DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 10 GORONTALO PADA MATERI ALJABAR
Rahmatia Badu, Arfan Arsyad, Nurwan NIM: 411411009 Prodi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Gorontalo Jalan Jendral Sudirman Nomor 6 Kota Gorontalo Telepon (0435) 827213 Fax. (0435) 827213
The purpose of this research is to describe student ability to think critically toward algebra material in VIII grade student. This research used descriptive research with qualitative approach and the data in thisresearch collected by doing test and interview. The subject of this research is students in VIII grade which is contain by 27 students, each include 11 male and 16 female. Result of this research shown that student critical thinking ability has been divided into four indicators. Those four indicators are; students ability to recognize the problem specify in middle ability, student’s critical thinking ability toward analyzing problem specify in high ability, student’s critical thinking ability toward synthesizing problem specify in the middle ability and critical thinking ability toward concluding indicator specify in low ability. So, can be concluded that student’s critical thinking in VIII grade in SMP Negeri 10 Gorontalo still specify in the middle ability Keywords: Critical Thinking, Algebra.
PENDAHULUAN Matematika (Uno, 2009: 109) adalah suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas dan individualitas, dan mempunyai cabang-cabang antara lain aritmetika, aljabar, geometri, dan analisis. Salah satu bentuk kemampuan berpikir matematis adalah kemampuan berpikir kritis. Berpikir kritis adalah suatu aktifitas kognitif yang berkaitan dengan penggunaan nalar, yang berarti menggunakan proses-proses mental, seperti memperhatikan, mengkategorikan, seleksi, dan menilai/memutuskan. Pola pikiran
tinggi dibentuk berdasarkan cara berpikir kritis (Robert H. Ennis, dalam Santoso, 2009: 8). Sebagian dari orang tua dan pendidik sepakat bahwa dalam masyarakat sekarang anak-anak sangat memerlukan keahlian pola berpikir tinggi. Berpikir kritis merupakan keharusan dalam usaha pemecahan masalah, pembuatan keputusan, sebagai pendekatan, menganalisis asumsi-asumsi dan penemuanpenemuan keilmuan. Berpikir kritis diterapkan siswa untuk belajar memecahkan masalah secara sistematis dalam menghadapi tantangan, memecahkan masalah secara inovatif dan mendisain solusi yang mendasar. Berpikir kritis juga menuntut adanya kemampuan untuk mengenali, mengidentifikasi, dan memahami persoalan serta menemukan solusi atasnya. Menurut Richard W. Paul (Sitohang, dkk. 2012: 5) berpikir kritis adalah proses disiplin secara intelektual dimana seseorang secara aktif dan terampil memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesakan, dan/atau mengevaluasi berbagai informasi yang dia kumpulkan atau yang dia ambil dari pengalaman, dari pengamatan (observasi), dari refleksi yang dilakukannya, dari penalaran, atau dari komunikasi yang dilakukan. Berpikir kritis tersebut bisa muncul apabila dalam pembelajaran adanya masalah yang menjadi pemicu sehingga peserta didik akan mempertanyakan berbagai informasi yang diterima dan menggunakan kemampuan berpikirnya untuk
menganalisis
dan
mengevaluasi
permasalahan
tersebut
dengan
menggunakan alasan yang logis. Untuk itu setiap siswa harus mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya agar kemampuan berpikir kritis tersebut terarah dan tersusun dengan baik. Namun kenyataannya saat ini siswa belum mampu memanfaatkan kemampuan berpikir kritisnya dalam menyelesaikan soal matematika. Hal ini disebabkan karena sebagian siswa hanya terpaku pada contoh yang diberikan oleh guru tanpa mengembangkan kemampuan berpikirnya mengenai konsep yang pernah dipelajari sebelumnya. Siswa juga enggan untuk bertanya tentang permasalahan yang mereka hadapi, sehingga ketika diadakan evaluasi terdapat kekeliruan dalam menjawab soal, khususnya materi aljabar pada mata pelajaran matematika kelas VIII di SMP Negeri 10 Gorontalo.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru pengajar mata pelajaran matematika, diketahui bahwa banyak siswa yang mengalami kekeliruan dalam mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan aljabar. Siswa tidak mampu mengidentifikasi atau mengenal masalah yang diberikan dalam soal. Siswa belum mampu mengembangkan kemampuan berpikirnya mengenai konsep yang pernah dipelajari sebelumnya. Siswa juga masih keliru dalam melakukan operasi aljabar yang terkait dengan konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, sehingga kesimpulan yang diberikan pun kurang tepat. Hal ini menunjukkan kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep pada materi aljabar sehingga menimbulkan anggapan bahwa rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan aljabar. Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik mengadakan suatu penelitian dengan judul “Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 10 Gorontalo pada Materi Aljabar”
METODOLOGI Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Gorontalo pada materi aljabar berdasarkan indikator berpikir kritis, diantaranya: mengenal masalah, menganalisis, mensintesis, dan menyimpulkan. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes dan wawancara. Subjek penelitian difokuskan pada siswa kelas VIII2 SMP Negeri 10 Gorontalo. Teknik analisis data dalam penelitian ini antara lain: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. 1) Reduksi Data (Data Reduction) Reduksi dilaksanakan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai suatu data dan akan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya. Reduksi data meliputi penyusunan, penyeleksian, penyederhanaan dan pengfokusan data yang diperoleh dari hasil kerja siswa dan wawancara, serta
membuang data yang tidak relevan dengan penelitian, lalu dicari tema dan polanya. 2) Penyajian Data (Data Display) Setelah proses reduksi data selesai, langkah selanjutnya adalah proses penyajian data. Pada tahap ini, data yang telah diseleksi dan disederhanakan disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Dalam penelitian data yang akan disajikan dalam penelitian berupa deskripsi mengenai kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada materi aljabar baik pada saat tes maupun wawancara sekaligus dengan proses kemampuan berpikir kritis matematikanya. 3) Penarikan Kesimpulan/ verifikasi (Conclusion Drawing/ Verification ) Verifikasi merupakan tahap penarikan kesimpulan hasil penelitian setelah tahapan penyajian data dilakukan. Data yang diperoleh akan disimpulkan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu menggambarkan dan menganalisis kemampuan dari subyek penelitian. Kesimpulan akan menjadi kredibel apabila didukung dengan temuan-temuan di lapangan berupa bukti-bukti yang valid dan konsisten.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil tes, diperoleh informasi tentang kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil tes ini kemudian direduksi dan disajikan berdasarkan indikator kemampuan berpikir kritis seperti terlihat pada sajian data berikut: 1) Indikator I: Kemampuan mengenal masalah Kemampuan mengenal masalah adalah kemampuan menerjemahkan masalah dalam simbol-simbol, mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui dan ditanyakan dalam soal. Kemampuan siswa dalam mengenal masalah pada setiap butir soal dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik 4.1 Kemampuan siswa dalam mengenal masalah
2) Indikator II: Kemampuan menganalisis Kemampuan menganalisis merupakan kemampuan menguraikan sebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui perorganisasian struktur tersebut, memahami sebuah konsep dengan cara menguraikan atau merinci masalah tersebut ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan terperinci. Deskripsi kemampuan siswa dalam menganalisis pada setiap butir soal dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 4.2 Kemampuan siswa dalam menganalisis
3) Indikator III: Kemampuan mensintesis Kemampuan mensintesis merupakan kemampuan yang menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru. Deskripsi kemampuan siswa dalam mensintesis pada setiap butir soal dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 4.3 Kemampuan siswa dalam mensintesis
1) Indikator IV: Kemampuan menyimpulkan Kemampuan menyimpulkan merupakan kemampuan peserta didik untuk memberdayakan pengetahuannya sedemikian rupa untuk memperoleh sebuah pemikiran atau pengetahuan baru berdasarkan proses analisis dan sintesis sebelumnya. Dalam menyimpulkan, siswa perlu mengenal masalah serta memecahkan masalah terlebih dahulu, sehingga kesimpulan yang diberikan tepat. Grafik 4.4 Kemampuan siswa dalam menyimpulkan
Berdasarkan analisis hasil tes, diperoleh informasi bahwa kemampuan berpikir kritis siswa khususnya pada materi aljabar tergolong sedang. Hal ini didukung dengan hasil wawancara terhadap 6 subjek yang terdiri dari 2 subjek berpredikat tinggi, 2 subjek berpredikat sedang, dan 2 subjek berpredikat rendah, yang dapat diuraikan sebagai berikut: a. Subjek dengan predikat tinggi Dari hasil tes dan wawancara RT-1 dan RT-2 dapat dilihat bahwa subjek mampu menyelesaikan setiap soal dengan benar. Subjek mampu mengenal masalah dengan baik, hal ini terlihat dari kemampuannya dalam memahami soal, subjek dapat menuliskan semua informasi yang diperolehnya dari soal serta dapat menerjemahkan permasalahan ke dalam bentuk aljabar. Kemudian subjek mampu menganalisis dan mensintesis setiap soal, hal ini terlihat dari langkah-langkah dalam menyelesaiakan soal dimana subjek dapat menguraikan informasi yang telah diperoleh sebelumnya menjadi bagian-bagian yang lebih rinci. Subjek juga menguasai konsep-konsep dasar aljabar seperti penjumlahan dan pengurangan antara suku-suku yang sejenis, perkalian maupun pembagian bentuk aljabar. Selain itu, subjek juga mampu memberikan kesimpulan berdasarkan proses analisis dan sintesis sebelumnya. b. Subjek dengan predikat sedang Berdasarkan hasil tes dan wawancara, subjek berpredikat sedang dapat menyelesaikan soal dengan baik. Subjek memahami konsep-konsep dasar aljabar, serta mampu memberikan alasan penggunaan konsep tersebut. Namun pada beberapa nomor seperti nomor 4, subjek belum dapat memahami soal, hal ini menyebabkan subjek mengalami kekeliruan dalam membuat pemisalan. Pada nomor 5a subjek kurang teliti dalam menjumlahkan, pada nomor 5b subjek tidak menguraikan hasil akhir, sehingga kesimpulan yang diberikan pun kurang tepat. Bahkan pada nomor-nomor tertentu subjek tidak memberikan jawabannya, hal ini disebabkan subjek masih merasa kesulitan menganalisis soal dan juga subjek belum menguasai beberapa konsep seperti pemfaktoran aljabar. Disini terlihat bahwa untuk beberapa indikator berpikir kritis belum bisa dicapai dengan baik.
c. Subjek dengan predikat rendah Subjek dengan predikat rendah tidak mampu menjawab setiap soal dengan baik. Subjek tidak dapat memahami maksud dari soal, hal ini menyebabkan subjek menglami kekeliruan dalam membuat pemisalan. Subjek tidak dapat menjelaskan alasan atas alternatif penyelesaian yang telah dikerjakan, sehingga terlihat bahwa subjek hanya menyelesaikan soal berdasarkan prosedur tanpa mengetahui maknanya. Untuk nomor-nomor tertentu subjek tidak memberikan jawaban, sebab subjek masih merasa kesulitan menganalisis soal dan juga kurangnya penguasaan terhadap materi aljabar dan materi prasyarat. Dari uraian di atas, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis khususnya pada materi aljabar, diantaranya: 1. Kemampuan memahami soal. Untuk dapat memahami maksud dari soal, maka terlebih dahulu siswa mengidentifikasi informasi-informasi yang diperlukan dalam pemecahan masalah. Setelah itu siswa perlu mengetehui maksud dibalik sesuatu yang tidak dinyatakan, yaitu dengan menghubungkan antara informasi yang telah didapatkan, mencari tahu keterkaitannya serta memberikan asumsiasumsi dan gagasan terhadap suatu persoalan. Sehingga jika siswa mampu memahami soal, maka akan lebih mudah dalam menentukan alternatif penyelesaian. 2. Penguasaan terhadap materi dan materi prasyarat. Penguasaan materi merupakan hal yang penting terutama untuk mendukung kemampuan berpikir kritis. Dalam menyelesaikan soal-soal bentuk aljabar, maka siswa harus menguasai konsep-konsep dasar aljabar seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, serta pemfaktoran. Penguasaan konsep aljabar juga harus disertai dengan penguasaan terhadap materi prasyarat seperti operasi bilangan bulat, FPB, KPK dan lain-lain. Dengan pengetahuan yang luas siswa akan lebih mudah menyelesaikan soal khususnya soal-soal yang berkaitan dengan materi aljabar. 3. Ketelitian. Selain memahami soal dan penguasaan terhadap materi, ketelitian juga sangat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis. Dalam menyelesaikan soal sering kali faktor ini diabaikan oleh siswa, padahal
ketelitian adalah kunci dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan matematika yang sangat mengutamakan ketepatan dan keakuratan.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kemampuan berpikir kritis siswa pada materi aljabar yang dilihat dari indikator kemampuan berpikir kritis, diantaranya: 1. Kemampuan siswa dalam mengenal masalah tergolong sedang. 2. Kemampuan siswa dalam menganalisis tergolong tinggi. 3. Kemampuan siswa dalam mensintesis tergolong sedang. 4. Kemampuan siswa dalam menyimpulkan tergolong rendah. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Gorontalo pada materi aljabar tergolong sedang. Hal ini didukung dengan hasil wawancara terhadap 6 subjek dimana hanya subjek dengan predikat tinggi saja yang memenuhi semua indikator kemampuan berpikir kritis. Sedangkan untuk subjek dengan predikat sedang belum memenuhi semua aspek indikator kemampuan berpikir kritis. Pada nomor-nomor tertentu, subjek
kurang
cermat
dalam
mengidentifikasi
permasalahan,
sehingga
mempengaruhi proses selanjutnya dimana masih terdapat kekeliruan dalam menganalisis, mensintesis, dan menyimpulkan. Subjek dengan predikat rendah tidak mampu memahami maksud dari soal sehingga subjek tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Pada beberapa nomor, subjek tidak memberikan jawaban, sebab kurangnya penguasaan terhadap materi aljabar dan materi prasyarat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis matematika khususnya pada materi aljabar, yaitu kemampuan dalam memahami soal, penguasaan terhadap materi aljabar dan materi prasyarat, serta ketelitian. 5.1 Saran Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan sebelumnya, maka peneliti menyampaikan beberapa saran diantaranya:
a. Bagi siswa diharapkan untuk dapat memperdalam pelajaran matematika melalui latihan-latihan soal agar dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya sehingga lebih mudah menyelesaikan soal-soal terutama yang berkaitan dengan materi aljabar. b. Kepada guru matematika agar selalu mengadakan latihan-latihan maupun tes kepada siswa baik pengetahuan dasar materi aljabar maupun soal-soal yang lebih kompleks sehingga kemampuan berpikir kritis siswa dapat terus terasah. Selain itu, para guru mata pelajaran matematika diharapkan mampu menerapkan sebuah metode atau strategi mengajar yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa agar siswa dapat menerima pelajaran dengan baik. c. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis matematika serta menerapkan metode atau strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika siswa.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2013. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Bito, Nursiya. 2009. Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk Sub Materi Pokok Prisma dan Limas di Kelas VIII SMP Negeri 11 Gorontalo. Tesis Magister Pendidikan Universitas Negeri Surabaya. Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media. Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. ISSN: 1312-565X Fisher, Alec. 2009. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga. Hartati. 2010. Pengembangan Alat Peraga Gaya Gesek untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. ISSN: 1693-1246. Jayadipura, Yadi. 2014. Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis Matematik. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung. Vol. 1. ISSN: 2355-0473. Safrudin, Yadi. 2014. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung. Vol. 1. ISSN: 23550473.
Santoso, Hadi. 2009. Pengaruh Penggunaan Laboratorium Riil dan Laboratorium Virtuil pada Pembelajaran Fisika ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Tesis, Program Pasca Sarjana (PPS) Universitas Sebelas Maret. Tidak diterbitkan. Sihotang, Kasdin. 2012. Critical thinking - Membangun Pemikiran Logis. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sukardi. 2011. Metode Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Susiyati. 2014. Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik dalam Pemecahan Masalah. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung. Vol. 1. ISSN: 2355-0473. Syahbana, Ali. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Kontekstual untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP. Edumatica Vol. 2. No. 2. ISSN: 2088-2157. Syahbana, Ali. 2012. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning. Edumatika Vol. 2. No. 2. ISSN: 2088-2157 Uno, Hamzah B. 2009. Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.