PROSES INTERAKSI BERPIKIR SISWA PADA PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MATERI KUBUS DAN BALOK Candra Anggraeni Pakerti Linuwih*, Indriati Nurul Hidayah** Universitas Negeri Malang E-mail :
[email protected] ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses interaksi berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah melalui pembelajaran berbasis masalah. Subyek dalam penelitian ini dibatasi pada satu kelompok siswa di kelas VIII E SMP Negeri 3 Tanjunganom Nganjuk yang memiliki kemampuan matematis yang heterogen. Data dikumpulkan dengan merekam semua percakapan dan aktivitas siswa saat berdiskusi untuk menyelesaikan masalah yang diberikan dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah kemudian data dianalisis dengan teknik deskriptif serta pendekatan kualitatif. Hasil penelitian adalah terjadi interaksi secara multiarah selama pelaksanaan diskusi, Subjek penelitian pertama (siswa kemampuan tinggi) cenderung menyumbangkan pendapat kepada teman diskusinya. Siswa yang berkemampuan sedang lebih banyak menerima bantuan dari teman diskusinya. Subjek penelitian keempat (siswa yang berkemampuan rendah) cenderung seimbang antara menerima dan memberikan pendapatnya. Perubahan struktur pengetahuan subjek penelitian menjadi lebih sesuai dengan struktur masalah yang diberikan setelah kegiatan pembelajaran. Kata kunci : proses interaksi berpikir siswa, pembelajaran berbasis masalah
Dalam kegiatan pembelajaran terdapat interaksi siswa dengan siswa yang melibatkan proses berpikir siswa. Interaksi ini tidak boleh mengesampingkan proses berpikir siswa. Hal ini disebabkan proses berpikir siswa akan menentukan bentuk konsep yang dibangun oleh siswa selama kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, ketika pembelajaran guru hendaknya juga memperhatikan proses berpikir siswa karena dapat menetukan konsep yang akan dibangun siswa selama kegiatan pembelajaran. Apabila konsep yang dibangun siswa telah sesuai dengan materi yang dipelajari maka tujuan pembelajaran telah tercapai. Sehingga proses berpikir siswa mempunyai peran penting dalam kegiatan pembelajaran. Ketika siswa menentukan konsep yang akan dibangun, siswa akan berdiskusi dengan teman sebaya atau teman sekelompoknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan, kemudian siswa akan mengkomunikasikan tentang pendapat-pendapatnya sehingga siswa menemukan penyelesaian yang tepat. Pada kegiatan berdiskusi inilah diantara siswa akan terjadi suatu proses interaksi berpikir dalam menyelesaikan permasalahan secara tepat. Pada saat berinteraksi akan menentukan struktur (skema) kognitif yang akan di bentuk oleh siswa. Skema tersebut tidak akan diperoleh siswa jika hanya menghafal atau tanpa ada pemahaman dari suatu konsep sehingga pembelajaran tidak bermakna. Menurut Ausubel (dalam Hudojo, 2005) belajar bermakna adalah belajar dimana informasi yang akan dipelajari siswa disusun berdasarkan tingkat kognitif siswa sehingga siswa dapat mengkaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimiliki. Ketika pembelajaran berlangsung proses berpikir siswa menentukan bentuk skema yang dibangun. Jika skema yang terbentuk memiliki tingkat keterhubungan yang erat maka skema itu menjadi skema yang kompleks. *) Mahasiswa Universitas Negeri Malang jurusan Matematika Prodi Pendidikan Matematika **) Dosen Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang
Skema yang memiliki keterhubungan yang kompleks tidak akan didapat siswa jika metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih konvensional atau ceramah. Salah satu pembelajaran yang dapat mengoptimalkan skema yang terbentuk adalah pembelajaran berbasis masalah. Dalam pembelajaran matematika diharapkan siswa dapat memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, seperti memiliki sikap kritis, ingin tahu, teliti, perhatian dan minat untuk mempelajari matematika. Pembelajaran berbasis masalah merupakan metode pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu permasalahan melalui tahapan metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Masalah yang diberikan merupakan masalah yang tidak rutin. Dalam menyelesaikan masalah yang tidak rutin siswa perlu melakukan proses berpikir tingkat tinggi dalam memahami dan menguasai materi. Hal ini terjadi karena ketika siswa berusaha menyelesaikan masalah tersebut siswa akan berpikir tentang cara untuk menyelesaikan dengan menggunakan pemahaman konsep yang telah didapat sebelumnya, kemudian siswa dapat mengkomunikasikan jawabannya, sehingga terjadi interaksi dalam menyelesaikan masalah dengan teman sebaya atau kelompoknya. Meskipun pembelajaran berbasis masalah sudah banyak yang meneliti, namun belum banyak yang menganalisa bagaimana terjadinya interaksi berpikir siswa pada pembelajaran berbasis masalah, seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Puji (2009) dan Junaedi (2009). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dwi Puji dan Eka Junaedi menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa meningkat setelah diberi perlakuan berupa pembelajaran berbasis masalah bukan analisa tentang interaksi berpikir yang terjadi ketika siswa berdiskusi dengan teman dalam satu kelompok. Yang dimaksud dalam analisa disini mengenai bagaimana siswa membangun pengetahuan melalui interaksi dengan orang lain, dan bagaimana siswa berkemampuan tinggi memberi sumbangan pengetahuan kepada yang berkemampuan rendah dan sebaliknya, serta bagaimana kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah. Pada penelitian yang meneliti tentang proses interaksi berpikir siswa yaitu penelitian yang dilakukan oleh Juhria (2009) menunjukkan bahwa pada saat aktivitas silih tanya terjadi interaksi multiarah antar anggota kelompok dengan kartu sebagai media pembelajaran dan penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2009) yang juga menunjukkan adanya interaksi multiarah antar anggota kelompok ketika berdiskusi. siswa berkemampuan tinggi berperan sebagai sumber dalam diskusi, siswa berkemampuan sedang berperan sebagai penyeimbang sedangkan yang rendah cenderung sebagai penerima saja. Dalam penelitian ini akan diamati tentang proses interaksi berpikir siswa dalam satu kelompok ketika berdiskusi pada pembelajaran berbasis masalah. Maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses interaksi berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.
METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pada penelitian ini penulis berusaha untuk mendeskripkan proses interaksi siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Tanjunganom Nganjuk pada pembelajaran berbasis masalah utuk materi kubus dan balok. Oleh karena itu, jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ini data yang diperoleh berupa data kualitatif, yakni, data yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap siswa terpilih yang menjadi subjek penelitian sebelum pembelajaran, data hasil rekaman pembicaraan siswa pada saat pembelajaran, serta data dari hasil wawancara terhadap siswa terpilih yang menjadi subyek penelitian setelah dilakukan pembelajaran. Sumber data dalam penelitian ini adalah empat siswa yang memiliki kemampuan matematika yang berbeda. Siswa tersebut diantaranya adalah satu siswa berkemampuan tinggi yang selanjutnya disebut subyek 1 (S1), dua siswa berkemampuan sedang yang selanjutnya disebut subyek 2 (S3) dan subyek 3 (S3), dan satu siswa yang berkemampuan rendah yang selanjutnya disebut subyek 4 (S4). Tahap awal pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan melakukan observasi sebelum penelitian untuk mendapatkan nilai ulangan harian kelas VIII E pada materi lingkaran. Nilai ini digunakan peneliti untuk menentukan subjek penelitian. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara sebelum pembelajaran terhadap subjek penelitian untuk mengetahui pengetahuan yang dimiliki subjek terhadap materi himpunan sebelum materi tersebut diberikan. Tahap selanjutnya peneliti melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah. Kegiatan Belajar Kelompok merupakan kegiatan inti dari penelitian ini, karena peneliti mengkaji bagaimana proses interaksi berpikir siswa di dalam suatu kelompok diskusi. Pada Kegiatan Belajar Kelompok, setiap siswa diharapkan mengungkapkan tentang apa saja yang sedang dipikirkan. Selanjutnya tahap terakhir yang dilakukan adalah wawancara setelah pembelajaran. Wawancara setelah pembelajaran mempunyai tujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi himpunan yang telah diberikan. Hasil wawancara ini akan diubah menjadi struktur berpikir siswa kemudian dibandingkan dengan struktur masalah yang diberikan. Jika struktur berpikir siswa telah sesuai dengan struktur masalah yang diberikan, berarti pembelajaran telah berhasil. Tahap analisis data menurut Patton (dalam Moleong, 2004: 280 ) adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditentukan tema dan dapat ditentukan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data ini merupakan analisis data yang sederhana dalam penelitian kualitatif, yaitu analisis data dengan menggunakan perbandingan tetap. Hal ini disebabkan analisis data secara tetap membandingkan kategori satu dan kategori lainnya (Moleong, 2004: 288). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil temuan penelitian keseluruhan yang diperoleh dari pertemuan pertama dan pertemuan kedua, terdapat hal-hal menarik yang ditemui oleh peneliti ketika terjadi interaksi antar siswa dalam satu kelompok. Pada kegiatan pembelajaran diskusi kelompok, setiap siswa dalam suatu kelompok saling bekerja sama dan berinteraksi untuk menyelesaikan masalah-masalah tidak
rutin yang diberikan dalam Lembar Kegiatan Kelompok. Interaksi yang dilakukan oleh setiap anggota kelompok ini dapat berupa mengemukakan ide, melengkapi atau memberi masukan terhadap komentar anggota lain, bertanya hal yang belum dimengerti, memberi penjelasan, dan lain-lain. Saat interaksi berlangsung, terjadi proses pemberian bantuan dari siswa yang berkemampuan lebih tinggi kepada siswa yang berkemampuan sedang atau rendah. Proses pemberian bantuan juga terjadi dari siswa berkemampuan sedang ke siswa yang berkemampuan tinggi dan rendah. Dari hasil interaksi antar siswa ini, terlihat bahwa interaksi yang terjadi sesuai dengan pandangan Vygotsky mengenai scaffolding, yaitu satu anak bisa lebih membimbing anak yang lain dalam melewati ZPD (Zone of Proximal Development). Hasil interaksi menunjukkan bahwa dapat dilihat bahwa pada saat PBM 1 siswa berkemampuan tinggi lebih banyak memberikan pengetahuannya, siswa berkemampuan sedang frekuensi antara memberi dan menerima cenderung lebih banyak menerima pengetahuan, dan siswa berkemampuan rendah cenderung seimbang antara memberikan dan menerima pengetahuan. Sedangkan pada PBM 2, dapat deiketahui bahwa S2 lebih banyak menerima pengetahuan dari teman diskusinya. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan bahwa kegiatan diskusi dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah terjadi proses interaksi berpikir multiarah antara subjek penelitian pada saat melengkapi lembar kegiatan kelompok (LKK), dan pada saat subjek penelitian melaksanakan kegiatan diskusi. Subjek penelitian pertama (siswa kemampuan tinggi) cenderung menyumbangkan pendapat kepada teman diskusinya. Siswa yang berkemampuan sedang lebih banyak menerima bantuan dari teman diskusinya. Subjek penelitian keempat (siswa yang berkemampuan rendah) cenderung seimbang antara menerima dan memberikan pendapatnya. Perubahan struktur pengetahuan subjek penelitian yang sebelumnya kurang lengkap menjadi lebih lengkap dan sesuai dengan struktur masalah yang diberikan setelah kegiatan pembelajaran Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka saran yang dapat diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut. a) Guru lebih memperhatikan tentang interaksi siswa karena dapat menentukan struktur berpikir siswa dalam memahami konsep. b) Kajian pada penelitian ini masih terbatas pada proses interaksi berpikir siswa dalam satu kelompok belajar untuk mengkonstruksi pemahaman luas permukaan dan volume kubus dan balok. Oleh karena itu masih sangat memungkinkan peluang penelitian lanjutan terutama berkaitan denan proses interaksi berpikir siswa dalam mengkonstruksi suatu pemahaman konsep yang lain.
DAFTAR RUJUKAN Hudojo, Herman. 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang : IKIP Malang Hudojo, Herman. 2005. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang Juhria, Muhayanatul. 2009. Proses Interaksi Berpikir Siswa dengan Siswa dalam Pembelajaran Kooperatif Metode Silih Tanya Kelas VII MTs Negeri Batu. Skripsi, Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang Junaedi,Eka. 2009. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah berpijak pada Arends pada Materi Bangun ruang sisi datar kelas VIII SMP negeri 10 Malang. Skripsi, Jurusan Matematika, Program Studi Pendidikan Matematika, FMIPA Universitas Negeri Malang Moleong, lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Vigotsky. 1978. Pembentukan pembelajaran menurut kontruktivis. (Online). www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab 2. diakses 13 januari 2013