materi yang sedang dijelaskan. Penumbuhan dan pembinaan motivasi peserta workshop dengan memberikan orientasi terhadap topik yang dipelajari akan menumbuhkan minat peserta workshop untuk mempelajari pokok bahasan materi. Pemberian materi atau contoh analisa kasus yang diperagakan dan diikuti oleh peserta serta pemberian kesempatan kepada peserta untuk berlatih akan memberikan pengalaman peserta. Pemberian koreksi dari nara sumber secara langsung
akan
membuat
peserta
merasa
senang
karena
segera
tahu
kemampuannya dalam memahami materi yang dipelajarinya dan dapat melakukan evaluasi atau perbaikan. Nara sumber juga harus menghargai setiap individu peserta yang mempunyai cara tersendiri dalam belajar. Apabila seseorang diberi
64
kesempatan untuk belajar sesuai dengan cara yang paling baik baginya, maka akan dicapai hasil yang maksimum. Kualitas pelaksanaan workshop akan sangat tergantung pada manajemen diklat yang diselenggarakan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain ketepatan materi workshop, kualitas nara sumber, metode pembelajaran yang digunakan dan evaluasi yang dilakukan. Penentuan nara sumber harus benar-benar sesuai dengan bidang keahlian serta pengalaman kerja yang dimilikinya. Mengingat penyelenggaraan workshop merupakan upaya penting yang dilakukan untuk dapat mengimplementasikan kurikulum 2013. Selain itu proses manajemen diklat yang dikelola harus dapat mengatur jalannya workshop, terutama terkait waktu pelaksanaan. Waktu pelaksanaan workshop yang ditargetkan dalam 52 jam harus cukup untuk proses penyampaian semua materi, disisi lain peserta workshop juga harus mampu menguasai apa yang telah disampaikan tersebut. Perkiraan waktu berkenaan dengan banyaknya waktu yang dijadwalkan pada setiap materi pembelajaran yang telah direncanakan dalam struktur kurikulum workshop harus dapat berjalan dengan baik. Pengalokasian waktu setiap materi 45 menit untuk setiap
jam
pelajaran
menuntut
nara
sumber
untuk
dapat
mengatur
pembelajarannya agar semua materi dapat tersampaikan dengan tuntas. Pelaksanaan pembelajaran yang padat, akan menjadi nyaman bila didukung oleh lingkungan yang kondusif. Hal ini merupakan kebutuhan setiap peserta dan penyelenggara harus memenuhinya. Menurut Muhammad Idris (2011: 11) Kenyamanan pembelajaran tidak hanya dengan lingkungan fisik yang bersih dan tertata, namun juga lingkungan non fisik yang turut mendukung pembelajaran.
65
Lingkungan belajar bukan hanya sekadar lingkungan fisik yang terdiri dari penataan ruang, kursi, meja, papan dan alat bantu pembelajaran lain yang berada di kelas, ataupun yang berada di luar kelas. Namun juga lingkungan emosional berupa interaksi antara nara sumber dengan peserta dan antara peserta dengan peserta. Workshop sebagai salah satu proses pendidikan, komponen lingkungan tersebut harus dapat dikembangkan agar peserta dapat belajar dengan senang dan nyaman di kelas. Lingkungan lain yang harus diperhatikan juga adalah hubungan antara nara sumber dengan peserta dan antara peserta dengan peserta yang lain. Selain itu tidak hanya sebatas interaksi antara nara sumber dengan peserta dan antara peserta dengan peserta, namun juga interaksi antara seluruh komponen yang ada dalam penyelenggaraan workshop tersebut. Interaksi dengan tenaga administratif, panitia penyelenggara, pimpinan lembaga tempat workshop, lembaga terkait harus dilakukan secara humanis. 4. Hambatan Workshop Upaya penyelenggaraan workshop yang efektif dan efisien yang telah direncanakan dengan matang seringkali terdapat beberapa hambatan. Hambatan tersebut dapat muncul dari stakeholder yang turut andil dalam penyelenggaraan workshop. Pembicara memegang peran penting terhadap pelaksanaan workshop yang akan berdampak pada kelancaran dan keberhasilan tujuan dari pelaksanaan workshop itu sendiri, sehingga perlu pembicara yang ahli dan berkualitas. Menurut Oemar Hamalik (2005 : 35) beberapa syarat pertimbangan dalam menentukan sebagai pembicara adalah (1) telah disiapkan secara khusus sebagai
66
pelatih, yang ahli dalam bidang spesialisasi tertentu; (2) memiliki kepribadian yang baik yang menunjang pekerjaannya sebagai pelatih; (3) pelatih berasal dari dalam lingkungan organisasi /lembaga sendiri lebih baik dibandingkan dengan yang dari luar; dan (4) perlu dipertimbangkan bahwa seorang pejabat yang ahli dan berpengalaman belum tentu menjadi pelatih yang baik dan berhasil. Musliar Kasim (2013 : 94) menyebutkan nara sumber bimtek /diklat implementasi kurikulum SD adalah guru inti (master teacher) yang sudah disiapkan oleh Pusbangprodik, BPSDMPK dan PMP, Kembdikbud. Maka dari itu penyelenggara diklat wajib melakukan koordinasi dengan LPMP, P4TK, dan Pusbangprodik, BPSDMPK dan PMP. Narasumber sebagai pelaku utama dalam mengajak peserta workshop untuk mulai mempelajari dan memahami konsep kurikulum 2013 harus dengan menggunakan cara yang mudah dimengerti. Hal ini karena peserta workshop yaitu para guru sudah terbiasa menggunakan kurikulum lama, sehingga mempelajari kurikulum 2013 yang baru dan dengan konsep yang berbeda perlu penekananpenekanan dan cara-cara yang kreatif. Salah satu unsur pelatihan kurikulum yaitu senantiasa membutuhkan kelengkapan fasilitas, perlengkapan dan media pembelajaran. Unsur-unsur tersebut merupakan salah satu komponen yang berfungsi sebagai salah satu unsur penunjang proses pembelajaran, menggugah semangat dan motivasi belajar. Penyelenggara workshop harus memilih dan menyediakan perlengapan tersebut sesuai dengan keperluan, dan menyediakan fasilitas dengan tujuan untuk memperlancar kegiatan workshop. Untuk menjamin tersampainya materi kepada
67
peserta workshop dan untuk menjadi pegangan peserta workshop, perlu dilakukan penguatan antara lain dengan memberikan buku pegangan pembelajaran yang terdiri dari buku pegangan siswa dan buku pegangan guru. Langkah ini untuk memudahkan pembelajaran dan menjamin semua peserta workshop paham terhadap materi yang disampaikan dan dapat diterima dengan baik. Perangkat pelatihan yang disediakan agar dapat berguna dengan maksimal, maka penyelenggara workshop harus menyiapkan pula sarana yang memadai. Syawal Gultom (2013 : 22) sarana tersebut harus telah disiapkan dalam perencanaan kegiatan workshop, seperti LCD projector, notebook, sound system, white board, flipchart, dll yang mendukung terhadap pembelajaran. Sarana dan prasarana pembelajaran yang diperlukan dalam penyelenggaraan workshop diantaranya: ruang belajar, sumber listrik dan sarana lain yang dibutuhkan untuk kelancaran pelaksanaan pembelajaran dan penyelenggaraan diklat secara keseluruhan. Gedung yang digunakan sebagai tempat pelatihan harus memiliki beberapa fasilitas dengan ketentuan sebagai berikut (1) aula untuk pembukaan dan penutupan; (2) ruang kelas dengan persyaratan cukup luas dan nyaman untuk 50 orang dan jumlah ruang sesuai dengan jumlah rombongan belajar (rombel) yang diperlukan; (3) ruang sekretariat terpisah dengan ruang kelas; dan (4) ruang narasumber terpisah dengan ruang kelas dan ruang sekretariat. Sesuai dengan hasil penelitian, ternyata tidak semua alat praktek tersedia dan mudah dipahami saat digunakan. Hal ini bisa terjadi karena berbagai faktor yang peneliti tidak ketahui. Sebagai perlengkapan sarana-prasarana kegiatan, maka penyelenggara harus menyediakan sebelum kegiatan workshop dimulai.
68
Penyiapan sebelum kegiatan dimulai dimaksudkan agar tidak mengganggu jalannya proses workshop. Selain itu, bila terjadi kekurangan atau kerusakan dapat segera dicarikan perlengkapan pengganti. Penyiapan perangkat pelatihan harus berkoordinasi dengan nara sumber terkait alat peraga yang akan digunakan oleh nara sumber. Selain penggunaan media elektronik, terkait dengan alat-alat peraga untuk mengingat secara visual, menurut Muhammad Idrus (2011: 10) jangan dilupakan bahwa nara sumber sendiri adalah media paling baik yang berfungsi sebagai human media. Ini yang sering dilupakan dalam penyelenggaraan pembelajaran, bahwa nara sumber sendiri adalah media terbaik untuk menyampaikan materi yang sedang disampaikan. Untuk menjadi human media yang baik, salah satunya adalah dengan menggunakan bahasa non-verbal atau bahasa tubuh. 5. Kebermanfaatan Workshop Guru harus mempunyai bekal empat kompetensi yang harus dikuasai dalam melaksanakan tugasnya. Salah satu kompetensi tersebut adalah kompetensi profesional. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Untuk mencapai dan menguasai kompetensi tersebut, guru harus berusaha keras meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan ketrampilannya dalam mengajar serta
berkomunikasi. Seiring perkembangan kurikulum baru
2013, maka guru harus mampu menguasainya dan nantinya bisa melaksanakan di sekolah.
69
Pelaksanaan
workshop
kurikulum
selain
bertujuan
untuk
mengimplementasikan kurikulum 2013 juga merupakan pemberian kesempatan kepada guru untuk dapat meningkatkan kompetensinya. Setelah mengikuti workshop, guru diharapkan mempunyai bekal untuk dapat mengembangkan dan menjalankan kurikulum 2013. Guru minimal sudah menguasai beberapa hal yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran sesuai kurikulum 2013. Baik menyangkut materi /mata pelajaran yang diajarkan, perencanaan pembelajaran, metode pembelajaran, cara belajar peserta didik, teknik penilaian hasil belajar dan pengelolaan kelas. Selain itu guru juga harus terus belajar terhadap hal-hal lain yang harus dikuasai dan dipelajari oleh guru untuk menunjang pembelajaran. Menurut pemaparan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (2013 : 100) disebutkan bahwa dengan penerapan kurikulum 2013 telah memberi pengaruh yang bagus terhadap siswa dalam pembentukan karakter, keaktifan, proses belajar, kreatifitas, pola pikir dan budaya baca. Berkaitan dengan dukungan terhadap pembelajaran di kelas, guru yang sudah mengikuti workshop kurikulum 2013 dapat meningkatkan kinerja dan pembelajaran yang dilakukan. Kurikulum 2013 yang diimplementasikan dapat mendukung dan memberi semangat para siswa untuk selalu belajar. Guru dalam melakukan pengajaran di kelas tidak hanya mengutamakan pengetahuan atau kemampuan intelektual yang dimilikinya saja, melainkan juga harus memperhatikan perkembangan seluruh peserta didik yang diampunya, baik jasmani, rohani, sosial maupun aspek lainnya yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik pada akhirnya akan dapat
70
menjadi manusia yang mampu menghadapi tantangan-tantangan dalam kehidupan bermasyarakat. Sesuai konsep dari Kurikulum 2013, peserta didik tidak dapat dipandang sebagai objek yang harus patuh dan menurut terhadap kehendak dan kemauan guru. Peserta didik melainkan sebagai subjek pendidikan, sebagai pelaku utama proses pembelajaran, sehingga peserta didik dituntut untuk aktif dan menjadi pemeran utama dalam proses pendidikan. Sedangkan guru hanya sebagai pendamping dan fasilitator terhadap proses pembelajaran yang dilakukan. Namun terdapat satu pernyataan yang belum terpenuhi dengan maksimal, yaitu belum semua guru menguasai persiapan hingga evaluasipembelajaran. Pada tahap tersebut, guru harus bisa menyesuaikan dengan rencana pembelajaran yang sudah tercantum dalam kurikulum 2013. Guru harus beradaptasi dengan konsep baru yang berbedadari kurikulum sebelumnya. Meskipun begitu, pembelajaran menggunakan kurikulum 2013 semakin baik. Hal itu sesuai pada diagram dibawah ini.
Gambar 1. Diagram Dampak Kurikulum 2013 Terhadap Guru
71
Berdasarkan pemaparan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (2013 : 102) dalam press workshop implementasi Kurikulum 2013, guru nampak mendapatkan kemudahan dalam pelaksanaan pembelajaran. Dapat dilihat bahwa 78.18% guru merasa lebih mudah dalam penyusunan RPP, 88.63% guru menjadi lebih perhatian dan obyektif dalam menilai kemampuan siswa, 93% guru lebih semangat untuk selalu menambah pengetahuan untuk bahan ajar, 91.56% guru menjadi lebih semangat untuk meningkatkan kualitas dan metode pembelajaran dan 85.04% guru mampu mengintegrasi antara pendekatan ilmiah dan pembangunan karakter siswa. Berdasarkan diagram diatas, dapat dilihat bahwa dengan implementasi kurikulum 2013 dapat meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar di kelas. Selain itu, penerapan kurikulum 2013 mendorong guru untuk menjadi individu pembelajar. Meningkatkan kompetensi yang harus dimiliki untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas. D. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini meskipun telah dilakukan dengan maksimal tetapi masih memiliki keterbatasan penelitian. Keterbatasan tersebut antara lain: 1. Pengambilan data penelitian dilakukan terhadap guru SD dengan tidak membedakan pendidikan, usia, masa kerja, jenis kelamin dan pangkat atau golongan guru sehingga tidak dapat mengetahui perbedaan pengalaman antar guru dalam menerapkan kurikulum yang telah dilaksanakan. 2. Penelitian ini dilakukan menggunakan angket tertutup, sehingga peneliti kurang bisa menggali informasi secara rinci.
72
3. Penelitian ini tidak melibatkan penyelenggara workshop sebagai sumber data, sehingga hanya opini dari para guru yang digunakan untuk mengetahui proses pelaksanaan workshop yang telah dilaksanakan.
73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan data yang telah diperoleh dalam penelitian dan hasil analisis data, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Workshop kurikulum merupakan bagian dari upaya implementasi kurikulum 2013 di Kabupaten Sleman yang diikuti oleh Guru SD Piloting. Berdasarkan variabel yang peneliti gunakan dalam penelitian, ketercapaian tujuan workshop memperoleh persentase sebesar 63%. Banyak responden telah menyatakan bahwa tujuan pelaksanaan workshop tercapai. 2. Pada variabel relevansi materi terhadap struktur kurikulum dan karakteristik kelas di sekolah memperoleh persentase sebesar 85%. Sebagian besar responden
menyatakan
tercapai
terhadap
pemberian
materi
selama
pelaksanaan workshop. 3. Variabel kepuasan terhadap pelaksanaan workshop memperoleh persentase sebesar 72%. Banyak responden yang menyatakan tercapai terhadap proses pembelajaran selama workshop. 4. Pelaksanaan workshop tidak lepas dari berbagai kendala, sehingga perlu dilakukan pencegahan hambatan yang dapat timbul selama workshop. Sesuai persepsi guru pencegahan hambatan memperoleh persentase sebesar 67%. Banyak responden yang berpendapat bahwa penyelenggara berhasil dalam melakukan upaya pencegahan hambatan.
74
5. Dampak workshop berpengaruh proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Terlihat dari perolehan persentase sebesar 71% pada variabel kebermanfaatan
workshop.
Responden
menyatakan
tercapai
terhadap
kemudahan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Kerjasama Guru dan siswa dapat semakin meningkat sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, aktif, kreatif, berkarakter dan menyenangkan. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka saran yang dapat diberikan penulis yaitu: 1. Workshop kurikulum 2013 yang telah dilaksanakan masih menunjukkan beberapa hal belum maksimal. Ketercapaian tujuan workshop yang masih rendahperlu dilakukan evaluasi dan perbaikan terhadap penyelenggaraan workshop. Tujuan workshop seharusnya hal utama yang harus tercapai, karena hal ini merupakan inti dari pelaksanaan workshop. 2. Pada dasarnya materi workshop sudah diatur dalam pedoman pendampingan sosialisasi kurikulum 2013, namun penyelenggara workshop dapat menambah atau mengurangi sesuai kebutuhan. Penekanan terhadap materi-materi yang esensial akan menjadikan semakin paham dan menguasainya. 3. Proses pembelajaran saat workshop diperlukan kerjasama yang serasi antara nara sumber dengan peserta. Nara sumber harus pandai dalam membawakan materi, mengolah suasana dan mengajak peserta dalam bahasan yang dipelajari. Peserta juga harus siap dan fokus terhadap materi yang diberikan oleh nara sumber, sehingga diharapkan tujuan workshop dapat tercapai.
75
4. Terlaksananya kegiatan workshop memerlukan kerjasama yang serasi antara penyelenggara workshop, nara sumber, peserta dan stakeholder lainnya yang berkepentingan. Belum maksimal pencegahan hambatan yang dilakukan harus diikuti dengan evaluasi dan perbaikan. Manajemen workshop harus diperbaiki sehingga output dari workshop lebih matang dan dapat bermanfaat terhadap implementasi kurikulum 2013 di sekolah. 5. Seiring berjalannya waktu, guru dengan modal dasar pengetahuan kurikulum
2013 dari workshop akan terbiasa dalam menggunakan kurikulum 2013. Terlebih bila guru memang sudah paham dan mengerti terhadap konsep kurikulum 2013 ini. Pembelajaran akan lebih kondusif, aktif, kreatif, berkarakter
dan
menyenangkan.
Tetapi
kemampuan
guru
terhadap
kompetensi-kompetensinya harus selalu ditingkatkan. Banyak kegiatan yang bisa diikuti antara lain mengikuti berbagai forum ilmiah, aktif dalam MGMP, tergabung dalam penelitian ilmiah, dll. Selain itu juga perlu dilakukan pendampingan dan pembinaan dari nara sumber kepada guru dalam proses pembelajaran kurikulum 2013 di sekolah. Pengawas dan Kepala sekolah juga harus semakin aktif dalam melakukan kontrol terhadap pembelajaran. Hal ini karena akan muncul permasalahan-permasalahan baru diluar perkiraan pada saat pelaksanaan workshop.
76
DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2013). Disdik Ciamis Gelar Sosialisasi Kurikulum 2013. Diakses dari http://www.pikiran-rakyat.com-pendidikan-2013/11/19-259161-disdikciamis-gelar-sosialisasi-kurikulum-2013 pada tanggal 4 Januari 2015, pukul 19:45 WIB. Abdullah Idi. (2007). Pengembangan Kurikulum. Jogjakarta: Ar Ruzz Media. Abdullah Tuasikal. (2014). Tujuan dan Manfaat Pendidikan dan Pelatihan (Diklat). Diakses dari http://www.tribun-maluku.com-2014/02-tujuandan-manfaat-pendidikan-dan.html pada tanggal 25 Januari 2016, pukul 08.30 WIB. Agung Kurniawan. (2005). Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Pembaruan. Ali Mudlofir. (2012). Pendidikan Profesional: Konsep, Strategi dan Aplikasinya dalam Peningkatan Mutu Pendidik di Indonesia. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Kaswan. (2011). Pelatihan dan Pengembangan untuk Meningkatkat Kinerja SDM. Bandung: Penerbit Alfabeta. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2012). Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Kemdikbud. Krisna Nara Ardya Mahardika. (2014). Kesiapan Guru Pendidikan Jasmani dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Wates. Skripsi: UNY. Kusnandar. (2010). Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. (2009). Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Jakarta: Menpan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar /Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kemdikbud. _______. (2014). Press workshop: Implementasi Kurikulum 2013. Diakses dari http://kemdikbud.go.id/kemdikbud-dokumen-Paparan-PaparanMendikbud-pada-Workshop-Pers.pdf pada tanggal 24 Desember 2015, pukul 19.45 WIB.
77
Muhammad Idrus. (2011). Mendesain Lingkungan Belajar yang Menyenangkan. Jurnal Mukaddimah Kopertais Wil III Yogyakarta. Hlm. 10-11. Muhammad Joko Susilo. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mulyasa. (2003). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Rosdakarya. _______. (2014). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Musliar Kasim. (2013). Pedoman Pemberian Bantuan Implementasi Kurikulum Tahun 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. M. Joko Susilo. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Manajemen Pelaksanaan Dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nanang Martono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Nana Syaodih. (2005). Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nur Sasi Enggarwati. (2015). Kesulitan Guru SD Negeri Glagah dalam Mengimplementasikan Penilaian Autentik Pada Kurikulum 2013. Skripsi. UNY. Oemar
Hamalik. (2005). Pengembangan SDM: Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
_______. (2013). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Presiden Republik Indonesia. (2003). Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretaris Negara. Punaji Setyosari. (2012). Metode penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Rakhmat Hidayat. (2011). Pengantar Sosiologi Kurikulum. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Randy L. DeSimone& Jon M. Werner. (2012). Human Resource Development Sub Edition. South Western: Cengage Learning. Riduan. (2004). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Rumus Statitik. (2015). Statistik. Diakses dari http://www.rumusstatistik.com/ pada tanggal 2 Mei 2015, pukul 12.45 WIB.
78
Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajagrafindo Persada. _______. (2009). Manajemen Kurikulum. Jakarta. Rajawali Pers. Sholeh Hidayat. (2013). Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Soebagio Atmodiwirio. (1993). Manajemen Training. Jakarta: Balai Pustaka. Soetrisno, dkk. (1993). Latihan yang Partisipatif. Solo: Yayasan Indonesia Sejahtera. Sudarwan Danim. (2015). Pengembangan Profesi Guru: dari Pra-Jabatan, Induksi ke Profesional Madani. Jakarta: Prenadamedia Group. Sugiyono. (1998). Manajemen Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT). Yogyakarta: FPTK IKIP Yogyakarta. Suharsimi Arikunto. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Suparlan. (2011). Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum dan Materi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Sutopo. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Penerbit Universitas Sebelas Maret. Syawal Gultom. (2013). Materi Diklat Implementasi Kurikulum 2013 Untuk Kepala Sekolah. Jakarta: Badan PSDMPK-PMP. _______. (2013). Pedoman Kegiatan Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 Oleh Guru Inti. Jakarta: Pusbang Tendik Komplek Kemdikbud Gedung D Lantai 17. _______. (2013). Pedoman Penyelenggaraan Diklat Implementasi Kurikulum 2013 Untuk Kepala Sekolah. Jakarta: Pusbang Tendik Komplek Kemdikbud Gedung D Lantai 17. Tatang. et al. (2011). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Taufikur Rochman. (2014). Indikator Keberhasilan Implementasi Kurikulum 2013. Diakses dari https://www.academia.edu-5604406-Indikatorkeberhasilan-implementasi-kurikulum-2013. pada tanggal 19 Januari 2015, pukul 13.30 WIB.
79
Lampiran 1. Surat Permohonan Penelitian dari UNY
80
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian dari Kesbanglinmas Kab. Sleman
81
82
83
Lampiran 3. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian
84
85
86
87
88
Lampiran 4. Instrumen Uji Validitas dan Reliabilitas
89
90
91
92
Lampiran 5. Instrumen Penelitian
93
94
95
96
Lampiran 6. Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas
97
98
99
100
101
102
103
104
Lampiran 7. Hasil Rapat Koordinasi
105
106
107
Lampiran 8. Data Hasil Penelitian
108
109
Lampiran 9. Alokasi Waktu Penyelenggaraan Workshop
110
Lampiran 10. Struktur Kurikulum Workshop Kurikulum
111