LPPM Politeknik Bengkalis
PEGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU IPS SMA NEGERI KECAMATAN BENGKALIS KABUPATEN BENGKALIS. Irlisma & Mujiono Administrasi Bisnis Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei-Alam, Bengkalis-Riau
[email protected] Abstrak Kedisiplinan guru merupakan cermin dari keberhasilan suatu organisasi sekolah. Untuk itu kedisiplinan sudah seharusnya menjadi hal pokok menjadi perhatian. Banyak faktor yang mempengaruhi kedisiplinan seorang guru, diantaranya adalah Kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru tersebut. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kepemimpinan kepala sekolah mampu memberikan pengaruh langsung maupun tidak langsung sebesar 60,69 % sementara motivasi kerjanya memberikan pengaruh sebesar 11,01%. Sedangkan pengaruh variabel lain adalah sebesar 28,3%. Artinya bahwa kepemimpinan memilki peranan penting dalam meningkatkan disiplin kerja para guru didaerah ini trutama guru IPS. Kata kunci: Disiplin Kerja guru, Motivasi Kerja guru, Kepemimpinan Kepala Sekolah
1.
PENDAHULUAN
Guru adalah salah satu komponen penting dalam proses pendidikan yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial dalam bidang pembangunan. Peranan guru dalam pendidikan tidak hanya sebatas dalam pembelajaran, tetapi sebagai informator, organisator, motivator, fasilitator, mediator, inisiator dan evaluator. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan pendidikan dibutuhkan guru yang mempunyai rasa pengabdian yang tinggi serta tanggung jawab yang besar dalam melaksanakan tugas profesinya. Mohammad (2003:140) menyatakan bahwa tugas guru sebagai profesi meliputi mengajar, mendidik, dan membimbing. Sebagai pengajar, guru mempunyai tanggung jawab agar pelaksanaan proses pembelajaran dapat terlaksana secara optimal. Sebagai pendidik, guru harus mampu membawa perubahan tingkah laku dan perubahan sikap mental anak didik ke arah yang lebih baik. Sebagai pembimbing, guru mempunyai tanggung
jawab menuntun anak didik dalam perkembangannya dengan jalan memberikan lingkungan dan arah yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Memahami uraian di atas terlihat betapa besar peranan guru dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Guru memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak dalam menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat untuk kemajuan negara dan bangsa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tercapainya tujuan pendidikan di sekolah sangat dipengaruhi oleh guru dalam melaksanakan tugas profesinya. Kenyataan inilah yang mengharuskan guru memliki disiplin kerja yang tinggi dalam melaksanakan peran dan fungsinya, karena guru adalah tokoh yang menjadi panutan bagi para peserta didik dan lingkungannya. Masalah disiplin kerja, erat kaitannya dengan sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan pekerjaan yang menjadi
Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT}2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
298
LPPM Politeknik Bengkalis
tanggung jawabnya. Kenyataan ini sesuai dengan yang dijelaskan Siswanto (2002:94) bahwa disiplin kerja adalah kesediaan seseorang dalam menghargai waktu, patuh, dan taat terhadap peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, serta sanggup menjalankannya, dan tidak mengelak jika diberikan sanksi-sanksi bila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan. Artinya, guru yang mempunyai disiplin kerja tinggi, mempunyai sikap dan perilaku tepat waktu dalam melaksanakan tugas, memiliki kesadaran yang tinggi terhadap tugasnya, dan patuh terhadap semua aturan baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis dalam melaksanakan tugas. Disiplin kerja guru dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal, yaitu faktor yang dihubungan dengan sifat-sifat seseorang, seperti motivasi kerja, semangat kerja, dan inisiatif kerja. Faktor eksternal, yaitu faktorfaktor yang berasal dari lingkungan, seperti: tingkat kesejahteraan, kepemimpinan kepala sekolah, ketegasan, pengawasan, dan insentif. Keterkaitan antara faktor-faktor tersebut dengan disiplin kerja guru dapat diidentifikasikan sebagai berikut. Faktor kepemimpinan kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap disiplin kerja guru, karena dalam menegakkan kedisiplinan guru diperlukan ketegasan, keteladanan, dan pengawasan kepala sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah juga berpengaruh terhadap motivasi kerja guru, karena kepemimpinan adalah proses memotivasi, mempengaruhi dan mengarahkan orang lain terhadap pencapaian tujuan. Dengan demikian, untuk meningkatkan disiplin dan motivasi kerja guru diperlukan kepemimpinan kepala sekolah yang mampu melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan dengan baik, yaitu yang mampu memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan dan menggerakkan guru agar dapat bekerja dengan baik dan benar sesuai aturan dan petunjuk yang telah ada.
Motivasi kerja adalah dorongan, keinginan, seseorang dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan dengan berpartisipasi aktif baik waktu maupun biaya demi tercapainya tujuan yang diinginkan. Guru yang, mempunyai motivasi kerja tinggi akan berusaha melaksanakan tugas dengan lebih berdisiplin. menghargai waktu, dan mempunyai inisiatif dalan bekerja. Selain itu juga, guru yang mempunyai motivasi kerja akan lebih bertanggung jawab, bersemangat, dan mempunyai inisiatif dalam bekerja dan berupaya memberikan hasil maksimal. Dari hasil observasi dan wawancara penulis ke beberapa guru IPS dibeberapa SMA Negeri Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis, banyak guru yang mengatakan bahwa mereka masih kurang mengerti tentang tugas-tugas baru, serta mengalami hambatan-hambatan dalam menjalankan tugas-tugasnya dalam hal ini tidak mendapat bimbingan dari kepala sekolah. Selain itu ada guru IPS yang memiliki semangat kerja rendah dan tidak mematuhi semua peraturan yang ada, ini juga tidak mendapatkan motivasi serta pembinaan dari kepala sekolah. Tingkat kesejahteraan yang baik dapat meningkatkan disiplin kerja seseorang pegawai. Menurut Alex (1982:124), tingkat kesejahteraan yang dimaksud, adalah besarnya imbalan yang diterima, sehingga mereka dapat hidup secara layak. Fenomena di SMA Negeri Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis masih terlihat tingkat kesejahteraan guru relatif baik, seperti guru diberikan insentif transportasi, kerja melebihi jam kerja dinas mendapatkan honor tambahan, dan adanya program-program pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dibiayai oleh dinas. Dalam menegakkan kedisiplinan kerja, tidak cukup hanya melalui peningkatan kesejahteraan, tetapi juga diperlukan ketegasan pimpinan. Seorang kepala sekolah jangan sampai membiarkan suatu pelanggaran yang diketahui tanpa suatu tindakan, atau membiarkan pelanggaran tersebut terjadi
Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT}2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
299
LPPM Politeknik Bengkalis
berlarut-larut tanpa tindakan yang tegas. Alex (1982:213) menjelaskan bahwa tindakan yang tegas dari pimpinan harus diikuti juga dengan ancaman, agar bagi pelanggar kedisiplinan tidak mengulangi lagi tindakan yang telah dilakukannya. Insentif yang diberikan kepada guru juga memiliki pengaruh positif terhadap disiplin kerja. Insentif adalah sesuatu yang diterima guru sebagai balas jasa untuk kerja mereka, baik yang bersifat finansial, maupun nonfinansial. Insentif yang diterima guru-guru di SMA Negeri Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis cukup baik, seperti adanya tunjangan transportasi, adanya tunjangan hari raya, adanya beberapa guru melanjutkan pendidikan dengan biaya dinas, adanya pelatihan-pelatihan dan seminar-seminar bagi guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Selain itu motivasi, pembinaan, bimbingan dan pengawasan dari kepala sekolah sebagai pimpinan sedikit banyaknya akan berpengaruh terhadap tingkat kedisiplinan guru khususnya guru IPS. 2.
PERUMUSAN MASALAH
1. Seberapa besar kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh terhadap motivasi kerja guru IPS di SMA Negeri Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis? 2. Seberapa besar kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja berpengaruh terhadap disiplin kerja guru IPS di SMA Negeri Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis? 3.
PENGERTIAN DISIPLIN KERJA
Poerwadaminta (2003: 97) mendefinisikan disiplin suatu ketaatan dan kepatuhan pada aturan dan tata tertib. Menurut Wursanto (1998:233) disiplin merupakan suatu kepatuhan terhadap aturan-aturan, normanorma hukum, tata tertib dan sebagainya. Alex (1982:199) mengemukakan disiplin adalah suatu tingkah laku dan perbuatan yang sesuai
dengan peraturan dari organisasi, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Agustiar (2004:103) mendefinisikan bahwa displin pada dasarnya adalah conform to norm yaitu senantiasa mentaati norma-norma yang berlaku. Artinya, inti dari disiplin itu adalah kepatuhan terhadap aturan-aturan, normanorma yang berlaku. Disiplin kerja pada dasarnya merupakan gabungan dari kata disiplin yang dikaitkan dengan tugas seorang individu dalam pekerjaannya. Anwar (2004:73) mengatakan bahwa disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi. Imron (1995:92) menyatakan disiplin kerja adalah suatu keadaan tertib dan teratur seperti sebagaimana semestinya. Hadari (1986:145) mengemukakan bahwa disiplin kerja adalah kepatuhan seseorang dalam mematuhi setiap peraturan yang berlaku di dalam organisasi kerja, juga berbagai usaha untuk melaksanakan setiap pekerjaan sebagaimana yang seharusnya. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, disiplin kerja merupakan kepatuhan seseorang dalam mematuhi peraturan dari organisasi, baik yang, tertulis maupun yang tidak tertulis, seperti kesediaan mematuhi secara sadar setiap peraturan yang berlaku di dalam organisasi kerja dan juga berupaya melaksanakan setiap pekerjaan sebagaimana yang seharusnya. 4.
PENTINGNYA DISIPLIN KERJA
Secara umum Siswanto (2002:156) menyatakan bahwa pentingnya disiplin kerja adalah untuk kelangsungan suatu organisasi sesuai dengan motif organisasi masing-masing. Jika dikaitkan dengan tugas guru dalam pembelajaran, guru berhadapan dengan sejumlah peserta didik dengan berbagai macam latar belakang, sikap, dan potensi yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap kebiasaannya dalam mengikut pembelajaran dan berperilaku di sekolah. Oleh sebab itu,
Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT}2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
300
LPPM Politeknik Bengkalis
menurut Enco (2008:193) guru berfungsi sebagai pengemban ketertiban, yang patut digugu dan ditiru, tetapi tidak diharapkan sikap yang otoriter. Menurut Bafadal (2003:86), dalam pencapaian tujuan pendidikan guru bertanggungjawab mengarahkan, dan berbuat baik, menjadi contoh, sabar, dan penuh perhatian. Kenyataan inilah menurut Enco (2008:192), pentingnya disiplin guru dalam melaksanakan tugas, karena guru harus mampu membantu peserta didik mengembangkan pola perilaku untuk dirinya, membantu peserta didik meningkatkan standar perilakunya, dan menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat untuk menegakkan disiplin. Menurut Alex (1982:156), kedisiplinan seorang di dalam bekerja tercermin dari aspek seperti ketepatan waktu, kepatuhan, dan tanggung jawab. Selanjutnya, Siswanto (2002:176) mengemukakan disiplin kerja merupakan suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat tehadap peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. 5.
FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI KERJA
YANG DISIPLIN
Menurut Alex (1982:187), disiplin kerja pegawai dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kesejahteraan, ketegasan, kepemimpinan yang menjadi keteladanan, dan ancaman. Artinya, untuk meningkatkan disiplin kerja perlu memperhatikan faktor-faktor tersebut. Veithzal (2004:109) menyatakan bahwa disiplin kerja guru dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal, yaitu faktor yang dihubungan dengan sifat-sifat seseorang, seperti motivasi kerja, semangat kerja, dan inisiatif kerja. Faktor eksternal, yaitu faktorfaktor yang berasal dari lingkungan, seperti:
tingkat kesejahteraan, kepemimpinan kepala sekolah, ketegasan, pengawasan, dan insentif. Menurut Enco (2003:158) untuk meningkatkan kedisiplinan perlu adanya tindakan atau sanksi-sanksi yang tegas dilakukan oleh seorang pimpinan. Meskipun demikian kedisiplinan sebenarnya merupakan kebiasaan, maka ancaman yang diberikan bukanlah suatu hukuman tetapi lebih baik ditekankan agar mereka melaksanakan kebiasaan yang kita anggap baik. Alex (1982:183) menambahkan bahwa, ancaman diberikan sebelum dijatuhkan hukuman bertujuan memberikan kesadaran kepada guru agar bekerja dapat menghargai waktu, serta mematuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan. Siswanto (2002:154) mengatakan bahwa faktor motivasi kerja, moral kerja, kepemimpinan, dan kompensasi yang diterima seseorang dalam suatu organisasi sangat erat korelasinya dengan disiplin kerja. Enco (2003:142) mengatakan keteladanan kepala sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap disiplin kerja guru, sebab kepala sekolah adalah merupakan panutan dan sorotan dari guru. Cara kepemimpinan kepala sekolah yang dapat dijadikan panutan bagi guru adalah di depan selalu memberikan keteladanan, di tengah selalu membangkitkan semangat dan kegairahan kerja dan di belakang selalu bertindak sebagai motivator. Menurut Timpe (1990:201), salah satu cara manajemen untuk meningkatkan disiplin kerja pegawai, adalah melalui pemberian kompensasi. Pemberian kompensasi akan mengakibatkan guru lebih bersemangat dalam melaksanakan tugas. Selain itu juga guru akan merasakan pekerjaan yang dikerjakannya melebihi dari tugas dan tanggung jawab yang telah ditetapkannya, merasa dihargai, sehingga guru akan berusaha melaksanakan tugas dengan tepat waktu, sesuai aturan dan petunjuk, dan berusaha akan menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan tepat. Kemudian Gouzali (2000:197) mengatakan bahwa dalam meningkatkan disiplin kerja,
Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT}2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
301
LPPM Politeknik Bengkalis
diperlukan pengawasan dari pimpinan. Orang yang paling tepat melaksanakan pengawasan terhadap disiplin kerja guru adalah kepala sekolah, karena kepala sekolah merupakan atasan langsung para guru dan yang paling tahu dan paling dekat dengan para guru. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, disiplin kerja guru dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal. Faktor internal tersebut meliputi motivasi kerja dan moral kerja, sedangkan faktor eksternal meliputi kesejahteraan, ketegasan, kepemimpinan, kompensasi, pengawasan oleh kepala sekolah, dan budaya organisasi. 6. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN Syaiful (2004:102) menyatakan kepemimpinan adalah proses seseorang dalam mempengaruhi, memotivasi, mengajak, dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan. Kartini (1992:13) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah seorang yang mampu menjadi motivator, dinamisator dan kordinator dari sumber daya manusia, sumber daya alam, semua dana dan sarana yang disiapkan oleh sekumpulan manusia yang berorganisasi. Burhanuddin (1994:73) mengatakan kepemimpinan merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan segenap kemampuan untuk mempengaruhi, memotivasi, mengarahkan, dan menggerakkan orang-orang yang dipimpin supaya mereka mau bekerja dengan penuh semangat dan kepercayaan dalam mencapai tujan-tujuan organisasi. Budhi (1998:89) mendefinisikan kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan suatu kelompok organisasi atau masyarakat untuk mencapai tujuan bersama. Dari beberapa pengertian kepemimpinan di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan rangkaian kegiatan dalam mempengaruhi, memotivasi, menggerakkan serta mengarahkan suatu kelompok sehingga tercapai tujuan organisasi.
7. PENGERTIAN MOTIVASI KERJA Winardi (2001:6) mengatakan bahwa motivasi adalah suatu kekuatan potensial yang ada dalam diri seorang manusia, yang dapat dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang dapat mempengaruhi hasil kerjanya secara positif atau secara negatif. Artinya, motivasi adalah suatu dorongan dalam diri seseorang untuk berbuat, baik yang bersifat positif maupun berbuat hal yang negatif. Panji (2001:87) menyatakan motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan sesorang mau dan rela untuk menggerakkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan, tenaga, dan waktunya untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung ini berarti bahwa motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang agar bersedia menggunakan semua kemampuan dan waktu untuk melaksanakan tanggungjawabnya. Manulang (1985:146) mengartikan motivasi sebagai keadaan dalam pribadi seseorang Yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Artinya, motivasi adalah sesuatu yang tumbuh dalam diri seseorang, sehingga melakukan suatu kegiatan untuk mendapatkan hasil. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu kekuatan yang mendorong seseorang agar bersedia menggunakan semua kemampuan dan waktu untuk melaksanakan tanggungjawabnya. Jika dikaitkan dengan motivasi seseorang dalam bekerja, maka dapat dikatakan bahwa motivasi kerja adalah keinginan dan kemauan seseorang dalam menggunakan kemampuan yang berkaitan dengan bidang pekerjaan guna mencapai tujuan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Ibrahim (1992:56) bahwa motivasi kerja adalah keinginan dan kemauan seseorang untuk mengambil keputusan bertindak dan menggunakan seluruh kemampuan psikis, social, dan kekuatan
Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT}2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
302
LPPM Politeknik Bengkalis
fisiknya dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Panji (2001:89) menyatakan motivasi kerja adalah dorongan, keinginan, seseorang dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan dengan berpartisipasi aktif baik waktu maupun biaya, demi tercapainya tujuan yang diinginkan. Kemudian, Sudarwan (2003:75) mengemukakan motivasi kerja adalah dorongan yang muncul pada diri individu untuk secara sadar melakukan pekerjaan yang dihadapi. Kesadaran yang dimaksud di sini dapat bersumber dari faktor-faktor internal dan dapat pula muncul dari faktor eksternal.
ti =
(1 − R
Pyxi 2
)
yxi... yxk (Rij ) n − k −1
Sebelum menjelaskan secara detil hasil pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu penulis menyajikan hasil analisis jalur (path analysis) model simultan sebagaimana gambar berikut ini: Gambar 1. Pengaruh Langsung Dan Tidak Langsung Variabel X1 & X2 Terhadap Y
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi kerja adalah keinginan, kemauan, dan dorongan yang muncul pada diri seseorang untuk secara sadar melakukan pekerjaan yang dihadapi. 8.
TEKNIK ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis jalur dengan rumus:
h
∑ xi h 2
Pyxi = byxi =
h =1 h
∑y h 2
h=2
Untuk koefisien X1 ke Y adalah: PY X1 = PyX 1 . X 1 + e Untuk koefisien X2 ke Y adalah: Y= PyX 1 . X 2 + e Untuk mengukur pengaruh variabel lain (e) digunakan rumus: Pyε = 1-R yxi...xk 2
Kemudian untukmelihat tingkat signifikansi antara variabel bebas dan terikat dilakukan uji t.
Memperhatikan hasil pengujian tersebut, diperoleh gambaran bahwa koefisien jalur dan hubungan korelasional masing-masing variabel yang diuji adalah positif, sehingga untuk mendapatkan nilai pengaruh sebagaimana yang diharapkan dalam hipotesis penelitian, dapat dijelaskan berikut ini. Tabel 1. Perhitungan Pengaruh Langsung Dan Pengaruh Tidak Langsung Variabel X1 & X2 Terhadap Y (dalam %) Pengaruh Tidak Sub Var Langsung Total X1 X2 X1 53.29 7.4 7.4 ⎯ X2 3.61 7.4 7.4 ⎯ Pengaruh Total Variabel X1 & X2 Terhadap Y Pengaruh Variabel Luar Selain X1 & X2 Terhadap Y Pengaruh langsung
Total 60.69 11.01 71.70 28.3
Memperhatikan hasil pengujian pengaruh baik langsung maupun tidak langsung sebagaimana dijelaskan dalam tabel di atas, diperoleh gambaran bahwa pengaruh kepemimpinan dan motiviasi kerja terhadap disiplin kerja guru baik langsung maupun tidak langsung adalah
Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT}2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
303
LPPM Politeknik Bengkalis
sebesar 71.70% dan sisanya sebesar 28.30%, disiplin guru dipengaruhi faktor lain yang tidak termasuk ke dalam model penelitian ini. Nilai pengaruh simultan sebagaimana temuan penelitian ini dapat dikategorikan berada pada tingkat pengaruh sedang. Dengan demikian penelitian ini masih relevan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Enco (2003) sebagaimana dijelaskan dalam studi tersebut bahwa mengatakan keteladanan kepala sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap disiplin kerja guru, sebab kepala sekolah adalah merupakan panutan dan sorotan dari guru. Cara kepemimpinan kepala sekolah yang dapat dijadikan panutan bagi guru adalah di depan selalu memberikan keteladanan, di tengah selalu membangkitkan semangat dan kegairahan kerja dan di belakang selalu bertindak sebagai motivator.
oleh guru mengalami hambatan-hambatan dalam menjalankan tugas-tugasnya, dalam hal ini tidak mendapat bimbingan dari kepala sekolah serta keterbatasan penyediaan fasilitas diperlukan untuk memperlancar pelaksanaan tugas guru sebagai upaya pemenuhan disiplin kerja guru. 3) Pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin kerja melalui motivasi kerja guru menunjukkan tingkat pengaruh sedang. Artinya, disiplin kerja guru akan terbentuk dengan baik apabila kepala sekolah mampu menerapkan pola kepemimpinan yang selama ini telah dilaksanakan dengan baik, namun untuk konteks penelitian ini perlu digalakan pola pemotivasian guru yang lebih konsisten dengan memperhatikan faktor-faktor strategis yang mendesak pelaksanaannya. DAFTAR PUSTAKA
Integrasi kepemimpinan dan motivasi kerja sebagaimana ditunjukkan melalui temuan penelitian, nampak bahwa disiplin kerja dapat dipacu secara baik, terbukti dengan besarnya pengaruh simultan kedua variabel tersebut terhadap disiplin kerja guru. 9.
Dharma. A. 1992. Manajemen Perilaku Organisasi : Pendayagunaan Sumber Daya Manusia. Jakarta : Erlangga. Nur, A.S. 2004. Kepemimpinan dan Psikologi Manajemen. Diktat.
KESIMPULAN
1) Kepemimpinan kepala sekolah yang terjadi selama ini mampu meningkatkan disiplin kerja guru pada objek penelitian ini dengan tingkat pengaruh yang besar. Hal ini terjadi sebagai dampak dari kekuatan komitmen kepala sekolah yang secara bersama-sama dengan guru IPS mematuhi aturan main yang telah disepakati. Namun demikian, hal itu belum dapat diimplementasikan secara menyeluruh karena empiris yang kurang mendukung misalnya adanya kegiatan lain diluar kesibukan mengajar misalnya studi lanjut atau kegiatan ekstrakurikuler lainnya. 2) Motivasi kerja guru memiliki kontribusi yang sangat kecil terhadap disiplin kerja guru. Kondisi ini terjadi sebagai dampak dari keterbatasan guru dalam menghasilkan kinerja yang sempurna. Hal ini disebabkan
Nitisesmito, A. 1982. Manajemen Personalia. Jakarta : Ghalia Indonesia. Mulyasa, E. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : Remaja Rosdakarya. Noname. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Saydam, G. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Djambatan. Handoko. H. 2000. Manajemen, Edisi I, Yogyakarat : BPFE. Bafadal, I. 1992. Inovasi Pendidikan. Jakarta : Depdikbud. Noname. 2003. Peningkatan Profesional Guru Sekolah Dasar. Jakarta: BumiAksara.
Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT}2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
304
LPPM Politeknik Bengkalis
Kartono, K. 1992. Pimpinan dan Kepemimpinan. Jakarta : Ghalia Indonesia. Manullang. M. 2000. Manajemen Personalia. Jakarta : Ghalia Indonesia. Anoraga, P. 2001. Perilaku Organisasi. Jakarta : Pustaka Jaya. Robert. M. 1992. Produktivitas. Terjemahan oleh Muchdarsyah Sinungan. 2000. Jakarta: Bumi Aksara. Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Balajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada Santoso, S. 2000. Mengolah Data Statistik Secara Profesional Verse 7.5. Jakarta: Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Sastrohadiwiryo, S. 2002. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta. Soetopo dan Soemanto. 1988. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Danim, S. 2003. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok Jakarta:Rineka Cipta. Dale, T.A. 1990. Kinerja. Terjemahan Sofyan Cikimat. 1993. Jakarta : PT. Gramedia. Asri Media. Rivai, V. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Wahjosumidjo. 1988. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta : Ghalia Indonesia. Winardi. 2002. Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Wursanto. 1998. Manajemen Kepegawaian 1. Yogyakarta : Kanisius.
Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT}2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
305