KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK Rois U Rias, Sumarno Ismail, Franky A.Oroh Jurusan Pendidikan Matematika, Program Studi S1. Pend. Matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Rois U Rias, 2013. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada Materi Kubus dan Balok (Suatu Penelitian di SMP Negeri 1 Suwawa Kelas VIII). Skripsi, Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I: Drs. Sumarno Ismail, M.Pd dan Pembimbing II: Drs. Franky A. Oroh, M.Si Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana kemampuan komunikasi matematis peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 1 Suwawa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan penelitian berupa tes dalam bentuk uraian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis peserta didik pada kegiatan pembelajaran matematika kelas VIII di SMP Negeri 3 Gorontalo tergolong dalam kategori mampu. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata kemampuan menulis matematis sebesar 66.756 %. Rata-rata kemampuan menggambar matematis sebesar 66.667 % dan rata-rata kemampuan ekspresi matematis sebesar 46.53 %. Sehingga rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa sebesar 59.983 % โ 60 %. Sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa SMP Negeri 1 Suwawa kelas VIII pada materi kubus dan balok tergolong dalam kategori cukup mampu. Kata kunci : kemampuan, komunikasi matematis. PENDAHULUAN Salah satu aspek penting yang menjadi tujuan pembelajaran matematika adalah kemampuan komunikasi. Kemampuan komunikasi dalam matematika sangat penting dimiliki oleh siswa, hal ini karena matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi secara cermat dan tepat. Selain itu, kemampuan komunikasi juga sangat penting dalam aktivitas dan penggunaan matematika yang dipelajari peserta didik. Aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas peserta didik baik dalam mengkomunikasikan matematika itu sendiri maupun dalam upaya memecahkan masalah yang dihadapi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Artinya bahwa kemampuan komunikasi matematika diperlukan untuk menginformasikan serta memaknai hasil pemecahan masalah.
Namun dalam proses belajar matematika kemampuan komunikasi matematis masih kurang.Hal yang sama juga terjadi di SMP N 1 Suwawa. Berdasarkan hasil wawancara guru matematika SMP N 1 Suwawa. Ketika siswa dihadapkan pada soal kubus dan balok, paling banyak siswa mengalami kesulitan dalam hal menafsirkan permasalahan dari soal-soal. Siswa mengalami kesulitan dalam hal mengekspresikan atau merepresentasikan masalah, situasi, ide kedalam model matematika atau gambar. Begitupula sebaliknya siswa juga belum mampu menafsirkan, menjelaskan masalah yang disajikan dalam bentuk gambar kedalam model matematika. Contoh: Jus jeruk dikemas dalam kotak berbentuk balok dengan ukuran 4๐๐ ร 6๐๐ ร 8๐๐. Produsen jus itu mengubah kemasan kotak dengan ukuran 6๐๐ ร 6๐๐ ร 4๐๐ agar telihat lebih menarik. Harga jus jeruk dengan ukuran berbeda itu adalah sama. Apakah volume jus jeruk kedua kemasan itu sama? Jika tidak, berapa cm3 besar perubahannya? Pada contoh ini, siswa paling banyak tidak mampu menafsirkan permasalahan, sehingga mereka tidak mampu melanjutkan pada penyelesaian selanjutnya. Selain itu, sebagian siswa yang mampu memodelkan masalah, mereka
tidak
kesimpulan.
mampu
Disamping
meyelesaikan itu,
perhitungan
komunikasi
lisan
hingga
juga
penarikan
terlihat
kurang
berkembang. Hal ini terlihat ketika siswa-siswa tidak mampu untuk bertanya atau menjawab pertanyaan dari guru. Bahkan dengan teman sebangku atau orang yang memiliki kemampuan yang lebih, mereka enggan untuk bertanya. Ketika ditanyakan apa penyebab mereka enggan untuk bertanya, mereka menjawab takut. Sebaliknya, orang yang memiliki kemampuan yang lebih dari teman-temannya merekapun enggan untuk membantu. Mereka kesulitan dalam menjelaskan materi atau konsep kepada orang lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. (Suprapto, (2009: 5) Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Jadi, secara garis besar, suatu proses komunikasi haruslah
terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran dan pengertian antara komunikator (penyebar pesan) dan komunikan (penerima pesan) Komunikasi merupakan keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang bergantung satu sama lain, mandiri, serta saling terkait dengan orang lain di lingkungannya. Salah satu alat untuk dapat berhubungan dengan orang lain dilingkungannya adalah komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal atau bahasa isyarat yang dimengerti oleh bangsa. Ambarjaya (2012:110) mendefinisikan komunikasi sebagai berikut: a. Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti atau makna yang perlu dipahami bersama oleh pihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi; b. Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi tentang pikiran atau perasaan; c. Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain. d. Komunikasi adalah berusaha untuk mengadakan persamaan dengan orang lain; e. Komunikasi adalah penyampaian dan memahami pesan dari satu orang kepada orang lain, komunikasi merupakan proses sosial. Selanjutnya, menurut Bistari (2010:13) komunikasi adalah proses berbagi makna melalui verbal dan non verbal yang melibatkan dua orang atau lebih. Frase dua orang atau lebih perlu ditekankan, karena sebagian literatur menyebut komunikasi intrapersonal, yakni komunikasi dengan diri sendiri. Naim (2011:18) komunikasi adalah proses penyampaian makna dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang atau orang lain melalui media tertentu. Wiryanto (2004:7) komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasa disebut komunikasi. Kesumawati dan Komariyatiningsi (2012:3) komunikasi adalah perilaku manusia dalam kegiatan
sehari-hari yang menjadi faktor penentu hubungan dengan sesama, berupa pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih. Komunikasi matematis adalah kegiatan atau aktifitas seseorang dalam menyatakan suatu ide, konsep, gagasan matematika baik secara lisan maupun tulisan dalam bentuk simbol, gambar, data, grafik, atau tabel dengan orang lain. Umar (2012:4) Komunikasi merupakan aktivitas sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari maka untuk meraih secara penuh tujuan sosial kita memerlukan komunikasi sosial salah satunya matematika. Matematika merupakan bahasa artinya matematika tidak sekedar alat bantu berfikir, alat untuk menemukan pola tetapi matematika juga sebagai wahana komunikasi antar siswa dan komunikasi antar siswa dengan guru. Jelas bahwa matematika bukan hanya bertujuan untuk sains tetapi lebih dari itu merupakan salah satu syarat dalam hubungan
sosial.
Karena
dalam
matematika
terdapat
aktifitas
untuk
berkomunikasi dengan orang lain seperti mengemukakan ide, konsep, situasi baik lisan maupun tertulis dalam bentuk simbol, grafik, data maupun tabel yang menuntut kecakapan berbahasa agar penerima pesan mudah mengerti ide maupun konsep yang disampaikan. Hal ini seperti yang dikatakan Pauweni (2012:10) bahwa komunikasi matematika adalah suatu kegiatan atau aktifitas seseorang dalam berbagi informasi baik ide, situasi, maupun relasi baik secara lisan maupun tulisan, dalam bentuk simbol, data, grafik atau tabel dengan orang lain. Lebih lanjut lagi Jazuli (2009: 215) menyatakan bahwa komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam hal menjelaskan suatu algoritma dan cara unik untuk pemecahan masalah, kemampuan siswa mengkonstruksi dan menjelaskan sajian fenomena dunia nyata secara grafis, kata-kata/kalimat, persamaan, tabel, dan sajian secara secara fisik atau kemapuan siswa memberi dugaan tentang gambar-gambar geometri. Hal ini Ramdani (2012:47) bahwa komunikasi matematis adalah kemampuan untuk berkomunikasi yang meliputi kegiatan penggunaan keahlian menulis, menyimak, menelaah, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide, simbol, istilah serta informasi matematika yang diamati melalui proses mendengar, mempresentasi, dan diskusi. Lebih lanjut lagi menurut Mahmudi
(2009:3) komunikasi matematis mencakup komunikasi tertulis maupun lisan atau verbal. Komunikasi tertulis berupa uraian pemecahan masalah atau pembuktian matematika yang menggambarkan kemampuan siswa dalam mengorganisasi berbagai konsep untuk menyelesaian masalah. Sedangkan komunikasi lisan dapat berupa pengungkapan melalui interaksi dan penjelasan verbal suatu gagasan matematika. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan atau kekuatan. Komunikasi matematika merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk dapat mengekspresikan gagasannya kepada orang lain. Tanpa adanya kemampuan komunikasi, seorang siswa mengalami kesulitan dalam hal pembentukan pengalaman belajarnya. Seperti yang dikemukakan oleh Hulukati (Malabali, 2011:27) bahwa kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan yang dapat menyertai dan memuat berbagai kesempatan untuk berkomunikasi yakni kemampuan menjelaskan suatu algoritma dan cara unik dalam memecahkan suatu masalah, kemampuan peserta didik menkonstruksi dan menjelaskan sajian fenomena dunia nyata secara grafik kata-kata atau kalimat, persamaan, tabel dalam sajian secara fisik, kemampuan untuk memberikan dugaan tentang gambar-gambar geometri. Kemampuan komunikasi matematika merupakan kemampuan atau kecakapan seorang dalam menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan, situasi antara lain melalui lisan maupun secara tertulis. Ramayanti (2009:2) mengatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis merupakan level atau tingkat pengetahuan peserta didik yang menjangkau kemampuan menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, diagram, mengajukan dugaan, melakukan manipulasi matematika, menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberian alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi, menarik kesimpulan dari pernyataan, memeriksa kesahihan suatu argument, pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi. Selanjutnya menurut Lateka (2012:16) bahwa kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan mengkonstuksikan ide, pikiran atau pendapat dalam memahami konsep dan prosedur, memecahkan masalah atau melakukan
penalaran, mengekspresikan ide-ide matematika secara koheren kepada teman, guru dan lainnya melalui bahasa lisan dan tulisan Greenes dan Schulmann (dalam Pauweni, 2012:10) menyatakan bahwa kemampuan
komunikasi
matematis
meliputi
kecakapan
dalam:
(1)
Mengekspresikan ide-ide dengan berbicara, menulis mendemostrasikan dan melukiskannya secara visual dengan berbagai cara yang berbeda; (2) Memahami, menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide yang dikemukakannya dalam bentuk
tulisan
atau
bentuk
visual
lainnya;
(3)
Mengkonstruksikan,
menginterpretasikan dan menghubungkan berbagai representasi dari ide-ide dan hubungan-hubungan;
(4)
Mengamati,
membuat
konjektur,
mengajukan
pertanyaan, mengumpulkan dan mengevaluasi informasi; (5) Menghasilkan dan menghadirkan argument yang jelas. Menurut Malabali (2011:28) kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan peserta didik dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa dialog terjadi di lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan baik secara lisan maupun tertulis. Pesan yang disampaikan berisi tentang materi matematika yang dipelajari peserta didik, misalnya konsep, rumus, atau strategi penyelesaian suatu masalah. Adapun tujuan penelitian ini secara yaitu untuk menemukan informasi atau gambaran, uraian tentang kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi kubus dan balok kelas VIII SMP N 1 Suwawa. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SMP N 1 Suwawa Kab. Bone Bolango semester Genap T.A 2012/2013 dengan menggunakan metode deskriptif. Subjek penelitian ini adalah kelas VIII SMP N 1 Suwawa pada semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013 sejumlah 126 siswa yang tersebar dalam lima kelas yakni VIIIA, VIIIB, VIIIC, VIIID, VIIIE, VIIIF . Karena keterbatasan waktu dan faktor lainnya, maka sumber informasi yang menjadi fokus dalam penelitian ini diambil dengan teknik pengambilan Simple Random Sampling yakni dengan cara merandom keenam kelas tersebut sehingga diperoleh kelas VIIID yang berjumlah 23 siswa sebagai kelas penelitian. Selanjutnya data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk
tabel prosentase yang dilengkapi dengan kesimpulan berdasarkan hasil prosentase yang gambarkan dari tabel tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Indikator dalam penelitian ini terbagi atas tiga bagian yakni: (1) menulis matematis. Menulis matematis dalam penelitian ini merupakan kemampuan siswa dalam menjelaskan jawaban permasalahan secara matematis, masuk akal, jelas serta tersusun secara logis dan sistematis. (2) menggambar matematis, yakni kemampuan siswa dalam melukiskan gambar secara lengkap dan benar. (3) ekspresi matematis, yakni kemampuan memodelkan permasalahan matematis secara benar, kemudian melakukan perhitungan atau mendapatkan solusi secara lengkap dan benar. Deskripsi hasil peneilitian secara umum digambarkan sebagai berikut: No
Indikator
Prosentase
1.
MenulisMatematis
66.756 %
2.
MenggambarMatematis
66.667 %
3.
EkspresiMatematis
46.525 %
Rata-rata
59.983 %
Rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa secara umum sebesar 59.983 %. Rata-rata kemampuan komunikasi matematis ini didasarkan atas ratarata dari masing-masing indikator kemampuan komunikasi matematis siswa. Rata-rata kemampuan kemampuan menulis matematis sebesar 66.756 %, kemampuan menggambar matematis siswa sebesar 66.667 % dan kemampuan ekspresi matematis sebesar 46.525 %. Berdasarkan hasil deskripsi hasil penelitian memberikan informasi bahwa rata-rata kemampuan menulis matematis sebesar 66.756 %. Kemampuan menulis matematis merupakan kemampuan memberikan penjelasan dari suatu gambar atau situasi. Kemampuan menulis matematis termasuk dalam kategori mampu. Hal ini karena sebagian besar siswa mampu menjelaskan permasalahan dalam bentuk
gambar atau situasi. Siswa mampu menjelaskan permasalahan, namun penjelasan yang diberikan belum lengkap dan tersusun secara sistematis. Siswa mengerti masalah yang dari soal namun mereka kesulitan dalam menyusun kalimat. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis khususnya kemampuan menulis matematis siswa sudah baik. Rata-rata kemampuan menggambar matematis siswa sebesar 66.667 %. Kemampuan menggambar matematis siswa termasuk juga dalam kategori mampu. Hal ini benar adanya karena sebagian besar siswa mampu merepresentasikan masalah dalam bentuk gambar, namun mereka belum mampu menggambar secara lengkap. Sebagian besar siswa mampu menggambar jaring-jaring kubus, namun mereka kesulitan dalam menentukan label dari jarring-jaring yang diberikan. Hal ini benar adanya karena taraf berfikir siswa SMP masih di dominasi oleh hal-hal yang kongkrit. Merepresentasikan gambar jaring-jaring kubus yang disesuaikan dengan labelnya merupakan hal yang abstrak. Oleh sebab itu mereka kesulitan dalam menyusun jarring-jaring beserta label-labelnya. Rata-rata kemampuan ekspresi matematis siswa pada materi kubus dan balok sebesar 46.525 %. Rata-rata ini memberikan informasi bahwa kemampuan ekspresi matematis masih tergolong sedang. Hasil ini dapat dimaklumi karena sebagian besar siswa kurang mampu dalam memodelkan permasalahan sehingga tidak dapat melakukan perhitungan. Sebagian siswa lain mampu dalam memodelkan, namun masih kesulitan dalam melakukan perhitungan sehingga salah dalam mendapakan solusi. Secara keseluruhan rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi kubus dan balok yakni sebesar 59.983% โ 60%. Hal ini dapat dikatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa SMP N 1 Suwawa berada dalam kategori cukup mampu. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kemampuan komunikasi matematis siswa SMP N 1 Suwawa pada materi kubus dan balok berada pada kategori cukup mampu yakni sebesar 59.98% atau sekitar 60%. 2. Menulis matematis berada pada kategori mampu yakni sebesar 66.756% 3. Menggambar matematis berada pada kategori mampu yakni sebesar 66.667% 4. Ekspresi matematis berada pada kategori cukup mampu yakni sebesar 46.525%. Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka peneliti menyarankan kepada: Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka peneliti menyarankan kepada: a. Peserta
didik
untuk
dapat
meningkatkan
kemampuan
komunikasi
matematisnya. Hal ini karena komunikasi matematis selain dapat memberikan bantuan kepada teman untuk memahami matematika, secara tidak langsung dapat meningkatkan pemahaman terhadap konsep matematika itu sendiri. b. Guru untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan menggunakan model, strategi, atau metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. c. Peneliti lain untuk melakukan penelitian dengan dengan variabel yang sama namun pada materi lain atau variabel yang sama namun tidak hanya terbatas pada komunikasi tertulis tetapi juga komunikasi lisan.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian . Jakarta: Rineka Cipta. Ambarjaya S, Beni. 2012. Psikologi Pendidikan dan pengajaran: teori dan praktik . Yogyakarta: CAPS.
Bistari. 2010. Pengembangan Kemandirian Belajar Berbasis Nilai Untuk Meningkatkan Komunikasi Matematik. Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA Vol. 1 No. 1. Januari 2010:11-23. Diakses: Jumโat, 01 Maret 2013 Fachrurazi. 2011. Penerapan Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komuikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Edisi Khusus No.1, Agustus 2011. ISSN: 1412-565X. Diakses: Jumโat, 01 Maret 2013 Fatimah, Fatia. 2012. Kemampuan Komunikasi Matematis dan Pemecahan masalah melalui Problem Based-Learning. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. Vol 16, No 1, 2012. Diakses: Jumโat, 01 Maret 2013 Iyabu, Budiyanti. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Kemampuan Komunikasi Matematik Peserta Didik. Tesis pada Program Paska Sarjana (PPS) Universitas Negeri Gorontalo (UNG). Jazuli, Akhmad. 2009. Berpikir Kreatif Dalam Kemampuan Komunikasi Matematika. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY 5 Desember 2009. ISBN: 978-979-16353-3-2 Diakses: Jumโat, 01 Maret 2013 Komariyatiningsih, Novi, dan Kesumawati, Nila. 2012. Keterkaitan Kemampuan Komunikasi matematis dengan Pendekatan Matematika. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY pada tanggal 10 November 2012. Diakses: Jumโat, 01 Maret 2013 Lateka, Nangsi. 2012. Pengaruh Motode Penemuan Terbimbing dan Proses Berpikir Siswa Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika. Tesis pada Program Paska Sarjana (PPS) Universitas Negeri Gorontalo (UNG). Mahmudi, Ali. 2009. Komunikasi dalm Pembelajaran Matematika. Makalah Termuat pada Jurnal Pendidikan UNHALU Vol. 8, No.1, Februari 2009, ISSN: 11412-2318 Diakses: Jumโat, 01 Maret 2013 Malabali, Fredi A. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Konstruktivisme Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Ditinjau dari Pemahaman Matematik Siswa Sekolah Dasar. Tesis pada Program Paska Sarjana (PPS) Universitas Negeri Gorontalo (UNG). Naim, Ngainun. 2011. Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan . Jogyakarta: ARRUZZ MEDIA.
Pauweni, Khardiyawan A. Y. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Konstruktivisme Berdasarkan Masalah dan Perbedaan Gender Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika. Tesis pada Program Paska Sarjana (PPS) Universitas Negeri Gorontalo (UNG). Putri, Runtyani Irjayanti. 2011. Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Reciprocal Teaching Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Di Kelas VIII-D SMP Negeri 4 Magelang. Skripsi Pada Jurusan Pendidikan Matematika F-MIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Ramdani, Yani. 2012. Pengembangan Instrumen Dan Bahan Ajar Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi, Penalaran, dan Komeksi Matematis Dalam Konsep Integral. Jurnal Penelitian Pendidikan Vol.13, No 1, April 2012. Diakses: Jumโat, 01 Maret 2013 Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung: ALFABETA. Suprapto, Tommy. 2009. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Yogyakarta: MedPress. Umar, Wahid. 2012. Membangun Kemanmpuan Komunikasi Matematis dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal ilmiah program studi matematika STKIP Siliwangi Vol 1, No, 1 Februari 2012. Diakses: Jumโat, 01 Maret 2013. Usman, A Harsono. 2010. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematika pada Mata Pelajaran Matematika dikelas VIII SMP Negeri 8 Limboto. Tesis pada Program Paska Sarjana (PPS) Universitas Negeri Gorontalo (UNG).