1
KEMAMPUAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 KOTA GORONTALO MEMBEDAKAN FAKTA DAN OPINI PADA EDITORIAL GORONTALO POST
OLEH 1. Jelfi Jauhari (Ketua) 2. Dr. Hi. Dakia N. Djou, M.Hum (Anggota) 3. Dr. Ha. Asna Ntelu, M.Hum (Anggota) ABSTRAK Penelitian ini difokuskan pada masalah sebagai berikut: (1) bagaimana kemampuan peserta didik menentukan fakta pada sebuah editorial, (2) bagaimana kemampuan peserta didik menentukan opini pada sebuah editorial, (3) bagaimana kemampuan peserta didik membedakan fakta dan opini dalam sebuah editorial.Tujuannya penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan kemampuan peserta didik menentukan fakta pada sebuah editorial, (2) mendeskrisipkan kemampuan peserta didik menentukan opini pada sebuah editorial, (3) mendeskrisipkan kemampuan peserta didik membedakan fakta dan opini dalam editorial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara jelas bagaimana kemampuan peserta didik kelas XI SMA Negeri 4 Kota Gorontalo membedakan kalimat fakta dan opini pada editorial tajuk rencana. Teknik pengumpulan yang digunakan adalah teknik tes. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar peserta didik kelas XI SMA Negeri 4 Gorontalo kurang mampu membedakan fakta dan opini pada editorial tajuk rencana. Hal ini terbukti bahwa dari 48 orang siswa (sampel) yang diteliti, hanya 1 orang yang memperoleh nilai baik (2%). Kategori cukup 14 orang (29%), nilai kurang 31 orang (65%), dan mendapat nilai sangat kurang 2 orang (4%). Selanjutnya pada teks editorial kedua, siswa yang beroleh nilai baik tidak ada (0%). Yang beroleh nilai cukup 21 orang (44%), nilai kurang 26 orang (54%) dan beroleh nilai sangat kurang berjumlah 1 Orang (2%). Dengan demikian secara umum peserta didik belum mampu mencapai nilai standar yang sudah ditetapkan dalam kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75. Kata Kunci: Menentukan, membedakan, editorial, fakta ,opini.
2
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin pesat, semakin banyak informasi terkandung di dalamnya. Oleh sebab itu buku merupakan media yang menjadi skala prioritas bagi peserta didik untuk menggali informasi tersebut. Hal ini merangsang dan mendidik serta mengukur kemampuan peserta didik dengan proses membaca untuk membedakan berbagai informasi yang dibacanya. Membaca bukanlah kegiatan memandang lambang-lambang yang tertulis, namun memaknai informasi yang ada dalam lambang tertulis tersebut. Tentu saja bermacam-macam kemampuan dikerahkan oleh peserta didik untuk membaca, agar memahami isi dan tujuan yang dibacanya. Pembaca dalam hal ini peserta didik berupaya agar lambang-lambang yang dibaca itu menjadi lambang-lambang yang bermakna baginya. Kegiatan membaca juga merupakan aktivitas berbahasa yang aktif reseptif. Pada saat membaca sesungguhnya terjadi interaksi antara pembaca dan penulisnya yang bersifat reseptif. Dikatakan reseptif, karena pembaca bertindak selaku penerima pesan dalam komunikasi melalui membaca. Dalam hal ini Pembelajaran bahasa mencakup empat keterampilan berbahsa yamg dilaksanakan oleh seorang guru dalam menyajikan materi pelajaran di kelas, keempat keterampilan tersebut adalah keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kesemuanya itu memiliki keterkaitan satu sama lain. Dari keterampilan tersebut, penulis cenderung pada salah satu keterampilan yakni membaca. Keterampilan membaca merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh peserta didik di samping menyimak, berbicara, dan menulis. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985: 2) bahwa tujuan akhir pembelajaran bahasa adalah agar para peserta didik terampil dalam berbahasa menyimak, berbicara, menulis, membaca. Dalam kaitannya dengan membaca, salah satu tujuan utamanya adalah bagaimana peserta didik dapat memahami suatu teks yang dibaca. Salah satu bentuk pemahaman teks yang dibaca adalah peserta didik mampu memahami bahan bacaan yang disajikan dalam materi pembelajaran.
3
Di samping itu membaca juga digunakan untuk mengetahui sekaligus menilai hasil karya yang diciptakan manusia melalui tulisan. Pernyataan ini didukung oleh pendapat Subyakto (1988: 145) bahwa tujuan orang membaca adalah untuk mengerti atau memahami isi/pesan yang terkandung dalam satu bacaan seefisien mungkin. Sehubungan dengan hal di atas, membaca merupakan jendela dunia. Siapa pun yang membuka jendela tersebut dapat melihat dan mengetahui segala sesuatu yang terjadi, baik peristiwa yang muncul pada masa lampau, sekarang, bahkan yang akan datang pun dapat diramalkan melalui hasil bacaan. Pada perkembangan di zaman moderen ini khususnya kemajuan di bidang pendidikan banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan membaca apalagi didukung oleh kemajuan teknologi. Maka untuk memperoleh informasi dimaksud, peserta didik harus banyak membaca agar lebih mengetahui informasi yang maksimal. Perkembangan pendidikan dewasa ini semakin dirasakan kemajuannya dalam menunjang pembangunan. Pemerintah memberikan perhatian yang cukup besar terhadap pendidikan, sebab pendidikan pada dasarnya menciptakan manusia-manusia yang berkualitas, yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama membangun bangsa dan negara. Hal ini sudah menjadi kebutuhan keberlangsungan hidup bahkan meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Salah satu aspek yang menentukan keberhasilan dalam bidang pendidikan adalah kegiatan belajar mengajar. Proses kegiatan belajar mengajar melibatkan guru dan siswa yang saling berinteaksi dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah diletakan. Guru merupakan subjek pengajar sedangkan siswa subjek belajar. Pembelajaran akan berhasil baik apabila semua komponennya berinteaksi dengan baik, terutama guru dan siswa. Kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dengan optimal akan sangat menentukan hasil belajar siswa. Hal ini perlu mendapat dukungan, perhatian dan minat yang tinggi dari para siswa. Oleh karena itu seorang guru perlu mengetahui keadaan siswa secara meyeluruh terutama dalam kepribadiannya.
4
Berdasarkan kenyataan di atas dari penelitian yang dilakukan kepada peserta didik SMA Negeri 4 Kota Gorontalo sebagian besar peserta didik kurang mampu menentukan fakta dan opini pada teks editorial. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kemampuan peserta didik dalam menentukan fakta dan opini pada teks editorial. Olehnya penulis tertarik untuk mengkaji masalah ini. Untuk itu melalui kajian ini diharapkan peserta didik mampu menentukan fakta dan opini pada teks editorial dalam bentuk skripsi dengan judul “Kemampuan Peserta didik Kelas XI SMA Negeri 4 Kota Gorontalo Membedakan Fakta dan Opini pada Editorial Tahun Pelajaran 2013/2014”. Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana kemampuan peserta didik menentukan fakta pada sebuah editorial. 2) Bagaimana kemampuan peserta didik menentukan opini pada sebuah editorial. 3) Bagaimana kemampuan peserta didik membedakan fakta dan opini dalam sebuah editorial. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1) Peneletian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan peserta didik menentukan fakta pada sebuah editorial. 2) Mendeskrisipkan kemampuan peserta didik menentukan opini pada sebuah editorial. 3) Mendeskrisipkan kemampuan peserta didik membedakan fakta dan opini dalam editorial. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, seperti pendapat Mahsun (2007: 235) mengemukakan bahwa metode deskriptif ini dilakukan untuk mendapatkan data serta dapat mengklasifikasikan data, misalnya kondisi
atau suatu kejadian. Dalam hal ini peneliti
mendeskrisipkan data kemampuan peserta didik membedakan fakta dan opini pada editorial.
5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini diuraikan hasil penelitian kemampuan peserta didik dalam hal (1) menentukan fakta dalam sebuah editorial, (2) kemampuan peserta didik menentukan opini dalam sebuah editorial, (3) kemampuan peserta didik membedakan fakta dan opini dalam sebuah editorial pada kelas XI SMA Negeri 4 Kota Gorontalo. Untuk jelasnya, hal pemikiran dari ketiga kemampuan siswa terhadap tajuk rencana dilakukan dalam dua kali pertemuan. Kegiatan siswa dipaparkan sebagai berikut. Pada pertemuan pertama yang menjadi objek peneleiti adalah tajuk rencana yang berjudul “Kebijakan BBM tak Produktif”, dalam wacana tersebut terdapat 4 fakta dan 12 opini. Akan tetapi hasil menunjukkan bahwa kemampuan membedakan fakta dan opini pada peserta didik kelas XI SMA Negeri 4 Gorontalo sangat rendah. Hal ini terbukti dari hasil pekerjaan peserta didik hanya satu orang yang dapat melewati KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 75, yaitu atas nama Tinsi Latief. Dalam pertemuan kedua yang menjadi objek penelitian yakni tajuk rencana berjudul “Seriusnya Tragedi UN 2013” wacana tersebut terdapat 10 fakta dan 5 opini, akan tetapi hasil peserta didik sangat rendah dan tidak mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 75. Untuk kinerja peserta didik dipaparkan sebagai berikut. Penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 4 Gorontalo pada hari senin tanggal 6 Januari 2014 dengan jumlah sampel yang telah dipilih secara acak sekitar 25% atau sekitar 48 orang pada kelas XI IPS-3 dan kelas XI-IPS-5 yang sudah ditentukan terlebih dahulu. Dalam menentukan fakta dalam teks editorial tersebut terdapat tiga tahap yang diperhatikan yaitu: (1) menentukan fakta dalam sebuah editorial, (2) menentukan opini dalam sebuah editorial, (3) membedakan fakta dan opini dalam sebuah editorial.
6
Kemampuan Peserta Didik Membedakan Fakta dan Opini pada Sebuah Editorial Berdasarkan hasil analisis di atas tentang kemampuan peserta didik membedakan fakta dan opini dalam teks editorial tajuk rencana masih sangat minim. karena Kemampuan peserta didik dalam membedakan fakta dan opini editorial pertama dengan Judul “Kebijakan BBM tak Produktif” dan editorial kedua dengan judul “Seriusnya Tragedi UN 2013” dalam tajuk rencana dengan nilai hanya berkisar di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sehingga peserta didik dianggap kurang mampu membedakan kalimat fakta dan kalimat opini pada editorial tajuk rencana, sebab tidak mencukupi kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada kompetensi dasar tersebut. Adapun kriteria ketuntasan minimal (KKM) membedakan fakta dan opini tersebut adalah 75. Dengan demikian maka kita dapat melihat secara garis besar dari sampel yang dilampirkan di atas perolehan nilai tersebut. peserta didik sebagian besar mencapai nilai kurang memuaskan. Setelah melihat nilai yang ditampilkan berkisar antara 45, sampai dengan 68,25 peneliti memberikan gambaran bahwa tidak satu pun peserta didik mampu melewati Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75. Jika dilihat secara rinci hasil analisis yang sudah dilakukan peneliti ada sebagian peserta didik dalam membedakan fakta dan opini pada tajuk rencana sudah sesuai dengan keinginan pada satu editorial, namun setelah diuji pada editorial berikutnya nilainya menjadi sangat rendah, sehingga setelah digabungkan maka nilainya tidak memenuhi standar yang sudah ditentukan. Hasil analisis nilai pada editorial pertama dengan editorial yang ke 1 digabungkan dengan yang ke 1 serta dibagi dua, maka tidak satu pun peserta didik yang bisa melewati nilai standar yang sudah ditentukan oleh kurikulum yaitu dengan nilai 75. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan peserta didik masih dibawah rata-tata. Tentunya kedepan peneliti ingin mempunyai harapan yang cukup memuaskan terhadap capaian peserta didik dalam membedakan kalimat fakta dan kalimat opini pada editorial, agar bisa mencapai kriteria
7
ketuntasan minimal (KKM) pada berikutnya. Adapun di kelas XII masih dibahas lagi lebih mendalam dan disertai latihan-latihan yang lebih intensif. Untuk itu peneliti sangat mengharapkan kepada peserta didik lebih memahami cara membedakan kalimat fakta dan kalimat opini. Disisi lain juga peserta didik bisa menyesuaikan dengan soal-soal ujian yang sudah berlalu agar tingkat pengetahuan akan lebih luas. PEMBAHASAN Kemampuan Menentukan Fakta dalam Teks Editorial (Tajuk Rencana) Teks 1 dengan Judul “Kebijakan BBM Tak Produktif” dan Teks 2 dengan judul “Seriusnya Tragedi UN 2013” Kemampuan menentukan kalimat fakta dalam editorial oleh peserta didik memang tidak mudah, untuk itu mereka harus mengetahui ciri-ciri kalimat fakta terlebih dahulu. Adapun ciri utama kalimat fakta adalah kalimat yang benar-benar terjadi atau sudah terjadi. Dari kemampuan peserta didik menentukan kalimat fakta dalam teks editorial pertama dan kedua tidak terjadi keseimbangan antara teks satu dan teks kedua sehingga kemampuan menentukan kalimat fakta dari kedua teks tersebut kadang jauh berbeda, akan tetapi ada sebagian peserta didik juga yang nilainya masih seimbang. Dari hasil perolehan peserta didik di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik sebagian besar belum dapat menentukan kalimat fakta dari kedua teks yang telah diujikan. Hal ini dapat dilihat pada pencapaian secara klasikal masih kurang dari nilai standar yang sudah ditentukan yaitu 75. Olehnya sebagian peserta didik yang masih mendapatkan nilai kurang, karena terlampau jauh jarak antara KKM (kriteria ketuntasan minimal) dengan nilai peserta didik tersebut. Kemampuan Menentukan Opini dalam Teks Editorial (Tajuk Rencana) Teks 1 dengan Judul “Kebijakan BBM Tak Produktif” dan Teks 2 dengan judul “Seriusnya Tragedi UN 2013” Dari hasil analisis kemampuan peserta didik dalam menentukan kalimat opini pada kedua teks yang telah diujikan, hasilnya terlampau jauh dengan pemahaman mereka tentang menentukan kalimat fakta dan opini. Apabila peserta
8
didik sudah mampu menentukan kalimat fakta secara otomatis maka kemampuan peserta didik tidak jauh berbeda dengan menentukan opini. Demikian juga dengan kemampuan peserta didik menentukan kalimat opini pada kedua teks yang telah diujikan, maka kita dapat melihat perolehan peserta didik mencapai nilai kurang, sedangkan peserta didik yang mencapai nilai cukup masih sangat rendah, kemampuan peserta didik menentukan kalimat opini belum dapat dikatakan peserta didik mampu menentukan kalimat opini, namun jika dilihat dari editorial yang kedua sebagian besar peserta didik sudah mampu menentukan opini yang tertera dalam teks tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil perolehan peserta didik yang didominasi oleh nilai tinggi pada editorial tajuk rencana yang kedua. Kemampuan Membedakan Fakta dan Opini dalam Teks Editorial (Tajuk Rencana) Teks 1 dengan Judul “Kebijakan BBM Tak Produktif” dan Teks 2 dengan judul “Seriusnya Tragedi UN 2013” Kemampuan peserta didik membedakan kalimat fakta dan opini pada teks editorial yang dilaksanakan di kelas XI-IPS-3 dan kelas XI-IPS-5 SMA Negeri 4 Kota Gorontalo, berfokus pada penelitian bagaimana kemampuan membedakan kalimat fakta dan opini dalam teks editorial tajuk rencana. Hasil penelitian di atas yang terdiri dari dua aspek yaitu membedakan fakta dan opini dapat dilihat kemampuan peserta didik secara klasikal dapat diketegorikan belum mampu, karena sebagain besar belum mampu melewati KKM (kriteria ketuntasan minimal) yang sudah ditetapkan di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo yaitu 75. Dengan demikian maka kita dapat melihat
perolehan
peserta didik
sebagian besar mendapatkan nilai kurang, hal ini memberikan gambaran kepada peneliti bahwa peserta didik kelas XI SMA Negeri 4 Kota Gorontalo belum mampu membedakan kalimat fakta dan opini pada sebuah editorial tajuk rencana. Ketidak mampuan peserta didik dalam membedakan kalimat fakta dan opini pada sebuah editorial, ternyata peserta didik hanya mampu membedakan pada tingkat teori, namun setelah diujikan dalam bentuk teks atau wacana editorial tajuk rencana sebagian besar masih keliru membedakan antara kalimat fakta dan
9
kalimat opini. Jadi dapat simpulkan pada penelitian ini bahwa peserta didik kelas XI SMA Negeri 4 Gorontalo belum mampu membedakan kalimat fakta dan opini pada sebuah editorial tajuk rencana. PENUTUP Berdasarkan pembahasan pada bab IV, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1) Kemampuan menentukakan fakta dan opini dalam teks editorial pada peserta didik kelas XI-IPS-3 dan XI-IPS-5 SMA Negeri 4 kota Gorontalo tahun pelajaran 2013/2014, mecapai rata-rata 40%,59% dari 100 skor yang ditetapkan. 2) peserta didik kelas XI-IPS-3 dan XI-IPS-5 SMA Negeri 4 Gorontalo tahun pelajaran 2013/2014, belum mampu menentukan fakta dan opini dalam sebuah editorial. Hal ini didasarkan pada jumlah sampel yang ada, hanya tujuh orang peserta didik yang dikategorikan mampu. 3) ketidakmampuan peserta didik menentukan fakta dan opini dalam editorial disebabkan antara lain peserta didik sulit membedakan kalimat fakta dan kalimat opini. 4) Ketidakmpuan peserta didik disebabkan oleh oleh faktor guru, metode mengajar, peserta didik sendiri, dan fasilitas. Sebagian peserta didik beranggapan penyajian materi oleh guru belum sesuai. Di samping itu, peserta didik sulit memahami materi yang diajarkan dan kurang mengerjakan tugas serta tidak mempergunakan fasilitas yang tersedia berupa perpustakaan. 5) Upaya yang dilakukan untuk memecahkan faktor penghambat kemampuan peserta didik menentukan fakta dan opini diantaranya memberikan bimbingan, penciptaan suasana belajar yang kondusif, pengadaan buku perpustakaan, metode dan fasilitas lain yang menunjang pembelajaran.
10
Simpulan Berdasarkan pembahasan pada bab IV, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 6) Kemampuan menentukakan fakta dan opini dalam teks editorial pada peserta didik kelas XI-IPS-3 dan XI-IPS-5 SMA Negeri 4 kota Gorontalo tahun pelajaran 2013/2014, mecapai rata-rata 40%,59% dari 100 skor yang ditetapkan. 7) peserta didik kelas XI-IPS-3 dan XI-IPS-5 SMA Negeri 4 Gorontalo tahun pelajaran 2013/2014, belum mampu menentukan fakta dan opini dalam sebuah editorial. Hal ini didasarkan pada jumlah sampel yang ada, hanya tujuh orang peserta didik yang dikategorikan mampu. 8) ketidakmampuan peserta didik menentukan fakta dan opini dalam editorial disebabkan antara lain peserta didik sulit membedakan kalimat fakta dan kalimat opini. 9) Ketidakmpuan peserta didik disebabkan oleh oleh faktor guru, metode mengajar, peserta didik sendiri, dan fasilitas. Sebagian peserta didik beranggapan penyajian materi oleh guru belum sesuai. Di samping itu, peserta didik sulit memahami materi yang diajarkan dan kurang mengerjakan tugas serta tidak mempergunakan fasilitas yang tersedia berupa perpustakaan. 10) Upaya yang dilakukan untuk memecahkan faktor penghambat kemampuan peserta didik menentukan fakta dan opini diantaranya memberikan bimbingan, penciptaan suasana belajar yang kondusif, pengadaan buku perpustakaan, metode dan fasilitas lain yang menunjang pembelajaran. 11
Saran Peningkatan hasil pembelajaran membedakan fakta dan opini di kelas XIIPA/IPS SMA Negeri 4 Gorontalo tidak dapat dikakukan hanya dengan satu metode saja. Guru diharapkan mampu memadukan beberapa model-model pembelajaran agar peserta didik tidak merasa bosan serta dapat menciptakan, mengembangkan dan memberikan motivasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya.
12
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini. 2003. Prosedur Penelitian. Jakarta: Akademik Presindo Daud, Dkk. Arikunto, Suharsini . 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Depdiknas, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. Pusat Bahasa: Depdiknas. Effendi, Onong Uchjana. 2002. Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunologis. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hasan, Zaini dan Salladin Z. 1996. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Depdikbud. Kusumaningrat, Purnama dan Hikmat P. 2009. Jurnalistik Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosda Karya. Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa Tahapan : Strategi, Metode dan Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada. Pateda, Mansoer. 2010. Analisis Kesalahan. Gorontalo : Viladan Gorontalo. Romli, Asep Syamsul M. 2005. Jurnalistik Terapan. Bandung: Batic Press. Subyakto, Sri Utami. 1988. Metodololgi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Depdikbud. Supardan Dadang. 2011. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. Suprapto, Tomy. 2011. Komunikasi Propaganda. Yogyakarta: CAPS. Tarigan, Henri Guntur. 1985. Psikolinguistik. Bandung: Angkasa. Tarigan, Henri Guntur. 1987. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Yunus, Syarifudin. 2010. Jurnalistik Terapan. Bogor: Ghalia Indonesia
13