HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA GURU
Adam, H. Djoehana Setyamidjaj, Griet Helena Laihad
ABSTRAK Hubungan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi dengan Kepuasan Kerja Guru. Penelitian ini dapat digolongkan ke dalam penelitian korelasional yang terdiri dari dua variabel bebas, yaitu kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi, serta satu variabel terikat yaitu kepuasan kerja guru. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri yang berada di wilayah Cibadak, Kabupaten Sukabumi pada tahun 2012 dengan jumlah sampel sebanyak 101 orang yang diambil secara proposional random sampling. Metode yang digunakan yaitu survei dan teknik analisis data dengan menggunakan uji statistik korelasi dan regresi linear sederhana, korelasi dan regresi ganda, dan korelasi parsial. Adapun pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian menghasilkan tiga kesimpulan, yaitu : Pertama, terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru dengan persamaan regresi Ŷ = 54,711 + 0,653X 1 dan koefisien korelasi ry1 = 0,675. Kedua, terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja guru, dengan persamaan regresi Ŷ = 56,820 + 0,630X2 dan koefisien korelasi ry2 = 0,724. Ketiga, terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi secara bersama-sama dengan kepuasan kerja guru dengan persamaan regresi Ŷ = 47,799 + 0,251X 1 + 0,448X2 dan koefisien korelasi ry1.2 = 0,741. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja guru dapat ditingkatkan melalui kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi. Kata Kunci : Kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi, kepuasan kerja guru
ABSTRACT Correlation between Headmaster Leadership and Organizational Culture with Teacher Job Satisfaction. This research can be classified into correlation studies that consist of two independent variables, there are headmaster leadership and organizational culture, and one dependent variable, that is teacher job satisfaction. This research was conducted at State Senior High School in the Region of Cibadak Sukabumi District in 2012, with the number of sample are 101 people which were taken by proportional random sampling. The applied research methods are the survey method and data analysis techniques using the simple and multiple correlation regression, and partial correlation statistic test. Meanwhile, the hypothesis test was conducted on 0.05 significance level. The research produces three main conclusions as bellow : The first, there is positive and highly significant correlation between headmaster leadership with teacher job satisfaction with regression equation Ŷ = 54.711 + 0.653X1 and correlation coefficient ry1 = 0.675. Second, there is positive highly significant correlation between organizational culture with teacher job satisfaction with regression equation Ŷ = 56.820 + 0.630X2 and correlation coefficient ry2 = 0.724. Third, there is positive and highly significant correlation between headmaster leadership and organizational culture all together with teacher job satisfaction with regression equation Ŷ = 47.799 + 0 .251X1 + 0.448X2 and correlation coefficient ry.12 = 0.741. Based on the result above it can be concluded that the teacher job satisfaction can be improved through headmaster leadership and organizational culture. Key Words : Headmaster leadership, organizational culture, and teacher job satisfaction
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu komponen dalam proses pembelajaran, guru memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran dalam merancang, mengelola, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran. Ia juga memiliki kedudukan sebagai figur sentral dalam meningkatkan proses belajar mengajar. Di tangan para gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan belajar mengajar di sekolah, serta di tangan para guru pulalah bergantungnya masa depan karir peserta didik yang menjadi tumpuan para orang tua. Guru harus memiliki kualitas yang cukup memadai, karena guru merupakan salah satu komponen mikro sistem pendidikan yang sangat strategis dan banyak mengambil peran dalam proses pendidikan persekolahan. Guru merupakan penerjemah langsung dari kurikulum yang telah ditetapkan oleh sekolah dan pemerintah. Tugas guru erat kaitannya dengan peningkatan sumber daya manusia melalui sektor pendidikan, oleh karena itu perlu upaya untuk meningkatkan mutu guru menjadi tenaga pendidik yang profesional, agar peningkatan mutu pendidikan dapat berhasil. Untuk menjadikan guru sebagai tenaga profesional, maka perlu diadakan pembinaan terus menerus dan berkesinambungan. Dengan demikian pekerjaan guru bukan semata-mata pekerjaan pengabdian namun guru adalah pekerja profesional seperti profesi yang lain misalnya dokter, hakim, pengacara dan sebagainya. Memandang guru sebagai tenaga kerja profesional perlu usaha-usaha untuk membuat guru menjadi profesional tidak semata-mata hanya meningkatkan kompetensinya semata, tapi perlu memperhatikan guru dari sisi yang lain seperti pemberian bimbingan dari atasan, fasilitas dan lingkungan kerja yang kondusif, pemberian imbalan yang layak sehingga guru merasakan kepuasan dalam bekerjanya sebagai pendidik. Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor penentu yang sangat penting untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal dari para guru. Ketika seorang merasakan kepuasan dalam bekerja tentunya ia akan berupaya semaksimal mungkin dengan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan tugas pekerjaannya. Dengan demikian produktivitas dan hasil kerjanya akan meningkat secara optimal. Dalam kenyataannya, kepuasan kerja secara menyeluruh belum mencapai tingkat maksimal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja guru pada dasarnya secara praktis dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri dan dibawa oleh setiap karyawan sejak mulai bekerja di tempat pekerjaannya, dan faktor eksentrinsik menyangkut hal-hal yang berasal dari luar diri guru itu sediri. Berkenaan dengan faktor intrinsik dan ekstrinsik tersebut, banyak faktor yang mempengaruhi ketidakpuasan guru dalam pekerjaannya diantaranya adalah sistem imbalan yang dianggap tidak adil menurut persepsi guru. Karena setiap guru akan selalu membandingkan antara rasio hasil dengan input dirinya terhadap rasio hasil dengan input orang lain. Perlakuan yang tidak sama baik dalam reward maupun punishment merupakan sumber kepuasan atau ketidakpuasan guru.
Disamping sistem imbalan, faktor lain yang berpengaruh terhadap ketidakpuasan kerja guru adalah sistem karir dan promosi yang tidak jelas. Tidak adanya penghargaan atas pengalaman dan keahlian serta promosi yang tidak dirancang dengan benar dapat menimbulkan sikap apatis dalam bekerja serta tidak memberikan harapan yang lebih baik di masa depan. Ketidakpuasan kerja guru dapat pula ditimbulkan oleh isi dari pekerjaan itu sendiri, misalnya seseorang yang tidak menyukai berhadapan dengan orang banyak justru diberikan jabatan humas, orang yang tidak suka dengan pekerjaan yang berhubungan dengan angka ditempatkan pada bagian keuangan, tentu saja hal itu dapat menyebabkan ketidakpuasan kerja. Faktor lain yang mempengaruhi kepuasan dan ketidakpuasan guru adalah lingkungan pekerjaan seperti, gaya kepemimpinan, hubungan dengan rekan kerja, budaya oranisasi dan lain-lain. Kepuasan kerja guru berdampak pada prestasi kerja, disiplin, kualitas kerja, komitmen terhadap organisasi dan lain-lain. Guru yang merasa puas dengan pekerjaannya kemungkinan akan berdampak positif terhadap peningkatan mutu pendidikan, demikian pula sebaliknya. Berdasarkan hal tersebut di atas, peningkatan kepuasan kerja guru merupakan sebuah keharusan supaya masingmasing guru terus meningkat kepuasannya sehingga berdampak pada kinerja individu dan kinerja sekolah. Maka dari itu peneliti mengangkat masalah kepuasan kerja guru dalam jurnal ini. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru 2. Untuk mengetahui hubungan antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja guru. 3. Untuk mengetahui hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi secara bersama-sama dengan kepuasan kerja guru. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan kemamapuan/seni/proses mempengaruhi, mengarahkan, memberi contoh, memotivsi, dan memfasilitasi orang atau kelompok orang/bawahan dengan bergabagai gaya dan kekuasaannya supaya mau bekerja sesuai dengan keinginannya guna mecapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif harus mampu mempengaruhi, memotivasi bawahan, membagi tugas, melakukan kontrol, memiliki kekuasaan, menampung aspirasi, mendelegasikan wewenang, dan memiliki tujuan. Kepemimpinan kepala sekolah memegang peranan penting dalam mengatur organisasi sekolah karena dengan kekuasaannya kepala sekolah dapat mengeluarkan kebijakan yang oleh guru kadang-kadang dinilai sesuai selera masing-masing. Jadi supaya kebijakan kepala sekolah dapat diterima dan dapat memuaskan seluruh guru maka kebijakan tersebut harus didasari oleh fakta, sesuai kebutuhan bersama, dan objektif. Apabila kebutuhan guru baik kebutuhan fisik maupun psikis diperhatikan, aspirasi guru ditampung dan dilaksanakan, kesempatan untuk promosi berdasarkan keadilan, dukungan dari kepala sekolah besar, maka diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kerja guru. Budaya organisasi merupakan kumpulan tata nilai dan norma yang disepakati bersama, kemudian dijadikan kebiasaan, dan pedoman yang pada
akhirnya menjadi sebuah keyakinan dalam mengarahkan perilaku semua anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Budaya organisasi dapat bermanfaat bagi masing-masing anggota apabila di dalamnya terjadi interaksi sinergis untuk kepentingan bersama. Makin kuat budaya organisasi, makin kuat dan makin solid pula hubugan antar sesama anggota sehingga keharmonisan kerja dapat terwujud. Jika sekolah memiliki budaya organisasi kuat; fokus pada tujuan, mengutamakan pelayanan konsumen, memiliki standar kerja, mengutamakan kerjasama tim, berorientasi terhadap hasil, mengutamakan kebersamaan antar sesama anggota organisasi, mendorong warganya untuk berinovasi, dan menjaga komunikasi antar anggota organisasi, maka guru akan merasa senang dan puas berada di dalamnya. Sekolah merupakan suatu organisasi, dimana guru yang bekerja di dalamnya dipengaruhi oleh budaya yang berada di sekolah tersebut. Ciri sekolah yang memiliki budaya organisasi kuat yaitu; fokus pada tujuan, mengutamakan pelayanan konsumen, memiliki standar kerja, mengutamakan kerjasama tim, berorientasi terhadap hasil, mengutamakan kebersamaan antar sesama anggota organisasi, mendorong warganya untuk berinovasi, dan menjaga komunikasi antar anggota organisasi. Jika budaya organisasi sekolah kuat maka guru akan merasa senang dan puas berada di dalamnya. Budaya organisasi menjadi kuat apabila nilai-nilai dianut dengan kuat, ditata dengan jelas dan dirasakan bersama secara luas. Kepuasan kerja guru adalah sikap positif terhadap pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhan/tuntutannya di dalam lingkungan kerja yang mendukung baik dari atasan, rekan kerja, maupun sarana dan prasarana sehingga mencintai pekerjaannya, dan tercermin dalam kinerja yang baik dari pegawai/guru tersebut. Kepuasan kerja akan terwujud apabila keinginan, tuntutan, dan harapan-harapan terpenuhi dan dapat dirasakan, yang akan tampak dalam sikap positif guru dalam melaksanakan tugasnya. Dengan demikian kepuasan kerja guru sangat tergantung kepada beberapa faktor, yaitu: jenis pekerjaan yang diampuh, imbalan/gaji yang diterima, pengembangan karir dan promosi, dukungan dari atasan dan rekan kerja, kondisi tempat kerja, dan penghargaan yang layak. Kegunaan dari ini diharapkan berguna: 1. Secara teoritis Mengungkapkan tentang kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi, dan kepuasan kerja serta hubungan antara variabel tersebut. Selain itu juga dapat dijadikan sarana untuk memperkaya khasanah keilmuan khususnya di bidang Administrasi Pendidikan terutama pada masalah kepuasan kerja guru, dan sekaligus untuk bahan kajian penelitian lebih lanjut. 2. Secara praktis a. Memberi masukan kepada guru untuk mengetahui bahwa kepuasan kerja guru dipengaruhi oleh banyak faktor. b. Memberi masukan kepada kepala sekolah untuk membuat kebijakan yang dapat menciptakan suasana kerja yang mendukung sehingga kepuasan kerja guru dapat terwujud. c. Memberikan masukan kepada para praktisi di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan bahwa tujuan pendidikan nasional akan tercapai apabila kepuasan kerja guru terwujud.
METODOLOGI PENELITIAN Metode Metode yang digunakan adalah survey dengan pendekatan korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara suatu variabel dengan variabel lain yang dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi dan keberartian (signifikan) secara statistik. Penelitian ini merupakan upaya untuk menggambarkan beberapa variabel yang menyangkut hubungan yang terjadi berkaitan dengan aktivitas guru yang berstatus PNS dalam menjalankan tugasnya. Variabel-variabel yang dimaksud adalah kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi, dan kepuasan kerja guru SMA Negeri di lima kecamatan sewilayah Cibadak Kabupaten Sukabumi.. Alat ukur yang digunakan untuk semua variabel yang akan diteliti adalah kuesioner/angket berstruktur (tertutup), yang disusun berdasarkan indikatorindikator yang ada dalam variabel-variabel penelitian, dengan daftar pernyataan yang dibuat dengan menggunakan skala penilaian 5 (lima) alternatif jawaban, baik pernyataan positif maupun negatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah guru-guru SMA Negeri yang berstatus PNS yang ada di lima kecamatan di wilayah Cibadak Kabupten Sukabumi. Konstelasi Masalah yang diteliti dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.
ε
X1 Y X2 Gambar 1. Konstelasi Masalah Penelitian Keterangan : 1. X1 = Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah 2. X2 = Variabel Budaya Organisasi 3. Y = Variabel Kepuasan Kerja guru 4.
ε
= Variabel lainnya
Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini mencakup guru-guru SMA Negeri berstatus PNS yang berada di wilayah Cibadak, kabupaten Sukabumi, yang berjumlah 135 orang dari lima SMA Negeri pada tahun 2012. Ukuran sampel dapat dihitung jika jumlah populasinya diketahui dengan menggunakan rumus Taro Yamane sebagai berikut: Dimana: n = jumlah sampel, N = jumlah populasi,
= presisi yang ditetapkan.
Dalam penelitian ini jumlah populasi sebanyak 135 responden, sehingga = 100,93 ≈ 101. Jadi sampelnya sebanyak 101 responden. Teknik pengambilan sampel adalah representatif (sampel yang dipilih dapat mewakili populasi baik dari segi karakteristik maupun jumlahnya) yang diambil dengan teknik Proporsional Random Sampling ( dengan cara diundi, setiap individu dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel). Secara rinci jumlah sampel penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah dan Sebaran Sampel No 1 2 3 4 5
Nama Sekolah Cikembar Warungkiara Cibadak Nagrak Cikidang Jumlah
Jumlah Guru 33 20 43 23 16 135
Perhitungan Jumlah Sampel 33/135 X 101 = 24,68 20/135 X 101 = 14,96 43/135 X 101 = 32,17 23/135 X 101 = 17,21 16/135 X 101 = 11,97
Pembulatan 25 15 32 17 12 101
Teknik Pengumpulan Data Data berbentuk skor dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu skor yang berhubungan dengan: 1) kepemimpinan kepala sekolah, 2) budaya organisasi, dan 3) kepuasan kerja guru. Data dari setiap variabel diambil dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner/angket berstruktur (tertutup) yang meliputi daftar pertanyaan atau pernyataan yang diberikan kepada orang lain dan bersedia memberikan respon sesuai permintaan peneliti, dimana jawabannya sudah disediakan dengan berbagai jawaban alternatif sehingga responden tinggal memilih satu jawaban yang sesuai dengan dirinya. Instrumen yang diteliti terdiri dari tiga variabel yaitu : 1) kepuasan kerja guru (Y), 2) kepemimpinan kepala sekolah (X1), dan 3) budaya organisasi (X2). Teknik Analisis Data Analisis diawali dengan melakukan analisis data yang menggunakan statistik deskriptif, yaitu dengan mendeskripsikan data masing-masing variabel secara tunggal. Deskriptif data yang digunakan adalah nilai tertinggi, nilai terendah, banyak kelas, interval kelas, rata-rata, median, modus, ukuran penyebaran atau variabilitas dengan menggunakan standar deviasi dan rentang skor. Selain itu juga digunakan tabel frekuensi dan grafik histogram. Pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 0,05. Sebelum pengujian hipotesis, data dianalisis dengan terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis. 1. Uji Persyaratan Analisis a. Uji Normalitas Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya suatu distribusi data. Hal ini penting diketahui berkaitan dengan ketepatan pemilihan uji statistik yang akan dipergunakan. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Uji Liliefors. Syarat normal adalah jika nilai uji Lhitung < Ltabel, maka data tersebut berada pada distribusi normal.
b. Uji Homogenitas Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui homogenitas data dalam populasi. Data dikelompokkan berdasarkan variabel yang diteliti, yaitu kepemimpinan kepala sekolah (X1), budaya organisasi (X2), dan kepuasan kerja guru (Y). Uji homogenitas dilakukan dengan uji galat baku dari Bartlet dengan persyaratan jika χ2hitung ≤ χ2tabel, maka data penelitian homogen. 2. Uji Linearitas a. Persamaan Regresi Sederhana Persamaan regresi sederhana yang digunakan adalah variabel kepuasan kerja guru (Y) atas variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan variabel budaya organisasi (X2). Persamaan tersebut dapat ditulis sebagai berikut : Persamaan regresi sederhana variabel kepuasan kerja guru (Y) atas kepemimpinan kepala sekolah (X1), dapat ditulis dengan model persamaan Ŷ = a + bX1. Persamaan regresi sederhana variabel kepuasan kerja guru (Y) atas variabel budaya organisasi (X2), ditulis dengan persamaan regresi Ŷ = a + bX 2. b. Persamaan Regresi Ganda Model persamaan regresi ganda yang diperlukan adalah : Ŷ = a + b1X1 + b2X2. Sebelum model persamaan regresi ganda digunakan, persamaan ini perlu diuji keberartiannya. Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat apakah pesamaan regresi yang didapat tersebut berarti atau tidak, untuk menjelaskan mengenai hubungan antar variabel-variabel yang sedang diteliti. Uji keberartian regresi ganda ini menggunakan UjiF, jika nilai uji F hitung > F tabel, maka hubungan tersebut sangat signifikan. 3. Mencari Korelasi Antar Variabel a. Korelasi Sederhana Korelasi yang dimaksud adalah korelasi antar variabel kepemimpian kepala sekolah (X1) dengan kepuasan kerja guru (Y) dan budaya organisasi (X2) dengan kepuasan kerja guru (Y). Tujuannya untuk mengetahui apakah ada korelasi antara variabel-variabel tersebut. Koefisien korelasi dihitung dengan menggunakan rumus Product Moment Pearson. Uji keberartian dilakukan dengan menggunakan rumus uji t, pengujian ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui keberartian korelasi variabel-variabel bebas dengan variabel terikat. Jika t hitung > t tabel, maka hubungan tersebut sangat signifikan. b. Korelasi Ganda Perhitungan ini adalah untuk mengetahui apakah ada korelasi antara variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan variabel budaya organisasi (X2) secara bersama-sama dengan variabel kepuasan kerja guru (Y), dengan menggunakan statistik korelasi ganda. Uji keberartian korelasi ganda dilakukan dengan menggunakan Uji F. A. Hipotesis Statistik Hipotesis penelitian yang berjudul: Hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi dengan kepuasan kerja guru adalah sebagai berikut:
1. H0
Hipotesis pertama : ρy.1 = 0, Tidak terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah (X1) dengan kepuasan kerja guru (Y) H1 : ρy.1 > 0, Terdapat hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah (X1) dengan kepuasan kerja guru (Y) 2. Hipotesis kedua H0 : ρy.2 = 0, Tidak terdapat hubungan antara budaya organisasi (X2) dengan kepuasan kerja guru (Y) H1 : ρy.2 > 0, Terdapat hubungan positif antara budaya organisasi (X2) dengan kepuasan kerja guru (Y) 3. Hipotesis ketiga H0 : ρy.12 = 0, Tidak terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan budaya organisasi (X2) secara bersama-sama dengan kepuasan kerja guru (Y) H1 : ρy.12 > 0, Terdapat hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan budaya organisasi (X2) secara bersama-sama dengan kepuasan kerja guru (Y) Keterangan: H0 = Hipotesis nol ( tidak ada hubungan X dengan Y) H1 = Hipotesis alternatif (ada hubungan positif) ρy.1 = Hipotesis korelasi antara variabel X1 dengan variabel Y ρy.2 = Hipotesis korelasi antara variabel X2 dengan variabel Y ρy.12 = Hipotesis korelasi antara variabel X1 dan X2 secara bersamasama dengan variabel Y
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Hasil Penelitian Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi : statistik deskriptif untuk masing-masing variabel (kepuasan kerja guru, kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi), pengujian persyaratan analisis, pengujian hipotesis penelitian, korelasi parsial, pembahasan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian. 1. Variabel Kepuasan Kerja Guru (Y) Hasil analisis data variabel kepuasan kerja guru dari 101 responden dengan 36 pertanyaan/pernyataan berskala nilai 1-5 diperoleh skor tertinggi sebesar 163 dan skor terendah sebesar 117 dengan rentang skor sebesar 46. Dengan bantuan perhitungan statistik didapatkan rata-rata (mean) skor empiris sebesar 142,21, nilai tengah (median) sebesar 143, nilai paling sering muncul (modus) sebesar 134. Untuk ukuran penyebaran, diperoleh nilai varians sampel sebesar 134,266 dan standar deviasi atau simpangan baku sebesar 11,587. Jumlah kelas sebanyak 8 dan interval kelas sebesar 6. Setelah diolah dengan meletakkan masing-masing frekuensi pada kelas yang bersangkutan, distribusi frekuensi kepuasan kerja guru tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Data Variabel Kepuasan Kerja Guru
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah
Inteval Kelas 117 122 123 128 129 134 135 140 141 146 147 152 153 158 159 164
F absolut 6 8 15 17 13 17 17 8 101
F relatif (%) 5,940 7,921 14,851 16,832 12,871 16,832 16,832 7,921 100
Gambaran yang lebih jelas mengenai distribusi frekuensi data variabel kepuasan kerja guru tersebut dapat digambarkan dalam bentuk histogram seperti pada Gambar 2.
116,5
122,5 128,5
134,5
140,5
146,5 152,5 158,5
164,5
Gambar 2. Histogram Data Variabel Kepuasan Kerja Guru (Y) Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa kepuasan kerja guru relatif tinggi. Hal ini terlihat dari perbandingan antara nilai rata-rata skor empiris yang bernilai 142,21 yang lebih besar dari rata-rata skor teoritis sebesar 108 (ratarata dari skor terendah 36 dan skor tertinggi 180). Tendensi yang sama ditunjukkan nilai kisaran skor empiris (117-163) yang cenderung menyebar kearah nilai maksimum dari rentang skor teoritis (36-180). 2. Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) Hasil analisis data variabel kepemimpinan kepala sekolah dari 101 responden dengan 35 pertanyaan/pernyataan berskala nilai 1-5 diperoleh skor tertinggi sebesar 159 dan skor terendah sebesar 113 dengan rentang skor sebesar 46. Dengan bantuan perhitungan statistik didapatkan rata-rata (mean) skor empiris sebesar 134,009, nilai tengah (median) sebesar 132,00, nilai paling sering muncul (modus) sebesar 130. Untuk ukuran penyebaran, diperoleh nilai varians sampel sebesar 143,590 dan standar deviasi atau simpangan baku sebesar 11,983. Jumlah kelas sebanyak 8 dan interval kelas sebesar 6. Setelah diolah dengan meletakkan masing-masing frekuensi pada kelas yang bersangkutan, distribusi frekuensi kepemimpinan kepala sekolah tertera pada Tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Data Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) No. Inteval Kelas F absolut F relatif (%) 1 113 118 10 9,90 2 119 124 14 13,86 3 125 130 22 21,78 4 131 136 16 15,84 5 137 142 10 9,90 6 143 148 15 14,85 7 149 154 7 6,93 8 155 160 7 6,93 Jumlah 101 100 Gambaran lebih jelas, distribusi frekuensi data kepemimpinan kepala sekolahl tersebut dapat digambarkan dalam bentuk histogram seperti pada Gambar 3.
112,5 118,5 124,5 130,5 136, 5
142,5
148,5
154, 5
160,5
Gambar 3. Histogram Data Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah relatif tinggi. Hal ini terlihat dari perbandingan antara nilai ratarata skor empiris yang bernilai 134,009 yang lebih besar dari rata-rata skor teoritis sebesar 105 (rata-rata dari skor terendah 35 dan skor tertinggi 175). Tendensi yang sama ditunjukkan nilai kisaran skor empiris (113 - 159) yang cenderung menyebar kearah nilai maksimum dari rentang skor teoritis (35-175). 3. Variabel Budaya Organisasi (X2) Hasil analisis data variabel kepemimpinan kepala sekolah dari 101 responden dengan 35 pertanyaan/pernyataan berskala nilai 1-5 diperoleh skor tertinggi sebesar 165 dan skor terendah sebesar 111 dengan rentang skor sebesar 54. Dengan bantuan perhitungan statistik didapatkan rata-rata (mean) skor empiris sebesar 135,465, nilai tengah (median) sebesar 135,000, nilai paling sering muncul (modus) sebesar 120. Untuk ukuran penyebaran, diperoleh nilai varians sampel sebesar 177,371dan standar deviasi atau simpangan baku sebesar 13,318. Jumlah kelas sebanyak 8 dan interval kelas sebesar 7. Setelah diolah dengan
meletakkan masing-masing frekuensi pada kelas yang bersangkutan, distribusi frekuensi budaya organisasi tertera pada Tabel 4. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Data Budaya Organisasi (X2) No. Inteval Kelas F absolut F relatif (%) 1 111 117 7 6,93 2 118 124 18 17,82 3 125 131 19 18,81 4 132 138 15 14,85 5 139 145 15 14,85 6 146 152 14 13,86 7 153 159 10 9,90 8 160 166 3 2,97 Jumlah 101 100 Gambaran yang lebih jelas, distribusi frekuensi data variabel budaya organisasi tersebut dapat digambarkan dalam bentuk histogram seperti pada Gambar 4.
110,5 117,5 124,5
131,5
138,5
145,5
152,5
159,5
166,5
Gambar 4. Histogram Data Variabel Budaya Organisasi (X2) Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa budaya organisasi relatif tinggi. Hal ini terlihat dari perbandingan antara nilai rata-rata skor empiris yang bernilai 135,465yang lebih besar dari rata-rata skor teoritis sebesar 105 (ratarata dari skor terendah 35 dan skor tertinggi 175). Tendensi yang sama ditunjukkan nilai kisaran skor empiris (111-165) yang cenderung menyebar kearah nilai maksimum dari rentang skor teoritis (35-175). A. Pengujian Persyaratan Analisis Persyaratan yang diperlukan antara lain uji normalitas galat baku taksiran dan homogenitas data variabel terikat yang dikelompokkan berdasarkan variabel bebas, baik atas X1 maupun atas X2. Sesuai dengan jenis datanya, uji Liliefors digunakan untuk menguji normalitas galat baku taksiran dan uji Barlett digunakan untuk menguji homogenitas variabel terikat (Y) yang dikelompokkan berdasarkan nilai veriabel bebas (X1 atau X2). 1. Uji Normalitas
Normalitas galat baku taksiran regresi (Y-Ŷ1), antara variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1) dengan variabel kepuasan kerja guru (Y), berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai hitung (L0) sebesar 0,0519 sedangkan (Ltabel(0,05;101)) sebesar 0,0884. Hasil tersebut menunjukkan bahwa L0 < Ltabel, yang berarti populasi berdistribusi normal. Berikutnya normalitas galat baku taksiran regresi (Y-Ŷ2), antara variabel budaya organisasi (X2) dengan variabel kepuasan kerja guru (Y), berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai hitung (L0) sebesar 0,0424 sedangkan (Ltabel(0,05;101)) sebesar 0,0884. Hasil tersebut menunjukkan bahwa L0 < Ltabel , yang berarti bahwa populasi berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas galat baku taksiran untuk kedua persamaan regresi tersebut dapat dirangkum pada Tabel 5. Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Galat L0 Variabel Y-Ŷ1 0,0519 Variabel Y-Ŷ2 0,0424 Syarat Normal L0 < Ltabel
Lt(0,05:101) 0,0884 0,0884
Kesimpulan Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal
2. Uji Homogenitas Homogenitas diuji dengan menggunakan uji Barlett, data variabel kepuasan kerja guru (Y) atas variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1), berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai (χ2 hitung) sebesar 35,360, sedangkan nilai tabel (χ2 tabel) sebesar 55,76, karena χ2 hitung < χ2 tabel, dapat disimpulkan bahwa sebaran data variabel terikat (Y) yang dikelompokkan berdasarkan nilai variabel bebas (X1) berasal dari populasi yang homogen. Berikutnya data variabel kepuasan kerja guru (Y) atas variabel budaya organisasi (X2), berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai (χ2hitung) sebesar 41,363, sedangkan nilai tabel (χ2 tabel) sebesar 55,76, karena χ2 hitung < χ2tabel, dapat disimpulkan bahwa sebaran data variabel terikat (Y) yang dikelompokkan berdasarkan nilai variabel bebas (X2) berasal dari populasi yang homogen. Hasil perhitungan homogenitas untuk kedua uji tersebut dapat dirangkum pada Tabel 6. Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas No
Galat
χ2 hitung
χ2tabel(0,05)
Kesimpulan
1
Variabel Y atas X1
35,360
55,76
Homogen
2
Variabel Y atas X2
41,363
55,76
Homogen
Syarat Homogen χ2 hitung < χ2 tabel B. Pengujian Hipotesis 1. Hubungan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y)
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru. Pengujian hubungan variabel Y dan X1 dilakukan melalui uji hipotesis keberartian regresi, yaitu menguji apakah Y dependen dari X1 atau variabel X1 dapat dipergunakan untuk memprediksi variabel Y, uji linearitas regresi, yaitu menguji apakah persamaan regresi Y linear dalam X1, dan uji koefisien korelasi, yaitu menguji kekuatan hubungan antara Y dan X1. Berdasarkan hasil perhitungan statistik untuk regresi antara variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1) dengan kepuasan kerja guru (Y) diperoleh persamaan regresi Ŷ = 54,711 + 0,653X1. Hubungan fungsional tersebut digambarkan dalam bentuk grafik berikut dengan diagram pencarnya, seperti tertera pada Gambar 5.
Gambar 5. Diagram Pencar dan Garis Regresi antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kepuasan Kerja Guru Nilai-nilai yang terdapat dalam persamaan regresi tersebut selanjutnya akan diuji linearitas dan signifikansinya. Berdasarkan hasil uji dengan menggunakan anava diperoleh hasil perhitungan seperti tertera pada Tabel 7. Tabel 7. Anava Uji Keberartian dan Linearitas Regresi Skor Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y) Sumber Variansi Total Regresi (a) Regresi (bǀa) Residu / Sisa (S) Tuna Cocok (TC) Galat (G)
dk
JK
RJK
101
2055959,00
1
2042532,37
2042532,37
1
6113,22
6113,22
99
7313,41
73,87
39
2285,09
58,59
60
5028,32
83,81
Keterangan : dk : derajat kebebasan JK : Jumlah Kuadrat RJK : Rata-rata Jumalah Kuadrat ** : Sangat Signifikan
Fhitung
Ftabel {(0,05) (0,01)}
Kesimpulan
82,75**
3,94
6,90
Sangat Signifikan
0,70ns
1,59
1,93
Linear
ns
: Non Signifikan
Berdasarkan hasil perhitungan seperti yang tertera pada tabel 13, menunjukkan bahwa untuk uji linearitas diperoleh nilai Fhitung = 0,70 dan Ftabel (0,05;99) = 1,59, karena Fhit < Ftab maka regresi antara kepemimpinan kepala sekolah (X1) dengan kepuasan kerja guru (Y) yang mengikuti persamaan regresi Ŷ = 54,711 + 0,653X1, bersifat linear. Uji signifikansi persamaan regresi hasil pada tabel 13, diperoleh nilai Fhitung = 82,75 dan Ftabel (0,05;99) = 3,94, karena Fhit > Ftab maka regresi antara kepemimpinan kepala sekolah (X1) dengan kepuasan kerja guru (Y) yang mengikuti persamaan regresi Ŷ = 54,711 + 0,653X1 sangat signifikan. Dengan demikian persamaan tersebut dapat digunakan untuk memprediksi variabel kepuasan kerja guru (Y) melalui variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1) dimana setiap peningkatan 1 unit kepemimpinan kepala sekolah akan meningkatkan kepuasan kerja guru sebesar 0,653 unit. Hasil perhitungan koefisien korelasi antara variabel X1 dengan Y, diperoleh (ry1) sebesar 0,675. Hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa thitung = 16,721 dan ttabel (0,05;99) = 1,980, karena thit > ttab maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara variabel kepemimpinan kepala sekolah dengan variabel kepuasan kerja guru. Dengan koefisien korelasi yang sangat signifikan, dapat ditentukan kontribusi kepemimpinan kepala sekolah (X1) terhadap kepuasan kerja guru (Y) yang ditunjukkan oleh koefisien determinasi ry12 = (0,675)2 = 0,455. Hal ini berarti kontribusi variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1) terhadap variabel kepuasan kerja guru (Y) sebesar 45,50%, sedangkan sisanya (54,50%) berhubungan dengan variabel lain. Hasil perhitungan korelasi, koefisien determinasi dan uji keberartian korelasi tertera pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Perhitungan Uji Keberartian Korelasi Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dengan Variabel Kepuasan Kerja Guru (Y) ry1 ry12 thitung 0,675 0,455 16,721** Keterangan : ** = Sangat Signifikan
ttabel(0,05) 1,980
ttabel(0,01) 2,617
Kesimpulan Sangat Signifikan
2. Hubungan antara Budaya Organisasi (X2) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y) Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja guru. Pengujian hubungan variabel Y dan X2 dilakukan melalui uji hipotesis keberartian regresi, yaitu menguji apakah Y dependen dari X2 atau variabel X2 dapat dipergunakan untuk memprediksi variabel Y, uji linearitas regresi, yaitu menguji apakah persamaan regresi Y linear dalam X2, dan uji koefisien korelasi, yaitu menguji kekuatan hubungan antara Y dan X2. Berdasarkan hasil perhitungan statistik untuk regresi antara variabel budaya organisasi (X2) dengan kepuasan kerja guru (Y) diperoleh persamaan regresi Ŷ = 56,82 + 0,630X2. Hubungan fungsional tersebut digambarkan dalam bentuk grafik berikut dengan diagram pencarnya, seperti tertera pada Gambar 6.
Gambar 6. Diagram Pencar dan Garis Regresi antara Budaya Organisasi dengan Kepuasan Kerja Guru Nilai-nilai yang terdapat dalam persamaan regresi tersebut selanjutnya akan diuji linearitas dan signifikansinya. Berdasarkan hasil uji dengan menggunakan anava diperoleh hasil perhitungan seperti tertera pada Tabel 9. Tabel 9. Anava Uji Keberartian dan Linearitas Regresi Variabel Budaya Organisasi (X2) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y) Sumber Variansi Total Regresi (a) Regresi (bǀa) Residu / Sisa (S) Tuna Cocok (TC) Galat (G)
dk
JK
RJK
101 1
2055959,00 2042532,37
2042532,37
1
7046,90
7046,90
99
6379,74
64,44
43
3079,16
71,61
56
3300,58
58,94
Fhitung
Ftabel {(0,05) (0,01)}
Kesimpul an
109,35**
3,94
6,90
Sangat Signifikan
1,21ns
1,64
1,96
Linier
Keterangan : dk : derajat kebebasan JK : Jumlah Kuadrat RJK : Rata-rata Jumalah Kuadrat ** : Sangat signifikan ns : Non Signifikan Berdasarkan hasil perhitungan seperti yang tertera pada tabel 15, menunjukkan bahwa untuk uji linearitas diperoleh nilai Fhitung = 1,21 dan Ftabel (0,05;99) = 1,64, karena Fhit < Ftab maka regresi antara budaya organisasi (X2) dengan kepuasan kerja guru (Y) yang mengikuti persamaan regresi Ŷ = 56,82 + 0,630X2, bersifat linear. Uji signifikansi persamaan regresi pada tabel 15, diperoleh Fhitung = 109,35 dan Ftabel (0,05;99) = 3,94, karena Fhit > Ftab maka regresi antara budaya organisasi (X2) dengan kepuasan kerja guru (Y) yang mengikuti persamaan regresi Ŷ = 56,82 + 0,630X2 sangat signifikan. Dengan demikian persamaan tersebut dapat digunakan untuk memprediksi nilai kepuasan kerja guru (Y) melalui nilai budaya organisasi (X2), dimana setiap peningkatan 1 unit budaya organisasi akan meningkatkan kepuasan kerja guru sebesar 0,6303 unit. Hasil perhitungan koefisien korelasi antara variabel X2 dengan Y, diperoleh (ry2) sebesar 0,724. Hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa
thitung = 10,443 dan ttabel (0,05;99) = 1,980, karena thitung > ttabel maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara budaya organisasi (X2) dengan kepuasan kerja guru (Y). Dengan koefisien korelasi yang sangat signifikan tersebut, dapat ditentukan kontribusi variabel budaya organisasi (X2) terhadap variabel kepuasan kerja guru (Y) yang ditunjukkan oleh koefisien determinasi ry22 = (0,724)2 = 0,525. Hal ini berarti kontribusi variabel budaya organisasi (X2) terhadap variabel kepuasan kerja guru (Y) sebesar 52,50%, sedangkan sisanya (47,50%) berhubungan dengan variabel lain. Hasil perhitungan korelasi, koefisien determinasi dan uji keberartian korelasi tertera pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil Perhitungan Uji Keberartian Korelasi Variabel Budaya Organisasi (X2) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y) ry2 ry22 thitung 0,724 0,525 10,443** Keterangan : ** = sangat signifikan
ttabel(0,05) 1,980
ttabel(0,01) 2,617
Kesimpulan Sangat Signifikan
3. Hubungan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dan Budaya Organisasi (X2) secara bersama-sama dengan Kepuasan Kerja Guru (Y) Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi secara bersama-sama dengan kepuasan kerja guru, yang diuji adalah korelasi antara kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan budaya organisasi (X2) secara bersama-sama dengan kepuasan kerja guru (Y). Hasil perhitungan untuk regresi ganda, yakni hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan budaya organisasi (X2) secara bersama-sama dengan kepuasan kerja guru (Y) memenuhi persamaan regresi Ŷ = 47,799 + 0,251X1 + 0,448X2, selanjutnya nilai-nilai tersebut perlu diuji keberartiannya dengan menggunakan anava. Hasil uji keberartian regresi ganda antara variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan variabel budaya organisasi (X2) secara bersama-sama dengan kepuasan kerja guru (Y) memberikan hasil seperti tertera pada Tabel 11. Tabel 11. Anava Regresi Ganda Ŷ = 47,799 + 0,251X1 + 0,448X2 Sumber Variansi Total (T)
Ftabel dk
JK
RJK
0,05 101
13426,63
-
Regresi (Reg)
2
7365,25
3682,62
Residu (S)
98
6061,38
61,85
Keterangan : dk : derajat kebebasan JK : Jumlah Kuadrat RJK : Rata-rata Jumalah Kuadrat ** : Sangat signifikan
Kesimpulan
Fhitung 0,01
Sangat Signifikan 59,54**
3,09
4,82
Hasil pada tabel menunjukkan bahwa persamaan regresi ganda antara kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan budaya oganisasi (X2) secara bersamasama dengan kepuasan kerja guru yang memenuhi persamaan Ŷ = 47,799 + 0,251X1 + 0,448X2 adalah sangat signifikan karena Fhitung = 59,54 > Ftabel = 3,09. Hasil tersebut menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1 unit kepemimpinan kepala sekolah yang diiringi peningkatan 1 unit budaya organisasi akan meningkatkan kepuasan kerja guru sebesar 0,699 ( 0,251 + 0,448 ) unit. Kekuatan hubungan antara variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan variabel budaya organisasi (X2) secara bersama-sama dengan variabel kepuasan kerja guru (ry12) adalah sebesar 0,741. Hasil uji keberartian korelasi ganda antara variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan variabel budaya organisasi (X2) secara bersama-sama dengan variabel kepuasan kerja guru (Y) tertera pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil Perhitungan Uji Signifikansi Korelasi Ganda X1 dan X2 dengan Y ry12
r y122
Fhitung
Ftabel (0,05) (0,01) 3,09 4,82
Kesimpulan
0,741 0,549 59,54** Sangat Signifikan Keterangan : ** = Sangat Signifikan Hasil pada tabel menunjukkan bahwa uji signifikansi untuk korelasi ganda diperoleh Fhitung = 59,54. dan nilai tabel Ftabel(0,05) sebesar 3,09, hal ini berarti bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan budaya organisasi (X2) secara bersama sama dengan kepuasan kerja guru (Y). Adapun besarnya kontribusi kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja guru sebesar 54,90% (ry122 = (0,741)2 = 0,549). Mencermati nilai koefisien korelasi ganda dan bila membandingkannya dengan kedua koefisien korelasi sederhana, terlihat bahwa antara variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan variabel budaya organisasi (X2) terjadi efek yang saling menguatkan (sinergis) dalam hubungannya dengan kepuasan kerja guru. Hal ini terlihat dari nilai koefisien ganda (ry12 = 0,741) yang lebih besar dari masing-masing nilai koefisien korelasi sederhana, baik antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru (ry1 = 0,675) maupun koefisien korelasi antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja guru (ry2 = 0,724). C. Uji Korelasi Parsial Variabel mana yang lebih kuat memberikan kontribusi antara variabel kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi terhadap kepuasan kerja guru dapat dilihat dari koefisien korelasi parsial. Untuk melihat keberartian koefisien korelasi parsial menggunakan uji t dimana salahsatu variabel bebas sebagai variabel kontrol seperti yang tertera pada Tabel 13.
Tabel 13. Hasil Perhitungan Korelasi Parsial dan Uji Signifikansi Variabel Pengendali
Koef Korelasi
r parsial
Koef. Determinasi
X2
ry12
0,299
0,0894
X1
ry21
0,452
0,2043
thitung 3,356* * 6,040* *
ttabel (0,05) (0,01) 1,980
2,617
1,980
2,617
Kesimpula n Sangat Signifikan Sangat Signifikan
Keterangan : ** = Sangat signifikan Berdasarkan tabel tersebut, dapat dijelaskan hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah (X1) dengan kepuasan kerja guru (Y) dimana budaya organisasi (X2) dikontrol diperoleh (ry12) sebesar 0,299, dan melalui hasil uji signifikansi dengan menggunakan uji t, diperoleh nilai thitung = 3,356 dan ttabel = 1,980, karena thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara variabel kepemimpinan kepala sekolah dengan variabel kepuasan kerja guru (variabel budaya organisasi dikontrol), artinya variabel kepemimpinan kepala sekolah berkontribusi terhadap kepuasan kerja guru apabila tidak ada variabel budaya organisasi. Selanjutnya pada uji koefisien korelasi parsial antara variabel budaya organisasi (X2) dengan variabel kepuasan kerja guru (Y) dimana variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1) dikontrol diperoleh nilai (ry21) sebesar 0,452, dan melalui hasil uji signifikansi dengan menggunakan uji t, diperoleh nilai t hitung = 6,040 dan ttabel = 1,980, karena thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara variabel budaya oganisasi (X2) dengan variabel kepuasan kerja guru (Y) dimana variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1) dikontrol, artinya variabel budaya organisasi berkontribusi terhadap kepuasan kerja guru apabila tidak ada variabel kepemimpinan kepala sekolah. Berikutnya pengujian koefisien determinasi parsial variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1) terhadap variabel kepuasan kerja guru (Y) 2 (variabel budaya organisasi dikontrol) diperoleh nilai ry1.2 = (0,299)2 = 0,0894, sehingga dapat disimpulkan bahwa apabila variabel budaya organisasi dikontrol, maka kontribusi variabel kepemimpinan kepala sekolah terhadap variabel kepuasan kerja guru sebesar 8,94%, selanjutnya pengujian koefisien determinasi parsial variabel budaya organisasi terhadap variabel kepuasan kerja guru (variabel 2 kepemimpinan kepala sekolah dikontrol) diperoleh koefisien ry21 = (0,452)2 = 0,2043, sehingga dapat disimpulkan bahwa apabila variabel kepemimpinan kepala sekolah dikontrol, maka kontribusi variabel budaya organisasi terhadap kepuasan kerja guru sebesar 20,43%. Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa kekuatan hubungan antara variabel kepemimpinan kepala seklah (X1) terhadap variabel kepuasan kerja guru (Y) lebih rendah dibandingkan dengan kekuatan variabel budaya organisasi (X2) terhadap variabel kepuasan kerja guru (Y), dengan demikian dalam penelitian ini variabel budaya organisasi (X2) merupakan variabel utama dan memberikan kontribusi terbesar terhadap variabel kepuasan kerja guru (Y).
SIMPULAN Berdasarkan pengujian hipotesis pada bab hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru (thitung = 16,721 > ttabel (0,05;98) = 1,980) dengan koefisien korelasi (ry1) sebesar 0,675. Koefisien determinasi (ry1)2 = 0,455, yang berarti kontribusi variabel kepemimpinan kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru sebesar 45,50%. Hubungan fungsional antara variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1) dengan kepuasan kerja guru (Y) memenuhi persamaan regresi Ŷ = 54,711 + 0,653X1 dan hubungan tersebut bersifat sangat signifikan (Fhitung = 82,75 > Ftabel (0,05) = 3,94) yang berarti bahwa setiap peningkatan satu unit kepemimpinan kepala sekolah akan meningkatkan kepuasan kerja guru sebesar 0,653 unit. Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja guru (thitung = 10,443 > ttabel (0,05;37) = 1,980) dengan koefisien korelasi (ry2) sebesar 0,724. Koefisien determinasi (ry2)2 = 0,525, yang berarti kontribusi variabel budaya organisasi terhadap kepuasan kerja guru sebesar 52,50%. Hubungan fungsional antara variabel budaya organisasi (X2) dengan kepuasan kerja guru (Y) memenuhi persamaan regresi Ŷ = 56,820 + 0,630X2 dan hubungan tersebut bersifat sangat signifikan (Fhitung = 109,35 > Ftabel (0,05) = 3,94) yang berarti bahwa setiap peningkatan satu unit budaya organisasi akan meningkatkan kepuasan kerja guru sebesar 0,630 unit. Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi secara bersama-sama dengan kepuasan kerja guru (Fhitung = 59,54 > Ftabel (0,05) = 3,09) dengan koefisien korelasi ry12 sebesar 0,741. Koefisien determinasi (ry12)2 = 0,549 yang berarti kontribusi variabel kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi secara bersamasama terhadap kepuasan kerja guru sebesar 54,90%. Hubungan fungsional antara variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan budaya organisasi (X2) secara bersama-sama dengan kepuasan kerja guru (Y) memenuhi persamaan regresi Ŷ = 47,799 + 0,251X1 + 0,448X2 dan hubungan tersebut bersifat sangat signifikan (Fhitung = 59,54 > Ftabel (0,05) = 3,09).
DAFTAR PUSTAKA Armstrog, Michael. 2009. Armstrong Handbook of management and Leadership 2end edition. London, Kogan Page. Aydin Bulent and Adnan Ceylen. 2009. “ A Research Analysis on Employee Satisfaction in term of Organizational Culture and Spiritual Leadership”, International Journal of Business and Management, Vol. 4, No. 3. 160. Bertocci, David I. 2009. Leadership in Organizations. Maryland, University Press of America. Colquitt, Jason A, Jeffery A. Lepine, and Michael J. Wesson. 2009. Organizational Behavior Improving performance and commitment in the Workplce. Newyork: Mc Graw-Hill/Irwin.
Darwis S. Gani, Djoehana Setyamidjaya, dan Sumadi. 2008. Kepemimpinan dan Organisasi Pendidikan. Bogor: Program Pascasarjana Universitas Pakuan. Gibson, James L, Ivancevich, Donnelly, and Konopaske. 2006. Organizations Behavior, Structure, processes, Twelfth Edition. New York: Mc Graw-Hill Companies Inc. Hendyat Soetopo. 2010. Perilku Organisasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Hollenbeck. 2010. Orgizational Behavior. New York: Routledge. Husaini Usman. 2009. Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Edisi 3. Jakarta: Bumi Aksara. J. Angus , MacNeil, Doris L. Prater & Steve Busch. 2009. “The Effects of School Culture and climate on student archievment”, International Journal Leadership in Education. Theory and Practice, Vol. 12, Issue 1. 70. Khaerul Umam. 2010. Perilaku Organisasi. Bandung: CV Pustaka Setia. Kreitner, Robert and Angelo Kinicki. 2005. Organizational Behavior,Eight Edition. Arizona: McGraw-Hill Irwin. Lobosco and Dianna L.Newman. 2011 ”Teaching Special Needs Populations and Teacher Job Satisfaction'’, Journal Urban Education, Vol.27, No.1. 10. Luthans, Fred. 2011. Organizatioal Behavior, Twelfth Edition. Newyork: McGraw Hill. Mathis, Robert L and John H. Jackson. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, terjemahan Jimmy Sadeli dan Bayu Prwira Hie. Jakarta: Salemba Empat. Mckenna, Eugene & Nic Beech. 2000. The Essence of Human Resouce Management, terjemahan Totok Budi Santoso. Yogyakarta: Andi. McShane and Von Glinow. 2010. Organizational Behavior. New York: The McGraw-Hill. . Nurcahya. 2011. Hubungan antara Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi dengan Kepuasan Kerja Guru di Lingkungan SMA Negeri Kota Sukabumi. Bogor: Program Pascasarjana Universitas Pakuan.. Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku Organisasi, Jersey: Prentice Hill.
terjemahan Hadyana. New
Saari, Lise M and Timothy A. Judge. 2004. “Employe Attitude and Job Satisfaction” Journal of Human Resource Management, Vol. 43, No. 4. 396. Sadili Samsudin. 2005. Manajemen Sumberdaya Manusia. Bandung: Pustaka Setia. Sobirin Achmad, 2007. Budaya Organisasi. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Soekarso, Agus Sosro, Iskandar Putong, dan Cecep Hidayat. 2010. Teori Kepemimpinan. Jakarta: Mitra Wacana Media. Sun Shili. 2008. ”Organizational Culture and Its Themes”, International Journal of Business and Management, Vol. 3, No. 12. 137.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2009. Ilmu Aplikasi Pendidikan Bagian II. Imtima. Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi. 2003. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Wawan Nirwana. 2011. Hubungan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi dengan Kepuasan Kerja Guru. Bogor: Program Pascasarjana Universitas Pakuan. Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, and Osborn. 2001. Organisational Behavior. Milton: John Wiley & Sons Australia, Ltd. Yukl, Gary. 2005. Kepemimpinan dalam organisasi edisi kelima, terjemahan oleh Budi Supriyanto. Jakarta: PT Indeks.