1 DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 TIBAWA Ingko Humonggio, Nurhayati Abbas, Yamin Ismail Jurusan Matematika, Program Studi S1. Pend. Matematika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected]
ABSTRAK Ingko Humonggio, NIM. 411409109. โDeskripsi Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Pada Materi Kubus Dan Balok di Kelas VIII SMP Negeri 1 Tibawaโ. Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo, 2013. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VIII pada materi kubus dan balok di SMP Negeri 1 Tibawa, Kabupaten Gorontalo. Data dalam penelitian ini berupa data hasil tes kemampuan komunikasi matematika siswa. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan komunikasi matematika adalah tes berbentuk uraian, yang terdiri dari enam butir soal. Instrumen yang digunakan telah valid dan reliabel seluruh butirnya sesuai pada data hasil uji coba. Sesuai hasil perhitungan dengan uji statistik korelasi Product Moment diketahui nilai rhitung untuk tiap butirnya melebihi rhitung/kritis pada taraf nyata ๐ผ = 5% dengan jumlah responden n = 27. Dari data hasil uji coba yang dilakukan juga diperoleh nilai tingkat reliabilitas kemampuan komunikasi matematika sebesar 0,381 atau dapat diinterpresentasikan tingkat reliabilitas yang sedang (mengikuti patokan yang dikemukakan oleh Guilfrod). Dengan demikian keenam butir soal tes komunikasi matematika dapat digunakan sebagai instrumen dalam penelitian Kata kunci : Kemampuan Komunikasi matematika, Matematika, Kubus, Balok.
I.
PENDAHULUAN Matematika sebagai alat bagi ilmu yang lain sudah cukup dikenal dan sudah tidak
diragukan lagi. Matematika bukan hanya sekedar alat bagi ilmu, tetapi lebih dari itu matematika adalah bahasa. Matematika merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artifisial yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya, tanpa itu matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. Ini artinya matematika merupakan sebuah cara mengungkapkan atau menerangkan dengan cara tertentu. Dalam hal ini yang dipakai oleh bahasa matematika ialah dengan menggunakan simbol-simbol. Matematika merupakan bahasa, artinya matematika tidak hanya sekedar alat bantu berfikir, alat untuk menemukan pola, tetapi matematika juga sebagai wahana komunikasi
2 antar siswa dan komunikasi antara guru dengan siswa. Komunikasi dalam matematika dan pembelajaran matematika menjadi sesuatu yang diperlukan seperti yang diungkapkan oleh Lindquist (dalam Mahmudi, 1996 : 178), jika kita sepakat bahwa matematika itu merupakan suatu bahasa dan bahasa tersebut sebagai bahasan terbaik dalam komunitasnya, maka mudah dipahami bahwa komunikasi merupakan esensi dan mengajar, belajar, dan mengasses matematika. Komunikasi merupakan bagian yang sangat penting pada matematika dan pendidikan matematika. Ketika siswa ditantang berfikir tentang matematika dan mengkomunikasikan hasil pikiran mereka secara lisan atau dalam bentuk tulisan, berarti mereka sedang belajar menjelaskan dan menyakinkan apa yang ada didalam benak mereka. Seorang siswa memperoleh informasi berupa konsep matematika yang diberikan guru maupun yang diperoleh dan bacaan, maka saat itu terjadi transformasi informasi matematika dan sumber kepada siswa tersebut. Siswa akan memberikan respon berdasarkan interpretasinya terhadap informasi itu. Masalah yang sering timbul adalah respon yang diberikan siswa atas informasi yang diterimanya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini mungkin terjadi karena karakteristik dan matematika yang sarat dengan istilah dan simbol, sehingga tidak jarang ada siswa yang mampu menyelesaikan soal matematika dengan baik, tetapi tidak mengerti apa yang sedang dikerjakannya. Pada umumnya, pembelajaran matematika dilakukan guru kepada siswa adalah dengan tujuan siswa dapat mengerti dan menjawab soal yang diberikan oleh guru, tetapi siswa tidak pernah atau jarang sekali dimintai penjelasan asal mula mereka mendapatkan jawaban tersebut. Sehingga siswa jarang sekali berkomunikasi dalam matematika. Apabila siswa terlibat aktif dalam proses belajar, mereka akan lebih mampu membangun gagasan, ide, dan konsep matematika. Sehingga siswa akan memiliki konsep atas topik matematika tersebut. Selain itu, mereka juga dapat mengembangkan skill-skillnya. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Permendiknas Nomor 23 tahun 2006) yaitu mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan: (1)
Memahami
konsep
matematika,
menjelaskan
keterkaitan
antar
konsep
dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
3 masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah, (5) Memiliki sifat menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Mencermati kembali Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Permendiknas Nomor 23 tahun 2006) seperti yang telah dikemukakan diatas, siswa dituntut aktif dalam pembelajaran sehingga siswa secara tidak langsung harus dapat mengkomunikasikan hasil belajar baik secara tulisan maupun lisan. Namun kenyataan yang ada, siswa sulit untuk aktif karena keterbatasan kemampuan berkomunikasi matematika sehingga guru yang aktif dalam pembelajaran. Dalam kurikulum matematika, geometri menempati posisi khusus karena banyaknya konsep-konsep yang termuat di dalamnya. Pada dasarnya geometri mempunyai peluang yang lebih besar untuk dipahami siswa dibandingkan dengan cabang matematika yang lain. Hal ini karena ide-ide geometri sudah dikenal oleh siswa sejak sebelum mereka masuk sekolah, misalnya garis, bidang dan ruang. Penerapan teori Van Hiele memberikan dampak yang positif dalam pembelajaran geometri khususnya pada materi kubus dan balok. Pembelajaran yang menekankan pada tahap belajar Van Hiele dapat membantu perencanaan pembelajaran dan memberikan hasil yang memuaskan. Siswa menunjukkan tingkah laku yang konsisten dalam tingkat berpikir geometri sesuai dengan tingkatan berpikir Van Hiele. Menurut teori Van Hiele (Suherman, dkk, 2003 : 51), seseorang akan melalui lima tahap perkembangan berpikir dalam belajar geometri. Kelima tahap perkembangan berpikir Van Hiele adalah tahap pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi, dan keakuratan. Meskipun demikian, bukti-bukti di lapangan menunjukkan bahwa hasil belajar geometri masih rendah dan perlu ditingkatkan. Bahkan, diantara berbagai cabang matematika, geometri menempati posisi yang paling memprihatinkan. Salah satu masalah yang ada saat ini adalah siswa SMP kesulitan dalam pembelajaran geometri khususnya pada materi kubus dan balok. Kesulitan siswa yang mendasar adalah memahami konsep-konsep geometri terutama pada konsep bangun ruang kubus dan balok. Siswa menganggap gambar bangun ruang sebagai bangun datar. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan apa yang diketahui dalam soal masih rendah.
4 Masalah yang dihadapi oleh siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Tibawa tidak jauh beda dengan masalah yang dihadapi siswa SMP pada umumnya. Dari hasil observasi pembelajaran siswa kelas VIII pada materi kubus dan balok SMP Negeri 1 Tibawa, diperoleh bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa dalam pokok bahasan ini masih rendah khususnya membedakan
gambar
bangun
ruang
dengan
bangun
datar
siswa
belum
bisa
mengkonstruksikan pengetahuan dan pemahamannya. Kemampuan berasal dari kata โmampuโ yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebihan). Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan (Depdikbud, 1999 : 623). Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa atau sanggup melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia 1998, komunikasi berasal dari bahasa latin โcommunisโ yang artinya โsamaโ dalam arti โsama maknaโ mengenai satu hal. Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI dalam Zainab, 1996) secara terminology, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pesan dari seseorang kepada orang lain. Dalam pembelajaran komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan melalui saluran atau media tertentu. Kalau kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya. Komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa dialog atau saling hubungan yang terjadi di lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian suatu masalah. Pihak yang terlibat dalam peristiwa komunikasi di dalam kelas adalah guru dan siswa. Cara pengalihan pesannya dapat secara lisan maupun tertulis. Kemampuan komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa dialog atau saling hubungan yang terjadi di lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian suatu masalah. Pihak yang terlibat dalam peristiwa komunikasi di dalam kelas adalah guru dan siswa. Cara pengalihan pesannya dapat secara lisan maupun tertulis.
5 Sedangkan menurut Sumarmo (2003) komunikasi matematis meliputi kemampuan siswa : 1) Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam idea matematika. 2) Menjelaskan idea, situasi dan relasi matematik secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar. 3) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika. 4) Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika. 5) Membaca dengan pemahaman atau presentasi matematika tertulis. 6) Membuat konjektur, menyusun argument, merumuskan definisi dan generalisasi. 7) Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari. Dari beberapa definisi di atas dapat kita simpulkan kemampuan komunikasi matematika adalah kemampuan siswa membaca wacana matematika dengan pemahaman, mampu mengembangkan bahasa dan simbol matematika sehingga dapat mengkomunikasikan secara lisan dan tulisan, mampu menggambarkan secara visual dan merefleksikan gambar atau diagram ke dalam ide matematika, mampu merumuskan dan mampu memecahkan masalah melalui penemuan. II.
METODE PENULISAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Tibawa pada siswa kelas VIII Semester
Genap Tahun Ajaran 2012/2013. Waktu penelitian ini dilaksanakan selama ๏ฑ 2 bulan (Meiโ Juni) dimulai dari persiapan sampai penyusunan laporan akhir. Variabel yang menjadi fokus pembicaraan atau inti yang dibicarakan adalah kemampuan komunikasi matematika ditinjau pada materi kubus dan balok. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 1 Tibawa kelas VIII yang berjumlah 27 siswa. Apabila populasinya kurang dari 100 maka yang menjadi sampel adalah keseluruhan dari populasi tersebut atau disebut dengan sampel total dan jika populasinya lebih dari 100 maka diambil beberapa populasi yang menjadi sampelnya. Pada kesempatan ini, peneliti ini mengambil sampel berjumlah 54 siswa. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes. Tes kemampuan komunikasi matematika ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan (2) Ketuntasan belajar individual siswa, dan (3) Persentase ketuntasan belajar. Selain itu tes komunikasi matematika juga bertujuan untuk memperoleh gambaran kemampuan komunikasi matematika siswa. Pemberian tes sebagai alat bantu
6 untuk mengumpulkan data dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sudah memenuhi syarat-syarat sebagai alat ukur yang baik, yaitu validasi dan reliabilitas. Reliabilitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mendeteksi apakah instrumen yang digunakan untuk menjaring data benar-benar meyakinkan sebagai instrument pengumpul data. Pengujian validasi tes lebih dititik beratkan pada uji kesejajaran skor antar item dengan skor total dari item, dimana dalam penyusunannya tolak ukur yang digunakan berasal dari indikator-indikator yang ada. Perhitungan koefisien validasi dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yakni instrumen untuk mengukur kemampuan komunikasi matematika pada mata pelajaran matematika, khususnya pada materi kubus dan balok. Instrumen tersebut berbentuk tes. Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Komunikasi adalah cara untuk berbagi (sharing) ide, gagasan dan mengklarifikasi pemahaman kepada sesama. komunikasi matematik adalah kemampuan memahami, menafsirkan, dan menilai ide yang disajikan dalam tulisan, lisan, atau dalam bentuk visual. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematika adalah kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan ide matematik kepada orang lain, dalam bentuk lisan, tulisan, atau diagram sehingga orang lain memahaminya. Dalam penelitian ini akan menyelidiki kemampuan komunikasi siswa secara tertulis. Merujuk dari indikator diatas, indikator yang digunakan dalam penelitian ini untuk meneliti kemampuan komunikasi matematika secara tertulis pada materi kubus dan balok anatara lain: 1. Kemampuan mendemonstrasikan ide-ide matematika serta menggambarkannya secara visual. 2. Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematika baik secara lisan maupun dalam bentuk visual lainnya. 3. Kemampuan
menggambarkan
hubungan-hubungan
dan
model-model
situasi
matematika. 4. Kemampuan dalam menggunakan simbol matematika dan struktur strukturnya untuk menyajikan ide. Skor kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah mengalami proses interaksi pembelajaran matematika yang dapat diukur menggunakan tes kemampuan komunikasi matematika pada materi kubus dan balok dengan indikator Kemampuan mendemonstrasikan ide-ide matematika serta menggambarkannya secara visual; Kemampuan memahami,
7 menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematika baik secara lisan maupun dalam bentuk visual lainnya; Kemampuan menggambarkan hubungan-hubungan dan model-model situasi matematika; Kemampuan dalam menggunakan simbol matematika dan strukturstrukturnya untuk menyajikan ide.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, peneliti menyusun instrumen dalam bentuk tes uraian atau essay
yang berjumlah 6 butir soal yang dilengkapi dengan rubrik penilaian dengan skor tertinggi yang harus dicapai siswa adalah 23. Untuk menguji bentuk tes dan reliabilitas tes sebagai pengumpul data yang utama maka peneliti melakukan uji coba tes kepada 27 responden di kelas lain yang setara dengan kelas penelitian. Dalam penelitian ini, penguian validasi tes dilakukan dalam bentuk validasi isi. Dimana dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Dengan melihat harga ๐๐๐๐๐ก๐๐ dan membandingkannya dengan ๐๐๐๐ก๐ข๐๐ masingmasing item soal dan semua soal valid dan cukup baik untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Dari hasil perhitungan di peroleh varians total 3,270, dan reliabilitas tes ๐11 = 0,228. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tes reliable yang berarti dapat digunakan sebagai alat pengumpul data pada penelitian ini.
IV.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut : Secara umum tingkat kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII SMP Negeri I Tibawa masih rendah. Hal ini didasarkan pada temuan-temuan peneliti dalam masing-masing indikator sebagai berikut : 1. Kemampuan mendemonstrasikan ide-ide matematika serta menggambarkannya secara visual. Pada kemampuan mendemonstrasikan ide-ide matematika serta menggambarkannya secara visual peneliti menemukan, dari banyaknya siswa yang menjawab soal menuntut mereka berkomunikasi secara tertulis yaitu 27 siswa, yang mampu menjawab soal dengan benar dan lengkap hanya 18 orang siswa. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri I Tibawa, kemampuan mereka dalam mendemonstrasikan gambar kubus dan balok secara visual pada soal nomor satu sudah cukup baik.
8 2. Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematika baik secara lisan maupun dalam bentuk visual lainnya. Pada kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematika baik secara lisan maupun dalam bentuk visual lainnya peneliti menemukan, dari banyaknya siswa yang menjawab soal menuntut mereka berkomunikasi secara tertulis yaitu 27 siswa, yang mampu menjawab soal dengan benar dan lengkap 38 orang siswa. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri I Tibawa, kemampuan mereka dalam menjelaskan suatu situasi atau ide dari kegiatan yang dilakukan secara tertulis sudah cukup baik. 3. Kemampuan
menggambarkan
hubungan-hubungan
dan
model-model
situasi
matematika. Pada kemampuan menggambarkan hubungan-hubungan dan model-model situasi matematika peneliti menemukan, dari banyaknya siswa yang menjawab soal yang menuntut mereka berkomunikasi secara tertulis yaitu 27 siswa, yang mampu menjawab soal dengan benar dan lengkap ada 21 orang siswa. Hal ini menunjukan bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri I Tibawa, kemampuan mereka dalam menggambarkan hubungan-hubungan dan model-model situasi matematika sudah cukup baik. 4. Kemampuan dalam menggunakan simbol matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide. Pada kemampuan dalam menggunakan simbol matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide, peneliti menemukan dari banyaknya siswa yang menjawab soal yang menuntut mereka berkomunikasi secara tertulis yaitu 27 siswa, yang mampu menjawab soal dengan benar dan lengkap, perhitungannya benar serta penjelasan yang ditunjukkan tepat dan benar ada 12 orang siswa. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri I Tibawa, kemampuan mereka dalam perhitungan menentukan volume kubus dan balok masih rendah. Berdasarkan simpulan hasil penelitian di atas, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut: 1. Bagi guru Diharapkan kepada guru-guru matematika, dalam hal pembelajaran saatnya menggunakan paradigma pengoptimalan potensi siswa, baik potensi intelektual maupun fisik, mereka harus menjadi pelajar yang aktif, berani ditantang untuk
9 menerapkan pengetahuan umum dan pengalaman baru mereka, dalam kondisi yang sulit sekalipun. Berbagai pendekatan pembelajaran harus mendorong siswa dalam proses pembelajaran, bukan hanya sekedar mentransfer informasi kepada siswa. 2. Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan dalam meneliti kemampuan komuniksi matematis siswa ditinjau dari tingkat kemampuan berkomunikasi matematis.
10 DAFTAR PUSTAKA
Agus, Nuniek Avianti. 2008. Mudah Belajar Matematika 2 untuk kelas VIII SMP/MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan. Aisyah, Nymas dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Depdiknas. Tersedia
:
httpstaff.uny.ac.idsitesdefaultfilesPengembanganPembelajaranMatematika_UNI T_4_0.pdf (Diakses 22 April 2013) Ambarjaya, Beni S. 2012. Psikologi Pendidikan Dan Pengajaran Teori Dan Praktik. Yogyakarta : CAPS. Arikunto, Suharsimi.2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi VI). Jakarta : Rineka Cipta. Hadi, Syaiful. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematika Melalui Model Think Talk Write (Ttw)
Peserta
Didik
Smpn
1
Manyar
Gresik.
Tersedia
http://jurnal.upi.edu/file/3-Syaiful_Hadi.pdf ( Diakses : 1 April 2013 )
: