HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN MOTIVASI KERJA GURU DI SMA HASANUDDIN LAGOA JAKARTA UTARA
Oleh:
Dzulfadhli 103018227361
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI 1431 H/ 2010 M
HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN MOTIVASI KERJA GURU DI SMA HASANUDDIN LAGOA JAKARTA UTARA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
DZULFADHLI NIM: 103018227361
Di bawah bimbingan
Drs. H. Fathi Ismail, MM NIP: 194910121978031003
PROGRAM STUDI MANJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
DEPARTEMEN AGAMA UIN JAKARTA FITK
FORM (FR)
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia
No. Dokumen Tgl. Terbit No. Revisi: Hal
: : : :
FITK-FR-AKD-089 27 Juli 2009 00 1/1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
: Dzulfadhli
Tempat/Tgl.Lahir : 12 April 1983 NIM
: 103018227361
Jurusan / Prodi
: KI Manajemen Pendidikan
Judul Skripsi
: Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Motivasi Kerja Guru di SMA Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara
Dosen Pembimbing
: 1. Drs. Fathi Ismail, MM.
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Mengetahui Ketua Jurusan,
Jakarta, Mahasiswa Ybs. Materai 6000
Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed. M.Phil.
Dzulfadhli
NIP. 19560530 198503 1 002
NIM. 103018227361
ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru di SMA Hasanuddun Lagoa Jakarta Utara. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru di SMA Hasanuddin Jakarta Utara. Hipotesis yang diajukan adalah diduga bahwa tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru di SMA Hasanuddin Jakarta Utara. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMA Hasanuddin pada tahun pelajaran 2010-2011 yang berjumlah 15 orang. Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data adalah dengan menggunakan angket (kuesioner). Pengolahan data dilakukan dengan analisis korelasi product moment dan uji-t. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah kepemimpinan kepala sekolah (X) dan motivasi kerja guru (Y). Hasil penelitian dengan menggunakan analisis korelasi product moment menunjukkan bahwa nilai rhitung = 0,898 berada pada arah yang positif, sedangkan uji signifikansi koefisien korelasi dengan menggunakan uji-t menunjukkan bahwa thitung = 7,36 pada taraf signifikansi α = 5% = 0,05 dan derajat bebas dk = 15 – 2 = 13 lebih besar dari ttabel = 2,160 dengan kata lain H0 ditolak sehingga demikian Ha diterima. Jadi terdapat hubungan yang positif dan signifikan kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru. Dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,898, maka nilai koefisien determinasinya (KD) sebesar 0,8064 hal ini menunjukkan bahwa 80,64% motivasi kerja guru SMA Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah sedangkan 19,36% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak berkaitan atau diluar dari penelitian ini namun tetap mempengaruhi variabel Y motivasi kerja guru SMA Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara.
KATA PENGANTAR
BISMILLAHIR RAHMANI RAHIM Segala puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT Tuhan Rob segala alam sehingga dengan Rahmat-Nya serta kalimatnya yang suci yaitu BISMILLAH merupakan penyadaran atas diri seorang manusia yang akan jiwanya tenggelam dalam dunia kesebaragaman makhluk.Salawat dan salam tak lupa penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga serta sahabatnya yang telah membimbing umatnya kejalan yang benar diatas keridhaan ALLAH SWT. Sekalipun skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun ini merupakan salah satu hasil usaha yang maksimal, karena dalam proses penyelesaiannya tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis temui. Namun berkat pertolongan ALLAH SWT, yang telah memberikan nikmat-Nya dan kesungguhan kepada penulis serta bantuan yang penulis terimadari berbagai pihak.Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih khususnya kepada : 1. Prof. Dr. Dede Rosyada,MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed. M.Phil., Ketua Jurusan Program Kependidikan Islam. 3. Drs. H. Mu’arif SAM.,M.Pd., Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Drs. Fathi Ismail, MM., yang telah memberikan bimbingan serta meluangkan waktunya memberikan arahan dan petunjuk kepada penulis 5. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan literatur yang diperlukan. 6. Bapak Drs. Kanim Atmawijaya Kepala Sekolah SMA Hasaniddin Lagoa Jakarta Utara beserta seluruh elemen civitas akademika SMA Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara. dilingkungan sekolah yang telah memberikan izin untuk
mengadakan penelitian lapangan dan memberikan data-data yang telah dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini. 7. Abdul Kadir dengan tulus dan iklash membagi ilmu dan waktunya dalam meyelesaikan penyusunan skripsi ini. 8. Teman-teman di KI-MP yaitu: Pribadi Muslim Prima, Fajar Fajrin, Agus Mulyana, Paw, Ahmad Fahruddin, Ade Faizah dan teman-temanku yang tidak saya sebut satu persatu namun telah ikut memotivasi untuk penyelesaian studi ini. 9. Orang tua penulis, Ayahanda Drs. H. Mabrur Abduh dan Bunda Hj.Nurjannah yang telah memberikan dorongan materil serta harapannya. semoga ALLAH SWT memberikan pahala yang berlipat ganda dan semoga, Amin. 10. Adik-adikku yang telah memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. 11. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan studi dan skripsi ini.
Semoga segala bantuan dan amal baik yang telah diberikan akan dibalas oleh ALLAH SWT, dengan pahala yang berlipat ganda. Akhirnya penulis selain bersyukur dapat menyelesaikan skripsi ini dan menyadari masih banyak kekurangan dalam konsep maupun penulisannya.
Jakarta, 22 September 2010
Penulis
DAFTAR ISI Lembar pernyataan
…………………………………………………
i
Abstrak
…………………………………………………
ii
Kata pengantar
…………………………………………………
iii
Daftar isi
…………………………………………………
iv
Daftar tabel
…………………………………………………
v
Daftar lampiran
…………………………………………………
vi
BAB I
: PENDAHULUAN
…………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah
…………………………… 1
B. Identifikasi Masalah
…………………………… 6
C. Pembatasan Masalah
…………………………… 6
D. Perumusan Masalah
…………………………… 6
E. Tujuan Penelitian
…………………………… 6
F. Kegunaan dan Manfaat Penelitian BAB II
………………… 1
: KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ………………………… 1 A. KAJIAN TEORI ………
8
1. Kepemimpinan Kepala Sekolah …………………
8
a. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah …
8
b. Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah ….…
11
c. Pendekatan Kepemimpinan …………………
14
d. Gaya Kepemimpinan
17
…………………
B. MOTIVASI KERJA GURU ………………………
24
1. Pengertian Motivasi
………………................. 24
2. Teori Motivasi
………………................. 25
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi …….. 31
4. Ciri-ciri Motivasi Kerja ………………................. 33
BAB III
C. KERANGKA BERFIKIR …………………………
36
D. PENGAJUAN HIPOTESIS ………………………
37
: METODE PENELITIAN …………………………
38
A. Waktu dan Tempat Penelitian
.……………..........
38
B. Tujuan Penelitian
……….……………..........
38
C. Variabel Penelitian
…………….………..........
39
D. Populasi dan Sampel
…………….………..........
39
E. Teknik Pengumpulan Data
…………….…........
39
…………….………..........
40
G. Teknik Analisis dan Interpretasi Data ……………..
42
H. Hipotesis Statistik
44
F. Instrumen Penelitian
BAB IV
……………….……..........
: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …… 47 A. Gambaran Umum Objek Penelitian ……………….
47
1. Sejarah Singkat SMA Hasanuddin Jakarta ……. 47 2. Visi, Misi dan Tujuan SMA Hasanuddin ……… 47 3. Struktur Organisasi SMA Hasanuddin ……….. 4. Data Potensi
…………………….………......... 49
B. Hasil Penelitian
…………………….……….......... 51
C. Pembahasan Hasil Penelitian BAB V
49
: PENUTUP
…………………... 57
…………………….………..........
59
A. Kesimpulan
…………………….………..........
59
B. Saran
...………………….………...........
60
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………
61
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kisi-kisi Instrumen Variabel strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah Tabel 1.2 Kisi-kisi Instrumen Variabel strategi Variabel Motivasi Kerja Guru Tabel 1.3 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Tabel 2.1 Uji Validitas dan Realiabilitas Instrumen Kepemimpinan Kepala Sekolah Tabel 2.2 Uji Validitas dan Realiabilitas Instrumen Motivasi Kerja Guru Tabel 2.3 Kriteria Tingkat Realibilitas Tabel 2.4 Uji Normalitas Data Skor Angket Kepemimpinan Kepala Sekolah Tabel 2.5 Uji Normalitas Data Skor Angket Motivasi Kerja Guru Tabel 2.6 Perhitungan Korelasi Product Moment Tabel 2.7 Interpretasi Koefisien Korelasi Tabel 2.8 Nilai dari Koefisien Determinasi
DAFTAR LAMPIRAN 1. Lampiran 1 Agket Penelitian 2. Lampiran a, b, c Penghitungan Instrumen Kepemimpinan Kepala Sekolah 3. Lampiran a, b, c Penghitungan Instrumen Motivasi Kerja Guru 4. Surat Pengajuan Proposal skripsi 5. Surat Permohonan Bimbingan Skripsi 6. Surat Izin melakukan Penelitian 7. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kualitas
pendidikan
dalam
suatu
organisasi
sekolah
sangat
dipengaruhi oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah. Salah satu kekuatan dalam pengelolaan organisasi sekolah dan yang berperan untuk bertanggung jawab menghadapi perubahan adalah kepemimpinan Kepala Sekolah, sebagai pemimpin kepala sekolah diharuskan mampu memprakarsai pemikiran baru dalam proses interaksi di lingkungan sekolah, dalam melakukan proses untuk mencapai tujuan sekolah sesuai dengan tuntutan perkembangan. Kepala sekolah memiliki hubungan dan pengaruh yang penting, yakni antara pemimpin dan bawahanya yang mempunyai tujuan yang sama dalam mencapai perubahan yang sebenarnya. Pemimpin dan bawahanya saling mempengaruhi satu sama lain karena mereka berinteraksi dengan cara demokratis untuk menentukan perubahan apa yang ingin mereka lakukan. Dengan demikian Kepemimpinan kepala sekolah akan sangat berpengaruh bahkan sangat menentukan terhadap kemajuan sekolah. Kepemimpin Kepala Sekolah harus memiliki integritas tinggi, sebab seorang pemimpin akan selalu berada di tengah-tengah para anggota organisasi yang dipimpinnya1, Oleh karena itu dalam pendidikan modern kepemimpinan 1
Made Pidarta 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hal. 17
1
2
kepala sekolah merupakan jabatan strategis dalam mencapai tujuan pendidikan. Kepala sekolah yang baik adalah kepala sekolah yang mempunyai sifat dan perilaku kepemimpinan yang mampu menciptakan iklim sekolah yang baik dan memberikan kepuasan kerja yang tinggi bagi para guru atau bawahannya. Kepala Sekolah dalam perannya sebagai seorang pemimpin harus mampu mengarahkan orang lain untuk melakukan tugas-tugas yang diinginkannya dan menyenangkan bagi para guru dalam bekerja. seorang pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu memperhatikan kebutuhan dan tujuan orang-orang yang bekerja untuknya (bawahan) tidak terfokus pada kekuasaan yang dimilikinya saja sehingga kepuasan kerja bawahan selalu terpenuhi, seperti apa yang dinyatakan Follet bahwa para pimpinan seharusnya berorientasi pada kelompok dan bukan berorientasi pada kekuasaan2. Kepala Sekolah merupakan figur pemimpin yang siap bekerja keras untuk dapat memajukan sekolah serta meningkatkan produktifitas/ kinerja guru secara intensif serta mampu Membina dan membimbing para guru, dan harus senantiasa menumbuhkan semangat dan motivasi agar tercipta harmonisasi hubungan antara pimpinan dan yang dipimpin, dengan demikian akan meningkatkan kualitas kerja yang tinggi sehingga akan tercipta prestasi kerja yang baik. Semakin tinggi kepemimpinan yang diduduki oleh seseorang dalam organisasi, nilai dan bobot strategik dari
keputusan yang diambilnya
semakin besar. Sebaliknya, semakin rendah kedudukan seseorang dalam suatu orgnaisasi, keputusan yang diambilnya pun lebih mengarah kepada halhal yang lebih operasional. Berhasil atau tidaknya tujuan sekolah juga sangat berkaitan dari pada kualitas kerja guru, pencapaian hasil kerja disesuaikan dengan aturan dan 2
T.Hani Handoko. 2000. Manajemen. Edisi Kedua. Hal. 307
3
standar yang berlaku pada masing-masing sekolah. Dalam menjalankan tugasnya pimpinan harus menilai hasil kerja guru, menilai terhadap kerja merupakan faktor penting untuk mengetahui tingkat memotivasi demi meningkatkan kinerja kepuasan kerja guru, kemampuan guru yang kurang hendaknya dapat diidentifikasi dan diketahui sehingga dapat ditentukan strategi dalam membangun semangat kerjanya. Guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang mempunyai peran penting sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan tujuan pendidikan, karena guru yang langsung bersinggungan dengan peserta didik, untuk memberikan bimbingan yang akan menghasilkan tamatan yang diharapkan. Guru merupakan pilar utama dari pengelola organisasi sekolah, karena guru yang langsung berhadapan dengan siswa sebagai parameter keberhasilan dari suatu pendidikan. Oleh karena itu guru memiliki peranan dalam terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam satu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya,3. Dengan demikian keberhasilan siswa sangat dipengaruhi oleh hasil kerja guru karena guru mempunyai
peranan
penting
dalam
keseluruhan
upaya
pendidikan.
Sedemikian pentingnya peranan guru sehingga hampir semua upaya perubahan dibidang pendidikan seperti perubahan kurikulum dan metode mengajar, sistem evaluasi serta pengembangan materi
belajar tergantung
pada guru. Guru merupakan sumber daya manusia yang menjadi perencana, pelaku dan penentu tercapainya tujuan organisasi sekolah dan merupakan tulang punggung dalam kegiatan pendidikan terutama yang berkaitan dengan kegiatan proses belajar mengajar. Tanpa adanya peran guru maka proses belajar mengajar akan
terganggu bahkan gagal. Oleh karena itu dalam
manajemen pendididikan perananan guru dalam upaya keberhasilan pendidikan selalu ditingkatkan, prestasi kerja guru harus selalu ditingkatkan
3
Moh. Uzer Usman. 1997. Menjadi Guru Profesional. Bandung. PT. Remaja Rosda Karya. Hal. 4
4
mengingat tantangan dunia pendidikan harus menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing di era global. Peningkatan kerja harus diiringi motivasi yang tinggi, Bekerja tanpa motivasi tentu sangat membosankan, karena tidak adanya unsur pendorong. Motivasi merupakan pemberian atau penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mau bekerja sama, terintegrasi dan segala daya upaya untuk mencapai kepuasan. Motivasi merupakan suatu kekuatan potensial yang ada pada diri seseorang manusia, yang dapat dikembangkannya sendiri, ataupun dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar. Dalam psikologi motivasi diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi pendorong timbulnya suatu tingkah laku4. Artinya dengan motivasi guru mau bekerja keras dengan menyumbangkan
segenap
kemampuan,
pikiran,
keterampilan
untuk
mewujudkan tujuan pendidikan. Guru menjadi seorang pendidik karena adanya motivasi untuk mendidik.. Dengan motivasi guru akan mampu membentuk semangat kerja yang tinggi pula. Kemampuan guru yang dilandasi motivasi akan mendorong untuk menunjukan prilaku yang kuat sehingga dapat diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Orientasi ini tentu mengarah pada peran guru yang dituntut bertindak secara professional. Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan dalam bekerja, Guru menjadi seorang pendidik karena adanya motivasi untuk mendidik. Bila tidak
motivasi maka ia tidak akan berhasil
untuk mendidik/mengajar. Dengan demikian Keberhasilan guru dalam menjalankan tugas karena dorongan/motivasi sebagai pertanda apa yang telah dilakukan oleh guru telah menyentuh kebutuhannya. Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh guru yang diminatinya karena sesuai dengan kepentingannya sendiri. Guru yang termotivasi dalam bekerja maka akan menimbulkan kepuasan kerja, karena kebutuhan-kebutuhan guru yang terpenuhi mendorong guru meningkatkan 4
M. Alisuf Sabri. 1996. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. Hal.85.
5
kinerjanya, sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan sekolah secara optimal dan efektif. Adanya permasalahan yang timbul dari prilaku sebagian guru, seperti konsisten
waktu
yang
rendah,
penyampaian
materi
tidak
tuntas,
perkembangan siswa lambat dan tingkat kehadiran guru juga menurun, oleh karena itu diperlukan upaya lebih lanjut dan lebih intensif, agar pendidikan sekolah tetap dapat mencapai tujuan yang sebenarnya, maka perlu adanya motivasi kerja dalam mengelola kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru, Untuk mendapatkan informasi yang aktual tersebut maka perlu dilakukan penelitian. faktor kerja guru yang mana yang masih kurang dan faktor apa yang dianggap sudah baik. Selain itu perlu juga untuk di ketahui aspek apa saja yang berhubungan dengan motivasi kerja guru. Dalam membangun prestasi dan kulitas kerja guru yang baik perlu adanya teknik kepemimpinan dalam mencapai tujuan tersebut. Sebagai upaya memelihara harmonisasi, kesejahteraan guru dan menyesuaikan diri dengan situasi serta kondisi bawahan. Sejalan dengan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru merupakan faktor yang cukup menentukan tingkat keberhasilan pendidikan sekolah., Atas dasar pemikiran tersebut, peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang. “HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN MOTIVASI
KERJA
JAKARTA UTARA”
GURU
DI
SMA
HASANUDDIN LAGOA
6
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pada latar belakang yang telah dikemukakan di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Belum ada upaya yang dilakukan kepala sekolah agar kepemimpinan terlaksana dengan baik. 2. Tidak terjadi Proses kepemimpinan dalam memotivasi kerja guru 3. Belum diketahui secara pasti hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru
C. Pembatasan Masalah Untuk lebih memperjelas dan mempermudah pokok bahasan dalam penelitian, dan banyaknya permasalahan yang timbul dari uraian latar belakang dan pengidentifikasian masalah, maka masalah dalam penelitian ini perlu diberi batasan . Adapun masalah yang diangkat dalam penelitian ini dibatasi pada hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru di SMA Hasanudin Lagoa Jakarta Utara.
D. Perumusan Masalah 1. Bagaimanakah kepemimpinan kepala sekolah? 2. Bagaimanakah motivasi kerja guru di SMA Hasanuddin Jakarta Utara? 3. Bagaimana Hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru di SMA Hasanuddin Jakarta Utara?
E. Kegunaan Penelitian a) Kegunaan secara teoritis
Untuk
mengembangkan
pengetahuan
mengenai
hubungan
kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru.
Untuk mengembangkan wawasan mengenai hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru di SMA Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara.
7
b) Kegunaan secara praktis
Sebagai bahan masukan atau input bagi SMA Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara agar mampu mengambil langkah-langkah tepat bagi kepala sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas kerja guru melalui motivasi kerja guru.
Memberi dorongan kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru dengan motivasi yang nantinya dapat meningkatkan mutu pendidikan.
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. KAJIAN TEORI 1. Kepemimpinan Kepala Sekolah a. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah Pemimpin memiliki peranan yang dominan dalam sebuah organisasi, Peranan yang dominan tersebut dapat mempengaruhi kepuasan dan kualitas kerja, ataupun prestasi suatu organisasi. Kepemimpinan dalam bahasa inggris tersebut leadership berarti “The qualities that aleader should have” atau the qualities of leader1. Adapun pengertian kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, berkaitan dengan proses yang mempengaruhi orang sehingga mereka mencapai sasaran dalam keadaan tertentu2. Dengan itu kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting efektifitas manajer. penggunaan istilah lain seperti kekuasaan, wewenang, manajemen, administrasi, pengendalian, dan supervise yang juga menjelaskan hal yang sama dengan kepemimpinan3
1
Oxford Student’s dictionary of English. Oxford University Press.2001. hal. 374 Abdul Rahman Shaleh, 2006. Psikologi & Industri. Jakarta. Lembaga Penelitian UIN. Hal. 110 3 Gary Yukl, 2005. Kepemimpinan dalam Organisasi Edisi Kelima Jakarta . Hal.3 2
8
9
Secara bahasa, makna kepemimpinan itu adalah kekuatan atau kualitas seseorang pemimpin dalam mengarahkan apa yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan. Seperti halnya manajemen, kepemimpinan atau leadership telah didefinisikan oleh banyak para ahli antaranya adalah Stoner mengemukakan bahwa kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai suatu proses mengarahkan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang salain berhubungan dengan tugasnya. Leadership
atau
Kepemimpinan
dalam
pengertian
umum
menunjukkan suatu proses kegiatan dalam hal memimpin, membimbing, mengontrol perilaku, perasaan serta tingkah laku terhadap orang lain yang ada dibawah pengawasannya. Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan
seseorang
menggerakkan,
mengarahkan,
sekaligus
mempengaruhi pola pikir , cara kerja setiap anggota agar bersikap mandiri dalam bekerja terutama dalam mengambil keputusan untuk kepentingan percepatan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan4. Kepemimpinan merupakan bagian penting manjemen, tetapi tidak sama dengan manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Manajemen mencakup kepemimpinan tetapi juga mencakup fungsi-fungsi lainnya seperti perencanaan, penorganisasian, pengawasan dan evaluasi. Manajer adalah orang yang melakukan segala sesuatunya dengan baik dan pemimpin adalah orang yang melakukan hal yang benar. Kemampuan mempengaruhi prilaku orang lain kearah tujuan tertentu yang telah ditentukan merupakan bagian dari indikator keberhasilan seorang pemimpin, dimana pemimpin mampu untuk memberdayakan bawahan sehingga timbul inisiatif untuk berkreasi dalam bekerja dan hasilnya lebih bermakna dengan sekali-kali pemimpin mengarahkan, menggerakkan, dan 4
Wahyudi, 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar. Bandung. Alfabeta. Hal. 121
10
mempengaruhi anggota bawahanya. Inisiatif pemimpin harus direspon sehingga dapat mendorong timbulnya sikap mandiri dalam bekerja dan berani mengambil keputusan dalam rangka percepatan dan penyesuaian pencapaian tujuan organisasi. Kepemimpinan berusaha untuk membuat perubahan dalam organisasi dengan (1) menyusun visi masa depan dan strategi untuk membuat perubahan yang dibutuhkan, (2) mengkomunikasikan dan menjelaskan visi dan (3) memotivasi dan memberi inspirasi kepada orang lain untuk mencapai visi itu5. Ada hal-hal lain yang perlu juga di ketahui seorang pemimpin sebelum mengadakan kontak dengan orang lain yakni6: (1) merencanakan, (2) mengorganisir, (3) mengordinisir dan (4) mengendalikan pekerjaan. Sekolah sebagai organisasi memerlukan penelitian yang mampu mengelolah organisasi sekolah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kata “Memimpin” mempunyai arti
memberikan bimbingan,
menuntun, mengarahkan dan berjalan di depan (precede). Pemimpin berprilaku untuk membantu organisasi dengan kemampuan maksimal dalam mencapai tujuan7. Pemimpin tidak berdiri disamping, melainkan mereka memberikan dorongan dan memacu (to proud), berdiri di depan yang memberikan kemudahan untuk kemajuan serta memberikan inspirasi organisasi dalam mencapai tujuan. Esensi kepemimpinan adalah kepengikutan (followership), Kemauan orang lain atau bawahan untuk mengikuti keinginan pemimpin, itulah yang menyebabkan seseorang menjadi pemimpin. Dengan kata lain, pemimpin tidak akan terbentuk apabila tidak ada bawahan. Dengan demikian Kepala Sekolah sebagai pimpinan tertinggi di sekolah. Pola kepemimpinananya akan sangat berpengaruh bahkan sangat 5
Yukl ,Gary, 2001. Kepemimpinan dalam …….i. Edisi Kelima Jakarta. PT. Indeks. Hal.7 Eugene Emerson Jennings. Ect.1992. Kepemimpinan. Semarang. PT. Dahara Prize. Hal. 8 7 Wahyosumidjo. 2007. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta. PT.Raja Grafindo Persada. Hal 104 6
11
menentukan kemajuan sekolah. Oleh karena itu dalam pendidikan modern kepemimpinan kepala sekolah merupakan jabatan strategis dalam mencapai tujuan pendidikan. Bagaimana kepala sekolah untuk membuat orang lain bekerja untuk mencapai tujuan sekolah. Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai pemimpin dapat di analisis dari kepribadian. Kepribadian kepala sekolah akan tercermin dalam sifat-sifat (1) Jujur, (2) Percaya diri, (3) Tanggung Jawab, (4) Berani mengambil resiko dan keputusan, (5) Berjiwa besar, (6) Emosi yang stabil (7) Teladan8. Dalam tulisannya Wahyosumidjo, Koontz menguraikan kepala Sekolah sebagai seorang pemimpin harus mampu: a. Mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri para guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugas masing-masing. b. Memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru, staf dan para siswa serta memberikan dorongan memacu dan berdiri di depan demi kemajuan dan memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan.
b. Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah. Kepala Sekolah sebagai seorang pemimpin dalam praktik sehari-hari harus selalu berusaha memperhatikan dan memperaktikkan delapan fungsi kepemimpinan didalam kehidupan sekolah9. 1. Menciptakan kebersamaan diantara guru dan orang-orang yang menjadi bawahanya. 2. Menciptakan rasa aman didalam lingkungan sekolah sehingga para guru dan orang-orang yang menjadi bawahan dalam melaksanakan tugasnya 8
E. Mulyasa.2007. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung. PT. Remaja Rosda Karya. Hal.115 9 Wahyosumidjo. 2007. Kepemimpinan Kepala …… hal. 106
12
meraka merasa aman, bebas dari segala perasaan gelisah, kekhawairan, serta memperoleh jaminan keamanan (providing security) 3. Memberikan saran, anjuran dan sugesti untuk memlihara serta meningkatkan semangat para guru, staff dan siswa, rela berkorban demi menumbuhkan rasa kebersamaan dalam melaksanakan tugas masingmasing. 4. Bertanggung jawab memenuhi dan menyediakan dukungan yang diperlukan oleh para guru. 5. Sebagai katalistor, dalam arti mampu menimbulkan dan menggerakkan semangat para guru, staf dan siswa dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. 6. Selalu menjaga penampilan dan integritas sebagai kepala sekolah, selalu terpercaya, di hormati baik sikap, prilaku maupun perbuatannya. 7. Membangkitkan semangat, percaya diri terhadap para guru sehingga mereka menerima dan memahami tujuan sekolah secara antusias, bekerja secara bertanggung jawab kearah tercapainya tujuan sekolah (inspiring). 8. Selalu dapat memperhatikan, menghargai apa pun yang dihasilkan oleh para mereka yang menjadi tanggung jawabnya. Koontz memberikan definis fungsi kepemimpinan sebagai berikut10. The function of leadership, therefor, is to induce or persuade all subordinates of followers to contribute willingly to organizational goals in accordance with their maximum capability. Dari definisi diatas, para bawahan di anjurkan dengan penuh kemauan serta kemampuan secara maksimal berhasil mencapai tujuan organisasi, pemimpin harus mampu membujuk (to induce) dan meyakinkan (persuade) bawahan.
10
Wahyosumidjo. 2007. Kepemimpinan Kepala ……Hal.105
13
Hal demikian berarti, apabila seorang kepala sekolah ingin berhasil menggerakkan para guru, staff dan para siswa berprilaku dalam mencapai tujuan sekolah , oleh karena itu kepala sekolah harus: a. Menghindarkan diri dari sikap, perbuatan dan bertindak keras terhadap guru. b. Melahirkan kemauan untuk bekerja dengan penuh semangat dan percaya diri para guru. Keberadaan pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinanya dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi di sekolah dengan menetapkan tujuan secara utuh (firm and purposeful),mendayagunakan bawahan melalui pendekatan partisipatif (a participte approach), dan didasari oleh
kemampuan 11
professional) .
kepemimpinan
Kepala
sekolah
secara
professional
sebagai
memberikan
(the
leading
petunjuk
dan
pengawasan, meninkatkan kemauan tenaga pendidik, membuka komunikasi dua arah dan mendelegasikan tugas. Kepala sekolah memerlukan orang-orang yang mampu memimpin sekolah dan professional dalam bidang pendidikan, namun kenyataan dilapangan membuktikan bahwa tidak semua kepala sekolah memenuhi kriteria yang telah ditentukan, tetapi lebih mengutamakan pada golongan ataupaun strata jabatan yang dijalani melalui masa kerja yang telah diberikan. Sebagai seorang pemimpin kepala sekolah harus memiliki sikap profesional serta mampu mendayagunakan sumberdaya sekolah dan memiliki harapan yang tinggi terhadap kemajuan sekolah. Pemimpin organisasi sekolah dalam hal ini kepala sekolah sebagai aktifis pendidikan setidaknya mempunyai ciri-ciri (1) Mampu mengambil keputusan, (2) mempunyai
11
Aan Komariah. 2005. Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta. PT. Bumi Aksara. Hal.40
14
kemampuan hubungan interaksi sesama, (3)
mempunyai keahlian dalam
berkomunikasi, (4) mampu memberikan motivasi kerja kepada bawahan12. c. Pendekatan Kepemimpinan Beberapa pendekatan kepemimpinan yang diklasifikasikan sebagai pendekatan-pendekatan kesifatan, perilaku, dan situasional. Pendekatan pertama memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat-sifat yang tampak/ yang menfokuskan pada karakteristik pemimpin seperti kepribadian, motivasi, nilai, dan keterampilan. Yang mendasari pendekatan ini adalah asumsi bahwa beberapa orang mempunyai bakat memimpin yang memiliki ciri tertentu yang tidak dimiliki orang lain. Teori kepemimpinan yang paling awal
menyatakan
bahwa
keberhasilan
manajerial
disebabkan
oleh
kemampuan luar biasa seperti memiliki energy yang tidak kenal lelah, intuisi pengelolaan, pandangan pada masa depan, dan kekuatan untuk membujuk yang
tidak
dapat
mengidentifikasikan
ditolak.
Pendekatan
perilaku-perilaku
kedua
(behaviours)
bermaksud
untuk
pribadi
dalam
berhubungan dengan bawahnya. Kedua pendekatan ini mempunyai anggapan bahwa seorang individu yang memiliki sifat-sifat tertentu atau memperagakan perilaku-perilaku tertentu akan muncul sebagai pemimpin dalam situasi kelompok apapun dimana ia berada. Pendekatan ketiga yaitu pendekatan situasional yang menfokuskan pada kesesuain antara prilaku pemimpin dengan karakteristik situsional13. Pandangan ini menganggap bahwa kondisi yang menentukan efektifitas kepempimpinan bervariasi dengan situasi yakni tugas-tugas yang dilakukan, keterampilan dan pengharapan bawahan, lingkungan organisasi, pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan dan sebagainya. Pandangan ini telah menimbulkan pendekatan contingency pada kepemimpinan yang bermaksud untuk menetapkan faktor-faktor situasional yang menentukan seberapa besar efektifitas situasi gaya kepemimpinan 12
13
Wahyudi, 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah……………... Bandung. Alfabeta. Hal. 63
Nanang Fatah,. 2006. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung. PT. Remaja Rosda Karya Hal. 88
15
tertentu. Situasi yang mendesak perlunya kehadiran pemimpin apabila (1) keadaan kacau (chaos) tidak menentu dan kelompok tidak mampu mengatasi konflik yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal organisasi, (2) anggota organisasi secara perorangan ataupun kelompok belum mampu mengambil keputusan penting untuk pencapaian tujuan organisasi, (3) perubahan lingkungan organisasi yang cepat sehingga kelompok tidak mampu mengendalikan keadaan terutama dalam menangkap pesan dari perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya, (4) munculnya competitor baru yang dapat menggeser peran kelompok14. Ketiga pendekatan tersebut dapat digambarkan
secara kronologis
sebagai berikut15:
Sifat-sifat
Prilaku
Situasional
Contingency
Pendekatan lainya adalah organisasi, pengikut pendekatan ini memandang kepemimpinan sebagai suatu hubungan fungsional antara pemimpin, bawahan dan organisasi16 Pendekatan
pemimpin
berdasarkan
sifat
berkeyakinan
bahwa
keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh karakteristik yang dimiliki pemimpin seperti intelektualitas yang tinggi, hubungan interaksi antara manusia, kemampuan bersosialisasi, keadaan fisik yang kuat, imajinator, kekuatan rohani yang tinggi, kesabaran, memiliki kemauan untuk berkorbanm dan kemauan bekerja keras. Pendekatan prilaku tentu mencoba untuk menentukan langkahlangkah yang harus dilakukan para pemimpin dalam melaksanakan tugasnya. Kepemimpinan memiliki prilaku yang komplek, dan tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang paling tepat bagi setiap pemimpin yang bekerja pada setiap kondisi. 14
Wahyudi, 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar. Bandung. Alfabeta. Hal. 124 15 T.Hani Handoko,2000, Manajemen Edisi Kedua, Yogyakarta: BPFE,hal, 295 16 Eugene Emerson Jennings. Ect.1992. Kepemimpinan…….. Hal. 12
16
Dalam tulisannya Wahyudi mengutarakan secara umum terdapat tiga pendekatan atau gaya kepemimpinan yaitu; (1) pendekatan kepemimpinan menurut sifat (Traits model), (2) pendekatan kepemimpinan berdasarkan teori prilaku (Behavioral model), (3) kepemimpinan menurut teori kontingensi (contingency).pendekatan berdasarkan sifat mengkaji tentang perangai dan kemampuan yang menandai karakteristik pemimpin yang berhasil dan yang tidak berhasil. Pendekatan berdasarkan prilaku memusatkan perhatian pada tindakan yang dilakukan pemimpin didalam melaksanakan pekerjaan manajerial. selanjutnya pada pendekatan kontingensi mengkaji kesesuaian antara prilaku pemimpin dengan karakteristik situasional terutama tingkat kematangan bawahan. Pendektan situasional mengasumsikan bahwa kondisi (situation) yang menentukan efektifitas pemimpin berfariasi menurut situasi, kematangan atau kedewasaan bawahan. Kepemimpinan kontingensi/ situasional menjadi kajian utama dengan mempertimbangkan tingkat kedewasaan (maturity) anggota organisasi sedangkan pendekatan menurut sifat dan pendekatan prilaku sebagai landasan transisi gaya kepemimpinan. Dalam gaya kepemimpinan situasional; motivasi, kemampuan, dan pengalaman bawahan harus terus menerus dinilai agar dapat ditentukan kombinasi gaya yang paling tepat. Menurut Hersey dan Blanchard penerapan gaya kepemimpinan secara tepat, itu bukan hanya akan memotivasi bawahan tetapi juga membantu bawahan menjadi matang. Dengan demikian, pimpinan yang ngin mengembangkan bawahanya untuk meningkatkan rasa percaya diri dan
bertanggung
jawab
terhadap
tugasnya
harus
mengganti
gaya
kepemimpinan secara terus menerus. Pimpinan yang luwes dalam menerapkan gaya kepemimpinan maka berpeluang menjadi pimpinan yang efektif. kefektifan pemimpin tergantung pada bagaimana gaya kepemimpinan seseorang saling berkaitan dengan keadaan atau situasi. Apabila gaya seorang pemimpin sesuai dengan situasi tertentu, gaya itu efektif, namun apabila gaya kepemimpinan tidak sesuai dengan situasi tertentu, gaya itu tidak efektif.
17
d. Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan yang dimaksud adalah teori kepemimpinan dari pendekatan perilaku pemimpin. Dari satu segi pendekatan ini masih difokuskan lagi pada gaya kepemimpinan (leadership style), sebab gaya kepemimpinan bagian dari pendekatan perilaku pemimpin yang memusatkan perhatian pada proses dinamika kepemimpinan dalam usaha mempengaruhi aktivitas individu untuk mencapai suatu tujuan dalam suatu situasi tertentu. Gaya kepemimpinan ialah pola-pola perilaku pemimpin yang digunakan untuk mempengaruhi aktuifitas orang-orang yang dipimpin untuk mencapai tujuan dalam suatu situasi organisasinya dapat berubah bagaimana pemimpin mengembangkan program organisasinya, menegakkan disiplin yang sejalan dengan tata tertib yang telah dibuat, memperhatikan bawahannya dengan
meningkatkan
kesejahteraanya
serta
bagaimana
pimpinan
berkomunikasi dengan bawahannya. Gaya kepemimpinan yang kurang melibatkan bawahan dalam mengambil
keputusan,
akan
mengakibatkan
bawahan
merasa
tidak
diperlukan, karena pengambilan keputusan tersebut terkait dengan tugas bawahan sehari-hari. Pemaksaan kehendak oleh atasan mestinya tidak dilakukan. Namun pemimpin dalam menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat merupakan tindakan yang bijaksana kepada bawahan. Selanjutnya gaya kepemimpinan digunakan dalam berinteraksi dengan bawahannya, melalui berinteraksi ini antara atasan dan bawahan masingmasing memilki status yang berbeda. berbeda
terjadi,
apabila
status
Berinteraksinya dua status yang
pemimpin
dapat
mengerti
keadaan
bawahannya. Pada umumnya bawahan merasa dilindungi oleh pimpinan apabila pimpinan dapat menyejukkan hati bawahan terhadap tugas yang dibebankan kepadanya. Cara berinteraksi oleh pimpinan akan mempengaruhi tujuan organisasi. Bawahan umumnya lebih senang menerima atasan yang
18
mengayomi bawahan sehingga perasaan senang akan tugas timbul, yang pada akhirnya meningkatkan kinerja karyawan. Pemimpin yang bijaksana umumnya lebih memperhatikan kondisi bawahan guna pencapaian tujuan organisasi. Gaya yang akan digunakan mendapat sambutan hangat oleh bawahan sehingga proses mempengaruhi bawahan berjalan baik dan disatu sisi timbul kesadaran untuk bekerja sama dan bekerja produktif. Bermacam-macam cara mempengaruhi bawahan tersebut guna kepentingan pemimpin yaitu tujuan organisasi. Pola dasar terhadap gaya kepemimpinan yang lebih mementingkan pelaksanaan tugas oleh para bawahannya, menuntut penyelesaian tugas yang dibebankan padanya sesuai dengan keinginan pimpinan. Pemimpin menuntut agar setiap anggota seperti dirinya, menaruh perhatian yang besar dan keinginan yang kuat dalam melaksanakn tugas-tugasnya. Pemimpin beranggapan bahwa bila setiap anggota melaksanakn tugasnya secara efektif dan efisien, pasti akan dicapai hasil yang diharapkan sebagai penggabungan hasil yang dicapai masing-masing anggota. Gaya kepemimpinan yang berpola untuk mementingkan pelaksanaan kerjasama, pemimpin berkeyakinan bahwa dengan kerjasama yang intensif, efektif, dan efisien, semua tugas dapat dilaksanakan secara optimal. Pelaksanakan dan bagaimana tugas dilaksanakan berada diluar perhatian pemimpin, karena yang penting adalah hasilnya bukan prosesnya. Namun jika hasilnya tidak seperti yang diharapkan, tidak ada pilihan lain, selain mengganti pelaksananya tanpa menghiraukan siapa orangnya. Pola dasar ini menggambarkan kecenderungan, jika dalam organisasi
tidak ada
yang
mampu, mencari pengganti dari luar meskipun harus menyewa serta membayar tinggi. Pemimpin hanya membuat beberapa keputusan penting pada tingkat tertinggi dengan pemahaman yang konseptual. Pemimpin yang efektif dalam organisasi menggunakan desentralisasi dalam membuat keputusannya. Hal
19
tersebut memberikan kewenangan pada bawahan serta melaksanakan sharing dalam memutuskan suatu keputusan. a.
Perilaku Kepemimpinan Prilaku kepemimpinan cenderung diekspreikan dalam dua gaya
kepemimpinan yang berbeda. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (Task Oriented) dan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan (Employee oriented)17. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas menekankan pada pengawasan yang ketat. Dengan pengawasan yang ketat dapat dipastikan bahwa tugas yang diberikan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Gaya kepemimpinan ini lebih menekankan pada tugas dan kurang dalam pembinaan karyawan.. Sedangakan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan, mengutamakan
untuk memotivasi dari
mengontrol bawahan, dan bahkan dalam beberapa hal bawahan ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan bawahan. Kedua gaya kepemimpinan tersebut, dapat dirasakan oleh bawahan secara langsung ketika pimpinan berinteraksi dengan bawahannya. Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda, karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Bawahan pada umumnya cenderung lebih menyukai gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan atau bawahan, karena merasa lebih dihargai dan diperlakukan secara manusiawi, memanusiakan manusia sehingga kan mempengaruhi tingkat produktivitas kerja dan kepuasan kerja karyawan. Gaya kepemimpinan yang berorintasi pada tugas, lebih menekankan pada penyelesaian tugas-tugas yang dibebankan pada karyawan. Pimpinan pada umunya lebih memperhatikan hasil daripada proses. Keadaan tersebut membentuk kondisi tempat kerja menjadi kurang kondusif, karena masing-masing karyawan berkonsentrasi pada tugas yang harus diselesaikan karena terikat waktu dan tanggungjawab. b.
17
Gaya Managerial Grid
T. Hani Handoko, Manajemen……., hal.299.
20
Menurut Blake dan Mountoun, ada empat gaya kepemimpinan yang dikelompokkan sebagai gaya yang ekstrem18, sedangkan lainnya hanya satu gaya yang ditengah-tengah gaya ekstrem tersebut. Gaya kepemimpinan dalam managerial grid yaitu: (1) Manajer tim yang nyata (the real team manager), (2) Manajemen club
(the country club management), (3) Tugas secara
otokratis (authocratic task managers), dan (4) Manajemen
perantara
(organizational man management). c.
Pendekatan Situasional Pendekatan
situasional
berpandangan
bahwa
keefektifan
kepemimpinan bergantung pada kecocokan antar pribadi, tugas kekuasaan, sikap dan persepsi19. Hubungan antara pimpinan dan bawahan bergerak melalui empat tahap yaitu: (a) hubungan tinggi dan tugas rendah, (b) tugas rendah dan hubungan rendah, (c) tugas tinggi dan hubungan tinggi, dan (d) tugas tinggi dan hubungan rendah. Pimpinan perlu mengubah gaya kepemimpinan sesuai dengan perkembangan setiap tahap, dan pada gambar di atas terdapat empat tahap. Pada tahap awal, ketika bawahan pertama kali memasuki organisasi, gaya kepemimpinan yang berorientasi tugas paling tepat. Pada tahap dua, gaya kepemimpina yang berorientasi tugas masih penting karena belum mampu menerima tanggungjawab yang penuh. Namun kepercayaan dan dukungan pimpinan terhadap bawahan dapat meningkat sejalan dengan makin akrabnya dengan bawahan dan dorongan yang diberikan kepada
bawahan untuk
berupaya lebih lanjut. Sedangkan pada tahap ketiga, kemampuan dan motivasi prestasi bawahan meningkat, dan bawahan secara aktif mencari tanggungjawab lebih
besar, sehingga pemimpin tidak perlu lagi bersifat
otoriter. Dan pada tahap empat (akhir), bawahan lebih yakin dan mampu mengarahkan diri, berpengalaman serta pimpinan dapat mnegurangi jumlah dukungan dan dorongan. Bawahan sudah mampu berdiri sendiri dan tidak memerlukan atau mengharapkan pengarahan yang detil dari pimpinannya. 18 19
T.Hani Handoko, Manajemen….,302 Nanang Fatah, Landasan Manajemen,.. …. Hal. 95
21
Pelaksanaan gaya kepemimpinan situasional sangat tergantung dengan kematangan bawahan, sehingga perlakuan terhadap bawahan tidak akan sama baik dilihat dari umur atau masa kerja. d.
Gaya Kepemimpinan Fiedler Di sini Fiedler mengembangkan suatu model yang dinamakan model
Kontingensi Kepemimpian yang Efektif (A Contingency Model of Leadership Eff ectiveness) berhubungan anatar gaya kepemimpinan dengan situasi yang menyenangkan. Adapun situasi yang menyenangkan itu diterangkan dalam hubungannya dengan dimensi-dimensi sebagai berikut: 1) Derajat situasi dimana pemimpin menguasai, mengendalikan dan mempengaruhi situasi. 2) Derajat situasi yang menghadapkan manajer dengan tidak kepastian20. Gaya kepemimpinan diatas, sama dengan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan dan berorientasi pada tugas, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Fiedler mengukur gaya kepemimpinan dengan skala yang menunjukan tingkat seseorang menguraikan secara menguntungkan atau merugikan rekan sekerjanya yang paling tidak disukai (LPC, Least Pref erred Co-worker), karyawan yang hampir tidak dapat diajak bekerjasama dengan orang tadi. Dalam hal ini ditentukan delapan kombinasi yang mungkin dari tiga variabel dalam situasi kepemimpinan tersebut dapat menunjukan hubungan antara pemimpin dengan anggota dapat baik atau buruk, tugas dapat struktur, dan kekuasaan dapat kuat atau lemah. Pemimpin dengan LPC rendah yang berorientasi tugas atau otoriter paling
efekif dalam situasi
ekstrem, pemimpin mempunyai kekuasaan dan pengaruh amat besar atau mempunyai kekuasaan dan pengaruh amat kecil. e.
Gaya Kepemimpinan Kontinum. Tannenbaum dan Schmidt mengusulkan bahwa, seorang manajer
perlu mempertimbangkan tiga perangkat kekuatan sebelum memilih gaya 20
T.Hani Handoko, Manajemen…., hal 311
22
kepemimpinan yaitu: kekuatan yang ada dalam diri manajer sendiri, kekuatan yang ada pada bawahan, dan kekuatan yang ada dalam situasi. Sehubungan dengan teori tersebut terdapat tujuh tingkat hubungan pemimpin dengan bawahan yaitu: (1) manajer mengambil keputusan dan mengumumkannya, (2) manajer menjual keputusan, (3) manajer menyajikan gagasan dan mengundang pertanyaan, (4) manajer menawarkan keputusan sementara yang masih diubah, (5) manajer menyajikan masalah, menerima saran, membuat keputusan, (6) manajer menentukan batas-batas, meminta kelompok untuk mengambil keputusan, dan
(7)
manajer membolehkan
bawahan dalam batas yang ditetapkan atasan. f.
Gaya Kepemimpinan menurut Likert Menurut Likert, bahwa pemimpin itu dapat berhasil jika bergaya
particip ative management, yaitu keberhasilan pemimpin adalah jika berorientasi pada bawahan, dan mendasarkan komunikasi. Selanjutnya ada empat sistem kepemimpinan dalam manajemen yaitu sebagai berikut21: 1) Sistem 1 : Membuat semua keputusan yang berhubungan dengan
pekerjaan
dan
memerintahkan
bawahan
untuk
melaksanakannya 2) Sistem 2 : Masih memberi perintah-perintah, tetapi bawahan masih mempunyai kebebasan tertentu untuk mengomentari perintah. 3) Sistem 3 : Menetapkan tujuan dan memberi perintah umum setelah dibahas bersama bawahan. 4) Sistem 4, tujuan ditetapkan dan keputusan dibuat oleh kelompok (sistem ideal)
21
Nanang Fatah,. Landasan Manajemen…... Hal.95
23
Dari keempat sistem diatas, sistem ke 4 mempunyai kesempatan untuk sukses sebagai pemimpin, karena mempunyai organisasi yang lebih produktif. Berdasarkan teori yang telah dikemukakan di atas, maka yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan dalam tulisan ini adalah penilaian karyawan terhadap gaya kepemimpinan pemimpin atau atasan dalam mempengaruhi bawahan untuk mencapai tujuan organisasi yang mencakup ke dalam tiga aspek yaitu: gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada tugas, gaya kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan, dan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tingkat kematangan bawahan. Gaya kepemimpinan pada tugas terdiri dari empat indikator yaitu: (1) Pengawasan yang ketat, (2) pelaksanaan tugas, (3) member petunjuk, dan (4) mengutamakan hasil daripada proses. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan terdiri dari empat indikator yaitu:
(1) melibatkan bawahan dalam pengambilan
keputusan, (2) memberi dukungan, (3) kekeluargaan, dan (4) kerjasama. Dan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tingkat kematangan bawahan terdiri dari tiga indikator yaitu: (1) ketekunan bekerja, (2) aktif, (3) pengalaman. Pemimpin harus piawai untuk beradaptasi dan mengatur setiap kondisi, artinya menjadikan 2 kriteria untuk bahan perbandingan tentang konsep dan gaya kepemimpinan. Kriteria ini adalah : (1) kepekaan (kecakapan untuk merasakan dan mengerti kebutuhan manusia dalam berbagai situasi yang dihadapi pemimpin setiap hari) dan (2) Keluwesan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi apapun sehingga gaya atau pendekan kepemimpinan dituntut atau diperlukan dalam situasi yang nyata.
24
B. MOTIVASI KERJA GURU 1. Pengertaian Motivasi Kerja Guru Kata “Motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan maupun dari luar untuk melakukan aktivitasaktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan22. Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya ”feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan,23. Motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan yang merupakan pemberian atau penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mau bekerja sama bekerja secara efektif dan terintegrasi dan segala daya upaya untuk mencapai kepuasan. Motivasi dapat dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Pengertian Motivasi Kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan dan kerja. Oleh sebab itu motivasi kerja dalam psikologi karya biasa disebut pendorong semangat kerja. Kuat dan lemahnya motivasi kerja seseorang tenaga kerja ikut menentukan besar kecil prestasinya24. Dari kata Motif adalah sesuatu yang ada dalam diri seseorang, yang mendorong orang tersebut untuk bersikap dan bertindak guna mencapai tujuan tertentu25, motivasi dapat didefinisikan dengan segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong seseorang untuk memenuhikebutuhan. Menurut M.Usman Najati, motivasi adalah 22
Sardiman. 2006. Interksi dan motivasi belajar mengjar . Jakarta. PT. Raja Gafindo Persada. Hal. 73 23 Sardiman. 2006. Interksi dan motivasi…………... Jakarta. PT. Raja Gafindo Persada. Hal. 73 24 As’ad, Moh. 1980. Psikologi Industri. Yogyakarta. Akademi Managemen Perusahaan YKPM.Hal.44 25 Abdul Rahman Shaleh, 2006. Psikologi & Industri…………. Hal. 79
25
kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkan menuju tujuan tertentu dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan. Pengertiannya (1) motivasi mengawali terjadinya perubahan energy pada diri setiap individu, (2) motivasi ditandai oleh adanya rasa atau feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini, motivasi relevan dengan persoalan kejiwaan, afeksi, dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia, (3) motivasi dirangsang karena adanya tujuan26. Motivasi kerja merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang atau
pegawai untuk melaksanakan usaha atau kegiatan untuk
mencapai tujuan organisasi maupun tujuan individual. sebagai seorang pemimpin, harus mampu menggerakkan anggota-anggota kelompok kearah yang diinginkan27. Dengan demikian disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang yang menyebabkan ia melakukan sesuatu tindakan tertentu untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi motivasi kerja merupakan kondisi psikologis yang mendorong pekerja melakukan usaha menghasilkan barang atau jasa sehingga dapat tercapai suatu tujuan. motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh dalam diri seseorang, dapat pula dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan penggerak.
2. Teori Motivasi Tingkah laku manusia selalu timbul oleh adanya kebutuhan yang mendorong ke arah suatu tujuan tertentu. Kebutuhan yang mendorong perbuatan kearah tujuan tertentu adalah motivasi.
26 27
Hamzah. B.Uno. 2008. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta. PT. Bumi Aksara. Hal. 63 John Adair, 1993, Kepemimpinan Yang Efektif, Semarang. Dahara Prize. Hal. 35
26
Manusia merupakan mahluk sosial yang memiliki kebutuhan, perasaan, pikiran dan motivasi. Setiap manusia dalam melaksanakan suatu kegiatan pada dasarnya di dorong oleh motivasi. Adanya berbagai kebutuhan akan menimbulkan motivasi seseorang untuk berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Orang mau bekerja keras dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan dari hasil pekerjaannya. Abraham H. Maslow dalam Need Hierarchy Theory menyatakan bahwa kebutuhan dan kepuasan manusia bersifat jamak yaitu kebutuhan psikologis dan biologis berupa material. Maslow menggolongkan adanya lima kebutuhan manusia. (Hasibuan, 2003:104). Adapun tingkat kebutuhan manusia yang mendorong manusia untuk bekerja menurut Maslow28 adalah: a.
Kebutuhan aktualisasi diri (Self actualization) Kebutuhan aktualisasi diri dipenuhi dengan menggunakan kecakapan, kemampuan, ketrampilan, dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan atau luar biasa yang sulit dicapai orang lain.
b.
Kebutuhan akan penghargaan diri/status (Esteem needs) Merupakan kebutuhan akan pengakuan serta penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat lingkungannya. Idealnya prestise timbul karena adanya prestasi, tetapi tidak selamanya demikian.
c.
Kebutuhan akan cinta (love) atau Afiliasi (Social needs) Kebutuhan afiliasi adalah kebutuhan sosial misalnya berteman, mencintai serta diterima dalam pergaulan lingkungan kerjanya. Manusia pada dasarnya selalu ingin hidup berkelompok dan tidak seorangpun manusia ingin hidup menyendiri. Kebutuhan ini terdiri dari : 1. Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain di tempat ia bekerja.
28
Abdul Rahman Shaleh. 2006. Psikologi & Industri……….. Hal. 83
27
2. Kebutuhan akan perasaan dihormati. Karena manusia merasa dirinya penting.Serendah-rendahnya pendidikan dan kedudukan seseorang tetap merasa dirinya penting. 3. Kebutuhan akan perasaan kemajuan dan tidak sanggup menyenangi kegagalan. Kemajuan di segala bidang merupakan keinginan dan kebutuhan yang menjadi idaman setiap orang. 4. Kebutuhan akan perasaan ikut serta. Setiap karyawan akan merasa senang jika diikutkan dalam berbagai kegiatan dan mengemukakan saran atau pendapat pada pimpinan. d.
Kebutuhan akan keamanan dan keselamatan (Safety needs) Jika kebutuhan psikologis sudah sedikit terpenuhi maka kebutuhan ini dapat menjadi motivasi. Kebutuhan ini merupakan rasa aman dari kecelakaan dan keselamatan dalam melaksankan pekerjaan. Kebutuhan ini mengarah pada bentuk kebutuhan akan keamanan dan keselamatan jiwa di tempat kerja pada saat mengerjakan pekerjaan pada waktu jamjam tertentu.
e.
Kebutuhan fisik (Physiological needs) Kebutuhan
fisik
adalah
kebutuhan
yang
diperlukan
untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seseorang seperti sandang, pangan, papan. Organisasi membantu individu dengan menyediakan gaji yang baik, keuntungan serta kondisi kerja untuk memuaskan kebutuhannya. Kimbal willes dalam Bafadal (2004:101-102) menegaskan ada delapan hal yang diinginkan guru melalui kerjanya, yaitu adanya rasa aman dan hidup layak, kondisi kerja yang menyenangkan, rasa diikutsertakan, perlakuan yang wajar dan jujur, rasa mampu, pengakuan dan penghargaan atas sumbangan, ikut ambil bagian dalam pembentukan kebijakan sekolah, dan kesempatan mempertahankan self respect. 1.
Rasa aman dan hidup layak Hidup
layak
bukan
berarti
mewah,
tetapi
adanya
jaminan
ketercukupan akan makan, pakaian, dan perumahan bagi guru maupun
28
keluarganya sehingga mereka bisa hidup sebagaimana orang lain hidup secara layak. Sedangkan rasa aman berkenaan dengan kebebasan dari tekanantekanan batin, rasa takut akan masa depannya, serta adanya jaminan kesehatan. 2.
Kondisi kerja yang menyenangkan Suasana kerja meliputi tempat kerja, perlengkapan kerja, dan
kepemimpinan kerja. Kondisi kerja yang menyenangkan, misalnya tempat kerja yang menarik, bersih, rapi, perlengkapan yang cukup, serta adanya bimbingan. Oleh karena itu, walaupun gedungnya sederhana hendaknya selalu dibersihkan dan diatur rapi sehingga membuat orang senang bekerja di dalamnya. 3.
Rasa diikutsertakan Sebagai manusia, apapun jabatannya, baik sebagai guru, pegawai tata
usaha maupun lainnya, semuanya ingin
merasa dirinya termasuk dalam
anggota kelompoknya dimana ia bekerja dan berhasrat untuk bergabung mencapai prestasi yang lebih baik. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus member kesempatan kepada anggotanya untuk memperbaiki serta menjalin hubungan sosial dengan rekan-rekan kerjanya. 4.
Perlakuan yang wajar dan jujur Seorang
pemimpin
bertugas
membina
anggotanya.Perlakukan setiap anggota dengan wajar
persatuan
antara
dan adil. Janganlah
sekali-kali pilih kasih, dimana hanya anggota tertentu saja yang mendapatkan perhatian. Jika kelompok merasa bahwa hanya anggota tertentu saja yang mendapatkan perhatian, lenyaplah semangat kerja kelompok. 5.
Rasa mampu Setiap anggota kelompok menginginkan agar prestasi mereka diakui
oleh pemimpin. Dalam hal ini, pemimpin mengakui bahwa setiap anggota kelompoknya mampu menunaikan tugasnya dan mengakui setiap anggota
29
kelompoknya memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam mencapai tujuan kelompok. Sehubungan dengan pembinaan moral kerja guru, kepala sekolah harus selalu menghargai dan mengakui setiap hasil kerja guru. 6.
Pengakuan dan penghargaan atas sumbangan Setiap orang yang bekerja ingin diakui oleh orang lainnya. Begitu
pula setiap guru menginginkan agar segala jerih payahnya, yang ia lakukan demi Kesuksesan sekolah, diakui oleh kepala sekolah maupun guru-guru lainnya. Apabila keinginan untuk diakui tersebut terpenuhi maka guru akan merasa gembira dalam bekerja. 7.
Ikut ambil bagian dalam pembuatan kebijakan sekolah Semua guru ingin ikut mbil bagian dalam membuat kebijakan sekolah
Hasrat ini merupakan hasrat asasi manusia. Jika semua guru diikutsertakan dalam membuat policy sekolah mereka merasa dipentingkan dalam sekolah. Pengalaman membuktikan bahwa jika tujuan ditetapkan bersama oleh kelompok maka semua anggota kelompok ikut bertanggung jawab atas pelaksanaannya. 8.
Kesempatan mengembangkan ”self respect” Rasa harga diri setiap guru perlu dikembangkan agar dapat melakukan
apa yang harus dilakukan tanpa harus dididik pimpinan. Berilah kesempatan merencanakan bersama, jangan banyak diperintah, tetapi sebaliknya, memberikan rangsangan serta menunjukkan harapan yang positif. Sedang Claude S. George dalam Hasibuan (2005:163) mengemukakan bahwa seseorang mempunyai kebutuhan yang berhubungan dengan tempat dan suasana di lingkungan ia bekerja, yaitu 1) upah yang adil dan layak, 2) kesempatan untuk maju/promosi, 3) pengakuan sebagai individu, 4) keamanan kerja, 5) tempat kerja yang baik, 6) penerimaan oleh kelompok, 7) perlakuan yang wajar, 8) pengakuan atas prestasi.
30
Motivasi memiliki kecenderungan dalam menimbulkan semangat kerja yang tinggi dimana semangat kerja yang tinggi akan mampu menghasilkan kinerja yang tinggi , sebaliknya semangat kerja yang rendah akan menghasilkan kinerja yang juga rendah. Semangat kerja merupakan roh daripada keinginan sesorang untuk melaksanakan pekerjaan sebagaimana mestinya, bahkan pada sebagian orang, semangat kerja mampu memberikan stimulasi pada seseorang untuk melaksanakan pekerjaan menjadi lebih baik, demikian seseorang lebih termotivasi dalam melaksanakan pekerjaanya yang dipicu oleh semangat kerja yang tinggi. Tiga elemen penting dalam motivasi yang dikemukakan MC. Donald, yakni29: 1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan pada diri setiap individu manusia, penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia. 2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa “feeling ”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. 3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yaitu tujuan. Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri individu, sehingga akan bergayut dengan perasaan dan emosi untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan dan kebutuhan. Para pakar Psikologi menggunakan kata motivasi dengan mengaitkan belajar untuk menggambarkan proses yang dapat memunculkan dan mendorong perilaku, memberikan arah atau tujuan perilaku, memberikan peluang terhadap perilaku yang sama, dan mengarahkan pada pilihan perilaku tertentu. Motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku seseorang secara terus-menerus. Dalam pengertian ini intensitas dan arah motivasi dapat bervariasi. Untuk proses belajar 29
Sardiman. 2006. Interksi dan motivasi………………. Jakarta. PT. Raja Gafindo Persada. Hal. 74
31
mengajar sangat diperlukan adanya motivasi, sesuai dengan semboyan “ motivation is an essential condition of learning”. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha bagi seseorang. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Pada manusia berlaku faktor motivasi dan faktor pemeliharaan dilingkungan pekerjaannya. Dari hasil penelitiannya menyimpulkan ada enam faktor motivasi yaitu (1) prestasi, (2) pengakuan, (3) kemajuan/kenaikan pangkat, (4) pekerjaan itu sendiri, (5) kemungkinan untuk tumbuh, (6) tanggung jawab. Sedangkan untuk pemeliharaan terdapat sepuluh faktor yang perlu diperhatikan, yaitu (1) kebijaksanaan, (2) supervisi teknis, (3) hubungan antar manusia dengan atasan, (4) hubungan manusia dengan pembinanya, (5) hubungan antar manusia dengan bawahannya, (6) gaji dan upah, (7) kestabilan kerja, (8) kehidupan pribadi, (9) kondisi tempat kerja, (10) status. Dan lima faktor yang menimbulkan kepuasan kerja, yaitu30: a. Kedudukan (Posisi) Ummnya manusia beranggapan bahwa seseorang yang bekerja pada pekerjaan yang lebih tinggi akan merasa lebih puas dari pada mereka yang bekerja pada pekerjaan yang lebih rendah. Pada beberapa penelitian menunjukan bahwa hal tersebut tidak selalu benar, tetapi justru perubahan dalam tingkat pekerjaanlah yang mempengaruhi kepuasan kerja. b. Pangkat (golongan) Pada pekerjaan yang mendasarkan perbedaan tingkat (golongan), sehingga pekerjaan tersebut memberikan kedudukan tertentu pada orang yang melakukanya. Apabila ada kenaikan upah, maka sedikit banyaknya akan dianggap sebagai kenaikan pangkat, dan kebanggaan terhadap kedudukan yang baru itu akan merubah prilaku dan perasaan. 30
As’ad, Moh. 1980. Psikologi Industri………..Hal. 110
32
c. Umur Dinyatakan bahwa ada hubungan antara kepuasan kerja dengan umur bawahan. d. Jaminan financial dan jaminan social Masalah financial dan jaminan social kebanyakan berpengaruh terhadap kepuasan kerja. e. Mutu pengawasan Hubungan antara bawahan dengan pimpinan sangat penting artinya dalam menaikkan produktifitas kerja. Kepuasan bawahan dapat ditingkatkan melalui perhatian dan hubungan yang baik dari pimpinan kepada bawahan, sehingga guru atau bawahan akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian yang penting dari organisasi (sense of belonging). Ada sejumlah teori lain tentang motivasi dalam pekerjaan, yaitu sebagai berikut31. 1. Teori keadilan (equity) Teori ini menonjolkan kenyataan bahwa motivasi seseorang mungkin dipengaruhi oleh perasaan seberapa baikkah mereka diperlakukan didalam organisasi apabila dibandingkan orang lain. Kalau orang merasa perlakuan orang-orang terhadapnya tidak sebaik perlakuan orang-orang itu terhadap orang lain yang dianggap sebanding, kemungkinan besar orang itu kurang terdorong untuk menyajikan kinerja yang baik. 2. Teori sasaran (goal) Teori ini didasarkan pada kepercayaan bahwa sasaran orang ditentukan oleh cara mereka berprilaku dalam pekerjaan dan jumlah upaya yang mereka gunakan. Ada indikasi bahwa memiliki sasaran yang benar-benar jelas memang membantu mendorong minat orang, dan hal itu cenderung untuk mendorong organisasi berupaya mengembangkan rencana kinerja manajemen yang lengkap. 3. Teori perlambang (attribution) 31
Hamzah. B.Uno. 2008. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta. PT. Bumi Aksara. Hal. 49
33
Teori ini menyatakan bahwa motivasi tergantung pada faktor-faktor internal, seperti atribut pribadi seseorang dan faktor-faktor luar yang mungkin berupa kebijakan organisasi, derajat kesulitan pekerjaan yang ditangani, dan sebagainya.
4. Ciri-ciri dan Motif-motif Motivasi Kerja Interaksi dan motivasi belajar mengajar bahwa motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut32: 1.
Tekun menghadapi tugas
2.
Ulet menghadapi kesulitan
3.
Menunjukkan minat terhadap bermcam-macam masalah
4.
Lebih senang bekerja sendiri
5.
Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin.
6.
Dapat mempertahankan pendapatnya.
7.
Tidak pernah mudah melepaskan hal yang diyakini.
8.
Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa seseorang yang
memilik motivasi kerja, memiliki ciri-ciri tersebut di atas. Apabila seseorang memiliki cirri-ciri tersebut, berarti orang itu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan sekolah. Karena setiap kegiatan akan berhasil baik, kalau gurunya tekun melaksanakan pekerjaannya, ulet dalam memecahkan masalah dan hambatan secara mandiri. guru yang produktif tidak akan terjebak pada sesuatu yang rutinitas. Selain itu, juga harus berani mempertahankan pendapatnya kalau memang yakin dan rasional. Bahkan peka dan responsive terhadap berbagai masalah umum dan berfikir bagaimana cara pemecahannya.
32
http://rastodio.com/manajemen/faktor-faktor dan ciri-ciri-yang-mempengaruhi-motivasikerja.html
34
Berdasarkan pendapat dan teori diatas bahwa kepemimpinan kepala sekolah merupakan pembina, penggerak, pendorong terhadap prestasi guru dalam menunaikan tugas kerja dan untuk meningkatkan atau merubah profesionalismen kerja guru kearah yang lebih baik. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya33. a. Motif bawaan Yang dimaksud motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya: dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, untuk beristirahat,dan dorongan seksual. Motif-motif ini sering kali disebut motif-motif yang disyaratkan secara biologis. b. Motif yang dipelajari Maksudnya motif-motif yang timbul kaena dipelajari. Sebagai contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu didalam masyarakat. Motif-motif ini seringkali disebut dengan motif-motif yang diisyaratkan secara social. Sebab manusia hidup dalam lingkungan social dengan sesame manusia yang lain, sehingga motivasi itu terbentuk. Frandsent mengistilahkan dengan affiliative needs. Sebab justru dengan kemampuan berhubungan, kerjasama didalam masyarakat tercapailah suatu kepuasan diri. Sehingga manusia perlu mengembangkan sifat-sifat ramah, koperatif, membina hubungan baik dengan sesama, apalagi orang tua dan guru. Dalam kegiatan belajar mengajar, hal ini dapat membantu dalam usaha mencapai prestasi.
33
Sardiman. 2006. Interksi dan motivasi belajar mengjar . Jakarta. PT. Raja Gafindo Persada. Hal. 86
35
Disamping itu Frandsen, masih menambahkan jenis-jenis motif berikut ini: a. Cognitive motives Motif ini menunjuk pada gejala instrinsik, yakni menyangkut kepuasan individual. Kepuasan individual yang berada didalam diri manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental.jenis motif seperti ini adalah sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah, terutama yang berkaitan dengan pengembangan intelektual. b. Self-expresion Penampilan diri adalah sebagian dari prilaku manusia. Yang penting kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Untuk ini memang diperlukan kreatifitas, penuh imajinasi. Jadi dalam hal ini seseorang memiliki keinginan untuk aktualisasi diri. c. Self-enhancement Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri ini menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu. Dalam belajar dapat diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi anak didik untuk mencapai suatu prenstasi, Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis a. Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk minum, makan, bernafas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat. Ini sesuai dengan jenis physiological drives. b. Motif-motif darurat. Yang termaksud dalam jenis motif ini antara lain: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Jelasnya motivasi jenis ini timbul karena rangsangan dari luar. c. Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, utuk menaruh minat.
36
Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif. Guru sebagai salah seorang pelaksana kegiatan pendidikan di sekolah sangat diperlukan. Sebab tidak jarang ditemukan guru yang kurang memiliki gairah
dalam
melakukan
tugasnya,
yang
akhirnya
mengakibatkan
keberhasilan tujuan pendidikan yang ingin dicapai kurang memuaskan. Motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kinerja seseorang. Besar atau kecilnya pengaruh motivasi pada kinerja seseorang tergantung pada seberapa banyak intensitas motivasi yang diberikan. Perbedaan motivasi kerja bagi seorang guru bisanya tercermin dalam berbagai kegiatan dan bahkan prestasi yang dicapainya. Motivasi kerja guru tidak lain adalah suatu proses yang dilakukan untuk menggerakkan guru agar prilaku mereka dapat diarahkan pada upaya-upaya yang nyata untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. C. KERANGKA BERFIKIR Seluruh rangkaian kegiatan yang ada di dalam sekolah merupakan upaya pemenuhan terhadap tercapainya tujuan sekolah, sehingga segala aktivitas organisasi sekolah hendaknya dikelola lebih optimal. Demi mewujudkan tujuan tersebut maka kualitas kerja guru perlu ditingkatkan. Oleh karena itu diperlukan peran dari kepala sekolah untuk mendorong bawahannya/guru-gurunya supaya bekerja lebih maksimal lagi. Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai pemimpin, yaitu memimpin segala aktivitas sekolah khususnya guru. Jika kepala sekolah sebagai pemimpin dapat melakukan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya dengan baik serta melaksanakan kepemimpinan secara efektif dan profsional maka logikanya kepemimpinan kepala sekolah dapat meningkatkan prestasi kerja guru. Guru yang termotivasi dalam mengajar terlihat dalam ketekunannya ketika melaksanakan tugas dengan ulet, penuh kreatif dan sebagainya. Hal ini
37
berdampak pada kepuasan kerja guru yang akhirnya mampu menciptakan kinerja yang baik. Berdasarkan teori-teori diatas dapat dikemukakan bahwa terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru. D. PENGAJUAN HIPOTESIS Hipotesia adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu masalah yang akan dibuktikan secara statistik.adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Ada hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru di SMA Hasanuddin Jakarta Utara”.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu dan tempat pelaksanaan penelitian adalah dimulai dari tanggal 28 Agustus 2010, dan Lokasi penelitiannya adalah SMA Hasanuddin, jalan rawa badak 1 Nomor 79-81 kelurahan lagoa kecamatan koja Jakarta utara
B. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang dijabarkan di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah: a. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru SMA Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara. b. Untuk mengetahui usaha yang dilakukan kepala sekolah dalam memberikan motivasi kerja dikalangan guru.
C. Variabel Penelitian Adapun penelitian ini mempunyai dua variable: 1. Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah, sebagai independen variable (variable bebas), variable ini disimbolkan dengan huruf (X) 2. Variabel Motivasi Kerja Guru, Sebagai Independen variabel (variable terikat), variable ini disimbolkan dengan huruf (Y)
38
39
D. Populasi dan Sampel
Sedangkan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh diman seluruh populasi yang ada digunakan sebagai sampel, yakni sebanyak 15 Orang guru. Kriteria sah dari kuesioner dalam penelitian ini apabila responden menjawab semua pertanyaan dan tidak ada dua atau lebih jawaban, dalam artian semua responden memberikan jawaban sesuai dengan petunjuk pengisian kuesioner atau angket. Dengan demikian, keadaan pengambilan sampel dari populasi yang ada dianggap memiliki populasi yang diteliti.
E. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik penulisan data yang digunakan untuk mengumpulakn data dalam penelitian ini, yaitu: 1.
Wawancara (interview) Wawancara penelitian adalam suatu metode penelitian yang meliputin pengumpulan data melelui interaksi verbal secara langsung antara pewawancara dengan responden1. Dengan mewawancarai kepala sekolah terkait.
2.
Angket (kuisioner) Angket yang dimaksud adalah berupa daftar pertanyaan yang harus diisi dan dijawab oleh responden. Angket ini dibagikan kepada guru SMA Hasanuddin Jakarta Utara untuk memperoleh informasi mengenai hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru di SMA Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara. Angket yang digunakan didesign berdasarkan skala model likert yang berisi sejumlah pernyataan yang menyatakan objek yang hendak diungkap, yang mempunyai empat opsi jawaban dan berjumlah genap ini
1
G. Sevilla, Consuello…... Hal. 205
40
dimaksudkan untuk menghindari kecenderungan responden bersikap ragu-ragu dan tidak mempunyai jawaban yang jelas. 3.
Studi dokumentasi Pedoman dokumen digunakan untuk melengkapi data-data secara tertulis yang ada di SMA Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara.
F. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk angket (kuesioner) untuk memberikan batasan yang jelas dalam penyusunan instrumen, berikut ini dikemukakan definisi konseptual dan definisi operasional setiap variabel yang digunakan sebagai berikut: 1. Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah a) Definisi Konseptual Kepala sekolah sebagai pimpinan mampu menciptakan serta mewujudkan lingkunggan fisik yang kondusif serta suasana kerja yang nyaman. b) Definisi Operasional Kepemimpinan kepala sekolah dapat dikatakan baik apabila dalam proses Kepemimpinannya dapat menciptakan serta mewujudkan lingkunggan fisik yang kondusif serta suasana kerja yang nyaman.
41
Tabel 1.1 Kisi-Kisi Instrumen Variabel Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah Variabel
Indikator
Butir Soal 1, 2, 5, 9, 10, 13
1. Kemampuan Menciptakan lingkungan fisik yang kondusif. 2. Mampu Menwujud Suasana Kerja
7, 14, 16, 18, 22
yang nyaman
Kepemimpinan Kepala Sekolah
3. Mampu Memberikan kompensasi
8,
4. Mampu Melibatan guru /
4, 15, 17,
Bawahan dalam keputusan. 5. Mampu Meneladani disiplin kerja
19, 20, 21, 24
sekolah 6. Mampu Mengadakan berbagai
23, 25
Kegiatan sekolah 3, 6, 11, 14, 16
7. Mengukur hasil pekerjaan
2. Variabel Motivasi Kerja Guru a) Definisi Konseptual Motivasi merupakan kondisi seseorang yang terdorong dan cenderung aktif dalam bertingkah laku demi mencapai tujuan yang ditimbulakan oleh motivasi tersebut. b) Definisi Operasional Motivasi
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi
keberhasilan kerja seseorang, makin tepat motivasi yang diberikan semakin baik keberhasilan kegiatan sekolah yang diberikan, motivasi menentukan intensitas usaha guru untuk mengaktualisasikan kegiatankegiatan guna mencapai tujuan karena motivasi berkaitan dengan tujuan.
42
Tabel 1.2 Kisi-Kisi Instrumen Variabel Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah Variabel
Indikator
Butir Soal
1. Kedisiplinan dalam Kerja
1, 2, 3, 6
2. Melaksanakan program kegiatan
4, 5, 7, 8, 13
Sekolah dengan baik Motivasi Kerja
3. Senang bekerja secara mandiri
9, 10, 11, 12, 16, 18, 20, 21, 22, 23, 24
Guru 4. Memanfaatkan sarana prasarana
14
5. Kemampuan meningkatkan
17, 25
evaluasi prestasi kerja
G. Teknik Analisis dan Interpretasi Data Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Menganalisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat dipahami bukan hanya orang yang meneliti, tetapi juga orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Uji Pendahuluan a.
Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu koesioner dikatakan valid jika pertanyaan atau pernyataan pada koesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh koesioner tersebut.
43
Tipe validitas yang digunakan adalah validitas konstruksi (Construk Validity). Validitas konstruksi menentukan validitas alat pengukur dengan mengkorelasikan antar skor yang diperoleh dari masing-masing item yang berupa pertanyaan ataupun pernyataan dengan skor totalnya. Skor total ini merupakan nilai yang diperoleh dari hasil penjumlahan semua skor item. Korelasi antara skor item dengan skor totalnya harus signifikan berdasarkan dimensi konsep korelasi dengan skor totalnya, maka dapat disimpulkan bahwa alat pengukuran tersbut valid. Setiap item instrument (angket) dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel, dengan taraf signifikan α=5% b.
Uji Reliabilitas Apabila suatu alat pengukuran telah dinyatakan valid, maka tahap berikutnya adalah mengukur reabilitas dari alat. Sebagai ukuran yang menunjukan konsistensi dari alat ukur dalam mengukur gejala yang sama dilain kesempatan. Menurut Imam Ghozali, realibilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu koesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu koesioner dapat dikatakan reliebel atau handal apabila jawaban seseorang terhadap pertanyaan atau pernyataan adalah konsisten dari waktu kewaktu. Uji reliabilitas bertujuan untuk melihat konsistensi alat ukur yang akan digunakan yakni apakah alat ukur tersebut akurat, stabil dan konsisten. Teknik yang digunakan adalah koefisien alpha cronbach dengan rumus2: ∑ ߪଶ ݇ ݎଵଵ ൨ቈͳ െ ଶ ݇െ ͳ ߪ Keterangan :
2
Sugiyono, Dr, Prof. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Hal.365
44
ݎଵଵ
k
= Reliabilitas instrument = Jumlah Soal
σ ߪଶ = Jumlah varians butir
ߪ௧ଶ
= Jumlah varians total
Reliabilitas suatu instrument dapat diterima jika memiliki
koefisien alpha cronbach minimal 0,06 yang berarti bahwa instrumen tersebut dapat digunakan sebagai pengumpul data yang handal yaitu hasil pengukuran relative konsisten jika dilakukan pengukuran ulang. c. Uji Normalitas Uji
normalitas
adalah
pengujian
tentang
kenormalan
distribusi data. Uji ini merupakan pengujian yang paling banyak dilakukan untuk analisis statistic parametric. Penggunaan uji normalitas karena analisis statistic parametik. Asumsi yang harus dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut terdistribusi secara normal, maksud data terdistribusi secara normal adalah bahwa data akan mengikuti bentuk distribusi normal. Bahwa data memusat pada nilai rata-rata dan median. Uji normalitas dilakukan menggunakan uji lilliefors.
2. Uji Hipotesis Adapun rumus yang digunakan adalah korelasi product moment dengan persamaan sebagai berikut3:
3
Sugiono, Dr, Prof. 2007. Statistika …... Hal.228 -231
45
rxy
n X
n XY X Y 2
X
2
nY
2
Y
2
Dimana : ݎ௫௬
= Angaka indeks korelasi “ ”ݎproduct moment
∑ ܻܺ
= Jumlah Hasil perkalian antara skor X dan Skor Y
∑ܻ
= Jumlah seluruh skor Y
݊
= Jumlah Sampel
∑ܺ
= Jumlah seluruh skor X
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan dapat berpedoman pada tabel berikut ini: Tabel 1.3 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Interval
Kategori
0,00 – 0,199
Sangat Rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,00
Sangat Kuat
Adapun untuk mengetahui besarnya kontribusi kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru, digunakan koefisien determinasi (KD) dengan rumus: ܦܭൌ ݎଶ × 100%
Di mana: ܦܭ ݎ
= Koefisien determinasi = Koefisien korelasi
46
H. Hipotesis Statistik Adapun hipotesis statistik yang akan diuji adalah sebagai berikut: Ho : ρ = 0 Ha : ρ > 0 Keterangan: Ho
: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah (variabel x) dengan motivasi kerja guru (variabel y).
Ha
: Terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah (variabel x) dengan motivasi kerja guru (variabel y).
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat SMA Hasanuddin Jakarta Utara Sekolah Menengah Atas (SMA) Hasanuddin Jakarta Utara adalah sekolah yang berdiri di atas Yayasan Pendidikan Islam Hasanuddin dan berlokasi di jalan rawa badak 1 Nomor 79-81 kelurahan lagoa kecamatan koja Jakarta utara yang didirikan seseiring berdirinya yayasan pendidikan islam hasanuddin pada tahun 1997. Atas inisiatif dan gagasan Bapak Andi Sulking dan Ibu Ida Hamidah sekaligus menjabat sebagai ketua dan wakil ketua yayasan. Selain SMA Hasanuddin, yayasan pendidikan islam hasanuddin juga memiliki 2 kelompok pendidikan yaitu Sekolah Pendidikan Pertama (SMP), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) RISTEK, dengan luas area tanah 700 Meter2, dengan luas bangunan 504 Meter2 bentuk bangunan dua lantai leter L. sejalan bersama motto SMA Hasanuddin yakni dengan ilmu hidup menjadi mudah, dengan agama hidup itu ibadah, dengan seni hidup menjadi indah. Maka SMA Hasanuddin terus berusaha mengembangkan diri dalam kegiatan pendidikan kearah yang lebih baik.
2. Visi, Misi dan Tujuan SMA Hasanuddin Jakarta Utara Visi Sekolah Menengah Atas Hasanuddin Jakarta Utara adalah “Menghasilkan Tamatan Yang Berkualitas, dengan Dilandasi Iman dan Taqwa”. Sedangkan Misinya adalah: 1.
Melaksanakan bimbingan dan pembelajaran yang efektif
47
48
2.
Menumbuh kembangakan kehidupan beragama dan kerukunan antar umat beragama
3.
Menumbuh kembangkan rasa persatuan dan kesatuan yang berwawasan nusantara.
4.
Menumbuh
kembangkan
semangat
disiplin,
kreativitas,
profesionalisme, inovatif, dan berpikir kreatif. 5.
Menumbuh kembangkan rasa kebangsaan cinta tanah air dan bela Negara Sedangkan Tujuannya adalah:
1.
Mempersiapkan peserta didik yang bertaqwa kepada Allah SWT.
2.
Mempersiapkan
peserta
didik
agar
menjadi
manusia
yang
berkribadian, cerdas, serta berkualitas dan berprestasi. 3.
Membekali peserta didik agar memiliki keterampilan teknologi informasi dan komunikasi serta mampu mengembangkan.
4.
Menanamkan sikap kemandirian dan kecakapan hidup.
5.
Mempersiapkan peserta didik agar mampu dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
49
3. Struktur Organisasi Sekolah Menengah Atas Hasanuddin YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM HASANUDDIN
KEPALA SMA HASANUDDIN
DIKNAS DIKMENTI
Drs. H. Kanim Atmawijaya
DKI JAKARTA
WAKAPSEK. BID. KESISWAAN
WAKAPSEK. BID. KURIKULUM
WAKAPSEK. BID. SARPRAS
Abdul Hamid, SE.
P. Agusta, S.Pd.
Rachimudin, S.Pd.
BENDAHARA
KA. TATA USAHA
Andi Suherlina, SH.
Abdul Ghafur
PEMBINA PERPUSTAKAAN Andi Heru
PEMBINA OSIS
PEMBINA LAB. IPA
Achmad Ocip, S.Pd.
Embun Diarsih, S.Pd.
PEMBINA LAB. KOMPUTER Rizal Sulaiman
WALI KELAS
PEMBINA EKSTRAKURIKULER
1. Kela X
1. Pramuka 2. PMR
2. Kelas XI
3. Paskibra
3. Kelas XII IPS
4. Rohani Islam
4. Kelas XII IPA
5. Pencak Silat
DEWAN GURU
DEWAN GURU
PRAMUBAKTI
PENGURUS OSIS SISWA/I HASANUDDIN
4. Data Potensi a. Identita Kepala Sekolah o Nama Kepala Sekolah
: Drs. Kanim Atmawijaya
o Tempat/ Tanggal Lahir
: Cikampek, 08 Februari 1942
o Alamat Rumah
: Kampung Beting Jaya No. 8 Rt. 002/ 018 Kel. Kalibaru Kec. Koja Jakarta Utara No. Telp. No. Hp.
: 021-44832371 44832371 : 0813 8976 3024
o Tanggal Pengangkatan Ka. Sekolah : 28 Juni 2008 o Pengalaman Sebagai Ka. Sekolah
50
b. Pengalaman Sebagai Kepala Sekolah Pengalaman kepala sekolah cukup lama dari tahun 1982 menjabat SMP Al-Khoiriyah 1 sampai pada tahun 1983, di SMK Siliwangi pada tahun 1991 sampai dengan tahun 2007 dan di SMP Yamifsa pada tahun 1994 sampai pada 2008.
c. Pendidikan 2 Jenjang Terakhir Jenjang Terakhir yaitu PGSP pada jurusan Bahasa Indonesia di tahun 1982 di institusi PGSLP Negeri, selanjutnya strata satu pada jurusan Administrasi Pendidikan di tahun 1988 institusi Universitas Siliwangi.
51
B. Hasil Penelitian 1.
Uji Pendahuluan a.
Uji Validitas dan Reliabilitas 1) Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah Tabel 2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah Pernyataan Korelasi Pearson (r hitung) r tabel 1 0,65 2 0,60 3 0,61 4 0,57 5 0,72 6 0,54 7 0,58 8 0,74 9 0,58 10 0,52 11 0,68 12 0,56 13 0,53 14 0,68 15 0,53 16 0,57 17 0,74 18 0,57 19 0,59 20 0,58 21 0,55 22 0,57 23 0,61 24 0,65 25 0,58 Sumber: Data Primer Diolah
0,514
Crombach Alpha 0,949
Kriteria pengujian: 1. Jika nilai rhitung > r(α – 0,05) dengan n = 15, maka data dikatakan valid. 2. Jika nilai rhitung < r(α – 0,05) dengan n = 15, maka data dikatakan tidak valid.
52
Pada tabel di atas, didapat seluruh angka rhitung > r(α – 0,05) yaitu sebesar 0,514, dengan n = 15, ini berarti ke dua puluh lima item dikatakan valid. Dan dengan nilai Crombach Alpha sebesar 0,949 jika diiterpretasikan ke dalam tabel kriteria tingkat reliabilitas maka data tersebut termasuk ke dalam kategori reliabilitas yang sangat tinggi.
2) Variabel Motivasi Kerja Guru Tabel 2.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Variabel Motivasi Kerja Guru Pernyataan Korelasi Pearson (r hitung) r tabel 1 0,64 2 0,52 3 0,58 4 0,58 5 0,53 6 0,57 7 0,66 8 0,63 9 0,65 10 0,57 11 0,55 12 0,55 13 0,52 14 0,59 15 0,55 16 0,54 17 0,63 18 0,56 19 0,53 20 0,57 21 0,56 22 0,58 23 0,56 24 0,62 25 0,53 Sumber: Data Primer Diolah
0,514
Crombach Alpha 0,940
53
Kriteria pengujian: 3. Jika nilai rhitung > r(α – 0,05) dengan n = 15, maka data dikatakan valid. 4. Jika nilai rhitung < r(α – 0,05) dengan n = 15, maka data dikatakan tidak valid. Pada tabel di atas, didapat seluruh angka rhitung > r(α – 0,05) yaitu sebesar 0,514, dengan n = 15, ini berarti ke dua puluh lima item dikatakan valid. Dan dengan nilai Crombach Alpha sebesar 0,940 jika diiterpretasikan ke dalam tabel kriteria tingkat reliabilitas maka data tersebut termasuk ke dalam kategori reliabilitas yang sangat tinggi. Tabel 2.3 Kriteria Tingkat Reliabilitas Reliabilitas 0,800-0,999 0,600-0,799 0,400-0,599 0,200-0,399 <0,200
Kriteria sangat tinggi tinggi sedang rendah sangat rendah
b. Uji Normalitas Uji Normalitas dilakukan dengan rumus liliefors melalui rumusan hipotesis sebagai berikut: H0 : Data sampel berdistribusi normal Ha : Data sampel berdistribusi tidak normal 1) Uji Normalitas Data Skor Angket Kepemimpinan Kepala Sekolah Hasil perhitungan uji normalitas data skor angket kepemimpinan kepala sekolah disajikan pada tabel berikut:
54
Tabel 2.4 Hasil Uji Normalitas Data Skor Angket Kepemimpinan Kepala Sekolah Statistika
Nilai
N
15
Lhitung
0.0134
Ltabel
0.220
Sumber: Data Primer diolah Dari hasil perhitungan uji normalitas data skor angket Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan taraf signifikansi 5%, diperoleh Lhitung < Ltabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa data skor angket kepemimpinan kepala sekolah berdistribusi normal. 2) Uji Normalitas Data Skor Angket Motivasi Kerja Guru Hasil perhitungan uji normalitas data skor angket kepemimpinan kepala sekolah disajikan pada tabel berikut: Tabel 2.5 Hasil Uji Normalitas Data Skor Angket Motivasi Kerja Guru Statistika
Nilai
N
15
Lhitung
0.0443
Ltabel
0.220
Sumber: Data Primer diolah Dari hasil perhitungan uji normalitas data skor angket Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan taraf signifikansi 5%, diperoleh Lhitung < Ltabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa data skor angket motivasi kerja guru berdistribusi normal.
55
2.
Analisis Data Setelah diperoleh data tentang Kepemimpinan dan Motivasi kerja guru, langkah selanjutnya adalah membuat tabel perhitungan yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan korelasi Product Moment.
Tabel 2.6 Perhitungan Korelasi Product Moment Responden
X
X2
Y2
XY
8464 5929 4225 6561 8100 4356 4096 5041 8649 4489 7921 7056 6724 3481 6889 91981
5476 5184 3969 7225 7921 3481 2704 5041 8464 3600 7569 5776 5329 2916 7396 82051
6808 5544 4095 6885 8010 3894 3328 5041 8556 4020 7743 6384 5986 3186 7138 86618
Y
1 92 74 2 77 63 3 65 72 4 81 60 5 90 54 6 66 59 7 64 87 8 71 86 9 93 85 10 67 92 11 89 52 12 84 89 13 82 73 14 59 76 15 83 71 Σ 1163 1093 Sumber: Data Primer Diolah Diketahui: N
= 15
∑Y2
∑X
= 1163
∑XY = 86618
∑Y
= 1093
(∑X)2 = 1352569
∑X2 = 91981
= 82051
(∑Y)2 = 1194649
Dimasukan kedalam rumus korelasi product moment, berikut ini: ݎ௫௬ =
ݎ௫௬ =
݊(∑XY) − (∑X)(∑Y)
ඥ݊(∑x ଶ) − (∑x)ଶ ඥ݊(∑y ଶ) − (∑y)ଶ
15(86618) − (1163)(1093)
ඥ15 (91981) − 1352569 ඥ15 (82051) − 1194649
56
ݎ௫௬ =
ݎ௫௬ =
1299270 − 1271159 √27146 √36116 28111
√980404936 28111 ݎ௫௬ = ݎ௫௬ = 0,898 31311,42 Berdasarkan hasil perhitungan korelasi product moment dapat diketahui bahwa hubungan antara variabel kepemimpinan kepala sekolah (X) dengan motivasi kerja guru (Y) sebesar 0,898 dalam arah positif yang artinya jika kepemimpinan kepala sekolah semakin baik maka motivasi kerja guru akan semakin meningkat. Koefisien korelasi sebesar 0,898 tersebut jika diinterpretasikan ke dalam tabel interpretasi koefisien korelasi termasuk dalam kategori sangat kuat. Tabel 2. 7 Interpretasi Koefisien Korelasi Interval
Kategori
0,00 – 0,199
Sangat Rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,00
Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono, 2007
Sedangkan perhitungan koefisien Determinasi (KD) yang berguna untuk mengetahui kontribusi variabel X dengan Y sebagai berikut: ܦܭൌ ݎଶ × 100%
ܦܭൌ Ͳǡͺͻͺଶ × 100% ܦܭൌ ͺͲǡͶΨ
57
Tabel 2.8 Nilai dari Koefisien Determinasi R
r2
Persentase
0,898
0,8064
80,64%
Sumber: Data Primer diolah Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa koefisien determinasi (r2) sebesar 0,8064, maka dapat diartikan bahwa 80,64% motivasi kerja guru di SMA Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah sedangkan 19,36% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak berkaitan atau diluar dari penelitian ini namun tetap mempengaruhi variabel Y yaitu motivasi kerja guru SMA Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara.
C. Pembahasan Hasil Penelitian Hasil penelitian ini membuktikan adanya hubungan sebesar 80,64% antara kepemimpinan dengan motivasi kerja guru. Dengan demikian dari hasil perhitungan data yang diperoleh dari lapangan, terlihat adanya hubungan yang positif dan signifikan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan motivasi kerja guru di SMA Hasanuddin Jakarta Utara. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa motivasi kerja guru tidak hanya disebabkan atau dipengaruhi oleh faktor efektifitas kepemimpinan, tetapi masih banyak faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi kerja guru. Secara spesifik dapat dijelaskan bahwa kepala sekolah telah berupaya melaksanakan kepemimpinan yang cukup efektif di sekolah dalam rangka meningkatkan motivasi kerja guru, disisi lain mengenai fenomena yang terlihat bahwa kepala sekolah dan guru sangat mendukung terciptanya situasi atau suasana yang kondusif demi tercapainya tujuan organisasi sekolah. Dengan demikian berarti jika kita ingin meningkatkan motivasi kerja guru, maka perlu diperhatikan salah satunya kepemimpinan dari kepala sekolah, dengan demikian kepemimpinan yang kuat akan menciptakan
58
kepuasan kerja yang tinggi dikalangan guru sekolah. Pada akhirnya akan tercipta motivasi kerja guru yang tinggi, begitu juga sebaliknya jika hubungan kepemimpinan kepala sekolah lemah maka tidak akan tercipta kepuasan kerja sehingga motivasi kerja guru akan menjadi lemah. Meskipun banyak sekali faktor yang mempengaruhi motivasi kerja guru, namun dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa kepemimpinan memiliki hubungan yang sangat signifikan terhadap motivasi kerja guru. Hal ini merupakan masukan penting bagi praktisi maupun praktisi pendidikan dalam meningkatkan kualitas dan prestasi kerja guru khususnya di SMA Hasanuddin Jakarta Utara.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil data penelitian yang telah diuraikan sebelumnya tentang hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru, maka dapat disimpulan beberapa hal, sebagai berikut: 1. Berdasarkan teori, data dan fakta terdapat hubungan yang baik antara kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi kerja guru di SMA Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara. 2. Dengan demikian hasil penelitian yang diperoleh bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru, hal ini dapat dilihat dari hasil korelasi yang diperoleh. 3. Kontribusi yang diberikan oleh kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru cukup besar, berarti bahwa kepemimpinan kepala sekolah adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan motivasi kerja guru sedangkan selebihnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak berkaitan atau diluar dari penelitian ini namun tetap mempengaruhi variabel Y yaitu motivasi kerja guru SMA Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara.
59
60
B. Saran 1. Kepala sekolah sebagai pemimpin hendaknya lebih intens dalam dalam memberikan pembinaan kepada guru. 2. Guru agar tetap melaksanakan tugas-tugasnya dengan konsisten dan mengedepankan
nilai-nilai
positif
dalam
proses
kegiatan
dan
pembelajaran. 3. Peneliti menyadari meskipun penelitian ini telah usai menguji adanya hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru, akan tetapi tidak hanya dari faktor kepemimpinan saja dapat terjalin hubungan yang baik antara atasan dan bawahan dan tentunya memberikan motivasi tersendiri kepada guru untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Banyak faktor lain yang mungkin ikut menjembatani terciptanya motivasi kerja guru, seperti kesadaran guru akan tugas dan kewajibanya kompetensi dan faktor-faktor lainyang belum diketahui. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut.
61
DAFTAR PUSTAKA
Adair, John .1993. Kepemimpinan Yang Efektif, Semarang: Dahara Prize. As’ad, Moh. 1980. Psikologi Industri, Yogyakarta: Akademi Managemen Perusahaan YKPM. Consuello, G. Sevilla.1993. Pengantar metode penelitian, Jakarta: UI Press E. Mulyasa.2007. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Fatah, Drs. Nanang. 2006. Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Handoko, T. Hani. 2000. Manajemen Edisi 2, Yogyakarta: BPFE. Hamzah. B.Uno. 2008. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta. PT. Bumi Aksara. Jennings, Eugene Emerson. 1992. Kepemimpinan, Semarang: PT. Dahara Prize. Komariah, Dr. Aan. 2005. Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, Jakarta: PT. Bumi Aksara. Oxford Student’s dictionary of English special price edition. 2001. Oxford University Press. Pidarta, Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Rastodio, faktor-faktor dan ciri-ciri-yang-mempengaruhi-motivasi-kerja http://rastodio.com/manajemen/.html, 22 Agustus 2010 Sabri, M. Alisuf. 1996. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. Shaleh, Abdul Rahman. 2006. Psikologi & Industri, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN. Suyanto PhD, Pengertian-Kepemimpinan, http://www.scribd.com/doc/22456149/, 12 Agustus 2010. Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung. CV. Alfabeta
62
Sardiman. 2006. Interksi dan motivasi belajar mengjar . Jakarta. PT. Raja Gafindo Persada.
Tim Prima Pena. 2006. Kamus Ilmiah Populer Edisi Lengkap. Surabaya: Gitamedia Press. Usman, Moh. Uzer. 1997. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda. Wahyosumidjo. 2007. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Wahyudi, 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar. Bandung. Alfabeta. Yukl, Gary. 2001. Kepemimpinan dalam Organisasi. Edisi Kelima. Jakarta : PT. Indeks.
Lampiran 1
“Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Motivasi Kerja Guru di SMU Hasanuddin Jakarta Utara” ANGKET PENELITIAN Identitas Responden: 1. Mata Pelajaran yang dipegang : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2. Pendidikan Terakhir
: ...............................
Petunjuk pengisian Bacalah pertanyaan dibawah ini dan berilah tanda ceklist () pada kolom jawaban sesuai dengan pendapat anda. Alternatif jawaban yang jawaban yang disediakan adalah sebagai berikut: S : Sering P : Pernah K : Kadang-kadang TP : Tidak Pernah Kepemimpinan Kepala Sekolah No Pernyataan 1 Kepala sekolah merencanakan kelengkapan perangkat kebutuhan yang akan dimanfaatkan dalam proses kegiatan pembelajaran 2 Kepala sekolah mempersiapkan materi kurikulum kegiatan belajar mengajar 3 Kepala sekolah menyeleksi guru atau bawahanya untuk menempati setiap bidang dan jabatan 4 Kepala sekolah memaparkan disiplin dan tata tertib sekolah untuk para guru atau bawahanya 5 Kepala sekolah menata sarana prasarana sekolah secara efektif untuk kegiatan belajar mengajar yang efesien 6 Kepala sekolah menempatkan guru atau bawahanya sesuai dengan bidang masing-masing 7 Kepala sekolah menjadwalkan kegiatan kurikuler secara proposional dan relevan 8 Kepala sekolah memberikan kompensasi bagi guru yang menjalankan disiplin dan tata tertib dengan baik 9 Kepala sekolah memperbaiki sarana prasarana pembelajaran yang tak layak secara berkala 10 Kepala sekolah menyediakan buku kurikulum atau panduan sebagai pegangan kegiatan pembelajaran 11 Kepala sekolah mensupervisi aktivitas pembelajaran guru diruang kelas dan diluar ruang sekolah 12 Kepala sekolah menerapkan disiplin dan tata tertib sekolah secara konsisten dan kontinyu. 13 Kepala sekolah mengontrol penggunaan sarana prasarana sekolah apakah telah digunakan secara efktif dan efesien 14 Kepala sekolah mengadakan tahapan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana penerapan materi kurikulum terlaksana dengan baik atau tidak 15 Kepala sekolah mengadakan Rapat rutin untuk mengevaluasi dan memahami kemampuan guru dalam menjalankan tugas dan bidangnya masing-masing 16 Kepala sekolah menadakan evaluasi rutin dalam rangka penilaian terhadap
S
K
P
TP
17 18 19 20 21 22 23 24 25
pelaksanaan disiplin dan tata tertib sekolah oleh guru Kepala sekolah mengikut sertakan guru dan bawahan dalam membuat keputusan pada setiap pertemuan dan kegiatan. Kepala sekolah berusaha menciptakan iklim keterbukaan dalam mengambil kebijakan dengan guru Kepala sekolah berusaha membantu guru untuk membangun perasaan percaya diri dalam berinteraksi dengan sesama guru yang lain. Sebagai pemimpin, kepala sekolah berusaha menciptakan persamaan persepsi melalui negosiasi yang relevan Sebagai pemimpin, Kepala sekolah berusaha menunjukan minat terhadap masalah yang di alami guru. Sebagai pemimpin, kepala sekolah berusaha mengkondisikan dengan baik lingkungan sekolah agar tercipta rasa aman pada guru. Kepala sekolah Membimbing guru- guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan sekolah. Sebagai pemimpin kepala sekolah berusaha menjadi teladan yang baik dan bersifat tulus. Kepala Sekolah Memberi Kesempatan Guru mengikuti kegiatan di luar pembelajaran
Motivasi Kerja Guru No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Pertanyaan Guru menggunakan efesiensi waktu dalam menjalankan tugas Guru mentaati setiap kebijakan yang dikeluarkan kepala sekolah Guru menjalankan disiplin dan tata tertib sekolah Dalam mengajar guru mencapai target yang ada dalam rencana program pembelajaran Setiap ada pekerjaan, guru melaksanakanya dengan tekun dan tidak menunda-nunda Guru tepat waktu datang ke ruang kelas pada setiap kegiatan sekolah Guru mengikuti kegiatan-kegiatan ekstra sekolah Guru berusaha agar siswanya mendapat hasil yang baik secara intelektual maupun mental Guru merasa senang dengan profesi yang dijalani dan menjadi sebagai hobi Guru membimbing muridnya dengan ulet dalam proses belajar mengajar Guru berusaha mengenal dan memahami kemampuan anak didik dalam KBM Guru menyalurkan hobinya melalui kegiatan ekstrakulikuler yang ada disekolah Untuk mempermudah pekerjaan, guru menyusun program satuan pembelajaran (satpel) Guru menggunakan alat dan sumber pengajaran untuk memperjelas materi pengajaran Dalam KBM guru menciptakan suasana kelas yang nyaman untuk mencapai tujuan pengajaran Setiap kali dalam mengajar, guru menempatkan diri sesuai situasi dan kondisi yang ada dikelas Guru memperhatikan Kemampuan siswa antara yang baik dan sedang dalam setiap ulangan/ evaluasi Agar sesuana kelas tidak monoton, guru berubah posisi duduk siswa setiap seminggu sekali Sebelum KBM berlangsung, guru mempelajari bahan pengajaran yang akan disampaikan kepada siswa Untuk mempermudah pencapaian tujuan pengajaran, guru menggunakan metode yang bervariasi Guru mengadakan simulasi (bila ada peraktek) dan permainan agar siswa lebih berpartisipasi dalam proses belajar mengajar Untuk mendorong partisipasi siswa, guru memberikan kesempatan untuk belajar sesuai dengan minat siswa. Untuk menarik perhatian siswa, guru memberikan kesempatan untuk belajar sesuai dengan minat mereka Guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada beberapa siswa mengenai bahan pengajaran yang telah disampaikan Untuk memperkaya pengetahuan siswa, saya memberikan tugas atau PR
S
K
P
TP
Lampiran a PERHITUNGAN VALIDITAS INSTRUMEN ANGKET MOTIVASI KERJA GURU Jumlah
Item Soal
Responden 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
1
4
2
2
4
3
4
1
4
2
2
4
3
3
2
2
4
3
4
3
3
2
3
4
4
2
74
2
3
3
2
3
3
3
2
4
2
3
3
3
3
2
4
3
2
4
2
3
3
1
3
4
4
72
3
3
1
3
1
2
2
2
3
3
1
4
2
2
3
3
2
2
3
3
3
4
2
4
3
2
63
4
2
4
4
4
3
2
4
4
4
3
4
3
2
4
4
2
4
4
3
4
4
2
4
4
3
85
5
3
2
4
4
4
3
2
4
4
4
3
4
3
2
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
89
6
2
1
2
3
3
2
1
2
3
2
3
4
2
1
2
2
3
2
4
2
2
2
3
2
4
59
7
1
2
2
3
2
2
2
3
3
2
3
2
2
2
2
1
2
2
1
2
2
2
3
3
1
52
8
3
3
2
3
3
1
2
4
2
1
3
2
1
3
3
4
4
2
4
4
3
4
4
2
4
71
9
4
4
3
4
4
4
4
3
4
3
4
4
3
4
3
4
4
3
4
4
3
4
4
3
4
92
10
3
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
3
3
2
2
3
2
2
3
3
2
3
2
2
3
60
11
4
3
2
2
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
2
2
3
4
4
4
4
4
4
4
87
12
2
3
2
3
4
4
2
4
2
2
3
4
4
2
4
2
3
3
4
4
4
2
2
3
4
76
13
3
1
4
3
3
2
4
3
3
4
3
2
2
4
3
2
4
3
2
3
3
2
4
4
2
73
14
2
3
1
2
3
2
1
1
2
2
2
3
2
2
3
2
1
3
3
4
3
2
1
1
3
54
15
4
3
3
4
4
4
3
3
4
2
3
4
4
3
3
4
3
3
4
4
3
4
3
3
4
86
Jml.
43
37
38
45
46
42
36
48
44
37
48
47
40
40
45
41
43
45
48
50
46
41
49
46
48
1093
r hit. r tbl.
0.64 0.51
0.52 0.51
0.58 0.51
0.58 0.51
0.53 0.51
0.57 0.51
0.66 0.51
0.63 0.51
0.65 0.51
0.57 0.51
0.55 0.51
0.55 0.51
0.52 0.51
0.59 0.51
0.55 0.51
0.54 0.51
0.63 0.51
0.56 0.51
0.53 0.51
0.57 0.51
0.56 0.51
0.58 0.51
0.56 0.51
0.62 0.51
0.53 0.51
Ket.
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Lampiran b PERHITUNGAN VALIDITAS INSTRUMEN ANGKET MOTIVASI KERJA GURU
Item Soal
Responden
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
1
4
2
2
4
3
4
1
4
2
2
4
3
3
2
2
4
3
4
3
3
2
3
4
4
2
74
2
3
3
2
3
3
3
2
4
2
3
3
3
3
2
4
3
2
4
2
3
3
1
3
4
4
72
3
3
1
3
1
2
2
2
3
3
1
4
2
2
3
3
2
2
3
3
3
4
2
4
3
2
63
4
2
4
4
4
3
2
4
4
4
3
4
3
2
4
4
2
4
4
3
4
4
2
4
4
3
85
5
3
2
4
4
4
3
2
4
4
4
3
4
3
2
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
89
6
2
1
2
3
3
2
1
2
3
2
3
4
2
1
2
2
3
2
4
2
2
2
3
2
4
59
7
1
2
2
3
2
2
2
3
3
2
3
2
2
2
2
1
2
2
1
2
2
2
3
3
1
52
8
3
3
2
3
3
1
2
4
2
1
3
2
1
3
3
4
4
2
4
4
3
4
4
2
4
71
9
4
4
3
4
4
4
4
3
4
3
4
4
3
4
3
4
4
3
4
4
3
4
4
3
4
92
10
3
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
3
3
2
2
3
2
2
3
3
2
3
2
2
3
60
11
4
3
2
2
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
2
2
3
4
4
4
4
4
4
4
87
12
2
3
2
3
4
4
2
4
2
2
3
4
4
2
4
2
3
3
4
4
4
2
2
3
4
76
13
3
1
4
3
3
2
4
3
3
4
3
2
2
4
3
2
4
3
2
3
3
2
4
4
2
73
14
2
3
1
2
3
2
1
1
2
2
2
3
2
2
3
2
1
3
3
4
3
2
1
1
3
54
15
4
3
3
4
4
4
3
3
4
2
3
4
4
3
3
4
3
3
4
4
3
4
3
3
4
86
Jml.
43
37
38
45
46
42
36
48
44
37
48
47
40
40
45
41
43
45
48
50
46
41
49
46
48
1093
X2
1849
1369
1444
2025
2116
1764
1296
2304
1936
1369
2304
2209
1600
1600
2025
1681
1849
2025
2304
2500
2116
1681
2401
2116
2304
0.98
0.84
0.86
0.5
1.03
1.26
0.89
0.78
0.98
0.46
0.7
0.81
0.95
0.57
1.07
0.98
0.57
0.89
0.52
0.64
1.07
0.92
0.92
1.03
δ2
0.84
Σδ2
21.0380952
δt2
171.980952
rii
0.9403628
Kriteria tingkat reliabilitas r
Kriteria
0.800-0.999
sangat tinggi
0.600-0.799
tinggi
0.400-0.599
sedang
0.200-0.399
rendah
<0.200
sangat rendah
Lampiran c PERHITUNGAN UJI NORMALITAS DATA ANGKET MOTIVASI KERJA GURU
No
Xi
F
Fxi
Xi2
F(Xi2)
Zi
Fzi
Szi
(Fzi Szi)
1
52
52
2704
2704
-1.59
0.0559
0.0667
-0.01077
2
54
1 1
54
2916
2916
-1.44
0.0749
0.1333
-0.05843
3
59
1
59
3481
3481
-1.06
0.1446
0.2
-0.0554
4
60
1
60
3600
3600
-0.98
0.1635
0.2667
-0.10317
5
63
1
63
3969
3969
-0.75
0.2266
0.3333
-0.10673
6
71
1
71
5041
5041
-0.14
0.4443
0.4
0.0443
7
72
1
72
5184
5184
-0.07
0.4721
0.4667
0.005433
8
73
1
73
5329
5329
0.01
0.496
0.5333
-0.03733
9
74
1
74
5476
5476
0.086
0.4641
0.6
-0.1359
10
76
1
76
5776
5776
0.239
0.4052
0.6667
-0.26147
11
85
1
85
7225
7225
0.925
0.1762
0.7333
-0.55713
12
86
1
86
7396
7396
1.001
0.1587
0.8
-0.6413
13
87
1
87
7569
7569
1.078
0.1401
0.8667
-0.72657
14
89
1
89
7921
7921
1.23
0.1093
0.9333
-0.82403
15
92
1
92
8464
8464
1.459
0.0721
1
-0.9279
15
1093
82051
Σ
Lampiran a PERHITUNGAN VALIDITAS INSTRUMEN ANGKET KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
Item Soal Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Jumlah
1 4
2 4
3 4
4 4
5 4
6 3
7 4
8 4
9 4
10 4
11 3
12 3
13 4
14 4
15 3
16 3
17 4
18 4
19 4
20 4
21 3
22 4
23 3
24 4
25 3
3
4
3
3
3
3
3
3
4
1
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
2
2
3
3
3
3
2
1
3
3
2
3
3
1
3
3
3
3
4
3
1
3
2
3
3
4
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
4
3
3
4
3
3
4
2
4
4
4
4
3
3
4
3
4
3
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
3
4
3
1
3
3
3
2
3
3
3
2
3
2
3
4
3
2
3
3
1
3
1
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
2
3
2
3
3
1
2
3
3
3
2
3
3
3
2
3
1
2
3
3
3
1
2
3
3
3
4
1
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
3
4
4
1
2
3
2
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
1
3
3
2
3
3
3
2
3
2
4
4
3
3
3
4
3
4
3
4
4
4
3
3
3
4
4
4
3
4
3
4
3
4
4
2
4
3
3
4
4
3
4
3
3
3
4
4
3
4
4
3
4
3
3
4
4
3
2
3
3
4
4
1
3
4
3
3
4
4
4
4
3
3
4
3
4
3
4
1
3
3
3
4
3
2
3
2
2
1
3
3
1
3
2
1
2
3
3
3
3
2
3
3
2
3
2
2
2
3
3
2
3
3
3
4
3
4
3
3
4
3
4
4
3
3
4
3
4
4
4
2
3
3
4
Jml.
40
47
47
43
44
50
46
46
47
48
43
49
51
45
48
48
49
47
49
45
47
48
42
48
46
r hit.
0.65 0.51
0.6 0.51
0.61 0.51
0.57 0.51
0.72 0.51
0.54 0.51
0.58 0.51
0.74 0.51
0.58 0.51
0.52 0.51
0.68 0.51
0.56 0.51
0.53 0.51
0.68 0.51
0.53 0.51
0.57 0.51
0.74 0.51
0.57 0.51
0.49 0.51
0.58 0.51
0.55 0.51
0.57 0.51
0.61 0.51
0.65 0.51
0.58 0.51
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
r tbl. Ket.
92 77 65 81 90 66 64 71 93 67 89 84 82 59 83 1163
Lampiran b PERHITUNGAN REALIBILITAS INSTRUMEN ANGKET KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
Item Soal Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jml.
Jumlah
1 4
2 4
3 4
4 4
5 4
6 3
7 4
8 4
9 4
10 4
11 3
12 3
13 4
14 4
15 3
16 3
17 4
18 4
19 4
20 4
21 3
22 4
23 3
24 4
25 3
3
4
3
3
3
3
3
3
4
1
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
2
2
3
3
3
3
2
1
3
3
2
3
3
1
3
3
3
3
4
3
1
3
2
3
3
4
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
4
3
3
4
3
3
4
2
4
4
4
4
3
3
4
3
4
3
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
3
4
3
1
3
3
3
2
3
3
3
2
3
2
3
4
3
2
3
3
1
3
1
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
2
3
2
3
3
1
2
3
3
3
2
3
3
3
2
3
1
2
3
3
3
1
2
3
3
3
4
1
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
3
4
4
1
2
3
2
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
1
3
3
2
3
3
3
2
3
2
4
4
3
3
3
4
3
4
3
4
4
4
3
3
3
4
4
4
3
4
3
4
3
4
4
2
4
3
3
4
4
3
4
3
3
3
4
4
3
4
4
3
4
3
3
4
4
3
2
3
3
4
4
1
3
4
3
3
4
4
4
4
3
3
4
3
4
3
4
1
3
3
3
4
3
2
3
2
2
1
3
3
1
3
2
1
2
3
3
3
3
2
3
3
2
3
2
2
2
3
3
2
3
3
3
4
3
4
3
3
4
3
4
4
3
3
4
3
4
4
4
2
3
3
4
40
47
47
43
44
50
46
46
47
48
43
49
51
45
48
48
49
47
49
45
47
48
42
48
46
X2
1600
2209
2209
1849
1936
2500
2116
2116
2209
2304
1849
2401
2601
2025
2304
2304
2401
2209
2401
2025
2209
2304
1764
2304
2116
δ2
1.1
0.7
0.27
0.7
0.92
0.38
0.21
0.92
0.41
0.74
1.12
0.35
0.26
0.86
0.46
0.6
0.35
0.55
0.5
1
0.55
0.46
0.31
0.46
0.64
Σδ2
14.8095238
δt2
129.266667
rii
0.94867963
Kriteria tingkat reliabilitas r
Kriteria
0.800-0.999
sangat tinggi
0.600-0.799
tinggi
0.400-0.599
sedang
0.200-0.399
rendah
<0.200
sangat rendah
92 77 65 81 90 66 64 71 93 67 89 84 82 59 83 1163
Lampiran c PERHITUNGAN UJI NORMALITAS DATA ANGKET KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
No
Xi
F
Fxi
Xi2
F(Xi2)
Zi
Fzi
Szi
(Fzi Szi)
1
59
59
3481
3481
-1.63
0.0516
0.067
-0.01507
2
64
1 1
64
4096
4096
-1.19
0.117
0.133
-0.01633
3
65
1
65
4225
4225
-1.1
0.1357
0.2
-0.0643
4
66
1
66
4356
4356
-1.01
0.1562
0.267
-0.11047
5
67
1
67
4489
4489
-0.93
0.1762
0.333
-0.15713
6
71
1
71
5041
5041
-0.57
0.2843
0.4
-0.1157
7
77
1
77
5929
5929
-0.05
0.4801
0.467
0.013433
8
81
1
81
6561
6561
0.305
0.3783
0.533
-0.15503
9
82
82
6724
6724
0.393
0.3483
0.6
-0.2517
10
83
1 1
83
6889
6889
0.481
0.3156
0.667
-0.35107
11
84
1
84
7056
7056
0.569
0.2843
0.733
-0.44903
12
89
1
89
7921
7921
1.009
0.1562
0.8
-0.6438
13
90
1
90
8100
8100
1.096
0.1151
0.867
-0.75157
14
92
1
92
8464
8464
1.272
0.102
0.933
-0.83133
15
93
1
93
8649
8649
1.36
0.0869
1
-0.9131
Σ
1163
15
1163
91981