HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA KERJA DENGAN KOMITMEN ORGANISASIONAL GURU SMP NEGERI
Dadeng Hambali Habibie , Soewarto Hardhienata, Eka Suhardi ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan budaya kerja dengan komitmen organisasional guru baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang terdiri dari dua variabel bebas yaitu kepemimpinan kepala sekolah dan budaya kerja serta satu variabel terikat yaitu komitmen organisasional guru. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri Se-Kecamatan Bogor Selatan Kabupaten Bogor, pada tahun 2012 dengan jumlah sampel 150 orang diabil secara proposional random sampling. Metode yang digunakan yaitu survey dan teknik analisis data menggunakan uji statistik korelasi dan regresi linier ganda. Adapun pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 dan 0,01. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dan komitmen organisasional guru dengan persamaan regresi ŷ = 122,82 + 0,19 X1. Kedua, terdapat hubungan positif dan signifikan antara budaya kerja dan komitmen organisasional guru dengan persamaan regresi ŷ = 89,70 + 0,44 X2. Didukung dengan koefisien korelasi sebesar 0,34 dan koefisien determinasi (r2) sebesar 0,12 yang berarti budaya kerja memberi konstribusi sebesar 11,74% terhadap komitmen organisasional guru dan setiap satu unit budaya kerja akan meningkatkan komitmen organisasional sebesar 0,44 unit. Ketiga, terdapat hubungan positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dan budaya kerja secara bersamasama dengan komitmen organisasional guru dengan persamaan regresi ŷ = 79,23 + 0,12 X1 + 0,38 X2. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasional guru dapat ditingkatkan melalui peningkatan kepemimpinan kepala sekolah dan budaya kerja secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Kata Kunci : Penelitian, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Kerja, dan Komitmen Organisasional Guru.
Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Pakuan Bogor dan Guru PNS pada SMP Negeri di Kabupaten Bogor Dosen Pascasarjana Universitas Pakuan Bogor
ABSTRACT This research aims to study the correlation between Principal’s Leadership and Job Culture with Teachers Organizational Commitment in Junior High School District South Bogor Regency, both individually and collectively. This research is the correlation research that consists of two indevendent variables, namely the principal’s leadership and job culture and a dependent variable namely the teachers organizational commitment. This research was conducted in Junior High School District South Bogor Regency, in 2012 with randomly selected sample amount of 150. The employed research method is the survey method and data analysis technigue using the correlation and simple linear regression as well as correlation and multiple linear regression statistic tests. Meanwhile, the hypothesis test was administered on a 0,05 and 0,01 significance level. There are three conclusions, (1) there is significance positive relationship between the principal’s leadership and teachers organizational commitment with regression eduation of ŷ = 122,82 + 0,19 X 1, supported with a coefficient correlation 0,24 and the coefisien of determination 0,06 it means that the contribution of the principal’s leadership to the teachers organizational commitment is 5,82%, which means that each increase of one unit principal leadership will increase teachers organizational commitment for 0,19 unit. There are three conclusions, (2) there is significance positive relationship between job culture and teachers organizational commitment with regression eduation of ŷ =89,70+0,44 X 2 supported with a coefficient correlation 0,34 and the coefisien of determination 0,12 it means that the contribution of Job culture to the teachers organizational commitment is 11,74%, which means that each increase of one unit job culture will increase teachers organizational commitment for 0,44 unit. and, (3) there is significance positive relationship between the principal’s leadership and job culture together with a teachers organizational commitment with regression eduation of ŷ = 79,23 + 0,12 X1 + 0,38 X2 supported with a coefficient correlation 0,14, which means that each increase of one unit principal leadership end one job culture will increase teachers organizational commitment for 0,44 unit. Based on result above it can be concluded that teachers organizasional commitment can be improved through the principal leadership and job culture individually or jointly. Key Words: Research, Principal’s Leadership, Job Culture, end Teachers Organizational Commitment.
PENDAHULUAN Banyak kalangan yang berpendapat bahwa persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia disebabkan oleh kualitas sumber daya manusia (SDM) bangsa Indonesia yang masih rendah. Kualitas SDM yang rendah, baik secara akademik (Iptek) maupun non akademis (mental) menyebabkan belum seluruh masyarakat Indonesia dapat berpartisifasi menyumbangkan potensinya baik potensi fisik maupun non fisik dalam pelaksanaan pembangunan sesuai dengan keahlian dan bidangnya masing-masing. Menilai kualitas SDM suatu bangsa secara umum dapat dilihat dari mutu pendidikan bangsa tersebut. Dimana saat ini keunggulan suatu bangsa tidak lagi ditandai dengan melimpahnya kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM) berkolerasi positif dengan mutu pendidikan. Salah satu probema pendidikan yang kita hadapi dewasa ini adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia menjadi masalah. Beberapa penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia disebabkan karena bangsa Indonesia belum mampu mengatasi berbagai permasalahan, seperti krisis ekonomi, globalisasi, otonomi daerah, rendahnya sarana fisik, rendahnya kualitas guru, dan rendahnya prestasi siswa. Berbagai kajian tentang rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dipublikasikan dalam berbagai tujuan dan menyangkut berbagai aspek seperti aspek empiris, teoritis, maupun aspek hukum. Indikator rendahnya mutu pendidikan nasional dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu: (1) lulusan sekolah atau perguruan tinggi belum siap memasuki dunia kerja karena minimnya kompentesi yang dimiliki. Bekal kecakapan yang diperoleh dilembanga pendidikan tidak memadai untuk dipergunakan secara mandiri, karena yang dipelajari di lembaga pendidikan sering kali terpaku pada teori, sehingga peserta didik kurang inovatif dan kreaktif, dan (2) daya saing Indonesia masih rendah di bawah negara Thailan, Brunai, Malesya, dan Singapura. Menurut laporan yang dilansir oleh “The Global Competitiveness Report (GCR) tahun 2010-2011”, yang diumumkan dalam Formum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) menyebutkan daya saing Indonesia di tingkat Internasional tahun 2010 menempati urutan 44 dari 139 negara. Tinjauan empiris tersebut memperlihatkan ketertinggalan bangsa Indonesia dalam mengatasi permasalahan pendidikan selama ini. Oleh karena itu, guru harus memiliki komitmen dan budaya kerja yang mampu memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutama masyarakat umum yang telah mempercayai sekolah dan guru dalam membina anak didiknya, sehingga mampu mewujudkan generasi yang cerdas, berahlak mulia, serta berkepribadian luhur.
Guru yang berkomitmen terhadap organisasinya dapat dipengaruhi oleh berbagai aspek diantaranya: keinginan kuat untuk menjadi anggota organisasi, kerelaan untuk sungguh-sungguh berusaha demi kepentingan organisasi, keyakinan yang kuat dan menerima nilai dan tujuan organisasi, dan kepuasan terhadap pekerjaannya. Orang-orang yang berkomitmen terhadap organisasi lebih mungkin untuk mendapatkan kepuasan yang lebih besar. Sebaliknya rendahnya komitmen mencerminkan kurangnya tanggungjawab seseorang dalam menjalankan tugasnya. Untuk menunjukan bahwa komitmen organisasi rendah, salah satunya adalah prilaku ketidak hadiran guru dalam melaksanakan tugasnya. Menurut wakil menteri pendidikan nasional Fasli Jalal menyebutkan, sedikitnya ada 500 ribu guru dalam sehari mangkir dari kewajibannya. Jika seorang guru seharusnya berkewajiban mengajar satu jam di kelas, itu sama artinya dengan merugikan satu rombongan belajar, maka berapa ribu anak tentunya akan merugi dan tidak dapat pelayanan belajar dengan maksimal. Kedatangan guru di kelas yang sering terlambat juga memberikan contoh yang tidak baik bagi siswa dan berakibat jam belajar siswa akan terpotong. Kenyataanya berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 7 Maret 2012 ke empat SMP Negeri Se-Kecamatan Bogor Selatan terhadap kehadiran 134 orang guru PNS, maka diperoleh data rata-rata kehadiran untuk bulan Januari, Februari, dan Maret tahun 2012 yaitu 80,05% dan yang tidak hadir yaitu 8,95 %. Ketidak hadiran guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, menunjukan masih rendahnya komitmen guru pada organisasi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Se-Kecamatan Bogor Selatan Kabupaten Bogor. Apabila masalah ini tidak ditanggulangi secara tepat akan mengakibatkan dampak negatif terhadap keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Hal tersebut juga didukung dan diperkuat dengan hasil wawancara wakasek bidang kurikulum tentang disiplin guru, kehadiran guru, tanggung jawab guru, dan pelaksanaan penilaian hasil belajar siswa. Dari 4 sekolah SMP Negeri SeKecamatan Bogor Selatan didapat informasi 25 % guru tidak disiplin terutama dalam melaksanakan tugas sesuai dengan jadwal yang ditentukan, 31% guru tidak hadir dan sering datang terlambat, 55% guru tidak bertanggung jawab terhadap tugasnya terutama dalam membuat, mempersiapkan, dan melaksanakan RPP sesuai ketentuan, dan 45% guru tidak melakukan penilaian seperti menyusun perangkat penilaian, remedial, pengayaan, dan memberikan umpan balik pada siswa atas hasil evaluasi. Untuk menciptakan komitmen pada organisasi diperlukan adanya peran serta kepala sekolah sebagai pemimpin yang profesional dan kesadaran guru dalam meningkatkan budaya kerjanya. Kepemimpinan kepala sekolah yang profesional dan memiliki kompentensi yang tinggi akan senantiasa berusaha untuk meningkatkan komitmen gurunya dalam bentuk keahlian, keterampilan, keprofesionalismean, serta kemampuan mewujudkan tujuan sekolah yang
ditetapkan. Lingkungan dan budaya kerja yang aman, nyaman, dan kondusif dapat menciptakan suasana kerja yang baik, sehingga dapat menjadi pengarah dalam membentuk cara berpikir guru dalam berprilaku kerja yang efektif. Lemahnya kepemimpinan kepala sekolah dan rendahnya budaya kerja dalam sebuah lembaga pendidikan akan mempengaruhi semangat, motivasi, serta kurangnya komitmen pada sekolah tersebut. Komitmen organisasional guru yang kurang maksimal akan menimbulkan ketidak maksimalan pada organisasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen organisasional guru diduga terjadi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri yang berada di Kecamatan Bogor Selatan Kabupaten Bogor, dimana adanya kecendrungan para guru dalam mengajar terkesan hanya menggugurkan kewajiban. Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian tentang komitmen organisasional guru di SMP Negeri Se-Kecamatan Bogor Selatan dalam hubungannya dengan variabel lain, khususnya kepemimpinan kepala sekolah dan budaya kerja. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan : 1) Untuk mengetahui hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan komitmen organisasional guru; 2) Untuk mengetahui hubungan antara budaya kerja dengan komitmen organisasional guru; dan 3) Untuk mengetahui besarnya tingkat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan budaya kerja dengan komitmen organisasional guru. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan serta relefansi pada para pimpinan sekolah, pengawas, guru, anggota masyarakat serta untuk kepentingan para peneliti dan pakar pendidikan yang memiliki perhatian terhadap pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan. Lebih jelasnya kegunaan penelitian ini sebagai berikut: 1) Memberikan gambaran untuk melakukan tindak lanjut dalam melakukan penelitian terhadap variabel-variabel lainnya yang secara langsung memiliki keterkaitan dengan komitmen organisasional guru, selain kepemimpinan kepala sekolah dan budaya kerja; 2) Merupakan pengayaan terhadap pengembangan teori komitmen organisasional guru bagi para peneliti dalam mengungkap teori-teori komitmen organisasional guru; 3) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang konstruktif bagi pengelola pendidikan, khususnya kepala sekolah sebagai umpan balik dalam meningkatkan manajemen dan pengelolaan sekolah sehingga terciptanya budaya kerja yang tertib, efektif, dan efisien; 4) Meningkatkan kualitas pendidikan, terutama dalam meningkatkan komitmen pada organisasi, baik bagi guru maupun kepala sekolah; dan 4) Bagi pengawas sekolah, penelitian ini diharapkan sebagai gambaran dan bahan untuk melaksanakan tindak lanjut khususnya dalam pengawasan maupun pembinaan terhadap kepala sekolah dan guru.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri SeKecamatan Bogor Selatan Kabupaten Bogor dan dilaksanakan kurang lebih selama 4 (empat) bulan, dimulai bulan April sampai bulan Juli 2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan pendekatan korelasi, untuk menganalisis hubungan antara dua variabel bebas, yaitu kepemimpinan kepala sekolah dan budaya kerja, serta satu variabel terikat yaitu komitmen organisasional guru. Untuk mendapatkan data di lapangan, digunakan kuesioner yang disusun berdasarkan indikator-indikator yang ada dalam variabel penelitian. Kuesioner dirancang untuk diajukan kepada guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kecamatan Bogor Selatan Kabupaten Bogor Jawa Barat. Dalam kuesioner tersebut disusun beberapa pernyataan yang berkaitan dengan masing-masing variabel penelitian dan indikator variabel. Populasi penelitian ini adalah guru-guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Se-Kecamatan Bogor Selatan Kabupaten Bogor. Pada Saat ini sekolah negeri yang berada di Kecamatan Bogor Selatan Kabupaten Bogor, memiliki jumlah guru yang berstatus PNS sebanyak 242 orang. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik propotional random sampling, dari Sembilan SMP Negeri Se-Kecamatan Bogor Selatan didapat jumlah sampel untuk penelitian ini sejumlah 150 orang sebagai responden yang merupakan representasi dari populasi penelitian sebanyak 242 orang guru berstatus PNS yang tersebar di Sembilan Sekolah Negeri Kecamatan Bogor Selatan Kabupaten Bogor. Sedangkan uji coba akan dilakukan terhadap 30 orang guru diluar sampel penelitian. Penarikan sampel presentatif, ditentukan seimbang berdasarkan perbandingan jumlah guru di masing-masing sekolah. Untuk memperoleh data tentang komitmen organisasional guru digunakan instrumen dalam bentuk kuesioner. Kuisioner ini terdiri dari 40 butir pernyataan. Penyebaran butir pertanyaan disusun berdasarkan indikator pada variabel penelitian. Data diambil dengan menggunakan kuesioner dengan lima pilihan skala sikap yang didasarkan pada skala likert. Kalibrasi instrumen komitmen organisasional guru disusun berdasarkan indikator-indikator yang telah ditentukan sehingga menghasilkan 40 butir pertanyaan. Pengujian validitas instrumen dan perhitungan reliabilitas instrumen dilakukan melalui uji coba instrumen terhadap 30 orang guru SMP Negeri Se-Kecamatan Bogor Selatan Kabupaten Bogor di luar sampel penelitian. Uji coba bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen. Valid berarti instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang digunakan beberapa kali terhadap objek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Validitas instrumen komitmen organisasional guru diuji dengan
menggunakan koefisien korelasi antara butir skor total melalui teknik korelasi Product Moment Pearson. Dalam penelitian ini, dilakukan uji coba instrumen terhadap 30 responden, maka instrumen dinyatakan valid jika koefisien korelasi hitung ( r hitung) lebih besar dari r tabel yang dalam penelitian ini > 0,36. Pengumpulan data penelitian dilakukan setelah kuesioner disebarkan kepada responden yang terpilih sebagai sampel. Setelah kuesioner di tarik dilakukan penganalisisan data. Analisis data penelitian dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif. Statistik deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran karakteristik penyebaran skor setiap variabel yang diteliti dengan menghitung mean (rata-rata skor data), median (nilai tengah), modus (nilai yang sering muncul), simpangan baku (standar deviasi), range (rentang skor), histrogram. Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknik analisis regresi dan korelasi sederhana, serta teknik analisis korelasi dan korelasi ganda. Sebelum pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian persyaratan analisis yang terdiri dari uji normalitas galat taksiran, uji homogenitas dan regresi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Persyaratan analisis data ialah data berada pada sebaran normal variabel kepemimpinan kepala sekolah dan budaya kerja homogen terhadap variabel komitmen organisasional guru. Uji coba persyaratan analisis digunakan dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas, uji homogenitas dan uji linieritas. Uji distribusi normalitas galat taksiran dilakukan dengan menggunakan rumus lilliefors galat taksiran yang dinyatakan normal tidaknya distribusi data penelitian. Uji normalitas galat taksiran dinyatakan normal apabila harga Lo < Lt, dengan taraf signifikasi 0,05. Hasil uji Normalitas galat baku taksiran (Y-Ŷ1) persamaan regresi antara variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dengan variabel Komitmen Organisasional Guru (Y) melalui perhitungan di dapatkan nilai L hitung = 0,047, sementara L tabel = 0,072. Persyaratan normal adalah jika L hitung < L tabel maka galat baku taksiran berdistribusi normal. Dengan demikian galat baku taksiran (YŶ1) persamaan regresi antara variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dengan variabel Komitmen Organisasional Guru (Y) dengan berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji Normalitas galat baku taksiran (Y-Ŷ2) persamaan regresi antara variabel Budaya Kerja (X2) dengan variabel Komitmen Organisasional Guru (Y) melalui perhitungan di dapatkan nilai L hitung = 0,040, sementara L tabel = 0,072. Persyaratan normal adalah jika L hitung < L tabel, maka galat baku taksiran berdistribusi normal. Dengan demikian galat baku taksiran (Y-Ŷ2) persamaan regresi antara Budaya Kerja (X2) dengan Komitmen Organisasional Guru (Y)
dengan berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji ini dimaksudkan untuk menguji kesamaan varian populasi yang berdistribusi normal. Uji homogenitas yang digunakan adalah Uji Barlet. Varian dinyatakan homogen bila χ2 hitung < χ2 tabeL. Berdasarkan hasil perhitungan homogenitas data Komitmen Organisasional Guru atas Kepemimpinan Kepala Sekolah diperoleh nilai χ2hitung = -56,08 sedangkan χ2 tabel = 120,99, berdasarkan kriteria pengujian di atas H0 diterima, dan H1 ditolak, hal ini berarti skor pada variabel Komitmen Organisasional Guru dan skor pada Kepemimpinan Kepala Sekolah memiliki varian yang sama, sehingga kedua skor berasal dari populasi yang homogen. Berdasarkan hasil perhitungan homogenitas data Komitmen Organisasional Guru atas Budaya Kerja diperoleh nilai χ2 hitung = -113,70 sedangkan χ2 tabel = 135,5, berdasarkan kriteria pengujian di atas H0 diterima dan H1 ditolak, hal ini berarti skor pada variabel Komitmen Organisasional Guru dan skor pada Budaya Kerja memiliki varian yang sama, sehingga kedua skor berasal dari populasi yang homogen. Pengujian Linearitas Data Komitmen Organisasional Guru (Y) atas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1). Pengujian linearitas Y atas X1, didapatkan nilai F hitung = 1,24 sedangkan F tabel = 1,52 dengan 51 dk pembilang (k-2) dan 97 dk penyebut (n-k). Untuk pengujian hipotesis nol, tolak hipotesis regresi linear, jika statistik F hitung > F tabel (α = 0,05). Dengan F hitung = 1,24 < F tabel = 1,52 (α = 0,05) berarti hipotesis linear diterima. Kesimpulannya hubungan antara data Komitmen Organisasional Guru dan Kepemimpinan Kepala Sekolah memiliki pola hubungan yang linear. Uji sigifikansi dan linieritas terhadap persamaan regresi dilakukan dengan uji F. Uji linieritas digunakan tabel ANAVA (Analisis Varians). Regresi linier dinyatakan linier jika harga F hitung < F tabel, pada taraf signifikansi 0,05. Uji Keberartian/ Signifikan H0 : koefesien arah regeri tidak berarti (b=0) Ha : koefesien itu berarti (b≠0) F hitung : 9,16 Untuk taraf kesalahan 5%, (α=0,05), F tabel (1,148) = 3,91 Dengan kesimpulan: F hitung > F tabel ; 9,16 > 3,91 koefesien tersebut berarti/signifikan (b≠0) Uji Linearitas H0 : regresi linear Ha : regresi non linear F hitung : 1,24 Untuk taraf kesalahan 5%, (α=0,05), F tabel (51,97) = 1,52
Dengan kesimpulan: F hitung < F tabel ; 1,24 < 1,52 Regresi tersebut linear Pengujian Linieritas Data Komitmen Organisasional Guru (Y) atas Variabel Budaya Kerja (X2). Pengujian linearitas Y atas X2, didapatkan nilai F hitung = 1,07 sedangkan F tabel = 1,60 dengan 38 dk pembilang (k-2) dan 110 dk penyebut (n-k). Untuk pengujian hipotesis nol, tolak hipotesis regresi linear, jika statistik F hitung > F tabel (α = 0,05). Dengan F hitung = 1,07 < F tabel = 1,60 (α = 0,05) berarti hipotesis linear diterima. Kesimpulannya antara data Komitmen Organisasional Guru dan Budaya Kerja memiliki pola hubungan yang linear. Uji sigifikansi dan linieritas terhadap persamaan regresi dilakukan dengan uji F. Uji linieritas digunakan tabel ANAVA (Analisis Varians). Regresi linier dinyatakan linier jika harga F hitung < F tabel, pada taraf signifikansi 0,05. Uji Keberartian/ Signifikan H0 : koefesien arah regeri tidak berarti (b=0) Ha : koefesien itu berarti (b≠0) F hitung : 19,55 Untuk taraf kesalahan 5%, (α=0,05), F tabel (1,148) = 3,91 Dengan kesimpulan: F hitung > F tabel ; 19,55 > 3,91 koefesien tersebut berarti/signifikan (b≠0) Uji Linearitas H0 : regresi linear Ha : regresi non linear F hitung : 1,07 Untuk taraf kesalahan 5%, (α=0,05), F tabel (38,110) = 1,60 Dengan kesimpulan: F hitung < F tabel ; 1,07 < 1,60 Regresi tersebut linear Uji sigifikansi dan linieritas terhadap persamaan regresi dilakukan dengan uji F. Uji linieritas digunakan tabel ANAVA (Analisis Varians). Regresi linier dinyatakan linier jika harga F hitung < F tabel, pada taraf signifikansi 0,05. Pengujian Hipotesis Teknik korelasi sederhana yang digunakan adalah Product Moment, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui derajat hubungan antara masing-masing variabel bebas (independent) dengan variabel terikat (dependent). Uji korelasi ganda dimaksudkan untuk menguji derajat hubungan antara variabel bebas secara bersama-sama dengan variabel terikat.
Analisis regresi sederhana dimaksudkan untuk mengetahui hubungan fungsional antara masing-masing variabel bebas kepemimpinan kepala sekolah dan budaya kerja dengan variabel terikat komitmen organisasional guru. Dengan mengetahui hubungan fungsional ini digunakan memprediksi variabel terikat (Y) dari variabel bebas (X1), dan memprediksi variabel terikat (Y) dari variabel bebas (X2). Hubungan fungsional antara X1 dengan Y, disajikan dalam bentuk persamaan regresi sebagai berikut Ŷ =122,82+0,19 X1. Sejauh mana kebenaran dari hasil regresi di atas, yakni untuk menguji hipotesis bahwa terdapat hubungan positif antara Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dengan Komitmen Organisasional Guru (Y), diperlukan uji signifikansi dan linier terhadap persamaan regresi dengan menggunakan uji F. Persyaratan hipotesis teruji apabila F hitung > F tabel. Berdasarkan hasil perhitungan uji signifikansi regresi diperoleh nilai F hitung = 9,16 sedangkan F tabel = 3,91 (α = 0,05), F tabel = 6,81 (α = 0,01). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan fungsional berdasarkan persamaan regresi Ŷ = 122,82+0,19 X1 adalah sangat signifikan. Hubungan fungsional antara X2 dengan Y, disajikan dalam bentuk persamaan regresi sebagai berikut Ŷ = 89,70 + 0,44 X2 adalah signifikan. Sejauh mana kebenaran dari hasil regresi di atas, yakni untuk menguji hipotesis bahwa terdapat hubungan positif antara Budaya Kerja (X2) dengan Komitmen Organisasional Guru (Y), diperlukan uji signifikansi dan linear terhadap persamaan regresi dengan menggunakan uji F. Persyaratan hipotesis teruji apabila F hitung > F tabel. Berdasarkan hasil perhitungan uji signifikansi regresi diperoleh nilai F hitung = 19,55, sedangkan F tabel = 3,91 (α = 0,05), F tabel = 6,81 (α = 0,01). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan fungsional antara variabel Budaya Kerja (X2) dengan variabel Komitmen Organisasional Guru (Y) ditunjukan oleh persamaan regresi Ŷ = 89,70 + 0,44 X2 adalah signifikan. Analisis regresi ganda dimaksudkan untuk mengetahui hubungan fungsional antara masing-masing variabel bebas kepemimpinan kepala sekolah dan budaya kerja secara bersama-sama dengan variabel terikat komitmen organisasional guru. Dengan mengetahui hubungan fungsional tersebut maka dapat digunakan memprediksi variabel terikat (Y) dari variabel-variabel bebas (X1 dan X2) secara bersama-sama. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hubungan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dan Budaya Kerja (X2) secara bersama-sama dengan Komitmen Organisasional Guru (Y), disajikan dalam bentuk persamaan regresi sebagai berikut Ŷ = 79,23 + 0,12 X1 + 0,38 X2. Pengujian Signifikan terhadap persamaan regresi ganda dengan menggunakan uji F. Persyaratan hipotesis teruji apabila F hitung > F tabel. Berdasarkan hasil perhitungan uji signifikan regresi ganda diperoleh nilai F hitung = 12,04 sedangkan F tabel = 3,06 (dk pembilang 2, dk penyebut 147 dan α = 0,05), berarti hubungan antara variabel Kepemimpinan
Kepala Sekolah (X1) dan Budaya Kerja (X2) dengan Komitmen Organisasional Guru (Y) adalah signifikan. Hipotesis Statistik Kekuatan hubungan antar variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dengan Komitmen Organisasional Guru (Y) ditunjukkan oleh koefisien korelasi ry1 = 0,24. Sedangkan r tabel = 0,06 untuk 150 responden (ρyl > ρtabel). Untuk menguji hipotesis bahwa terdapat hubungan positif antara variabel X1 dengan variabel Y diperlukan uji signifikan koefisien korelasi yaitu dengan uji t. Kriteria pengujian signifikansi koefisien korelasi adalah jika t hitung > t tabel, maka koefisien korelasi dinyatakan signifikan. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh t hitung = 3,02 sedangkan t tabel = 2,61 (dk = 148 dan α = 0,05), t tabel = 1,98 (dk = 148 dan α = 0,01). Berarti koefisien korelasi Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dengan Komitmen Organisasional Guru (Y) adalah signifikan. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan positif dan signifikan (α = 0,05 dan α = 0,01) antara Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dengan Komitmen Organisasional Guru (Y). Kekuatan hubungan antar variabel Budaya Kerja (X2) dengan Komitmen Organisasional Guru (Y) ditunjukkan oleh koefisien korelasi ry2 = 0,34. Sedangkan r tabel = 0,12 untuk 150 responden (ρyl > ρ tabel). Untuk menguji hipotesis bahwa terdapat hubungan positif antara variabel X2 dengan variabel Y diperlukan uji signifikan koefisien korelasi yaitu dengan uji t. Kriteria pengujian signifikansi koefisien korelasi adalah jika t hitung > t tabel, maka koefisien korelasi dinyatakan signifikan. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh t hitung = 4,44, sedangkan t tabel = 2,61 (dk = 148 dan α = 0,05), t tabel = 1,98 (dk = 148 dan α = 0,01), berarti koefisien korelasi Budaya Kerja (X2) dengan Komitmen Organisasional Guru (Y) adalah signifikan. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan positif dan signifikan (α = 0,05 dan α = 0,01) antara Budaya Kerja (X2) dengan Komitmen Organisasional Guru (Y). Kekuatan hubungan antar variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dan Budaya Kerja (X2) secara bersama-sama dengan Komitmen Organisasional Guru (Y) adalah Ry.12 = 0,28. Sedangkan r tabel = 0,08 untuk 150 responden (ρyl2 > ρ tabel). Menguji hipotesis bahwa terdapat hubungan positif antara variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dan Budaya Kerja (X2) dengan Komitmen Organisasional Guru (Y) diperlukan uji signifikansi yaitu dengan uji F. Kriteria pengujian signifikan koefisien korelasi ganda adalah jika F hitung > F tabel, maka koefisien korelasi ganda adalah sangat signifikan. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh F hitung = 12,04 sedangkan F tabel 3,06 (dk pembilang = 2, dk penyebut = 147, dan α = 0,05), F tabel = 4,75 (α = 0,01) berarti koefisien korelasi antara Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dan Budaya Kerja (X2), dengan Komitmen Organisasional Guru adalah sangat signifikan.
Perhitungan koefisien determinasi dilakukan untuk menghitung besarnya peran atau konstribusi variabel kepemimpinan kepala sekolah dan budaya kerja terhadap variabel komitmen organisasional guru. Dilakukan untuk mengetahui kekuatan hubungan antara variabel kepemimpinan kepala sekolah dengan komitmen organisasional guru dimana variabel budaya kerja dikontrol (dianggap konstan), dan untuk mengetahui kekuatan hubungan antara budaya kerja dengan komitmen organisasional guru dimana variabel kepemimpinan kepala sekolah dikontrol ( dianggap konstan). Nilai koefisien determinasi (r2) antara Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dengan Komitmen Organisasional Guru (Y) adalah r2 = 0,06. Hal ini berarti bahwa Kepemimpinan Kepala Sekolah berperan dan memberi kontribusi sebesar 5,82% terhadap Komitmen Organisasional Guru sedangkan 94,18% Komitmen Organisasional Guru dipengaruhi faktor lain. Nilai koefisien determinasi (r2) antara Budaya Kerja (X2) dengan Komitmen Organisasional Guru (Y) adalah r2 = 0,12. Hal ini berarti bahwa Budaya Kerja berperan memberi kontribusi sebesar 11,74% terhadap Komitmen Organisasional Guru sedangkan 88,26 Komitmen Organisasional Guru dipengaruhi faktor lain. Nilai koefisien determinasi (r2) antara Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dan Budaya Kerja (X2) secara bersama-sama dengan Komitmen Organisasional Guru (Y) adalah r2 = 0,14. Hal ini berarti bahwa Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya Kerja berperan memberi kontribusi sebesar 14,08%, Komitmen Organisasional Guru, sedangkan 85,92% dipengaruhi faktor lain. Harga r tabel untuk taraf kesalahan 5% (α = 0,05) dengan n = 150, diperoleh r tabel = 0,16 Karena r hitung lebih besar dari r tabel untuk kesalahan 5% (α = 0,05) r hitung > r tabel ; 0,24 > 0,16, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan sebesar 0,24 antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Komitmen Organisasional Guru. Dari perhitungan diatas di dapat koefesien determinasi r2 = 0,06. Hal ini berarti faktor Kepemimpinan Kepala Sekolah memberi kontribusi sebesar 5,82% terhadap Komitmen Organisasional Guru, sedangkan 94,18% Komitmen Organisasional Guru dipengaruhi oleh faktor lain. Karena r hitung lebih besar dari r tabel untuk kesalahan 5% (α = 0,05) r hitung > r tabel ; 0,24 > 0,16, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan sebesar 0,24 antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Komitmen Organisasional Guru.
Korelasi Parsial Antara Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dan Komitmen Organisasional Guru (Y), jika Budaya Kerja (X2) dikontrol. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai korelasi parsial antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya Kerja adalah ry12 = 0,16, sedangkan untuk n = 150 didapat r tabel = 0,03, hal ini jelas ry12 > r tabel, ini berarti hubungan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Komitmen Organisasional Guru dikontrol oleh Budaya Kerja, dengan kata lain variabel Budaya Kerja tidak mempengaruhi secara signifikan hubungan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan komitmen Organisasional Guru. Uji signifikansi terhadap nilai korelasi parsial dengan pengontrol X2. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai t
= 2,00, sedangkan t tabel pada taraf signifikansi α 0,05 = 1,98 dan taraf signifikansi α 0,01 = 2,61. Hal ini menunjukkan bahwa t tabel (α = 0,05) < t hitung < t tabel (α = 0,01). Syarat signifikan adalah jika t hitung > t tabel. Dengan demikian, korelasi antara variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dengan Komitmen Organisasional Guru (Y), dimana nilai X2 (Budaya Kerja) dikontrol atau tetap adalah signifikan (t hitung = 2,00 > 1,98 = t tabel (α = 0,05) dengan kontribusi sebesar 0,1627 (16,27%). Harga r tabel untuk taraf kesalahan 5% (α = 0,05) dengan n = 150, diperoleh r tabel = 0,16 Karena r hitung lebih besar dari r tabel untuk kesalahan 5% (α = 0,05) r hitung > r tabel ; 0,34 > 0,31, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan sebesar 0,34 antara Budaya Kerja dengan Komitmen Organisasional Guru. Dari perhitungan diatas di dapat koefesien determinasi r2 = 0,12. Hal ini berarti faktor Budaya Kerja memberi kontribusi sebesar 11,74% terhadap Komitmen Organisasional Guru, sedangkan 88,26%. Komitmen Organisasional Guru dipengaruhi oleh faktor lain. hitung
Korelasi Parsial Antara Budaya Kerja (X2) dan Komitmen Organisasional Guru (Y), jika Kepemimpinan Kepala Sekolah dikontrol. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai korelasi parsial antara Budaya Kerja dengan Komitmen Organisasional guru dikontrol oleh Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah ry12 =0,30, sedangkan untuk n = 150 didapat r tabel = 0,09, hal ini jelas ry12 > r tabel, ini berarti hubungan antara Budaya Kerja dan Komitmen Organisasional Guru tetap signifikan meskipun dikontrol oleh Kepemimpinan Kepala Sekolah, dengan kata lain variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah tidak mempengaruhi secara signifikan hubungan antara Budaya Kerja dengan Komitmen Organisasional Guru. Uji signifikansi terhadap nilai korelasi parsial dengan pengontrol X1. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai t hitung = 3,76, sedangkan t tabel pada taraf signifikansi α 0,05 = 1,98 dan taraf signifikansi α 0,01 = 2,61. Hal ini menunjukkan bahwa t tabel (α = 0,05) < t hitung < t tabel (α = 0,01). Syarat signifikan adalah jika t hitung > t tabel . Dengan demikian, korelasi antara Budaya Kerja (X2) dengan Komitmen Organisasional Guru (Y), dimana nilai X1 (Kepemimpinan Kepala Sekolah) dikontrol atau tetap adalah sangat signifikan (t hitung = 3,76 > 1,98 = t tabel (α = 0,01), dengan kontribusi sebesar 0,2961 (29,61%).
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan hipotesis yang diuji, maka temuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan komitmen organisasional guru pada taraf signifikan α = 0,05 dengan koefisien korelasi (r) 0,24, didukung persamaan regresi ŷ = 122,82 +
0,19 X1 yang berarti setiap peningkatan 1 unit kepemimpinan kepala sekolah akan meningkatkan komitmen organisasional guru sebesar 0,19 unit. Konstribusi kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan komitmen organisasional guru sebesar 0,0582% merupakan konstribusi yang cukup besar. 2. Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara budaya kerja (X2) dengan komitmen organisasional guru (Y) pada taraf signifikan α = 0,05 dengan koefisien korelasi (r) 0,34, didukung persamaan regresi ŷ = 89,70 + 0,44X2 yang berarti setiap peningkatan 1 unit budaya kerja akan meningkatkan komitmen organisasional guru sebesar 0,44 unit. Konstribusi budaya kerja dalam meningkatkan komitmen organisasional guru sebesar 11,74% merupakan konstribusi yang cukup besar. 3. Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan budaya kerja (X2) secara bersama-sama dengan komitmen organisasional guru (Y) pada taraf signifikan α = 0,05 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,14, didukung persamaan regresi ŷ = 79,23 + 0,12 X1 + 0,38 X2 (α = 0,05) yang berarti setiap peningkatan 1 unit kepemimpinan kepala sekolah dan 1 unit budaya kerja akan meningkatkan komitmen organisasional guru sebesar 0,50 unit. Konstribusi kepemimpinan kepala sekolah dan budaya kerja dalam meningkatkan komitmen organisasional guru sebesar 14,08% merupakan konstribusi yang cukup besar. Kepemimpinan kepala sekolah dan budaya kerja berperan dalam menjaga dan meningkatkan komitmen pada organisasi. Kepemimpinan kepala sekolah berperan penting dalam mempengaruhi dan mengarahkan guru untuk senantiasa berkomitmen pada organisasi yang tinggi. Budaya kerja berperan dalam menopang komitmen organisasional guru karena budaya kerja akan menjadi dasar bagi guru untuk tetap berada dan terlibat secara maksimal dalam mencapai tujuan sekolah. Guru yang memiliki budaya kerja akan mempengaruhi kinerja, produktivitas, keterlibatan kerja, tingakat kehadiran, dan keinginan untuk bertahan dalam organisasinya. Kepemimpinan kepala sekolah dan budaya kerja merupakan dua faktor penting yang berperan dalam menumbuhkan dan mengembangkan komitmen organisasional guru. kepemimpinan kepala sekolah dan budaya kerja berdampak pada kesuksesan dan kemajuan sekolah. Berdasarkan penjelasan di atas, maka upaya menumbuhkan, menjaga dan meningkan komitmen organisasional guru dapat dilakukan melalui peningkatan tindakan kepemimpinan dan penciptaan budaya kerja. Kepemimpinan kepala sekolah harus dioptimalkan melalui pemilihan kepala sekolah yang transparan dan profosional dan kepala sekolah yang menjabat harus terus menerus diingatkan akan tugas dan tanggung jawabnya (melalui suvervisi yang intensif), sedangkan budaya kerja ditingkatkan melalui semua lini yang mempengaruhi budaya kerja seperti kondisi kerja, rekan kerja, komunikasi, promosi dan karir, serta orientasi pekerjaan sebagai guru itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA Ary H Gunawan.2010. Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi Tentang berbagai Problem Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arozieloroy.2010..budaya kerja, (http:// wordpress.com. diakses 13 Juli 2010). Bush, Tony.2003. Theories of Educational Leadership And Management. Fist Publising: Faul Camen Publising. Bambang Dwidjo Kustoro, 2010.“Pengaruh kekohesifan, gaya kepemimpinan dan budaya kerja terhadap efektivitas organisasi”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan vol 16, no.3 . Jakarta : Balitbang Kemendiknas. Coleman, Marlianne & Derek Glover. 2010. Educational Leadership And Management: Develoving Insight And Skill. New York: Fist Publishing. Cushwai, Barry & Derek Lodge. 2002. Organizational Behavior And Desigen. Alih Bahasa Sularno. Jakarta: PT Elex Media. Depdiknas. Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. --------------. Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Darwis S. Gani, Djoehana Setyamiharja, Sumardi.2007.Landasan Teori Manajemen Pendidikan. Bogor: Program Pascasarjana. Djoko Santoso Molyono. 2003. Budaya Koporat dan Keunggulan Korporasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Djoko Widagno. 2010. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Djoko Moeljono. 2008. More About Beyond Leadership: Dua belas Konsep Kepemimpinan . Jakarta: PT Elex Media Komputido. E.Mulyasa. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. -------------2007. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreaktif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Lodakarya. -------------2011.Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara. Gibson, James L, John M Ivancevic, James H Lionelly,jr, Robert Konopaske. 2012. Organizations Behavior: Structure, Processes. New York: Mc GrawHill. Harbani Pasolong.2010. Kepemimpinan Birokrasi. Bandung: Alfabeta.
Konopaske, Ivancevich, Matteson.2008. Organizational Management. New York: Mc Graw Hill Internasional.
Behavior
And
Luthan, Fred. 2011. Organizational Behavior An Eudence- Based Approach. New York: Publised By Mc-Graw Hill / Irwin,. Miftan Thoha. 2003. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Muhaimin, sugeng listyo prabowo.2010. Manajemen Pendidikan: Aplikasi dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Mutiara Sibarani Panggabean. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor: Ghalia Indonesia. Mathis, Robert L, John A Jackson. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, terjemahan Jimmy Sadell dan Bayu. Jakarta: PT Salemba Patra. Norulkamar,Ungku,Ungku Ahmad, Salmiah Mohamad Amin, Wan Khairuzzaman ,Wan Ismail. 2009. ” The Impact Of Techostrest On Organization Commitment Academic Libartions: Singapore Journal Of Libarty & Impormation Management Vol 38. Owen, Robert G. Organizational Behavior In Education. Boston London: Allyn And Bacon. Oemar Hamalik.2001. Pengembangan Sumber Daya Manusia: Manajemen Pelatihan Ketenaga Kerjaan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Park, Insim. 2005. Teacher Commitment And Its Effects On Achievement In American High School: Educational Reseach Evaluation, Vol 11, No.5. Robbins, Stephen. 2002. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi. Penterjemah Halinda dan Dewi Sartika. San Diego State University: PT Gramedia Pratama Erlangga. ------------------2003. .Perilaku Organisasi. Peterjemah Tim Indeks Jakarta: PT Gramedia . Sondang P Siagian. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: PT Rineka Cipta. Semuil Tjiharjadi. 2007. To be a Great Leader. Yogyakarta: CV Andi Offsed. Spector, Paul E. 2008. Industrial And Organizational Pshichology Reseach And Practice. United : John Willey And Sons Inc.
Syaiful Sagala. 2006. Administrasi Pendidikan Komtenporer. Bandung: Alfabeta. Siti Irene Astuti Dwiningrum.2011. Desentralisasi Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan: Suatu Kajian Teoritis dan Empiris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Spector, Paul E, 2008. Industrial and Organizational Psychology : Fifth Edition. United State: John Willey and Sons Inc. Shane, Mc. Von Glinow, 2010. Organization Behavior: Emerging Knowledge And Practice For The Real World .New York: Mc Graw Hill Companise, Inc. Tyson, Shaun & Tony Jackson. 2000. Organizational Behavior: Perilaku Organisasi , terjemahan Deddy Jakobus, Yogyakarta: Andi end Person Education,. Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi. 2010. Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo.. Von Glinow, Mc Shane. 2010. Organizational Behavior Emerging Knowledge And Practice For The Real World .New York : Hill Companise. Wahyudi. 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajaran. Pontianak: Alfabeta. Warsito Utomo. 2008. Kepemimpinan Profesional: Pendekatan Leadership Games. Yogyakarta:Gava Gramedia. Yukl, Gary. 2003. Leadership Organizations : Sixth Edition. United States of American: British Libarty.