HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KOMITMEN ORGANISASIONAL GURU
Munadi, Widodo Sunaryo, Sumardi
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara budaya organisasi dan motivasi kerja dengan komitmen organisasional guru. Penelitian dilaksanakan di SMP swasta se-kecamatan Cisaat, Sukabumi dengan menggunakan metode survey dengan pendekatan korelasional dan teknik data menggunakan uji statistik korelasi, regresi sederhana regresi linier dan ganda dengan taraf signifikan 0,05. Berdasarkan hasil penelitian menyimpulkan: 1) terdapat hubungan positif antara budaya organisasi dengan komitmen organisasional guru. 2) terdapat hubungan positif antara motivasi kerja dengan komitmen organisasional guru3) terdapat hubungan positif antara budaya organisasi dan motivasi kerja secara bersama-sama dengan komitmen organisasional guru. Kata Kunci : komitmen organisasional guru, budaya, motivasi
THE CORRELATION BETWEEN ORGANIZATIONAL CULTURE AND WORK MOTIVATION WITH ORGANIZATIONAL COMMITMENT OF TEACHER
Munadi, Widodo Sunaryo, Sumardi
ABSTRACT
This research intend to knowing the correlation between organizational culture and work motivation with organizational commitment of teachers. The study was conducted at a private junior high school districts Cisaat, Sukabumi with sampling using proportional random techniques. The research method uses survey the correlational approach. and techniques of data using statistical correlation, simple regression, and multiple linear regression with significance level 0.05. The results of this research concluded: 1) there is a positive correlation between organizational culture with organizational commitment of teachers., 2) there is a positive correlation between work motivation with organizational commitment of teachers., 3) there is a positive correlation between organizational culture and work motivation together with organizational commitment teachers. Keywords: culture, motivation, commitmen, organizational
PENDAHULUAN Pendidikan berperan penting dalam usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia. Makin tinggi tingkat pendidikan penduduk suatu bangsa semakin berkembang pembangunan di negara tersebut. Oleh karena itu, pemerintah berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang berkenaan dengan pendidikan. Fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa dan olah raga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Kualitas pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: input, proses (kurikulum, kualitas guru, dan kualitas pembelajaran) dan sarana. Input Sekolah sebagai institusi tidak akan menjadi baik dengan sendirinya, melainkan melalui proses tertentu. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan diperlukan guru baik secara individu maupun kolaboratif untuk mengubah status agar pendidikan dan pembelajaran menjadi lebih berkualitas. Unsur utama dari pendidikan adalah manusia. Kontribusi sumber daya manusia jauh melampaui peran unsur-unsur yang lain. Faktor yang paling dominan dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah guru, maka guru sebagai anggota organisasi pendidikan harus memiliki loyalitas, tanggung jawab dan dedikasi (komitmen organisasional) yang tinggi. Dengan komitmen organisasional yang tinggi, guru akan dapat melakukan layanan pendidikan yang baik. Guru yang mempunyai tingkatan komitmen tinggi, ditandai dengan adanya perhatian terhadap siswa yang cukup tinggi, waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk melaksanakan tugasnya banyak, dan banyak bekerja untuk kepentingan orang lain. Sebaliknya guru yang rendah tingkat komitmennya, ditandai dengan perhatian yang disisihkan untuk memperhatikan siswanya relatif sedikit, waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk melaksanakan tugasnya hanya sedikit serta perhatian utama guru hanyalah jabatannya. Banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya komitmen organisasional guru. Guru yang mengajar di Sekolah Menengah Pertama (SMP) swasta yang sudah sertifikasi memiliki tugas seperti yang telah diatur pemerintah dalam Pasal 52 ayat 2 Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang guru dijelaskan Beban kerja Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memenuhi 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu pada satu atau lebih satuan pendidikan yang memiliki izin pendirian Guru berstatus PNS ataupun non PNS yang telah disertifikasi memiliki jam wajib tatap muka 24 jam pelajaran dan jam kerja / wajib hadir 37,5 jam. Komitmen organisasional guru juga dapat dilihat dari keseriusan guru dalam melaksanakan tugas sebagai seorang pendidik , di mana seorang guru harus
mempersiapkan apa yang akan di sampaikan dalam proses pembelajaran sehingga pelaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan Tinggi rendahnya komitmen organisasional guru dipengaruhi banyak faktor baik dari diri sendiri (internal) maupun dari lingkungan kerja (eksternal). Dari dalam diri misalnya motivasi kerja, kesadaran bahwa pekerjaan yang dikerjakan sebagai amal ibadah yang akan memberikan kebaikan bagi orang lain dan dirinya, sedangkan yang dari luar, misalnya suasana kerja atau budaya organisasi di lembaga pendidikan, gaya kepemimpinan kepala sekolah atau pengurus yayasan, kelengkapan sarana dan prasarana, tingkat kesejahteraan secara materi dan non materi, sosial budaya masyarakat sekitar dan sebagainya. Komitmen organisasional guru yang tinggi akan meningkatkan kinerja. Sebaliknya jika guru memiliki tingkat komitmen rendah maka kinerjanya juga rendah. Secara simultan rendahnya komitmen organisasional guru akan berdampak pada efisiensi anggaran negara. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada tanggal 16 April sampai dengan 2 Mei 2012 ke SMP swasta di Kecamatan Cisaat diperoleh rata-rata kehadiran guru 85 %, bersertifikat 30%, membuat Administrasi PBM 84% dan yang membuat PTK baru 7%. Dengan demikian dari beberapa indikator di atas dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasional guru SMP swasta di kecamatan Cisaat relatif rendah. Pengelolaan SMP swasta di Kecamatan Cisaat dilakukan oleh yayasan keluarga dan non keluarga. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Sekolah yang dikelola atau menerapkan manajemen profesional berdasarkan kompetensi memberi kesempatan kepada semua anggota untuk berkembang dan berkompetisi secara sehat. Hal ini akan mempengaruhi motivasi kerja guru yang imbasnya akan meningkatkan komitmen organisasional guru pada sekolah tersebut. Sementara itu sekolah yang dikelola Yayasan keluarga menempatkan pegawai berdasarkan kekerabatan dan kedekatan. Kebijakan pemerintah dalam Pengelolaan dana BOS setiap tahun ada revisi dan penyempurnaan. Beberapa revisi yang mendasar adalah pembenahan kegiatan agar tidak tumpang tindih dalam pendanaan, karena dana operasional sekolah bersumber dari BOS Kabupaten, BOS propinsi dan BOS pusat. Perubahan lainnya tahun 2009/2010 sampai dengan 2011/2012 adanya beberapa jabatan dan kegiatan yang tidak dapat dibiayai BOS. Dari faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen organisasional guru di atas, Penulis membatasi dua faktor yang mempengaruhi variabel komitmen organisasional guru (Y)yaitu yaitu variabel budaya organisasi (X1) dan variabel motivasi kerja (X2). Pentingnya peranan komitmen organisasional guru dalam peningkaan kualitas pendidikan maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian tentang hubungan budaya organisasi dan motivasi kerja dengan komitmen organisasional guru SMP swasta di Kecamatan Cisaat Sukabumi. Beberapa penelitian sejenis yang dilaksanakan dan mendukung penelitian ini antara lain: a) O. Manetje dan N. Martins (2009:103) dalam penelitiannya membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara budaya organisasi dengan komitmen organisasional. b) Huda Khan, Amir Razi, Syed Atif Ali dan Ali Asghar (2011:277) dalam penelitiannya membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dan komitmen organisasional .
Secara umum penelitian ini berujuan mengetahui hubungan antara budaya organisasi dan motivasi kerja dengan Komitmen organisasional Guru. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara budaya organisasi dengan komitmen organisasional guru dan mengetahui hubungan motivasi kerja dengan Komitmen organisasional guru. Sedangkan manfaat dari hasil penelitian ini yaitu a) bagi kepala Sekolah; untuk memberikan pengarahan dan pembinaan serta menata manajemen sekolah dalam rangka meningkatkan komitmen organisasional guru, b) bagi guru; hasil penelitian ini dapat menumbuhkan kesadaran dan meningkatkan komitmen akan tugas dan tanggung jawab sebagai tenaga pendidik terutama bagi guru SMP swasta. c) memberikan masukan tentang upaya yang efektif untuk peningkatan komitmen organisasional guru di sekolah dan secara fisik akan menjadi bahan referensi di sekolah dan perpustakaan, dan d) bagi masyarakat; sebagai sumbangan pemikiran dan menambah informasi yang berkaitan dengan peningkatan komitmen organisasional guru. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan korelasional. Untuk mendapatkan data di lapangan disusun instrumen penelitian dalam bentuk kuesioner . Dalam kuesioner tersebut disusun beberapa pernyataan yang berkaitan dengan masing-masing variabel penelitian dan indikator variabel. Data yang diperlukan adalah data mengenai komitmen organisasional guru, budaya organisasi , dan motivasi kerja. Kuesioner dirancang untuk ditujukan kepada guru-guru SMP swasta di wilayah Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat, terdiri atas SMP Al Hidayah, SMP Al Masturiah, SMP PGRI Cisaat, SMP Muhamadiyah 2, SMP Al Anhar, SMP Daarul Falaah, dan SMPIT Adzkia Konstelasi hubungan variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas adalah Budaya Organisasi (X1) dan Motivasi Kerja (X2) . sedangkan variabel terikatnya adalah komitmen organisasional Guru (Y) . Hal ini berarti bahwa Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja Guru saling mendukung mempengarui komitmen organisasional guru. Baik secara sendiri-sendiri maupun bersamaan. Populasi dalam penelitian ini adalah guru yang mengajar di SMP Swasta di wilayah Kecamatan Cisaat yang berjumlah 137 orang. Dari Jumlah populasi pada penelitian yang terdiri dari 137 orang guru SMP swasta, dilakukan pengambilan sampel secara acak atau Proposional Random Sampling dengan menggunakan Rumus Taro Yamane. Pengambilan sampel didasarkan atas pemikiran bahwa keseluruhan unit populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Dengan demikian, dalam rancangan ini tidak terdapat diskriminasi unit populasi yang satu dengan lainnya. Uji validitas instrumen dengan teknik korelasi Product Moment dari Pearson dan untuk Uji reliabilitas instrumen menggunakan rumus Alpha Cronbach yaitu untuk mencari besarnya koefisien korelasi dari product moment untuk butir soal yang memenuhi kriteria valid dan total varians. Analisis data dilakukan dengan:
Uji Statistik Deskriptif; data yang didapat dari masing-masing variabel penelitian dideskripsikan dengan cara memakai jumlah total skor variabel , nilai mean, modus, median, nilai minimum, dan maksimum, banyak kelas, range, varian sample dan standar deviasi masing-masing variabel. Data masing-masing variabel selanjutnya disajikan dam bentuk daftar distribusi frekwensi dan histogram. Uji prasyarat analisis; dilakukan melalui dua tahap, yaitu melakukan pengujian normalitas galat baku dengan uji Lilliefors taksiran dan pengujian homogenitas data varians menggunakan Bartlett. Uji hipotesis penelitian; dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Uji Korelasi sederhana menggunakan Product Moment, untuk melihat hubungan antara variabel X1 dan atau variabel X2 dengan variabel Y.; b) Uji Korelasi Ganda untuk menguji hipotesis ketiga; c) Uji regresi sederhana untuk melihat hubungan fungsional antara variabel budaya organisasi (X1) dengan komitment organisasional guru (Y) dan hubungan fungsional antara variabel motivasi kerja (X2) dengan komitmen organisasional guru (Y); d) Uji regresi ganda untuk melihat hubungan fungsional antara variabel budaya organisasi (X1) dan motivasi kerja (X2) secara bersama-sama dengan komitmen organisasional guru (Y); dan e) Uji Parsial, digunakan untuk melihat hubungan fungsional antara variabel X jika salah satu dikendalikan atau dikontrol. Hipotesis Statistik Hubungan budaya organisasi dengan komitmen organisasional guru yang dinyatakan dengan hipotesis : Ho : ρy1 = 0, Tidak terdapat hubungan antara budaya organisasi dengan komitmen organisasional guru. H1 : ρy1 ˃ 0, Terdapat hubungan positif antara budaya organisasi dengan komitmen organisasional guru. Hubungan motivasi kerja dengan komitmen organisasional guru yang dinyatakan dengan hipotesis statistik : Ho : ρy2 = 0, tidak terdapat hubungan antar motivasi kerja dengan komitmen organisasional guru. H1 : ρy2 ˃ 0, Terdapat hubungan positif antara motivasi kerja dengan komitmen organisasional guru. Hubungan budaya organisasi dan motivasi kerja dengan komitmen organisasional guru yang dinyatakan dengan hipotesis statistik : Ho : ρy1,2 = 0, tidak terdapat hubungan antara budaya organisasi dan motivasi kerja secara bersama-sama dengan komitmen organisasional guru. H1 : ρy1,2 ˃ 0, Terdapat hubungan positif antara budaya organisasi motivasi kerja secara bersama-sama dengan komitmen organisasional guru. HASIL DAN PEMBAHASAN Secara keseluruhan, hasil peelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif antara : 1) Budaya organisasi dengan komitmen organisasional guru, 2) Motivasi kerja dengan komitmen organisasional guru, 3) Budaya organisasi dan motivasi kerja bersama-sama dengan komitmen organisasional guru. Dengan pembahasan tersebut, maka indikator-indikator dalam budaya organisasi dan motivasi kerja dapat meningkatkan komitmen organisasional guru.
Hubungan fungsional antara budaya organisasi dengan komitmen organisasional guru ditunjukkan oleh koefisien korelasi ryl = 0,254 mengandung makna bahwa semakin baik budaya organisasi yang ditandai dengan a) Menurunnya tingkat keluarnya karyawan; b) Ada kesepakatan yang tinggi di kalangan anggota mengenai apa yang dipertahankan oleh organisasi; dan c) Ada pembinaan kohesif, kesetiaan, dan komitmen organisasi. ( Tika, 2008:111), maka akan semakin tinggi pula komitmen organisasional guru dalam melaksakan tugastugas utamanya. Creemers dan Reynolds (Soetopo,2010:123) mengemukakan Fungsi budaya organisasi adalah: 1)memberikan rasa identitas kepada anggota organisasi, 2)memunculkan komitmen terhadap misi organisasi, 3)membimbing dan membentuk standar perilaku anggota organisasi, dan 4)meningkatkan stabilitas sistem sosial. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian O. Manetje dan N. Martins (2009:103) yang membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara budaya organisasi dengan komitmen organisasional. Hubungan tersebut ditunjukkan dengan koefisien korelasi yang bervariasi antara 0,483 terendah sampai dengan 0,761 tertinggi untuk tiga dimensi komitmen organisasional pada taraf signifikan (ρ < 0.01) . Hubungan antara budaya organisasi dengan komitmen organisasional guru, secara matematis ditunjukakan dengan koefisien korelasi ryl = 0,391 dengan koefisien determinasi r2 yl = 0,153 menunjukkan bahwa 15,3 % komitmen organisasional guru dapat dihasilkan dari adanya variabel budaya organisasi. Sumbangan budaya organisasi atas komitmen organisasional guru melalui pemahaman serta penerapan nilai-nilai dan aturan yang belaku di lingkungan kerja, serta sikap mandiri guru dalam melaksanakan tugasnya demi perkembangan karirnya. Berdasarkan hasil penelitian bahwa budaya organisasi memiliki kontribusi terhadap komitmen organisasional guru. Artinya semakin tinggi dan kuat budaya organisasi semakin meningkat komitmen organisasional guru. Budaya organisasi ditentukan oleh nilai dan norma yang dikembangkan disekolah, keteladanan pimpinan dan guru , integritas kebersamaan, kemandirian dalam bekerja, pola komunikasi guru dengan guru, guru dengan pimpinan dan yayasan dan sistem penghargaan terhadap pekerjaan. Peningkatan budaya organisasi dapat dilakukan antara lain: dengan penerapan dan pelaksanaan perbup nomor 33 tahun 2008 tentang pembiasaan ahlak mulia, pemasangan visi dan misi sekolah di tempat yang strategis, perbaikan manajemen yang transparan dan akuntabel, pembentukan tim pengembang sekolah yang beranggotakan semua pihak yang berkepentingan, rapat pegawai dan guru secara berkala untuk menampung aspirasi dari guru dalam penetapan kebijakan, Pelaksanaan supervisi kun jungan kelas secara terjadwal atau insidental terutama bagi guru yang baru mengikuti diklat yang berhubungan dengan peningkatan PBM, pemberian penghargaan bagi guru yang berprestasi dan peningkatan kesejahteraan bagi guru dan pegawai. Dukungan terhadap indikator tersebut akan meningkatkan loyalitas atau komitmen organisasional guru. Atas dasar itu, dapat disimpulkan budaya organisasi berperan dalam menentukan komitmen organisasional guru. Semakin tinggi budaya organisasi, maka semakin tinggi pula komitmen organisasional guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Hubungan Antara Motivasi kerja dengan Komitmen organisasional Guru. Guru yang memiliki motivasi kerja yang baik akan tampak dari keseriusan dan
tanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaannya. Keseriusan dan tanggung jawab dalam pekerjakan juga merupakan salah satu aspek yang mendukung loyalitas dan dedikasi dalam bekerja . keseriusan dan tanggung jawab kdalam bekerja akan mendukung ikatan karyawan atau guru dengan lembaga tempatnyaa bekerja sehingga terjalin hubungan saling membutuhkan. John A. Wagner III dan John R. Hollenbeck (2010 :81) mengemukakan bahwa “Motivation refers to the energy a person is willing to devote to a task.” Motivasi mengacu pada energi seseorang untuk mengabdikan pada kepentingan tugas. John M. Ivancevich, Robert Konopaske dan Michael T. Matteson (2008:184) menyatakan komitmen organisasional adalah “A sense of identification , involvement, and loyalty expressed by an employee toward the company.” Komitmen organisasional yaitu rasa identifikasi, keterlibatan, dan loyalitas yang diungkapkan oleh seorang karyawan terhadap perusahaan Jika dihubungkan maka motivasi kerja akan meningkatkan komitmen orgaanisasional guru. Hal ini sesuai juga dengan hasil penelitian Huda Khan, Amir Razi, Syed Atif Ali dan Ali Asghar (2011:277) dalam penelitiannya membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dan komitmen organisasional . Hubungan tersebut ditunjukkan dengan koefisien korelasi r sebesar = 0.654, dengan taraf kepercayaan 99%. Hasil analisis untuk hubungan antara motivasi kerja dengan komitmen organisasional guru, terlihat adanya hubungan yang positif yang dinyataka melalui koefisien korelasi r y2 0,389, selanjutnya terlihat koefisien determinasi r2yl sebesar 0,151. Atas dasar tersebut, dinyatakan 15,1 % faktor motivasi kerja menentukan komitmen organisasional guru. Motivasi kerja mampu memberikan kontribusi terhadap komitmen organisasional guru, artinya semakin tinggi motivasi kerja , maka komitmen organisasional guru akan semakin meningkat. Motivasi kerja muncul dari dalam diri (intrinsik) dan dari lingkungan (ekstrinsik) . Motivasi akan muncul jika ada harapan atau tujuan yang ingin dicapai, kejelasan akan tugas dan tanggung jawab, kejelasan karir, pengakuan terhadap hasil kerja, Imbalan atau jasa atas apa yang telah dikerjakan dan karena kebutuhan untuk bekerja. Pemberian kesempatan kepada guru untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan, penyediaan fasilitas yang memadai, pemberian insentif atau imbalan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya serta kejelasan karir yang akan diperoleh jika memiliki prestasi yang baik. Peningkatan motivasi kerja dapat dilakukan antara lain dengan penanaman kesadaran kepada para guru untuk menjadi yang terbaik dalam setiap pekerjaan, kesadaran akan adanya pengawas yang maha kuasan dalam bekerja sehingga tetap bekerja dengan baik meskipun tidak diawasi oleh atasan, mengirimkan guru untuk mengikuti kursus atau diklat dalam pengembangan kompetensi, memberi kemudahan bagi guru yang mau melanjutkan pendidikan jika perlu diberi subsidi agar ada keterikatan dengan lembaga, memeberi kesempatan guru untuk mengikuti MGMP, menyediakan fasilitas yang dapat meningkatkan kompetensi guru seperti sambungan internet atau hot spot area di sekolah, pemberian reward dan punishmen yang dengan prinsip keadilan, peningkatan kesejahteraan. Jika hal tersebut terpenuhi maka pada akhirnya akan meningkatkan komitmen organisasional guru.
Peningkatan komitmen organisasional guru mendapatkan sumbangan melalui motivasi kerja di mana di dalamnya terdapat dorongan bagi guru untuk melaksanakan tugas sebaik-baiknya, tanggung jawab terhadap pekerjaan, dan keinginan yang dicapai atas prestasi mampu meningkatkan motivasi kerja yang akhirnya meningkatkan komitmen organisasional guru. Hubungan antara Budaya Organisasi dan Motivasi kerja bersama-sama dengan Komitmen organisasional guru . Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh pernyataan adanya hubungan positif antara budaya organisasi dan antara motivasi kerja dengan komitmen organisasional guru. Dengan demikian secara langsung dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan budaya organisasi dan motivasi kerja bersama-sama dengan komitmen organisasional guru. Hubungan-hubungan tersebut, diperoleh melalui perhitungan koefisien koreasi ry.1..2 = 0,457 dengan koefisien korelasi r21.2 = 0,209. Berdasarkan penjelasan tersebut, bahwa 20,9 % komitmen organisasional guru didukung oleh variable budaya organisasi dan motivasi kerja. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan antara variabel budaya organisasi dan motivasi kerja dengan komitmen organisasional guru, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: Terdapat hubungan positif yang signifikan antara budaya organisasi dengan komitmen organisasional guru dengan koefisien korelasi r y1 = 0,391 . Hubungan fungsional antara budaya organisasio dengan komitmen organisasional guru ditunjukkan oleh persamaan regresi Ŷ=97,38+0,322X1. . Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan satu unit budaya organisasi (X1) akan meningkatkan komitmen organisasional guru (Y) sebesar 0,322 unit. Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara motivasi kerja dengan komitmen organisasional guru dengan koefisien korelasi ry2 = 0,389. Hubungan fungsional antara motivasi kerja dengan komitmen organisasional guru ditunjukkan oleh persamaan regresi Ŷ = 97,7 + 0,33X2. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan satu unit motivasi kerja (X2) akan meningkatkan komitmen organisasional guru sebesar 0,33 unit. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara budaya organisasi dan motivasi kerja secara bersama-sama dengan komitmen organisasional guru yang ditunjukkan oleh koefien korelasi ry.1.2 = 0,457. Persamaan regresinya adalah Ŷ = 77,911+ 0,243X1+ 0,203X2. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi budaya organisasi dan motivasi kerja maka makin tinggi pula tingkat komitmen organisasional guru. Dengan mengkaji hubungan antara budaya organisasi dan motivasi kerja secara bersama-sama dengan komitmen organisasional guru , terbukti bahwa budaya organisasi dan motivasi kerja secara bersama-sama memberikan kontribusi positif terhadap komitmen organisasional guru.
DAFTAR PUSTAKA A.A. Anwar Prabu Mangkunegara 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: remaja Rosdakarya. Abdul Azis Wahab. 2008. Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan Telaah terhadap Organisasi dan Pengelolaan Organisasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta. Ahmad Fansuri. 2007. Hubungan Antara Motivasi Kerja Intrinsik Dan Ekstrinsik Dengan Komitmen Organisasi. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan. Asep Jihad Sobri, dan Chaerul Rochman. 2009. Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarta: Multi Pressindo. Buchari Alma dan Ratih Hurriyati. 2008. Manajemen Corporate & Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Fokus pada Mutu dan Layanan Prima. Bandung : Alfabeta. Dessler, Gary. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia edisi kesepuluh Jilid 2, Terjemahan. Jakarta: Indeks. Gibson , James L.; John M. Ivancevich; James H. Donnelly Jr., dan Robert Konopaske. 2006. Organizations Behavior, Structure, Process twelfth Edition. Boston: McGraw-Hill Irwin. Hamzah B Uno. 2010. Profesi Kependidikan problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara, Hellriegel, Don dan John W. Slocum,Jr. 2008. Organizational Behavior 13th Edition. USA: South-Western Cengage Learning. Hendyat Soetopo. 2010. Perilaku Organisasi Teori dan Praktik di Bidang Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. H.M. Burhan Bungin. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainny. Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Husaini Usman, 2009. Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan.edisi 3. Jakarta: Bumi Aksara. Husaini Usman dan Purnomo Setiady. 2009. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara. Ivancevich, John M.; Robert Konopaske dan Michael T. Matteson. 2008. Organizational Behavior and management. New York: McGraw Hill. Khan, Huda; Amir Razi; Syed Atif Ali dan Ali Asghar. 2011 “ A study on Relationship between Organizational job Commitment, and its Determinants among CSRs and Managerial level Employees of Pakistan (Telecommunication sector)”, Interdisciplinary Journal Of Contemporary Research In Business., Vol 3, No 8 , December 2011. Luthans, Fred. 2011. Organizational Behavior An Evidence-Based Appoach. Boston: McGraw Hill.
Makmuri Muchlas. 2008. University Press.
Prilaku Organisasi.
Yogyakarta: Gadjah Mada
Malayu S.P Hasibuan. 2010. Organisasi & Motivasi Dasar peningkatan produktivitas. Jakarta: Bumi Aksara. Manetje , Ms O. and N. Martins “The relationship between organisational culture and organisational commitment “ Southern African Business Review, Volume 13, Number 1, 2009. Moh. Pabundu Tika. 2008. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta:Bumi Aksara. Mullins, Laurie J. 2005. Management and Organizational Behavior. Edinburgh England: Prentice Hall. Prayitno. 2009. Dasar, Teori dan Praksis Pendidikan. Jakarta: Grasindo. Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro. 2008. Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur (Path Analysis). Bandung: Alfabeta. Robbins, Stephen P. dan Timoty A. Judge. 2008. Prilaku Organisasi Organizational behavior, TerjemahanDiana angelica. Jakarta: Salemba Empat. Robbins, Stephen P. 2003. Organizational Behavior tenth Edition. New Jersey: Prentice Hall. Robbins, Stephen P.; David A De Cenzo, & Charles Beem. 2001. Supervision Today. New Jersey: Prentice Hall. Rue, Leslie W. dan Lyod L. Byars. 2007. Supervision Key a link to productivity Ninth Edition. Boston: McGraw-Hill Irwin. Sudarwan Danim. 2004. Motivasi Kepemimpinan & Efektivitas Kelompok. Jakarta: Rineka Cipta. Schermerhorn, John R. Jr.; James G. Hunt; Richard N. Osborn & Mary UhlBien.2010. Organizational Behavior 11th Edition. Hoboken: john Wiley & Sons, Inc. Schunk, Dale H.; Paul R. Pintrich & Judith L. Meece. 2008. Motivation in Education Theory, Research, and Applications Third Edition. Ohio: Pearson Merrill Prentice Hall. Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Wagner III, John A. 2010. dan John R. Hollenbeck, Organizational Behavior. New York: Routledge Taylor. Warsi, Sundas, Noor Fatima and Shamim A. Sahibzada, “Study on Relationship Between Organizational Commitment and its Determinants among Private Sector Employees of Pakistan”, International Review of Business Research Papers, Vol. 5, No. 3, April 2009 Wibowo. 2008. Manajemen Perubahan. Jakarta: Rajawali Pers.