PEMBELAJARAN MEMBACA KRITIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 21 MALANG Nur Fitria Ardiyani1 Imam Agus Basuki2 Moch. Syahri2 Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang E-mail:
[email protected]
ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pembelajaran membaca kritis siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Malang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan (1) sumber belajar dan media pada RPP kurang tepat, (2) penentuan alokasi waktu kompetensi dasar pada prota dan promes kurang tepat, (3) materi yang disajikan guru lengkap dan siswa bekerja secara kelompok dan individu, (4) pengorganisasian alokasi waktu pelaksanaan kurang maksimal, (5) guru tidak memberikan tugas rumah kepada siswa (6) bacaan yang digunakan terlalu panjang. Kata Kunci: pembelajaran membaca kritis, membaca kritis. ABSTRACT: The objective of research is to describe the learning of critical reading by Grade VIII Students at SMP Negeri 21 Malang. Research method is qualitative descriptive. Result of research indicates that (1) the source and media of learning at RPP is not appropriate, (2) the allocation of base competency schedule in the annual program and semester program is also not appropriate, (3) the material presented by teacher is complete and the student is successfully working on the material in group and individual, (4) the organization of schedule allocation is not maximal, (5) teacher does not give homework assignment, and (6) the relevant reading material is too long to read. Keywords: learning of critical reading, critical reading
Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa adalah keterampilan membaca. Berhasil atau tidaknya siswa menguasai keterampilan membaca tergantung dari pembelajaran membaca yang dilakukan oleh siswa di kelas. Pembelajaran membaca bukan semata-mata dilakukan agar siswa mampu membaca, melainkan sebuah proses yang melibatkan seluruh aktivitas mental dan kemampuan berpikir siswa dalam memahami, mengkritisi dan mereproduksi sebuah wacana tertulis (Abidin, 2012:4). Siswa diharapkan tidak hanya membaca bacaan secara sekilas, akan tetapi juga memahami isi bacaan secara keseluruhan. Memahami isi bacaan dapat dilakukan dengan membaca kritis. Menurut Nurhadi (2009:99), membaca kritis adalah kegiatan mengolah bacaan secara kritis untuk mendapatkan pemahaman menyeluruh atas isi bacaan, yang kemudian diikuti oleh sikap yang tegas atas gagasan penulisnya. Pembelajaran membaca kritis di SMP merupakan dasar atau landasan membaca kritis untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi atau jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Seandainya dasar tersebut kurang kuat, pengaruhnya 1.
Nur Fitria Ardiyani adalah mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang, 2012. 2. Imam Agus Basuki dan Moch. Syahri adalah dosen Sastra Indonesia
1
2
cukup besar bagi siswa dan guru. Penelitian yang dilakukan oleh Yatmitraningsih (2011) dengan judul Kemampuan Membaca Kritis Siswa Kelas XI SMA Negeri I Wongsorejo Banyuwangi menyatakan bahwa kemampuan membaca kritis siswa SMA masih lemah. Hal tersebut dibuktikan dengan seluruh siswa tidak dapat mencapai skor standar ketuntasan minimal dalam uji kemampuan membaca kritis. Lemahnya kemampuan membaca kritis siswa SMA dapat disebabkan karena lemahnya pembelajaran membaca kritis yang dilakukan di SMA. Untuk meminimalkan kelemahan tersebut agar tidak berkelanjutan maka perlu diberikan perhatian yang lebih terhadap pembelajaran membaca kritis di SMP. Apabila pembelajaran membaca kritis di SMP sudah baik, pembelajaran membaca kritis di SMA pun dapat menjadi lebih baik dan lemahnya kemampuan membaca kritis siswa dapat dihindari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pembelajaran membaca kritis siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Malang. Secara lebih khusus, penelitian ini bertujuan untuk mendeksripsikan rancangan pembelajaran membaca kritis, pelaksanaan pembelajaran membaca kritis, dan penilaian pembelajaran membaca kritis. METODE Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini karena data yang dikumpulkan dalam bentuk kata-kata tertulis. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, karena penelitian ini bertujuan untuk mendeksripsikan data yang ada. Data yang dimaksud adalah pembelajaran membaca kritis siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Malang yang dilaksanakan pada tanggal 30 April 2012 dan tanggal 1 Mei 2012. Peneliti berkedudukan sebagai instrumen utama. Sebagai instrumen utama, peneliti merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan menjadi pelapor hasil penelitiannya (Moleong, 2011:168). Selain instrumen utama juga terdapat instrumen pendukung, yaitu pedoman analisis rancangan pembelajaran, pedoman observasi, dan pedoman wawancara. Data penelitian ini berupa data verbal tentang rancangan pembelajaran membaca kritis, pelaksanaan pembelajaran membaca kritis, dan penilaian pembelajaran membaca kritis. Datadata tersebut divalidasi melalui diskusi dengan ahli, yaitu dosen pembimbing. Sumber data rancangan pembelajaran adalah program tahunan (prota), program semester (promes), silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru sebelum mengajar. Selain itu, sumber data pelaksanaan pembelajaran membaca kritis adalah pengamatan interaksi kelas antara guru dan siswa yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dalam pelaksanaan pembelajaran. Sumber data penilaian pembelajaran membaca kritis adalah pengamatan interaksi kelas antara guru dan siswa dan studi dokumentasi berupa daftar nilai sebagai pelengkap. Data dikumpulkan dengan cara membaca perangkat rancangan pembelajaran, melakukan pengamatan pelaksanaan pembelajaran, melakukan pengamatan penilaian pembelajaran, dan melengkapi data dengan wawancara. Data rancangan pembelajaran membaca kritis yang dikhususkan pada RPP dianalisis dengan menggunakan pedoman analisis rancangan pembelajaran yang meliputi aspek (a) merumuskan indikator pembelajaran, (b) merumuskan tujuan
3
pembelajaran, (c) memilih/menentukan materi pembelajaran, (d) menentukan metode pembelajaran, (e) menyusun langkah-langkah pembelajaran, (f) menentukan sumber belajar pembelajaran, (g) menentukan media atau alat pembelajaran, (h) menyusun perangkat penilaian. Data pelaksanaan pembelajaran membaca kritis dianalisis dengan menggunakan kriteria analisis data pelaksanaan pembelajaran yang meliputi aspek kegiatan pendahuluan kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Aspek kegiatan pendahuluan meliputi membuka pelajaran, yaitu (a) apersepsi dan (b) penggunaan bahasa pengantar. Aspek kegiatan inti meliputi (a) penjelasan tujuan pembelajaran, (b) penjelasan materi pembelajaran, (c) penggunaan metode dan media pembelajaran, (d) mengaktifkan skemata siswa membaca siswa dan tindak lanjut kegiatan membaca, (e) aktivitas siswa, dan (f) penguasaan kelas. Aspek kegiatan pendahuluan meliputi (a) menyimpulkan hasil pembelajaran dan (b) refleksi.Data penilaian pembelajaran membaca kritis dianalisis dengan menggunakan kriteria analisis data penilaian pembelajaran yang meliputi aspek (a) penilaian proses, dan (b) penilaian hasil. Aspek penilaian proses meliputi teknik penilaian proses yang dilakukan guru. Aspek penilaian hasil meliputi (a) teknik penilaian hasil yang dilakukan guru, (b) keterlibatan siswa dalam penilaian teman sejawat, dan (c) penilaian hasil dialami oleh seluruh siswa dalam satu kali pembelajaran. Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan diskusi dengan ahli yaitu dosen pembimbing dan menggunakan bahan referensi berupa buku-buku yang relevan. Selain itu, alat-alat bantu perekam data dalam penelitian kualitatif, seperti kamera, handycam, alat perekam suara sangat diperlukan untuk mendukung keabsahan data yang telah ditemukan oleh peneliti. HASIL Rancangan Pembelajaran Membaca Kritis Sebelum melaksanakan pembelajaran membaca kritis, guru menyusun perangkat-perangkat rancangan pembelajaran yang terdiri dari, program tahunan (prota), program semester (promes), silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Guru cukup mempertimbangkan penentuan alokasi waktu kompetensi dasar dalam program tahunan. Semua kompetensi dasar pada program tahunan mendapat alokasi waktu yang berbeda. Demikian halnya dengan alokasi waktu pada program semester. Sistem penilaian yang tercantum dalam silabus sesuai dengan indikator pembelajaran. Namun dalam sumber belajar yang terdapat pada silabus, guru hanya mencantumkan media cetak. Dalam penyusunan RPP, guru mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, dan sumber belajar yang tercantum dalam silabus menjadi lebih rinci. Standar kompetensi membaca kritis yang tercantum dalam RPP adalah memahami ragam wacana tulis dengan membaca ekstensif, membaca intensif, dan membaca nyaring. Kompetensi dasar membaca kritis yang tercantum dalam RPP adalah menemukan informasi untuk bahan diskusi melalui membaca intensif. Dalam rancangan pembelajaran membaca kritis, terdapat delapan aspek yang patut diamati, yaitu (1) indikator pembelajaran, (2) tujuan pembelajaran, (3) materi pembelajaran, (4) metode pembelajaran, (5) langkah-langkah pembelajaran, (6) sumber pembelajaran, (7) media pembelajaran, serta (8) perangkat penilaian pembelajaran membaca kritis.
4
Indikator yang dirumuskan guru berdasarkan kompetensi dasar menemukan informasi untuk bahan diskusi melalui membaca intensif menggunakan kata kerja operasional dan dapat diukur. Rumusan indikator tersebut adalah (1) mampu membedakan kalimat fakta, opini/pendapat, dan kesimpulan, (2) mampu mendata fakta, opini/pendapat, dan kesimpulan, (3) mampu mendata informasi yang problematik dan atau kontradiktif dari bacaan, (4) mampu merumuskan masalah dari data yang diperoleh untuk bahan diskusi. Dalam menyusun tujuan pembelajaran, guru menyesuaikan tujuan pembelajaran dengan indikator serta mencantumkan pendidikan karakter dalam tujuan pembelajaran. Rumusan tujuan pembelajaran tersebut adalah (1) siswa mampu membedakan kalimat fakta, opini/pendapat, dan kesimpulan dengan cermat (Pendidikan Karakter: kecermatan), (2) siswa mampu menentukan kalimat fakta, opini/pendapat, dan kesimpulan dengan cermat (Pendidikan Karakter: kecermatan), (3) siswa mampu mendata informasi yang problematik dan atau kontradiktif dari bacaan (Pendidikan Karakter: teliti), (4) siswa mampu merumuskan masalah dari data yang diperoleh untuk bahan diskusi (Pendidikan Karakter: teliti). Materi pembelajaran membaca kritis yang ditentukan oleh guru dalam RPP runtut. Dimulai dari (1) membedakan kalimat fakta, opini, dan pendapat, (2) mendata informasi yang problematik dan atau kontradiktif dari bacaan, (3) merumuskan masalah dari data yang diperoleh untuk bahan diskusi. Metodemetode pembelajaran membaca kritis yang dicantumkan dalam RPP sesuai dengan tujuan pembelajaran dan materi pembelajaran. Metode-metode pembelajaran tersebut adalah (1) ceramah, (2) pemodelan, (3) diskusi kelompok, (4) tanya jawab, dan (5) inkuiri. Langkah-langkah pembelajaran membaca kritis yang direncanakan dalam RPP terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan penutup. Setiap langkah-langkah yang direncanakan mencantumkan metode dan alokasi waktu. Sumber belajar pembelajaran membaca kritis yang dicantumkan dalam RPP adalah Buku Bahasa Indonesia kelas VIII Penerbit Depdiknas Hal.137, lembar kerja kelompok, teks bacaan berjudul Pro dan Kontra Penundaan Kenaikan harga BBM, Mengembangkan Soft Skills Siswa Melalui Pembelajaran Kontekstual, dan Siapa Sudi Hentikan Ujian Nasional. Guru tidak mencantumkan media pembelajaran membaca kritis dalam RPP yang disusun dan hanya mencantumkan sumber belajar. Perangkat penilaian yang dicantumkan dalam RPP meliputi teknik yang berupa tes tulis, bentuk intrumen yang berupa soal uraian dan pilihan ganda, dan soal penilaian baik kelompok maupun individu. Selain penilaian hasil pembelajaran, dalam rancangan pembelajaran juga terdapat penilaian proses. Penilaian proses tersebut berupa rubrik penilaian kerja kelompok. Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Kritis Pelaksanaan pembelajaran membaca kritis dilaksanakan di kelas 8.5 dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan pada hari Senin tanggal 30 April 2012 dan pertemuan kedua dilakukan pada hari Selasa tanggal 1 Mei 2012. Kegiatan pendahuluan pertemuan pertama yang dilakukan pada pelaksanaan pembelajaran membaca kritis adalah guru membuka pelajaran dengan salam kemudian presensi. Setelah melakukan salam dan presensi, guru menjelaskan
5
tujuan pembelajaran dan mengaitkan tujuan pembelajaran dengan pengalaman siswa dalam berdiskusi. Selain itu, guru juga memberikan manfaat dari pembelajaran yang akan dilakukan. Selanjutnya guru menanyakan pemahaman siswa terhadap tujuan pembelajaran. Hal tersebut dilakukan guru dengan menanyakan kepada siswa tentang fakta dan opini. Kemudian guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan siswa. Langkah yang pertama adalah menentukan fakta dan opini. Kedua, menentukan kesimpulan yang ada dalam teks. Ketiga, menyimpulkan permasalahan yang menimbulkan problematika dan yang terakhir, merumuskan permasalahan menjadi kalimat tanya. Kegiatan inti dari pembelajaran membaca kritis pada pertemuan pertama terdiri dari 3 tahap, yaitu tahap prabaca, tahap membaca dan tahap pascabaca. Pada tahap prabaca, sebelum membaca sebuah teks bacaan, terlebih dahulu guru menjelaskan bahan ajar atau materi pembelajaran. Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan diselingi contoh-contoh yang dekat dengan kehidupan siswa, misalnya nama jalan sekolah. Pada tahap saat baca. setelah memberikan beberapa contoh dan menjelaskan materi, guru memberi siswa sebuah teks bacaan sebagai latihan. Akan tetapi sebelum meminta siswa membaca, terlebih dahulu guru mengulang materi yang sudah dijelaskan. Setelah membaca teks bacaan, siswa diberi tugas oleh guru untuk menemukan fakta dan opini yang terdapat dalam teks. Tahap pascabaca dilakukan siswa dengan mengerjakan tugas kelompok dan melakukan diskusi kelompok kecil. Setelah siswa membaca teks bacaan yang ditayangkan guru dalam slide dan berlatih menemukan informasi untuk bahan diskusi, kemudian guru memberikan lembar kerja siswa (LKS) yang didalamnya terdapat teks bacaan yang berjudul Mengembangkan Soft Skills Melalui Pembelajaran Kontekstual dan empat soal uraian. Siswa ditugaskan untuk menjawab empat soal uraian mengenai langkah-langkah menemukan informasi untuk bahan diskusi yang mengacu pada bacaan. Kegiatan penutup dilakukan dengan kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa. Guru menanyakan kepada siswa tentang kesulitan yang dialami oleh siswa, namun guru tidak menyimpulkan hasil pembelajaran membaca kritis pada pertemuan pertama. Kegiatan pendahuluan pertemuan kedua yang dilakukan pada pelaksanaan pembelajaran membaca kritis adalah guru membuka pelajaran dengan salam kemudian guru melakukan tanya jawab dengan siswa untuk mengingat materi pelajaran pada pertemuan pertama. Tahap prabaca kegiatan inti pembelajaran membaca kritis dalam pertemuan yang kedua dimulai dengan guru meminta siswa untuk berkumpul dengan kelompoknya masing-masing kemudian guru membagikan LKS hasil diskusi kelompok pada pertemuan pertama yang telah dikoreksi oleh guru. Hasil pekerjaan siswa dalam berdiskusi pada pertemuan pertama yang belum sempat dibahas, dibahas guru bersama siswa pada tahap prabaca pertemuan yang kedua. Guru meminta satu wakil dari beberapa kelompok untuk maju dan membacakan jawaban dari soal yang telah didiskusikan. Guru juga menginstruksikan kelompok lain untuk menanggapi jawaban yang disampaikan temannya. Tahap saat baca pembelajaran membaca kritis pada pertemuan yang kedua tidak dilakukan oleh guru dan siswa. Tahap pascabaca dilakukan guru dengan memberikan kuis atau tes kepada siswa berupa soal pilihan ganda yang berkaitan dengan materi menemukan informasi untuk bahan diskusi melalui membaca intensif. Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) yang
6
berisi teks bacaan berjudul Siapa Sudi Hentikan Ujian Nasional dan soal pilihan ganda yang berjumlah 20 butir. Guru menutup pembelajaran membaca kritis pada pertemuan kedua dengan memberikan komentar mengenai hasil kerja siswa. Setelah itu, guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang apa yang telah siswa dapatkan selama pembelajaran dan menyimpulkan pembelajaran. Penilaian Pembelajaran Membaca Kritis Penilaian yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran membaca kritis adalah penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian hasil terdiri dari penilaian kerja hasil kerja kelompok dan penilaian hasil kerja individu. Setelah melaksanakan pembelajaran, guru menjumlahkan nilai dari penilaian proses, nilai hasil kerja kelompok dan nilai penilaian hasil kerja individu dengan menggunakan pedoman pedoman penskoran. Hasil penjumlahan nilai-nilai disebut dengan nilai KD. Penilaian proses dilakukan guru pada waktu siswa berdiskusi, tentang bagaimana keaktifan siswa dalam berdiskusi, selain itu juga kecepatan siswa dalam mengerjakan tugas. Guru mengolah nilai dari penilaian proses dengan menggunakan sebuah rubrik penilaian. Penilaian hasil yang diberikan oleh guru terdiri dari penilaian kerja kelompok, penilaian kerja individu dan penilaian hasil akhir KD. Penilaian hasil kerja kelompok berupa soal uraian dan penilaian hasil kerja individu berupa soal pilihan ganda. Guru mengolah nilai dari penilaian hasil, baik penilaian hasil kerja kelompok dan penilaian hasil kerja individu dengan menggunakan rubrik penilaian dan pedoman penskoran. PEMBAHASAN Rancangan Pembelajaran Membaca Kritis Perangkat-perangkat rancangan pembelajaran membaca kritis yang disusun oleh guru telah lengkap, yakni program tahunan, program semester, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Secara keseluruhan, perangkat-perangkat rancangan tersebut telah sesuai dengan format penyusunan perangkat pembelajaran. Pada program tahunan terdapat satu kompetensi dasar yang kurang tepat penentuan alokasi waktunya. Pada kompetensi dasar menanggapi hal yang menarik dari kutipan novel remaja (asli atau terjemahan) waktu yang dialokasikan tidak cukup hanya dengan 2 x 40 menit. Hal itu dikarenakan cakupan materi pada kompetensi dasar menanggapi hal yang menarik dari kutipan novel remaja (asli atau terjemahan) cukup luas sehingga diperlukan alokasi waktu yang lebih banyak. Seperti halnya program tahunan, pada program semester guru kurang tepat menyesuaikan alokasi waktu. Kompetensi dasar yang mempunyai cakupan materi cukup luas mendapat alokasi waktu yang sedikit. Alokasi waktu pada masing-masing kompetensi dasar yang direncanakan oleh guru kurang memperhatikan rambu-rambu penentuan alokasi waktu. Priyatni dan Harsiati (2009: 22) menjelaskan bahwa rambu-rambu penentuan aplikasi waktu adalah sebagai berikut. 1) Cakupan atau ruang lingkup materi. Materi yang cakupan bahannya lebih luas diberikan alokasi waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan materi yang cakupan materinya lebih sempit. 2) Tingkat kesulitan materi. Materi yang sulit dan kompleks diberi alokasi waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan materi yang mudah atau sederhana.
7
3) Tingkat urgensi materi. Materi yang menempati posisi yang lebih penting diberikan alokasi waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan materi yang tidak atau kurang penting. 4) Kategori materi: teori dan atau praktik. Materi praktik diberikan alokasi waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan materi teori.
Indikator yang dirumuskan guru dalam silabus sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan kegiatan pembelajaran. Sistem penilaian yang tercantum juga sesuai dengan indikator yang dirumuskan. Hal itu sesuai dengan pendapat Mulyasa (2009:205), “penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator, dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri”. Namun, dalam silabus yang disusun oleh guru, sumber belajar yang dicantumkan tidak sesuai. Sumber belajar yang dicantumkan hanya berisi media cetak dan guru tidak menjelaskan sumber bahan secara lengkap. Menurut Majid (2011:61), salah satu cara menuliskan sumber bahan yaitu dengan menuliskan nama pengarang, tahun penerbitan, judul buku (digarisbawahi atau dicetak miring), tempat penerbitan, dan nama penerbit. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru mengacu pada kurikulum KTSP. Dalam penyusunan RPP, guru mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, dan sumber belajar yang tercantum dalam silabus menjadi lebih rinci. Pengembangan komponen pembelajaran silabus dalam penyusunan RPP yang dilakukan oleh guru merupakan tugas utama guru. Sesuai dengan pernyataan Mulyasa (2009:212), “tugas guru yang paling utama terkait dengan RPP berbasis KTSP adalah menjabarkan silabus ke dalam RPP yang lebih operasional dan rinci”. Setiap indikator yang dirumuskan guru menampakkan sub kompetensi dari kompetensi dasar, sehingga dapat dikatakan bahwa indikator yang dirumuskan pada rancangan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar. Indikator yang terdapat dalam rancangan pembelajaran membaca kritis dirumuskan dengan kata kerja operasional dan dapat diukur. Hal itu sesuai dengan pernyataan Majid, (2011:53), “indikator dirumuskan dengan kata kerja operasional yang bisa diukur dan dibuat instrumen penilaiannya”. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan guru sangat rinci dan sesuai dengan indikator yang tercantum dalam RPP. Hal itu sesuai dengan pendapat Sanjaya (2008:86), “dalam kurikulum yang berorientasi pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran itu juga biasa diistilahkan dengan indikator hasil belajar”. Selain itu, pendidikan karakter yang dicantumkan oleh guru juga sesuai dengan tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran yang dicantumkan dalam RPP runtut. Menurut Majid (2011:48), urutan penyajian materi pembelajaran berguna untuk menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya. Metode-metode pembelajaran membaca kritis yang dicantumkan dalam RPP sesuai dengan tujuan pembelajaran dan materi pembelajaran. Metode-metode tersebut adalah ceramah, pemodelan, diskusi kelompok, tanya jawab, dan inkuiri. Guru beralasan bahwa materi kompetensi dasar menemukan informasi untuk bahan diskusi merupakan materi yang baru sehingga memerlukan metode ceramah dalam menyampaikan materi. Alasan guru tersebut sesuai dengan pendapat Majid (2011:138), salah satu pertimbangan seorang guru menggunakan metode ceramah
8
adalah anak benar-benar memerlukan penjelasan, misalnya karena bahan baru atau guna menghindari kesalahpahaman. Metode pemodelan tidak diutamakan dalam pembelajaran membaca kritis. Pembelajaran membaca kritis lebih ditekankan pada keterampilan siswa dalam menemukan informasi untuk bahan diskusi. Diskusi yang dicantumkan dalam RPP digunakan sebagai metode sekaligus sebagai materi. Diskusi digunakan sebagai materi karena guru juga mengamati proses dalam diskusi. Metode tanya jawab yang dicantumkan dalam RPP dapat digunakan sebagai bentuk interaksi belajar mengajar antara guru dengan siswa. Inkuiri bukanlah merupakan metode pembelajaran melainkan strategi pembelajaran. Menurut Sanjaya (2008:127), strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Lebih lanjut Sanjaya (2008:196) mengungkapkan strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Langkah-langkah pembelajaran membaca kritis direncanakan dalam dua kali pertemuan. Setiap pertemuan berlangsung selama 2x40 menit. Dalam menyusun langkah-langkah pembelajaran dalam RPP, guru mencantumkan langkah-langkah pembelajaran mulai dari kegiatan awal, inti, dan penutup. Secara singkat, kegiatan pendahuluan meliputi (a) menarik perhatian terhadap pelajaran yang diberikan, (b) menginformasikan tujuan yang telah ditetapkan kepada siswa, (c) membangkitkan minat dan motivasi siswa, dan (d) meninjau kembali pelajaran yang lalu (Setyosari, 2001: 76). Kegiatan pendahuluan yang tercantum dalam RPP sesuai dengan teori tersebut. Kegiatan inti memfokuskan pada kegiatan kelompok dan kegiatan individu. Kegiatan penutup berisi tentang kegiatan menyimpulkan pelajaran, melakukan refleksi, serta pemberian komentar dan nilai oleh guru pada hasil kerja siswa. Majid (2011:61) menyatakan salah satu cara menuliskan sumber bahan yaitu dengan menuliskan nama pengarang, tahun penerbitan, judul buku (digarisbawahi atau dicetak miring), tempat penerbitan, dan nama penerbit. Dari hasil analisis data, ditemukan bahwa guru hanya mencantumkan judul bacaan pada sumber belajar, tidak mencantumkan sumber bacaan secara lengkap seperti yang dikemukakan oleh teori tersebut. Guru mencantumkan lembar kerja kelompok dalam sumber belajar, seharusnya lembar kerja kelompok terdapat pada penilaian, bukan pada sumber belajar. Media pengajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajarmengajar (Ibrahim dan Syaodih, 2003:112). Guru tidak mencantumkan media pembelajaran dalam RPP dan guru hanya mencantumkan sumber belajar. Suatu penilaian dikatakan menyeluruh apabila penilaian yang digunakan mencakup proses maupun hasil belajar serta menggambarkan perubahan tingkah laku, tidak saja dalam ranah kognitif, tetapi termasuk pula ranah afektif dan ranah psikomotor (Ismawati, 2011:42). Penilaian yang tercantum dalam RPP sesuai dengan teori tersebut. Guru menyusun perangkat penilaian proses dan penilaian hasil. Namun ranah yang digunakan dalam penilaian hanya ranah kognitif dan ranah afektif, tidak terdapat ranah psikomotor.
9
Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Kritis Pelaksanaan pembelajaran membaca kritis berdasarkan hasil penelitian terdiri dari kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Dalam kegiatan inti terdapat tiga tahapan, yaitu tahap prabaca, tahap saat baca, dan tahap pascabaca. Guru membuka pelajaran dengan salam, mengecek kehadiran siswa atau presensi dan apersepsi. Apersepsi dilakukan guru dengan menanyakan pada siswa mengenai kesulitan yang dialami siswa dalam berdiskusi pada mata pelajaran lain. Hal itu dilakukan guru untuk menyamakan persepsi siswa terhadap materi pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Sesuai dengan pendapat Majid (2011:104), apersepsi dilakukan untuk mengetahui sejauhmana kemampuan awal yang dimiliki siswa. Pada kegiatan inti, berbagai aktivitas dilakukan siswa agar dapat menguasai ketrampilan membaca kritis. Akan tetapi, pengorganisasian alokasi waktu yang kurang tepat dilakukan oleh guru sehingga membuat pelaksanaan kegiatan inti berlangsung kurang maksimal. Kegiatan yang dilakukan guru pada tahap prabaca adalah kegiatan tanya jawab membahas materi pelajaran. Materi pelajaran yang disampaikan oleh guru sangat lengkap dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Akan tetapi, dalam menjelaskan materi guru kurang memperhatikan alokasi waktu serta terlalu banyak memberikan contoh. Setelah tahap prabaca, tahap berikutnya adalah tahap saat baca. Tahap saat baca dimulai dengan aktivitas membaca teks dalam hati, kemudian menjawab soal menemukan fakta dan opini dalam bacaan, dan membahas hasil jawaban siswa. Guru memulai aktivitas membaca kritis dengan membaca dalam hati merupakan langkah yang tepat. Sesuai dengan penjelasan Somadayo (2011:37), pelaksanaan kegiatan pada tahap saat baca dapat dilakukan dengan menggunakan teknik skimming yaitu siswa dituntut membaca dalam hati dan kemudian mengidentifikasi pendapat orang (opini). Pada kegiatan pascabaca guru memberikan tugas kepada siswa, baik tugas kelompok maupun tugas individu. Kegiatan yang dilakukan guru tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Somadayo (2011:38), salah satu cara yang bisa dikembangkan pada kegiatan pascabaca adalah siswa diberi kesempatan mengerjakan tugas-tugas untuk meningkatkan pemahaman isi bacaan. Akan tetapi pada kegiatan pascabaca, guru tidak membahas hasil diskusi kelompok yang dilakukan siswa karena keterbatasan waktu. Pada kegiatan penutup, guru memulai dengan memberikan komentar mengenai hasil kerja siswa. Selanjutnya guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang apa yang telah siswa dapatkan selama pembelajaran atau refleksi. Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan (Ismawati, 2011:119). Penilaian Pembelajaran Membaca Kritis Penilaian yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran, guru juga menggunakan penilaian proses dan penilaian hasil dalam pembelajaran membaca kritis. Penilaian proses dilakukan guru pada saat siswa berdiskusi. Pada saat siswa berdiskusi kelompok kecil, guru mengamati masing-masing kelompok dan menilai proses berdiskusi. Kriteria yang digunakan guru dalam melakukan penilaian proses adalah keaktifan siswa berdiskusi. Hal itu sesuai dengan pendapat Sudjana (2010:65), salah satu
10
kriteria yang digunakan dalam menilai proses belajar mengajar adalah keaktifan siswa. Penilaian hasil yang dilakukan dalam pembelajaran berupa tes tertulis pada tugas kelompok dan tugas individu. Pada tugas kelompok berupa tes uraian dan tugas individu berupa tes pilihan ganda. Secara umum tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan katakata dan bahasa sendiri (Sudjana, 2010:35). Akan tetapi, aktivitas yang kurang dilakukan guru, yaitu memberikan tugas rumah kepada siswa sebagai bentuk aplikasi siswa terhadap materi yang telah diperoleh dari pembelajaran di sekolah. Dalam memilih teks bacaan yang digunakan dalam tes, baik tes uraian maupun tes pilihan ganda, guru menggunakan bacaan yang cukup panjang. Bacaan yang panjang dapat menyebabkan siswa merasa kesulitan dalam memahami isi bacaan. Hal itu sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Burns (dalam Somadayo, 2011:41), wacana yang diteskan sebaiknya tidak terlalu panjang, beberapa wacana yang pendek lebih baik daripada sebuah wacana yang panjang. Standar Ketuntasan Minimal yang ditetapkan oleh guru untuk kompetensi dasar menemukan informasi untuk bahan diskusi melalui membaca intensif adalah 75. Jumlah siswa dalam satu kelas adalah 44 siswa dan terdapat 12 siswa yang mendapat nilai dibawah SKM. Apabila terdapat siswa yang tidak memenuhi nilai SKM, biasanya guru melakukan remedial atau melakukan penugasan. Selain melakukan penugasan pada siswa yang tidak memenuhi SKM, guru juga melakukan penugasan terhadap siswa yang tidak masuk pada saat pembelajaran berlangsung. Data ini diperoleh dari hasil wawancara antara peneliti dengan guru. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan dalam penelitian, hasil penelitian tentang pembelajaran membaca kritis dapat disimpulkan bahwa perangkat-perangkat rancangan pembelajaran membaca kritis yang disusun oleh guru telah lengkap, yakni program tahunan, program semester, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Secara keseluruhan, perangkatperangkat rancangan tersebut telah sesuai dengan format penyusunan perangkat pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran membaca kritis dilaksanakan di kelas 8.5 dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan pada hari Senin tanggal 30 April 2012 dan pertemuan kedua dilakukan pada hari Selasa tanggal 1 Mei 2012. Pelaksanaan pembelajaran membaca kritis terdiri dari kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Materi yang disajikan guru lengkap dan siswa bekerja secara kelompok dan individu. Akan tetapi, pengorganisasian alokasi waktu yang dilakukan guru kurang maksimal. Sehingga menyebabkan pembelajaran membaca kritis tidak sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Penilaian yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran. Guru menggunakan penilaian proses dan penilaian hasil dalam pembelajaran membaca kritis. Akan tetapi, guru tidak memberikan tugas rumah kepada siswa. Bacaan yang digunakan dalam tugas kelompok dan tugas individu terlalu panjang sehingga menyulitkan siswa. Standar
11
Ketuntasan Minimal yang ditetapkan oleh guru untuk kompetensi dasar menemukan informasi untuk bahan diskusi melalui membaca intensif adalah 75. Apabila terdapat siswa yang tidak memenuhi nilai SKM, guru melakukan remedial. Guru juga melakukan penugasan terhadap siswa yang tidak masuk pada saat pembelajaran berlangsung. Saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan simpulan penelitian, saran yang relevan untuk dikemukakan bagi guru bahasa Indonesia dan peneliti selanjutnya adalah hendaknya guru lebih memperhatikan penentuan alokasi waktu yang terdapat pada program tahuan dan program semester dan lebih mempelajari materi tentang sumber belajar dan media pembelajaran. Sebaiknya guru lebih memperhatikan alokasi waktu yang digunakan dan mengelola kelas dengan lebih efektif. Guru juga sebaiknya menggunakan metode yang lebih bervariasi dalam pembelajaran membaca. Selain itu, interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa hendaknya tidak dilakukan secara satu arah saja. Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya misalnya akan mengadakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau penelitian pengembangan. Peneliti selanjutnya hendaknya dapat mengembangkan bahan ajar, strategi atau media yang dapat meningkatkan pembelajaran membaca kritis.
DAFTAR RUJUKAN Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama. Ibrahim & Syaodih. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Ismawati, Esti. 2011. Perencanaan Pengajaran Bahasa. Surakarta: Yuma Pustaka. Majid, Abdul. 2011. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Moleong, Lexy J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa, Enco. 2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Nurhadi. 2009. Dasar-dasar Teori Membaca. Malang: Universitas Negeri Malang. Priyatni, Endah Tri dan Titik Harsiti. 2009. Buku petunjuk Teknis Praktik Pengalaman Lapangan. Malang: UPT Program Pengalaman Lapangan. Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Setyosari, Punaji. 2001. Rancangan Pembelajaran: Teori dan Praktek. Malang: Elang Mas. Somadayo, 2011. Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
12
Yatmitraningsih, Dimas. 2011. Kemampuan Membaca Kritis Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Wongsorejo-Banyuwangi. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.