Upaya Guru Sejarah dalam Menyiasati Tuntutan…. (Muhamad Idris)
UPAYA GURU SEJARAH DALAM MENYIASATI TUNTUTAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 PALEMBANG Oleh: Muhamad Idris (Dosen Universitas PGRI Palembang) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui bentuk pengajaran karakter pada mata pelajaran sejarah di SMAN 1 Palembang; (2) Mengetahui kendalakendala yang ditemui guru dalam pengajaran karakter pada mata pelajaran sejarah; (3) mengetahui upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kendalakendala pengajaran karakter pada mata pelajaran sejarah. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Studi kasus yang digunakan adalah studi kasus terpancang tunggal. Kesimpulan penelitian adalah (1) Pembelajaran karakter di SMAN 1 Palembang menggunakan bentuk gabungan, antara model terintegrasi dengan model pembelajaran di luar sekolah; (2) Kendala yang dihadapi guru sejarah dalam pembelajaran karakter di SMAN 1 Palembang adalah variabel karakteristik siswa yang tidak dapat dimanipulasi oleh guru dan karakteristik budayanya; (3) Guru dan sekolah hendaknya mampu membangun kerjasama yang efektif dan efisien untuk koordinasi dan kesepahaman yang mendalam antar pihak terkait yang memiliki kepentingan dalam membangun generasi muda Indonesia. Agar pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa, kondisi sekolah, karakteristik sejarah dan kebudayaan lokal. Kata Kunci:Pendidikan Karakter, Model Pendidikan Karakter, Karakter Budaya, Karakter Bangsa THE EFFORTS OF HISTORY TEACHER IN PROVIDING CHARACTER EDUCATION IN LEARNING HISTORY IN SMAN 1 PALEMBANG Abstract This study aims to: (1) Knowing the form of characteristic teaching for history subject at SMAN 1 Palembang; (2) Knowing the obstacles encountered by teachers in teaching history subject; (3) determine the efforts of teachers in overcoming constraints on the characteristic teaching for history subject. This study used a qualitative descriptive approach. The case study used was single stuck. The conclusions of the study are: (1) Characterisitc Learning at SMAN 1 used a combined form between integrated model with a model of learning outside of school; (2) Obstacles encountered by history teacher in charactteristic learning at SMAN 1 Palembang is a student characteristic variable that cannot be manipulated by the teacher and cultural characteristics; (3) Teachers and schools 47
Wahana Didaktika Vol. 12 No. 2 Mei 2014 : 47-61
should be able to build an effective and efficient collaboration for coordination and deep understanding between the parties that have an interest in building a young generation of Indonesia. In order to have in line learning with students' characteristics, school conditions, characteristics of the local history and culture. Keywords: Characteristic Education, Characteristic Education Models, Cultural Character, The Character Of The Nation A. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang merupakan modal dasar pembangunan nasional Indonesia.
Pembangunan
di
bidang
pendidikan
diharapkan
mampu
menyeimbangkan antara pendidikan jasmani dan mental rohani peserta didik. Keluaran
program
pendidikan
diharapkan
memiliki
kemampuan
ilmu
pengetahuan, kemajuan di bidang fisik dan fsikis yang seimbang sehingga mampu dimanfaatkan secara optimal sebagai modal dasar pembangunan nasional Indonesia. Di era globalisasi dewasa ini terjadi perubahan-perubahan yang mendasar di berbagai bidang kehidupan, nilai-nilai lama yang hidup dalam masyarakat Indonesia mulai digantikan dengan nilai-nilai baru.Perubahan tersebut didorong dengan kemajuan teknologi di bidang komunikasi dan info media yang menjadi alat masuknya informasi dan budaya dari luar yang menggempur budaya lokal Indonesia. Dunia pendidikan diharapkan berperan serta secara aktif sebagai filter penyaring nilai dan budaya asing yang masuk ke tengah masyarakat Indonesia, dan berperan dalam upaya membangun karakter generasi muda. Pendidikan karakter di sekolah dapat menjadi media yang strategis untuk mengembangkan, menyuburkan dan mengakarkan nilai-nilai luhur budi pekerti dan kemanusiaan pserta didik. Upaya-upaya untuk membangun dan mengembangkan karakter yang baik, unggul dan mulia yang berdasarkan budaya dan nilai-nilai asli Indonesia melalui pendidikan sudah sangat mendesak untuk mendapat perhatian khusus, karena pendidikan memiliki peranan penting dan sentral dalam proses pembangunan potensi mental manusia, yang dalam proses pembelajaran di sekolah dapat 48
Upaya Guru Sejarah dalam Menyiasati Tuntutan…. (Muhamad Idris)
dilakukan melalui pelajaran sejarah, karena pelajaran sejarah terbukti mampu memberikan inspirasi dan pembelajaran sikap dan moral. Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan gemilang.Sejarah sebagai bagian perjalanan bangsa Indonesia, diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai modal pembangunan bangsa, agar warganegaranya bermental pejuang dan bangga pada sejarah bangsanya mengingat Indonesia memiliki latar belakang sejarah yang sangat membanggakan. Guru sejarah di sekolah dituntut untuk mampu menyampaikan nilai dan pesan-pesan sejarah dengan menarik, sementara itu pembelajaran sejarah sendiri dalam kenyataannya masih sangat konvensional. Pelajaran sejarah di Indonesia selama ini selalu menanamkan adanya musuh bersama yang harus diperangi, yaitu imperialisme dan kolonialisme. Hampir semua buku sejarah di Indonesia memberikan gambaran betapa menderitanya penduduk Nusantara pada masa penjajahan Barat dan Jepang, padahal tidak semua daerah di Indonesia mengalami penderitaan penjajahan, dan tidak semua orang Belanda dan Jepang yang datang pada masa itu memiliki sifat jahat dan kejam. Pelaku kekejian selama Belanda dan Jepang menjajah Indonesia terbatas pada tentara Belanda dan Jepang, dan pada beberapa catatan sejarah menunjukkan bahwa kekejaman tentara Belanda dilakukan oleh orang-orang Indonesia yang menjadi tentara Belanda (Kementrian Pendidikan Nasional, 2011:28). Praktek pendidikan sejarah di Indonesia pada masa Orde Baru berdampak pada pembunuhan karakter generasi penerus, dari satu generasi ke genarasi, menjadikan mereka sebagai generasi yang pembenci dan pendengki, yang hilang kepercayaan diri, cenderung bersikap reaktif yang bertentangan dengan sila kelima Pancasila (Kementrian Pendidikan Nasional, 2011:29). Historiografi materi sejarah di sekolah lebih bersifat sejarah tokoh, sementara sejarah kelompok marginal, tokoh yang jujur, saleh, berjiwa sosial tinggi sangat jarang diangkat kepermukaan.Permasalahan dalam pendidikan sejarah semakin keruh ketika alokasi pengajaran sejarah di sekolah semakin minim.Kebijakan tersebut semakin menjadikan pelajaran sejarah sebagai kelompok mata pelajaran yang tidak penting (Kementrian Pendidikan Nasional, 2011: 28--30). 49
Wahana Didaktika Vol. 12 No. 2 Mei 2014 : 47-61
Guru sejarah menghadapi tantangan yang cukup berat dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah di dalam kelas, antara lain tuntutan untuk membuat pelajaran sejarah menjadi menarik bagi siswa, tuntutan untuk membangun nilai afeksi siswa terhadap sejarah bangsanya, tuntutan untuk mentransformasi serta menumbuh kembangkan karakter positif, dan mengubah watak peserta didik dari yang tidak baik menjadi baik. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, rumusan masalah yang akan diulas dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana bentuk pengajaran karakter dalam mata pelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Palembang? 2) Kendala-kendala apa saja yang ditemui guru dalam pengajaran karakter pada mata pelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Palembang? 3) Upaya-upaya apa saja yang dilakukan guru sejarah dalam mengatasi kendala-kendala pengajaran karakter pada pelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Palembang? Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Bentuk pengajaran karakter dalam mata pelajaran sejarah di SMAN 1 Palembang. 2) Kendala-kendala yang ditemui guru dalam pengajaran karakter pada mata pelajaran sejarah di SMAN 1 Palembang. 3) Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kendala-kendala pengajaran karakter pada mata pelajaran sejarah di SMAN 1 Palembang. Manfaat penelitian ini adalah secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan satu kajian yang ilmiah tentang permasalahan yang ditemui guru sejarah dalam mensiasati tuntutan pendidikan karakter dalam pembelajaran di sekolah menengah atas. Manfat secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat berupa:
50
Upaya Guru Sejarah dalam Menyiasati Tuntutan…. (Muhamad Idris)
1) Bagi praktisi pendidikan, penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran yang nyata tentang kondisi pembelajaran karakter dalam pembelajaran sejarah, dan memberikan alternatif pemecahan masalahnya. 2) Bagi pemerintah diharapkan mampu memberikan masukan tentang kebijakan pendidikan yang ideal untuk pembelajaran moral di sekolah menengah atas.
B. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Palembang, dilakukan selama 3 bulan, mulai bulan Januari 2012 sampai dengan Maret 2012. Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif, mampu mengangkat berbagai informasi dan data kualitatif secara lengkap dan mendalam. Penelitian ini menggunakan studi kasus, karena memungkinkan untuk mempertahankan karakteristik holistik dan bermakna dari peristiwa-peristiwa.
1. Sumber Data a. Informan. Informan merupakan seorang yang diwawancarai untuk didapatkan keterangan dan data untuk keperluan informasi. Informan dalam penelitian ini adalah guru bidang studi sejarah di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Palembang, yaitu Dra. Rosita, Dra. Sukesih, Dra. H. Sri Muwarni, dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum yaitu ibu Dra. Hidayati, M. Si. b. Dokumen Arsip dan dokumen menjadi sumber data untuk mengetahui perencanaan pembelajaran yang dirancang guru.Arsip dan dokumen yang digunakan meliputi perangkat pembelajaran guru, seperti silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) bidang studi sejarah di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Palembang. c. Tempat Tempat penelitian adalah Sekolah Menengah Negeri 1 Palembang,
51
Wahana Didaktika Vol. 12 No. 2 Mei 2014 : 47-61
Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Mendalam Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini merupakan wawancara mendalam (in depth interview).Wawancara mendalam dilakukan pada wakil kepala sekolah bidang kurikulum ibu Dra. Hidayati, M. Si, dan guru bidang studi sejarah, yaitu Dra. Rosita, Dra. Sukesih, Dra. H. Sri Muwarni. b. Kajian Dokumen Kajian dokumen digunakan penelitian untuk mengumpulkan dan menyelidiki data-data
tertulis
dalam
pembelajaran.Pada
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan teknik content analysis terhadap perangkat perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang digunakan guru dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Palembang. c. Observasi Langsung Pada penelitian ini, digunakan observasi langsung untuk mengetahui aktivitas pembelajaran yang dilakukan guru dalam mensiasati pembelajaran karakter dalam pembelajaran sejarah di lingkungan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Palembang. d. Teknik Cuplikan Yang dicuplik dalam penelitian ini adalah guru sejarah di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Palembang, yang dijadikan sasaran penelitian terlebih dahulu dipilih berdasarkan karakteristiknya sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam perolehan data, teknik yang digunakan adalah internal sampling, teknik ini digunakan bukan untuk maksud atau kepentingan generalisasi. e. Validitas Data Teknik triangulasi yang dipergunakan peneliti dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi data, dan triangulasi metode. Pada triangulasi data peneliti menguji kebenaran data dengan cara mengujinya dari data-data yang berbeda dari sumber yang berbeda. Pada triangulasi metode peneliti menguji kebenaran data dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda-beda,
52
Upaya Guru Sejarah dalam Menyiasati Tuntutan…. (Muhamad Idris)
sehingga akan dapat disimpulkan data yang benar dan tepat untuk mengkonstruksi teori. f. Teknik Analisis Analisis yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan analisis model interaktif terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan Ketiga alur dalam analisis data kualitatif dapat digambarkan sebagai berikut: Pengumpulan Data
Reduksi Data
Sajian Data
PenarikanSimpulan
Gambar: 1 (sumber: Sutopo, 2006:120).
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian a) Pembelajaran Karakter dalam Mata Pelajaran Sejarah di SMAN 1 Palembang Implementasi pembelajaran karakter di SMAN. 1 Palembang terintegrasi dalam materi pelajaran yang diberikan di dalam kelas di kelas X, XI, dan XII. Pada kelas IPA dan IPS sesuai dengan kurikulum nasional untuk sekolah menengah atas umum nasional, termasuk dalam mata pelajaran sejarah. Pelajaran sejarah di berikan di kelas X, XI, XII yang diampu sebanyak 3 orang, yaitu Dra. Rosita (43 th), Dra. Sukesih (53 th), dan Dra. H. Sri Muwarni (59 th). Sumber belajar yang dipergunakan antara lain berupa buku paket pelajaran sejarah dan LKS yang diterbitkan oleh penerbit Airlangga dan Yudhistira untuk kelas X, XI dan XII. Program IPA dan IPS yang ditinjau dari segi isi dan materi sesuai dengan kurikulum yang berlaku pada saat ini, cakupan materi lengkap dan luas, evaluasi 53
Wahana Didaktika Vol. 12 No. 2 Mei 2014 : 47-61
yang termuat di dalamnya cukup baik, penggunaannya yang mudah, penampilan fisik buku yang menarik dilengkapi dengan ilustrasi dan gambar, harga buku terjangkau oleh siswa. Pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah sebenarnya bukanlah hal yang baru bagi, sebenarnya pendidikan karakter di sekolah telah diberikan sejak dahulu, akan tetapi belum terintegrasi secara jelas di dalam kurikulum, sehingga pendidikan merupakan hidden kurikulum. Karakter diajarkan sebagai bagian dari kehidupan pendidikan di lingkungan sekolah, karena pembentukan moral dan sikap sopan santun siswa di sekolah adalah bagian tugas dan tanggung jawab guru selain dari kewajiban mereka mengajar dan mendidik. Pembangunan dan pembentukan karakter siswa di SMAN.1 Palembang dilaksanakan seiring dengan pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah, di mulai dari saat siswa memasuki pintu gerbang sekolah sebelum jam pelajaran dimulai sampai dengan berakhirnya jam pelajaran sekolah dengan melepaskan siswa ke depan pintu gerbang sekolah yang untuk kembali dalam tanggung jawab orang tuanya dan lingkunganya. Di luar sekolah pendidikan moral, karakter dan pengetahuan sisiwa akan dilanjutkan di rumah. Pemilihan karakter yang akan diajarka ditentukan sendiri oleh guru dan dapat berpedoman pada silabus mata pelajaran, sehingga dalam kenyataannya guru hanya memindahkan jenis-jenis karakter yang tercantum di dalam silabus ke dalam RPP, dan belum pernah melakukan pengayaan karakter dari sumber sejarah dan budaya lokal Sumatera Selatan. Permasalahan lain yang ditemui dalam pelaksanaan pembelajaran karakter di SMAN. 1 Palembang adalah kendala pada sumber belajar. Sumber belajar merupakan sumber informasi bagi guru dan siswa. Pemanfaatan sumber belajar sangat tergantung pada kemampuan memanfaatkan sumber dan keberadaan sumber Guru belajar itu sendiri dan pada ketersediaan sarana dan prasarana belajar di sekolah, kemampuan guru dalam penguasaan perangkat teknologi sebagai sumber informasi dan sumber belajar, serta didukung oleh perangkat kebijakan pihak manajemen sekolah yang mendukungnya. Keberadaan titik hotspoot di SMAN. 1 Palembang belum aktif terdeteksi secara luas, hal ini 54
Upaya Guru Sejarah dalam Menyiasati Tuntutan…. (Muhamad Idris)
menunjukkan masih terbatasnya prasarana yang disediakan sekolah dalam mengoptimalkan perangkat teknologi komunikasi di era digitalisasi dan informasi global. Ketersediaan bahan bacaan pendukung mata pelajaran sejarah masih sangat terbatas, ketika peneliti mengunjungi perpustakaan sekolah, mendapatkan kenyataan bahwa tidak banyaknya bahan bacaan dan buku-buku bacaan penunjang yang dapat dijadikan sumber materi pelajaran sejarah dan sebagai sumber pendidikan karakter kepada siswa melalui pelajaran sejarah di sekolah. Keterbatasan lain yang dihadapi guru mata pelajaran sejarah dan siswanya adalah minimnya ketersediaan film-film dokumenter sejarah dan film sejarah koleksi sekolah, sehingga guru sangat jarang menggunakan media film dalam pembelajaran sejarah. Kebutuhan akan bahan bacaan sebagai sumber dan media pembelajaran karakter dalam pelajaran sejarah disiasati oleh guru-guru sejarah dengan saling bertukar bahan bacaan dan informasi menarik lainnya seputar berita sejarah terbaru, film sejarah, dan membrowsing informasi melalui internet. Cara ini dinilai cukup efektif untuk menambah pengetahuan kesejarahan. Film yang dimiliki oleh guru sejarah hanya satu buah judul. Guru sejarah telah berupaya meminta pada pihak sekolah agar menambah jumlah koleksi film milik sekolah. Nampaknya kendala jaringan informasi masih menjadi kendala, sehingga permohonan tersebut sulit untuk dipenuhi. Guru sejarah juga belum terampil memanfaatkan media untuk menguatkan pesan-pesan karakter yang akan ditanamkan pada siswa berupa novel Indonesia yang berlatar sejarah, dan media gambar.
b) Pokok Temuan a.
Pengajaran karakter dalam mata pelajaran sejarah di SMAN. 1 Palembang dilakukan dengan cara pembelajaran gabungan.
b.
Kendala-kendala yang dihadapi guru sejarah dalam pembelajaran karakter adalah kendala variabel karakteristik siswa dan karakteristik budaya.
55
Wahana Didaktika Vol. 12 No. 2 Mei 2014 : 47-61
c.
Upaya guru guru dalam mengatasi kendala dalam pembelajaran karakter dengan membangun jaringan guru,
untuk mengatasi kendala-kendala
pembelajaran karakter dalam mata pelajaran sejarah di SMAN. 1 Palembang.
2 Pembahasan a) Pembelajaran Karakter di Sekolah Menengah Atas Menurut I Gde Widja (2009:2-6) permasalahan pendidikan karakter di Indonesia dewasa ini adalah guru sebagai pihak yang terlibat pada hakekatnya kurang memperhatikan realitas dimensi ideologi kultural. Ideologi kultural dalam konteks permasalahan pendidikan di Indonesia dapat mengoreksi asumsi-asumsi yang tidak realisitis yang selama ini dijadikan dasar pengambilan kebijakan politik pendidikan. Pada hal kita perlu menyadari bahwa di antara asumsi-asumsi tadi hasil manipulasi realitas melalui ideologi yang disisipkan secara sengaja, tetapi halus atau melalui praktek bias kultural hasil pencangkokan sistem sosial tradisional ataupun modern. Logikanya kita harus mendekonstruksi asumsi-asumsi yang diyakini sebagai kenyataan yang sebenarnya hasil konstruksi ideologi yang sangat canggih. Dalam menjalankan pendidikan karakter di sekolah, guru harus menyadari bahwa pendidikan merupakan proses yang berdimensi kultural yang artinya pendidikan merupakan proses pembudayaan atau proses humanisasi (pemanusiaan manusia). proses pendidikan tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan manusia dalam rangka penciptaan budaya sekaligus pewarisannya kepada generasi muda atau peserta didik. Hubungan antara pendidikan dan kebudayaan merupakan hubungan interelasi sensitif, yaitu pertumbuhan yang satu harus diimbangi oleh pertumbuhan yang lainnya. Hubungan ini diharapkan memiliki potensi saling mendukung dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan karakter pada mata pelajaran sejarah di SMAN. 1 Palembang memiliki modal dasar yang sangat potensial berupa sejarah nasional dan sejarah lokal serta kebudayaan lokal Sumatera Selatan yang sangat kaya dan beragam. Sejarah dan kebudayaan lokal dan nasional merupakan modal pembangunan pendidikan yang berdimensi 56
Upaya Guru Sejarah dalam Menyiasati Tuntutan…. (Muhamad Idris)
kultural, yaitu dapat menjadi modal dasar dalam membangun kesadaran sejarah generasi muda. Kita patut memahami kata mutiara bahwa bangsa yang besar belajar banyak dari sejarah bangsanya, untuk menjadi bangsa yang lebih baik di masa depan. Oleh karenanya pemerintah Sumatera Selatan
harus
mendukung
pembelajaran sejarah dengan memasukkan karakter di dalamnya sebagai bentuk upaya pewarisan sejarah dan budaya masa lalu bangsanya, dengan memberikan insentif dan dukungan pada guru-guru sekolah dalam upayanya melestarikan nilai sejarah dan budaya melalui kegiatan pewarisan, pemanfaatan situs dan museum sebagai sumber dan media pembelajaran sejarah, agar nantinya para generasi muda bangga pada bangsanya dan menjadi manusia bermental pejuang bagi negara. Pembelajaran karakter di SMAN. 1 Palembang merupakan bentuk gabungan.
Bentuk
gabungan
antara
model
terintegrasi
dengan
model
pembelajaran di luar sekolah. Model gabungan memerlukan kerja sama yang baik antara guru sebagai tim pengajar dengan pihak-pihak luar yang terkait. Kelebihan model ini adalah semua guru terlibat dan secara bersama-sama dapat dan harus belajar dengan pihak luar untuk mengembangkan diri dan siswanya. Kelemahannya, model ini menuntut keterlibatan banyak pihak, memerlukan banyak waktu untuk koordinasi, banyak biaya, dan diperlukan kesepahaman yang mendalam terutama
yang
melibatkan pihak
luar
sekolah.
Pengelolaan
pembelajaran karakter dengan model gabungan menuntut komitmen bersama antara multi stake holder (guru, pengelola sekolah, orang tua, lembaga terkait) agar pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa, kondisi sekolah, karakteristik sejarah dan kebudayaan lokal. Membangun karakter melalui pelajaran sejarah merupakan suatu keharusan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Bukan rahasia jika banyak orang belajar dari sejarah. Banyak orang mendapat inspirasi dan membangun dirinya karena belajar dari sejarah. Pembelajaran sejarah dapat mengajarkan identitas bangsa atau manusia Indonesia di masa lalu, diharapkan akan dapat ditarik nilainilai positif yang kaya. Karakter positif tersebut akan mampu menjadikan 57
Wahana Didaktika Vol. 12 No. 2 Mei 2014 : 47-61
Indonesia sebagai negara yang sejajar dengan bangsa lain yang tergolong negara maju. Kemajuan suatu bangsa biasanya didukung oleh karakter positif yang dimiliki warganya. Adanya fenomena globalisasi serta kemajuan teknologi informasi, tentunya akan membawa perubahan besar yang cepat dan sangat berbeda dengan karakteristik dari masa lampau. Dalam hal ini kalau guru hendak memungut karakteristik dari sejarah masa lampau dan kebudayaan lokal dan kebudayaan nasional yang menyangkut ideasional yang ada di dalamnya harus merupakan semangat yang kuat untuk membuat respon yang cepat dan kuat terhadap tantangan baru pada masa depan demi mewujudkan dan menegakkan harkat martabat serta derajat manusia Indonesia/generasi muda sebagai warga masyarakat yang merdeka.
b) Kendala Guru dalam Pendidikan Karakter Dalam pembelajaran karakter di SMAN. 1 Palembang, para guru sejarah dihadapkan pada sejumlah variabel kondisi yang berada di luar kontrolnya, yang harus diterima apa adanya. Satu variabel yang tidak dapat dimanipulasi oleh guru adalah karakteristik siswa dan budayanya. Variabel ini mutlak harus dijadikan dalam memilih dan mengembangkan strategi pembelajaran yang optimal. Upaya apa pun yang dipilih dan dilakukan oleh guru atau perancang pembelajaran haruslah bertumpu pada karakteristik perseorangan siswa sebagai subyek belajar serta budaya di mana siswa berada. Variabel karakteristik siswa sebagai titik awal dalam mendeskripsikan strategi pembelajarannya.
Bila tidak
maka
prinsip-prinsip dan strategi
pembelajaran yang dikembangkannya sama sekali tidak akan ada gunanya bagi pelaksanaan
pembelajaran.
Karakteristik
siswa
sebagai
pijakan
dalam
mengembangkan strategi pembelajaran karakter, dapat dilihat dari kemampuan awal yang telah dimiliki siswa yang berhubungan dengan ketiga unsur karakter (pemahaman karakter, perasaan karakter, dan tindakan karakter). Para guru dalam mengembangkan model atau strategi pembelajaran karakter semestinya lebih berupaya untuk mengembangkan struktur kognitif yang 58
Upaya Guru Sejarah dalam Menyiasati Tuntutan…. (Muhamad Idris)
telah ada dalam diri siswa dan bukan sebagai upaya mengisi atau mentransfer begitu saja karakter. Guru tidak dapat memaksakan karakter kepada anak didik. Anak didiklah yang menkonstruksi pengetahuan dan sistem nilai yang diyakininya. Patut diduga bahwa perancang pembelajaran dalam mengembangkan strategi pembelajaran karakter menggunakan pendekatan struktural kognitif. Pendekatan struktural kognitif lebih menaruh perhatian pada penalaran karakter daripada tindakan karakter, struktur kognitif merupakan kekuatan dinamis untuk mencapai tahap yang lebih tinggi. Variabel faktor budaya, di mana diartikan sebagai bentuk-bentuk prestasi psikologis, yaitu sebagai kompleks gagasan yang bersifat abstrak, spesifik, subyektif, dan tidak teramati, maka karakter penting untuk dikembangkan. Kebudayaan akan mempengaruhi cepat lambatnya pencapaian tahapan-tahapan perkembangan karakter dan juga mempengaruhi batas tahapan perkembangan yang dicapai. Faktor individu yang mempunyai latar budaya tertentu dapat berbeda perkembangan karakternya dengan individu lain yang berasal dari kebudayaan lain, sehingga perkembangan karakter dipengaruhi oleh faktor kebudayaan. Untuk mengembangan pendidikan karakter bagi anak-anak dan remaja, diperlukan modifikasi unsur-unsur moral dengan faktor-faktor budaya di mana anak tinggal.
c) Upaya Guru dalam Mengatasi Kendala Pembelajaran Karakter Upaya guru dalam mengatasi kendala pembelajaran karakter: a. Kajian ilmu terkait, Sehubungan dengan pembelajaran sejarah maka ilmu terkait adalah: arkeologi dan antropologi budaya/social science. guru sejarah dapat membangun jaringan dan hubungan sehubungan dengan pemanfaatan hasil. b. penelitian ilmiah di bidang arkeologi dan antropologi budaya dalam pembuatan bahan ajar dan media pembelajaran. c. Perpustakaan sebagai sumber pembelajaran dan sebagai sumber pengadaan buku sejarah sebagai bahan bacaan siswa dan media pembelajaran karakter.
59
Wahana Didaktika Vol. 12 No. 2 Mei 2014 : 47-61
d. Membangun hubungan dengan lembaga penyiaran untuk mendapatkan film sejarah atau film dokumenter. e. Pemanfaatan museum dan situs bersejarah. f. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Sebenarnya pembelajaran sejarah sama sekali bukanlah pelajaran menghafal. Sejarah lebih menuntut untuk banyak membaca. Siapa pun yang ingin belajar sejarah harus bersedia untuk selalu membaca. Membaca dalam konteks sejarah bukanlah untuk menghafal melainkan upaya untuk paham. Hafal dan tidak bukanlah
hal
yang
penting,
karena
pemahaman
membutuhkan
proses
pengendapan pasca membaca. Pembelajaran sejarah adalah pelajaran yang membutuhkan proses yang tidak singkat. Pelajaran sejarah dapat dilakukan dengan membaca, menonton film dokumenter, film sejarah, mengunjungi museum dan situs sejarah. Guru sejarah harus memiliki dan mampu menggunakan alat bantu pengajaran sejarah dengan baik dan benar, sesuai dengan definisi alat bantu pembelajaran sejarah sendiri yaitu sebagai perlengkapan yang menyajikan satuan-satuan pengetahuan melalui stimulasi pendengaran atau penglihatan atau keduanya untuk membantu pembelajaran sejarah. Menurut Edgar Dale dalam Kochhar (2008:214) dalam pengalaman belajar yang mengerucut dengan menggunakan alat bantu pembelajaran audiovisual antara lain berupa film dapat membantu siswa dalam mendapatkan hasil pengalaman belajar yang terbaik. Menyimak hasil penelitian Edgar Dale tersebut maka guru sejarah dalam mensiasati kendala pembelajaran karakter berupaya bekerjasama dengan stake holder dalam penyediaan film dokumenter dan film sejarah.
D. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan a) Pembelajaran karakter di SMAN. 1 Palembang menggunakan bentuk gabungan, yang menggabungkan antara model terintegrasi dengan model pembelajaran di luar sekolah.
60
Upaya Guru Sejarah dalam Menyiasati Tuntutan…. (Muhamad Idris)
b) Kendala yang dihadapi guru sejarah dalam pembelajaran karakter di SMAN 1 Palembang adalah variabel karakteristik siswa yang tidak dapat dimanipulasi oleh guru dan karakteristik budayanya. c) Guru dan lembaga sekolah hendaknya mampu membangun kerjasama yang efektif dan efisien untuk koordinasi dan kesepahaman yang mendalam antar pihak yang terkait yang memiliki kepentingan yang sama dalam membangun generasi muda Indonesia.
2. Saran a) Guru
dan
lembaga
sekolah
harus
lebih
mengoptimalkan
bentuk
pembelajaran gabungan dalam pembelajaran karakter di sekolah. b) Guru sejarah harus lebih memahami karakteristik siswa dan karakteristik budaya lokal agar pembelajaran karakter tidak menemui kendala di sekolah. c) Guru dan kepala sekolah harus berperan aktif dalam membangun jaringan pedidikan karakter dengan stake holder di tingkat kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan dan di tingkat nasional untuk melepaskan simpul-simpul permasalahan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar. 2011. Mencari Karakter Terbaik Dari belajar Sejarah. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar. 2011. Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran PKn. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional. Kochhar, S. K. 2008. Pembelajaran Sejarah, Teaching of History. Jakarta: Grasindo. Sutopo, H. B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Dasar Teori dan Terapannya Dalam Penelitian. Surakarta: UNS Press.
61