HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA GURU SMP NEGERI
Sri Utami Juliah, Soewarto Hardhienata, Oding Sunardi
ABSTRACT Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan Kepuasan Kerja Guru SMP Negeri Komisariat Cicurug, Kabupaten Sukabumi. Penelitian ini menggunakan metode survai dengan pendekatan korelasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan hubungan positif dan sangat signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru. Penelitian ini juga menemukan hubungan positif dan sangat signifikan antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja guru, serta hubungan positif dan sangat signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi secara bersama-sama dengan kepuasan kerja guru. Kata Kunci: kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi, kepuasan kerja guru.
PENDAHULUAN 1.
Latar Belakang Salah satu tujuan utama dari pendidikan adalah berupaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing dalam menghadapi perkembangan jaman yang memiliki mobilitas tinggi. Dalam konteks proses belajar mengajar guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi peserta didik untuk mencapai tujuan. Jika hal itu dilaksanakan maka guru akan mendapatkan kepuasan kerja tinggi. Guru yang memiliki kepuasan kerja tinggi akan bersedia melakukan pekerjaan di luar tugas guru, memiliki rasa tanggung jawab, keamanan, dan kenyamanan dalam menjalankan aktivitas kerjanya. Kepala sekolah sebagai pimpinan dan pengelola sumber daya sekolah, harus mampu mengelola budaya organisasi sekolahnya baik dalam segi SDM maupun potensi-potensi sekolah lainnya. Kepala sekolah dituntut untuk mampu beradaptasi dengan keadaan di sekolahnya, serta dapat menjabarkan kondisi sekolahnya ke dalam visi, misi dan aksi dengan tujuan agar mampu mencapai target kurikulum di sekolahnya. Sekolah, sebagai organisasi pendidikan memerlukan pemimpin yang menaruh perhatian terhadap aspek kepuasan kerja guru. Karena mempunyai mata rantai dengan sumber daya manusia yaitu guru dan tenaga kependidikan lainnya, dan keberlangsungan hidup organisasi sekolah. Kepuasan kerja guru yang tinggi sangat mempengaruhi budaya organisasi dan memberikan keuntungan nyata tidak saja bagi guru, kepala sekolah, tapi juga pimpinan sekolah. Guru yang memiliki kepuasan kerja tinggi akan bekerja dengan semangat sehingga memberikan peluang untuk mencapai hasil kerja yang tinggi. Pengaruh budaya organisasi dalam mendorong kepuasan kerja guru terasa sangat penting, karena guru akan konsisten menyelesaikan pekerjaannya. Salah satu teori tentang kepuasan kerja kaitannya dengan budaya organisasi dikemukakan oleh Malayu S.P. Hasibuan (2008:202), bahwa kepuasan kerja harus diciptakan sebaik-baiknya supaya moral kerja, dedikasi, kecintaan, dan kedisiplinan karyawan meningkat. Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati dalam pekerjaan, di luar pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan. Dalam kaitannya dengan kepemimpinan, menurut Steven L. McShane dan Mary Ann Von Glinow (2010:108), mengartikan kepuasan kerja: a person’s evaluation of his or her job and work context, is probability the most studied attitude in organizational behavior. Teori ini menganggap kepuasan kerja dihubungkan dengan evaluasi pekerjaan seseorang dalam kerjanya atau perilaku organisasinya. Hal ini berdasar teori Brad Bird, bahwa pentingnya kepuasan kerja tercermin secara konsisten dalam tindakan-tindakan pemimpin dalam perusahaan, yaitu dengan menggunakan satu pola yang berguna untuk mengorganisasi dan mengerti konsekuensi-konsekuensi kepuasan kerja yaitu: exit- voice-loyaltyneglect (EVLN) model: (1) exit: seperti keluar dari perusahaan, pindah ke unit lain, atau menghindar dari situasi yang tidak memuaskan; (2) voice: melakukan usaha apapun agar terjadi perubahan daripada melarikan diri dari situasi yang tidak mengenakkan, seperti protes, (3) loyalty: loyalitas pada perusahanaan, dan
(4) neglect: mengurangi upaya kerja, mengurangi sedikit kualitas kerja, dan meningkatnya ketidakhadiran dan jam lembur. Dari gambaran di atas, diketahui bahwa terdapat faktor-faktor penentu meningkatnya kepuasan kerja guru di sekolah, diantaranya kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi. Budaya organisasi di sekolah menggambarkan suasana dan hubungan kerja antara sesama guru, antara guru dengan kepala sekolah, antara guru dengan tenaga kependidikan lainnya, serta antara dinas di lingkungannya. Hubungan kerja yang kondusif ini sangat dibutuhkan guru untuk dapat melaksanakan pekerjaannya dengan lebih efektif. Budaya organisasi sekolah merupakan keyakinan, sikap, dan nilai yang dimiliki sehingga menjadi identitas organisasi sekolah. Budaya organisasi dapat dibentuk, diciptakan, dan direkayasa agar sinergis dengan cita-cita organisasi. Oleh karenanya, tugas pimpinan sekolah adalah membangun budaya organisasi agar sejalan dengan visi dan misi sekolah. Jika hal itu berjalan dengan efektif, diharapkan guru-guru di sekolah dapat bekerja dengan nyaman, aman, dan memiliki kepuasan kerja tinggi yang ditunjukkan guru yang bekerja dengan rela, senang hati, memiliki komitmen kerja dan loyalitas kerja tinggi. Dalam rangka mengetahui sejauh mana kepuasan kerja guru di sekolah, peneliti menyebarkan angket/kuesioner ke 11 sekolah SMP Negeri Komisariat Cicurug, Kabupaten Sukabumi. Selain itu, peneliti melakukan wawancara awal dengan Kepala Sekolah SMP Negeri Komisariat Cicurug, Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan studi awal yang peneliti lakukan, diperoleh gambaran bahwa kepuasan kerja guru masih rendah sehingga adanya perlua adanya perhatian dan bimbingan dari
Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Sukabumi agar guru mendapatkan kepuasan dalam bekerja sehingga kinerja meningkat. Beberapa penelitian tentang kepuasan kerja guru telah dilakukan, diantaranya oleh Wawan Nirwana tentang hubungan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi dengan Kepuasan Kerja Guru, maupun penelitian yang dilakukan oleh Nurcahya berjudul hubungan antara Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi dengan Kepuasan Kerja Guru. Namun penelitian tentang kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi secara eksplisit belum pernah ada. Dengan demikian, penulis menilai sangat penting dan menarik untuk membuktikan bahwa terdapat hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru, dan hubungan positif antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja guru, serta hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi secara bersama-sama dengan kepuasan kerja guru.
2.
Tujuan dan Keguanaan Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis informasi empirik tentang kepuasan kerja guru SMP Negeri Komisariat Cicurug, Kabupaten Sukabumi,
melalui studi korelasi antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi sebagai variabel bebas, Sedangkan Kepuasan Kerja Guru sebagai variabel terikat. Berdasarkan penelitian tersebut diharapkan dapat diperoleh suatu temuan tentang kepuasan kerja guru sehingga dapat dijadikan rujukan baik secara konseptual maupun secara praktis bagi penyelenggaran pendidikan di SMP Negeri Komisariat Cicurug, Kabupaten Sukabumi.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk memperolah informasi dan analisis tentang: a. Kontribusi antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap kepuasan kerja. b. Kontribusi antara budaya organisasi terhadap kepuasan kerja. c. Kontribusi antara kepemimpinan kepala sekolahdan budaya organisasi secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna baik dari aspek teoritis dan praktis. a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terutama dalam hal: 1. Dapat menjadi bahan acuan untuk kegiatan pendidikan, terutama dalam upaya perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan yang mengarah pada peningkatan kepuasan kerja guru. 2. Digunakan sebagai sumbang saran dalam meningkatkan dan mengembangkan kepemimpinan kepala sekolah khususnya yang berpengaruh langsung pada peningkatan kepuasan kerja guru, sehingga guru dapat bekerja dengan penuh kerelaan, bersemangat, dan siap bersaing dengan sekolah lain. 3. Dapat digunakan sebagai solusi untuk meningkatkan budaya organisasi yang memuat keyakinan, norma-norma, dan nilai-nilai bersama yang menjadi karakteristik inti cara bekerja dalam organisasi. b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Pengawas Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam meningkat-kan kepuasan kerja guru. Guru yang puas dalam bekerja perlu didukung pimpinan sekolah, agar menciptakan budaya organisasi yang menerima kreativitas guru, semangat kerja, dan membentuk budaya kerja yang positif. 2. Kepala sekolah Hasil peneltian ini diharapkan dijadikan pertimbangan dalam mengaplikasikan kepemimpinan pendidikan untuk membangun komitmen menuju sasaran organisasi dan memberi kepercayaan kepada guru agar bekerja dengan nyaman, aman, kreatif, dan menyenangkan. 3. Guru Guru yang memiliki kepuasan kerja tinggi perlu didukung, dimotivasi oleh pimpinan sekolah agar dapat bekerja dengan nyaman, aman, berinovasai kerja tinggi, dan siap bersaing dengan sekolah lain. Dukungan pemimpin sekolah akan meningkatkan kinerja guru. 4. Peneliti lain Hasil penelitian dapat dipergunakan peneliti lain sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepuasan kerja guru bila dihubungkan dengan kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi agar dapat melakukan penelitian lanjutan yang lebih luas dan mendalam. METODE PENELITIAN Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian kuantitatif ini yaitu dengan melakukan analisis deskriptif dan analisis infrensial. Analisis deskriptif
terdiri atas penyajian data dengan histogram, perhitungan mean, median, modus, simpangan baku, dan rentang teoritik. Sedangkan analisis inferensial (uji hipotesis) dengan analisis regresi pernyataan analisis data, yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji signifikansi dan linieritas terhadap persamaan regresi. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode survai dengan pendekatan korelasional. Sedangkan alat ukur (instrumen) yang digunakan untuk semua variabel yang diteliti baik Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Organisasi, maupun Kepuasan Kerja Guru adalah angket berupa daftar pertanyaan/pernyataan yang diberikan kepada responden sesuai dengan sampel yang ditentukan. Adapun tahapan penelitian diawali dengan pembuatan instrumen penelitian. Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap instrumen tersebut dengan menggunakan metode statistik. Setelah mendapatkan instrumen yang valid dan reliabel maka tahapan selanjutnya adalah berupa penyebaran intrumen kepada sampel. Konstelasi hubungan ketiga variabel penelitian ini ditunjukkan dalam Gambar berikut:
X1 Y X2
Gambar 1. Konstelasi Masalah Penelitian Keterangan : X1 : Kepemimpinan Kepala Sekolah X2 : Budaya Organisasi Y : Kepuasan Kerja Guru : Variabel lainnya Populasi dalam penelitian ini adalah para guru SMP Negeri di Komisariat Cicurug, Kabupaten Sukabumi yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berjumlah 186 guru. Pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin dalam Ridwan sebagai berikut:
n
N 1 N e2
Keterangan : N = Jumlah populasi (186 responden) n = jumlah sampel e = tingkat kesalahan (presisi) ditetapkan 5% dengan tingkat kepercayaan 95% Berdasarkan rumus di atas, dipreoleh jumlah sampel berikut: n
186 126,96 1 186 (0,05) 2
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Slovin di atas, untuk keperluan penelitian jumlah sampel dibulatkan menjadi 127 orang guru.
Tabel 1. Jumlah dan Penyebaran Sampel Secara Acak Proporsional
No
Nama Sekolah
Jumlah Guru
Perhitungan Sampel
Jumlah Sampel (Pembulatan)
1
SMP N 1 Cicurug
39
x 127 = 26,62
27
2
SMP N 2 Cicurug
20
x 127 = 13,65
14
3
SMP N 3 Cicurug
7
x 127 = 4,77
5
4
SMP N 1 Cidahu
25
x 127 = 17,06
17
5
SMP N 1 Parungkuda
28
x 127 = 19,11
19
6
SMP N 2 Parungkuda
5
x 127 = 3,41
3
7
SMP N 1 Parakansalak
12
x 127 = 8,19
8
8
SMP N 1 Bojonggenteng
11
x 127 = 7,51
7
9
SMP N 2 Bojonggenteng
5
x 127 = 3,41
3
10
SMP N 1 Kalapanunggal
17
x 127 = 11,60
12
11
SMP N 1 Kabandungan
17
x 127 = 11,60
12
Jumlah
186
127
Pengumpulan data dilakukan pada guru SMP Negeri di Komisariat Cicurug, Kabupaten Sukabumi yang menjadi sampel penelitian. Adapun teknik yang digunakan yaitu dengan cara memberikan angket untuk mengetahui masingmasing variabel kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi, dan kepuasan
kerja guru. Angket kepuasan kerja guru diisi oleh pimpinan sekolah, sedangkan angket kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi diisi oleh guru yang terpilih sebagai responden penelitian ini. HASIL DAN PEMBAHASAN (1) Hubungan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah (X₁) dan Kepuasan Kerja Guru (Y) Untuk menguji hipotesis pertama, bahwa terdapat hubungan positif antara variabel kepemimpinan kepala sekolah dengan variabel kepuasan kerja, diperlukan uji signifikansi koefisien korelasi yaitu dengan uji t. Kriteria pengujian signifikansi koefisien korelasi adalah jika thitung > ttabel, maka koefisien korelasi dinyatakan signifikan. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh thitung = 8,5313 sedangkan ttabel = 1,9600 (n = 127 dan α = 0,05), dan ttabel = 2,5758 (n = 127 dan α = 0,01) berarti koefisien korelasi antara kepemimpinan kepala sekolah (X1) dengan kepuasan kerja guru (Y) adalah sangat signifikan. Dengan demikian, hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima. Artinya, terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah guru dengan kepuasan kerja guru. Kekuatan hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru ditunjukkan dengan koefisien korelasi (ry1) sebesar 0,6066 dan koefisien determinasi (r2y2) sebesar 0,3680. Hal ini berarti bahwa 36,80% variabel kepuasan kerja guru dapat dihasilkan dari adanya variabel kepemimpinan kepala sekolah. Sedangakan 63,20% kepuasan kerja guru dipengaruhi oleh faktor lain. Mengacu pada sudut pandang sintesis teori yang melandasi penelitian dinyatakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini adalah sekelompok karakteristik yang dimiliki kepala sekolah dalam menggerakkan, mengarahkan, memotivasi warga sekolah untuk berkontribusi terhadap efektivitas dan keberhasilan dalam pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Sintesis teori di atas juga merujuk dan mempertimbangkan pandangan dari Wahyudi, bahwa kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggerakkan, mengarahkan, sekaligus mempengaruhi pola pikir, cara kerja setiap anggota agar bersikap mandiri dalam bekerja terutama dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan percepatan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu Sunarto mengemukakan, kepemimpinan adalah proses sekaligus atribut. Sebagai sebuah proses, kepemimpinan adalah penggunaan pengaruh tanpa paksaan untuk membentuk tujuan grup atau organisasi, memotivasi perilaku ke arah pencapaian tujuan, dan membantu mendefinisikan kultur grup atau organisasi. Sebagai atribut, kepemimpinan adalah sekelompok karakteristik yang dimiliki oleh individu yang dipandang sebagai pemimpin. Jadi, pemimpin adalah individu yang mampu mempengaruhi perilaku orang lain tanpa harus mengandalkan kekerasan. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Hal ini nampak dalam sikap karyawan terhadap pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya. Dukungan pimpinan terhadap kepuasan kerja guru sangat diperlukan dan perlu diciptakan disekolah, agar guru dapat bekerja dengan moral yang tinggi, disiplin, semangat, berdedikasi dan menghayati profesinya. Guru yang merasa puas dalam bekerja karena dipengaruhi oleh sikap
pemimpin yang harmonis, menunjukkan rasa bersahabat, dekat, dan penuh pertimbangan terhadap guru, baik sebagai individu maupun kelompok. Perilaku positif kepala sekolah ini dapat mendorong, mengarahkan, dan memotivasi seluruh warga sekolah untuk bekerja sama dalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan sekolah. Berdasarkan uraian di atas maka kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor penentu yang cukup dominan bagi setiap guru dalam bekerja, khususnya dalam peningkatan kepuasan kerja guru. (2) Hubungan antara Budaya Organisasi (X₂) dan Kepuasan Kerja Guru (Y) Untuk menguji hipotesis kedua, bahwa terdapat hubungan positif antara variabel X2 dengan variabel Y diperlukan uji signifikansi koefisien korelasi yaitu dengan uji t. Kriteria pengujian signifikansi koefisien korelasi adalah jika thitung > ttabel, maka koefisien korelasi dinyatakan signifikan. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh thitung = 8,0875 sedangkan ttabel = 1,9600 (n = 127 dan α = 0,05), dan ttabel = 2,5758 (n = 127 dan α = 0,01) berarti koefisien korelasi antara budaya organisasi (X2) dengan kepuasan kerja guru (Y) adalah sangat signifikan. Dengan demikian, hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima. Artinya, terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja guru. Kekuatan hubungan antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja guru ditunjukkan dengan koefisien korelasi (ry2) sebesar 0,5861 dan koefisien determinasi (r2y2) sebesar 0,3435. Hal ini berarti bahwa 34,35% variabel kepuasan kerja guru dapat dihasilkan dari adanya variabel budaya organisasi. Sedangakan 65,65% kepuasan kerja guru dipengaruhi oleh faktor lain. Mengacu pada sudut pandang sintesis teori yang melandasi penelitian dinyatakan bahwa budaya organisasi dalam penelitian ini adalah keyakinan, norma-norma, nilai-nilai, pola pikir dan perilaku yang yang dianut oleh seluruh anggota organisasi sekolah dan menjadi karakteristik inti yang dipakai serta diterapkan dalam kehidupan aktivitas kerja. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Hal ini nampak dalam sikap karyawan terhadap pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya. Budaya organisasi sebagai filosofi yang mendasari kebijakan organisasi, aturan main untuk bergaul, dan perasaan atau iklim yang dibawa oleh persiapan fisik organisasi. Juga nilai-nilai dan keyakinan anggota organisasi dalam melakukan pekerjaan dan melakukan hubungan interpersonal. Selain itu, juga berupa tindakan yang boleh atau tidak boleh dilakukan dalam organisasi berupa karakteristik organisasi yang mempengaruhi pola pikir, sikap, dan perilaku anggota organisasi. Guru yang mengalami kepuasan kerja, akan tercermin dari sikap guru terhadap pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan sekolah. Menurut Sondang P. Siagian, seseorang dikatakan merasa puas dalam bekerja bila mempunyai otonomi untuk bertindak, terdapat variasi, memberikan sumbangan penting dalam keberhasilan organisasi dan memperolah umpan balik tentang pekerjaan yang dilakukan. Juga bila diterima dalam organisasi dan lingkungan yang terhormat. Kepuasan kerja guru dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya gaji, pekerjaan itu sendiri, rekan sekerja, atasan, promosi, dan lingkungan kerja. Untuk
meningkatkan kepuasan kerja, maka sekolah harus merenspons kebutuhan guru yang intinya untuk meningkatkan kualitas kepuasan kerja guru. Budaya organisasi merupakan sebuah keyakinan, sikap, dan nilai yang umumnya dimiliki, yang timbul dalam organisasi. Jika kedua variabel ini berseinergi, maka kepuasan kerja guru akan terpenuhi karena adanya dukungan kuat dari budaya organisasi. Berdasarkan uraian di atas maka budaya organisasi merupakan salah satu faktor penentu yang cukup dominan bagi setiap guru dalam peningkatan kepuasan kerjanya. (3) Hubungan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1), Budaya Organisasi (X₂) dan Kepuasan Kerja Guru (Y) Pengujian hipotesis ketiga, bahwa terdapat hubungan positif antara variabel kepemimpinan kepala sekolah dan variabel budaya organisasi secara bersama-sama dengan variabel kepuasan kerja guru, ditunjukkan oleh koefisien korelasi (ry12) sebesar 0,717 dan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,5144. Hal ini berarti bahwa 51,44% variabel kepuasan kerja guru dapat dihasilkan dari adanya variabel kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi. Sedangakan 48,56% kepuasan kerja guru dipengaruhi oleh faktor lain. Guru dalam bekerja, dipengaruhi oleh budaya organisasi, baik yang berwujud pola nilai, norma, keyakinan, sikap, dan asumsi yang akan membentuk cara guru berperilaku dan melakukan sesuatu. Nilai mengacu kepada apa yang diyakini, merupakan hal penting mengenai cara orang dan orgnisasi berperilaku. Norma adalah peraturan tak tertulis mengenai perilaku. Menurut Sedarmayanti, budaya menampilkan ‘perekat sosial’ dan menghasilkan ‘perasaan kekamian’ sehingga meniadakan proses diferensiasi yang merupakan bagian dari kehidupan organisasi yang tidak dapat dihnidari. Budaya organisasi menawarkan suatu sistem bersama mengenai arti, di mana menjadi dasar untuk komunikasi dan pemahaman bersama. Jika fungsi ini tidak direalisasikan dalam suatu cara yang layak, budaya mungkin secara signifikan mengurangi efisiensi organisasi. Dukungan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru sangat diperlukan dan perlu diciptakan di sekolah, agar guru dapat bekerja dengan moral yang tinggi, disiplin, semangat, berdedikasi dan menghayati profesinya. Guru yang merasa puas dalam bekerja karena dipengaruhi oleh sikap pemimpin yang harmonis, menunjukkan rasa bersahabat, dekat, dan penuh pertimbangan terhadap guru, baik sebagai individu maupun kelompok. Perilaku positif kepala sekolah ini dapat mendorong, mengarahkan, dan memotivasi seluruh warga sekolah untuk bekerja sama dalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan sekolah. Kondisi kepuasan kerja guru serta tugas kepala sekolah sesuai dengan peran dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah, akan berdampak pada kelancaran kegiatan belajar mengajarnya di sekolah dan peningkatan kualitas pelayanan kepada para siswa. Dalam bidang pendidikan, guru yang bekerja dengan perasaan puas akan bekerja dengan loyalitas tinggi, menunjukkan sikap yang positif terhadap kerja, berprestasi lebih baik daripada guru lain, suka membantu walau di luar jam sekolah. Oleh karena itu, pimpinan sekolah dapat menggunakan sikap puas kerja guru untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan di sekolah agar dapat bersaing dengan sekolah lain. Berdasarkan uraian di atas maka kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi secara bersama-sama merupakan salah satu faktor
penentu yang cukup dominan bagi setiap guru dalam peningkatan kepuasan kerjanya. SIMPULAN Bertolak dari hasil penelitian yang diperoleh dengan mengumpulkan dan menganalisis data, dilanjutkan dengan pengujian hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Penelitian ini menemukan hubungan positif dan sangat signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru yang dinyatakan dengan koefisien korelasi ry1 = 0,6066 (α = 0,05) dan didukung persamaan regresi Ŷ = 51,839 + 0,528 X1 serta koefisien determinasi r2y1 = 0,3680. Hal ini berarti kepemimpinan kepala sekolah berperan/memberi kontribusi sebesar 36,80% terhadap kepuasan kerja guru, sedangkan 63,20% kepuasan kerja guru dipengaruhi oleh faktor lain. Penelitian ini menemukan hubungan positif dan sangat signifikan antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja guru yang dinyatakan dengan koefisien korelasi ry2 = 0,5861 (α = 0,05) dan didukung persmaan regresi Ŷ = 48,630 + 0,600 X2 serta koefisien diterminasi r2y2 = 0,3435. Hal ini berarti budaya organisasi berperan/memberi kontribusi sebesar 34,35% terhadap kepuasan kerja guru sedangkan 65,65% kepuasan kerja guru dipengaruhi oleh faktor lain. Penelitian ini juga menemukan hubungan positif dan sangat signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi secara bersama-sama dengan kepuasan kerja guru yang dinyatakan dengan koefisien korelasi ry12 = 0,717 didukung dengan persamaan regresi Ŷ = 21,3504 + 0,389 X 1 + 0,4240 X2 serta koefisien deterrminasi R2 = 0,5144. Hal ini berarti kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi berperan/memberi kontribusi secara bersama-sama sebesar 51,44% terhadap kepuasan kerja guru, sedangkan 48,56% kepuasan kerja guru dipengaruhi oleh faktor lain. DAFTAR PUSTAKA A.A. Anwar Mangkunegara, Perilaku dan Budaya Organisasi, Bandung: PT Refika Aditama, 2005. Aan Komariah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership: Menuju Sekolah Efekatif, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008. Abd. Kadim Masaong dan Arfan A. Tilomi, Kepemimpinan Berbasis Mulitple Intelligence: Sinergi Kecerdasan Intelektual, Emosional, dan Spiritual untuk Meraih Kesuksesan Gemilang, Bandung: Alfabeta, 2011. Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008. Armstrong, Michael, Armstrong’s Handbook of Management and Leadership: A Guide to Managing for Results, 2nd Edition, London and Philadelphia: Kogan Page, 2009. Ashar Sunyoto Munandar, Psikologi Industri dan Organisasi, Jakarta: UI Press, 2001. Asri Laksmi Riani, Budaya Organisasi, Yogjakarta: Graha Ilmu, 2011.
Daryanto, Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pembelajaran, Yogjakarta: Gava Media, 2011. Davis, Keith dan John. W. Newstrom, Perilaku dalam Organisasi, Edisi Ketujuh, Jilid 2, Terjemahan: Agus Dharma, Jakarta: Erlangga, 2008. E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional: Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, Bandung: Rosda Karya, 2009. -------------------, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011. Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Prenada Media Group, 2009. Erni R.Ernawan, Business Ethics: Etika Bisnis, Bandung: Alfabeta, 2007. F. X. Suwarto dan D. Koeshartono, Budaya Organisasi: Kajian Konsep dan Implementasi, Yogjakarta: Universitas Atma Jaya, 2009. Gibson, James L., John M. Ivancevich, dan James H. Donnelly, Jr., Organisasi: Perilaku, Struktur, dan Proses, Jilid 1, Terjemahan: Nunuk Adiarni, Tangerang: Binarupa Aksara, 2007. Gibson, James L., John M. Ivancevich, James H. Donnelly, dan Konopaske, Organizations: Behavior,Structure, Processes, New York: McGrawHill/Irwin, 2009. Husein Umar, Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan: Paradigma Positivistik dan Berbasis Pemecahan Masalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008. Irham Fahmi, Manajemen: Teori, Kasus, dan Solusi, Bandung: CV Alfabeta, 2011. -------------------, Manajemen Pengambilan Keputusan, Bandung: CV Alfabeta, 2011. Komang Ardana, Ni Wayan Mujiati, dan Anak Agung Ayu Sriathi, Perilaku Keorganisasian, Edisi ke-2, Yogjakarta: Graha Ilmu, 2009. Luthans, Fred, Organizational Behavior, Tent Edition, New York: McGraw-Hill Irwin, 2005. Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008. Marihot Tua Effendi Hariandja, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Grasindo, 2009 Mckenna, Eugene dan Nic Beech, The Essence of Manajemen Sumber Daya Manusia, Terjemahan: Totok Budi Santosa, Yogjakarta: Andi, 2009. McShane, Steven L. and Mary Ann Von Glinow, Organizational Behavior: Emerging Knowledge and Pracice for the Real World, Fith Edition, (New York: McGraw-Hill Irwin, 2010. -----------------, Organizational Behavior, 5th Edition, New York: McGrawHill/Irwin, 2010. Mondy, R. Wayne, Sumber Daya Manusia, Edisi kesepuluh, Jilid 2, Terjemahan: Bayu Airlangga, New Jersey: Upper Saddie River, 2008. Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervsi Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada, 2009. Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.
Nuryahya, Hubungan antara Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Budaya Organisasi dengan Kepuasan Kerja Guru di Lingkungan SMA Negeri Kota Sukabumu, Tesis: Universitas Pakuan, Bogor, 2011 Nevizond Chatab, Profil Budaya Organisasi: Mendiagnosis Budaya dan Merangsang Perubahannya, Bandung: CV Alfabeta, 2007. Ridwan, Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2009. Rita Retnowati, Metodologi Penelitian, Bogor: UNPAK, 2008. Robbins, Stephen P., Essensials of Organizational Behavior, Third Edition, New Jersey: Prentice-Hall, Inc, 2009. Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge, Perilaku Organisasi: Organizational Behavior, Terjemahan; Diana Angelica, New Jersey: Pearson Education, 2007. Rohmat, Kepemimpinan Pendidikan: Konsep dan Aplikasi, Purwokerto: STAIN Press, 2010. Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurrahman, Analisis Korelasi Regresi dan Jalur dalam Penelitian, Bandung: Pustaka Setia, 2007. Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia: Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil, Edisi Kelima, Bandung: PT Refika Aditama, 2011. Soekarso, Agus Sosro, Iskandar Putong, dan Cecep Hidayat, Teori Kepemimpinan, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2010. Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007. Sopiah, Perilaku Organisasional, Yogjakarta: CV Andi Offset, 2008. Sudarwan Danim, Kepemimpinan Pendidikan: Kepemimpinan Jenius (IQ + EQ), Etika, Perilaku Motivasional, dan Mitos, Bandung: Alfabeta, 2010. Sudarwan Danim dan Suparno, Manajemen dan Kepemimimpinan Transformasional Kekepala-sekolahan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, Bandung: Alfa Beta, 2009. Sunarto, Manajemen 2, Yogjakarta: Amus, 2007. Syaiful Sagala, Budaya dan Reinventing Organisasi Pendidikan, Bandung: CV Alfabeta, 2008. Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Edisi Kedua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008. Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar (Learning Organization), Bandung: Alfabeta, 2009. Wawan Nirwana, Hubungan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi dengan Kepuasan Kerja Guru SMPN di Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Tesis: Universitas Pakuan, Bogor, 2011 Wirawan, Budaya dan Iklim Organisasi: Teori, Aplikasi, dan Penelitian, Jakarta: Salemba Empat, 2007. Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, and Osborn, Organizational Behavior: A Global Perspective, Australia: John Wiley & Sons, 2001. Yukl, Gary, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi, Edisi Kelima, Terjemahan: Budi Suprianto, Jakarta: PT Indeks, 2005.