HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN DISIPLIN KERJA GURU SMA (Penelitian pada Guru-guru PNS se-kecamatan Tambun Selatan kab.Bekasi)
Erna Rostika, Hj. Rita Retnowati, Sumardi
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi kerja dan kepemimpinan kepala sekolah dengan disiplin kerja guru. Metode yang digunakan yaitu survey dengan pendekatan korelasional dan teknik analisis data menggunakan statistik korelasi dan regresi linier sederhana serta korelasi dan regresi ganda. Hasil penelitian menghasilkan tiga kesimpulan yaitu: pertama, terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi kerja dengan disiplin kerja guru dengan persamaan regresi Ŷ = 105,469 + 0,359 X1 dan koefisien korelasi ry1 = 0,468. Kedua, terdapat hubungan positif yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan disiplin kerja guru dengan persamaan regresi Ŷ = 95,264 + 0,228 X2 dan koefisien korelasi ry2 = 0,404. Ketiga, terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi kerja dan kepemimpinan kepala sekolah secara bersama-sama dengan disiplin kerja guru dengan persamaan regresi Ŷ = 62,350 + X 2 dan koefisien korelasi ry,12 = 0,516. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja guru dipengaruhi oleh motivasi kerja dan kepemimpinan kepala sekolah. Kata Kunci: Motivasi , Kepemimpinan dan Disiplin guru
ABSTRACT
The aim of the research is to find out the correlation between Motivation Work and Principal’s Leadership with Teacher’s Dicipline. The applied research method is survey method with correlation approach and data analysis techniques using both linier and multiple correlation and regression statistic test. The research produces three main conclusions, namely (1) There is positive and significant correlation between Motivation Work with Teacher’s Dicipline with regression equation of Ŷ = 105,469 + 0,359 X1 and correlation coefficient, ry1 = 0,468 (2) There is positive and significant correlation between principal’s leadership (X2) with Teacher’s Dicipline (Y) with regression equation of Ŷ = 95,264 + 0,228 X2 and correlation coefficient, ry2 = 0,404 and (3) There is positive and significant correlation between Motivation Work and principal’s leadership simultaneously with Teacher’s Dicipline (Y) with regression equation of Ŷ = 62,350 + 0,349 X1 + 0,2 X2 and correlation coefficient ry,12 = 0.516. The research concludes that teacher’s dicipline of State Senior High School at South Tambun Bekasi was influenced by work motivation and principal’s leadership. Keywords: Motivation, Leadership and Teacher’s Dicipline
PENDAHULUAN Mengajar bukanlah suatu hal yang mudah karena merupakan proses kegiatan yang sangat komplek. Pelaksanaan mengajar perlu direncanakan dengan baik agar mencapai tujuan yang ditetapkan serta harus ditunjang oleh kemampuan guru dalam menetapkan strategi yang efektif, hasilnya perlu dievaluasi secara obyektif. Salah satu masalah yang menuntut perhatian guru di sekolah adalah masalah disiplin kerja, oleh karena itu kemampuan professional dan disiplin kerja seorang guru mempengaruhi pencapaian tujuan pendidikan. Tugas guru selain mendidik dan mengajar, juga disibukan dengan kegiatan administrasi pembelajaran dan administrasi kelas yang begitu padat, menyebabkan guru mengalami kejenuhan dan kelelahan dalam melaksanakan tugasnya hingga akhirnya berpengaruh terhadap disiplin kerja, selain itu ada juga pengaruh dari kepemimpinan kepala sekolah.. Disiplin kerja guru mempunyai pengaruh besar terhadap pencapaian tujuan pengajaran. Disiplin juga merupakan salah satu ciri tenaga kerja yang berkualitas. Setiap tenaga pelaksana atau guru dituntut memiliki disiplin. Motivasi memberikan cara gairah kerja guru, supaya guru bekerja keras dengan menyumbangkan segenap kemampuan, pikiran, keterampilan untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Guru menjadi seorang pendidik karena adanya motivasi, apabila tidak memiliki motivasi maka tidak akan berhasil untuk mendidik. Motivasi merupakan daya pendorong yang mengakibatkan guru memiliki keyakinan sehingga dapat mencapai tujuan organisasi dan pribadi, hal ini berpengaruh terhadap disiplin kerja. Kepala Sekolah mempunyai peran penting dalam peningkatan disiplin kerja guru. Kepala sekolah harus memiliki kecerdasan emosional yang mampu menanamkan, memajukan, dan meningkatkan nilai mental, moral, fisik, dan artistik kepada guru, tenaga administrasi dan peserta didik. Peranan kepala sekolah harus menunjukkan sikap persuasif dan keteladanan sehingga dapat menjadi contoh terhadap disiplin kerja guru.. Kepala sekolah yang tidak mau mendengar pendapat bawahan menyebabkan guru bertindak apriori terhadap kepentingan pekerjaan atau sekolah. Hal ini akan menurunkan disiplin kerja guru. Kepercayaan terhadap guru perlu ditanamkan supaya guru mempunyai tanggung jawab dalam bekerja sehingga disiplin kerja guru akan tercapai. Atas dasar pentingnya motivasi, kepemimpinan kepala sekolah dan disiplin kerja yang diperlukan saat sekarang dan masa mendatang penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian terhadap guru-guru SMA di kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan korelasional dengan unit analisisnya adalah guru. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data primer mengenai motivasi kerja dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap disiplin kerja guru..Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMA Negeri yang berstatus Pegawai Negeri Sipil se Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi, yang tersebar di 5 SMA Negeri dengan jumlah guru sebanyak 179 guru. Jumlah sampel dalam penelitian diperkirakan 124 orang dengan menggunakan
tehnik penarikan sampel secara acak proporsional (proporsional random sampling) dan akan diuji coba sebanyak 30 orang di luar sampel. Tehnik pengumpulan data.menggunakan tehnik penyebaran instrumen penelitian berupa kuesioner.dimulai dengan penyusunan instrumen sebanyak kurang lebih 40 butir yang mengacu pada indikator motivasi kerja, kepemimpinan kepala sekolah dan disiplin kerja guru, dilanjutkan dengan tahap selanjutnya konsep instrumen diperiksa oleh pembimbing menyangkut validasi konstruks, yakni apakah butir-butir soal tersebut sudah cocok mengukur indikator-indikator yang dimaksud. Untuk menguji hipotesis penelitian dilakukan analisis data. Tahap pendahuluan, melakukan analisis dengan menggunakan statistik deskriptif, yakni dengan melakukan mendiskripsikan data masing-masing variabel secara tunggal, sedangkan statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis. Sebelum pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis, yaitu uji normalitas dan homogenitas. Statistik deskriptif yang akan digunakan adalah rata-rata,standar deviasi, tabel frekuensi, histogram. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi dan korelasi sederhana dan jamak.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian membuktikan kebenaran ketiga hipotesis yang dirumuskan adanya hubungan antara motivasi kerja dan kepemimpinan kepala sekolah dengan disiplin kerja guru. Dengan memperhatikan bentuk hubungan variabel bebas dengan variabel terikat dalam bentuk hubungan fungsional maka disiplin kerja guru merupakan hasil dari bekerjanya motivasi kerja dan kepemimpinan kepala sekolah guru. 1. Hubungan antara motivasi kerja dengan disiplin kerja guru. Hubungan fungsional antara motivasi kerja (variabel X1) dengan disiplin kerja guru (variabel Y) dapat ditunjukkan dengan persamaan Ŷ = 105,469 + 0,359 X1. Persamaan ini memberikan arti nilai variabel dependen disiplin kerja guru (Y) dipengaruhi oleh variabel independen yaitu motivasi kerja (X1). Nilai koefisien korelasi motivasi kerja dengan disiplin kerja guru adalah ry1 = 0,468 dan koefisien determinasi r2y1 = 0,219 yang dihasilkan, menunjukkan tingkat hubungan yang signifikan serta kontribusi yang diberikan oleh variabel motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru adalah 21,9 % sedangkan sisanya yaitu sebesar 78,1 % dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel yang diteliti. Berdasarkan hubungan fungsional tersebut dapat dinyatakan bahwa disiplin kerja guru merupakan hasil dari bekerjanya motivasi kerja. Semakin tinggi motivasi kerja maka semakin baik pula disiplin kerja guru disekolah tersebut. Hal yang sebaliknya akan terjadi apabila motivasi kerja dalam proses belajar mengajar rendah maka semakin rendah pula disiplin kerja guru dalam mengajar disekolah. Robert Heller yang dikutip Triantoro Safaria menyatakan bahwa motivasi adalah keinginan untuk bertindak. Ada pendapat bahwa motivasi harus diinjeksi dari luar, tetapi sekarang semakin dipahami bahwa setiap orang termotivasi oleh kekuatan yang berbeda.. Menurut Robert Kreitner dan Angelo Kinicki, motivasi merupakan proses psikologis yang membangkitkan dan mengarahkan perilaku pada pencapaian tujuan atau goal–directed behavior. George R. Terry dan Leslie W. Rue, mendefinisikan motivasi menyangkut perilaku manusia, membuat seseorang menyelesaikan pekerjaan dengan semangat, karena orang itu ingin melakukannya,
memberikan pencerahan, pemberdayaan, inovasi kepada guru-guru agar dapat melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien, sehingga kinerjanya lebih baik lagi. Motivasi kerja guru dalam mengembangkan, akan dipengaruhi oleh keinginankeinginan yang ada padanya. Apabila guru mempunyai keinginan yang kuat sesuai dengan perananya, maka guru tersebut akan berusaha melakukan tugas-tugas disekolah secara optimal sesuai dengan keinginannya. 2. Hubungan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Disiplin Kerja Guru Hubungan fungsional antara kepemimpinan kepala sekolah (variabel X2) dengan disiplin kerja guru (variabel Y) dapat ditunjukkan dengan persamaan Ŷ = 95,264 + 0,228 X2. Persamaan ini memberikan arti nilai variabel dependen disiplin kerja guru (Y) dipengaruhi oleh variabel independen yaitu kepemimpinan kepala sekolah (X2). Koefisien korelasi kepemimpinan kepala sekolah dengan disiplin kerja guru adalah ry2 = 0,402 dan koefisien determinasi r2y2= 0,163 yang dihasilkan, menunjukkan tingkat hubungan yang signifikan serta kontribusi yang diberikan oleh variabel kepemimpinan kepala sekolah terhadap disiplin kerja guru adalah 16,3 % sedangkan sisanya yaitu sebesar 83,7 % dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel yang diteliti. Berdasarkan hubungan fungsional tersebut dapat dinyatakan bahwa disiplin kerja guru merupakan hasil dari bekerjanya kepemimpinan kepala sekolah. Semakin baik kepemimpinan kepala sekolah maka semakin baik pula disiplin kerja guru disekolah tersebut. Hal yang sebaliknya akan terjadi apabila kepemimpinan kepala sekolah rendah maka semakin rendah pula disiplin kerja guru dalam mengajar disekolah. Menurut Joseph C. Rost, dalam Safaria Triantoro bahwa kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya. Kepala sekolah menjalankan kepemimpinan manajerial karena di sekolah ada sejumlah personel yang berinteraksi dengan kepala sekolah dalam menjalankan tugas-tugas sekolah. Perilaku pemimpin yang positif dapat mendorong kelompok dalam mengarahkan dan memotivasi individu untuk bekerja sama secara kelompok dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi. Dalam hal ini, apabila seorang guru termotivasi dalam melakukan tugasnya akan mencoba sekuat tenaga, agar upaya yang tinggi tersebut menghasilkan kinerja yang tinggi pula. Kepala sekolah yang efektif adalah yang memenuhi kriteria sebagai personel yang mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif, dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dan mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat 3. Hubungan antara motivasi kerja dan kepemimpinan kepala sekolah dengan disiplin kerja guru. Kuat lemahnya pengaruh antara variabel motivasi kerja (X1) dan kepemimpinan kepala sekolah (X2) secara bersama-sama dengan disiplin kerja disiplin kerja guru (Y) dapat diketahui melalui analisis regresi ganda. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh persamaan regresi Ŷ = 62,350 + 0,349 X1 + 0,213 X2. Persamaan ini memberikan arti nilai variabel dependen disiplin kerja guru (Y) dipengaruhi oleh variabel independen yaitu motivasi kerja (X1) dan kepemimpinan kepala sekolah (X2).
Nilai koefisien korelasi ganda antara motivasi kerja dan kepemimpinan kepala sekolah dengan disiplin kerja guru adalah ry1,2 = 0,515. Hubungan ini cukup tinggi, yang berarti bahwa apabila motivasi kerja guru dan kepemimpinan kepala sekolah secara bersama-sama meningkat, maka disiplin kerja guru juga meningkat. Sedangkan koefisien determinasinya r2y1,2 = 0,266, menunjukkan tingkat hubungan yang signifikan. Kontribusi yang diberikan oleh variabel motivasi kerja dan kepemimpinan kepala sekolah secara bersama-sama dengan disiplin kerja guru adalah 26,6 % sedangkan sisanya yaitu sebesar 73,4 % dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel yang diteliti. Hasil perhitungaan diperoleh thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi kerja dan kepemimpinan kepala sekolah secara bersama-sama dalam meningkatkan disiplin kerja guru disekolah. Menurut Ernest J. McCormick, motivasi kerja sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja. Motivasi kerja yang tinggi tentunya sangat diperlukan dalam mewujudka kinerja yang optimal. Guru yang bekerja dengan kemampuan dan keterampilan yang maksimal, mengindikasikan bahwa guru tersebut telah berusaha untuk memenuhi target kerja yang telah ditetapkan. Menurut John P. Kotter, kepemimpinan merupakan orang yang memiliki kewenangan untuk memberi tugas, mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain melalui pola hubungan yang baik guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepemimpinan dari seorang kepala sekolah dikatakan berhasil apabila memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik, serta mampu melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai seorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah. Studi keberhasilan kepala sekolah menunjukkan bahwa kepala sekolah adalah seorang yang menentukan titik pusat dan irama suatu sekolah. Disiplin diri yang dimiliki oleh guru juga sangat membantu tercapainya tujuan yang ditetapkan organisasi seperti kesadaran dan kesediaan guru mentaati semua peraturan di sekolah dan norma-norma sosial yang berlaku. Sedangkan menurut Leslie W. Rue, kepemimpinan kepala sekolah adalah tingkat awal manajemen dalam sebuah organisasi yang dapat mendorong atau memotivasi guru untuk berkomunikasi secara positif dalam mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan kepala sekolah memperbaiki mutu pengajaran guru atau disiplin kerja guru yang belum baik menjadi lebih baik. Kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru merupakan dua variabel dominan yang diperlukan dalam meningkatkan disiplin kerja guru. Kepemimpinan kepala sekolah yang ideal dan motivasi kerja guru yang tinggi akan mendorong guru untuk bekerja lebih produktif, mencintai pekerjaanya dan bekerja dengan penuh kerelaan dan kesadaran untuk mewujudkan tujuan sekolah yang hendak dicapai. Dengan demikian kepemimpinan kepala sekolah yang ideal dan motivasi kerja guru yang tinggi sangat berdampak positif terhadap disiplin kerja guru.
SIMPULAN Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji hubungan antara motivasi kerja, kepemimpinan kepala sekolah dan disiplin kerja guru di SMAN kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi. Penelitian ini menghasilkan simpulan sebagai berikut.:
1. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi kerja dan disiplin kerja guru. Kekuatan hubungan antara motivasi kerja (X1) dan disiplin kerja guru (Y) ditunjukkan dengan koefisien korelasi ry1 = 0,468 dan koefisien determinasi r2y1 = 0,2190 artinya bahwa motivasi kerja memberikan kontribusi 21,90 % terhadap disiplin kerja guru. Hubungan fungsional antara motivasi kerja dan disiplin kerja guru ditunjukkan oleh persamaan regresi Ŷ = 105,469 + 0,359 X1, yang berarti setiap kenaikan satu satuan motivasi kerja dapat meningkatkan disiplin kerja guru sebesar 0,359 satuan. 2. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dan disiplin kerja guru. Kekuatan hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah (X2) dan disiplin kerja guru (Y) ditunjukkan dengan koefisien korelasi r y2 = 0,404 dan koefisien determinasi r2y1 = 0,1634 artinya bahwa kepemimpinan kepala sekolah memberikan kontribusi 16,34 % terhadap disiplin kerja guru. Hubungan fungsional antara kepemimpinan kepala sekolah dan disiplin kerja guru ditunjukkan oleh persamaan regresi Ŷ = 95,264 + 0,228 X2, yang berarti setiap kenaikan satu satuan kepemimpinan kepala sekolah dapat meningkatkan disiplin kerja guru sebesar 0,228 satuan. 3. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi kerja (X1), kepemimpinan kepala sekolah (X2) secara bersama-sama dengan disiplin kerja guru (Y). Kekuatan hubungan antara motivasi kerja, kepemimpinan kepala sekolah dengan disiplin kerja guru, ditunjukkan dengan koefisien korelasi ry2 = 0,515 dan koefisien determinasi r2y1 = 0,2660 yang artinya bahwa motivasi kerja dan kepemimpinan kepala sekolah secara bersama-sama memberikan kontribusi 26,60 % terhadap disiplin kerja guru. Hubungan fungsional antara motivasi kerja dan kepemimpinan kepala sekolah dengan disiplin kerja guru ditunjukkan oleh persamaan regresi Ŷ = 62,350 + 0,349 X1 + 0,213 X2 yang berarti setiap kenaikan satu satuan motivasi kerja dan kepemimpinan kepala sekolah secara bersama-sama dapat meningkatkan disiplin kerja guru sebesar 0,562 satuan (0,349 + 0,213).
DAFTAR PUSTAKA A.A.Anwar Prabu Mangkunegara. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009. Abdurrahmat Fathoni, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006). Edy Sutrisno. Manajemen Sumber Daya Manusia , Jakarta: Kencana, 2010. E. Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan implementasi Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007. . Irham Fahmi. Manajemen Kinerja, Teori dan Aplikasinya, Bandung: Alfabeta, 2010. Marihot Tua Efendi Hariandja. Manajemen Sumber Daya Manusia Jakarta: PT Grasindo, 2007.
Sudarwan. Danim. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004. T.Hani Handoko. Manajemen Personalia & Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2004 Triantoro Safaria. Kepemimpinan.Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004. Wibowo, Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.