STUDI KORELASIONAL ANTARA BUDAYA ORGANISASI DAN KEPEMIMPINNAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KEPUASAN KERJA GURU Faridah Priatin, H. M. Entang, Entis Sutisna
ABSTRAK Kepuasan kerja Guru, Budaya organisasi dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang terdiri atas dua variabel bebas, yaitu budaya organisasi dan kepemimpinan kepala sekolah serta satu variabel terikat yaitu kepuasan kerja guru. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri yang berada di kecamatan Cikole kota Sukabumi pada tahun 2012 dengan jumlah sampel 118 orang yang diambil secara proporsional random sampling. Metode yang digunakan yaitu survai dengan teknik analisis data menggunakan uji statistik korelasi dan regresi linier. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan kerja guru dapat ditingkatkan melalui budaya organisasi dan kepemimpinan kepala sekolah, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama Kata Kunci: kepuasan kerja guru, budaya organisasi dan kepemimpinan kepala sekolah.
ABSTRACT Teachers’ Job Satisfaction, Organizational Culture and Principals Leadership. This research is the correlation research that consists of two independent variables, namely the organizational culture and princpals leadership, and a dependent variable namely the teachers’ job satisfaction.This research was conducted at state Junior High School located at Cikole Subdistrict, in the Administrative Sukabumi Cty, in 2012 with randomly selected as many as 118 samples. The research employed method the survey method and data analysis technique uses sample and multiple regression and correlation statistic tests. . the results of research it can be concluded that teachers job satisfaction can be improved through the organizational culture and the principals leadership. Key word: Teachers’ Job Satisfaction, Organizational Culture and Principals Leadership.
PENDAHULUAN Guru dalam proses pendidikan memegang peranan srategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilainilai yang diinginkan. Dipandang dari dimensi pembelajaran, peranan guru dalam masyarakat Indonesia tetap dominan sekalipun teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang cepat. Kualitas pendidikan saat ini relatif masih rendah dengan adanya data angka pengangguran yang terus bertambah menunjukkan bahwa lulusan pendidikan persekolahan samapai saat ini belum mampu menjawab perubahan zaman dan kompetensi yang ketat dengan bangsabangsa lain (Kesuma, 2011:4). Penyebab keadaan tersebut antara lain dikarenakan kompetensi guru yang belum memadai secara kuantitas maupun kualitas, kesejahteraan pendidikan yang masih rendah, dukungan fasilitas belajar yang belum mampu memenuhi kebutuhan pembelajaran siswa, dan kebijakan yang masih kaku sehingga menjadi bagian dari penghambat bagi guru dalam menjalankan profesinya. Kondisi guru merupakan faktor lainnya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, diantaranya: motivasi kerja, minat dan bakat, kondisi sosial ekonomi, umur, kesehatan, harapan-harapan yang ingin dicapai, dan pemenuhan kebutuhan merupakan unsur-unsur yang akan mempengaruhi kinerja guru. Pemenuhan kebutuhan dan harapan-harapan yang tidak sesuai dengan yang didapat mengakibatkan turunnya kinerja guru yang ditunjukkan dengan perilaku kurang disiplin dalam penggunaan waktu mengajar, guru tidak masuk kelas, pembelajaran yang kurang inovatif, penggunaan metoda pembelajaran yang membosankan sehingga mengakibatkan timbulnya ketidak puasan kerja Ketidak puasan kerja dapat disebabkan oleh kondisi budaya organisasi yang terbentuk di lingkungan sekolah, diantaranya: kurangnya komitmen dari warga sekolah terhadap pemahaman nilai dan aturan yang telah ditetapkan, kurangnya penerapan perilaku disiplin warga sekolah dalam keseharian, kurangnya pewarisan budaya kepada warga sekolah baru, dan kurangnya pemahaman budaya sebagai identitas sekolah sehingga mengakibatkan budaya sekolah yang kurang mendukung terhadap pencapaian visi dan misi sekolah yang telah ditetapkan. Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin dalam praktik sehari-hari ada kalanya tidak sesuai dengan wewenang, tugas, kewajiban dan figur sebagai seorang pemimpin. Berdasarkan hasil survai awal yang dilaksanakan pada bulan Februari tahun 2012 melalui penyebaran angket terhadap 3 (tiga) SMP Negeri yang berada di Kota Sukabumi, serta 1 sekolah yang berada di Kabupaten Sukabumi menunjukkan bahwa: 51% menyatakan tidak puas terhadap pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, 42% menyatakan tidak puas terhadap cara menenmpatkan guru dalam tugas kepanitiaan di sekolah, 50% menyatakan tidak puas terhadap penghargaan yang diberikan terhadap prestasi kerja yang telah dicapai, 46% menyatakan tidak puas terhadap penempatan guru sebagai wali kelas dan wakil kepala sekolah, 18% merasa tidak puas bekerjasama dengan rekan sejawat dalam suatu kepanitiaan, dan 52% menyatakan tidak puas terhadap insentif yang diberikan lembaga terhadap beban kerja yang telah dilakukan. Deskripsi di atas menunjukkan masih banyak guru dalam melaksanakan tugasnya berada dalam kondisi yang tidak merasakan kepuasan dalam bekerja.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dipandang perlu adanya penelitian yang terkait dengan kepuasan kerja. Maka rumusan masalah yang dibuat adalah: 1) apakah terdapat hubungan antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja guru?, 2) apakah terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru? 3) apakah terdapat hubungan antara budaya organisasi dan kepemimpinan kepala sekolah secara bersama-sama dengan kepuasan kerja guru? METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode Survai, dimana menurut Kerlinger dalam Akdon bahwa: penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distibusi, dan hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis (Akdon dan Sahlan, 2005:91). Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru SMP Negeri berkedudukan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berada di wilayah kecamatan Cikole Kota Sukabumi yang berjumlah 168 orang. Sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 118 orang berdasarkan rumus Taro Yamane dengan teknik pengambilan sampel berdasarkan simple random sampilng, setelah diambil terlebih dahulu 30 orang untuk uji coba instrumen. Teknik pengumpulan data dilaksanakan melalui angket, yaitu pernyataan yang diberikan kepada responden, yang diambil dari populasi digunakan untuk mengetahui informasi tentang budaya organisasi, kepemimpinan kepala sekolah dan kepuasan kerja guru. Instrumen penelitian yang diuji cobakan kepada 30 sampel yang diambil dari populasi dikalibrasi untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen. Tujuannya dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid (saheh). Pada penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah: (1) Statistik deskriptif, dalam statistik ini antara lain perhitungan modus, median, dan mean (2) Statistik inferensial, statistik parametris merupakan jenis statistik inferensial digunakan untuk menguji parameter populasi melalui data sampel. Data hasil dari penelitian dianalisis dengan menggunakan statistik parametrik setelah memenuhi syarat, yaitu: data berdistribusi normal, hubungan yang liner, dan data bersifat homogen. Untuk menjawab rumusan masalah dan pengujian hipotesis yang diajukan, maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis korelasional dengan menggunakan teknik dari Korelasi Pearson Product Moment (r), bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Teknik korelasi yang digunakan pada penelitian ini adalah: (1) teknik korelasi sederhana, (2) teknik korelasi ganda, (3) Regresi sederhana, (4) Regresi ganda, (5) Analisis korelasi parsial. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Setelah melalui proses pengumpulan data, selanjutnya dilakukan analisis data yang meliputi: (1) deskripsi data untuk masing-masing variabel, (2) pengujian
persyaratan analisis, (3) pengujian hipotesis, (4) pembahasan dan (5) keterbatasan penelitian. Deskripsi Data Sebagai penjelasan dan gambaran data ketiga variabel dalam penelitian ini, disajikan deskripsi data yang berupa mean, median, modus, standar deviasi dan varians dari masing-masing variabel. Tabel 1. Rangkuman Analisis Deskriptif Data yang Telah Dikelompokkan dari Ketiga Variabel Analisis Deskriptif Mean/Rata-rata Median Modus Standar Deviasi Varians sampel
Y 141,9 143 143,4 12,09 146,26
X1 140,2 140,2 132,2 11,51 132,39
X2 143,5 143,8 135,3 13,53 182,96
Data kepuasan kerja guru diperoleh skor tertinggi 169 dan skor terendah 104, rentang skornya (selisih skor tertinggi dan terendah) 65, jumlah kelas sebanyak 8 dengan interval kelas 9 (setelah dibulatkan), setelah melalui perhitungan maka diperoleh mean 141,9, median 143, modus 143,4 standar deviasi 12,09 varians sampel 146,26 Data budaya organisasi diperoleh skor tertinggi 162 dan skor terendah 112 rentang skornya (selisih skor tertinggi dan terendah) 50, jumlah kelas sebanyak 8 dengan interval kelas 7 (setelah dibulatkan), setelah melalui perhitungan diperoleh ukuran pemusatan: mean 140,2, median 140,2, modus 132,2 standar deviasi 11,51 varians 132,39 Data kepemimpinan kepala sekolah diperoleh skor tertinggi 170 dan skor terendah 116 rentang skornya (selisih skor tertinggi diperoleh skor tertinggi) 54, jumlah kelas sebanyak 8 dengan interval kelas 7 (setelah dibulatkan), setelah melalui perhitungan diperoleh mean 143,5 median 143,8 modus 135,3 standar deviasi 13,53 dan varians 182,96. Pengujian Persyaratan Analisis Pengujian persyaratan analisis ini dilakukan dalam bentuk pengujian normalitas data dan pengujian homogenitas data. Pemeriksaan distribusi data populasi dilakukan melalui sampel penelitian. Untuk menguji normalitas galat taksiran Y dengan metode Lilliefors pada (α = 0,05; n = 118), adapun kriteria pengujian adalah data berdistribusi normal jika Lhmaks< Ltabel Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Galat Baku Taksiran No Regresi Y atas X Nilai Lh Nilai Lt Kesimpulan 1 Y – Ŷ1 0,0465 0,0819 Berdistribusi normal 2 Y – Ŷ2 0,0708 0,0819 Berdistribusi normal Syarat data berdistribusi normal jika Lhmaks
Berdasarkan perhitungan uji normalitas data Y, untuk Y- Ŷ1 diperoleh hasil Lh= 0,0465 dan harga kritis Lilliefors Lt = 0,0819 pada taraf signifikansi 0,05 dan N=118. Dengan demikian Lh= 0,0465 < Lt = 0,0819 sehingga dapat dikatakan bahwa sampel berdistribusi normal. Hal tersebut memberi makna bahwa hipotesis nol (Ho) diterima. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Galat Baku Taksiran dari regresi Ŷ = 57,649 + 0,6003x1 berdistribusi normal Berdasarkan perhitungan uji normalitas data Y, untuk Y- Ŷ2 diperoleh hasil Lh= 0,0708 dan harga kritis Lilliefors Lt = 0,0819 pada taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian Lh= 0,07079 < Lt = 0,0819 sehingga dapat dikatakan bahwa sampel berdistribusi normal. Hal tersebut memberi makna bahwa hipotesis nol (Ho) diterima. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Galat Baku Taksiran dari regresi Ŷ = 59,2125 + 0,5759x 2 berdistribusi normal Uji homogenias dilakukan untuk mengetahui apakah varians sampel bersifat homogen atau tidak. Perhitungan uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan Uji Barlett. Tabel 3 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Kelompok Data Kepuasan Kerja Guru (Y) atas Budaya Organisasi (X1) dan Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) Harga Chi Kuadrat χ2 hitung χ2 tabel(α=0,05) 1 Y atas X1 55,74 60,4570 2 Y atas X2 37,39 61,6317 2 2 Syarat homogen jika χ hitung < χ tabel No
Variabel Yang Diuji
Kesimpulan homogen homogen
Uji homogenitas data variabel terikat Budaya Organisasi (X1) dikelompokkan berdasarkan variabel bebas Kepuasan Kerja Guru (Y) berdasarkan perhitungan maka diperoleh χ2 hitung = 55,74 sedangkan nilai χ2 tabel pada taraf signifikansi 0,05 dan dk = 45-1=44 adalah = 60,4570 sehingga diperoleh χ2 hitung < χ2 tabel berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka varians populasi bersifat homogen. Uji homogenitas data variabel terikat Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) dikelompokkan berdasarkan variabel bebas Kepuasan Kerja Guru (Y) diperoleh χ2 hitung = 37,39 sedangkan nilai χ2 tabel pada taraf signifikansi 0,05 dan dk = 461=45 adalah = 61,6317 sehingga diperoleh χ2 hitung < χ2 tabel berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka varians populasi bersifat homogen. Berdasarkan hasil pengujian normalitas dan hopmogenitas di atas dapat dinyatakan bahwa untuk melaksanakan analisis varians telah memenuhi persyaratan. Pengujian Hipotesis Penelitian ini memiliki tiga hipotesis dan ketiga hipotesis itu diuji dengan metode statistik melalui pengujian regresi sederhana, korelasi sederhana, dan regresi ganda. Pengujian hipotesis itu dapat dipaparkan sebagai berikut: Hubungan antara variabel budaya organisasi (X1) dengan kepuasan kerja guru (Y) terlebih dahulu dianalisis dengan teknik statistik analisis regresi untuk menguji apakah hubungan tersebut bersifat linier. Jika hubungan tersebut bersifat linier, teknik anlisis regresi dan korelasi dapat dilakukan
Hipotesis pertama yang diuji adalah “Terdapat hubungan yang positif antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja guru”, yang ditunjukkan dengan persamaan Ŷ = 57,649 + 0,6003x 1 hasil analisis linier sederhana terhadap data penelitian tersebut menghasilkan koefisien arah regresi sebesar 0,6003 dan konstanta sebesar 57,649 persamaan Ŷ = 57,649 + 0,6003x 1 perlu diuji dengan metode ANAVA untuk mengetahui kesesuaian dengan data-data perhitungan. Untuk itu perlu diuji kekeliruan dan ukuran tuna cocok. Hasil perhitungan persamaan regresi dapat dilihat pada tabel. Tabel 4. ANAVA Uji Linieritas dan Uji Signifikansi Kepuasan Kerja Guru (Y) atas Budaya Organisasi (X1) Ft SV
dk
JK
Total Regresi (a) Regresi(b|a)
118 1 1
2400767 2384182,45 2384182,45 5467,454 5467,454 57,05**
Residu Tuna Cocok Kesalahan (Error)
116 43 73
11117,097 26397,333 -15280,236
Keterangan: SV dk JK RJK Fh Ft ** ns
RJK
95,837 613,892 -209,318
Fh
-2,93ns
α=0,0 5
α=0,0 1
Kesimpulan
3,92
6,86
Sangat Signifikan
1,55
1,85
linier
= Sumber varian = derajat kebebasan = Jumlah Kuadrat = Rata-rata Jumlah Kuadrat = Fhitung = Ftabel = Sangat Signifikan = Non Signifikan
Berdasarkan perhitungan uji signifikansi regresi diperoleh Fhitung sebesar 57,0495 dan Ftabel sebesar 3,92 pada taraf signifikansi α = 0,05 dan sebesar 6,86 pada taraf signifikansi α = 0,01 sehingga diperoleh Fhitung > Ftabel menunujukkan persamaan regresi pada taraf kepercayaan 95 % dan 99% dapat disimpulkan sangat signifikan. Untuk uji linieritas diperoleh Fhitung sebesar -2,933 dan Ftabel pada taraf signifikansi α = 0,05 sebesar 1,55 dan pada α = 0,01 sebesar 1,85 sehingga diperoleh Fhitung < Ftabel yang berarti persamaan regresi dapat disimpulkan berpola linier pada taraf kepercayaan 95% dan 99%. Berdasarkan hasil analisis tersebut maka hubungan antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja guru bersifat linier. Garis regresi hubungan tersebut disajikan dengan gambar berikut:
Gambar 1.Grafik Regresi Hubungan Antara Budaya Organisasi (X1) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y) melalui model regresi Ŷ = 57,649 + 0,6003x1 Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja guru digunakan analisis korelasi dan uji keberartian korelasi tersebut. Rangkuman hasil perhitungan korelasi dan uji keberartian dengan uji-t terhadap hubungan kedua variabel tersebut disajikan dalam tabel berikut: Tabel 5. Rangkuman Hasil Perhitungan Korelasi Uji-t Budaya Organisasi (X1) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y) Koefisien Korelasi (ry1) 118 0,574 ** sangat signifikansi N
Thitung 7,553**
Ttabel(α;116) α=0,05 α=0,01 1,66 2,36
Kesimpulan Sangat signifikan
Tabel diatas menunjukkan bahwa koefisien korelasi budaya organisasi (X1) dengan kepuasan kerja guru (Y) adalah positif dengan koefisien korelasi (r y1) sebesar 0,574 dan keberartian nilai korelasi ini diuji dengan uji-t. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh thitung sebesar 7,553 dan harga ttabel dengan dk=n2=118-2=116 sebesar 1,66 pada taraf signifikansi α = 0,05 dan 2,36 pada taraf signifikansi α = 0,01 sehingga thitung > ttabel. Ini berarti korelasi sangat signifikan pada taraf kepercayaan 95% dan 99%. Berdasarkan hal tersebut maka terdapat hubungan yang positif antara budaya organisasi dan kepuasan kerja guru. Besarnya koefisien determinasi hubungan budaya organisasi dan kepuasan kerja guru yaitu sebesar ry12 = 0,3297 atau kontribusinya 32,97% Hubungan antara variabel kepemimpinan kepala sekolah (X2) dengan kepuasan kerja guru (Y) terlebih dahulu dianalisis dengan teknik statistik analisis regresi untuk menguji apakah hubungan tersebut bersifat linier. Jika hubungan tersebut bersifat linier, teknik anlisis regresi dan korelasi dapat dilakukan Hipotesis kedua yang diuji adalah “Terdapat hubungan yang positif antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru”, yang ditunjukkan dengan persamaan Ŷ = 59,2125 + 0,5759x2 hasil analisis linier sederhana terhadap data penelitian tersebut menghasilkan koefisien arah regresi sebesar 0,5759 dan konstanta sebesar 59,2125 persamaan Ŷ = 59,2125 + 0,5759x2 perlu diuji dengan metode ANAVA untuk mengetahui kesesuaian dengan data-data perhitungan. Untuk itu perlu diuji kekeliruan dan ukuran tuna cocok. Hasil perhitungan persamaan regresi dapat dilihat pada tabel
Tabel 6. ANAVA Uji Linieritas dan Uji Signifikansi Kepuasan Kerja Guru (Y) atas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) Ft SV
dk
JK
Total Regresi (a) Regresi(b|a)
118 1 1
2400767 2384182,4 5 6898,867
Residu
116
RJK
Fh
2384182,45 6898,867 82,62**
83,497 9685,684 Tuna Cocok 44 4245,0002 96,477 1,28ns Kesalahan 72 5440,683 75,565 Keterangan: SV = Sumber varian dk = derajat kebebasan JK = Jumlah Kuadrat RJK = Rata-rata Jumlah Kuadrat Fh = Fhitung Ft = Ftabel ** = Sangat Signifikan ns = Non Signifikan
α=0,0 5
α=0,0 1
Kesimpulan
3,92
6,86
Sangat Signifikan
1,55
1,85
linier
Berdasarkan perhitungan uji signifikansi regresi diperoleh Fhitung sebesar 82,6239 dan Ftabel sebesar 3,92 pada taraf signifikansi α = 0,05 dan 6,86 pada α = 0,01 sehingga diperoleh Fhitung > Ftabel menunujukkan persamaan regresi pada taraf kepercayaan 95 % dan 99% dapat disimpulkan sangat signifikan. Untuk uji linieritas diperoleh Fhitung sebesar 1,28 dan Ftabel pada taraf signifikansi α = 0,05 sebesar 1,55 dan pada α = 0,01sebesar 1,85 sehingga diperoleh Fhitung < Ftabel yang berarti persamaan regresi dapat disimpulkan berpola linier pada taraf kepercayaan 95% dan 99%. Berdasarkan hasil analisis tersebut maka hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru bersifat linier. Garis regresi hubungan tersebut disajikan dengan gambar berikut:
Gambar 2. Grafik Regresi Hubungan Antara Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y) melalui model regresi Ŷ = 59,2125 + 0,5975x2
Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru digunakan analisis korelasi dan uji keberartian korelasi tersebut. Rangkuman hasil perhitungan korelasi dan uji keberartian dengan uji-t terhadap hubungan kedua variabel tersebut disajikan dalam tabel berikut: Tabel 7. Rangkuman Hasil Perhitungan Korelasi Uji-t Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y) N Koefisien thitung Ttabel Korelaasi (ry2) Ttabel(α=0,01;116) Ttabel(α=0,05;116) Kesimpulan 118 0,645 9,08** 2,36 1,66 Sangat signifikan ** sangat signifikan Tabel diatas menunjukkan bahwa koefisien korelasi kepemimpinan kepala sekolah (X2) dengan kepuasan kerja guru (Y) adalah positif dengan koefisien korelasi (ry2) sebesar 0,645 keberartian nilai korelasi ini diuji dengan uji-t. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh thitung sebesar 9,08 dan harga ttabel sebesar 1,66 pada taraf signifikansi α = 0,05 dan 2,36 pada taraf signifikansi α = 0,01 dengan dk=n-2=118-2=116 sehingga thitung > ttabel. Ini berarti korelasi signifikan pada taraf kepercayaan 95% dan 99%. Berdasarkan hal tersebut maka terdapat hubungan yang positif antara kepemimpinan kepala sekolah dan kepuasan kerja guru. Besarnya koefisien determinasi hubungan budaya organisasi dan kepuasan kerja guru yaitu sebesar ry12 = 0,415 atau kontribusinya 41,5% Hubungan dan besarnya sumbanagn variabel budaya organisasi (X1) dan kepemimpinan kepala sekolah (X2) secara bersama-sama dengan menggunakan analisis regresi ganda dan korelasi ganda. Analisis regresi ganda dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah hubungan itu berarti atau tidak Hasil analisis koefisien regresi ganda adalah a0 = 19,4508; bx1 = 0,4114; bx2 = 0,4499 maka berdsarkan harga-harga tersebut diperoleh model persamaan regresi yaitu Ŷ = 19,4508 + 0,4114x1 + 0,4499x2 rangkuman hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel. Tabel 8. ANAVA Uji Signifikansi dan Linieritas Variabel Kepuasan Kerja Guru (Y) atas Budaya Organisasi (X1) dan Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) dengan Model Persamaan Regresi Ŷ = 19,4508 + 0,4114x1 + 0,4499x2 Ftabel SV dk JK RJK Fhitung α=0,0 α=0,0 Kesimpulan 5 1 Rergresi 2 16.584,55 4.568,23 70,53** 3,078 4,79 Sangat signifikan Sisa 115 7.448,09 64,767 total 118 Keterangan: SV = Sumber Varians Db = derajat bebas JK = Jumlah Kuadrat RJK= Rata-rata Jumlah Kuadrat ** = sangat signifikan
Berdasrkan hasil perhitungan diperoleh Fhitung sebesar 70,534 sedangkan Ftabel dengan dk=2 pada α = 0,05 = 3,078 dan pada α = 0,01 = 4,79 dengan demikian, F hitung > Ftabel sehingga persamaan regresi ganda sangat signifikan pada taraf 95% maupun 99%. Untuk mengetahui hubungan besarnya sumbangan budaya organisasi (X1) dan kepemimpinan kepala sekolah (X2) secara bersama-sama dengan kepuasan kerja guru (Y) dapat diketahui dengan analisis korelasi ganda serta uji keberartian koefisien korelasinya. Rangkuman hasil analisis korelasi jamak dan uji-F variabelvariabel tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 9 Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Ganda dan Uji F Budaya Organisasi (X1) dan Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) secara bersama-sama dengan Kpeuasan Kerja Guru (Y) Koefisien dk dk korelasi (R) pembilang penyebut 0,742 2 115
Fhitung
Ftabel (α=0,05)
Ftabel(α = 0,01)
Kesimpulan
70,53**
3,08
4,79
Sangat signifikan
Syarat signifikansi Fhitung > Ftabel Keterangan : ** = sangat signifikan Tabel diatas menunjukkan bahwa koefisien korelasi budaya organisasi (X1) dan kepemimpinan kepala sekolah (X2) secara bersama-sama dengan kepuasan kerja guru (Y) adalah positif dengan koefisien korelasi ganda (ry.12) sebesar 0,742 keberartian nilai korelasi ini diuji dengan uji-F. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh Fhitung sebesar 70,53 dan harga Ftabel sebesar 3,08 pada taraf signifikansi α = 0,05 dan 4,79 pada taraf signifikansi α = 0,01 dengan dk=n-2=118-2=116 sehingga Fhitung > Ftabel. Ini berarti korelasi sangat signifikan pada taraf kepercayaan 95% dan 99%. Berdasarkan hal tersebut maka terdapat hubungan yang positif antara budaya organisasi dan kepemimpinan kepala sekolah secara bersama-sama dengan kepuasan kerja guru. Kekuatan hubungan ditunjukkan dengan koefisien korelasi determinasi (ry.12)2 sebesar 0,5509 menunjukkan besarnya kontribusi budaya organisasi dan kepemimpinan kepala sekolah secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja guru (Y) sebesar 55,09%. Berdasarkan hasil perhitungan analisis korelasi parsial dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 10. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Korelasi Parsial Variabel rparsial thitung Ttabel(α=0,05) Ttabel(α=0,01) Kesimpulan pengendali X2 0,481 6,703** 1,66 2,36 Sangat signifikan ** X1 0,574 9,196 1,66 2,36 Sangat signifikan Syarat Signifikansi: Thitung > Ttabel ** = sangat signifikan Berdasarkan tabel di atas nilai koefisien korelasi parsial (ry12) variabel budaya organisasi (X1) dengan variabel kepuasan kerja guru (Y) jika variabel kepemimpinan kepala sekolah (X2) dikontrol adalah sebsar 0,481 untuk menguji
tingkat signifikansi koefisien korealasi parsial budaya organisasi (X1) denagn variabel kepuasan kerja guru (Y) yang dikontrol oleh variabel kepemimpinan kepala sekolah (X2) dilakukan dengn uji t. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai thitung = 6,703 sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikansi α = 0,05 = 1,66 dan pada α = 0,01sebesar 2,36 hal ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel sesuai dengan syarat signifikansi yaitu jika thitung > ttabel. Dengan demikian, korelasi parsial variabel budaya organisasi (X1) dengan kepuasan kerja guru (Y) dimana nilai variabel kepemimpinan kepala sekolah (X2) dikontrol atau tetap adalah sangat signifikan (thitung = 6,703 > Ttabel(α=0,05) = 1,66 dan thitung = 6,703 > Ttabel(α=0,01) = 2,36) Nilai koefisien korelasi parsial (ry21) variabel kepemimpinan kepala sekolah (X2) dengan variabel kepuasan kerja guru (Y) jika variabel budaya organisasi dikontrol adalah sebesar 9,196 sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikansi α = 0,05 = 1,66 dan pada α = 0,01sebesar 2,36 hal ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel sehingga telah memenuhi syarat signifikansi yaitu jika thitung > ttabel. Dengan demikian, korelasi parsial variabel kepemimpinan kepala sekolah (X2) dengan kepuasan kerja guru (Y) dimana nilai variabel budaya organisasi (X1) dikontrol atau tetap adalah sangat signifikan (thitung = 9,196 > Ttabel(α=0,05) = 1,66 dan thitung = 9,196 > Ttabel(α=0,01) = 2,36 ) Berdasarkan data statistik hasil penelitian variabel terikat Kepuasan Kerja Guru (Y) setelah dikelompokkan maka hubungan antara modus, median dan mean diperoleh nilai Mean < Median < Modus menunjukkan bahwa data mempunyai distibusi negatif (negatively skewed) dan dua variabel bebas yaitu Budaya organisasi (X1) dan Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2), setelah dikelompokkan maka hubungan antara modus, median dan mean diperoleh nilai Modus < Median < Mean menunjukkan bahwa data mempunyai distibusi positif (posively skewed). Berdasarkan nilai mean dan standar deviasi/simpangan baku dari data Kepuasan Kerja Guru (Y), Budaya organisasi (X1) dan Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) dari masing-masing variabel, maka diperoleh data variabel Budaya Organisasi (X1) lebih merata dibanding dengan data variabel lainnya karena nilai standar deviasinya paling rendah dibanding nilai standar deviasi variabel lainnya. Perbandingan antara standar deviasi dengan harga mean yang dinyatakan dengan persen (koefisien varians), maka diperoleh data Budaya Organisasi (X1) lebih seragam (homogen) dibanding dengan data variabel lainnya, ditunjukkan dengan nilai koefisien varians variabel Budaya Organisasi (X1) paling rendah dibanding dengan koefisien varians variabel-variabel lainnya. Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis diperoleh temuan bahwa terdapat hubungan positif antara variabel budaya organisasi dan variabel kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ketiga hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima. Ini berarti bahwa asumsi-asumsi yang mendasari pengkajian teoritis ternyata didukung oleh data empirik yang diperoleh dari responden. Pembahasan lanjut tentang hasil penelitian diuraikan berikut ini: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja guru. Kadar hubungan kedua variabel tersebut ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar 0,574 dan signifikansi korelasi ini diuji dengan uji-t dan hasil perhitungan diperoleh thitung sebesar 7,553 dan harga ttabel sebesar 1,66 pada taraf signifikansi α = 0,05 dan 2,36 pada taraf signifikansi
α = 0,01 sehingga thitung > ttabel yang berarti korelasi cukup kuat dan sangat signifikan pada taraf kepercayaan 95% dan 99%. Adapun koefisien determinasi sebesar 0,3297 ini berarti bahwa 32,97% variasi yang terjadi dalam kecenderunag kepuasan kerja guru dapat dijelaskan oleh budaya organisasi melalui regresi Ŷ = 57,649 + 0,6003x1. Berdasarkan analisis tersebut maka budaya orgaisasi memberikan kontribusi positif dan berarti terhadap kepuasan kerja guru. Semakin tinggi budaya organisasi akan semakin dapat meningkatkan kepuasan kerja guru. Hal ini sesuai dengan penelitian Nurcahya yang bejudul ”Hubungan Antara Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi dengan Kepuasan Kerja Guru” menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja guru dinyatakn dengan koefisien korelasi ry2 sebesar 0,661 dengan α=0,01 dan koefisien determinasi ry22 sebesar 0,4376 hubungan fungsional dinyatakan oleh persamaan regresi Ŷ = 47,556 + 0,603x 2 (Nurcahya, 2011:77) Budaya organisasi merupakan perangkat sistem berupa: asumsi, nilai, keyakinan, dan norma yang dijadikan pedoman dalam berperilaku dari seluruh anggota dalam suatu organisasi, serta pedoman untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal maupun masalah integrasi internal. Kepuasan kerja guru merupakan keadaan emosi, perasaan senang atau tidak senang, yang diceminkan dalam bentuk sikap positif atau negatif terhadap pekerjaan, dan berbagai dimensi tugas sebagai seorang guru. Budaya organisasi sekolah yang kuat nilai-nilai, asumsi, dan keyakinan bersama dipahami secara mendalam, dianut dan diperjuangkan oleh sebagian besar warga organisasi sekolah yang akan mendukung terhadap pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Budaya organisasi sekolah yang kuat: membentuk karakteristik sumber daya manusia, adanya struktur sebagai kadar peraturan dan ketetapan untuk mengontrol perilaku, adanya pedoman untuk mengatasi masalah, adanya perilaku-perilaku warga sekolah yang terkendali dan terkoordinasikan oleh kekuatan informal, timbulnya perasaan komit dan loyal, adanya kebersamaan yang terjalin harmonis dalam sesuatu yang dipandang berarti, adanya perasaan dihargai atas partisipasi dan kontribusinya, mendukung terhadap kenyamanan guru dalam bekerja, menumbuhkan semangat untuk terus berinovasi, berdedikasi, berkreatifitas dan berproduktivitas dalam melaksanakan tugasnya upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga merasakan kepuasan dalam bekerja. Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif dan sangat signifikan antara budaya organisasi dan kepuasan kerja guru sehingga budaya organisasi memiliki peranan penting dalam upaya meningkatkan kepuasan kerja guru, dan karena itu untuk meningkatkan kepuasan kerja guru, budaya organisasi perlu ditingkatkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru. Kadar hubungan kedua variabel tersebut ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar 0,645 dan signifikansi korelasi ini diuji dengan uji-t dan hasil perhitungan diperoleh thitung sebesar 9,09 dan harga ttabel sebesar 1,66 pada taraf signifikansi α = 0,05 dan 2,36 pada taraf signifikansi α = 0,01 sehingga thitung > ttabel yang berarti korelasi yang kuat dan sangat signifikan pada taraf kepercayaan 95% dan 99%. Adapun koefisien determinasi sebesar 0,416 ini berarti bahwa 41,6% variasi yang terjadi
dalam kecenderunag kepuasan kerja guru dapat dijelaskan oleh kepemimpinan kepala sekolah melalui regresi Ŷ = 59,2125 + 0,5759x 2. Berdasarkan analisis tersebut maka kepemimpinan kepala sekolah memberikan kontribusi positif dan berarti terhadap kepuasan kerja guru. Semakin tinggi kepemimpinan kepala sekolah maka akan semakin dapat meningkatkan kepuasan kerja guru. Hal ini sesuai dengan penelitian Wawan Nirwana yang bejudul ”Hubungan Antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi dengan Kepuasan Kerja Guru” menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru dinyatakan dengan koefisien korelasi ry1 sebesar 0,788 dengan persamaan regresi Ŷ = 25,835 + 0,874x1 . kekuatan hubungan tersebut berdasarkan hasil pengujian signifikansi koefisien korelasi antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru diperoleh nilai determinasi ry12 sebesar 0,621 artinya kepemimpinan kepala sekolah memberikan kontribusi terhadap kepuasan kerja guru sebesar 62,1%.(Nirwana, 2011:64) Kepemimpinan kepala sekolah merupakan upaya kepala sekolah dalam mempengaruhi, menggerakkan dan mengendalikan semua sumber daya yang ada di sekolah baik secara individu maupun kelompok untuk dapat bekerja secara efektif dalam mencapai tujuan yang ditetapkan Kepuasan kerja guru merupakan keadaan emosi, perasaan senang atau tidak senang, yang diceminkan dalam bentuk sikap positif atau negatif terhadap pekerjaan, dan berbagai dimensi tugas sebagai seorang guru. Kepala sekolah dengan kepemimpinannya, mempunyai peran cukup besar dalam: mengelola seluruh potensi sumber daya organisasi, mempengaruhi bawahannya untuk melaksanakan kegiatan, membimbing dan menggerakkan bawahannya dalam berbagai upaya mencapai tujuan, mengevaluasi dan membina secara berkesinambungan kepada bawahannya terhadap pelaksanaan tugas yang sedang dan telah dijalankan, mengarahkan dan memotivasi guru untuk berinovasi dan berkreativitas dalam melaksanakan tugasnya, menciptakan kondisi lingkungan sekolah yang nyaman, menciptakan situasi belajar mengajar yang kondusif, serta berperan untuk bertanggungjawab atas pertumbuhan guru-guru secara berkesinambungan sehingga terwujud perasaan puas dalam bekerja. Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif dan sangat signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dan kepuasan kerja guru sehingga kepemimpinan kepala sekolah memiliki peranan penting dalam upaya meningkatkan kepuasan kerja guru, dan karena itu untuk meningkatkan kepuasan kerja guru, kepemimpinan kepala sekolah perlu ditingkatkan. Temuan penelitian tersebut menunjukkan bahwa budaya organisasi dan kepemimpinan kepala sekolah memiliki peran dan pengaruh sangat penting bagi peningkatan kepuasan kerja guru. Budaya organisasi merupakan perangkat sistem berupa: asumsi, nilai, keyakinan, dan norma yang dijadikan pedoman dalam berperilaku dari seluruh anggota dalam suatu organisasi, serta pedoman untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal maupun masalah internal. Sedangkan kepemimpinan kepala sekolah merupakan upaya kepala sekolah dalam mempengaruhi, menggerakkan dan mengendalikan semua sumber daya yang ada di sekolah baik secara individu maupun kelompok untuk dapat bekerja secara efektif dalam mencapai tujuan yang ditetapkan
Kepuasan kerja guru merupakan keadaan emosi, perasaan senang atau tidak senang, yang diceminkan dalam bentuk sikap positif atau negatif terhadap pekerjaan, dan berbagai dimensi tugas sebagai seorang guru. Budaya organisasi tidak dapat dipisahkan dengan kepemimpinan dalam organisasi, karena budaya organisasi tumbuh dan berkembang bersama pemimpin organisasi. Kemampuan kepala sekolah sebagai pemimpin dalam mengembangkan dan menciptakan budaya organisasi yang kuat, akan mampu menciptakan rasa nyaman dan kondusif, mampu menangkap dan mengakomodir seluruh harapan dari warga sekolah, sehingga akan mendapat dukungan penuh dan warga yang loyal, menyebabkan seluruh warga dengan segala potensinya siap dan mau bekerja untuk meningkatkan kreatifitas dan produktivitas dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, sehingga menimbulkan rasa puas dalam bekerja. Berdasarkan pembahasan tersebut terdapat hubungan positif dan sangat signifikan antara budaya organisasi dan kepemimpinan kepala sekolah secara bersama-sama dengan kepuasan kerja guru sehingga untuk meningkatkan kepuasan kerja guru, budaya organisasi dan kepemimpinan kepala sekolah perlu ditingkatkan. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data studi korelasional antara variabel budaya organisasi (X1) dan variabel kepemimpinan kepala sekolah (X2) dengan variabel kepuasan kerja guru (Y) dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) terdapat hubungan positif yang cukup kuat dan sangat signifikan antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja guru, 2) terdapat hubungan positif yang kuat dan sangat signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru, 3) terdapat hubungan positif yang kuat dan sangat signifikan antara budaya organisasi dan kepemimpinan kepala sekolah secara bersama-sama dengan kepuasan kerja guru. Dengan demikian, variansi kepuasan kerja guru dapat dipengaruhi oleh variabel budaya organisasi dan kepemimpinan kepala sekolah baik secara sendirisendiri maupun secara bersama-sama. Oleh karena itu upaya peningkatan kepuasan kerja guru dapat dilakukan dengan meningkatkan budaya organisasi dan kepemimpinan kepala sekolah. DAFTAR PUSTAKA A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: Remaja Rosda Karya Akdon & Sahlan Hadi, 2005, Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi & Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi Darwis S. Gani, Djoehana Setyamidjaja, 2008 dan Sumardi, Kepemimpinan dan Organisasi Pendidikan, Bogor: Program Pascasarjana Universitas Pakuan, Dharma Kesuma, Cepi Triatna, dan Johar Permata, 2011, Pendidikan Karakter, Bandung: Rosdakarya
Edy Sutrisno, 2010, Budaya Organisasi, Jakarta: Kencana E. Mulyasa, 2011 Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara Harbani Pasolong, 2010 Kepemimpinan Birokrasi, Bandung: Alfabeta Hendrawan Supratikno, Jhon JOI Ihalaww, Sugiarto, Anton Wachidin Widjaja, Darmadi Durianto, 2006 Manajemen Kinerja Untuk Menciptakan Keunggulan Bersaing, Yogyakarta: Graha Ilmu Kartini Kartono, 2010 Pemimpn dan Kepemimpinan, Jakarta: Rajawali Pers Luthans. Fred, Organizational Behavior, New York: McGraw-Hill Irwin, 2011 Mathis, Robert L dan Jakson, John H, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia, penerjemah Jimmy Sadeli & Bayu Prawira hie, Jakarta: Salemba 4 McKenna, Eugene & Beech, Nic., 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia, alih bahasa Oleh Andi and Pearson Education, Yogyakarta: Moh. Pabundu Tika, 2010, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, Jakarta: Bumi Aksara Robbins, Stephen P, 2002, Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi, alih bahasa oleh Halida dan Dewi Sartika, Jakarta: Erlangga Edisi Kelima Syaiful Sagala, 2006, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta Sudarwan Danim, 2010, Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: Alfabeta Wagner III. Jhon A., and Hollenback. Jhon R., 2010, Organizational Behavior, New York: Routledge Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, 2008, Jakarta: Raja Grafindo persada Wibowo, 2010, Budaya Organisasi, Jakarta: Rajawali Grafindo Persada __________, 2008, Manajemen Kinerja, Jakarta: Raja Grafindo Persada Yukl, Gary. 2009, Kepemimpina Dalam Organisasi, alih bahasa oleh Budi Supriyanto, Jakarta: Indeks, Edisi Kelima Sylviana Murni, Mei, 2009, Pengaruh Iklim Organisasi, Pengetahuan Mananjemen Terhadap Kinerja Kepala Sekolah, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 15, No. 3 hlm 409
Nurcahya, 2011, Hubungan Antara Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi dengan Kepuasan Kerja Guru, Tesis, Bogor. Program Pascasarjana Universitas Pakuan. Wawan Nirwana, 2011, Hubungan Antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi dengan Kepuasan Kerja Guru, Tesis, Bogor. Program Pascasarjana Universitas Pakuan.