Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 6 Nomor 1 Desember 2015
PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH, BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU SMA NEGERI DI KUTAI KARTANEGARA PRIYANTO* ABSTRACT The objective of this research is to obtain information concerning the effect of head masters supervision, organizational culture, and work motivation on teacher work discipline. The research was conducted in Kutai Kartanegara Regency. Approach used is quantitative research approach, with survey method apllied in the research which data have been analyzed by path analysis. In this research, teacher have been choosen as unit analysis 85 samples selected proporsional of 241 teachers as population. This research findings are follows: (1) there is direct positive effect of head masters supervision, organizational culture and work motivation on teacher work discipline, (2) there is direct positive effect of head masters supervision organizational culture on work motivation. Based on those findings it could be concluded that head masters supervision, organizational culture, and work motivation have been effected directly on teacher work discipline. Head masters supervision and organizational culture have been effected directly on work motivation. Therefore, head masters supervision, organizational culture, and work motivation should be put into consideration in increasing teacher work discipline at state SMA in the Kutai Kartanegara Regency. Keywords: Supervisor, Organizational Culture, Work Motivation and Work Discipline. PENDAHULUAN 3 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan kecuali dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain manfaat bagi kehidupan manusia di satu sisi perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka perlu upaya secara terus menerus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara Dosen Universitas Mulawarman
terencana dan terarah dalam proses pembangunan. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Pemerintah bersama kalangan swasta telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum, sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru. Peningkatan mutu pendidikan juga tidak terlepas dari kegiatan meningkatkan kualitas sumber daya guru yang bertanggung
© 2015 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1021 1021
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 6 Nomor 1 Desember 2015
jawab terhadap kegiatan pembelajaran di kelas. Di tengah perubahan zaman yang sangat cepat yang ditandai dengan kemajuan informasi, kerja guru dituntut terus mengalami perbaikan ke arah keahlian dalam mengajar, mengelola atau mengorganisasikan kelas, memotivasi siswa, melakukan penilaian dengan tepat, serta melakukan perbaikan dan pengayaan sesuai kebutuhan siswa. Penataan tugas-tugas guru dalam pelaksanaan kurikulum secara sistematis itu mengharuskan guru untuk bekerja secara disiplin dan profesional. Guru merupakan salah satu unsur pendidikan yang harus berperan secara aktif dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Guru harus bisa menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional sesuai tuntutan masyarakat. Dalam hal ini guru tidak hanya sekedar mengajar untuk mentransfer ilmu pengetahuan saja, tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa untuk belajar. Kualitas guru yang baik akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar yang berujung pada peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu guru dituntut untuk profesional dan disiplin dalam menjalankan tugasnya. Usaha untuk menciptakan guru yang disiplin, pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil disebutkan bahwa disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kuwajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin (Menpan, 2011: 2). Semangat pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan nasional melalui usaha mewujudkan PNS yang disiplin terhadap
tata tertib dan bertanggung jawab terhadap tugas pokoknya, ditegaskan lebih lanjut pada bab 3, pasal 5, bahwa PNS yang tidak menaati ketentuan sebagaimana pasal 3 dan/pasal 4 akan dijatuhi hukuman disiplin sesuai dengan tingkat kesalahan/ pelanggaran PNS tersebut. Peraturan Pemerintah no. 53 tahun 2010 ini hendaknya menjadi acuan untuk guru PNS dalam menegakkan disiplin sebagai abdi negara, karena kedudukan guru dalam peningkatan disiplin tersebut diharapkan sebagai pelopor yang pertama dan utama dalam menerapkan disiplin sehingga mempunyai pengaruh positif terhadap perubahan perilaku. Ketidakdisiplinan seorang guru akan berdampak terhadap perilaku peserta didik baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Muchdarsyah Sinungan (1997: 154) menjelaskan bahwa disiplin adalah sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa ketaatan terhadap peraturan atau ketentuan yang ditetapkan atau etik, norma dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat untuk tujuan tertentu. Disamping itu disiplin dapat pula diartikan sebagai pengendalian diri agar tidak melakukan sesuatu yang tidak bertentangan dengan falsafah dan moral Pancasila. Titik tekan pendapat ini adalah sikap mental yang taat terhadap peraturan pemerintah, norma dan kaidah-kaidah yang berlaku pada masyarakat. Disiplin sangat penting dalam organisasi sekolah, digunakan untuk memberikan bimbingan kepada guru agar dapat mendisiplinkan diri dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Disamping itu disiplin bermanfaat mendidik guru untuk mematuhi dan menyenangi peraturan, prosedur, maupun kebijakan yang ada. Kenyataan menunjukan bahwa sikap patuh dan taat terhadap tata kehidupan atau
© 2015 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1022 1022
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 6 Nomor 1 Desember 2015
norma serta kaidah yang diatur dalam organisasi sekolah kurang dimiliki sebagian guru. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kehadiran guru di sekolah, guru yang datang terlambat dan pulang lebih awal mencari sumber-sumber tambahan di luar penghasilannya. Guru sering meninggalkan kelas saat jam pelajaran berlangsung tanpa alasan yang jelas serta kurangnya kesiapan guru dalam menyiapkan materi pembelajaran. Menurut Kathryn Robinson Departement of Antropology Research School of Pacific and Asian Studies ANU College of Asia and the Pacific, bahwa level kedisiplinan guru di Indonesia masih rendah. Guru dengan seenaknya meninggalkan tugas sehingga memicu kebodohan siswa, menikmati gaji buta, tidak malu pada diri sendiri, orang tua, siswa dan pemerintah (2013: 11). Hal senada disampaikan oleh Elda Selvira Darmawan siswi SMA 82 Jakarta pada tanggal 30 Agustus 2013 lalu, bahwa pendidikan di Indonesia saat ini masih lemah. Pemerintah dan para Stakeholder pendidikan pun masih belum terlalu peduli akan hal ini. Mulai dari kurikulum baru yang belum sempurna, sampai murid dan guru yang belum disiplin (2013). Dengan berbagai macam masalah tersebut harapan untuk mengimplementasikan kebijakan standar pendidikan termasuk di dalamnya standar tenaga pendidikan akan suram. Pada kenyataannya persoalan disiplin di sekolah masih sering dilanggar oleh guru. Observasi yang dilakukan di beberapa sekolah SMA Negeri di Kutai Kartanegara juga terlihat adanya ketidakdisiplinan guru seperti waktu kehadiran dan saat pulang. Ada beberapa guru yang terlambat datang ke sekolah dan pulang sebelum jam pelajaran selesai. Setelah dilakukan penelusuran diketahui bahwa hal tersebut sudah menjadi suatu yang biasa dilakukan guru SMA
Negeri khususnya di Kutai Kartanegara. Hal ini banyak disebabkan adanya pengawasan yang kurang optimal oleh kepala sekolah. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut jelaslah bahwa disiplin guru khususnya di Kutai Kartanegara masih rendah. Guru yang memegang peranan sangat penting dalam peningkatan mutu pendidikan seharusnya memiliki disiplin yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya di sekolah sebagaimana yang telah diamanatkan untuk Pegawai Negeri Sipil sebagai abdi negara. Perlu adanya perubahan mendasar yang harus dilakukan sekolah yaitu dengan membenahi kedisiplinan guru. Masalah disiplin bukan merupakan hal yang tabu di sekolah. Kedisiplinan biasanya dibangun mulai dari awal ketika seorang guru mulai diangkat menjadi pegawai. Faktor pengawasan dapat membentuk kedisiplinan guru dalam menjalankan tugasnya. Keberadaan pengawasan atau supervisi di sekolah disinyalir menjadi pengendali guru agar dapat bekerja sesuai dengan aturan yang ditetapkan sekolah. Dengan kata lain pengawasan atau supervisi merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus ada dan tidak dapat dipisahkan dari fungsi manajemen lainnya sebagai unsur pembentuk kedisiplinan guru dalam mencapai tujuan organisasi sekolah. Menurut Boardman, supervisi adalah suatu usaha menstimulasi, mengkoordinasi dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran (Piet, 1997: 212). Hal ini belum sepenuhnya dilakukan kepala sekolah SMA Negeri khususnya di Kutai Kartanegara. Masih banyak kepala sekolah yang belum melaksanakan kegiatan supervisi akademik seperti yang seharusnya dilakukan. Hal
© 2015 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1023 1023
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 6 Nomor 1 Desember 2015
inilah yang menyebabkan guru merasa bebas melakukan apa saja termasuk mengajar semaunya tanpa memperdulikan aturan sekolah. Seharusnya kepala sekolah melakukan supervisi akademik secara kontinu dan berkelanjutan agar kualitas akademik yang dilakukan oleh guru semakin meningkat. Supervisi akademik tidak semata-mata ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen (commitmen) atau kemauan (willingness) motivasi (motivation) dan disiplin atau tanggung jawab guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan, motivasi kerja dan disiplin guru, kualitas pembelajaran akan meningkat. Mulyasa mengemukakan, seorang pemimpin harus mampu menumbuhkan disiplin, terutama disiplin diri (Selfdiscipline). Dalam kaitan ini, kepala sekolah harus mampu membantu guru mengembangkan pola dan meningkatkan standar prilakunya, serta menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat untuk menegakkan disiplin. Disiplin merupakan sesuatu yang penting untuk menanamkan rasa hormat terhadap kewenangan, menanamkan kerjasama, dan merupakan kebutuhan untuk berorganisasi, serta untuk menanamkan rasa hormat terhadap orang lain (2002: 118) . Selain supervisi kepala sekolah, faktor lain yang berpengaruh terhadap disiplin guru adalah kebiasaan yang telah melekat dalam individu setiap guru. Kebiasaan tersebut nantinya akan membentuk budaya dalam konteks luas disebut budaya organisasi. Budaya organisasi adalah perwujudan sehari-hari dari nilai dan tradisi yang mendasari organisasi tersebut dalam hal berperilaku, harapan pegawai terhadap organisasi dan sebaliknya, serta apa yang dianggap wajar dalam melaksanakan pekerjaannya.
Robbins dan Judge memberi batasan tentang budaya organisasi sebagai berikut: Organizational culture refers to a system of shared meaning held by members that distinguishes the organization from other organization (2009: 585). Artinya budaya organisasi adalah suatu sistem makna bersama yang dibentuk oleh anggotaanggotanya sekaligus pembeda organisasi. Dengan demikian, setiap organisasi tidak harus memiliki budaya yang persis sama. Setiap organisasi memiliki budaya organisasi yang merupakan ciri khas, dan sekaligus merupakan pembeda dengan organisasi lainnya. Budaya organisasi merupakan kekuatan yang dapat mempengaruhi pemikiran guru, persepsi guru maupun disiplin guru dalam organisasi. Dalam kaitannya dengan sekolah, budaya organisasi sekolah adalah nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan komponen sekolah termasuk stakeholders pendidikan, seperti cara melaksanakan pekerjaan di sekolah serta asumsi atau kepercayaan dasar yang dianut oleh personil sekolah. Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh unsur dan personil sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf dan siswa. Kepala sekolah yang mempunyai tanggung jawab besar di sekolah diharapkan dapat mengatur dan mengarahkan guru untuk keberhasilan serta baik buruknya suatu organisasi sekolah. Budaya organisasi perlu dikembangkan sedemikian rupa agar dapat memberikan arah dalam menentukan tujuan organisasi. Dengan budaya organisasi yang baik, pembinaan serta supervisi yang
© 2015 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1024 1024
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 6 Nomor 1 Desember 2015
dilakukan kepala sekolah diharapkan dapat mempengaruhi guru dalam proses penerapan disiplin kerja. Budaya organisasi adalah nilai-nilai dan semangat yang mendasari dalam cara mengelola serta mengatur suatu organisasi. Nilai-nilai itu merupakan keyakinan yang dipegang teguh dan kadang-kadang tidak terungkapkan. Nilai-nilai dan semangat yang mendasari sifat suatu organisasi dalam usaha menjawab tantangan. Budaya organisasi yang kuat akan memiliki sifat yang sangat kompetitif bagi organisasi. Budaya organisasi akan membentuk norma-norma dan menjadi pedoman perilaku bagi anggotanya. Sedangkan budaya organisasi sekolah pada kenyataan yang berkembang di lingkungan guru belum seperti yang diharapkan. Nilai, norma, perilaku dan kebiasaan yang tumbuh di kalangan guru masih ada yang kurang positif. Disiplin kerja juga dapat diwujudkan melalui pemenuhan kebutuhan guru. Dengan adanya pemenuhan kebutuhan akan timbul motivasi guru untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Motivasi dapat membangkitkan gairah kerja yang bermuara pada kedisiplinan kerja. Motivasi juga merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan kerja. Lebih lanjut Moh. As’ad berpendapat bahwa seringnya pegawai termotivasi untuk melakukan pekerjaannya dengan baik, akan meningkatkan kualitas yang diinginkan, karena kuat lemahnya dorongan atau motivasi kerja seseorang akan menentukan besar kecilnya produktivitas seseorang (2003: 106). Dengan kata lain kuat lemahnya motivasi kerja seseorang sangat menentukan besar kecilnya disiplin kerja yang ditunjukkan pegawai tersebut. Mengacu pada pendapat tersebut, dapat dikemukakan bahwa motivasi merupakan suatu bagian yang sangat penting
dalam suatu lembaga. Para guru akan bekerja dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Apabila para guru memiliki motivasi yang positif, ia akan memperlihatkan minat, mempunyai perhatian, dan ingin ikut serta dalam suatu tugas atau kegiatan. Dengan kata lain, seorang guru akan melakukan semua pekerjaannya dengan baik apabila ada faktor pendorong (motivasi). Dalam kaitan ini kepala sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan membangkitkan motivasi para guru sehingga disiplin kerja mereka meningkat (2003: 108). Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak rekan-rekan guru khususnya guru SMA Negeri di kutai Kartanegara yang kerjanya malas-malasan, kurang semangat dan hanya bekerja kalau ada imbalan. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai variabel-variabel tersebut, baik itu variabel supervisi kepala sekolah, budaya organisasi, motivasi kerja dan disiplin kerja. Dari uraian di atas menunjukkan bahwa disiplin guru dalam melaksanakan tugasnya masih rendah. Guru sebagai seorang pendidik yang mempunyai tanggung jawab besar terhadap kemajuan pendidikan seharusnya mempunyai kesadaran berdisiplin yang tinggi untuk memikul tugas mulia tersebut. METODE Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif. Teknik analisis statistik yang digunakan dinamakan path analysis (analisis jalur), esensi dari analisis jalur adalah didasarkan pada sistem persamaan linier. Populasi terjangkau ialah seluruh guru SMA Negeri yang ada di Kecamatan Tenggarong dan Tenggarong Seberang yang berjumlah 241 orang. Sampel
© 2015 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1025 1025
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 6 Nomor 1 Desember 2015
85 orang diperoleh secara proporsional, dari jumlah populasi tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian persyaratan analisis uji normalitas, linieritas dan signifikansi regresi menunjukan bahwa persyaratan normalitas data untuk regresi linear sederhana disiplin kerja atas supervise kepala sekolah dan budaya organisasi berdistribusi normnal. Kemudian hasil perhitungan mengenai keberartian dan kelinieran regresi dilakukan dengan menggunakan uji F, dinyatakan bahwa model regresi disiplin kerja atas supervisi kepala sekolah dan budaya organisasi terbukti sebagai fungsi linier. Berdasarkan perhitungan dan pengujian koefisien jalur, diperoleh hasil pengaruh antar variabel sebagai berikut: (1) Supervisi kepala sekolah terhadap disiplin kerja, ρy1 = 0,205 thitung = 1,848 > ttabel = 1,66 signifikan. (2) Budaya organisasi terhadap disiplin kerja, ρy2 = 0,316, thitung = 3,162 > ttabel = 2,37 signifikan. (3) Motivasi kerja terhadap disiplin kerja, ρy3 = 0,309, thitung = 2,970 > ttabel = 2,37 signifikan. (4) Supervisi kepala sekolah terhadap motivasi kerja, ρ31 = 0,507, thitung = 4,888 > ttabel = 2,37 signifikan. (5) Budaya organisasi terhadap motivasi kerja, ρ32 = 0,201, besar thitung = 1,934 > ttabel = 1,66 signifikan. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis penelitian, beberapa hal perlu dibahas lebih lanjut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa supervisi kepala sekolah X1, budaya organisasi X2, dan motivasi kerja X3 berpengaruh positif terhadap disiplin kerja guru, dan supervisi kepala sekolah X1 dan budaya organisasi X2 berpengaruh positif terhadap motivasi kerja X3. Pengujian hipotesis terbukti setelah membandingkan thitung > ttabel. Terbuktinya pengujian hipotesis juga didukung oleh penelitian yang relevan. Pertama, berdasarkan hasil pengujian regresi didapatkan hasil bahwa terdapat
pengaruh langsung positif supervisi kepala sekolah terhadap disiplin kerja guru. Hal ini sesuai teori yang dikemukakan Boardman yang menjelaskan bahwa: Supervision of instruction is the effort to stimulate, coordinate, and guide the continued growth of the teacher in the school, both individually and collectively, in better understanding and more effective performance at all the functions of instructions so that may be better able to stimulate and guide the continued growth of every pupil toward the richest and most intelligent participation and modern democratic society (Boardman: 1983: 11). Supervisi merupakan usaha memajukan sekolah yang bersifat kontinyu dengan jalan membina, memimpin, dan menilai pekerjaan kepala sekolah dan guru dalam usaha mempertinggi mutu pendidikan yang diberikan kepada murid dengan perantaraan perbaikan situasi belajar mengajar kearah terjelmanya tujuan pendidikan. Orientasi definisi supervisi menurut Boardman lebih ditujukan kepada guru untuk diberikan stimulasi atau binaan secara berkelanjutan agar guru dapat memperbaiki kekurangannya dan dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Guru yang bekerja dengan baik, yang selalu patuh dan taat menjalankan tugas, menerima saran dan masukan dari kepala sekolah, bekerja tepat waktu merupakan cerminan guru yang disiplin. Pendapat ini diperkuat oleh Moekijat bahwa pengawas yang efektif akan memperhatikan dan memelihara baik moril kerja yang tinggi, semangat kerja maupun disiplin yang baik (moekijat, 2003: 132). Hasil penelitian Ma’ruf dengan judul Pengaruh supervisi kepala sekolah dan etos kerja terhadap disiplin kerja guru SMK Negeri di Lampung Tengah menunjukkan bahwa supervisi kepala sekolah berpengaruh langsung terhadap disiplin
© 2015 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1026 1026
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 6 Nomor 1 Desember 2015
kerja guru. Dengan demikian, dapat dinyatakan supervisi kepala sekolah berpengaruh dan berperan dalam meningkatkan disiplin kerja guru (2005: 9697). Artinya, dengan adanya supervisi yang dilakukan secara terus-menerus akan menyebabkan disiplin kerja guru meningkat Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa koefesien jalur variabel supervisi kepala sekolah pengaruhnya lebih besar dalam meningkatkan disiplin kerja guru dibandingkan variabel budaya organisasi dan motivasi kerja. Mengingat supervisi kepala sekolah lebih beperan dalam meningkatkan disiplin kerja guru maka kepala sekolah agar lebih mengintensifkan supervisi yang dilakukan. Adanya koordinasi dengan guru secara rutin, pengawasan terhadap guru secara terusmenerus, dan evaluasi terprogram secara baik maka akan menimbulkan komitmen guru yang dengan sendirinya akan melahirkan disiplin guru. Kedua, budaya organisasi berpengaruh langsung positif terhadap disiplin kerja guru. Temuan ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Edgar Schein bahwa: Organizational culture as a pattem of shared basic assumptions that was lerned by agroup as it solved its problems of external adoption and internal integration, that has worked well enough to be considered valid and, therefore, to be taught to new members as the correct way to perceive, think, and feel in relations to those problems (2004: 17). Budaya organisasi adalah pola asumsi dasar bersama yang dipelajari oleh kelompok saat memecahkan masalahmasalah adaptasi eksternal dan integrasi internal yang telah berfungsi dengan cukup baik untuk bisa dianggap benar dan untuk bisa diajarkan kepada anggota kelompok baru sebagai cara yang benar untuk
menerima sesuatu, berfikir dan merasakan dalam hubungannya dengan masalahmasalah tersebut. Budaya organisasi adalah nilai-nilai dan semangat yang mendasari dalam cara mengelola serta mengatur suatu organisasi. Nilai-nilai itu merupakan keyakinan dan pedoman yang dipegang teguh anggota dalam hal bertindak dan berperilaku dalam organisasi. Anggota organisasi selalu patuh dan taat menjalankan aturan organisasi. Hal ini menisyaratkan bahwa anggota organisasi yang baik akan patuh dan taat terhadap aturan dalam organisasi. Budaya organisasi sekolah yang positif dapat juga mempengaruhi terselenggaranya pendidikan yang bermutu tinggi serta pembentukan sikap dan moral yang positif bagi segenap personil yang ada dalam lembaga pendidikan. Kondisi yang demikian ini sangat mendukung pencapaian prestasi belajar yang tinggi. Organisasi yang punya budaya baik akan menghargai pelanggannya dan terus berupaya menciptakan berbagai perubahan yang berorientasi pada mutu dalam melayani kebutuhan siswanya. Budaya organisasi yang baik akan memunculkan aturan-aturan yang positif dan aturan yang diikuti anggota organisasi merupakan cerminan kedisiplinan. Hasil penelitian Hidayat Mustafid dengan judul Pengaruh komunikasi interpersonal, budaya organisasi dan kepuasan kerja terhadap disiplin kerja menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh langsung terhadap disiplin kerja (2005: 25). Dengan demikian dapat dinyatakan budaya organisasi berpengaruh dan berperan dalam meningkatkan disiplin kerja. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, kesimpulan yang diperoleh
© 2015 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1027 1027
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 6 Nomor 1 Desember 2015
dari penelitian ini yaitu: pertama, supervisi kepala sekolah berpengaruh langsung positif terhadap disiplin kerja guru. Artinya, supervisi yang dilakukan terus-menerus akan mengakibatkan peningkatan disiplin kerja guru. Kedua, budaya organisasi berpengaruh langsung positif terhadap prestasi kerja. Artinya, budaya organisasi yang baik akan menyebabkan meningkatnya disiplin kerja guru. Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, dapat dikemukakan beberapa saran, sebagai berikut; (1) dinas Pendidikan agar membuat perencanaan strategis untuk melaksanakan supervisi kepala sekolah secara baik, mendorong sekolah untuk membiasakan budaya organisasi yang baik di sekolah, dan meningkatkan motivasi kerja guru melalui berbagai kegiatan dengan harapan dapat meningkatkan disiplin kerja guru, (2) memberikan penghargaan kepada guru yang memiliki disiplin kerja baik, sehingga akan mendorong untuk lebih meningkatkan disiplin kerjanya, (3) kepala sekolah agar mendorong guru untuk membiasakan berprilaku yang baik agar tercipta disiplin kerjanya, (4) kepala sekolah dapat memberikan penilaian secara objektif terhadap disiplin kerja guru sehingga yang bersangkutan lebih giat untuk meningkatkan disiplin kerjannya, (5) membuat perencanaan untuk memperkuat budaya organisasi melalui pembiasaan yang baik di sekolah, (6) membuat kebijakan untuk mengimplementasikan nilai-nilai yang mendukung terciptanya disiplin kerja yang tinggi. Nilai-nilai yang dikembangkan dan diimplementasikan adalah nilai ketulusan, tanggung jawab, kedisiplinan, kejujuran dan ketelitian sehingga menjadi kebiasaan dan karakter guru, (7) kepada guru agar giat bekerja dalam menjalankan tugas agar terwujud disiplin yang baik
DAFTAR PUSTAKA As’ad, Moh. 2000. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty. Alfonso R.J., G.R. Firth dan R.F. Neville. 1981. Instruktional Supervision: A Behavioral System. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Anggota IKAPI. 2011. Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil dan Ketentuan Pelaksanaannya. Jakarta: Fokusmedia. Black, James Manzies. 1993. Manajemen dan Supervisor. Terjemahan Mohammad Mas’ud. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo. Boardman, Charles, Harl R. Douglas, Rudyard K. Bent. 1953. Democratic Supervision in Secondary School Combridge. Massachusets: Houghton Mifflin Company. Briggs, Thomas H. & Joseph Justman. 1954. Improving Instruktion Through Supervision . New York: The Mc Millan Company. Chughtai, Aamir Ali dan Zafar, Sohail “Antecedents and Consequences of Organizational Commitment Among Pakistani University Teachers,” Applied H.R.M. Research, Vol. 11, No. 1. Pakistan: Lahore School of Economics, 2006. Colin P. Silverthome. 2005. Organizational Psychology. In Cross Cultural Perspective. New York: University Colquitt,Jason A. Jeffery A. Lepine & Michael J Wesson. Organizational
© 2015 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1028 1028
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 6 Nomor 1 Desember 2015
Behaviour, Improving and commitment in the workplace. New York: Mc-Graw Hill, 2009. Davis, Keith. 1985. Human Behavior At Work: Organizational Behavior, Grolier Incorporated. Decenzo, David A. dan Stephen P. Robbin. 1999. Human Reseourch Development. USA: John Willey & Sons inc. Depdiknas, Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah. Depdiknas. 2000. Manajemen Jakarta: Depdiknas.
Sekolah.
Edwin A Locke and Gary P Latham. 1990. A Theory of Goal Setting and Task Performance. New Jersey, Prentice Hall Inc. Frederick Herzberg, B. Mausner and B. Maisner, and B. Synderman.1995. The Motivation to Work (New York: John Wiley & Son. Gibson dan Ivancevich, et al. 2006. Organizational Behavior Structure Processes. Philipines McGraw Hill Gibson, James L. John M. Ivanchevich, dan James H. Donnelly. Organizations Behavior-Strucktur-ProcessesI 5th Edition. Texas: Business Publication, INC, 1985. Griffin, Ricky W. dan George Moorhead. Organizational Behavior: Managing People and Organizations, 8th Edition. New York: Houghton Mifflin Company, 2007.
Guajardo, Jarret, ”Teacher Motivation: Theoretical Framework, Situation Analysis of Save the Children Country Offices, and Recommended Strategies.” Save the Children (SC) Country Office, Spring 2011. Harold Koontz and Cyril O’Donnell. 1995. Principles of Management, Sevent Edition. London,McGraw-Hill Book Company,Inc Harris, SG & KW Moosholder-journal of management. 1996 volume 22 cited by 221-Related articles-All 4 versions page 527. https://scholar.google.com. Hasibuan, Malayu S.P. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Ivancevich, Konopaske, Matteson. 2011. Organizational Behavor and Management. New York: McGraw Hill. James L Gibson, et.al. 2012. Organizaton; Behavior, Structure, Process New York: McGraw-Hill.. Jean Brittain Leslie,et.al. 2002. Managerial Effectiveness in A Global Context USA: Center for Creative Leadership. Jenifer M. George, Gareth R. Jones. 2005. Understanding and Managing Organizational Behavior. Sixth Edition. Pearson Prenctince Hll. Jennifer M.George & Gareth R. Jones. 2008. Understanding and Managing Organizational Behavior USA;prentice Hall. Jerald
© 2015 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
Greenberg. 1988. Equity and Workplace Status: A Field 1029 1029
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 6 Nomor 1 Desember 2015
Expreriment, Journal of Applied Psychology. Jhon
John
R. Schermerhorn JR. 2010. Management, USA: Jhon Wiley and Sons Inc. M.
Ivancevich, R Konopaske,M T.Matteson. 2005. Organizational Behavior and Management, Seventh Edition McGraw-Hill Companies.
John R. Schermerhorn. 2010. Introduction to Management Asia: John Wiley & Sons, Inc. John W. Newstroom. 2007. Organizational Behavior : Human behavior at work, twelfth edition. New York : McGraw-Hill. Kinichi and Kreitner.2008. Organizational Behavior. New York: McGrawHill. Kreitner, Robert & Angelo Kinicki. Organizational Behavior, Seventh Edition. New York: Mc-Graw-Hill, Irwin, 2007. Lourie J Mullins. 2005. Management and Organizational Behavior. seventh Edition Edinburgh Pearson Education Limited. Luthans, Fred. Organizational Behavior. New York: The McGraw-Hill Companies, 2002. Ma’ruf. 2011. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Etos Kerja Terhadap Disiplin Guru SMK Negeri di Lampung Tengah Jakarta: Universitas Indonesia. Meyer, John P. & Natalie J. Allen, Human Resource Management Review VOLUME 1. Canada: JAI Press, Inc., 1991. Moekijat. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Mandar Maju.
Mulyasa. 2011 Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Prihantoro, Agung. “Peningkatan Kinerja Sumber Daya Manusia Melalui Motivasi, Disiplin, Lingkungan Kerja, Dan Komitmen (Studi Kasus Madrasah di Lingkungan Yayasan Salafiyah, Kajen, Margoyoso, Pati),”. http://jurnal.unimus.ac.id (diakses 08 Maret 2013). Reddin, W.J. 2001. Managerial Effectiveness, McGraw-Hill, New York. Richard
Gorton. 1977. School Administration, Challenge and Opportunity for Leadership, Seventh Printing. Iowa: Wm.C. Brown Company Publishers.
Richard L. Daft 2010. New Era of Management, diterjemahkan oleh T.M. Karnita Jakarta: Salemba Empat. Robbins, Stephen P. dan Mary Coulter. 1999. Management. New-Jeersey: Pren-Tice Hall, Inc. Saha, Lawrence J..& Dworkin, A. Gary. International Handbook of Research on Teachers and Teaching Part One. New York: Springer Schein, Edgar H. 2004. Organizational Culture and Leadership. San Francisco: Jossey-Bassa Publisher. Schermerhorn, John R. Management 7th Edition (New York: John Wiley & Sons, Inc., 2002.Science+Business Media, LLC., 2009.
© 2015 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1030 1030