MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA (Studi Kasus di SMA PGRI 56 Ciputat) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Mencapai Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh Yeti Budiyarti 106013000325
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
LEMBAR PENGESAHAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA (Studi Kasus di SMA PGRI 56 Ciputat) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Mencapai Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh: Yeti Budiyarti 106013000325 Di bawah Bimbingan
Pembimbing
Dra. Mahmudah Fitriyah, Z.A., M.Pd. 19640212 199703 2 001
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
ABSTRAK Yeti Budiyarti; 106013000325: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul Skripsi, Minat Belajar Siswa terhadap Mata pelajaran Bahasa Indonesia Tahun 2011. Pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting di lingkungan sekolah. Karena, pelajaran bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang harus diujikan dalam Ujian Nasional. Selaian itu, bahasa Indonesia pun dapat mencirikan suatu bangsa dan negara. Banyak masyarakat terutama siswa yang meremehkan dan memudahkan pelajaran bahasa Indonesia. Namun, dilihat dari hasil Ujian Nasional mata pelajaran bahasa Indonesia yang mendapatkan nilai paling rendah dari mata pelajaran yang lainnya. Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia masih perlu ditingkatkan lagi. Agar siswa tidak meremehkan dan memudahkan setiap mata pelajaran terutama mata pelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penulis tertarik mengambil judul tentang “Minat Belajar Siswa terhadap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia”. Sekolah yang penulis pilih untuk penelitian untuk judul skripsi tersebut adalah SMA PGRI 56 Ciputat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA PGRI 56 Ciputat masih perlu ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data, siswa tersebut tidak adanya perasaan senang, ketertarikan, semangat, dan dorongan dari guru maupun orang tua. Di dalam dunia pendidikan minat itu sangat diperlukan, karena minat itu merupakan suatu sikap atau dorongan yang dilakukan secara terus menerus agar tercapai segala sesuatu yang diinginkan. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa sebagai seorang pendidik harus selalu memberikan motivasi kepada setiap siswa agar siswa tersebut mempunyai minat yang tinggi di dalam dunia pendidikan. Karena, dengan adanya minat yang tinggi siswa akan termotivasi terhadap sesuatu yang ingin dicapainya. Tidak hanya seorang pendidik yang ikut berperan tetapi juga orang tua dan masyarakat agar membantu anak-anaknya mempunyai minat yang tinggi untuk mecapai sesuatu yang diinginkannya.
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat-Nya dan karuniaNya kepda penulis, akhirnya buah dari perjuangan dengan penuh kesabaran selesai sudah. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabiyullah Muhammad SAW, yang telah melakukan revolusi dari nalar jahili dan mengantarkan kita kepada nalar islami yang diridhoi Allah SWT. Skripsi yang berjudul “MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA” adalah disusun untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar sarjan strata satu (S1) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, sebagai salah satu tugas akademis di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan aral melintang yang menghambat penulis, namun berkat do’a, kesungguhan hati, kerja keras, dan bantuan berbagai pihak, baik dorongan, bimbingan, saran maupun bantuan lain yang turut mendukung dalam penyelesaian skripsi ini. Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mesmbantu dan memberikan dorongan baik moril maupun materil, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sapaikan kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan pengetahuan serta pengalamannya yang tulus ikhlas kepada penulis sebagai bekal untuk menyosong masa depan. 2. Bapak Drs. E. Kusnadi, selaku Penasehat Akademik Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan semangat dan dorongan kepada penulis dalam menysun skripsi. 3. Ibu Muhmudah Fitriyah, ZA, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan sebagai Dosen Pembimbing penulis yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan yang
memberikan semangat dan dorongan selama penulis melaksanakan bimbingan skripsi . 4. Bapak Drs. Asep Setiadi, M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMA PGRI 56 Ciputat. 5. Ibu Dra. Ecin Kuraesin, selaku Guru Bahasa Indonesia SMA PGRI 56 Ciputat yang telah meluangkan waktunya untuk bersedia diwawancarai untuk memberikan semangat dan dorongan untuk skripsi ini. 6. Pimpinan dan karyawan perpustakaan UIN Jakarta, yang telah memberikan kemudahan bagi penulis dalam memperoleh informasi. 7. Kedua orang tua penulis, atas segala bentuk kasih sayangnya yang telah memberikan moril dan meteril kepada ananda. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat-Nya. Kakakku yang paling baik dan ku sayangi, serta kedua adikku yang cantik-cantik terima kasih atas semuanya. 8. Seluruh Teman-teman Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2006, yang telah memberikan masukan dan motivasi selama melaksanakan skripsi ini. 9. Teman-Teman kost penulis yang telah memberikan masukan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
Jakarta, 4 Februari 2011 Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................
i
ABSTRAK.................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ...............................................................................
iii
DAFTAR ISI .............................................................................................
v
DAFTAR TABEL .....................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................
1
B. Pembahasan Masalah ......................................................................
5
C. Perumusan Masalah .......................................................................
5
D. Tujuan Masalah ..............................................................................
6
E. Manfaat Penelitian .........................................................................
6
F... Tinjauan Pustaka .............................................................................
7
G. Sistematika Penulisan ......................................................................
7
BAB II ACUAN TEORETIS A. Hakikat Minat Belajar ....................................................................
8
B. Hakikat Belajar ..............................................................................
20
C. Hakikat Bahasa Indonesia ...............................................................
32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ...........................................................................
39
B. Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................
39
C. Populasi dan Sampel .......................................................................
39
D. Teknik Pengumpulan Data ..............................................................
39
E. Instrumen penelitian ........................................................................
41
F. Teknik Analisis Data ......................................................................
41
BAB VI HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................
43
B. Hasil Analisis Data .........................................................................
50
C. Pembahasan ....................................................................................
60
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................
63
B. Saran ..............................................................................................
64
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kisi-kisi Angket tentang Minat Belajar Ssiwa terhadap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ............................................................... 40 Tabel 2 Skor item Alternatif Jawaban Positif dan Negatif ......................... 41 Tabel 3 Kurikulum SMA PGRI 56 Ciputat ................................................ 45 Tabel 4 Keadaan Tenaga Pengajar SMA PGRI 56 Ciputat ......................... 46 Tabel 5 Keadaan Staf TU SMA PGRI 56 Ciputat ..................................... 48 Tabel 6 Keadaan Penjaga Sekolah SMA PGRI 56 Ciputat ......................... 48 Tabel 7 Keadaan Siswa SMA PGRI 56 Ciputat .......................................... 49 Tabel 8 Sarana dan Prasarana SMA PGRI 56 Ciputat Menurut Kondisinya ........................................................................................ 49 Tabel 9 Siswa Senang Mengikuti Pelajaran Bahasa Indonesia sampai akhir Pelajaran ....................................................................................... 50 Tabel 10 Siswa Berusaha Menjawab Pertanyaan yang Diberikan oleh Guru baik dan benar ............................................................................... 50 Tabel 11 Siswa Tetap Hadir Di sekolah, ketika Guru Bahasa Indonesia Berhalangan Hadir ........................................................................ 50 Tabel 12 Siswa Mengerjakan Tugas atau PR dengan Mencontek Hasil pekerjaan Teman ........................................................................... 52 Tabel 13 Ketika Siswa Diberi Tugas atau PR dengan Sungguh-sungguh Saya Mengerjakannya ................................................................... 52 Tabel 14 Sebelum Pelajaran Bahasa Indonesia Dimulai, Siswa Mempersiapkan Buku Bahasa Indonesia ....................................... 53 Tabel 15 Siswa Mengkaji Ulang Pelajaran Bahasa Indonesia Di rumah ....... 53
Tabel 16 Siswa Sungguh-sungguh Memperhatikan Pelajaran Bhaasa Indonesia yang telah Dijelaskan .................................................... 54 Tabel 17 Siswa Menjawab Pertanyaan yang Diberikan oleh Gurunya .......... 54 Tabel 18 Siswa Mengungkapkan Pendapat saat Diskusi Pelajaran Bahasa Indonesia Berlangsung .................................................................. 55 Tabel 19 Ketika ada Tugas atau PR, Siswa Berusaha Mengerjakannya sampai Tuntas ............................................................................... 55 Tabel 20 Siswa Membaca Buku yang Berkaitan tentang Bahasa Indonesia .. 55 Tabel 21 Siswa Mencatat Materi Bhasa Indonesia yang telah Dijelaskan oleh Guru dengan Teliti................................................................. 56 Tabel 22 Ketika Diberi Tugas atau PR, Siswa Mengerjakannya Sendiri....... 56 Tabel 23 Siswa Belajar Bahasa Indonesia saat ada Waktu Luang................. 57 Tabel 24 Ketika Guru Memberi Kesempatan untuk Mengungkapkan Pendapat, Siswa Memanfaatkan Kesempatan itu ........................... 57 Tabel 25 Ketika ada Materi Bahasa Indonesia yang tidak Siswa Mengerti, Siswa Berusaha Mempelajari dengan Teliti ................................... 58 Tabel 26 Siswa Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia terlebih dahulu sebelum Pelajaran Dimulai ................................................ 58 Tabel 27 Siswa Berusaha untuk Memahami Materi Bahasa Indonesia ......... 59 Tabel 28 Siswa Senang Mengikuti Pelajaran Bahasa Indonesia ................... 59
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Angket Lampiran 2 : Data Minat Belajar Siswa Lampiran 3 : Lembar Wawancara dengan Siswa Lampiran 4 : Lembar Wawancara dengan Guru Lampiran 5 : Hasil Wawancara dengan Siswa Lampiran 6 : Hasil Wawancara dengan Siswa Lampiran 7 : Hasil Wawancara dengan Siswa Lampiran 8 : Hasil Wawancara dengan Guru Lampiran 9 : Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 10 : Surat Permohonan Izin Observasi Lampiran 11 : Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 12 : Surat Pernyataan Keterangan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan dasar yang penting bagi kemajuan sebuah bangsa, karena dengan pendidikan sebuah bangsa akan mencapai kemajuan, baik dalam pengembangan sumber daya manusia maupun pada pengelolaan sumber daya alam. Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen diantaranya komponen yang pertama yaitu input, yang terdiri dari peserta didik dan guru sebagai pendidik, komponen yang kedua adalah proses yang dipengaruhi oleh lingkungan dan instrumen pengajaran, komponen yang ketiga hasil, yaitu dampak dari interaksi antara pendidik dengan peserta didik dan didukung oleh proses. Fungsi pendidikan adalah membimbing siswa ke arah suatu tujuan yang dinilai tinggi. Pendidikan yang baik adalah suatu usaha yang berhasil membawa semua anak didik kepada tujuan tersebut. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya merupakan upaya berkelanjutan bagi semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak. Salah satu wujud upaya peningkatan kualitas pendidikan adalah melalui beragam pembaharuan pembelajaran, karena peningkatan kualitas tidak dapat dilepaskan dari dampak pertumbuhan paradigma baru dalam dunia pendidikan yang
1
2
mempersyaratkan
penyelenggaraan
pendidikan
agar
berpotensi
untuk
menciptakan keunggulan daya pikir, nalar, kekuatan moral dan etika akademik bangsa. Masyarakat Indonesia pun dianjurkan oleh pemerintah untuk menempuh pendidikan yang sudah ditentukan oleh pemerintah maksimal selama 12 tahun. Dengan menempuh pendidikan maksimal selama 12 tahun, maka masyarakat akan dijamin oleh pemerintah untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Masyarakat pun tidak hanya menempuh pendidikan selama 12 tahun saja, tetapi bisa menempuh ke perguruan tinggi untuk mendapatkan lapangan pekerjaan yang lebih baik dan menjadi orang yang sukses di dunia pendidikan. Masyarakat dapat meraih semua pendidikan itu sesuai dengan kemauan dan tingkat kemampuan yang ada pada diri masing-masing. Maka, masyarakat terutama siswa harus menanamkan minat yang tinggi pada dirinya masingmasing. Menanamkan minat pada diri masing-masing dapat membuat seseorang terdorong untuk meraih sesuatu yang diinginkan tersebut. Selain itu, dengan adanya minat masyarakat pun tidak akan mengalami kesulitan untuk memilih sesuatu yang menjadi pilihan yang terbaik untuk dirinya sendiri. Oleh karena itu, untuk menghadapi kesulitan siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia mulai diatasi dengan memberikan perintah kepada siswa agar lebih rajin lagi dalam membaca. Apabila, para siswa sedang menghadapi UAN (Ujian Akhir Nasional) pelajaran bahasa mengadakan Pemantapan Materi (PM) yang diadakan dari sekolah ataupun dari guru bahasa Indonesia sendiri. Meskipun, kegiatan tersebut sudah diadakan masih ada saja siswa yang tidak lulus dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Maka, pelajaran bahasa Indonesia masih belum mengalami peningkatan. Dari rendahnya hasil belajar dapat disimpulkan bahwa suatu keberhasilan suatu pendidikan di samping dipengaruhi oleh belajar siswa, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada di dalamnya. Jika proses pendidikan dilihat dari analisis sistem, maka siswa dapat dipandang sebagai masukan mentah (raw input). Sedangkan guru, buku, gedung, kurikulum, lingkungan, dan sarana pendidikan lainnya sebagai masukan
3
instrumen (instrumental input). Dengan demikian, buku ajar merupakan komponen penting dalam proses belajar mengajar. 1 Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik. Faktor-faktor penting yang sangat erat hubungan dengan proses belajar ialah kematangan, penyesuaian diri (adaptasi), menghafal atau mengingat, pengertian, berpikir, dan latihan. Setiap siswa menginginkan bahwa dirinya dapat berprestasi dengan baik atau dengan kata lain bahwa hasil belajarnya dapat tercapai secara maksimal. Akan tetapi, untuk mewujudkan itu semua tidak mudah karena ada beberapa faktor-faktor
untuk mencapai itu semua. Belajar bukanlah usaha ringan,
melainkan suatu usaha yang rajin, tekun, dan terus menerus yang semuanya itu memerlukan suatu usaha dan energi. Setiap siswa mempunyai kebiasaan belajar sendiri-sendiri. Masalah belajar menggambarkan kualitas pendidikan di negara kita secara umum belajar di sekolah relatif sedikit, contohnya masih banyak sekolah yang masih kurang fasilitas sarana dan prasarana. Faktor di sekolah dan dedikasi guru terhadap hasil belajar anak, lingkungan keluarga, dan dorongan orang tua merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Akan tetapi, yang lebih penting ialah faktor yang dari dalam diri siswa itu sendiri yakni dorongan kuat yang disertai dengan adanya perasaan, kemauan keras, serta keinginan untuk meningkatkan hasil belajar, maka kita sering mengenalnya dengan istilah minat. Secara psikologi, minat itu sangat berpengaruh sekali dalam diri seorang siswa untuk mencapai sesuatu yang diinginkan oleh siswa itu sendiri. Dengan adanya, minat yang kuat seseorang atau siswa akan mempunyai semangat yang kuat pula agar segala yang diinginkannya dapat terwujud. Oleh karena itu, penulis dapat menyimpulkan bahwa minat itu adalah suatu sikap atau perasaan senang terhadap sesuatu yang diinginkannya. Jika, seseorang atau siswa mempunyai perasaan senang terhadap sesuatu dan seseorang atau siswa tersebut akan berusaha
1
B.P. Sitepu. Penilaian Buku Sekolah. Analisis Pendidikan Kimia. Depdikbud. h. 106
4
secara terus menerus untuk mendapatkannya dan tidak akan menyerah sebelum siswa itu memperoleh apa yang diinginkannya. Kegiatan belajar di sekolah apabila seorang siswa atau murid mempunyai minat belajar yang kuat terhadap salah satu mata pelajaran, contohnya minat belajar terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia. Maka, siswa itu pun akan terus menerus untuk mengikuti pelajaran bahasa Indonesia dengan perasaan yang senang dan siswa pun akan mendapatkan nilai yang baik juga. Minat bisa timbul, karena adanya dorongan yang kuat dari diri sendiri. Selain itu, minat timbul bukan hanya dari diri sendiri tetapi harus ada dukungan atau dorongan yang kuat pula dari keluarga dan lingkungan sosial atau masyarakat. Agar orang tersebut akan mempunyai semangat untuk meraih sesuatu yang diinginkannya dengan usaha yang semangat pula. Dalam kegiatan belajar minat itu berperan sebagai kekuatan yang akan mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat dalam belajar akan terus tekun belajar, berbeda dengan siswa yang hanya menerima pelajaran yang hanya tergerak untuk mau belajar tanpa ada minat yang ada dalam dirinya, maka untuk terus tekun belajar tidak ada. Karena, tidak adanya dorongan minat dalam dirinya. Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu bagian displin ilmu yang terdiri atas komponen-komponen yang saling terkait. Komponen tersebut adalah objek dari keterampilan bahasa, yaitu membaca, menyimak, berbicara, dan menulis yang sangat luas dan selalu berkembang dari waktu ke waktu yang memberikan konsekuensi pada manusia. Pendidikan bahasa Indonesia lebih menekan pada empat keterampilan berbahasa, yaitu membaca, menyimak, berbicara, dan menulis yang harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan berbahasa agar mereka mampu mempelajari dan memahami konsepkonsep bahasa Indonesia dari lingkungan sekitarnya.
5
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwa minat merupakan suatu kecenderungan perasaan seseorang yang senang terhadap sesuatu, maka apabila seorang siswa tekun belajar nilainya akan memuaskan. Demikian pula, minat siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia. Apabila siswa mempunyai minat belajar terhadap pelajaran bahasa Indonesia, maka siswa pun akan tekun mempelajari mata pelajaran tersebut yang akhirnya prestasi akan tercapai dengan memuaskan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti Laporan Skripsi dengan judul, yaitu: “Minat Belajar Siswa terhadap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMA PGRI 56 Ciputat”.
B. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, penulis merasa perlu membatasi masalah yang akan dibahas agar arah yang hendak dicapai lebih jelas. Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada minat belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
C. Perumusan Masalah Masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana minat belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi minat belajar siswa? 3. Seberapa besar pengaruh faktor-faktor minat belajar terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia?
6
D. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui minat belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. 2. Untuk mengetahui kendala-kendala atau kesulitan yang dihadapi siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. 3. Untuk mengetahui seberapa besar minat siswa dalam mengikuti pelajaran bahasa Indonesia.
E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini berdasarkan tujuan yang telah dikemukan di atas, maka penulis mengharapkan penelitian ini bermanfaat: 1. Untuk orang tua sebagai bahan acuan dalam memberikan arahan kepada anaknya agar anaknya terus berminat dalam belajar. 2. Untuk pihak sekolah diharapkan mampu memperbaiki saran dan prasarana dalam menunjang proses pembelajaran, sehingga akan timbul minat dalam diri siswa untuk terus belajar. 3. Untuk guru dapat dijadikan refleksi bahwa dalam memberikan pembelajaran bukan hanya sebatas memberikan materi penting saja dan guru juga harus menjadi suri tauladan agar siswa tetap minat dalam belajarnya. 4. Untuk siswa dapat lebih meningkatkan minat belajarnya terutama pembelajaran bahasa Indonesia. Maka, melalui faktor-faktor minat belajar siswa akan mudah memahami materi, meningkatkan keaktifan siswa, dan memberikan dorongan belajar siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia.
7
F. Tinjauan Pustaka Minat merupakan suatu sikap yang sangat diperlukan oleh seseorang untuk menginginkan sesuatu, karena minat seseorang terhadap sesuatu masih perlu ditingkatkan. Untuk mengetahui perbedaan minat belajar siswa, penulis membuat sesuatu pernyataan kepada responden. Namun, ada beberapa sumber yang menjadi pegangan penulis dalam melakukan penelitian ini. Pertama penulis melihat skripsi Hilang, STKIP-PI YASPI Makasar tahun 2002 , Jurusan Pendidikan Biologi dengan judul skripsi “Minat Belajar Siswa terhadap Mata Pelajaran Biologi” yang membedakan dengan skripsi penulis adalah sampel dalam penelitian ini pada siswa kelas II SLTP Negeri 2 Pangkajene Kabupaten Pangkep sebanyak 2 kelas. Perumusan masalah dalam skripsi Hilang tidak dicantumkan seberapa besar faktor-faktor tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran biologi sedang dengan nilai rata-rata skor minat sebesat 115,48 dari skor 150 tertinggi yang dicapai. Dan kedua, penulis melihata skripsi Syifa Sakinah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Pendidikan Agama Islam dengan judul skripsi “Pengaruh Sistem Pendidikan Sekolah Gratis terhadap Minat Belajar Siswa SMP Utama Krukut Depok" yang membedakan dengan skripsi penulis adalah metode pneleitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni penelitian korelasional. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh antara sistem pendidikan sekolah gratis terhadap minat belajar siswa. Data analisis dengan menggunakan koefisien korelasi product moment. Dari hasil data perhitungan, menunjukkan bahwa korelasi positif d yang signifikan antara sistem pendidikan sekolah terhadap minat belajar siswa tersebut adalah kuat atau tinggi. Penulis sendiri membicarakan skripsi dengan judul “Minat Belajar Siswa terhadap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia” berdasarkan semangat, perasaan senang, ketertarikan, motivasi, dan dorongan guru maupun orang tua. Dengan melihat perbedaan-perbedaan minat belajar siswa yang diteliti akan menambah pengetahuan penulis dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, diharapkan dalam penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian yang lebih luas dan sempurna.
8
D. Sistematika Penulisan Pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB 1 Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat masalah, dan sistematika penulisan. BAB II Kajian Teori, terdiri dari tiga sub, yaitu hakikat minat belajar yang meliputi: pengertian minat, faktor-faktor yang mempengaruhi minat, macam-macam minat dan fungsi minat dalam belajar, pengukuran minat, dan metode pengukuran minat. Hakikat belajar yang meliputi: pengertian belajar, ciri-ciri belajar, jenis-jenis belajar, dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Hakikat bahasa Indonesia yang meliputi: pengertian bahasa, fungsi bahasa Indonesia, tujuan dan manfaat kemahiran bahasa, ragam bahasa, dan bahasa Indonesia yang baik dan benar. BAB III Metode Penelitian, terdiri dari waktu dan tempat pelaksanaan, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data. BAB IV Hasil Penelitian yang terdiri dari gambaran umum objek penelitian dan hasil analisis data. BAB V
Kesimpulan dan Saran
9
BAB II KAJIAN TEORETIS
A. Hakikat Minat Belajar 1. Pengertian Minat Setiap individu mempunyai kecenderungan funamental untuk berhubungan dengan sesuatu yang berada dalam lingkungan. Apabila sesuatu itu memberikan kesenangan kepada dirinya, kemudian ia akan berminat terhadap sesuatu itu. Minat timbul apabila individu tertarik kepada sesuatu, karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasakan bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan berarti bagi dirinya dan ia pun akan berniat untuk mempelajarinya. Secara bahasa, minat berarti perasaan yang menyatakan bahwa satu aktivitas, pelajaran atau objek itu berharga atau berarti bagi individu.2 Sedangkan menurut istilah, di bawah ini peneliti mengemukan beberapa pendapat ahli psikologi mengenai pengertian minat di atas, Menurut H.C. Whiterington minat adalah kesadaran seseorang bahwa bahwa suatu objek, seseorang suatu soal atau situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya.3 Minat itu akan timbul, jika suatu objek yang dihadapi sesorang bagi kebutuhan hidupnya. Pendapat lain dikemukan oleh W.S. Winkel bahwa minat diartikan sebagai kecenderungan subjek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasa tertentu dan merasa senang untuk mempelajari materi itu. 4Jadi menurut pendapatnya, kecenderungan dan kesadaran subjek yang sudah menetap dalam dirinya akan menyebabkan timbulnya minat dan merasa senang mempelajari materi yang telah berikan.
2
J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004) Cet. 1, h. 255. 3 H.C. Whiterington, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Aksara Baru, 1978), h. 124. 4 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Gransindo, 1996), Cet 4, h. 188.
9
10
Selanjutnya,
Alisuf
Sabri
mengatakan
bahwa
minat
adalah
suatu
kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat ini erat kaitannya dengan perasaan terutama perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu. Orang yang berminat terhadap sesuatu berarti ia sikapnya senang terhadap sesuatu itu. Siswa yang berminat terhadap pelajaran akan tampak terus tekun belajar. Crow and Crow sebagaimana dikutip Abd. Rachman Abror, mengatakan bahwa minat atau interest bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong cenderungan atau merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan ataupun bisa berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain, minat dapat menjadi penyebab kegiatan dan partisipasi dalam kegiatan. Minat mengandung unsur kognisi (mengenal), emosi (perasaan), dan konasi (kehendak). Unsur kognisi, yaitu minat didahului pengalaman dan informasi mengenal objek yang dituju oleh minat tersebut.5 Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, maka semakin besar minatnya. Minat (interest) menurut psikologi adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat erat kaitannya dengan perasaan terutama perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu. Orang yang berminat kepada sesuatu berarti ia sikapnya senang kepada sesuatu itu. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.
5
Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1993), Cet 4, h. 112.
11
Minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap. Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga penting dalam mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan ke sesuatu yang telah menarik lainnya, seperti minat pada pelajaran bahasa Indonesia.6 Menurut Bimo Walgito, minat adalah suatu perhatian yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu dan disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut dengan apa yang menjadi perhatiannya. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melalukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih.7 Secara umum minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari ataupun mencoba aktivitasaktivitas dalam bidang tertentu. Minat juga diartikan sebagai sikap positif anak terhadap aspek-aspek lingkungan. Ada juga yang mengartikan minat sebagai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan menikmati suatu aktivitas disertai dengan rasa menguasai individu secara mendalam untuk tekan melakukan suatu aktivitas. Aspek minat terdiri dari aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif berupa konsep positif terhada suatu objek dan berpusat pada manfaat dari objek tersebut. Aspek afektif nampak dalam rasa suka atau tidak senang dan kepuasaan pribadi terhadap objek tersebut.8 Minat merupakan gambaran sifat dan ingin memiliki kecenderungan tertentu. Minat juga diartikan suatu moment dari kecenderungan yang terarah secara intensif pada suatu tujuan atau objek yang dianggap penting. Objek yang menarik perhatian dapat membentuk minat karena adanya dorongan dan kecenderungan untuk mengetahui, memperoleh, atau menggali dan mencapainya.
6
http://creasoft.files.world press.com/2008/04/2/minat.Ditulis oleh: Gunarso. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), Cet 2, h:175. 8 Soejanto Sandjaja, Pengaruh Keterlibatan Orang Tua Terhadap Minat Membaca Anak Ditinjau Dari Pendidikan Stress Lingkungan, Jurnal, h. 2—3 7
12
Skinner (1997) mengemukan bahwa minat selalu berhubungan dengan objek yang menarik individu, dan objek yang menarik adalah yang dirasakan menyenangkan. Apabila seseorang mempunyai minat terhadap suatu objek, maka minat tersebut akan mendorong seseorang untuk berhubungan lebih dekat dengan objek tersebut, yaitu dengan melakukan aktivitas lebih aktif dan positif demi mencapai sesuatu yang diminatinya. Chaplin (dalam Hastuti, 1993) memberikan definisi minat sebagai suatu pernyataan yang menyatakan bahwa suatu aktivitas, pekerjaan, atau objek itu berharga atau tidak berharga bagi individu. Minat juga merupakan sikap yang berlangsung selektif terhadap objek minatnya. Selain itu, menurut Chaplin minat adalah suatu keadaan motivasi yang menuntun tingkah laku seseorang menuju satu arah atau sasaran tertentu. Di dalam minat itu sendiri terkandung unsur kognitif, emosi, atau afektif dan kemauan atau konatif untuk mencari sesuatu objek tertentu (Law, 1992). Eysenck dan Arnold (dalam Indarto, 1993) menyatakan minat merupakan kecenderungan berperilaku yang pada setiap individu berbeda intensitasnya, karena minat dipengaruhi oleh kebutuhan atau kepentingan individu akan suatu objek minat itu. Semakin individu membutuhkan atau tertarik terhadap objek minat tersebut, maka besar pula minatnya. Drever (1982) meninjau minat berdasarkan fungsi dan strukturnya. Secara fungsional minat merupakan suatu jenis pengalaman perasaan yang dianggap bermanfaat dan diasosiasikan dengan perhatian pada suatu objek tertentu. Sementara secara struktural minat merupakan suatu elemen dalam diri individu baik bawaan maupun yang diperoleh lewat proses belajar, yang menyebabkan seseorang merasa mendapatkan manfaat terhadap suatu objek tertentu atau merasa yang berhubungan dengan objek tertentu atau terhadap suatu pengetahuan tertentu.9 Jadi, dari beberapa teori di atas, penulis mencoba untuk memakai pernyataan seorang yang bernama Alisuf Sabri karena beliau menyatakan bahwa minat itu muncul akibatnya adanya kecenderungan dan mengingat terhadap 9
http://bintangbangsaku.org/2008/06/21/minat. Ditulis oleh Bintang Bangsa.
13
sesuatu secara terus menerus. Minat pun berkaitan erat dengan adanya perasaan senang terhadap sesuatu. Oleh karena itu, jika seseorang mempunyai perasaan senang terhadap sesuatu maka seseorang tersebut akan mempunyai minat untuk memperoleh sesuatu itu dengan usahanya agar keinginannya dapat tercapai.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Minat sebagai salah satu pendorong dalam proses belajar tidak muncul dengan sendirinya, akan tetapi banyak faktor yang menimbulkan minat siswa terhadap beberapa mata pelajaran yang diajarkan oleh para guru bidang studi. Faktor-faktor tersebut antara lain: a. Minat dapat timbul dari situasi belajar. Minat akan timbul dari suatu yang telah diketahui, dan kita bisa mengetahui sesuatu itu melalui belajar. Karena itu, semakin banyak belajar, semakin luas pula bidang minatnya.10 Situasi belajar dan pengajaran yang menarik harus memperhatikan dan mempertimbangkan minat pribadi siswa. Mereka diberi kesempatan untuk dapat giat sendiri, dan bebas berpartisipasi secara aktif
selama proses
kegiatan belajar mengajar berlangsung. Mereka diberi kebebasan untuk mencari sendiri, berargumen, dan mencoba untuk memecahkan masalah sendiri, dan guru berperan sebagai pembimbing. b. Minat dapat juga dipupuk melalui belajar. Dengan bertambahnya pengetahuan, minat akan timbul dan bahkan menggiatkan untuk mengenali dan mempelajarinya. Minat juga erat hubungannya dengan dorongan, motif dan respon emasional. c. Pengalaman juga merupakan faktor penting dalam pembentukkan minat. Karena dari pengalaman, dapat diketahui bahwa setiap pekerjaan memerlukan
usaha
untuk
menyelesaikannya.
Minat
yang
timbul
berlandaskan kesanggupan dalam bidang tertentu akan mendorong ke usaha yang lebih produktif. Ditambah dengan pengalaman dan pengetahuan, akan mencapai sukses dalam batas-batas kemampuan yang dimiliki. Minat siswa 10
Singgih D. Gunarsa, Ny. Y. Singgih Gunarsa, Psikologi Perawatan, (Jakarta: PT BPK. Gunung Mulia, 2003), Cet 4, h. 6—8.
14
akan bertambah jika ia dapat melihat dan mengalami bahwa dengan bantuan yang dipelajari itu ia akan mencapai tujuan tertentu. d. Bahan pelajaran. Bahan pelajaran dapat mempengaruhi minat siswa, siswa tidak akan belajar sebaik-baiknya apabila dari bahan pelajaran tersebut tidak ada daya tarik baginya, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Pelajaran yang menarik siswa, akan lebih mudah dipelajari dan disimpan olehnya.11 e. Pelajaran dan sikap guru. Pelajaran akan menjadi menarik bagi siswa, jika mereka dapat melihat dan mengetahui adanya hubungan antarpelajaran dengan kehidupan yang nyata yang ada di sekitarnya. Sikap guru yang diperlihatkan kepada siswa ketika mengajar memegang peranan penting dalam membangkitkan minat dan perhatian siswa. Guru yang tidak disukai murid akan sukar merangsang timbulnya minat dan perhatian siswa. 12 f. Cita-cita, suatu dorongan yang besar pengaruhnya dalam belajar. Cita-cita merupakan pusat dari bermacam-macam kebutuhan, yang biasanya kebutuhan-kebutuhan itu disentralisasikan pada cita-cita itu, sehingga dorongan tersebut mampu memobilisasikan energi psikis untuk belajar. 13
Yang kemudian akan menimbulkan minat belajar yang tinggi. Bagi siswa
yang memiliki cita-cita, maka minat belajarnya akan lebih daripada minat siswa yang lain yang tidak mempunyai cita-cita. Ia akan terdorong terus untuk belajar guna mencapai cita-citanya tersebut. g. Motivasi Minat seseorang akan semakin tinggi bila disertai motivasi, baika yang bersifat internal maupun eksternal. Menurut D.P.
11
Tampubolon yang
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010) Cet 4, h. 57. 12 Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, Terjemah: Bergman Sitorus, (Bandung:CV Remadja Karya, 1987), h. 78. 13 Sumardi Suryakarta, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), Cet 7, h. 254.
15
mengatakan minat merupakan perpaduan antara keinginan yang dapat berkembang jika ada motivasi.14 Seorang siswa akan memperdalam ilmu pengetahuan tentang bahasa Indonesia, tentu akan terarah minatnya untuk membaca buku-buku tentang bahasa Indonesia, mendiskusikannya, dan sebagainya. h. Keluarga Orang tua adalah orang terdekat dalam keluarga. Oleh karena itu, keluarga sangat besar pengaruhnya dalam menentukan minat seorang siswa terhadap pelajaran. Sebagaimana yang disinyalir, Abdul Rachman Abror bahwa “Tidak semua siswa memulai studi baru karena faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan minatnya terhadap bidang pelajaran tersebut, karena pengaruh dari gurunya, teman sekitar dan orang tuanya”. Namun, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi minat dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang bersumber dari dalam diri (faktor internal) maupun yang berasal dari luar (faktor eksternal). Faktor internal meliputi niat, rajin, motivasi, dan perhatian. Faktor eksternal meliputi keluarga, guru dan fasilitas sekolah, teman sepergaulan, media massa. Penjelasan secara rinci sebagai berikut: a. Faktor Internal: 1) Niat, niat merupakan titik sentral yang pokok dari segala bentuk perbuatan seseorang. 2) Rajin dan kesungguhan dalam belajar seseorang akan memperoleh sesuatu yang dikehendaki dengan cara maksimal dalam menuntut ilmu tentunya dibutuhkan kesungguhan belajar yang matang dan ketekunan yang intensif pada diri orang tersebut. 3) Motivasi, motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi minat seseorang karena adanya dorongan yang timbul dalam dir seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan.
14
D.P. Tampubolon, Mengembangkan Minat Membaca pada Anak (Bandung: Angkasa, 1993), Cet 11, h. 41.
16
4) Perhatian, minat timbul bila ada perhatian dengan kata lain minat merupakan sebab akibat dari perhatian, karena perhatian itu merupakan pengarahan tenaga jiwa yang ditujukan kepada suatu obyek yang akan menimbulkan perasaan suka. 5) Sikap terhadap guru dan pelajaran, sikap positif dan perasaan senang terhadap guru dan pelajaran tertentu akan membangkitkan dan mengembangkan minat siswa, sebaliknya sikap memandang mata pelajaran terlalu sulit atau mudah akan memperlemah minat belajar siswa.15 b. Faktor Eksternal: 1) Keluarga, adanya perhatian dukungan dan bimbingan dari keluarga khususnya orang tua akan memberikan motivasi yang sangat baik, bagi perkembangan minat anak. 2) Guru dan fasilitas sekolah, faktor guru merupakan faktor yang penting pada proses belajar mengajar, cara guru menyajikan pelajaran di kelas dan penguasaan materi pelajaran yang tidak membuat siswa malas, akan mempengaruhi minat belajar siswa. Demikian pula sarana dan fasilitas yang kurang mendukung seperti buku pelajaran, ruang kelas, laboratorium yang tidak lengkap dapat mempengaruhi minat siswa begitu juga sebaliknya. 3) Teman sepergaulan, sesuai dengan masa perkembangan siswa yang senang membuat kelompok dan banyak bergaul dengan kelompok yang
diminati,
teman pergaulan
yang ada di sekelilingnya
berpengaruh terhadap minat belajar anak. Sebaliknya bila teman bergaulnya tidak ada yang bersekolah atau malas sekolah maka minat belajar anak akan berkurang atau malas. 4) Media massa, kemajuan teknologi seperti, VCD, Telepon, HP, Televisi dan media cetak lainnya seperti buku bacaan, majalah, dan surat kabar, semuanya itu dapat mempengaruhi minat belajar siswa. 15
Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 265—268.
17
Jika siswa menggunakan media tersebut untuk membantu proses belajar mengajar maka akan berkembang, tetapi bila waktu belajarnya dipakai untuk menonton TV atau digunakan untuk yang lain yang tidak semestinya tentunya akan berdampak negatif.
3. Macam-Macam Minat Minat dapat digolongkan menjadi beberapa macam, antara lain berdasarkan timbulnya minat dan berdasarkan arah minatnya. 1. Berdasarkan timbulnya, minat dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a. Minat Primitif Minat primitf adalah minatbyang timbul karena kebutuhan biologis atau jaringan-jaringan tubuh, misalnya kebutuhan makanan, perasaan enak atau nyaman, kebebasan beraktivitas dan seks. b. Minat sosial Minat sosial adalah minat yang timbulnya karena proses belajar, minat ini tidak secara langsung berhubungan dengan diri kita. Misalnya, minat belajar individu punya pengalaman bahwa masyarakat atau lingkungan akan lebih menghargai orang-orang terpelajar dan pendidikan tinggi, sehingga hal ini dapat menimbulkan minat individu untuk belajar dan berprestasi agar mendapat penghargaan dari lingkungan, hal ini mempunyai arti yang sangat penting bagi harga dirinya. 2. Berdasarkan arahnya, minat dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a. Minat intrinsik Minat intrinsik adalah minat yang berlangsung berhubungan dengan aktivitas sendiri, ini merupakan minat yang lebih mendasar. Misalnya, seseorang melakukan kegiatan belajar, karena memang pada ilmu pengetahuan atau karena memang senang membaca, bukan karena ingin mendapatkan pujian atau penghargaan. b. Minat ekstrinsik Minat ekstrinsik adalah minat yang berhubungan dengan tujuan akhir dari kegiatan tersebut, apabila tujuan sudah tercapai ada kemungkinan
18
minat tersebut hilang. Misalnya, seorang yang belajar dengan tujuan agar menjadi juara kelas.16
4. Fungsi Minat dalam Belajar Dalam proses belajar minat merupakan salah satu faktor psikologis yang penting dalam belajar, minat mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam belajar, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa minat seseorang akan melakukan tidak akan mungkin melakukan sesuatu. Misalnya, seseorang anak menaruh minat terhadap bidang studi bahasa Indonesia, maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang bahasa terutama Bahasa Indonesia. Fungsi minat besar sekali terhadap kegiatan belajar, karena minat mempunyai andil yang sangat besar dalam menunjang keberhasilan. Seseorang akan memetik hasil belajarnya ketika ia berminat terhadap sesuatu yang ia pelajari dan dengan sendirinya ia akan menunjukkan keaktifan dalam mengikuti pelajaran. Sebagaimana yang dikatakan oleh William James (1980) melihat bahwa “minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa”. 17
Minat merupakan faktor pendorong bagi anak didik dalam melaksanakan
usahanyauntuk mencapai keberhasilan dalam belajar. Dengan demikian, jelas terlihat bahwa minat sangat penting dalam pendidikan karena merupakan sumber usaha anak didik. 18 Minat mendorong seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Minat akan mengarahkan dalam memilih macam pekerjaan yang akan dilakukan. Minat juga akan mengarahkan seseorang terhadap apa yang disenangi dan dikerjakannya. 19
Dengan demikian, kewajiban sekolah dan para guru untuk menyediakan
lingkungan yang dapat merangsang minat siswa terhadap proses belajar mengajar. 16
Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 265—268. 17 Usman Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), Cet 20, h. 27. 18 s Wayan Nurkarcana, Sumartaman, Evaluasi Pendidikan , (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), Cet 4, h. 225. 19 Ibid, h. 29.
19
Guru harus pintar-pintar menarik minat siswa agar kegiatan belajar mengajar memuaskan. Dengan adanya minat proses belajar mengajar akan berjalan lancar dan tujuan pendidikan akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Karena minat sangat penting peranannya dalam pendidikan, maka yang harus mempunyai minat bukan hanya siswa, melainkan guru yang harus mempunyai minat untuk mengajar. Karena, kesiapan keduanya merupakan penunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
5. Pengukuran Minat Ada beberapa alasan bagi seorang guru perlu mengadakan pengukuran terhadap minat anak-anak. Antara lain adalah sebagai berikut: a. Untuk meningkatkan minat anak-anak. Setiap guru mempunyai kewajiban untuk meningkatkan minat anak-anak. Minat merupakan komponen yang penting dalam kehidupan pada umumnya dan dalam pendidkan dan dalam pengajaran khususnya. Guru yang mengabaikan hal ini tidak akan berhasil di dalam kegiatan belajar mengajar. b. Memelihara minat yang baru timbul. Apabila anak-anak menunjukkan minat yang kecil, maka merupakan tugas bagi guru untuk memelihara minat tersebut. Anak yang baru masuk ke suatu sekolah mungkin belum begitu banyak menaruh minat terhadap aktivitas-aktivitas tertentu. Dalam hal ini, guru wajib memperkenalkan kepada anak-anak aktivitas tersebut. c. Mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal yang tidak baik. Oleh karena itu, sekolah adalah suatu lembaga yang menyiapkan anak-anak untuk hidup di dalam masyarakat. Maka, sekolah harus mengembangkan aspekaspek ideal agar anak-anak menjadi anggota masyarakat yang baik. Dalam keadaan tertentu anak-anak sering menaruh minat terhadap hal-hal yang tidak baik yang terdapat di luar sekolah di dalam masyarakat yang jauh dari ideal. Dalam kedaan demikian sekolah melalui guru-guru hendaknya memberantas minat anak-anak yang tertuju kepada hak-hal yang tidak
20
baik, dengan adanya metode positif yang mengalihkan minat tersebut ke dalam hal-hal yang baik. d. Sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kepada anak tentang lanjutan studi atau pekerjaan yang cocok baginya. Walaupun minat bukan merupakan indikasi yang pasti, tentang sukses tidaknya anak dalam pendidikan yang akan datang atau dalam jabatan. 20
6. Metode Pengukuran Minat Ada beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk mengadakan pengukuran minat. Di bawah ini akan diuraikan metode-metode pengukuran tersebut. a. Observasi Pengukuran minat dengan metode observasi mempunyai keuntungan karena dapat mengamati minat anak-anak dalam kondisi yang wajar dan tidak dibuat-buat. Observasi dapat dilakukan dalam setiap situasi, baik dalam kelas maupun di luar kelas. Pencatatan hasil-hasil observasi dapat dilakukan selama observasi berlangsung. b.
Interview Interview baik dipergunakan untuk mengukur minat anak-anak, sebab biasanya anak-naka gemar memperbincangkan hobinya dan aktivitas lain yang menarik hatinya. Pelaksanaan interview ini biasanya lebih baik dilakukan dalam situasi yang baik tidak formal (inforrnal approach), sehingga percakapan akan dapat berlangsung lebij baik. Misalnya dalam percakapan sehari-hari di luar jam pelajaran, dengan mengadakan kunjungan rumah dan sebagainya. Guru dapat memperoleh informasi tentang minat anak-anak dengan menanyakan kegiatan-kegiatan apa yang dilakukan oleh anak setelah pulang sekolah.
20
Wayan Nurkarcana, Sumartaman, Evaluasi Pendidikan , (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), Cet 4, h. 225-229.
21
c. Kuesioner Dengan mempergunakan kuesioner guru dapat melakukan pengukuran terhadap
sejumlah
anak
sekaligus.
Dengan
demikian,
apabila
dibandingkan dengan interview dan observasi, kuesioner ini jauh lebih efisien dalm penggunaan waktu. Isi pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner pada prinsipnya tidak berbeda dengan isi pertanyaan dengan interview. Jadi, dalam kuesioner guru dapat menanyakan tentang kegiatan kegiatan yang dilakukan anak di luar sekolah. d. Inventori Inventori adalah suatu metode untuk mengadakan pengukuran atau penilaian yang sejenis dengan kuesioner, yaitu sama-sama merupakan daftar pertanyaan secara tertulis. Perbedaannya ialah dalam kuesioner responden menulis jawaban-jawaban yang relatif panjang terhadap sejumlah pertanyaan, sedangkan pada inventori responden memberi jawaban dengan memberi lingkaran, tanda chek (√), mengisi nomor atau tanda-tanda lain yang berupa jawaban-jawaban yang singkat terhadap sejumlah pertanyaan yang lengkap. 21
B. Hakikat Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar secara etimologis, belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”.22 Usaha untuk mencapai kepandaian dan ilmu tersebut merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilimu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga, dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu.
21
Wayan Nurkarcana, Sumartaman, Evaluasi Pendidikan , (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), Cet 4, h. 225-229. 22 Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: ArRuzz Media Group, 2007), h. 13.
22
Belajar merupsksn salah bentuk perilaku yang amat pentingbagi kalangan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungannya. Dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup (survived). Belajar secara sederhana dikatakan sebagi proses perubahan belum mampu menjadi sudah mamapu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang terjadi itu harus secara relative bersifat mentap (permanen) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ininampak (immediate bebavior) tetapi juga pada perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang (pitensia behavior). Hal ini yang perlu diperhatikan pengalaman.
ialah
bahwa
perubahan-perubahan
tersebut
terjadi
karena
23
Crobach berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah lau sebagai hasil dari pengalaman. Howard L. Kingkey mengatakan bahwa learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training. Belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui pratek atau latihan. Drs. Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interksi dengan lingkungannya. Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulakn bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif afektif, dan psikomotor.24 Menurut Hilgrad dan Bower Belajar adalah: Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disesbabkan oleh pengalamannya yang berulangulang dalam situasi tertentu itu, di mana perubahan tingkah l;aku itu tidak 23 24
Irwanto, Psikologi Umum, (Jakarta: PT Total Grafika, 2002), h. 105. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta:Rineka Cipta, 2008),h. 13.
23
dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya, kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).25 Thursan Hakim menyatakan dalam bukunya belajar secara efektif: Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahana tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkahlaku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuannya.26 Suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi. Menurut Soekamto dan Winataputra menyatakan: Belajar merupakan proses yang menyeba kan perubahan tingkah laku disebabkan adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya proses internal yang terjadi di dalam diri seseorang. Perubahan ini tidak terjadi karena adanya warisan genetik atau respon secara alamiah, kedewasaan , atau keadaan organisasi yang bersifat temporer, seperti kelelahan, pengaruh obat-obatan, rasa takut, dan sebagainya. Melainkan perubahan dalam pemahaman, perilaku, persepsi, motivasi, atau gabungan dari semuanya.27 Dan dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang diperolehnya. Artinya, belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri adapun dengan orang lain itu hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baik. Menurut definisi beberapa tokoh di atas, maka dapat disimpulkan pengertian belajar adalah proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
25
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h.
84. 26 Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h. 5. 27 Soekarno dan Winataputra dalam Baharuddin dan Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Global Pustaka Ilmu, 2002), h.14.
24
Ciri-ciri belajar menurut Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni adalah: 1.
2.
3.
4. 5.
Belajar ditandai dengan adanya tingkah laku (Change Bahavior). Ini berarti bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dan tidak tahu menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan dapat mengetahu ada tidaknya hasil belajar. Perubahan tingkah laku relatif permanent. Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi, perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diatasi pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan tingkah laku tersebut bersifat potensial. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.28 Dengan belajar, seseorang akan mengalami perubahan tingkah laku secara
menyeluruh karena dengan adanya belajar seseorang dari yang tidak mengerti menjadi mengerti serta ditambanh pengalaman-pengalaman yang dapat dijadikan pelajaran untuk masa yang akan datang. Dan ciri-ciri belajar menurut Edi Suardi adalah sebagai berikut: 1. Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu. 2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain utnuk mencapai tujuan yang telah ditettapkan. 3. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus. 4. Ditandai dengan aktifitas anak didik. Sebagai konsekuensi, bahwa anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. 5. Dalam kegiatan belajar mengajar sebagai pembimbing. Dalam peranannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. 6. Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan displin. Displin dalam kegiatan belajar mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun anak didik dengan sadar.
28
Baharrudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar…h. 15.
25
7. Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem berkelas (kelompok anak didik), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa ditinggalakan. Dalam belajar mengajar guru harus bisa mengatur dan memanfaatkan waktu secara efesien agar materi yang disampaikan dalam belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar sehingga sesuai dengan tujuan pengajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar seseorang guru dituntut harus mengendalikan kelas agar dapat menarik minat siswa dalam belajar. Jika, pengajaran lanacar otomatis siswa akan mengalami perubahan tingkah laku. Jadi, minat belajar adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat secara terusmenerus terhadap sesuatu (orang, benda, atau kegiatan) yang disertai dengan kegiatan untuk mengetahui dan mempelajarinya serta membuktikan dalam perubahan tingkah laku atau sikap yang sifatnya menetap.
2.
Ciri-Ciri Belajar Jika hakikat belajara merupakan perubahan tingkah laku, maka ada beberapa
perubahan tertentu yang termasuk ke dalam ciri-ciri belajat sebagai berikut: a. Perubahan yang terjadi secara sadar Perubahan ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya, ia menyadari bahwa pengetahuannya bertamabah, kecakapannya bertambah, dan kebiasaannya bertambah. b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung secara terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajarnya berikutnya. Misalnya, jika seseorang anak belaja menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak bisa menulis menjadi dapa menulis. c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
26
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik baik dari sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak perubahan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri. Misalnya, perubahan tingkah laku karena proses perubahan kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam. d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan yang bersifat sementara (temporer) yang terjadi hanya beberapa saat saja, seperti berkeringat, mengeluarkan air mata, menangis dan sebagainya tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam pengertian belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat mentap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya, kecapakan seorang anakdalam memainkan pianosetelah belajar tidak hilang, melainkan akan terus menerus dimiliki bahkan makin berkembang bila terus dipergunakan atau dilatih. e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkindapat dicapai dengan belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang dicapainya. f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui sesuatu proses belajat meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Misalnya, jika seseorang belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling tampak adalah keterampilan naik sepeda itu. 29
29
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta:Rineka Cipta, 2008),h. 15.
27
Berdasarkan penjelasan tentang ciri-ciri belajar di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa ciri-ciri belajar itu disebabkan karena adanya proses belajar yang dapat merubah tingkah laku individu masing-masing. Proses belajar pun dapat merubah individu menjadi seseorang yang lebih mengetahui dan mempunyai keterampilan yang sangat berguna. Dengan belajar pun seseorang akan menambah pengetahuan yang belum tahu menjadi pengetahuan yang sudah tahu.
3.
Jenis-Jenis Belajar Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang
memiliki corak yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah lakuk yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacammacam. Oleh karena itu, belajar pun mempunyai jenis-jenisnya sebagai berikut: a. Belajar Abstrak Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari yang abstrak diperlukan peranan akal yang kuat di samping penguasaan atau prinsip, konsep, dan generalisasi. b. Belajar Keterampilan Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot atau neuromuscular. Tujuannya adalah memperoleh dan menguasaui keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini latihan-latihan intensif dan teratur sangat diperlukan. c. Belajar Sosial Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahamn dan kecakapan dalam memecahkan masalah
28
sosial seperti keluarga, masalah persahabatan, masalah kelompok, dan masalah-masalah lain yang bersifat kemasyarakatan.30 d. Belajar Pemecahan Masalah Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya adalah untuk memperolh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memcahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Untuk itu, kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep, prinsipprinsip, dan generalisasi serta insight (tilikan akal) sangat diperlukan. e. Belajar Rasional Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional (sesuai dengan akal sehat). Tujuannya adalah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar ini sangat erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah. Dengan belajar rasional, siswa diharapkan memiliki kemampuan rational problem solving, yaitu kemampuan memcahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis, dan sistematis (Reber, 1988). f. Belajar Kebiasaan Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri telanda dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstaul). g. Belajar Apresiasi Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan (judgment) arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective skills) yang dalam 30
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosdakarya, 2008), h. 122
29
hal ini kemampuan mengenai secara tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik, dan sebagainya. h. Belajar Pengetahuan Belajar pengetahuan (studi) adalah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Studi ini juga dapat diartikan sebagai sebuah program belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi dan eksperimen (Reber, 1988). Tujuan belajar pengetahuan adalah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiata khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-alat laboratirium dan penelitian lapangan.31
Berdasarkan jenis-jenis belajar yang telah dijelaskan di atas, penulis berpendapat bahwa sebagai manusia yang mempunyai akal dan pikiran. Dapat melakukan salah satu kegiatan belajar di atas atau melakukan semua kegiatan belajar tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada pada dalam diri masingmasing. Maka, penulis pun dapat menyatakan bahwa semua jenis-jenis belajar yang telah dijelaskan di atas semua sangat penting dan dapat dijalankan sesuai dengan tingkat kemampuan yang ada di dalam diri masing-masing.
4.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa. b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
31
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosdakarya, 2008), h. 122
30
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran meteri-materi pelajaran. Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksteranal) umpamanya, biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berinteligensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar. a. Faktor Internal Siswa Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yaitu: 1.) aspek pisiologis (yang bersifat jasmaniah), 2.) aspek psikologis (yang bersifat rohaniah). 1. Aspek Psikologis Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing-pusing kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. 2. Aspek Psikologis Banyak faktor
yang termasuk aspek psikologis
yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu sebagai berikut: 1) tingkat kecerdasan atau inteligensi siswa, 2) sikap siswa, 3) bakat siswa, 4) minat siswa, dan 5) motivasi siswa.
31
a. Inteligensi Siswa Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyelesaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1988). Jadi, inteligensi yang sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. b. Sikap Siswa Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan
untuk
mereaksi
atau
merespons
(response
tendency) dengan cara relative tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. c. Bakat Siswa Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988). Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakatdalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip dengan inteligensi. Itulah sebabny seorang anak yang berinteligensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat. d. Minat Siswa Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (1988), minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktorfaktor internal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. e. Motivasi Siswa Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat
32
sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah secara terarah (Gleitman, 1986; Reber, 1988). Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) motivasi intrinsik; 2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakuakn tindakan belajar. Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang baru luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. b. Faktor Eksternal Siswa Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri dari dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. 1. Lingkungan Sosial Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa . 2. Lingkungan Nonsosial Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menetukan tingkat keberhasilan belajar siswa. c. Faktor Pendekatan Belajar Pendekatan belajar, dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menujang efektivitas dan efensiensi proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini seperangkat langkah
33
operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu (Lawson, 1991).32
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi belajar, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam belajar semua faktor-faktor belajar sangat penting baik dari faktor internal, eksternal, dan faktor pendekatan belajar. Apabila dalam kegiatan belajar baik di sekolah ataupun di rumah tidak ada salah satu faktor belajar yang mendukung atau mendorong. Maka, kegiatan belajar tidak akan berjalan dengan baik.
C. Hakikat Bahasa Indonesia 1.
Pengertian Bahasa Harimurti memberikan batasan bahasa sebagai sistem lambang arbitrer
yang dipergunakan suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Batasan ini merupakan batasan yang lazim diungkapkan, baik oleh para ilmuwan bahasa maupun para ilmuwan yang lainnya. Sementara itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian “bahasa” ke dalam tiga batasan, yaitu: 1) sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer, pen) dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran; 2) perkataan-perkataan yang di pakai oleh suatu bangsa (suku bangsa, daerah, negara, dan sebagainya); 3) percakapan (perkataan) yang baik, sopan santun, dan tingkah laku yang baik. Dua ilmuwan Barat, Bloch dan Trager, mendefinisikan bahasa sebagai suatu “sistem simbol-simbol bunyi yang arbriter yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi (Language is a system of arbitrer vocal symbol by means of which a social group cooperates). Senada dengan Bloch dan Trager, Joseph Bram mengatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol bunyi arbitrer 32
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosdakarya, 2008), h. 122.
34
yang dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain (a language is a structured system of arbritary vocal symbol by means of which member of a social group interact). Ronald Wardhaugh, seorang Linguis Barat, dalam Introduction
to
Linguistics memberikan definisi sebagai berikut: “bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang digunakan untuk komunikasi manusia (a system of arbritary vocal symbol used of human communications).33 Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah aturan, dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus harus menguasai bahasanya. Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama, dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder. Arbitrer, yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya. Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam pisau atau silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkatakata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara atau target komunikasi. Bahasa isyarat atau gesture atau bahasa tubuh adalah salah satu cara bekomunikasi melalui gerakan-gerakan tubuh. Bahasa isyarat akan lebih digunakan permanen oleh penyandang cacat bisu tuli karena mereka memiliki bahasa sendiri. 34 Dari beberapa pengertian tentang bahasa, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang dapat dipakai oleh
33
Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa, (Bandung: Rosdakarya, 2006), hal 21. http://organisasi.org/definisi-pengertian-bahasa-ragam-dan-fungsi-bahasa-pelajaranbahasa-indonesia 34
35
sekelompok masyarakat untuk mendapatkan suatu informasi. Bahasa juga digunakan untuk mengetahui ciri bahasa yang dipakai oleh masyarakat yang ada di Indonesia. Dengan adanya bahasa, masyarakat dapat berkomunikasi sesuai dengan bahasa yang dimilkinya dan segala permaslahan dapat dipecahkan dengan adanya alat komunikasi atau bahasa.
2. Fungsi Bahasa Indonesia Secara umum, fungsi bahasa ada tiga, yaitu alat komunikasi, alat ekspresi, dan alat berpikir. Ketika seseorang menggunakan bahasa, ada sesuatu yang ingin disampaikan berupa informasi. Informasi tersebut bisa ditransformasi dua arah arah seperti pada dialog, dan ada juga disamapaikan searah seperti pada pidato. Ekspresi seseorang ketika menyatakan senang atau susah paling lengkap dinyatakan dengan bahasa, tidak dapat hanya tersenyum atau menangis. Ekspresi yang menggunakan bahasa tubuh tidaklah lengkap. Dalam fungsinya sebagai alat berpikir, bahasa selalu dipakai baik secara lisan maupun tulis. Fungsi bahasa sebagai alat berpikir adalah bahasa yang digunakan dalam penulisan hasil penelitian, bahasa dalam buku-buku ilmu pengetahuan, bahasa dalam sminar, dana lain-lain. Secara khusus, bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi antaranggota masyarakat Indonesia. Fungsi tersebut digunakan dalam berbagai lingkungan, tingkatan, dan kepentingan yang beraneka ragam. Hal ini, sesuai dengan prinsip sosiologis yang menyatakan bahwa manusia tidak dapat hidup seorang diri. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia pasti memerlukan orang lain. Mereka pun berkomunikasi dalam berbagai lingkungan di tempat mereka berada, seperti antaranggota keluarga, antarmasyarakat, antarteman sejawat, antarilmuwan, dan sebagainya.35 Bahasa menunjukkan perbedaan antara satu penutur dengan penutur lainnya, tetapi masing-masing tetap mengikat kelompok penuturnya dalam satu kesatuan sehingga bahasa memungkinkan tiap individu menyesuaikan dirinya 35
Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A., Displin Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK PRESS, 2010), hal 2
36
dengan adat istiadat dan kebiasaan masyarakat bahasa tersebut. Bahasa juga melambangkan pikiran atau gagasan tertentu, dan juga melambangkan perasaan, kemauan bahkan dan melambangkan tingkah laku seseorang. Kedudukan bahasa mempunyai dua kedudukan, yaitu kedudukan sebagai bahasa nasional dan kedudukan sebagai bahasa negara. Bahasa nasional mulai berlaku sejak tanggal 28 Oktober 1928 yang biasa diperingati Hari Sumpah Pemuda. Bahasa negara mulai berlaku sejak tanggal 18 Agustus 1945 dengan adanya Pancasila dan UUD 1945 pasal 36 yang isinya tentang bahasa Indonesia.
3.
Tujuan dan Manfaat Kemahiran Bahasa Melihat dari fungsi bahasa di atas, terutama fungsi bahasa sebagai alat
komunikasi, maka maksud utamanya adalah berusaha untuk memberikan dasardasar kepada masyarakat untuk memperoleh kemahiran berbahasa, baik menggunakan bahasa secara lisan maupun tulisan agat mereka mendengar atau diajak berbicara dengan mudah memahami apa yang dimasudkan. Untuk langkah awal, bahasa yang harus dipergunakan ialah bahasa yang paling umum dipakai dan tidak menyalahi norma-norma umum yang berlaku. Jadi, seseorang yang jarang atau belum mahir bahasa akan mengalami kesulitan dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya kepada orang lain. Begitu pula, dengan bahasa yang dipergunakan. Jika bahasa yang digunakan tidak umum berlaku, sukar memperoleh komunikasi yang lancar. Semua ini dapat menimbulkan kesalahpahaman. Latihan kemahiran berbahasa dimasudkan untuk mengembangkan potensi pribadi yang ada. Dengan latihan-latihan yang intensif, kita akan memperoleh keahlian bagaimana menggunakan daya piker yang intensif, menguasai struktur bahasa dan kosakata secara meyakinkan, menggunakan suara dan artikulasi bahasa yang tepat, menggunakan isyarat dan air muka sesuai dengan suasana dan isi pembicaraan. Dengan demikian, kemahiran bahasa akan
37
mendatangkan keuntungan bagi masyarakat bila dipergunakan sebagai alat komunikasi yang baik terhadap sesame masyarakat.36 Bila sudah memperoleh kemahiran berbahasa, secara tidak langsung kita memperoleh beberapa macam kemampuan lainnya. Kemampuan tersebut muncul sendirinya pada tahap seseorang betul-betul mahir berbahasa, seperti:
a. Lebih mengenal diri sendiri; b. Lebih dalam memahami orang lain; c. Belajar mengamati dunia sekitar kita lebih cermat; d. Mengembangkan suatu proses berpikir yang jelas dan teratur.37 Di samping itu, pemakai bahasa tidak hanya mencapai kemahirannya, tetapi juga hanya memiliki moral dan akhlak yang tinggi karena sejarah telah memperlihatkan bahwa seseorang yang memiliki kemahiran berbahasa yang tinggi berpotensi menghancurkan umat manusia dan kebudayaannya. Hal ini, termasuk kemahiran berbahasa.
4.
Ragam Bahasa Ragam bahasa secara garis besarnya terbagi atas ragam bahasa lisan dan
ragam bahasa tulis. Keduanya mempunyai perbedaan yang sangat jelas. Ragam bahasa lisan ditandai dengan penggunaan lafal atau pengucapan, intonasi, kosakata (baku dan tidak baku), dan penyusunan kalimat yang agak longgar (baku dan tidak baku). Ragam bahasa lisan menghendaki orang kedua atau teman berbicara. Ragam ini sangat terikat dengan situasi, kondisi, ruang, dan waktu. Beberapa contoh ragam lisan: 1. Fotokopi ijazah harus diregalisir dulu oleh Dekan. 2. Karena hari hujan, motornya nabrak trotoar di tepi jalan. 3. Mereka sedang bikin proposal penelitian. 4. Saya sudah kasih tau tentang hal itu. 36
Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A., Displin Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK PRESS, 2010), hal 2 37 Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A., Displin Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK PRESS, 2010), hal 2.
38
5. Rina sedang masak nasi. Ragam bahasa tulis sangat terikat dengan tanda baca dan pemakaian kata baku. Kadang-kadang orang yang tidak biasa memakai bahasa tulis akan merasa sangat berat dan sulit ketika sedang mengarang. Oleh sebab itu, bagi mahasiswa, pembelajaran bahasa Indonesia lebih ditekankan kepada bahasa tulis. Hal ini sangat berhubungan dengan perkuliahan yang menuntut mahasiswa untuk dapat menulis karya ilmiah berupa makalah atau skripsi. Di samping ragam bahasa, dikenal pula adanya laras bahasa. Laras ini dipengaruhi oleh temapat bahasa tersebut digunakan. Hal ini akan muncul bahasa selaras. Ada kosakata laras bahasa biologi, misalnya: kawin. Ada juga kosakata laras bahasa hokum, misalnya: nikah. Apa beda sudut dengan pojok? Kata sudut adalah kosakata laras bahasa geometrid dan pojok adalah kosakata laras bahasa umum, misalnya: Garis itu membentuk sudut 90 derajat tidak tepat Garis iru membentuk pojok 90 derajat. Laras bahasa agama digunakan dalam komunikasi keagaman. Demikian pula laras-laras yang disesuaikan dengan profesi atau strata sosial.38 Ragam bahasa juga bisa dibedakan, berdasarkan penutur atau pembicara (pemakainya) yaitu : 1. Ragam regional (dialek) Varian bahasa yang disebabkan adanya perbedaan daerah. Contoh : dialek Jakarta, dialek Batak dan sebagainya. 2. Ragam pribadi (idiolek) Varian bahasa yang disebabkan adanya kebiasaan atau cara berbahasa yang khas pada seseorang. Idiolek merupakan ciri khas kebahasaan seseorang. 3. Ragam sosial (sosiolek) Varian bahasa yang disebabkan adanya perbedaan kelompok sosial tertentu dalam masyarakat. Seperti, kelompok cendekiawan, pengusaha, pegawai, remaja, orang tua, dan sebagainya.
38
Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A., Displin Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK PRESS, 2010), hal 2.
39
4. Ragam temporal Varian bahasa yang dipakai dalam kurun waktu tertentu. Seperti bahasa yang dipakai dalam tahun 1945 Djakarta tetapi zaman sekarang sudah menjadi Jakarta . 5.
Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar Di atas sudah dinyatakan bahwa adanya bahasa sesuai dengan kebutuhan.
Kebutuhan tersebut melahirkan ragam bahasa. Ragam bahasa baku digunakan di forum ilmiah. Demsikian pula, ragam tidak baku digunakan di forum tidak resmi. Ragam bahasa anak muda digunakan di forum anak muda. Ragam bahasa pasar digunakan di pasar. Berbicara dengan orang yang rendah pendidikannya, kita harus menggunakan kosakata yang sederhana. Para ulama menggunakan bahasa agama dalam berkomunikasi dengan umatnya. Semua ragam itu tidak dapat ditukar. Jika ditampilkan dengan pakaian, ragam
bahasa
adalah
jenis
pakaian
yang
selalu
disesuaikan
dengan
peruntukannya. Pakaian renang tentu tidak baik dipakai pada forum pesta. Demikian pula sebaliknya. Pakaian senam tidak sesuai digunakan pada forum resmi misalnya rapat atau sebaliknya. Demikian pula dengan bahasa, jika ditukar penggunaan bahasa menjadi tidak baik. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa yang baik adalah penggunaan bahasa yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Hal ini biasanya berhubungan dengan nilai rasa. Seseorang bisa saja menguasai bahasa lisan secara fasih, namun sulit menguasai bahasa tulis dengan baik karena berbeda ragamnya. Orang yang menguasai bahasa Indonesia ragam lisan belum tentu dapat menggunakan ragam tulis dengan baik.
40
Adapun bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah yang ada. Bahasa yang benar harus menggunakan tatabahasa, sistem ejaan, artikulasi, dan kalimat yang sesuai dengan aturan bahasa. 39 Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa yang mengikuti kaidah bahasa yang sudah ditetapkan seperti EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) dan sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dalam penggunaan bahasa yang baik dan benar harus sesuai dengan kondisi dan situasi di mana seseorang melakukan komunikasi.
39
Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A., Displin Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK PRESS, 2010), hal 2.
41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian Penelitian
ini
dilakukan
dengan
melalui
pendekatan
kualitatif.
Pendekatan ini dilakukan pada metode analisis deskriptif.
B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada selama 6 bulan atau 1 semester, dan bertempat di SMA PGRI 56 Ciputat.
C. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI IPA SMA PGRI 56 Ciputat, sedangkan sampel dalam penelitian ini yang diambil adalah kelas XI IPA Bahasa Indonesia yang berjumlah 31 siswa diambil secara random.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data sesuai dengan permasalahan yang sudah tentu. Adapun teknik pengumpulan data tersebut adalah berupa: 1. Observasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data melakukan pengamatan langsung atau tidak langsung di lapangan. Dalam penelitian ini, penulis melakukan observasi dengan datang langsung dan menanyakan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA PGRI 56 Ciputat. 2. Angket Angket adalah salah satu teknik pengumpulan data yang berbentuk kumpulan pernyataan. Penyebaran angket yang penulis lakuakn adalah kepada siswa kelas XI IPA SMA PGRI 56 Ciputat yang penulis jadikan
41
42
sampel dalam penelitian ini dan sampel diambil sesuai dengan banyaknya siswa, yaitu 31 siswa. 3. Wawancara Teknik wawancara merupakan salah satu cara pengumpulan data dalam suatu penelitian kualitatif. Dalam teknik ini, penulis melakukan wawancara langsung dengan pihak terkait serta mengetahui terhadap permasalahan yang sedang dibahas dalam kegiatan belajar khususnya dalam minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA PGRI 56 Ciputat.
Berikut ini terdapat kisi-kisi angket tentang minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia. Table 1 Kisi-kisi Angket tentang Minat Belajar Siswa terhadap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia No
Indikator
Banyak
Item
Butir 1
Perasaan
senang
terhadap
mata
5
3,6,8,15,18
Ketertarikan terhadap mata pelajaran
5
4,5,7,12,14
pelajaran bahasa Indonesia 2
bahasa Indonesia 3
Perhatian guru
6
2,10,11,13,16,17
4
Semangat siswa dalam mengikuti
3
1,19,20
mata pelajaran bahasa Indonesia
43
E. Instrumen Penelitian Instrumen yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah pernyataanpernyataan yang dibentuk berupa angket, yang kemudian diberikan kepada objek penelitian, yaitu siswa-siswi yang peneliti pilih dan menjadi sampel dalam penelitian. Selain angket di atas, peneliti juga menggunakan instrument wawancara dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada guru bahasa Indonesia untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang penelitian mata pelajaran bahasa Indonesia.
F. Teknik Analisis Data Setelah angket tentang minat belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia terkumpul dengan lengkap. Tahap berikutnya adalah penulis menganalisis data tentang minat belajar siswa bahasa Indoesia, dilakukan dengan menggunakan bentuk skoring, untuk menentukan skoring semua pernyataan setiap itemnya dengan bobot nilai setiap jawaban sebagai berikut:
Tabel 2 Skor Item Alternatif Jawaban Positif dan Negatif Alternatif Jawaban Nilai
No
Positif (+)
Negatif (-)
1
Ya
5
4
2
Tidak
4
5
Untuk mengetahui tingkat minat belajar siswa, didapat dengan cara sebagai berikut: 1. Menjumlahkan semua skor dari tiap-tiap responden 2. Perolehan data dari angket dipresentasikan dengan rumus sebagai berikut:
44
P = F x 100% N
Keterangan: P : Angka Persentase F : Frekuensi (jumlah jawaban responden) N : Number of Case (banyaknya individu)
45
BAB IV HASIL PENELITIAN
Dalam bab IV ini akan dijabarkan tentang hasil penelitian yang terkait dengan gambaran umum SMA PGRI 56 Ciputat dan hasil analisis data. A. Gambaran Umum SMA PGRI 56 Ciputat 1. Sejarah dan Perkembangan SMA PGRI 56 Ciputat SMA PGRI 56 Ciputat berlokasi di jalan Pendidikan No. 30 Tangerang Selatan 15411. Tidak jauh dari Pasar Ciputat Tangerang Selatan. Dilihat dari lokasi keberadaan SMA PGRI 56 Ciputat cukup strategis dan mudah dijangkau baik dari Pamulang, Parung, Ciputat, dan Serpong dan mempunyai luas tanah kurang lebih 1440 M². Sekolah itu pun bergabung dengan SMP PGRI Ciputat. SMA PGRI 56 Ciputat pun dapat sukses sampai sekarang ini, karena ditangani oleh Kepala Sekolah yang bernama Drs. Asep Setiadi, M.Pd. Jumlah tenaga pendidik di SMA PGRI 56 Ciputat sangat berkualitas, karena mempunyai jumlah tenaga pendidik yang cukup banyak yaitu 24 tenaga pendidik yang PNS 4 pendidik dan Non PNS 20 pendidik. Tahun Pelajaran 2009/2010 SMA PGRI 56 Ciputat mempunyai nilai ratarata UN yang cukup memuaskan baik di jurusan IPA dan jurusan IPS. Dengan nilai rata-rata UN Tahun Pelajaran 2009/2010 sebagai berikut: Program IPA Bahasa Indonesia
: 6,68
Bahasa Inggris
: 8,51
Matematika
: 6,78
Fisika
: 7,68
Biologi
: 8,44
Kimia
: 8,06
45
46
Program IPS Bahasa Indonesia
: 6,27
Bahasa Inggris
: 8,65
Matematika
: 8,39
Ekonomi
: 8,37
Sosiologi
: 7,37
Geografi
: 6,62
Tahun 2009/2010 mempunyai data Pendaftaran Siswa Baru (PSB) beserta jumlah siswanya, maka data dan jumlah siswa tersebut adalah data siswa yang mendaftar siswa laki-laki 40 dan siswa perempuan 30. Sedangkan siswa yang diterima di SMA PGRI 56 Tahun Pelajaran 2009/2010 adalah siswa laki-laki 31 dan siswa perempuan 29. Jumlah siswa untuk SMA PGRI 56 Ciputat ada tiga kelas, yaitu jumlah siswa untuk kelas X 59 siswa yang terdiri dari 31 siswa laki-laki dan 28 siswa perempuan. Kelas XI 68 siswa yang terdiri dari 33 siswa laki-laki dan 35 siswa perempuan. Sedangkan kelas XII 92 siswa yang terdiri dari 52 siswa laki-laki dan 40 siswa perempuan. Maka, jumlah seluruh siswa PGRI 56 Ciputat Tahun Pelajaran 2009/2010 adalah 219 siswa baik siswa laki-laki maupun siswa perempuan. VISI DAN MISI SMA PGRI 56 Ciputat: Visi: Menjadikan SMA PGRI 56 Ciputat sebagai pusat pengembangan pendidikan, kebanggaan masyarakat yang menghasilkan kader-kader bangsa berkualitas yang unggul dalam IPTEK dan IMTAQ. Misi: 1. Menyelenggarakan pendidikan umum yang bersifat nasional 2. Menghasilakn tamatan yang kompeten, terampil dan bermutu 3. Menghasilkan tamatan yang berguna bagi dirinya, bangsa dan Negara 4. Menjadikan lembaga pendidikan kebangsaan masyarakat Ciputat dan sekitarnya 5. Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi kepada pengembangan potensi siswa dalam membentuk manusia seutuhnya.
47
2. Kurikulum Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah harus mempunyai pedoman dan pegangan di dalam belajar, khususnya bagi seorang pendidik atau guru. Sehubungan dengan hal tersebut dan berdasarkan pendidikan nasional yang berlakukan sekarang ini, garis-garis besar pedoman pengajar dan pedoman pelaksanaan di dalam kurikulum. Oleh karena itu, kurikulum di SMA PGRI 56 Ciputat, yaitu kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang telah disempurnakan atau suplemen dengan perincian sebagai berikut: Tabel 3 Kurikulum SMA PGRI 56 Ciputat Mata Pelajaran Jam
No
Kelas Kelas
Kelas
1
2
3
1
Pendidikan Agama
2
2
2
2
Pendidikan kewarnegaraan
2
2
2
3
Bahasa Indonesia
6
6
6
4
Bahasa Inggris
6
6
6
5
Matematika
6
6
6
6
Fisika
2
1
2
7
Biologi
2
1
2
8
Kimia
2
1
2
9
Sejarah
2
2
3
10
Geografi
2
2
3
11
Ekonomi
2
1
2
48
12
Sosiologi
2
1
2
13
Seni Budaya
2
2
4
14
Pendidikan
2
2
4
2
2
4
2
2
4
Jasmani,
Olahraga, dan Kesehatan 15
Teknologi
Informasi
dan
Komunikasi (TIK) 16
Pengembangan Diri
3. Keadaan Tenaga Pengajar, Staf TU, dan Penjaga Sekolah Tenaga pengajar di SMA PGRI 56 Ciputat berjumlah 29 seorang pendidik, yaitu terdiri dari 20 pendidik laki-laki dan 9 pendidik perempuan. Untuk staf TU berjumlah 4 tenaga terdiri dari 3 tenaga tata usaha tetap dan tidak tetap. Dan penjaga sekolah berjumlah 3 tenaga. a. Tenaga Pengajar
No
Tabel 4 Keadaan Tenaga Pengajar SMA PGRI 56 Ciputat Nama Pendidikan Bidang Studi Jenis Kelamin
1
Drs. Asep Setiadi, M.Pd
L
S2
Fisika
2
Novia Roza, M.Pd
P
S2
Bahasa Inggris
3
Siti Aisyah, M.Pd
P
S2
Ekonomi
4
Dra. Ulfiani Rahmah
P
S1
Biologi
5
Drs.Tatang Gunawan
L
S1
Matematika
6
Junaedi, S.Pd. M.M
L
S1
Ekonomi
49
7
Dra. Ecin Kuraesin
P
S1
Bahasa Indonesia
8
H. Hasan HB, M.Pd
L
S2
Sosiologi
9
Drs. Sidup Usman
L
S1
Bahasa Indonesia
10
Tatang Setiawan, S.Pd
L
S1
Matematika
11
M. Zaenudin, S.E
L
S1
Penjaskes
12
Dra. Tienefia Agus
P
S1
Fisika, Kimia
13
Tatan ZM, S.Ag., M.Pd
L
S2
Agama,
PSPJD,
Matematika 14
Buyung Tarmizi, S.Pd
L
S1
Sejarah
15
Abdul Rohim, S.Pd
L
S1
Fisika, Al-Qur’an
16
Yunita
Nurhidayati,
P
S1
Sosiologi
Cucu Purnama Alam A,
P
S1
Seni Budaya
S.Hum 17
S.Pd 18
Heru Sutanto, S.Pd
L
S1
Geografi
19
Budiyanto, S.Pd
L
S1
Sejarah/PKN
20
Yusep K. Sukma, S.E
L
S1
Komputer/TIK
21
Drs. Hartono, S.Pd
L
S1
Fisika
22
Evend Afriansyah
L
-
TIK
23
Duduh Durachman
L
-
PSPJ PGRI
24
Titin Kurniani
P
-
-
50
25
Nia Kurniasih, S.Pd
P
S1
-
26
Kusnandar, A.Md
L
-
-
27
M.H. Tamrin
P
S1
Matematika
28
Eka Rostika Sari, S.Pd
P
S1
Matematika
29
Agus Suhandi, S.Pd. I
L
S1
Agama Islam
30
Agus Purwanto
L
-
Piket
31
Tugimin
L
-
Pesuruh
32
Lili
L
-
Pesuruh
No
Tabel 5 Keadaan Staf TU SMA PGRI 56 Ciputat Tenaga Tata Usaha Jumlah Staf TU
1
Tata Usaha Tetap
3 orang
2
Tata Usaha Tidak Tetap
1 orang
Jumlah
4 orang
51
Tabel 6 Keadaan Penjaga Sekolah SMA PGRI 56 Ciputat Tenaga Penjaga Jumlah
No 1
Satpam
3 orang Jumlah
3 orang
b. Siswa Jumlah siswa SMA PGRI 56 Ciputat adalah sebanyak 219 siswa. Yang terdiri dari kelas X sebanyak 59 siswa, kelas XI sebanyak 68 siswa, dan kelas XII sebanyak 92 siswa. Untuk memperjelas pernyataan di atas, maka dilihat tabel di bawah ini: Table 7 Keadaan Siswa SMA PGRI 56 Ciputat Menurut Jenis Kelamin No Kelas Jenis kelamin Jumlah L
P
1
Kelas X
31
28
59
2
Kelas XI
33
35
68
3
Kelas XII
52
40
92
Jumalah
116
103
219
5. Sarana dan Prasarana Bangunan atau keadaan sarana dan prasarana SMA PGRI 56 Ciputat Tabel 8 Sarana dan Prasarana SMA PGRI 56 Ciputat Menurut Kondisinya No Jenis Fasilitas Jumlah Kondisi A
B
Administrasi 1 Ruang Kepala Sekolah
1 Ruang
Baik
2 Ruang Guru
1 Ruang
Baik
3 Ruang Pelayanan Administrasi
1 Ruang
Baik
10 Ruang
Baik
Kegiatan Belajar 1 Ruang Kelas
52
C
D
2 Ruang Lab. Fisika/Kimia/Biologi
1 Ruang
Baik
3 Ruang Lab. Bahasa
1 Ruang
Baik
4 Ruang Praktek Komputer
1 Ruang
Baik
1 Ruang Perpustakaan
1 Ruang
Baik
2 Ruang Ibadah
1 Ruang
Baik
Penunjang Pendidikan
Baik
Penunjang Lainnya 1 Ruang Toilet
4 Ruang
Baik
2 Ruang Gudang
1 Ruang
Baik
B. Hasil Analisis Data 1. Observasi Tahap observasi dilakukan pada pengamatan langsung di SMA PGRI 56 Ciputat kelas XI yakni saat kegiatan belajar mengajar. Pengamatan ini dilakukan oleh penulis, penulis mengamati siswa ataupun guru pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Setelah kegiatan belajar mengajar di kelas selesai, kemudian penulis mewawancarai langsung kepada guru mata pelajaran bahasa Indonesia tentang minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas. Berdasarkan hasil observasi yang terlampir, penulis menyimpulkan bahwa untuk kelas XI di SMA PGRI 56 Ciputat dipilih berdasarkan tingkat kemampuan dan minat siswa. Bagi siswa untuk mata pelajaran bahasa Indonesia sangat memahaminya. Tetapi, ada juga siswa yang masih sulit untuk memahami mata pelajaran bahasa Indonesia dan kurangnya fasilitas sarana dan prasarana. Oleh karena itu, tingkat minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Indonesia di SMA PGRI 56 Ciputat masih perlu ditingkatkan lagi dengan memberikan motivasi dan melengkapi sarana dan prasarana
53
2. Angket Data yang telah dikumpulkan, di analisis dengan tujuan dapat menarik kesimpulan dengan baik. Pengolahan data yang masuk, ditempuh dengan cara menstabulasikan, menganalisa, dan menafsirkan tiap-tiap data dari masingmasing responden atau individu. Setelah diperoleh data dari hasil angket, kemudian data tersebut diolah dalam bentuk tabel deskriptif persentase dengan menggunakan rumus: P = F x 100% N Keterangan: P : Angka Persentase F : Frekuensi (jumlah jawaban responden) N : Number of Case (banyaknya individu) Adapun sejumlah pernyataan yang penulis berikan kepada para responden dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini: Table 9 Siswa Semangat Mengikuti Pelajaran Bahasa Indonesia sampai akhir Pelajaran Alternatif Jawaban F % Ya
10
32.2
Tidak
21
67,7
31
100
Jawaban
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa setiap siswa tidak semangat dalam mengikuti pelajaran bahasa Indonesia sampai akhir pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase di atas, bahwa yang menjawab 32.2% siswa mengatakan semangat mengikuti pelajaran bahasa Indonesia sampai akhir pelajaran. Sedangkan yang menjawab 67,7% siswa mengatakan tidak semangat mengikuti pelajaran bahasa Indonesia sampai akhir pelajaran.
54
Tabel 10 Siswa Berusaha Menjawab Pertanyaan yang Diberikan oleh Guru Baik dan Benar Alternatif Jawaban F % Ya
11
35,5
Tidak
20
64,5
31
100
Jawaban
Pada tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa tidak berusaha menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru baik dan benar. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase di atas, bahwa sebanyak 35,5% siswa berusaha menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan baik dan benar. Sedangkan sebanyak 64,5% siswa tidak berusaha menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru baik dan benar. Table 11 Siswa Tetap Hadir Di sekolah, ketika Guru Bahasa Indonesia Berhalangan Hadir Alternatif Jawaban F % Ya
28
90,3
Tidak
3
9,7
31
100
Jawaban
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa tetap hadir di sekolah, ketika guru bahasa Indonesia berhalangan hadir. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase di atas, bahwa sebanyak 90,7% siswa tetap hadir di sekolah, ketika guru bahasa Indonesia berhalangan hadir. Sedangkan 9,7% siswa tidak hadir di sekolah, ketika guru bahasa Indonesia berhalangan hadir.
55
Table 12 Siswa Mengerjakan Tugas atau PR dengan Mencontek Hasil Pekerjaan Teman Alternatif Jawaban F % Ya
22
70,9
Tidak
9
29
31
100
Jawaban
Pada tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa setiap mengerjakan tugas atau PR dengan mencontek hasil pekerjaan teman. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase di atas, bahwa sebanyak 70,9% setiap siswa ada tugas atau PR dengan mencontek hasil pekerjaan teman. Sedangkan sebanyak 29% siswa mengerjakan sendiri setiap ada tugas atau PR. Tabel 13 Ketika Siswa Diberi Tugas atau PR dengan Sungguh-Sungguh Saya Mengerjakannya Alternatif Jawaban F % Ya
15
48,3
Tidak
16
51,6
31
100
Jawaban
Pada tabel di atas, bahwa menunjukkan siswa tidak susngguh-sungguh mengerjakan setiap mengerjakan tugas atau PR pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase di atas, bahwa sebanyak 48,3% siswa dengan sungguh-sungguh mengerjakan tugas atau PR. Sedangkan sebanyak 51,6% siswa tidak sungguh-sungguh mengerjakan setiap ada tugas atau PR.
56
Tabel 14 Sebelum Pelajaran Bahasa Indonesia Dimulai, Siswa Mempersiapkan Buku Bahasa Indonesia Terlebih Dahulu. Alternatif Jawaban F % Ya
10
32,2
Tidak
21
67,7
31
100
Jawaban
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa sebelum pelajaran bahasa Indonesia dimulai, siswa tidak mempersiapkan buku bahasa Indonesia terlebih dahulu. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase di atas, bahwa sebanyak 32,2% siswa sebelum pelajaran bahasa Indonesia dimulai, siswa mempersiapkan buku bahasa Indonesia terlebih dahulu. Sedangkan sebnayak 67,7% siswa sebelum pelajaran bahasa Indonesia dimulai, siswa tidak mempersiapkan buku bahasa Indonesia terlebih dahulu. Tabel 15 Siswa Mengkaji Ulang Pelajaran Bahasa Indonesia Di rumah Alternatif Jawaban F % Ya
3
9,6
Tidak
28
90,3
31
100
Jawaban
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa tidak pernah mengkaji ulang pelajaran bahasa Indonesia di rumah. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase di atas, bahwa sebanyak 9,6% siswa mengkaji ulang pelajaran bahasa Indonesia di rumah. Sedangkan sebanyak 90,3% siswa tidak mengkaji ulang pelajaran bahasa Indonesia di rumah.
57
Tabel 16 Siswa Sungguh-Sungguh Memperhatikan Pelajaran Bahasa Indonesia yang telah Dijelaskan Alternatif Jawaban F % Ya
11
35.5
Tidak
20
64,5
31
100
Jawaban
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa tidak sungguhsungguh memperhatikan pelajaran bahasa Indonesia yang telah dijelaskan. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase di atas, bahwa sebanyak 35,5% siswa dengan sungguh-sungguh memperhatikan pelajaran bahasa Indonesia yang telah dijelaskan. Sedangkan sebanyak 64,5% siswa tidak sungguh-sungguh memperhatikan pelajaran bahasa Indonesia yang telah dijelaskan. Tabel 17 Siswa Menjawab Pertanyaan yang Diberikan oleh Gurunya Alternatif Jawaban F % Ya
23
74,2
Tidak
8
25,8
31
100
Jawaban
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa menjawab setiap ada pertanyaan yang diberikan oleh gurunya. Hal ini dapat terlihat dari hasil persentase di atas, bahwa sebnayak 74,2% siswa menjawab seriap ada pertanyaan yang diberikan oleh guru. Sedangkan sebanyak 25,8% siswa tidak menjawab setiap ada pertanyaan yang diberikan oleh gurunya.
58
Tabel 18 Siswa Mengungkapkan Pendapat saat Diskusi Pelajaran Bahasa Indonesia Berlangsung Alternatif Jawaban F % Ya
10
32,2
Tidak
21
67,7
31
100
Jawaban
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bashwa siswa tidak mengungkapkan
pendapat
saat
diskusi
pelajaran
bahasa
Indonesia
berlangsung. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase di atas, bahwa sebanyak 32,2% siswa mengungkapkan pendapat saat diskusi berlangsung. Sedangkan sebanyak 67,7% siswa tidak mengungkapkan pendapat saat diskusi berlangsung. Tabel 19 Ketika ada Tugas atau PR, Siswa Berusaha Mengerjakannya sampai Tuntas Alternatif Jawaban F % Ya
13
42
Tidak
18
58
31
100
Jawaban
Berdasarkan tabel di atasa, menunjukkan bahwa siswa tidak mengerjakan tugas atau PR sampai tuntas. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase di atas, bahwa sebanyak 42% siswa mengerjakan tugas atau PR bahasa Indonesia sampai tuntas. Sedangkan sebanyak 58% siswa tidak mengerjakan tugas atau PR bahasa Indonesia sampai tuntas.
59
Tabel 20 Siswa Membaca Buku yang Berkaitan tentang Bahasa Indonesia Alternatif Jawaban F % Ya
7
22,6
Tidak
24
77,4
31
100
Jawaban
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa tidak membaca buku yang berkaitan tentang pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase di atas, bahwa sebanyak 22,6% siswa membaca buku yang berkaitan tentang
pelajaran bahasa Indonesia. Sedangkan sebanyak
77,4% siswa tidak membaca buku yang berkaitan tentang pelajaran bahasa Indonesia.
Tabel 21 Siswa Mencatat Materi Bahasa Indonesia yang telah Dijelaskan oleh Guru dengan Teliti Alternatif Jawaban F % Ya
12
38,7
Tidak
19
61,3
31
100
Jawaban
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa tidak mencatat materi bahasa Indonesia yang telah dijelaskan oleh guru dengan teliti. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase di atas, bahwa sebanyak 38,7% siswa mencatat materi bahasa Indonesia yang telah dijelaskan oleh guru dengan teliti. Sedangkan sebanyak 61,3% siswa tidak mencatat materi bahasa Indonesia yang telah dijelaskan oleh guru dengan teliti.
60
Tabel 22 Ketika Diberi Tugas atau PR, Siswa Mengerjakannya Sendiri Alternatif Jawaban F % Ya
5
16,1
Tidak
26
83,8
31
100
Jawaban
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa tidak mengerjakan sendiri setiap ada tugas atau PR bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari hasil peresentase di atasa, bahwa sebanyak 16,1% siswa mengerjakan sendiri setiap ada tugas atau PR bahasa Indonesia. Sedangkan sebanyak 83,8% siswa tidak mengerjakan sendiri setiap ada tugas atau PR bahasa Indonesia. Tabel 23 Siswa Belajar Bahasa Indonesia saat ada Waktu Luang Alternatif Jawaban F % Ya Tidak Jawaban
-
-
31
100
31
100
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa kebanyakan dari siswa tidak ada yang belajar bahasa Indonesia saat ada waktu luang. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase di atas, sebanyak 100% siswa tidak ada yang membaca buku bahasa Indonesia saat ada waktu luang.
61
Tabel 24 Ketika Guru Memberi Kesempatan untuk Mengungkapkan Pendapat, Siswa Memanfaatkan Kesempatan itu Alternatif Jawaban F % Ya
15
48,4
Tidak
16
51,6
31
100
Jawaban
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa tidak memanfaatkan
kesempatan
apabila
diberikan
kesempatan
untuk
mengungkapakn pendapat. Hai ini dapat dilihat dari hasil persentase di atas, bahwa sebanyak 48,4% siswa memanfaatkan kesempatan itu apabila diberikan keempatan untuk mengungkapkan pendapat. Sedangkan sebanyak 51,6% siswa tidak memanfaatkan kesempatan apabila diberikan kesempatan untuk mengungkapkan pendapat dalam pelajaran bahasa Indonesia. Tabel 25 Ketika ada Materi Bahasa Indonesia yang tidak Siswa Mengerti, Siswa Berusah Mempelajarinya dengan Teliti Alternatif Jawaban F % Ya
9
29
Tidak
22
70,9
31
100
Jawaban
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa tidak ada materi bahasa Indonesia yang tidak dimengerti, maka siswa tidak mempelajarinya dengan teliti. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase di atas, bahwa sebanyak 29% siswa mempelajarinya dengan teliti apabila ada materi bahasa Indonesia yang tidak dimengerti. Sedangkan sebanyak 70,9% siswa tidak mempelajarinya dengan teliti apabila ada materi bahasa Indonesia yang tidak mengerti.
62
Tabel 26 Siswa Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia terlebih dahulu sebelum Pelajaran Dimulai Alternatif Jawaban F % Ya
1
3,2
Tidak
30
96,8
31
100
Jawaban
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa tidak membaca buku pelajaran bahasa Indonesia terlebih dahulu sebelum pelajaran dimulai. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentanse di atas, bahwa sebanyak 3,2% siswa mau membaca buku pelajaran bahasa Indonesia terlebih dahulu sebelum pelajaran dimulai. Sedangkan sebanyak 96,8% siswa tidak membaca buku pelajaran bahasa Indonesia terlebih dahulu sebelum pelajarana dimulai. Tabel 27 Siswa Berusaha untuk Memahami Materi Bahasa Indonesia Alternatif Jawaban F % Ya
13
42
Tidak
18
58
31
100
Jawaban
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa tidak berusaha untuk memahami materi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase di atas, bahwa sebanyak 42% siswa berusaha untuk memahami materi dalam pelajaran bahasa Indonesia. Sedangkan sebanyak 58% siswa tidak mau berusaha untuk memahami materi dalam pelajaran bahasa Indonesia.
63
Tabel 28 Siswa Senang Mengikuti Pelajaran Bahasa Indonesia Alternatif Jawaban F % Ya
14
45,2
Tidak
17
54,8
31
100
Jawaban
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa tidak senang mengikuti pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase di atas, bahwa sebanyak 45,2% siswa senang mengikuti pelajaran bahasa Indonesia. Sedangkan sebanyak 54,8% siswa tidak senang mengikuti pelajaran bahasa Indonesia. 3. Wawancara Tahap wawancara dilakukan pada sebagian siswa kelas XI IPA di SMA PGRI 56 Ciputat. Teknik wawancara ini dilakukan dengan mengacak nama siswa yang penulis peroleh dari absen siswa. Penulis hanya mewawancarai 3 siswa saja dari 31 siswa kelas XI. Penulis mewawancarai 3 siswa itu mengenai minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya di SMA PGRI 56 Ciputat. Berdasarkan hasil wawancara yang terlampir, penulis menyimpulkan bahwa minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia masih perlu ditingkatkan.
C. Pembahasan 1. Berdasarkan data di atas dapat diketahui, bahwa tingkat minat belajar siswa terhadap pelajaran Bahasa Indonesia di SMA PGRI 56 Ciputat masih perlu mendapatkan perhatian lagi baik dari guru (pendidik) dan lingkungan sekitarnya. Tingkat minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA PGRI 56 Ciputat dapat dilihat dari analisis data penulis berupa angket.
64
Berdasarkan dilihat dari data angket di atas, bahwa minat belajar siswa terhadap Bahasa Indonesia masih perlu diperhatikan lagi di SMA PGRI 56 Ciputat. Dimana hal ini terlihat dari indikator minat siswa dalam perhatian guru, ketertarikan, dan perasaan senang terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan lagi agar siswa lebih berminat dalam belajar bahasa Indonesia. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa di SMA PGRI 56 Ciputat terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia, yaitu kurangnya motivasi, kurangnya rasa senang terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia, tidak adanya semangat dalam setiap mengikuti mata pelajaran bahasa Indonesia. Dan siswa pun tidak mempunyai niat untuk belajar bahasa Indonesia, contohnya tidak usaha untuk siswa membaca buku yang berkaitan dengan pelajaran bahasa Indonesia. Selain, faktor-faktor di atas ada pula faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa di SMA PGRI 56 Ciputat yang mmasih kurang, yaitu kurangnya dorongan dari guru, orang tua, teman, dan fasilitas sarana dan prasarana untuk menunjang kelancaran dalam kegiatan belajar mengajar. Dorongan guru, orang tua, teman, dan sarana prasarana apabila tersebut cukup terpenuhi akan menimbulkan adanya minat yang dimiliki oleh para siswa. Dorongan seorang pendidik yang dapat menimbulkan minat siswanya adalah dengan memberika strategi dan metode yang menarik di dalam kegiatan belajar mengajat dan harus selalu memberikan motivasi dan semangat pada setiap siswanya, khususnya dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Karena, mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional. Maka, pendidik pun harus memberikan keyakinan bahwa dengan mempelajari bahasa Indonesia siswa dapat mengetahui bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dorongan dari orang tua pun sangat diperlukan bagi siswa untuk menimbulkan minat belajar siswa. Agar minat terhadap anaknya sudah mulai timbul, maka sebagai orang tua harus memberikan perhatian kepada
65
setiap anaknya tentang belajar di sekolah dan melihat tingkat nilai yang dimiliki oleh kemampuan anakanya. Orang tua pun jangan suka memarahi anaknya, jika anaknya tersebut mendapat nilai yang tidak memuaskan. Tetapi, sebagai orang tua harus memberikan motivasi dan semangat pada anaknya masing-masing. Selain, dorongan dari pendidik dan orang tua yang dapat menimbulkan minat belajar siswa. Tetapi, ada juga dorongan dari seorang teman yang dapat menciptakan minat belajarnya. Seorang teman juga peran seperti orang tua dan pendidk yang memberikan motivasi dan semangat positif kepada temannya untuk meraih dan mencapai sesuatu yang diinginkan oleh temannya sendiri. 3. Seberapa besar pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia, yaitu rasa semangat siswa dalam mengikuti palajaran bahasa Indonesia hanya 32,2% dan 67,7% siswa itu tidak ada rasa semangat dalam mengikuti pelajaran bahasa Indonesia. Rasa senang untuk mengikuti pelajaran bahasa Indonesia hanya 45,2% sedangkan 54,8% siswa tidak senang terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia, hal itu dapat dilihat dari tabel 9 dan tabel 27. Siswa SMA PGRI 56 pun kurang memiliki minat terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia, contohnya seperti tabel 20 di mana siswa hanya sebanyak 22,6% siswa membaca buku yang berkaitan tentang bahasa Indonesia sedangkan sebanyak 77,4% siswa tidak ada minat untuk membaca buku yang berkaitan tentang pelajaran bahasa Indonesia. Tabel 19 siswa pun ketika ada tugas atau PR bahasa Indonesia tidak ada niat untuk mengerjakan sampai tuntas, hal ini dapat dilihat dari hasil persentasenya. Sebanyak 58% siswa tidak mengerjakan sampai tuntas sedangkan 42% siswa baru mengerjakannya sampai tuntas. Hal ini terbukti bahwa niat siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia masih berkurang. Sarana dan prasarana di SMA PGRI 56 Ciputat juga masih kurang, seperti Lab.Bahasa yang masih belum mendukung kegiatan belajar
66
mengajar. Maka, minat belajar siswa pun msih berkurang karena tidak di dukung oleh fasilitas sarana dan prasarana yang memadai. Hal ini penulis dapat dari hasil wawancara dengan guru bahasa Indonesia di SMA PGRI 56 Ciputat. Dorongan atau perhatian guru pun sangat berpengaruh untuk minat belajar siswa. Tabel 16 sebanyak 64,5% siswa tidak memperhatikan guru ketika menjelaskan pelajaran sedanga\kan hanya 35,5% siswa memperhatikan guru ketika menjelaskan pelajaran. Maka, guru harus lebih dorongan kepada siswanya agar siswanya mau memeperhatikan. Dorongan dari orang tua dapat dilihat dari tabel 15 sebanyak 90,3% siswa tidak mempelajari kembali mata pelajaran bahasa Indonesia di rumah. Sedangkan hanya 9,6% siswa mempelajari kembali mata pelajaran bahasa Indonesia di rumah. Sangat rendah sekali dorongan atau perhatian orang tua terhadap anaknya.
67
BAB V PENUTUP
Berdasarkan kajian teoretis dan penelitian mengenai tingkat minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA PGRI 56 Ciputat yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka bab ini penulis mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran.
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas XI SMA PGRI 56 Ciputat, dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA PGRI 56 Ciputat mempunyai masih perlu mendapatkan perhatian dan perlu di tingkatkan lagi. Karena, mata pelajaran bahasa Indonesia sangat dibutuhkan dan sangat mendukung siswa untuk lulus atau tidak dalam ujian nasional. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA PGRI 56 Ciputat, yaitu perlunya rasa senang terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia, motivasi atau dorongan dari guru, orang tua, dan teman, serta minat siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia. Maka, pihak sekolah, orang tua, dan peran masyarakat harus mendukung semua faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa agar siswa tersebut mencapai sesuatu yang diinginkannya. 3. Semua faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa sangatlah berpengaruh untuk meningkatkan minat belajar siswa baik sekolah maupun di lingkungan sekitarnya. Faktor-faktor tersebut haruslah mencapai 100% agar siswa lebih minat lagi untuk mencapai segala sesuatu yang diinginkannya.
67
68
B. Saran Mengacu pada penelitian yang menyatakan bahwa minat merupakan faktor yang penting dalam pembelajaran siswa, penulis memberikan beberapa saran: 1. Hendaknya kepada kepala sekolah SMA PGRI 56 Ciputat bekerja sama dengan para guru-guru agar mengadakan program untuk menimbulkan minat belajar siswa khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia. Karena mata pelajaran bahasa Indoensia merupakan mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional (UAN). 2. Hendaknya guru-guru khususnya guru mata pelajaran bahasa Indonesia memberikan faktor-faktor minat belajar siswa lebih ditingkatkan lagi. Karena, faktor-faktor minat belajar siswa sangat dibutuhkan oleh siswa itu sendiri agar siswa tersebut dapat mencapai segala sesuatu yang diinginkannya. 3. Hendaknya semua faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa sangat berpengaruh terhadap setiap mata pelajaran, khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia. Dan setiap guru harus mengetahui seberapa besar pengaruh faktorfaktor tersebut untuk meningkatkan minat belajar siswa. Dengan mengetahui itu semua, maka akan menjadi tolak ukur bagi setiap guru untuk selalu meningkatkan minat yang ada pada diri siswa masing-masing.
69
DAFTAR PUSTAKA Abror, Abd. Rachman. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, Cet 4. 1993. Ahmad, Asep Hidayat. Filsafat Bahasa. Bandung: Rosdakarya. 2006. Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group. 2007. Chaplin J.P., Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. 1. 2004. Djamarah, Bahri Syaiful. Psikologi Belajari. Jakarta: Rineka Cipta, Cet 2. 2008. Fathurrahman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Refika Aditama. 2007. Gunarsa, Singgih D, Ny. Y. Singgih Gunarsa, Psikologi Perawatan. Jakarta: PT BPK. Gunung Mulia, Cet 4. 2003. Gani, Ramlan A. dan Mahmudah Fitriyah Z.A. Displin Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK PRESS. 2010. Irwanto. Psikologi Umum. Jakarta: PT Total Grafika. 2002. Nurkarcana, Wayan, Sumartaman. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, Cet 4. 1986. Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2003. Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, Cet 2. 1998. Sabri, Alisuf. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet. ke-2. 1996. Sandjaja, Soejanto. Pengaruh Keterlibatan Orang Tua Terhadap Minat Membaca Anak Ditinjau Dari Pendidikan Stress Lingkungan. Jurnal. Shaleh, Abdul, Rahman dan Muhbib Abdul Wahab. Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kencana. 2003. Sitepu, B.P. Penilaian Buku Sekolah. Analisis Pendidikan Kimia. Depdikbud. tt.
69
70
Singer, Kurt. Membina Hasrat Belajar di Sekolah Terjemah: Bergman Sitorus, Bandung: CV Remadja Karya. 1987. Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor Rineka Cipta, Cet 4. 2010.
yang
Mempengaruhinya. Jakarta: PT
Soekarno dan Winataputra dalam Baharuddin dan Nur Wahyuni. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Global Pustaka Ilmu. 2002. Suryakarta, Sumardi, Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet 7. 1995. Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya. 2008. Tampubolon, D.P. Mengembangkan Minat Membaca pada Anak. Bandung: Angkasa, Cet 11. 1993. Uzer, Usman. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet 20. 1997. Whiterington, H.C. Psikologi Pendidikan. Bandung: Aksara Baru. 1978. Bukan Terjemahan. Winkel W.S. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gransindo, Cet 4. 1996. Bukan Terjemahan. http://creasoft.files.world Gunarso. 02 April 2008.
press.com/2008/04/2/minat.Ditulis
http://bintangbangsaku.org/2008/06/21/minat. Bangsa. 21 Juni 2008.
Ditulis
oleh:
oleh Bintang
http://organisasi.org/definisi-pengertian-bahasa-ragam-dan-fungsi-bahasapelajaran-bahasa-indonesia. 16 Maret 2008.
71
Lampiran I Angket Untuk Siswa 1. Identitas Respondens Inisial : Kelas : 2. Petunjuk a. Berilah tanda silang (×) pada salah satu jawaban yang kamu anggap dengan keadaan sebenarnya. b. Jawaban yang kamu berikan tidak mempengaruhi nilai raport atau nilai pelajaran kamu di sekolah. c. Terima kasih atas bantuan dan partisipasinya dalam mengisi angket ini. 1. Siswa semangat mengikuti pelajaran bahasa Indonesia sampai akhir pelajaran a. Ya b. Tidak 2. Siswa berusaha menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan baik dan benar a. Ya b. Tidak 3. Siswa tetap hadir di sekolah ketika guru bahasa Indonesia berhalangan hadir a. Ya b. Tidak 4. Siswa mengerjakan tugas atau PR dengan mencontek hasil pekerjaan teman a. Ya b. Tidak 5. Ketika siswa diberi tugas atau PR dengan sungguh-sungguh saya mengerjakannya a. Ya b. Tidak 6. Sebelum pelajaran bahasa Indonesia dimulai, siswa mempersiapkan buku bahasa Indonesia terlebih dahulu a. Ya b. Tidak 7. Siswa mengkaji ulang pelajaran bahasa Indonesia di rumah a. Ya b. Tidak 8. Siswa sungguh-sungguh memperhatikan pelajaran bahasa Indonesia yang telah dijelaskan a. Ya b. Tidak 9. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh gurunya a. Ya b. Tidak 10. Siswa mengungkapkan pendapat saat diskusi pelajaran bahasa Indonesia berlangsung
72
a. Ya
b. Tidak
11. Ketika ada tugas atau PR, siswa berusaha mengerjakannya sampai tuntas a. Ya b. Tidak 12. Siswa membaca buku yang berkaitan tentang pelajaran bahasa Indonesia a. Ya b. Tidak 13. Siswa mencatat materi bahasa Indonesia yang telah dijelaskan oleh guru dengan teliti a. Ya b. Tidak 14. Ketika diberi tugas atau PR, siswa mengerjakannya sendiri a. Ya b. Tidak 15. Siswa belajar bahasa Indonesia saat ada waktu luang a. Ya b. Tidak 16. Ketika guru memberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapat siswa memanfaatkan kesempatan itu a. Ya b. Tidak 17. Ketika ada materi bahasa Indonesia yang tidak siswa mengerti, siswa mencoba mempelajarinya dengan teliti a. Ya b. Tidak 18. Siswa membaca buku pelajaran bahasa Indonesia terlebih dahulu sebelum pelajaran dimulai a. Ya b. Tidak 19. Siswa berusaha untuk memahami materi bahasa Indonesia a. Ya b. Tidak 20. Siswa senang mengikuti pelajaran bahasa Indonesia a. Ya b. Tidak
Lampiran 2 Data Minat Belajar Bahasa Indonesia No
Nama
No. Item Minat Belajar Bahasa Indonesia
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
1
A1
4
4
5
5
4
4
4
4
4
5
5
4
5
4
4
4
4
4
5
5
87
2
A2
4
5
5
4
5
5
4
4
5
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
87
3
A3
4
4
4
5
5
4
4
5
5
4
4
4
5
5
5
4
4
4
5
4
88
4
A4
5
4
4
5
4
4
4
4
5
4
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4
85
5
A5
4
4
5
5
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
5
5
4
5
5
88
6
A6
5
5
5
5
5
4
4
5
5
4
4
4
5
4
4
5
4
4
4
4
89
7
A7
5
4
5
5
5
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
90
8
A8
4
5
5
5
4
4
4
5
5
5
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
88
9
A9
4
4
5
5
5
4
4
4
5
5
5
4
4
5
4
5
4
4
5
5
90
10
A10
5
5
5
4
4
4
4
5
5
4
4
4
5
4
4
5
4
4
4
4
87
11
A11
4
4
5
5
5
4
4
4
5
4
5
4
4
4
4
5
4
4
5
5
88
1
2
12 A12
4
4
5
5 4
4
4
5
5
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
85
13 A13
4
4
5
4
5
4
4
5
5
4
4
4
5
4
4
5
4
4
5
5
88
14 A14
5
5
5
4
5
5
4
4
5
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
88
15 A15
4
4
5
5
4
4
4
5
4
5
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
86
16 A16
5
4
5
5
4
5
4
4
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
88
17 A17
5
5
4
5
4
4
4
5
4
5
4
4
5
5
4
4
4
4
4
5
87
18 A18
4
4
5
5
5
5
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
86
19 A19
4
4
5
5
5
5
4
4
5
4
5
5
4
4
4
4
5
4
4
5
89
20 A20
4
4
5
5
4
5
4
4
5
4
4
5
4
4
4
5
4
5
5
4
88
21 A21
4
4
5
4
5
4
4
4
4
5
5
5
4
5
4
5
5
4
4
4
88
22 A22
4
4
5
5
4
5
5
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
87
23 A23
4
5
5
4
5
4
4
4
5
4
5
4
5
4
4
5
5
4
4
4
88
24 A24
4
4
5
5
4
5
5
4
4
5
4
4
5
5
4
4
4
4
5
5
89
25 A25
5
5
5
4
4
4
4
4
4
5
5
5
4
4
4
4
5
4
4
5
88
26 A26
4
4
5
5
5
4
4
4
5
4
5
4
5
4
4
5
4
4
5
5
89
3
27 A27
4
5
5
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
85
28 A28
5
4
5
5
5
5
4
4
5
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
5
89
29 A29
4
5
5
4
5
5
4
5
5
4
5
4
5
4
4
4
4
4
5
5
90
30 A30
5
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
82
31 A31
4
5
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
85
Jumlah
2627
Lampiran 3 Lembar Wawancara dengan Siswa Wawancara pada observasi untuk siswa kelas XI yang dipilih secara acak. 1.
Apakah yang kamu sukai dalam pelajaran bahasa Indonesia ? Alasannya!
2.
Menurut kamu materi bahasa Indonesia seperti apa,yang kamu sukai?
3.
Bagaimana proses belajar bahasa Indonesia di kelas kamu?
4.
Bagaimana minat kamu dalam belajar bahasa Indonesia?
5.
Menurut kamu pelajaran bahasa Indonesia seperti apa yang membuat kamu menyukai bahasa Indonesia?
1
2
Lampiran 4 Lembar Wawancara Dengan Guru Wawancara pada kegiatan observasi untuk Guru Bahasa Indonesia. 1. Apakah pembagian kelas XI ini berdasarkan tingkat kemampuan siswa? 2. Strategi pembelajaran bahasa Indonesia yang bagaimanakah yang biasa ibu lakukan? 3. Bagaimana tingkat kemampuan siswa kelas XI ini terhadap pelajaran Bahasa Indonesia? 4. Kendala atau kesulitan apa saja yang dihadapi siswa proses KBM berlangsung terutama pelajaran bahasa Indonesia?
3
Lampiran 5 HASIL WAWANCARA Wawancara dengan siswa: Nama
: Dwi Ratningsih
Tempat
: SMA PGRI 56 Ciputat
Tanggal
: 18 Januari 2011
Tanya : “Assalamu’alaikum wr. wb.” Jawab : “Walaikumsalam wr. wb.” Tanya : “Siapakah namamu?” Jawab : “Dwi Ratnaningsih.” Tanya : “Kenapa? Kamu memilih sekolah di SMA PGRI 56 Ciputat.” Jawab : “Karena, saya telat dalam pendaftaran untuk sekolah di negeri. Waktu itu saya masih di kampong bukan di Jakarta. Tanya : “Di sekolah SMA PGRI 56, kamu ambil jurursan apa?” Jawab : “Saya sekarang kelas XI IPA. Dan mengambil jurusan IPA.” Tanya : “Apakah yang kamu sukai dalam pelajaran bahasa Indonesia? Alasannya!” Jawab : “Bahasa Indonesia pencakupannya luas dan materi yang dipelajari dalam mata pelajaran bahasa Indonesia juga luas, seperti membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Karena, bahasa Indonesia pencakupannya luas.” Tanya : “Menurut kamu materi bahasa Indonesia seperti apa, yang kamu sukai?”
4
Jawab : “Materi bahasa Indonesia semua saya suka, seperti drama, membuat puisi, dan wawancara. Tetapi, dalam materi bahasa Indonesia ada juga materi yang tidak saya suka seperti diskusi. Karena, setiap materi diskusi saya tidak mencatat dan tidak mendengar penjelasan guru setiap materi diskusi. Selain itu, saya juga tidak memperhatikan guru ketika menjelaskan materi tentang diskusi.” Tanya : “Bagaimana proses belajar bahasa Indonesia di kelas kamu?” Jawab : “Proses belajar bahasa Indonesia di kelas saya cukup kondusif. Muridmurid yang lain juga tidak terlalu bandel dan gurunya pun enak dalam menyampaikan materi. Jika, salah satu murid yang tidak mengerti maka guru pun mengulangi penjelasan materi yang tidak dimengerti.”. Tanya : “Bagaimana minat kamu dalam belajar bahasa Indonesia?” Jawab : “Minat saya, dalam mata pelajaran bahasa Indonesia tidak terlalu suka. Karena, ketika belajar bahasa Indonesia sudah dimulai menurut saya enak-enak saja. Saya, suka terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia karena ditunjang dengan gurunya yang enak dalam menyampaikan materinya. Orang tua pun tidak mendorong saya, bila saya suka pelajaran bahasa Indonesia. Tetapi, orang tua menyerahkan sepenuhnya terhadap saya.” Tanya : “Menurut kamu pelajaran bahasa Indonesia seperti apa yang membuat kamu menyukai bahasa Indoensia?” Jawab : “Menyimak, karena dalam mata pelajaran bahasa Indoensia seperti menyimak dapat membuat saya berimajinasi sendiri. Contoh, ketika ada meteri drama kita semua harus menyimak drama. Karena, menyimak sebuah drama drama kita dapat atau bisa ikut berperan dalam drama tersebut.”
5
Pewawancara
(Yeti Budiyarti)
Narasumber
(Dwi Ratningsih)
6
Lampiran 6 HASIL WAWANCARA Wawancara dengan siswa: Nama
: Ayu Destika
Tempat
: SMA PGRI 56 Ciputat
Tanggal
: 18 Januari 2011
Tanya : “Assalamu’alaikum wr. wrb.” Jawab : “Walaikumsalam wr. wrb.” Tanya : “Nama kamu siapa?” Jawab : “Ayu Desvika.” Tanya : “Kenapa? Kamu memilih sekolah di SMA PGRI 56 Ciputat.” Jawab : “Karena, dengan sekolah di SMA PGRI 56 Ciputat saya ingin bertujuan untuk berprestasi yang baiak dan bisa membanggakan kedua orang tua saya.” Tanya ; “Kamu ambil jurusan apa? Alasannya!” Jawab : “Saya, ambil jurusan IPA sekarang sudah kelas XI. Karena, jurusan IPS guru-gurunya jarang masuk. Terus anak-anaknya juga tidak displin, karena suka tauran, tidak mengerjakan PR di rumah dan lain-lain.” Tanya : “Apakah yang kamu sukai dalam pelajaran bahasa Indonesia? Alasannya!” Jawab : “Saya, menyukai materi diskusi dalam pelajaran bahasa Indonesia. Karena, dapat melatih kita berbicara di depan umum. Dengan, sering kita membaca di depan umum dapat membuat kita lebih jadi percaya diri.”
7
Tanya : “Menurut kamu materi bahasa Indonesia seperti apa, yang kamu sukai?” Jawab : “Saya tidak menyukai materi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Tetapi, saya lebih suka praktek dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Contohnya praktek dalam materi wawancara. Saya, suka dengan adanya praktek wawancara karena dapat melatih kita untuk berhadapan dengan orang lain.” Tanya : “Bagaimana proses belajar bahasa Indonesia di kelas kamu?” Jawab : “Proses belajar di kelas saya mencatat, membaca, mengisi soal-soal, dan member nilai pada masing-masing tugas. Saya, tidak terlalu suka cara metode guru saya dalam menyampaikan materi kurang jelas. Karena, ketika guru saya menjelaskan materi apabila salah satu murid tidak mengerti. Maka, guru saya hanya menjelaskan saja dan penjelasan tersebut tidak dijelaskan secara menyeluruh. Kemudian, ketika guru saya menjelaskan ada murid yang tidak memperhatikan. Guru saya hanya diam saja tidaj berusaha untuk menegurnya.” Tanya : “Bagaimana minat kamu dalam belajar bahasa Indonesia?” Jawab : “Saya, senang terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia seperti membuat naskah drama, membuat puisi, membuat karya tulis. Karena, dengan adanya kegiatan tersebut dapat mendorong saya untuk menjadi pemain drama dan penulis yang baik. Guru saya pun mendorong saya untuk lebih giat dan berusaha terus agar yang saya inginkan dapat tercapai. Dengan adanya, dorongan guru saya maka saya senang terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia yang sesuai dengan minat saya.” Tanya : “Menurut kamu pelajaran bahasa Indonesia seperti apa yang membuat kamu menyukai bahasa Indoensia?”
8
Jawab
:“Saya
menyukai
pelajaran
bahasa
Indonesia,
karena
dapat
mengekspresikan diri saya. Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia juga kita bisa membuat naskah drama, membuat novel, membuat puisi dan membuat karya tulis. Pelajaran bahasa Indonesia juga kita bisa mengetahui bahasa Indoensia yang baik dan bahasa Indonesia yang tidak baik.” Pewawancara
Narasumber
(Yeti Budiyarti)
(Ayu Destika)
9
Lampiran 7 HASIL WAWANCARA Wawancara dengan siswa: Nama
: Hanafi Hidayat
Tempat
: SMA PGRI 56 Ciputat
Tanggal
: 18 Januari 2011
Tanya : “Assalamu’alaikum wr. wrb.” Jawab : “Walaikumsalam wr. wrb.” Tanya : “Nama kamu siapa?” Jawab : “Ayu Desvika.” Tanya : “Kenapa? Kamu memilih sekolah di SMA PGRI 56 Ciputat.” Jawab : “Karena, ingin menambah pengalaman dan pengetahuan lebih banyak lagi.” Tanya : “Kenapa, kamu mengambil jurusan IPA?” Jawab : “Karena, jurusan IPA kita bisa mengetahui alam semesta.” Tanya : “Apakah yang kamu sukai dalam pelajaran bahasa Indonesia?” Jawab : “Saya menyukai materi karya tulis, pantun, puisi, dan drama dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.” Tanya : “Menurut kamu materi bahasa Indonesia seperti apa, yang kamu sukai?” Jawab : “Seperti menghafal, dan menjelaskan itu menjadi prioritas dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Seperti keterampilan yang terdapat dalam materi bahasa Indonesia, yaitu membaca, menyimak, menulis, dan
10
berbicara. Semua keterampilan berbahasa tersebut memang harus dipelajari semua dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.” Tanya : “Bagaimana proses belajar bahasa Indonesia di kelas kamu?” Jawab : “Kurang menyenangkan, terutama pada anak-anak putra yang tidak suka dan menganggap gampang atau terlalu meremehkan pelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu, minat belajar siswa terhadap mata peljaran bahasa Indonesia kurang diminati.” Tanya : “Bagaimana minat kamu dalam belajar bahasa Indonesia?” Jawab : “Minat saya terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia tidak terlalu. Karena, sya selalu menganggap gampang dan meremehkan dalam setiap mata pelajarannya.” Tanya : “Menurut kamu pelajaran bahasa Indonesia seperti apa yang membuat kamu menyukai bahasa Indonesia?” Jawab : “Saya, suka mata pelajaran bahasa Indonesia ketika mengeluarkan pendapat. Karena, pendapat-pendapat yang dikeluarkan cukup bagus.”
Pewawancara
Narasumber
(Yeti Budiyarti)
(Hanafi Hidayat)
11
HASIL WAWANCARA Wawancara dengan guru: Nama
: Dra. Ecin Kuraesih
Tempat
: SMA PGRI 56 Ciputat
Tanggal
: 1 Februari 2011
Tanya : “Apakah pembagian kelas XI ini berdasarkan tingkat kemampuan siswa?” Jawab : “Pembagian kelas XI bukan berdasarkan tingkat kemampuan, tetapi berdasarkan nilai, minat siswa itu sendiri, dan ada juga dari persetujuan orang tua siswa. Tanya : “Strategi pembelajaran bahasa Indonesia yang bagaimanakah yang biasa ibu lakukan?” Jawab : “tidak ada strategi khusus dalam pembelajaran bahasa Indonesia, tetapi ada metode yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia yaitu ceramah, diskusi, praktek, dan penugasan itulah yang saya lakukan selama pelajaran berlangsung.” Tanya : “Bagaimana tingkat kemampuan siswa kelas XI ini terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia?” Jawab : “Tingkat kemampuan siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia cukup bagus dan sangat memahaminya. Tetapi, masih ada materi bahasa Indonesia yang masih siswa butuhkan penjelasan dari gurunya.” Tanya : “Kendala atau kesulitan apa saja yang dihadapi siswa dalam proses KBM berlangsung terutama pelajaran bahasa Indonesia?”
12
Jawab : ”Kendala yang dihadapi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia adalah kurangnya alat untuk melengkapi pembelajaran seperti LCD dan Lab. Bahasa yang belum bisa digunakan. Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia juga masih ada yang belum diminati oleh siswa seperti materi drama, puisi, dan membaca novel. Karena pada saat saya menerangkan siswa tidak serius atau tidak memperhatikan saya ketika menjelaskan.”
Pewawancara
(Yeti Budiyarti)
Narasumber
(Dra. Ecin Kuraesih)