Hubungan Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Motivasi Kerja Guru di Madrasah Aliyah Negeri Model Gorontalo Oleh: Nurliyanti Usman1, Ansar Madedan Intan Abd. Razak2 Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected] ABSTRAK Nurliyanti Usman, 2014. Hubungan Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Motivasi Kerja Guru di Madrasah Aliyah Negeri Model Gorontalo. Skripsi Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Prof. Dr. Hi. Ansar, M.Si Pembimbing II Intan Abdul Razak, S.Ag. M.Pd. Hasil penelitian ini dengan menggunakan analisis korelasi Product Moment bahkan nilai rhitung = 0,652 berada pada arah yang positif, sedangkan uji signifikan koefisien korelasi dengan menggunakan uji-t menunjukkan bahwa thitung = 7,70 pada taraf signifikan α = 0,05 dan derajat bebas db = n-2 = 48-2 = 46 lebih besar dari ttabel = 2,021. Jadi disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru. Dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,652, maka nilai koefisien determinasi r² = 0,4251 hal ini menunjukkan bahwa 42,51% motivasi kerja guru dipengaruhi oleh perilaku kepemimpinan kepala sekolah sedangkan 57,49% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak berkaitan atau diluar dari penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian diajukan saran-saran : 1) kepala sekolah sebagai pemimpin hendaknya lebih meningkatkan kepemimpinannya dalam memotivasi guru. Sebab dengan adanya perilaku kepala sekolah yang baik akan meningkatkan motivasi kerja guru. 2) guru sebagai pendidik hendaknya lebih meningkatkan motivasi kerja dan melaksanakan tugas dengan baik dalam proses kegiatan belajar mengajar. 3) bagi peneliti, dengan adanya penelitian ini agar supaya peneliti lebih meningkatkan pengetahuan dalam dunia pendidikan terutama mengenai hubungan perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru. Kata kunci : Perilaku, Kepemimpinan, Motivasi Kerja.
1
Nurliyanti Usman, Mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo 2 Ansar Made dan Intan Abd. Razak, Dosen Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo
PENDAHULUAN Kinerja guru di sekolah mempunyai peran penting dalam pencapaian tujuan sekolah. Guru memiliki potensi yang besar pada dirinya masing-masing, namun potensi tersebut belum dinyatakan pada aktivitas kegiatan mengajar secara penuh karena belum memperoleh rangsangan dan motivasi dari pengawas selaku pimpinan sekolah maupun seniornya. Peningkatan kerja harus diiringi motivasi yang tinggi, bekerja tanpa motivasi tentu sangat membosankan, karena tidak adanya unsur pendorong. Motivasi merupakan pemberian atau penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mau bekerja sama, terintegrasi dan segala daya upaya untuk mencapai kepuasan. Motivasi merupakan suatu kekuatan potensial yang ada pada diri seorang manusia, yang dapat dikembangkannya sendiri, ataupun dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar. Dalam psikologi motivasi diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi pendorong timbulnya suatu tingkah laku. Artinya dengan motivasi guru mau bekerja keras dengan menyumbangkan segenap kemampuan, pikiran, keterampilan untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Guru menjadi seorang pendidik karena adanya motivasi untuk mendidik, dengan motivasi guru akan mampu membentuk semangat kerja yang tinggi pula. Kemampuan guru yang dilandasi motivasi akan mendorong untuk menunjukkan perilaku yang kuat sehingga dapat diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.Hubungan perilaku kepimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru Di MAN MODEL Gorontalo sangat berkaitan erat apabila kepala sekolah menunjukkan perilaku yang baik, maka motivasi kerja guru juga akan meningkat. Akan tetapi jika kepala sekolah menunjukkan perilaku yang tidak baik, maka secara otomatis motivasi kerja guru akan menurun. Berdasarkan
hasil
observasi
awal
diperoleh
kenyataan
yang
menunjukkan bahwa masih banyak guru yang motivasi kerjanya rendah, sering datang terlambat, bahkan ada yang tidak masuk kerja. Hal tersebut dapat diatasi apabila kepala sekolah selalu memberikan dorongan maka guru akan termotivasi dalam menjalankan tugasnya. Rumusan masalah antara lain: 1) Bagaimana motivasi kerja guru Di Madrasah Aliyah Negeri Model Gorontalo ?. 2) Bagaimana perilaku
kepemimpinan kepala sekolah Di Madrasah Aliyah Negeri Model Gorontalo? 3) Apakah terdapat hubungan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru Di Madrasah Aliyah Negeri Model Gorontalo? KAJIAN TEORI A. Motivasi Kerja Guru Motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan dalam bekerja. Oleh sebab itu motivasi kerja dalam psikologi karya biasa disebut pendorong semangat kerja. Kuat dan lemahnya motivasi kerja seorang tenaga kerja ikut menentukan besar kecil prestasinya. Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman, 2012:73) Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Robbins dan Coulter diikuti oleh Winardi (2010:39) “motivasi adalah kesediaan
untuk
melaksanakan
upaya
tinggi
untuk
mencapai
tujuan
keorganisasian yang dikondisikan oleh kemampuan upaya untuk memenuhi individual tertentu”. 1.
Ciri-ciri motivasi kerja Dzulfadhi (jurnal penelitian, 2010:33) mengatakan bahwa motivasi yang
ada pada diri seseorang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1). tekun menghadapi tugas, 2). ulet menghadapi kesulitan, 3). menunjukkan minat terhadap bermacammacam masalah, 4). lebih senang bekerja sendiri, 5). cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, 6). dapat mempertahankan pendapatnya, 7). tidak mudah melepaskan hal yang diyakini, 8). senang mencari dan memecahkan masalah. Willes (dalam Bafadal 2004:101-102) menegaskan ada delapan hal yang diinginkan guru melalui kerjanya, yaitu: 1). rasa aman dan hidup layak. Hidup layak bukan berarti mewah, tetapi adanya jaminan ketercukupan akan makan, pakaian, perumahan bagi guru maupun keluarganya sehingga mereka bisa hidup sebagaimana orang lain hidup secara layak. Sedangkan rasa aman berkenaan dengan kebebasan dari tekanan-tekanan batin, rasa takut akan masa depannya, serta adanya jaminan kesehatan. 2). kondisi kerja yang menyenangkan. Suasana
kerja meliputi tempat kerja, perlengkapan kerja, dan kepemimpinan kerja. Kondisi kerja yang menyenangkan misalnya tempat kerja yang menarik, bersih, rapi, perlengkapan yang cukup, serta adanya bimbingan. 3). rasa diikutsertakan. Sebagai manusia apapun jabatannya, baik sebagai guru, pegawai tata usaha maupun lainnya, semuanya ingin merasa dirinya termasuk dalam anggota kelompoknya dimana ia bekerja dan berhasrat untuk bergabung mencapai prestasi yang lebih baik. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus memberi kesempatan kepada anggotanya untuk memperbaiki serta menjalin hubungan sosial dengan rekan-rekan kerjanya. 4). perlakuan yang wajar dan jujur. Seorang pemimpin bertugas membina persatuan antara anggotanya. Janganlah sekali-kali pilih kasih, dimana hanya anggota tertentu saja yang mendapatkan perhatian. Jika kelompok merasa bahwa hanya anggota tertentu saja yang mendapatkan perhatian, lenyaplah semangat kerja kelompok. 5). rasa mampu. Setiap anggota kelompok menginginkan agar prestasi mereka diakui oleh pemimpin. Dalam hal ini, pemimpin mengakui bahwa setiap anggota kelompoknya mampu menunaikan tugasnya dan mengakui setiap anggota kelompoknya memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam mencapai tujuan kelompok. Sehubungan dengan pembinaan moral kerja guru, kepala sekolah harus selalu menghargai dan mengakui setiap hasil kerja guru. 6). pengakuan dan penghargaan atas sumbangan. Setiap orang yang bekerja ingin diakui oleh orang lain. Begitu pula setiap guru menginginkan agar segala jerih payahnya, yang ia lakukan demi kesuksesan sekolah, diakui oleh kepala sekolah maupun guru-guru lainnya. Apabila keinginan untuk diakui tersebut terpenuhi maka guru akan merasa gembira dalam bekerja. 7). ikut ambil bagian dalam pembuatan kebijakan sekolah. Semua guru ingin ikut ambil bagian dalam membuat kebijakan sekolah. Hasrat ini merupakan hasrat asasi manusia. Jika semua guru diikut sertakan dalam membuat policy sekolah, mereka merasa dipentingkan dalam sekolah. Pengalaman membuktikan bahwa jika tujuan ditetapkan bersama oleh kelompok maka semua anggota kelompok ikut bertanggung jawab atas pelaksanaannya. 8). kesempatan mengembangkan “self respect”. Rasa harga diri setiap guru perlu dikembangkan agar dapat melakukan apa yang harus dilakukan tanpa harus di didik pimpinan. Berilah
kesempatan merencanakan bersama, jangan banyak perintah, tetapi sebaliknya, memberikan rangsangan serta menunjukkan harapan yang positif. B. Perilaku Kepemimpinan kepala sekolah Gibson (1996:125) mendefinisikan perilaku adalah semua yang dilakukan manusia. Berbicara, mendengarkan, dan observasi pergerakan adalah perilaku. Perilaku yang ditunjukkan dalam kerja adalah unik bagi setiap individu, tetapi ini adalah proses dasar bagi semua orang. Sedangkan Indrawijaya (2002:42) menyimpulkan bahwa perilaku berkaitan dengan interaksi seseorang dengan orang lain. Pada hakikatnya pemimpin adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain didalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya pemimpin mempunyai kekuasaan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahannya sejalan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan suatu arahan dan bimbingan yang jelas agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dengan mudah dapat dicapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Nawawi
(2006:4-6)
mengatakan
bahwa pemimpin
yang mampu
menggerakkan anggotanya untuk mencapai tujuan kelompok/organisasinya dapat dikategorikan sebagai pemimpin yang efektif. Dalam kenyataannya setiap pemimpin merupakan pribasi sentral yang sangat besar pengaruhnya terhadap anggota organisasi yang terlihat dalam sikap dan perilakunya pada waktu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Dengan kata lain perilaku kepemimpinan sangat dipengaruhi oleh kepribadian pemimpin. Sejalan dengan kiasan itu Churchil (dalam Nawawi, 2006:7) mengatakan bahwa Kepemimpinan adalah kemampuan dan mengarahkan merupakan faktor (aktifitas) penting dalam efektifitas manajer/pemimpin (Nevertheles, leadership abilities and skill in directing are important factors in managers effectiveness)”. 1.
Perilaku Kepemimpinan Efektif
Yukl
(2005:65-66)
menemukan
bahwa
ada
tiga
jenis
perilaku
kepemimpinan dapat dibedakan antara manajer efektif dan manajer tidak efektif. Setiap perilaku dijelaskan secara singkat: 1). perilaku yang berorientasi tugas. Para manajer yang efektif tidak menggunakan waktu dan usahanya dengan melakukan pekerjaan yang sama seperti bawahannya. Sebaliknya para manajer yang lebih efektif berkonsentrasi pada fungsi-fungsi yang berorientasi pada tugas seperti merencanakan dan mengatur pekerjaan, mengkoordinasikan kegiatan para bawahan, dan menyediakan keperluan, peralatan dan bantuan teknis yang dibutuhkan. Disamping itu, para manajer yang efektif memandu para bawahannya dalam menetapkan sasaran kinerja yang tinggi, tetapi realistis, 2). perilaku yang berorientasi hubungan. Bagi para manajer yang efektif, perilaku yang berorientasi tugas tidak terjadi dengan mengorbankan perhatian terhadap hubungan antarmanusia. Para manajer yang lebih efektif lebih penuh perhatian, mendukung dan membantu para bawahan. Perilaku mendukung yang berkorelasi dengan kepemimpinan yang efektif meliputi memperlihatkan kepercayaan dan rasa dipercaya, bertindak ramah dan perhatian, berusaha memahami permasalahan bawahan, membantu mengembangkan bawahan dan memajukan karier mereka, selalu memberi informasi kepada bawahan, memperlihatkan apresiasi terhadap ide-ide para bawahan, dan memberikan pengakuan atas kontribusi dan keberhasilan bawahan, 3). kepemimpinan partisipatif. Para manajer yang efektif menggunakan lebih banyak supervisi kelompok daripada mengendalikan tiap bawahan sendiri-sendiri. Pertemuan kelompok memudahkan partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan, memperbaiki komunikasi, mendorong kerjasama,
da memudahkan pemecahan konflik. Para manajer dalam pertemuan kelompok yang utama adalah harus memandu diskusi dan membuatnya mendukung, konstruktif, dan berorientasi pada pemecahan masalah. Namun penggunaan partisipasi tidak menyiratkan hilangnya tanggung jawab, dan manajer tersebut tetap bertanggung jawab atas semua keputusan dan hasilnya. 2.
Perilaku dan Gaya Kepemimpinan Perilaku kepemimpinan cenderung diekspresikan dalam dua gaya
kepemimpinan yang berbeda. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (task oriented) dan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan ( employe oriented). Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas menekankan pada pengawasan yang ketat. Dengan pengawasan yang ketat dapat dipastikan bahwa tugas yang diberikan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Gaya kepemimpinan ini lebih menekankan pada tugas dan kurang dalam pembinaan karyawan. Sedangkan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan, mengutamakan untuk memotivasi dari mengontrol bawahan, dan bahkan dalam beberapa hal bawahan ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan bawahan.(jurnal penelitian Dzulfadhi, 2010: 30)
METODE PENELITIAN Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan teknik korelasional, Karena Penelitian ini untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan dua variabel. Desain dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : X
Keterangan : X= Perilaku Kepemimpinan Kepala sekolah Y= Motivasi Kerja Guru
Y
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan 1. Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang baik akan meningkatkan motivasi kerja guru yang tinggi. Kepala sekolah mempunyai tugas membantu guru, memberikan stimulus dan mendorong guru untuk bekerja secara optimal. Agar pelaksanaan tugas-tugas itu dapat dikerjakan dengan baik, maka kepala sekolah dituntut mempunyai berbagai cara terutama yang berhubunganya dengan pelaksanaan tugas-tugas guru dan karyawan, dan pertumbuhan jabatan karena kepala sekolah sebagai pemimpin utama dan penggerak dalam pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran. Perilaku kepemimpinan kepala sekolah dalam upaya peningkatan motivasi kerja guru adalah mengamati tindakan atau perkembangan para guru serta dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan para guru, mengembangkan kemampuan para guru serta meningkatkan kualitas para guru. Pemahaman guru setelah memperoleh pembinaan yang menjadi fokus adalah kemampuan dasar yang dimiliki, yang ternyata guru-guru sudah berkompeten dalam pelaksanaan tugas, hanya masih perlu pembinaan yang intensif terutama tentang menumbuh kembangkan kreativitas siswa, pembuatan/penggunaan perangkat pembelajaran, serta penanaman komitmen sebagai guru diberbagai kesempatan untuk mewujudkan tugasnya sebagai guru yang professional. Pemberian bantuan kepada guru terutama bantuan berwujud bimbingan profesional yang dilakukan oleh Kepala Madrasah untuk meningkatkan proses dan hasil belajar mengajar. Bimbingan profesional yang dimaksud adalah kegiatan yang dapat meningkatkan motivasi kerja guru terutama dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa perilaku
kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi kerja guru memegang peran penting dalam perkembangan sekolah, terutama kerja guru. Dengan adanya perilaku kepala sekolah yang baik, maka terjadi peningkatan motivasi kerja guru. Hal ini dibuktikan guru datang lebih awal, adanya kerja keras
guru, misalnya mengadakan les tambahan bagi siswa, merasa memiliki dan prestasi belajar siswa meningkat serta prestasi kerja gurupun meningkat. Kepala Sekolah hendaknya memiliki jiwa kepemimpinan untuk mengatur para guru, pegawai tata usaha dan pegawai sekolah lainnya. Dalam kaitan ini Kepala Sekolah tidak hanya mengatur para guru saja, melainkan juga ketata usahaan sekolah, siswa, hubungan sekolah dengan masyarakat dan orang tua siswa. 2. Motivasi kerja guru Untuk peningkatan motivasi kerja guru diperlukan dukungan dari pimpinan dalam hal ini adalah Kepala Sekolah. Kepala sekolah dalam usaha meningkatkan motivasi kerja dengan cara : 1). Memberikan dorongan kepada guru. Untuk mencapai tujuan sekolah/organisasi secara realistis, memberi dorongan kepada guru agar memiliki keyakinan diri bahwa dirinya mampu dalam menyelesaikan tugas yang diamanatkan. 2). Memberi dorongan kepada guru untuk siap menghadapi persaingan karena
persaingan justru akan menimbulkan
dorongan seseorang untuk maju. 3). Memberi dorongan kepada guru untuk memiliki kebanggaan diri bahwa dirinya berpotensi dan berguna. 4). Memberi dorongan kepada guru agar berusaha menjalankan tugas dengan baik. 5). Memberikan dorongan kepada guru memiliki tanggung jawab yang besar. 6). Memberikan dorongan kepada guru untuk melakukan umpan balik atas kelebihan dan kekurangan yang dia miliki. 7). Memberikan dorongan kepada guru untuk siap menghadapi resiko yang terjadi pada pekerjaan. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi kerja guru adalah dengan memberikan penghargaan kepada guru yang berprestasi, meningkatkan gaji guru dan evaluasi terhadap hasil pekerjaan. 3. Hubungan Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Motivasi Kerja Guru Hasil penelitian ini membuktikan adanya hubungan sebesar 42,51% antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru. Dengan demikian dari hasil perhitungan data yang diperoleh dari lapangan, terlihat adanya
hubungan positif dan signifikan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru di MAN Model Gorontalo . Dalam penelitian ini diperoleh persamaan regresi 𝑌 = 13,71 + 0,26x yang berarti bahwa setiap kenaikan satu satuan pada variabel X (Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah) akan diikuti oleh bertambahnya 0,26 satuan pada variabel Y (Motivasi Kerja Guru). Regresi antara Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Motivasi Kerja Guru berbentuk regresi linier. Untuk penelitian ini diperoleh hubungan Perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan Motivasi kerja guru berbentuk linier. Hal ini dinyatakan dengan nilai Fhitung yang diperoleh pada tabel ANAVA, yaitu mengetahui seberapa besar hubungan variabel X dengan variabel Y dapat dilihat dari nilai “r”. Secara spesifik dapat dijelaskan bahwa kepala sekolah telah berusaha melaksanakan kepemimpinan yang cukup efektif di sekolah dalam rangka meningkatkan motivasi kerja guru. Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi motivasi kerja guru, namun dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa perilaku kepemimpinan kepala sekolah memiliki hubungan yang sangat positif dan signifikan terhadap motivasi kerja guru. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya tentang hubungan Perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan Motivasi kerja guru, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1.
Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah di Madrasah Aliyah Negeri Model Gorontalo berada pada kategori sangat baik. Hal ini menunjukan bahwa dalam kepemimpinannya kepala sekolah mampu memberikan dorongan dan motivasi kepada guru untuk bekerja lebih baik.
2.
Motivasi kerja guru di Madrasah Aliyah Negeri Model Gorontalo berada pada ketegori baik. Hal ini menunjukkan bahwa guru mampu menjalankan tugasnya dengan baik.
3.
Terdapat hubungan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru di Madrasah Aliyah Negeri Model Gorontalo. Artinya jika perilaku kepemimpinan kepala sekolah baik maka akan meningkatkan motivasi kerja guru.
B. Saran 1. Kepala sekolah sebagai pemimpin hendaknya lebih meningkatkan kepemimpinannya dalam memotivasi guru. Sebab dengan adanya perilaku kepala sekolah yang baik maka akan meningkatkan motivasi kerja guru. 2. Guru sebagai pendidik hendaknya lebih meningkatkan motivasi kerja dan melaksanakan tugas dengan baik dalam proses kegiatan belajar mengajar. 3. Bagi peneliti, dengan adanya penelitian ini agar supaya peneliti lebih meningkatkan pengetahuan dalam dunia pendidikan terutama mengenai hubungan perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA Bafadal. 2004. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Bass. 1985. Leadership And performance. Bandung.: CV. Alfabeta. Danim, Sudarwan 2009. Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Danim, Sudarwan. 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Jakarta: PT Rineka Cipta. Dzulfadhi. 2010. Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Motivasi Kerja Guru (Jurnal Penelitian). Dipublikasikan: Universitas Islam Negeri. Gibson. 1996. Organisasi; Perilaku, Struktur dan Proses. Jakarta. Binarupa Aksara. Hasibuan, Malayu S.P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara. Indrawijaya, Adam. 2002. Perilaku Organisasi. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Makawimbang, J.H. 2012. Kepemimpinan Pendidikan Yang Bermutu. Bandung: Alfabeta. Makawimbang, J.H. 2013. Supervisi Klinis, Teori dan Pengukurannya (Analisis di Bidang Pendidikan). Bandung: Alfabeta. Masaong dan Tilome. 2011. Kepemimpinan Berbasis Multiple Intelligence (Sinergi Kecerdasan Intelektual, Emosional dan Spiritual Untuk Meraih Kesuksesan yang Gemilang). Bandung: Alfabeta. Mulyasa, H.E. 2007. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Mulyasa, H.E 2011. Manajemen Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Nawawi, Hadari. 2006. Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nawawi, Hadari. 2012. Kepemimpinan Yang Efektif. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Riduwan. 2013. Metode Dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta. Rusyan. 2000. Upaya Meningkatkan Budaya Kinerja Guru. Cianjur: CV Dinamika Karya. Sagala, Syaiful. 2010. Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sagala, Syaiful.2011. Administrasi Pendidikan Konteporer. Bandung: Alfabeta Sardiman, A.M. 2012. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Shelton, K. ed. (1997). A new paradigm of leadership. Utah: Executive Excellence Publishing. Septiana. 2013. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru SMP Negeri Wonosari (Jurnal Penelitian). Dipublikasikan: FKIP Universitas Sebelas Maret. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: PT Tarsito Surip. 2005. Efektifitas Kepemimpinan Kepala Sekolah. http//google.co.id Uno, H.B. 2013. Teori Motivasi Dan Pengukurannya Analisis Di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Usman, Husaini. 2006. Manajemen Teori Praktik Dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara Wahjusumidjo. 2005. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Pengukurannya. Jakarta: PT Raja Grafindo. Wahjusumidjo. 2007. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT. Remaja Rosda. Wahjusumidjo. 2010. Kepemimpinan Kepala sekolah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Winardi, J. 2010. Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Yukl, Gary. 2001. Kepemimpinan Dalam Organisasi (edisi Bahasa Indonesia). Jakarta: PT Indeks. Yukl, Gary. 2005. Kepemimpinan Dalam Organisasi (edisi ke lima Bahasa Indonesia). Jakarta: PT Indeks.