BUDAYA KERJA GURU DI SMA NEGERI 3 GORONTALO Oleh: Fadly Sabihi, Dr. Fadliah M.Si * Dr. Asrin M.Pd ** Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan UNG Email:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk : a) Untuk mengetahui Nilai-nilai kerja guru di SMA Negeri 3 Gorontalo, b) Untuk mengetahui Perilaku kerja guru di SMA Negeri 3 Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dapat ditempuh dengan tiga cara yaitu, observasi, wawancara, dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Nilai-nilai kerja guru : a) religius: melaksanakan kegiatan di mushola, merayakan hari raya keagamaan sesuai dengan agamanya. b) kejujuran : memberi keteladanan kepada guru-guru untuk terus menerus menanamkan nilai-nilai kejujuran baik untuk dirinya (teman seprofesi), maupun peserta didiknya. c) toleransi : saling menghargai perbedaan agama, saling menghormati suku, saling menghargai pendapat. d) Tanggung jawab : melaksanakan pembinaan kurikulum, menganalisis kesulitan belajar. 2) Perilaku kerja guru :a) Kedisiplinan : guru hadir disekolah 15 menit sebelum pelajaran dimulai 06.45, guru-guru sudah menggunakan check clock absen, menggunakan seragam yang diberikan sesuai harinya. b) Kerja keras : guru-guru menggunakan waktu secara efektif untuk menyelesaikan tugas-tugas baik di dalam kelas maupun di luar kelas. c) Mandiri : guru membimbing siswanya agar memperoleh keterampilan-keterampilan, pemahaman, perkembangan berbagai kemampuan, kebiasaan-kebiasaan yang baik. d) Kerja sama :Agar terbentuk kerja sama yang baik, maka pemberian tugas tambahan tersebut harus didasarkan pada keahlian mereka masing-masing. Saran : 1) Untuk kepala sekolah diharapkan dapat menjadi pendorong dan penegak disiplin bagi para guru agar mereka mampu menunjukkan produktivitas kerjanya dengan baik. 2) Untuk guru diharapkan dapat menambah menambah ilmu pengetahuan dan semangat bagi guru dalam mengembangkan budaya kerja guru yang ada di sekolah. 3) Bagi peneliti diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan yang terkait dengan penelitian tersebut, serta dapat menambah wawasan dalam pembuatan skripsi. Kata Kunci: Budaya Kerja Guru 1
1
Fadly Sabihi, Mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo 2 Fadliah dan Asrin, Dosen Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo
PENDAHULUAN Persoalan budaya dan karakter
bangsa kini menjadi sorotan tajam
masyarakat. Persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, perusakan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, dan sebagainya menjadi topik pembahasan hangat di media massa, seminar, dan di berbagai kesempatan. Alternatif lain yang banyak dikemukakan untuk mengatasi, paling tidak mengurangi, masalah budaya yang dibicarakan itu adalah pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif karena pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Sebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya. Ahmad Tafsir (dalam Gunawan, 2012:21) Pendidikan adalah usaha sadar meningkatkan diri dalam segala aspeknya. Pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembentukkan karakter, ahlak, dan etika seseorang sehingga baik dan buruknya ahlak seseorang sangat tergantung pada pendidikan. Mulyasa (2011:5) Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama, dan utama. Guru memegang peran utama dalam membangun pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal disekolah. Guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar. Suatu keberhasilan kerja guru, berasal dari nilai-nilai yang dimiliki dan perilaku yang menjadi kebiasaannya. Nilai-nilai tersebut bermula dari adat kebiasaan, agama, norma dan kaidah yang menjadi keyakinannya menjadi kebiasaan dalam perilaku kerja atau organisasi. Nilai-nilai yang telah menjadi kebiasaan tersebut dinamakan budaya. Oleh karena budaya dikaitkan dengan mutu atau kualitas kerja, maka dinamakan budaya kerja. Nawawi (2003:65), Budaya kerja adalah kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang oleh pegawai dalam suatu organisasi, pelanggaraan terhadap kebiasaan ini memang tidak ada sangsi tegas, namun dari pelaku organisasi secara moral telah menyepakati bahwa kebiasaan tersebut merupakan kebiasaan yang
harus ditaati dalam rangka pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan. Budaya kerja seorang guru dalam proses pembelajaran sangat menentukan ketercapaian tujuan
pendidikan.
Budaya
kerja
guru
dapat
terlihat
dari
rasa
bertanggungjawabnya dalam menjalankan amanah, dan rasa tanggungjawab moral. Semua itu akan terlihat pada kepatuhan dan loyalitasnya dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya dalam proses pembelajaran. Sikap ini akan
dibarengi
dengan
rasa
tanggungjawabnya
untuk
membuat
dan
mempersiapkan administrasi proses belajar mengajar, pelaksanaan proses belajar mengajar, serta pelaksanaan evaluasi dalam kegiatan belajar mengajar. Hasil observasi yang ditemukan di lapangan menunjukkan bahwa, sebagian guru belum mentaati peraturan-peraturan yang telah diterapkan disekolah, masih ada guru yang datang terlambat ketika jam pelajaran dimulai, Hal ini menunjukkan bahwa guru kurang menjunjung tinggi nilai-nilai penghargaan terhadap waktu. Kemudian dari segi perilaku guru yang tidak disiplin, akan berpengaruh pada produktivitas kinerja guru dalam hal melaksanakan fungsi sebagai seorang tenaga pengajar. Konsep Dasar Budaya Kerja Guru Suatu keberhasilan kerja, berakar pada nilai-nilai yang dimiliki dan perilaku yang menjadi kebiasaannya. Nilai-nilai tersebut bermula dari adat kebiasaan, agama, norma dan kaidah yang menjadi keyakinannya menjadi kebiasaan dalam perilaku kerja atau organisasi. Nilai-nilai yang telah menjadi kebiasaan tersebut dinamakan budaya. Oleh karena budaya dikaitkan dengan mutu atau kualitas kerja, maka dinamakan budaya kerja. Kata budaya itu sendiri adalah sebagai suatu perkembangan dari bahasa sansekerta ‘budhayah’ yaitu bentuk jamak dari buddhi atau akal, dan kata majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi, dengan kata lain ”budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa. Sedangkan kebudayaan merupakan pengembangan dari budaya yaitu hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut.
Menurut Balitbang (2010:3) Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya. Sistem berpikir, nilai, moral, norma dan keyakinan itu digunakan dalam kehidupan manusia dan menghasilkan system sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, system pengetahuan, teknologi, seni, dan sebagainya. Menurut Schein (2011:212) mendefenisikan budaya kerja guru sebagai suatu pola dari asumsi-asumsi dasar yang ditemukan, diciptakan atau dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu, dengan maksud agar organisasi belajar mengatasi atau menanggulangi masalah-masalahnya yang timbul akibat adaptasi eksternal dan integrasi internal yang sudah berjalan dengan cukup baik, sehingga perlu diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang benar untuk memahami, memikirkan dan merasakan berkenanan dengan masalahmasalah tersebut. Budaya kerja memiliki berbagai macam tujuan, yaitu : 1) Dapat memahami budaya kerja suatu instansi/sekolah, 2) Dapat mengimplementasikan budaya kerja di tempat kerja 3) Menciptakan suasana harmonis, 4) Membangun rasa kerja sama terhadap rekan kerja, 5) Bisa beradaptasi dengan lingkungan secara baik, 6) Mengenal norma-norma dalam suatu pekerjaan. Selain memiliki tujuan, budaya kerja juga memiliki manfaat dari budaya kerja itu sendiri, yaitu : 1) Menjamin hasil kerja dengan kualitas yang baik, 2) Keterbukaan antara para individu dalam melakukan pekerjaan, 3) Saling bergotong royong apabila dalam suatu pekerjaan ada masalah yang sulit, 4) Menimbulkan rasa kebersamaan antara individu dengan individu lain dalam pekerjaan, 5) Cepat menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi di dunia luar ( Teknologi, Masyarakat, Sosial, Ekonomi dll. ) Melaksanakan budaya kerja mempunyai arti yang sangat mendalam, karena akan merubah sikap dan perilaku sumber daya manusia untuk mencapai produktivitas kerja yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan masa depan.
Disamping itu masih banyak lagi manfaat yang muncul seperti kepuasan kerja meningkat, pergaulan yang lebih akrab, disiplin meningkat, terus ingin belajar, ingin memberikan terbaik bagi organisasi, dan lain-lain. Nilai-Nilai Kerja Guru Nilai merupakan satu petunjuk ke arah kesejahteraan setiap individu. Nilai dan kerja mempunyai hubungan yang rapat dan erat. Nilai yang positif dapat mempengaruhi sikap dan pandangan individu terhadap sesuatu tindakan. Menurut Danandja dalam Ndraha (2003:18) berpendapat bahwa nilai adalah pengertianpengertian (conceptions) yang dihayati seseorang mengenai apa yang lebih penting atau kurang penting, apa yang lebih baik atau kurang baik, dan apa yang lebih benar atau kurang benar. Cakupan makna setiap nilai budaya kerja guru menurut Moekijat (2006:53)antara lain: 1) Disiplin; Perilaku yang senantiasa berpijak pada peraturan dan norma yang berlaku di dalam maupun di luar sekolah. Disiplin meliputi ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, prosedur, waktu kerja, berinteraksi dengan mitra, dan sebagainya. 2) Keterbukaan; Kesiapan untuk memberi dan menerima informasi yang benar. 3) Saling menghargai; Perilaku yang menunjukkan penghargaan terhadap individu, tugas dan tanggung jawab orang lain. Perilaku Kerja Guru Menurut Ndraha (2003:33) dalam buku Budaya Organisasi, Perilaku (behavior) adalah operasionalisasi dan aktualisasi sikap seseorang atau suatu kelompok dalam atau terhadap suatu (situasi dan kondisi) lingkungan (masyarakat, alam, teknologi, atau organisasi dan aktualisasi pendirian. Defenisi sikap dan perilaku menunjukkan perilaku mendapat pengaruh yang kuat dari motif kepentingan. Namun bukan hanya kepentingan yang disadari yang dapat mempengaruhi terbentuknya perilaku seseorang. Kondisi lingkungan ( dari luar ) juga mempengaruhinya. Perilaku guru meliputi kepribadian, harga diri, pemantauan diri, dan kecenderungan untuk menanggung resiko”. Sikap guru terhadap pekerjaan sebagai pendidik, lahir beberapa perilaku kerja disaat bekerja. Kerja adalah ibadah, lahir sikap antusias (enthusiastic,
bersemangat) terhadap pekerjaan mengajar dan mendidik siswa-siswi. Guru bekerja ditandai dengan bekerja dengan penuh semangat, rajin dan bertanggung jawab. Menurut Glickman (dalam Masaong, 2012:38), membagi karakteristik guru atas dua tingkatan atau level, yaitu tingkatan komitmen (level of commitment) dan tingkatan abstraksi (level of abstraction). Kedua level ini membentuk perilaku guru dalam mengembangkan diri dan dalam melaksanakan pembelajaran dikelas. Level abstraksi merujuk pada kemampuan kognitif, sedangkan level komitmen merujuk pada kesungguhan untuk menjalankan tugas-tugas yang diemban. METODE PENELITIAN Latar Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam upaya mengkaji budaya kerja guru yang ada di sekolah SMA Negeri 3 Kota Gorontalo yang meliputi : a. Nilai-Nilai Kerja Guru di SMA Negeri 3 Gorontalo b. Perilaku Kerja Guru di SMA Negeri 3 Gorontalo Pendekatan dan Rancangan Penelitian Pendekatan
pada
penelitian
menggunakan
pendekatan
kualitatif,
mengingat penelitian ini bersifat alami, data yang diungkapkan berbentuk katakata, kalimat-kalimat, paragraf-paragraf, dokumen-dokumen bukan berupa angkaangka. Objek penelitian ini tidak diberikan perlakuan khusus atau dimanipulasi oleh peneleti sehingga data yang diperoleh tetap berada pada kondisi alami sebagai salah satu criteria peneletian kualitatif. Data yang diperoleh melalui teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi, kemudian dianalisis secara induktif. Kehadiran Peneliti Sugiyono (2012:290) penelitan kualitatif merupakan pendekatan yang menekankan pada hasil pengamatan peneliti, sehingga manusia sebagai instrument penelitian menjadi suatu keharusan. Bahkan, dalam penelitian kualitatif posisi peneliti menjadi instrument kunci. Kehadiran peneliti sebagai instrument kunci merupakan penentu dari semua proses penelitian. Peneliti
merupakan perencanaan, pelaksana, pengumpul data dan pada akhirnya menjadi pelopor penelitiannya. Data dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang berkaitan dengan fokus masalah penelitian yaitu budaya kerja guru di SMA Negeri 3 gorontalo yaitu : 1) Nilai-nilai kerja guru, 2) Prilaku kerja guru. Sumber data penelitian adalah informan ataupun objek yang dapat memberikan data secara lengkap dan akurat serta tingkat kepercayaan yang dapat diterima. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, siswa, serta berbagai dokumen yang dapat dijadikan sumber informasi.
Teknik
pengumpulan
data
yaituwawancara,
observasi,
dan
dokumentasi. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif, yaitu proses analisisnya di mulai dengan menelaah
dan mengkaji
seluruh data yang di peroleh dari berbagai sumber yang terkait. Untuk penganalisaan data yang ditempuh melalui langkah yang dikemukakan oleh Spraley (Sugiyono, 2005:102) yaitu reduksi data, Penyajian Data, dan Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi. Pemeriksaan Keabsahan Data Pengecekan keabsahan data merupakan konsep penting dalam jenis penelitian kualitatif. Adapun teknik yang digunakan peneliti untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam pengecekan keabsahan data yaitu Memperpanjang kehadiran peneliti, Trianggulasi, Membercheck, Auditsrail. Tahap-Tahap Penelitian Tahap-tahap yang dilalui yaitu tahap orientasi, tahap eksplorasi, Tahap Membercheck. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.
Temuan Hasil Penelitian
1.
Nilai-Nilai Kerja Guru di SMA Negeri 3 Gorontalo
Nilai religious yang diterapkan oleh guru di sekolah SMA Negeri 3 gorontalo adalah sebagai berikut : sebelum melaksanakan pekerjaan atau kegiatan harus dimulai dengan doa dan rasa syukur, melaksanakan kegiatan di mushola, merayakan hari raya keagamaan sesuai dengan agamanya, mengadakan kegiatan keagamaan sesuai dengan agamanya. Nilai kejujuran yang diterapkan oleh guru pada saat bekerja memiliki beberapa aspek yaitu sebagai berikut : 1) membangun kejujuran harus dimulai dari dirinya sendiri sebagai seorang guru, yakni perkataan, perbuatan dan tindakan harus sesuai dengan norma-norma yang berlaku. 2) membentuk karakter siswa memiliki sikap disiplin, jujur, mandiri, dan bertangungjawab. 3) membangun dan memberi keteladan kepada guru-guru untuk terus menerus menanamkan nilai-nilai kejujuran baik untuk dirinya (teman seprofesi), maupun peserta didiknya. Perilaku guru dalam menerapkan nilai toleransi pada saat bekerja yang ditemukan dari hasil wawancara menunjukan bahwa nilai toleransi yang diterapkan oleh guru adalah saling menghargai perbedaan agama, saling menghormati suku, etnis, saling menghargai pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda darinya, menciptakan suasana kelas yang kondusif, di mana antara guru dan siswa akan berbagi tanggung jawab untuk saling belajar, saling menolong, saling mendengarkan, bersikap empati serta tidak menyampingkan pendapat orang lain. Nilai tanggung jawab yang diterapkan oleh guru pada saat bekerja adalah memberikan bimbingan dan pengajaran kepada para siswa, melaksanakan pembinaan kurikulum, membina pribadi, watak, dan jasmaniah siswa, menganalisis kesulitan belajar, menilai kemajuan belajar para siswa. 2.
Perilaku kerja guru di SMA Negeri 3 Gorontalo Perilaku guru dalam menerapkan kedisiplinan pada saat bekerja yang
ditemukan dari hasil wawancara adalah sebagai berikut : guru hadir disekolah 15 menit sebelum pelajaran dimulai 06.45, guru-guru sudah menggunakan check clock absen, memberikan informasi ketidak hadiran, menggunakan seragam yang diberikan sesuai harinya.
Perilaku kerja keras yang diterapkan oleh guru pada saat bekerja adalah setiap guru bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pendidikan dalam arti memberikan bimbingan dan pengajaran kepada para siswa,
guru-guru
menggunakan waktu secara efektif untuk menyelesaikan tugas-tugas baik di dalam kelas maupun di luar kelas, dalam pembelajaran guru-guru mengajarkan ke siswa agar dapat meyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru secara tepat waktu, tidak putus asa dalam menghadapi kesulitan dalam belajar dan selalu fokus pada pelajaran. Perilaku mandiri yang diterapkan oleh guru pada saat bekerja yaitu guruguru melakukan pembinaan terhadap diri siswa ( kepribadian, watak, dan jasmaniah), guru menuntut siswa belajar, maksudnya adalah setiap guru harus merencanakan pembelajaran dan juga harus membimbing siswanya agar memperoleh keterampilan-keterampilan, pemahaman, perkembangan berbagai kemampuan, kebiasaan-kebiasaan yang baik. Perilaku kerja sama yang diterapkan oleh guru pada saat bekerja yaitu guru-guru memiliki kelompok kerja tim, tiap kelompok lebih dari 10 orang guru, biasanya
dalam kegiatan mengajar ada
guru yang tidak masuk atau lagi
berhalangan sehingga ada guru-guru lain yang menggantikannya untuk mengajar didalam kelas, agar waktu belajar yang diberikan kepada siswa dapat berjalan aktif. Guru-guru juga selain melaksanakan proses pembelajaran biasanya diberikan tugas-tugas tambahan, seperti menjadi wali kelas, mengelola laboratorium, koperasi, dan lain-lain. Agar terbentuk kerja sama yang baik, maka pemberian tugas tambahan tersebut harus didasarkan pada keahlian mereka masing-masing. B.
Pembahasan Hasil Penelitian
1.
Nilai-Nilai Kerja Guru di SMA Negeri 3 Gorontalo
a.
Religious Perilaku religious merupakan perilaku yang dekat dengan hal-hal spiritual.
Perilaku religius merupakan usaha manusia dalam mendekatkan dirinya dengan Tuhan sebagai penciptanya. nilai agama adalah nilai-nilai kehidupan yang mencerminkan tumbuh kembangnya kehidupan beragama yang terdiri dari tiga
unsur pokok yaitu aqidah, ibadah dan akhlak yang menjadi pedoman perilaku sesuai dengan aturan-aturan Illahi untuk mencapai kesejahteraan serta kebahagian hidup di dunia dan akhirat. Dengan demikian, budaya agama di sekolah pada hakikatnya adalah terwujudnya tindakan dan prilaku yang bersumber dari nilainilai ajaran agama sebagai tradisi dalam bertingkah laku dan berbudaya organisasi yang diikuti oleh seluruh warga sekolah. Dengan menjadikan agama sebagai tradisi dalam sekolah maka secara sadar maupun tidak ketika warga sekolah mengikuti tradisi yang telah tertanam tersebut sebenarnya warga sekolah sudah melakukan ajaran agama. Nilai religious yang diterapkan oleh guru pada saat bekerja adalah sebelum melaksanakan pekerjaan atau kegiatan harus dimulai dengan doa dan rasa syukur, melaksanakan kegiatan di mushola, merayakan hari raya keagamaan sesuai dengan agamanya, mengadakan kegiatan keagamaan sesuai dengan agamanya akan membiasakan perilaku religius. Berbagai kegiatan di mushola sekolah juga dapat dijadikan pembiasaan untuk menumbuhkan perilaku religious bagi guru terutama bagi siswa, Kegiatan tersebut di antaranya salat dzuhur dan salat Jumat berjamaah. b.
Kejujuran Kejujuran merupakan sikap apa adanya atau perkataan yang sesuai dengan
kebenaran dan kenyataan. Peran guru dalam membangun tradisi kejujuran dengan teman seprofesi, harus di akui secara jujur tidak semua guru peduli terhadap nilainilai kejujuran, sehingga sangat penting memberikan wawasan akan pentingnya kejujuran dalam kehidupan sehari, baik jujur dalam perkataan, perbuatan maupun tindakan. Nilai kejujuran yang diterapkan oleh guru pada saat bekerja memiliki beberapa aspek yaitu sebagai berikut : 1) membangun kejujuran harus dimulai dari dirinya sendiri sebagai seorang guru, yakni perkataan, perbuatan dan tindakan harus sesuai dengan norma-norma yang berlaku. 2) membentuk karakter siswa memiliki sikap disiplin, jujur, mandiri, dan bertangungjawab. 3) membangun dan memberi keteladan kepada guru-guru untuk terus menerus menanamkan nilai-nilai kejujuran baik untuk dirinya (teman seprofesi), maupun peserta didiknya.
c.
Toleransi Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama ,
suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda darinya. perilaku guru dalam menerapkan nilai toleransi pada saat bekerja adalah saling menghargai perbedaan agama, saling menghormati suku, etnis, saling menghargai pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda darinya. Menurut Angelo Kinicki (2003:127) saling menghargai adalah perilaku yang menunjukkan penghargaan terhadap individu, tugas dan tanggung jawab orang lain. d.
Tanggung Jawab Setiap guru professional harus memenuhi persyaratan sebagai manusia
yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan, tetapi di pihak lain dia juga mengemban sejumlah tanggung jawab dalam bidang pendidikan. Guru selaku pendidik bertangggung jawab mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi muda sehingga terjadi proses konservarsi nilai, bahkan melalui proses pendidikan diusahakan tercipta nilai-nilai baru. Nilai tanggung jawab yang diterapkan oleh guru pada saat bekerja adalahmemberikan bimbingan dan pengajaran kepada para siswa, melaksanakan pembinaan kurikulum, membina pribadi, watak, dan jasmaniah siswa, menganalisis kesulitan belajar, menilai kemajuan belajar para siswa. 2.
Prilaku kerja guru di SMK Negeri 1 Gorontalo
a.
Kedisiplinan Guru sebagai tenaga professional yang bertugas menanamkan sikap mental
terhadap peserta didiknya, sangat dituntut tingkat kedisiplinan yang tinggi. Secara umum masyarakat memiliki kepercayaan penuh kepada guru, bahwa ditangan guru lah anak-anaknya dapat menyerap segala ilmu pengetahun, keterampilan dan sikap. Dengan kepatuhan guru terhadap segala aturan yang diberlakukan di sekolah, di lembaga kependidikan, peraturan sebagai pegawai negeri, dan peraturan-peraturan lainnya, diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan dapat pula meningkatkan hasil maksimal dalam perolehan prestasi siswa dengan ditandai dengan perubahan ranah kognitif, apektif, dan psikomotorsiswa ke arah yang lebih baik.
Perilaku guru dalam menerapkan kedisiplinan pada saat bekerja yaitu ada beberapa guru yang belum melaksanakan kedisiplinan secara maksimal, tapi sebagian guru sudah bisa menerapkan kedisplinan pada saat bekerja, kedisiplinan yang diterapkan yaitu guru hadir disekolah 15 menit sebelum pelajaran dimulai 06.45, mereka sudah menggunakan check clock absen, memberikan informasi ketidak hadiran, menggunakan seragam yang diberikan sesuai harinya. didalam kelas guru juga memiliki aturan kedisiplinan dan selalu diadakan pembinaanpembinaan dan melaksanakan program kegiatan sambil melaksanakan hal-hal yang positif untuk pengembangan karir guru itu sendiri. b.
Kerja keras Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya yang sungguh-
sungguh dengan penuh motivasi (semangat) untuk mendapatkan apa yang dicitacitakan dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas, dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Perilaku kerja keras yang diterapkan oleh guru pada saat bekerja adalah setiap guru bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pendidikan dalam arti memberikan bimbingan dan pengajaran kepada para siswa,
guru-guru
menggunakan waktu secara efektif untuk menyelesaikan tugas-tugas baik di dalam kelas maupun di luar kelas, dalam pembelajaran guru-guru mengajarkan ke siswa agar dapat meyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru secara tepat waktu, tidak putus asa dalam menghadapi kesulitan dalam belajar dan selalu fokus pada pelajaran. c.
Mandiri Mandiri adalah sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. perilaku mandiri yang diterapkan oleh guru pada saat bekerja yaitu guru-guru melakukan pembinaan terhadap diri siswa ( kepribadian, watak, dan jasmaniah), guru menuntut siswa belajar, maksudnya adalah setiap guru harus merencanakan pembelajaran dan juga harus membimbing siswanya
agar
memperoleh
keterampilan-keterampilan,
pemahaman,
perkembangan berbagai kemampuan, kebiasaan-kebiasaan yang baik dan turut
membina kurikulum sekolah, dimana guru harus mengetahui tentang kebutuhan kurikulum yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. d.
Kerja sama Kerja sama merupakan hal yang amat mendasar dalam sebuah
organisasi. Sekolah merupakan sebuah oganisasi, yang di dalamnya terdapat struktur organisasi, mulai kepala sekolah, wakil kepala, dewan guru, staf, komite sekolah, dan tentu saja siswa-siswi. Dalam sekolah terdapat kurikulum dan pembelajaran, biaya, sarana, dan hal-hal lain yang harus direncanakan, dilaksanakan, dipimpin, dan diawasi, yang kesemuanya itu bermuara pada hubungan kerja sama. Perilaku kerja sama yang diterapkan oleh guru pada saat bekerja yaitu guru-guru disini memiliki kelompok kerja tim, tiap kelompok lebih dari 10 orang guru, biasanya dalam kegiatan mengajar ada guru yang tidak masuk atau lagi berhalangan sehingga ada guru-guru lain yang menggantikannya untuk mengajar didalam kelas, agar waktu belajar yang diberikan kepada siswa dapat berjalan aktif. Guru-guru juga selain melaksanakan proses pembelajaran biasanya diberikan tugas-tugas tambahan, seperti menjadi wali kelas, mengelola laboratorium, koperasi, dan lain-lain. Agar terbentuk kerja sama yang baik, maka pemberian tugas tambahan tersebut harus didasarkan pada keahlian mereka masing-masing. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya yaitu bab hasil penelitian dan pembahasan maka berikut ini akan diberikan beberapa kesimpulan hasil penelitian sebagai berikut: Adabeberapa nilai-nilai kerja yang diterapkan oleh guru di SMA Negeri 3 gorontalo pada saat bekerja yaitu : a) religious : sebelum melaksanakan pekerjaan atau kegiatan harus dimulai dengan doa dan rasa syukur, melaksanakan kegiatan di mushola, merayakan hari raya keagamaan sesuai dengan agamanya, mengadakan kegiatan keagamaan sesuai dengan agamanya. b) kejujuran : membentuk karakter siswa memiliki sikap disiplin, jujur, mandiri, dan
bertangungjawab. c) toleransi : saling menghargai perbedaan agama, saling menghormati suku, etnis, saling menghargai pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda darinya. d) tanggung jawab : memberikan bimbingan dan pengajaran kepada para siswa, melaksanakan pembinaan kurikulum, menganalisis kesulitan belajar, menilai kemajuan belajar para siswa. Adabeberapa perilaku kerja yang diterapkan oleh guru di SMA Negeri 3 gorontalo pada saat bekerja yaitu : a) Kedisiplinan : guru hadir disekolah 15 menit sebelum pelajaran dimulai 06.45, guru-guru sudah menggunakan check clock absen, memberikan informasi ketidak hadiran, menggunakan seragam yang diberikan sesuai harinya. b) Kerja keras : setiap guru bertanggung jawab memberikan bimbingan dan pengajaran kepada para siswa, guru-guru menggunakan waktu secara efektif untuk menyelesaikan tugas-tugas baik di dalam kelas maupun di luar kelas, guru-guru mengajarkan ke siswa agar dapat meyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru secara tepat waktu. c) Mandiri : guru-guru melakukan pembinaan terhadap diri siswa ( kepribadian, watak, dan jasmaniah), guru harus membimbing siswanya agar memperoleh keterampilanketerampilan, pemahaman, perkembangan berbagai kemampuan, kebiasaankebiasaan yang baik dan turut membina kurikulum sekolah. d) Kerja sama : guruguru memiliki kelompok kerja tim, guru-guru diberikan tugas-tugas tambahan, seperti menjadi wali kelas, mengelola laboratorium, koperasi, dan lain-lain. Agar terbentuk kerja sama yang baik, maka pemberian tugas tambahan tersebut harus didasarkan pada keahlian mereka masing-masing. Dengan merujuk pada focus penelitian, paparan data dan temuan penelitian serta pembahasan hasil penelitian, maka peneliti mengemukakan saransaran sebagai berikut :1) Untuk kepala sekolah diharapkan dapat meningkatkan nilai-nilai religious, kejujuran, dan tanggungjawab yang ada di sekolah, serta menjadi pendorong dan penegak disiplin bagi para guru agar mereka mampu menunjukkan produktivitas kerjanya dengan baik serta dapat berperan sebagai model (teladan), membangun tim work yang kuat dan harus memahami kebiasaan yang baik di sekolah untuk terus dikembangkan dan dapat membantu membimbing guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. 2) Untuk guru
diharapkan dapat menambah menambah ilmu pengetahuan dan semangat bagi guru dalam mengembangkan budaya kerja guru yang ada di sekolah tersebut serta dapat membimbing siswanya agar memperoleh keterampilan-keterampilan, pemahaman, perkembangan berbagai kemampuan, kebiasaan-kebiasaan yang baik dan melakukan pembinaan terhadap diri siswa dan turut membina kurikulum sekolah, dimana guru harus mengetahui tentang kebutuhan kurikulum yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. 3) Bagi peneliti diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan yang terkait dengan penilitian tersebut, serta dapat menambah wawasan dalam pembuatan skripsi.
DAFTAR RUJUKAN Abas, E. 2012. Menuju Sekolah Mandiri. Jakarta : Elex Media Komputindo Asmani, J.M. 2011. Tips Praktis Membangun Dan Mengolah Administrasi Sekolah.
Jogjakarta : Diva Press Chatab, N. 2007. Profil Budaya Organisasi. Bandung : Alfabeta Djaelani, M. 2010. Etika Dan Profesi Guru. Jakarta : PT Multi Kreasi Satu Delapan Gunawan, H. 2012. Pendidikan Karakter, Konsep Dan Implementasi. Bandung : Alfabeta Kementerian Pendidikan Nasional (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa, Jakarta. Masaong, A.K. 2012. Kepemimpinan Berbasis Multiple Intelligence. Bandung : Alfabeta Masaong, A.K. 2012. Supervisi Pembelajaran Dan Pengembangan Kapasitas Guru. Bandung : Alfabeta Mulyasa, E. 2011. Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Nawawi, H. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Gajah Mada University Press Ndraha, T. 2003. Budaya Organisasi. Jakarta : PT Rineka Cipta Ndraha, T. 2003. Teori Budaya Organisasi. Jakarta : PT Rineka Cipta Stephen P. Robin. 2003. Perilaku Organisasi. Jakarta : PT Indeks Gramedia Group Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung : Alfabeta Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Triguno, Prasetya. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara. UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Wahab, A. 2011. Anatomi Organisasi Dan Kepemimpinan Pendidikan. Bandung : Alfabeta Wahyudi, 2011. Manajemen Konflik Dalam Organisasi. Bandung : Alfabeta
Zazin, N. 2011. Gerakan Menata Mut